0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
147 tayangan

Matriks

Bab 2 membahas penyelesaian persamaan linier dengan metode eliminasi Gauss. Metode ini mengubah sistem persamaan linier menjadi bentuk segitiga atas dengan menghilangkan satu persamaan ke satu bilangan tak diketahui. Langkah-langkahnya meliputi menormalkan persamaan, mengalikannya dengan koefisien persamaan lain, dan mengurangkannya untuk menghilangkan bilangan tak diketahui.

Diunggah oleh

fahri
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
147 tayangan

Matriks

Bab 2 membahas penyelesaian persamaan linier dengan metode eliminasi Gauss. Metode ini mengubah sistem persamaan linier menjadi bentuk segitiga atas dengan menghilangkan satu persamaan ke satu bilangan tak diketahui. Langkah-langkahnya meliputi menormalkan persamaan, mengalikannya dengan koefisien persamaan lain, dan mengurangkannya untuk menghilangkan bilangan tak diketahui.

Diunggah oleh

fahri
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 19

BAB 2

PENYELESAIAN PERSAMAAN LINIER

Bentuk umum dari persamaan linier sebagai berikut:


a11 x1 + a12 x2 +  + a1n xn = b1
a21 x1+ a22 x2 +  + a2n xn = b2
:
:
an1 x1+ an2 x2 +  + ann xn = bn
dengan a adalah koefisien konstan, b adalah konstan, dan x1, x2,  , xn adalah bilangan tak diketahui, serta n
adalah jumlah persamaan.
Suatu sistem persamaan linier dapat ditulis dalam bentuk matriks, misalnya:
a11 x1 + a12 x2 +  + a1n xn = b1
a21 x1+ a22 x2 +  + a2n xn = b2
:
:
an1 x1 + an2 x2 +  + ann xn = bn
dapat ditulis dalam bentuk matriks, menjadi sebagai berikut:
 a11 a12  a1n   x1   b1 
     
 a21 a22  a2 n   x2  b2 
           atau AX = B
     
 an1 an 2  ann   xn  bn 

dengan: A adalah matriks koefisien nn.


X adalah kolom vektor n1 dari bilangan tak diketahui.
B adalah kolom vektor n1 dari konstanta.
Nilai pada vektor kolom X dapat dicari dengan cara mengalikan kedua ruas persamaan dengan matriks
inversi, yaitu A1AX = A1B, karena A1A = I, maka nilai-nilai elemen X = A1B.
Penyelesaian sistem persamaan linier juga sering digunakan matriks yang ditingkatkan, misalnya matriks
(33) akan ditingkatkan dengan matriks C (31), sehingga berbentuk matriks 34 menjadi:
 a11 a12 a13 | c1 
a 
 21 a 22 a 23 | c 2 
a 31 a 32 a 33 | c3 

2.1 Metode Eliminasi Gauss


Adalah metode yang paling awal dikembangkan dan banyak digunakan dalam penyelesaian sistem
persamaan linier, prosedur penyelesaian dari metode ini adalah mengurangi sistem persamaan ke dalam
bentuk segitiga atas, sehingga salah satu dari persamaan-persamaan tersebut hanya mengandung satu
bilangan tak diketahui, dan setiap persamaan berikutnya hanya terdiri dari satu tambahan bilangan tak
diketahui baru. Bentuk segitiga diselesaikan dengan penambahan dan pengurangan dari beberapa
persamaan, setelah persamaan tersebut dikalikan dengan suatu faktor (konstan).
Prosedur hitungan metode eliminasi Gauss, yaitu:

13
b3''
x 3  ''
a11 a12 a13 | b1  a33
 a11 a12 a13 | b1 
a   '  (b2  a 23' x3 )
'

 21 a 22 a 23 | b2    0 a22 a23 | b2   x2  '


 a 31 a 32 a 33 | b3  0 ''  a 22
 0 a33 | b3 
(b  a x  a x )
x1  1 12 2 13 3
a11
Lebih jelasnya kita pandang suatu sistem dari 3 persamaan dengan 3 bilangan tak diketahui berikut ini:

a11 x1 + a12 x2 + a13 x3 = b1 (2.1a)


a21 x1 + a22 x2 + a23 x3 = b2 (2.1b)
a31 x1 + a32 x2 + a33 x3 = b3 (2.1c)
Persamaan pertama dari sistem dibagi koefisien pertama dari persamaan pertama (a11), sehingga menjadi:
a12 a13 b1
x1 + x2 + x3 = (2.2)
a11 a11 a11
Persamaan (2.2) dikalikan dengan koefisien pertama dari persamaan kedua:
a12 a13 b1
a21 x1 + a21 x2 + a21 x3 = a21 (2.3)
a11 a11 a11
Persamaan (2.1b) dikurangi persamaan (2.3), sehingga didapat:
a12 a13 b1 ' ' '
(a22  a21 ) x2 + (a23  a21 ) x3 = (b2  a21 ) atau a22 x2 + a23 x3 = b2
a11 a11 a11

Selanjutnya persamaan yang telah dinormalkan persamaan (2.2) dikalikan dengan koefisien pertama dari
persamaan ketiga, dan hasilnya dikurangkan dari persamaan ketiga dari sistem persamaan asli
(persamaan 2.1c), hasilnya adalah:
' ' '
a32 x2 + a33 x3 = b3
Dengan melakukan prosedur diatas, maka didapat sistem persamaan sebagai berikut:
a11 x1 + a12 x2 + a13 x3 = b1 (2.4a)
' '
a22 x2 + a23 x3 = b2' (2.4b)
' ' '
a32 x2 + a33 x3 = b3 (2.4c)
Persamaan 2.4, ekivalen dengan persamaan aslinya, tetapi variabel x1 hanya muncul pada persamaan
pertama, sedang dua persamaan terakhir hanya mengandung dua bilangan tak diketahui, bila kedua
persamaan terakhir dapat diselesaikan untuk nilai x2 dan x3, maka hasilnya dapat disubstitusikan ke
dalam persamaan pertama untuk mendapatkan nilai x1. Permasalahan menjadi lebih sederhana, dari
menyelesaikan 3 persamaan dengan 3 bilangan tak diketahui menjadi penyelesaian 2 persamaan dengan
2 bilangan tak diketahui.
Prosedur berikutnya adalah mengeliminasi x2 dari salah satu dua persamaan terakhir, untuk itu persamaan
'
(2.4b) dibagi dengan koefisien pertama dari persamaan (2.4b), yaitu a22 sehingga menjadi:
'
a23 b2'
x2 + ' x3 = ' (2.5)
a22 a22

14
Persamaan 2.5, dikalikan dengan koefisien pertama dari persamaan (2.4c):
a' b2'
x2 + a32 23
' ' '
a32 ' x3 = a32 ' (2.6)
a22 a22
Persamaan (2.4c) dikurangi persamaan (2.6), sehingga menjadi:
'
' ' a23 ' ' b2' '' ''
( a33  a32 ' ) x3 = ( b3  a32 ' ) atau a33 x3 = b3
a22 a22
Dengan demikian sistem persamaan menjadi:
a11 x1 + a12 x2 + a13 x3 = b1 (2.7a)
' '
a22 x2 + a23 x3 = b2' (2.7b)
''
a33 x3 = b3'' (2.7c)
Sistem persamaan diatas mempunyai koefisien matriks yang berbentuk segitiga atas (aij = 0 untuk i > j),
dari persamaan tersebut akan dapat dihitung nilai x1, x2 dan x3, yaitu:
b ''
x3  '3' (2.8a)
a33
b2'  a 23
'
x3
x2  ' (2.8b)
a 22
b1  a12 x 2  a13 x3
x1  (2.8c)
a11
dengan demikian sistem persamaan telah dapat diselesaikan.
Contoh soal:
1) Selesaikan sistem persamaan berikut ini:
3x + y – z = 5 (c1.a)
4x + 7y – 3z = 20 (c1.b)
2x – 2y + 5z = 10 (c1.c)
Penyelesaian:
a) Menormalkan persamaan (c1.a) dengan membagi persamaan tersebut dengan koefisien pertama
persamaan (c1.a) yaitu 3, sehingga:

x + 0,3333 y – 0,3333 z = 1,6666 (c2)


b) Persamaan (c2) dikalikan dengan elemen pertama dari persamaan (c1.b):
4x + 1,3333 y – 1,3333 z = 6,6666 (c3)
c) Persamaan (c1.b) dikurangi persamaan (c3), menjadi:
5,6667 y – 1,6666 z = 13,3334 (c4)
d) Persamaan (c2) dikalikan dengan elemen pertama dari persamaan (c1.c), yaitu 2, sehingga
menjadi:

2x + 0,6666 y – 0,6666 z = 3,3333 (c5)

15
e) Persamaan (c1.c) dikurangi persamaan (c5), menjadi:
–2,6666 y + 5,6666 z = 6,6667 (c6)
f) Sistem persamaan menjadi:
3x + y – z=5 (c7.a)
5,6667 y – 1,6666 z = 13,3334 (c7.b)
– 2,6666 y + 5,6666 z = 6,6667 (c7.c)
g) Berikutnya mengeleminasi variabel x2 dari persamaan (c7.c), untuk itu persamaan (c7.b)
dinormalkan dengan membaginya dengan elemen pertama dari persamaan tersebut yaitu 5,6667
sehingga menjadi:

y – 0,2941 z = 2,3529 (c8)


h) Persamaan (c8) dikalikan dengan elemen pertama dari persamaan (c7.c), yaitu dengan – 2,6666
sehingga menjadi:

–2,6666 y + 0,7842 z = –6,2742 (c9)


i) Persamaan (c7.c) dikurangi persamaan (c9), menjadi:
4,8824 z = 12,9409
j) Setelah dilakukan 3 kali manipulasi sistem persamaan, menjadi:
3x + y– z=5 (c10.a)
5,6667 y – 1,6666 z = 13,3334 (c10.b)
4,8824 z = 12,9409 (c10.c)
12,9409
k) Dari persamaan (c10.c), dapat dihitung nilai z, yaitu: z = 4,8824 = 2,6505.

l) Dari persamaan (c10.b) dan nilai z yang didapat, maka nilai y dapat dihitung yaitu:

13,3334  (1,6666  2,6505)


y= = 3,1325.
5,6667

m) Dengan persamaan (c10.a) serta nilai y dan z yang didapat, maka nilai x dapat dihitung, yaitu: x =
5 y z 5  3,1325  2,6505
= = 1,506.
3 3

Jadi hasil penyelesaian sistem persamaan adalah:


x = 1,506 ; y = 3,1325 dan z = 2,6505.
Untuk mengetahui benar tidaknya hasil yang didapat, nilai x, y dan z yang didapat disubstitusikan ke
sistem persamaan asli:

3(1,506) + 3,1325 – 2,6505 = 5 (= 5)


4(1,506) + 7(3,1325) – 3(2,6505) = 20 (= 20)
2(1,506) – 2(3,1325) + 5(2,6505) = 9,9995 ( 10)
2) Berapakah nilai x, y, z dari persamaan ini: x + y + 2z = 9
2x + 4y  3z = 1
3x + 6y  5z = 0

16
Penyelesaian:
1 1 2 9
 3 1 
a) Mengubah persamaan ke dalam matriks yang diperbesar: 2 4
3 6 5 0

1 1 2 9 
 7 17 
b) Matriks tersebut dijadikan ke bentuk eselon baris: 0 1   
0 0 12 2
3 

c) Sistem yang bersesuaian dengan matriks adalah: x + y + 2z = 9
7 17
y z=
2 2
z=3
d) Nilai z telah diketahui, maka elemen y dapat pula diketahui, yaitu:
7 17 17 7 17 21 4
y (3) =   y= + (3)  y =  +  y=  y=2
2 2 2 2 2 2 2
e) Dengan diketahui nilai z = 3 dan y = 2, maka nilai x dapat pula diketahui, yaitu:
x + y + 2z = 9  x = 9  y  2z  x = 9  2  2(3)  x = 9  2  6  x = 1
Jadi nilai x, y, z dari persamaan diatas adalah x = 1, y = 2, dan z = 3.

Metode Gauss-Jordan
Metode ini hampir sama dengan metode eliminasi Gauss, metode ini selain untuk menyelesaikan sistem
persamaan linier, juga dapat digunakan untuk menghitung matriks inversi. Pada metode ini bilangan tak
diketahui dieliminasi dari semua persamaan, yang dalam metode Gauss bilangan tersebut dieliminasi dari
persamaan berikutnya, dengan demikian langkah-langkah eliminasi menghasilkan matriks identitas.

Prosedur hitungan metode Gauss-Jordan, yaitu:


 a11 a12 a13 | b1  1 0 0 | b1   x1 0 0 | b1 
a     
 21 a 22 a 23 | b2   0 1 0 | b2    0 x2 0 | b2 
 a31 a32 a33 | b3  0 0 1 | b3  0 0 1 | b3 
  
Lebih jelasnya kita pandang suatu sistem dari 4 persamaan dengan 4 bilangan tak diketahui berikut ini:
a11 x1 + a12 x2 + a13 x3 + a14 x4 = b1 (2.9a)
a21 x1 + a22 x2 + a23 x3 + a24 x4 = b2 (2.9b)
a31 x1 + a32 x2 + a33 x3 + a34 x4 = b3 (2.9c)
a41 x1 + a42 x2 + a43 x3 + a44 x4 = b4 (2.9d)
Persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk matriks, yaitu:
 a11 a12 a13 a14   x1   b1 
a a 24   x 2  b2 
 21 a 22 a 23
 (2.10)
a31 a32 a33 a34   x3  b3 
    
a 41 a 42 a 43 a 44   x 4  b4 

Pada metode Gauss-Jordan, dipilih secara berurutan elemen pertama tidak 0 dari setiap baris matriks.
17
1) Pertama kali baris pertama dari persamaan (2.10) dibagi dengan elemen pertama dari persamaan
pertama, yaitu a11, sehingga didapat:

1 '
a12 '
a13 '
a14   x1   b1' 
    
a21 a22 a23 a24   x2  b2 
   
 a31 a32 a33 a34   x3  b3 
 
a a42 a43 a44   x4  b4 
 41
Elemen pertama dari semua baris lainnya dihilangkan dengan cara berikut ini:
a) Persamaan pertama dikalikan elemen pertama dari persamaan kedua (a21) dan kemudian
dikurangkan terhadap persamaan kedua.
b) Persamaan pertama dikalikan elemen pertama dari persamaan ketiga (a31) dan kemudian
dikurangkan terhadap persamaan ketiga.
c) Persamaan pertama dikalikan elemen pertama dari persamaan keempat (a41) dan kemudian
dikurangkan terhadap persamaan keempat.
Operasi ini menghasilkan sistem persamaan sebagai berikut:
1 a12' a13' a14'   x1   b1' 
 ' ' '
   '
0 a22 a23 a24   x2  b2 
 ' ' '  
x   b '  (2.11)
0 a32 a33 a34     3
3

0 '
a42 '
a43 a44   x4  b4' 
'  

'
2) Kemudian dipilih elemen pertama tidak 0 dari baris kedua yaitu a22 , dan prosedur diatas diulangi
lagi untuk baris kedua.
'
Baris kedua dari persamaan diatas dibagi dengan elemen a22 , sehingga didapat:

1 a12' a13' a14'   x1   b1' 


 '' ''
    '' 
0 1 a23 a24   x2  b2 
 '  

' '
x3  b3' 
0 a32 a33 a34    
0 a ' '
a43 a44   x4  b4' 
'  
 42

Elemen kedua dari semua baris lainnya dihilangkan dengan cara berikut ini:
'
a) Persamaan kedua dikalikan elemen kedua dari persamaan pertama ( a12 ) dan kemudian
dikurangkan terhadap persamaan pertama.
'
b) Persamaan kedua dikalikan elemen kedua dari persamaan ketiga ( a32 ) dan kemudian
dikurangkan terhadap persamaan ketiga.
'
c) Persamaan kedua dikalikan elemen kedua dari persamaan keempat ( a42 ) dan kemudian
dikurangkan terhadap persamaan keempat.
Operasi ini menghasilkan sistem persamaan sebagai berikut:
1 0 a13'' a14''   x1  b1'' 
 '' ''
    '' 
0 1 a 23 a 24   x 2  b2 
    (2.12)
0
''
0 a33 a34''   x3  b3'' 
 
0 ''
0 a 43 a 44   x 4  b4'' 
''  

18
'
3) Langkah selanjutnya dipilih elemen pertama tidak 0 dari baris ketiga yaitu a33 , dan prosedur diatas
diulangi lagi untuk baris ketiga.
Dengan prosedur seperti sebelumnya, akhirnya didapat sistem persamaan sebagai berikut:
1 0 0 0  x1  b1'''' 
     '''' 
0 1 0 0  x 2   b2 
0 0 1 0  x  b ''''  (2.13)
    
3 3

0 0 0 1  x 4  b4'''' 

Dari sistem persamaan (2.13) dapat dihitung nilai x1, x2, x3 dan x4:
x1 = b1'''' ; x2 = b2'''' ; x3 = b3'''' dan x4 = b4''''

Contoh soal:
Selesaikan sistem persamaan berikut dengan metode Gauss-Jordan:
3x + y – z = 5 (c1.a)
4x + 7y – 3z = 20 (c1.b)
2x – 2y + 5z = 10 (c1.c)
Penyelesaian:
Sistem persamaan diatas ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut:
3 1  1  x  5 
4 7  3  y    20
     (c2)
2 2 5   z  10 

Baris pertama dari persamaan (c2) dibagi dengan elemen pertama dari persamaan (c1.a) yaitu 3,
sehingga persamaan menjadi:

1 0,3333  0,3333  x  1,6666


4 7  3   y    20 
     (c3)
2 2 5   z   10 

Persamaan (c1.a) dikalikan elemen pertama dari persamaan (c1.b) yaitu 4, dan kemudian dikurangkan
terhadap persamaan (c1.b), dengan cara yang sama untuk persamaan (c1.c), sehingga didapat:

1 0,3333  0,3333  x   1,6666 


0 5,6668  1,6668   y   13,3336
     (c4)
0  2,6666 5,6666   z   6,6668 

Baris kedua dari persamaan (c4) dibagi dengan elemen pertama tidak 0 dari baris kedua, yaitu 5,6668
sehingga sistem persamaan menjadi:

1 0,3333  0,3333  x  1,6666 


0 1  0,2941  y   2,3529
     (c5)
0  2,6666 5,6666   z  6,6668

Baris kedua persamaan (c5) dikalikan dengan elemen kedua dari baris pertama, yaitu 0,3333 dan
kemudian dikurangkan terhadap persamaan baris pertama. Kemudian dengan cara yang sama untuk
persamaan baris ketiga, sehingga didapat:

19
1 0  0,2353  x   0,8824 
0 1  0,2941  y    2,3529 
     (c6)
0 0 4,8824   z  12,9410

Baris ketiga persamaan (c6) dibagi dengan elemen pertama tidak 0 dari baris ketiga, yaitu 4,8824
sehingga menjadi:

1 0  0,2353  x  0,8824 
0 1  0,2941  y   2,3529
     (c7)
0 0 1   z  2,6505

Persamaan baris ketiga dikalikan elemen ketiga dari persamaan (c7) baris pertama kemudian
dikurangkan persamaan (c7) baris pertama. Kemudian dengan cara yang sama untuk persamaan (c7)
baris kedua, sehingga didapat:

1 0 0  x   1,5061 
0 1 0  y    3,1324 
    
0 0 1  z  2,6505

Dari sistem persamaan diatas, didapat nilai x, y dan z berikut ini:


x = 1,5061; y = 3,1324 dan z = 2,6505.

atriks Tridiagonal (Metode Sapuan Ganda Choleski)


Disebut juga metode penyelesaian langsung, karena pemakaiannya mudah dan matriks tridiagonal
banyak dijumpai dalam berbagai permasalahan terutama dalam penyelesaian persamaan diferensial order
dua.

Dipandang sistem persamaan sebagai berikut:

b1 x1  c1 x2  d1 
a x  b x  c x  d 
 2 1 2 2 2 3 2 
 a3 x2  b3 x3  c3 x4  d3 
 
        
(2.14)
 ai xi 1  bi xi  ci xi 1  di 
 
     
 
     
 an xn 1  bn xn  d n 
Baris pertama pada persamaan (2.14) dari sistem memungkinkan untuk menulis bilangan tak diketahui x1
sebagai fungsi bilangan tak diketahui x2 dalam bentuk:
c1 d1
x1 =  x2 + atau x1 = P1 x2 + Q1 (2.15)
b1 b1

20
c1 d1
dengan P1 =  dan Q1 = , bila nilai x1 disubstitusikan ke dalam baris kedua persamaan (2.14),
b1 b1
maka didapat:

c1 d1 a 2 c1 d1
a2 ( x2 + ) + b2 x2 + c2 x3 = d2 atau ( + b2 ) x2 = c2 x3 + (d2  a2 )
b1 b1 b1 b1

dapat pula ditulis sebagai: x2 = P2 x3 + Q2


d1
c2 d 2  a2
b1
dengan P2 =   a 2 c1  dan Q2 = , persamaan ini menunjukkan bahwa x2 merupakan
   b2   a 2 c1 
 b1     b2 
 b1 
fungsi dari x3, langkah seperti tadi dapat diulangi lagi untuk semua baris pada persamaan berikutnya.
Dengan demikian setiap bilangan tak diketahui dapat dinyatakan sebagai bilangan tak diketahui
berikutnya.
Misalnya telah diperoleh persamaan sebagai berikut:
xi – 1 = Pi – 1 xi + Qi – 1
Apabila nilai xi – 1 disubstitusikan ke dalam baris ke i dari sistem persamaan (2.14), maka:
ai (Pi – 1 xi + Qi – 1) + bi xi + ci xi + 1 = di
(ai Pi – 1 + bi ) xi + ci xi + 1 = di  (ai Qi – 1)
ci d i  ai Qi 1
xi =  ( a P xi  1 +
i i  1  bi ) ( ai Pi  1  bi )

Persamaan tersebut diatas dapat ditulis dalam bentuk:


xi = Pi xi + 1 + Qi (2.16a)
ci
dengan: Pi =  ( a P  b ) dan (2.16b)
i i 1 i

d i  ai Qi 1
Qi = (2.16c)
( ai Pi  1  bi )

Untuk i = 1, maka persamaan (2.16a), menjadi:


x1 = P1x2 + Q1 (2.17a)
c1
dengan: P1 =  dan (2.17b)
(a1 P0  b1 )

d 1  a1 Q0
Q1 = (2.17c)
(a1 P0  b1 )

Perbandingan persamaan (2.17) dan (2.15), menunjukkan bahwa:


P0 = 0 dan Q0 = 0 (2.18)
Persamaan (2.17) dan (2.18), memungkinkan untuk menghitung koefisien Pi serta Qi dari nilai i = 1
sampai i = n, langkah ini merupakan sapuan pertama. Setelah sampai titik ke n hitungan dilakukan dalam
arah kebalikannya, yaitu dari n ke 1, untuk menghitung bilangan tak diketahui xi.
Untuk itu persamaan terakhir dari sistem persamaan (2.14) ditulis dalam bentuk:
21
an xn – 1 + bn xn = dn (2.19)
Pada sistem persamaan (2.16), apabila i = n 1, maka:
xn – 1 = Pn – 1 xn + Qn – 1 (2.20)
Substitusi dari persamaan (2.20) ke dalam persamaan (2.19), akan memberikan:
an(Pn – 1 xn + Qn – 1) + bnxn = dn
(anPn – 1 + bn ) xn = dn  an Qn – 1
d n  a n Qn  1
xn =
(a n Pn  1  bn )

Sesuai dengan persamaan (2.16a), maka: xn = Qn.


Nilai xn dapat diperoleh, berdasarkan nilai xn yang didapat maka nilai xn – 1 dapat dihitung pula dengan
persamaan sebagai berikut: xn – 1 = Pn – 1 xn + Qn – 1.
Dari nilai xn – 1 kemudian dihitung nilai xn – 2, xn – 3, dan seterusnya hingga ke nilai x1.

Contoh soal:
Selesaikan sistem persamaan berikut ini dengan menggunakan metode sapuan ganda.
2 x1  x 2 7
x1  x 2  3x3  10
(c1)
6 x 2  2 x3  x 4 7
2 x3  3 x 4  13

Penyelesaian:
Sistem persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk matriks tridiagonal, yang penyelesaiannya dapat
dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut:

xi = Pi xi + 1 + Qi (c2)
ci
dengan: Pi =  ( a P  b ) dan (c3)
i i 1 i

d i  ai Qi 1
Qi = (c4)
( ai Pi  1  bi )

Skema penyelesaian sistem persamaan dengan metode sapuan ganda sebagai berikut:

Pi , Qi (i = 1,2,3,4)

P 1 , Q1 P 2 , Q2 P 3 , Q3 P4 , Q4

i=1 i=2 i=3 i=4


x1 x2 x3 x4

xi (i = 4,3,2,1)

22
Langkah pertama dihitung nilai Pi dan Qi (i = 1, 2, 3, 4) dari kiri ke kanan. Setelah sampai ke titik i = n =
4, dihitung nilai xn = Qn. Berdasarkan nilai xn tersebut, kemudian hitungan dilanjutkan dari kanan ke kiri
untuk mendapatkan nilai xi (i = 4, 3, 2, 1).

a) Menghitung koefisien Pi dan Qi (i = 1, 2, 3, 4)


Koefisien Pi dan Qi dihitung dengan menggunakan persamaan (c3) dan (c4), berdasarkan sistem
persamaan (c1).
Untuk i = 1, P0 = 0 dan Q0 = 0.
c1 c1 1
P1 =  = =  = 0,5.
 a1 P0  b1  b1 2

d 1  a1 Q0 70 7
Q1 = = = = 3,5.
 a1 P0  b1   0  2  2

Untuk i = 2, P1 = 0,5 dan Q1 = 3,5.


c2 3
P2 =  =  1   0,5  1 = 6.
 a 2 P1  b2 
d 2  a 2 Q1 ( 10)  1 (3,5)  13,5
Q2 = = = 0,5 = 27.
 a 2 P1  b2  1 (0,5)  1
Untuk i = 3, P2 = 6 dan Q2 = 27.
c3 1 1
P3 =  =   6  6   2  =  = 0,02941.
 a3 P2  b3  34

d 3  a 3 Q2 7  (6 ( 27)) 169
Q3 =
 a3 P2  b3   6 (6)  (2)  34 = 4,97059.
= =

d n  a n Qn  1
Untuk i = n = 4, Pn = 0 dan Qn = , maka:
(a n Pn  1  bn )

d 4  a 4 Q3 13  ( 2 ( 4,97059)) 3,05882
x4 = Q4 = = =  3,05882 = 1,00.
 a 4 P3  b4   2 (0,02941)  (3) 
Setelah nilai Pi dan Qi (i = 1, 2, 3, 4) didapat, lalu dihitung nilai xi (i = 4, 3, 2, 1).

b) Menghitung xi (i = 4, 3, 2, 1)
Variabel xi (i = 4, 3, 2, 1) dihitung dengan menggunakan persamaan (c2):
xi = Pi xi + 1 + Qi
Untuk i = 4, maka x4 = Q4 = 1,00.
Untuk i = 3, maka x3 = P3x4 + Q3 = (0,02941(1,00)) + 4,97059 = 5,00.
Untuk i = 2, maka x2 = P2x3 + Q2 = (6(5,00)) + (27) = 3,00.
Untuk i = 1, maka x1 = P1x2 + Q1 = (0,5(3,00)) + 3,5 = 2,00.
Dengan demikian hasil yang diperoleh adalah:
x1 = 2,00; x2 = 3,00; x3 = 5,00; x4 = 1,00.

23
Untuk mengetahui benar atau tidaknya hasil yang diperoleh, maka nilai-nilai tersebut dimasukkan ke
dalam persamaan yang telah diselesaikan.

2 (2,00) + 3,00 = 7 (= 7)
2,00 + 3,00  3 (5,00) = 10 (= 10)
6 (3,00)  2 (5,00) + (1,00) = 7 (= 7)
2 (5,00)  3 (1,00) = 13 (= 13)

2.4 Matriks Inversi


Pada matriks, operasi pembagian matriks tidak didefinisikan, akan tetapi operasi matriks yang serupa
dengan pembagian adalah matriks inversi. Bila A adalah MBS, maka matriks inversinya adalah A1,
sedemikian sehingga:

AA1 = A1A = I, dengan I adalah matriks identitas.


Selain itu matriks inversi dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem yang berbentuk:
AX = C atau A-1C (2.21)
Nilai X dapat dihitung dengan mengalikan matriks inversi dari koefisien matriks A dengan ruas kanan
dari sistem persamaan yaitu C.
Metode Gauss-Jordan dapat digunakan untuk mencari matriks inversi, untuk itu koefisien matriks
ditingkatkan dengan matriks identitas. Metode Gauss-Jordan dipakai untuk mereduksi koefisien matriks
menjadi matriks identitas, setelah selesai, sisi kanan dari matriks yang ditingkatkan merupakan matriks
inversi.
Prosedur dari hitungan matriks inversi:

 a11 a12 a13 | 1 0 0 1 0 0 | a111 a121 a131 


a   1 1 1 
 21 a 22 a 23 | 0 1 0  0 1 0 | a 21 a 22 a 23 
a 31 a 32 a 33 | 0 0 1 0 0 1 | a311 1
a32 1 
a33
 
A I I A-1

Contoh soal:
3 1  1
  3
Cari matriks inversi dari matriks sebagai berikut: A = 4 7
2 2 5 
Penyelesaian:
Dilakukan dengan menggunakan metode Gauss-Jordan, dengan terlebih dahulu dilakukan peningkatan
matriks dengan matriks identitas.

3 1 1 1 0 0
 3 0
a) Matriks ditingkatkan, menjadi: 4 7 0 1
 2 2 5 0 0 1 

b) Baris pertama dibagi 3 (nilai yang akan dijadikan 1), menjadi:


1 0,3333  0,3333 0,3333 0 0
4 7 3 0 1 0

 2 2 5 0 0 1 

c) Baris kedua dikurangi hasil dari baris pertama dikali 4, dan baris ketiga dikurangi hasil dari baris
pertama dikali 2, menjadi:
24
1 0,3333  0,3333 0,3333 0 0
0 5,6667  1,6667  1,3333 1 0

0  2,6667 5,6667  0,6667 0 1 

d) Baris kedua dibagi 5,6667 (nilai yang akan dijadikan 1), menjadi:
1 0,3333  0,3333 0,3333 0 0
0 1  0,2941  0,2353 0,1765 0

0  2,6667 5,6667  0,6667 0 1

e) Baris pertama dikurangi hasil dari baris kedua dikali 0,3333 dan baris ketiga ditambah hasil dari baris
kedua dikali 2,6667 menjadi:

1 0  0,2353 0,4118  0,0588 0


0 1  0,2941  0,2353 0,1765 0

0 0 4,8824  1,2941 0,4706 1 

f) Baris ketiga dibagi 4,8824 (nilai yang akan dijadikan 1), menjadi:
1 0  0,2353 0,4118  0,0588 
0
0 1  0,2941  0,2353 0,1765 
0
 
0 0 1  0,2651 0,0964 0,2048

g) Baris pertama ditambah hasil dari baris ketiga dikali 0,2353 dan baris kedua ditambah hasil dari baris
ketiga dikali 0,2941 menjadi:

1 0 0 0,3494  0,0361 0,0482


0 1 0  0,3133 0,2048 0,0602

0 0 1  0,2651 0,0964 0,2048

 0,3494  0,0361 0,0482


 0,0602
maka matriks inversnya adalah =  0,3133 0,2048
  0,2651 0,0964 0,2048

2.5 Metode Iterasi


Metode ini lebih baik dibanding dengan metode langsung, misalnya untuk matriks yang tersebar yaitu
matriks dengan banyak elemen nol dan juga dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan
tidak linier.

1. Metode Jacobi
Dipandang sistem dengan 3 persamaan dan 3 bilangan tak diketahui:
a11 x1 + a12 x2 + a13 x3 = b1
a21 x1 + a22 x2 + a23 x3 = b2 (2.22)
a31 x1 + a32 x2 + a33 x3 = b3
Persamaan pertama dari sistem diatas dapat digunakan untuk menghitung x1 sebagai fungsi dari x2
dan x3. Demikian juga persamaan kedua dan ketiga untuk menghitung x2 dan x3 sehingga didapat:

25
(b1  a12 x 2  a13 x3 )
x1 
a11
(b2  a 21 x1  a 23 x3 )
x2  (2.23)
a 22
(b3  a 31 x1  a 32 x 2 )
x3 
a 33
Hitungan dimulai dengan nilai perkiraan awal sembarang untuk variabel yang dicari (biasanya semua
variabel diambil sama dengan nol). Nilai perkiraan awal disubstitusikan ke dalam ruas kanan dari
sistem persamaan (2.23). Selanjutnya nilai variabel yang didapat tersebut disubstitusikan ke ruas
kanan dari sistem (2.23) lagi untuk mendapatkan nilai perkiraan kedua. Prosedur tersebut diulangi
lagi sampai nilai setiap variabel pada iterasi ke n mendekati nilai pada iterasi ke n  1. Apabila
indeks n menunjukkan jumlah iterasi, maka persamaan (2.23) dapat ditulis menjadi:
(b1  a12 x 2n  1  a13 x3n  1 )
x1 
n

a11
(b2  a 21 x1n  1  a 23 x3n  1 )
x 
n
2 (2.24)
a 22
(b3  a 31 x1n  1  a 32 x 2n  1 )
x 
n
3
a 33

Iterasi hitungan berakhir setelah:


x1n  1  x1n , x2n  1  x2n , dan x3n  1  x3n ,
atau telah dipenuhi kriteria berikut:
xin  xin  1
a  100%   s
xin

dengan  s adalah batasan ketelitian yang dikehendaki.

Contoh soal:
Selesaikan sistem persamaan berikut dengan metode iterasi Jacobi:

3x + y – z = 5
4x + 7y – 3z = 20 (c1)
2x – 2y + 5z = 10
Penyelesaian:
Sistem persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk:
5 y  z
x
3
20  4 x  3 z
y (c2)
7
10  2 x  2 y
z
5
Langkah pertama dicoba nilai x = y = z = 0 dan dihitung nilai x', y', dan z'.

26
500
x'   1,66667
3
20  0  0
y'   2,85714
7
10  0  0
z'  2
5
Nilai x', y', dan z' yang diperoleh tidak sama dengan nilai pemisalan. Iterasi dilanjutkan dengan
memasukkan nilai x', y', dan z' kedalam persamaan (c2) untuk menghitung x'', y'', dan z'' dan
kesalahan yang terjadi.

 2,857 14 5 2
x"   1,3


3
1,3 80 95  1 ,6 666 7
x  
1,38 09 5
20  4(1 ,6 666 7)  3(
y" 


7
2,7 619 0  2,857 14
y  
2,7 619 0
10  2(1 ,666 67)  2( 2
z" 


5
2,13 333  2
z   10 0%
2, 133 33

Hitungan dilanjutkan dengan prosedur diatas, sampai akhirnya diperoleh kesalahan yang relatif kecil
(terhadap ketelitian yang diharapkan). Untuk mempercepat dan memudahkan hitungan, dibuat
program untuk menghitung sistem persamaan linier dengan menggunakan metode Jacobi. Dengan
tingkat ketelitian sebesar 0,1%, maka hasil hitungan adalah x1 = 1,5063; x2 = 3,1328; x3 = 2,6504.

2. Metode Gauss-Seidel
Didalam metode Jacobi, nilai x1 yang dihitung dari persamaan pertama tidak digunakan untuk
menghitung nilai x2 dengan persamaan kedua. Demikian juga nilai x2 tidak digunakan untuk mencari
x3, sehingga nilai-nilai tersebut tidak dimanfaatkan. Sebenarnya nilai-nilai baru tersebut lebih baik
dari nilai-nilai yang lama. Di dalam metode Gauss-Seidel nilai-nilai tersebut dimanfaatkan untuk
menghitung variabel berikutnya.

Seperti dalam metode Jacobi sistem persamaan (2.22) diubah menjadi sistem persamaan (2.23).
Kemudian ke dalam persamaan pertama dari sistem, disubstitusikan nilai sembarang x20 , x30 (biasanya
diambil nol ), sehingga:

(b1  a12 x20  a13 x30 )


x11  (2.25a)
a11

Nilai baru dari x11 tersebut kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan kedua dari sistem (2.23),
sehingga:

(b2  a21 x11  a23 x30 )


x12  (2.25b)
a22

Demikian juga ke dalam persamaan ketiga dari sistem (2.23) disubstitusikan nilai baru x11 dan x12 ,
sehingga didapat:

27
(b3  a31 x11  a32 x 12 )
x31  (2.25c)
a33

Dengan cara seperti ini nilai x1, x2, x3 akan diperoleh lebih cepat dari pada metode Jacobi.

Contoh soal:
Selesaikan sistem persamaan berikut dengan metode iterasi Gauss Seidel:

3x + y – z = 5
4x + 7y – 3z = 20 (c1)
2x – 2y + 5z = 10
Penyelesaian:
Langkah pertama dicoba nilai y = z = 0 dan dihitung x' dengan menggunakan persamaan (2.25a).

500
x'   1,6667
3
Persamaan (2.25b) digunakan untuk menghitung nilai y':
20  4(1,6667)  3(0)
y'   1.90476
7
Nilai z' dihitung dengan persamaan (2.25c):
10  2(1,6667)  2(1,90476)
z'   2,09524
5
Nilai x', y', dan z' yang diperoleh tidak sama dengan nilai pemisalan. Iterasi dilanjutkan dengan
prosedur diatas untuk menghitung x'', y'', dan z'' serta kesalahan yang terjadi.

 1 ,9 04 7 6  5 2,0 9 52
x" 


3
1,7 30 1 6  1 ,6 6 67
x   1
1 ,73 01 6
20  4( 1 ,7 30 1 6 )  3(
y" 


7
2,76 6 44  1 ,9 0 47 6
y  
2,7 66 44
10  2( 1,7 30 1 6 )  2(
z" 


5
2, 4 1 45 1  2,0 9 52 4
z  
2, 4 14 5 1

Hitungan dilanjutkan dengan prosedur diatas, sampai akhirnya diperoleh kesalahan yang relatif kecil
(terhadap yang diharapkan). Untuk mempercepat dan memudahkan hitungan, dibuat program
komputer untuk menyelesaikan sistem persamaan linier dengan menggunakan metode Jacobi dengan
tingkat ketelitian yaitu sebesar 0,1%, maka hasil hitungan diperoleh yaitu x1 = 1,5066; x2 = 3,1311;
x3 = 2,6498.

28
Matrik yang cukup sederhana yang dimaksud di sini adalah matriks eselon baris dan matrik eselon baris
tereduksi. Eleminasi gauss dapat digunakan untuk memperoleh matriks eselon baris, sedangkan eliminasi
gauss-jordan untuk mendapatkan matriks eselon baris tereduksi :
Sifat sifat yang dimiliki matriks eselon baris adalah :

1. Jika baris tidak seluruhnya dari nol, maka bilangan tak nol pertama baris tersebut adalah 1. (disebut
1 utama).
2. Jika terdapat baris yang seluruhnya terdiri dari nol, maka semua baris seperti itu
dikelompokan bersama-sama di bawah matriks.
3. Dalam sebarang dua baris yang berurutan yang seluruhnya tidak terdiri dari nol maka 1 utama dalam
baris yang lebih rendah terdapat lebih jauh ke kanan dari 1 utama dalam baris yang lebih tinggi. Sifat
sifat yang dimiliki matriks eselon baris terreduksi ialah sifat sifat 1, 2 ,dan 3 serta sifat sifat berikut.
4. Masing-masing kolom yang mengandung 1 utama mempunyai nol di tempat
lain.
Contoh : tentukan pemecahan SPL :
X + y + 2z = 9
2x + 4y – 3z = 1
3x + 6y – 5z = 0
Dengan cara :
a. Eliminasi gauss
b. Eleminasi gauss Jordan
Jawab :

29
Matriks ekuivalen dengan SPL di atas adalah :

Bentuk matrik yang diperbesar dari SPL tersebut adalah :

A. Eleminasi Gauss

Bentuk matriks eselon baris (yang ditulis terakhir) kita ubah kembali dalam system persamaan linear
menjadi :
x + y + 2z = 9
y – 7/2 z = -17/2
z =3
dengan cara subtitusi balik kita peroleh x dan y :
untuk z = 3
maka : y – 7/2 z = -17/2
y = -17/2 + 7/2 z
y = - 17/2 + 21 /2
y = 4/2
y=2
untuk y =2 dan z =3 maka : x + y + 2 z = 9
x = 9 – y – 2z
x=9–2–6
x=1
jadi pemecahan untuk SPL di atas adalah x = 1, y = 2 , dan z , 3

B. Eleminasi Gauss-Jordan

30
Untuk mencari matriks eselon baris terreduksi maka setelah kita memperoleh matriks eselon bariss
diperlukan langkah tambahan berikut:

Matrik ini berbentuk matriks eselon baris terreduksi yang dapat dituliskan kembali ke dalam bentuk SPL
sebagai berikut :
X1 = 1 ; x2 = 2 ; x3 = 3
Jadi pemecahan untuk SPL tersebut adalah : X1 = 1 ; x2 = 2 ; x3 = 3

31

Anda mungkin juga menyukai