Block Book
Viktimologi
Fakultas Hukum
Universitas Ibn Khaldun
Bogor
2019
Block Book
Materi Kuliah Viktimologi
Pengantar
Dalam perkuliahan Viktimologi di fakultas hukum akan lebih
fokus pada korban kejahatan dalam Sistem Peradilan Pidana (Penal
Viktgimologi). Perkuliahan akan dimulai dengan mengantarkan
mahasiswa memahami apakah Viktimologi tersebut dan melihat
latar belakang perkembangannya (melihat sudut pandang para
sarjana dalam melihat korban kejahatan dan melihat proses
penimbulan korban), manfaat dan bagaimana kedudukannya dalam
khasanah ilmu pengetahuan, terutama hubungannya dengan
Kriminologi, Hukum Pidana dan Sistem Peradilan Pidana.
Seknjutnya obyek kajian Viktimologi, yaitu korban, akan
menjadi sorotan, khususnya korban kejahatan. Pembahasan akan
lebih mengarah pada penyebab viktimisasi, bukan saja karena
kejahatan tetapi perhatian juga akan diberikan pada sistem yang
berperan pula sehingga timbunya korban, dan munculnya
secondery victim, atau bahkan tertiary victim.
Upaya pencegahan dan perlindungan terhadap korban
kejahatan akan dipelajari bersamaan dengan keberadaan hakhak
dan kewajiban korban kejahatan. Perlindungan lebih diarahkan
pada access to justice, pengakuan terhadap victim impact
statement, dan upaya untuk memberikan ganti kerugian serta
santunan (kompensasi) pada korban kejahatan. Hal yang penting
juga akan dilihat paradigma yang bertentangan antara restoratif
justice dengan restributif justice.
Metode dan Strategi Pembelajaran
Perkuliahan ini menggunakan system PBL (Probleme Based
Learning). Semua mahasiswa ketika masuk kelas diharapkan sudah
mempelajari materi yang telah disarankan. Materi telah ditentukan
dan tercantum dalam Block book. Pelaksanaan PBL akan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada (dilihat jumlah
mahasiswa, kondisi kelas dan sistem kredit semester). Ada tiga
bagian perkuliahan, yaitu : kuliah umum, tutorial dan ujian (Ujian
Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester). Kuliah umum dalam
mata kuliah ini akan dilakukan paling sedikit sebanyak dua kali,
tutorial sebanyak sepuluh kali. Dalam setiap tutorial, hal yang tetap
harus dilakukan adalah presentasi tugas oleh seorang mahasiswa
(atau oleh satu kelompok diskusi) dan kemudian ada seorang
mahasiswa (atau suatu kelompok diskusi) akan bertindak selaku
penanggap wajib (bisa berupa komentar/perluasan materi atau
sanggahan untuk peper yang dipresentasikan). Sementara itu
mahasiswa yang lain (kelompok diskusi yang lain akan bertindak
sebagai peserta diskusi setelah presentasi peper dan tanggapan.
Bila mana memungkinkan maka seorang mahasiswa (wakil
kelompok) akan bertindak sebagai pemimpin diskusi (leader
discussion). Pemimpin diskusi akan mendistribusikan dan
mendorong kesempatan untuk mengajak peserta berpartisipasi
aktif, baik bertannya ataupun berkomentar pada setiap tutorial.
Sementara itu ujian akan dilakukan dua kali yaitu ujian pada
tengah semester dan ujian pada akhir semester. Nilai (hasil
evaluasi) akan dihitung berdasarkan nilai ujian, nilai keaktivan di
kelas dan nilai tugastugas pada setiap tutorial.
Pengajar dan Tutor (lecturing and tutorial)
Pengajar maupun tutor akan dilakukan secara bergantian oleh
dosen para pengasuh mata kuliah dari bagian Hukum Pidana
(dosen penanggungjawab matakuliah akan mengatur baik
perkuliahan, tutorial dan ujian).
Perencana Materi Perkuliahan (Planning Group)
Perencana materi perkuliahan yang direalisasikan lewat Block
Book adalah para dosen bagian Hukum Pidana yang mengasuh
mata kuliah Viktimologi.
Sarana yang dipergunakan dalam perkuliahan
Perkuliahan dan tutorial minimal didukung dengan papan
tulis, bila memungkinkan maka perkuliahan akan didukung dengan
peralatan berupa LCD. Apabila perkuliahan didukung LCD maka
setiap presentasi diharuskan membuat bahan presentasi dalam
program power point.
Penilaian (Evaluasi)
Pola penilaian disesuaikan dengan pola penilaian yang telah
diatur dalam Buku Pedoman Fakultas.
(UTS + TT) + 2 (UAS)
NA ___________________
3
Nilai Range
A 80 100
B 65–79
C 55–64
D 40–54
E 039
Isi Perkuliahan :
1. Pertemuan I : Kuliah Umum tentang Viktimologi dan korban
kejahatan
2. Pertemuan II : Apakah Viktimologi itu?
Tugas I : Obyek Kajian Viktimologi.
3. Pertemuan III : Perkembangan Viktimologi.
Tugas II : Kriminologi dan Viktimologi
Tugas III : Viktimologi Survey.
4. Pertemuan IV : Penal Viktimologi.
Tugas IV : Victim Precipitation.
5.. Pertemuan V : Korban Kejahatan.
Tugas V : Korban dipersalahkan Pelaku dibela.
Tugas VI : Kasus Prita Mulya Sari.
6. Pertemuan VI : Kuliah Umum tentang Pencegahan dan
Perlindungan Korban Kejahatan.
7. Pertemuan VII : Hak dan Kewajiban Korban Kejahatan.
Tugas VII : Korban HAM Abepura.
8. Pertemuan VIII : Upaya Pencegahan Terjadinya Korban
Kejahatan.
Tugas VII : Korban dan Permasalahannya.
9. Pertemuan IX : Perlindungan Korban Kejahatan.
Tugas IX : Perlindungan terhadap Istriistri Korban Bom Bali.
10.Pertemuan X : Korban dalam Sistem Peradilan Pidana.
Tugas X : Criminal Justice Model Vs. Victim Justice Model.
Tugas XI : Precedural Rights Model dan Service Model.
.
11.Pertemuan XI : Ganti Kerugian (Restitusi) pada Korban
Kejahatan.
Tugas XII : Restorative Justice Vs. Retributive Justice.
Tugas XIII : Ganti Kerugian dan Permasalahannya.
12.Pertemuan XIV : Santunan (Kompensasi) pada Korban
Kejahatan.
Tugas XII : Kompensasi dan permasalahannya..
Pertemuan I
Kuliah umum dari dosen tentang Viktimologi dan Korban
Kejahatan
Pertemuan II
Apakah Viktimologi itu?
Literatur yang harus dibaca :
JJM van Dijk, HI Sagel Grande, LG Toornvilet, Kriminal Aktual,
Surakarta : Sebelas Maret University Press, 1996.Bab IX
Mardjono Reksodipoetro, Kriminologi dan Sistem Peradilan
Pidana, Jakarta : Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian
Hukum – Lembaga Kriminologi UI, 1994. Hal. 70 – 83.
Sahetapy, ”Modernisasi dan Victimology”, Makalah dalam
Seminar Relevansi Viktimologi di Indonesia Dewasa Ini, Surabaya
23 Maret 1985
Didik M Arief Mansur dan Elsatris Gultom, Urgensi Perlindungan
Korban Kejahatan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007. Bab II.
Andrew Karmen, Crime Victims, An Introduction to Victimology,
Monterey, California : Brooks/ Cole Publishing Company, 1984.
Bab I..
Tugas I:
Obyek Kajian Viktimologi
Perhatikan beberapa kasus yang telah disiapkan, berikanlah
tanggapan saudara tentang :
Kasus Luna Maya, Gempa Padang, Bibit Candra, Kasus Lumpur
Lapindo, Kasus Buruh Migran, Kasus Bunuh diri, kasus saksi yang
meninggal di pengadilan, kasus marsinah, kasus pencurian buah
coklat, dsb.
a. Apakah kasus kasus tersebut merupakan obyek kajian dari
Viktimologi (ruang lingkup viktimologi)?
b. Apakah karakteristik dari Viktimologi?
c. Difinisikan apakah Viktimologi tersebut.!
Pertemuan III
Perkembangan Viktimologi
Literatur yang harus dibaca :
Arif Gosita, Relevansi Viktimologi, Jakarta : Indo hilco,
Didik M Arief Mansur dan Elsatris Gultom, Urgensi Perlindungan
Korban Kejahatan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007. Bab II.
Mardjono Reksodipoetro, Kriminologi dan Sistem Peradilan
Pidana, Jakarta : Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian
Hukum – Lembaga Kriminologi UI, 1994. Hal. 70 – 83. 84 – 96.
Jenis Barkas, Victim and Victimology Introduction,
http://Student.bton.ac.uk. (Microsoft word document)
Tugas II :
Kriminologi dan Viktimologi
Kriminologi dan Viktimologi adalah samasama ilmu yang
berhubungan dengan kejahatan. Banyak orang berpandangan
bahwa Viktimologi adalah bagian dari kriminologi, sebaliknya ada
yang berpandangan bahwa Viktimologi adalah disiplin ilmu yang
berdiri sendiri.
Buatlah peper (5 – 8) halaman yang berisi penelusuran munculnya
viktimologi dalam khasanah ilmu pengetahuan, dengan
memperhatikan pertanyaanpertanyaan di bawah :
a. Apakah Viktimologi itu bagian dari Kriminologi?
b. Bagaimanakah posisi Viktimologi dalam khasanah ilmu
pengetahuan yang lain (Viktimologi dengan Hukum Pidana,
Sistem Peradila Pidana)
Tugas III :
Victim Survry
Hasil survey yang dilakukan Steven Box, Robert F Kidd dan Ellen
F Chayet demikian pula hasil survey dari Biro Pusat Statistik
(BPS) Indonesia menunjukkan bahwa banyak korban kejahatan
yang tidak melaporkan kejadian yang menimpanya pada polisi
dengan alasan : upaya yang sangat mahal, buangbuang waktu,
takut, tidak mengerti proses hukumnya, dianggap dapat
diselesaikan sendiri, tidak pantas dilaporkan, tidak ada gunanya,
korban tidak tahu telah menjadi korban, merasa lebih baik
diselesaikan di luar pengadilan.
a. Apakah hasil survey di atas berperan penting dalam
perkembangan Viktimologi? Adakah halhal lain yang
mendorong perkembangan Viktimologi? (latar belakang/
sejarah, tujuan, fungsi, dan manfaat yang diharapkan dari
keberadaan Viktimologi).
b. Bagaimanakah konsep pemikiran dari aliran Positivis
Victimology, Radical Victimology, dan Critical Victimology
Pertemuan IV
Penal Victimology
Literatur yang harus dibaca :
M. Mustofa, Pencegahan Terjadinya Korban Kejahatan,
”Perlindungan terhadap Masyarakat Agar Tidak Menjadi Korban
Kejahatan”’ Makalah pada Seminar Pencegahan Terjadinya
Korban Kejahatan, diselenggarakan oleh Jurusan Kriminologi
FISIP UI bekerjasama dengan Polda Metro Jaya, 18 Juli 1994.
Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, Jakarta : Akademika
Presindo, 1983. Bab VI.
JM. Van Dijk, Ron GH van Kaam, Joanne Wemmers, Caring for
Crime Victim, Monsey, New York : Criminal Justice Press, 1999.
Hal. 1 – 10 dan hal. 141 – 151.
Sandra Walklate, Hand Book of Victim and Viktimology, Willan
Publishing
Andrew Karmen, Crime Victims, An Introduction to Victimology,
Monterey, California : Brooks/ Cole Publishing Company, 1984.
Bab III, IV.
Tugas IV :
Victim Precipitation
Penampilan yang menarik dari Tono seorang duren (duda keren)
yang sering nongkrong di Kafe Ayu, telah membuat nona tergila
gila, nona berusaha untuk mendapat perhatian dari tono. Bahkan
karena terlalu semangatnya sampaisampai Tono diberikan
pelayanan yang istimewa. Suatu hari Tono diajak pergi ke luar
kota. Ternyata kepergian nona kali ini adalah sebuah perpisahan,
karena setelah itu berita sedih yang diterima. Nona di temukan
telah menjadi mayat dengan kondisi menyedihkan dan Tono yang
ternyata seorang psikopat itu adalah pembunuhnya.
a. Bandingkan pendapat Von Hentig, Mondelshon dan
Wolfgang, (Hindelang, Godferson dan Garofalao), Van Dijk,
(choen dan Felson), sebagainya..Bagaimanakah masing
masing dari mereka memandang korban.
b. Ilustrasikan bagaimanakah tindakantindakan yang
dikatagorikan sebagai blaming the victim, victim facilitation,
vicitim precipitation, dan victim provocation.
Pertemuan V
Korban Kejahatan
Literatur yang harus dibaca :
JJM van Dijk, HI Sagel Grande, LG Toornvilet, Kriminal Aktual,
Surakarta : Sebelas Maret University Press, 1996.Bab IX
Damona Puspawardaya,”Sekitar Masalah Perlindungan terhadap
Korban Kejahatan”, Makalah dalam Seminar tentang Perlindungan
hukum Terhadap Korban Kejahatan, diselenggarakan oleh
Lembaga Pelayanan dan Penyuluhan hukum Golkar Pusat, Jakarta
8 juni 1994.
Mardjono Reksodipoetro, Kriminologi dan Sistem Peradilan
Pidana, Jakarta : Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian
Hukum – Lembaga Kriminologi UI, 1994. Hal. 84 – 96.
Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, Jakarta : Akademika
Presindo, 1985. Bab III.
JM. Van Dijk, Ron GH van Kaam, Joanne Wemmers, Caring for
Crime Victim, Monsey, New York : Criminal Justice Press, 1999.
Hal. 141 – 151.
Tugas V : Korban Dipersalahkan Pelaku dibela
Banyak pria saat ini terpaksa memikul dosa kesepakatan berbuat
mesum. Ketika palu hakim diketuk kaum pria harus rela
kehilangan alasan kalau perbuatannya yang disinyalir paksaan itu
sebetulnya berasal dari kesepakatan. Meskipun bertentangan
dengan hati nuraninya, tapi si pria rela melaksanakannyakarena
telah bersepakat dengan si rambut panjang yang men urut si pria
suka memutarbalikkan kata ”sepakat” menjadi kata ”paksa”.
”Sungguh saya menyesal dia itu kan ayam beneran (PSK) di kota
Kupang. Mulanya dia sudah dipakai sejumlah temanteman saya di
malam itu, baru tiba giliran saya. Sebelum bertarung, saya dan
JMF masih kompromi tentang tarif dan posisi permainan yang
akan digunakan. JMF setuju saya gunakan posisi tidur”. Ujar
Hendrikus Neno (23tahun) yang diganjar empat tahun penjara
karena terbukti bersama enam rekan lainnya melakukan perkosaan
terhadap JMF di kompleks RRS Liliba pada September
1997.(Sunarto, Televisi Kekerasan dan Perempuan, Jakarta :
Kompas, 2009, hal. 5. Berita ini dikutip dari Pos Kupang, 13 April
1998).
Tugas VI: Kasus Prita Mulya Sari
Bermuda dari panas tinggi dan pusing kepala, Prita Mulyasari,
seorang ibu dengan dua anak ini memeriksakan dirinya di RS Ovni
Internacional Tangerang. Hasil pemeriksaan diduga demam
berdarah dan harus rawat inap./ Berbagai pengobatan dilakukan,
tapi penyakitnya tidak kunjung sembuh bahkan cenderung
membahayakan. Karena tidak puas dengan pelayanan pindah
rumah sakit, tapi minta file data perawatan sangat sulit. Di Rumah
sakit yang lain didiagnosa berbeda. Kekecewaaan Prita ditulis
dalam email pribadinya ke beberapa teman. Email ini menyebar
sehingga akhirnya terbaca oleh RS Omni I. Prita mengugat RS
Omni dan dr. Hengki dan dr. Grace. Prita kalah dan harus
membayar kerugian material dan immaterial sejumlah 261 jt.
Rupiah. . Selain itu berdasarkan pengaduan dr. Hengki Prita juga
didakwa melakukan pencemaran nama baik.(http//www.sumbawa
news.com, diakses 9 Januari 2010)
a. Siapakah korban kejahatan itu? (lihat pendapat para sarjana
dan instrumen internasional dan nasional).
b. Bagaimana dengan kasus IV siapakah yang menjadi korban
di situ? Menagapa?
c. Apakah Prita merupakan korban? Jenis korban apakah dia?
Bagaimana dengan keluargannya?
d. Bagaimanakah penderitaan yang dialami korban kejahatan
dan bagaimanakah reaksi mereka (cost of victimisation)?
e. Bagaimanakah tingkat pertanggungjawaban pelaku dan
korban dalam kejahatan (Shared Responsibility, Victim
Bleming and Victim Defending)
Pertemuan VI
Kuliah umum dari dosen tentang Pencegahan dan perlindungan
korban kejahatan
Pertemuan VII
Hak dan Kewajiban Korban Kejahatan
Literatur yang harus dibaca :
JM. Van Dijk, Ron GH van Kaam, Joanne Wemmers, Caring for
Crime Victim, Monsey, New York : Criminal Justice Press, 1999.
Hal. 141 – 151.
Jonathan Doak, Victim’s Rignts, Human Right, and Criminal
Justice, Oxford and Portland Oregon : Hart Publishing, 2008.
Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, Jakarta : Akademika
Presindo, 1983. Bab III
Declaration on the Basic Principles of Justice for Victims of Crime
and Abuse of Power.
UU No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan korban
Tugas VII : Korban HAM Abepura
Lilimus Suhuniap, Panies Elopere dan Rubus Kayoga adalah tiga
orang saksi sekaligus korban pelanggran HAM di Papua. Hal ini
terjadi karena mereka diduga terkait dengan LSM di Papua,
pemeriksaan dan penyiksaan menjadi bagian dari penderitaan
mereka oleh polisi di Polsek Abepura, di Markas Brimob dan di
Polres Jaya pura. Selanjutnya ketika persidangan mereka menangis
dan menyerahkan daftar kerugian yang mereka alami pada hakim
lewat jaksa penuntut umum, mungkin tak mengembalikan apa
yang mereka minta, apa yang semula ada pada diri mereka. Mereka
menderita trauma yang berkepanjangan. (http://www.ham
papua.org/skp/abepura, diakses 9 Jabuari 2010)
Persiapkan jawaban saudara untuk pertanyanpertanyaan di bawah
a. Apakah korban kejahatan mempunyai hak, apakah hakhak
korban kejahatan?
b. Apakah yang menjadi kewajiban korban kejahatan?
Pertemuan VIII
Upaya Pencegahan terjadinya korban kejahatan
Literatur yang harus dibaca :
Harkristuti Harkrisnowo, ”Mereka yang terlupakan : Para Korban
Kejahatan”, Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional
tentang Perlindungan Hukum terhadap Korban Kejahatan (LPPH
Golkar 1994)
M. Mustofa, Pencegahan Terjadinya Korban Kejahatan,
”Perlindungan terhadap Masyarakat Agar Tidak Menjadi Korban
Kejahatan”’ Makalah pada Seminar Pencegahan Terjadinya
Korban Kejahatan, diselenggarakan oleh Jurusan Kriminologi
FISIP UI bekerjasama dengan Polda Metro Jaya, 18 Juli 1994.
Persiapkan jawaban saudara untuk pertanyaan di bawah :
Tugas VIII :
Korban dan permasalahannya dalam SPP
a. Identifikasi masalahmasalah penimbulan korban!
b. Persoalanpersoalan apakah yang dihadapi oleh korban dalam
sistem peradilan pidana (di kepolisian, di kejaksaan, dan di
pengadilan)
c. Bagaimanakah bentukbentuk pencegahan agar tidak timbul
korban?
d. Bagaimanakah meningkatkan partisipasi korban?
Pertemuan IX
Perlindungan korban kejahatan
Literatur yang harus dibaca :
JM. Van Dijk, Ron GH van Kaam, Joanne Wemmers, Caring for
Crime Victim, Monsey, New York : Criminal Justice Press, 1999.
Hal. 141 – 151.
Didik M Arief Mansur dan Elsatris Gultom, Urgensi Perlindungan
Korban Kejahatan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007. Bab IV..
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan
Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta :
kencana Media Group, 2007. Bab VII.
UU No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan korban.
UU Tentang Kesejahteraan Sosial
UU Tentang Perlindungan Anak
UU Tentang Peradilan Anak
Tugas IX :
Perlindungan terhadap istriistri korban Bom Bali I
Korban bom Bali tidak lagi sendiri menanggung beban. Berbagai
lembaga telah didirikan untuk berusaha mengembalikan kondisi
fisik maupun psikologis korban. Korban, baik yana langsung
maupun tidak langsung memdapat bantuan dari berbagai lembaga
swadaya masyarakat, salah satunya adalah YKIP (Yayasan
Kemanusiaan Ibu Pertiwi). Yayasan ini mengkoordinasikan
berbagai LSM, menghimpun dana untuk bea siswa anakanak
korban bom Bali, mengusahakan pekerjaan buat istriistri korban
bom bali dan sebagainya. Apakah saudara melihat ada bentuk
perlindungan terhadap korban kejahatan dalam tulisan di atas?
Dikatagorikan bentuk perlindungan apakah itu?
Persiapkan jawaban saudara untuk pertanyaan di bawah :
a. apakah yang dimaksud dengan Perlindungan korban
kejahatan?
b. Bagaimanakah bentuk bentuk perlindungan korban
kejahatan tersebut?
c. Apakah yang dimaksud dengan Victim Support, dan
bagaimana bentuk serta perkembangannya?
d. Bagaiamanakah perlindungan korban kejahatan di
Indonesia ?
Pertemuan X
Korban dalam Sistem Peradilan Pidana
Literatur yang harus dibaca :
Jan JM van Dijk, ”Victim Right to Better Service or Right to
Active Participation”.
Ezzat Fattah and Tony Peters, Support for Victims in a
Comparative Perspektive Leuven University Press, 1998. Hal. 13 –
20.
Andrew Karmen, Crime Victims, An Introduction to Victimology,
Monterey, California : Brooks/ Cole Publishing Company, 1984.
Bab V
Robert C Davis and Barbara H Smith, “Victim Impact Statements
and Victim Statistic Action : An Unfulfilled Promise, Journal of
Criminal justice Vol 22 No. 1. pp 1 – 12, 1994.
Martin Wright, Justice for Victim and Offender, A Restorative
Response to Crime, Wincester : Waterside Press, 1996. Bab V.
KUHAP
Philp P Purpura, Criminal justice an Introduction, Boston, Oxford,
Johanesburg, Melbourne, New Delhi, Singapore : Butterworth
Heinemann, 1997. Bab I dan Bab II.
Muladi, ”Perlindungan Korban Melalui Proses Pemidanaan, dalam
Bunga Rampai Hukum Pidana, Bandung Alumni, 1992.
UU No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban
Tugas X : Criminal Justice Model Vs Victim Justice Model
Buatlah peper berdasarkan pengamatan saudara tentang
perbandingan perlindungan terhadap tersangka terdakwa di satu
sisi dengan korban di sisi yang lain. Lengkapi dengan karakteristik
Criminal Justice model dan Victim Justice Model.
Tugas XI:
Procedural Rights Model dan Service Model
Persiapkan jawaban saudara untuk pertanyaan di bawah :
a. Apakah yang dimaksud dengan Acess to Justice?
b. Apakah Victim impact statement itu?
c. Apakah yang dimaksud dengan Procedural Rights Model dan
Service Model?
d. Apakah kelemahankelemahan dua model tersebut?
e. Manakah dari dua model tersebut yang lebih tepat dalam
sistem peradilan pidana Indonesia?
Pertemuan XI
Ganti Kerugian (restitusi) pada Korban Kejahatan
Literatur yang harus dibaca :
Hudson and Galaway, Restitution in Criminal justice, Canada : DC
Heath and Company, 1977, Baca Bab : IV, Bab V, Bab VI, Bab
IX, dan bab X
Andrew Karmen, Crime Victims, An Introduction to Victimology,
Monterey, California : Brooks/ Cole Publishing Company, 1984.
Bab VI.
Stephen Schafer, Compensation and Restitution to Victim of
Crime, Montclair, New Jersey : Patterson Smith, 1970. Bab I, IV.
Djoko Prakoso, Masalah Ganti Rugi dalam KUHAP, Jakarta : Bina
Aksara, 1988. Bab IV dan Bab V.
Arif Gosita, Viktimologi dan KUHAP, Jakarta : Akademika
Presindo, 1987.
Arif Gosita, Vitimologi dan KUHAP, Jakarta : Akademika
Presindo, 1987.
UU No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban
Declaration of Basic Principle of Justice for Victims of crime and
Abuse of Power, 1985.
KUHP (Pasal 14 c) dan KUHAP (Pasal 98 – Pasal 101)
Tugas XII :
Restoratif Justice Vs. Retibutif Justice
Perhatian terhadap korban dalam sistem peradilan pidana telah
memunculkan dua paradigma yang bertentangan yaitu : restoratif
justice dan retributif justice.
Buatlah peper (5 – 8) halaman tentang apa yang dimaksud dengan
restoratif justice dan retributif justice serta perbedaannya.
Tugas XIII :
Ganti Kerugian dan permasalahannya
Persiapkan jawaban saudara untuk menjawab pertanyaan di bawah
:
a. Apakah yang dimaksud dengan Ganti Kerugian?
b. Bagaimanakah pandangan para sarjana tentang keberadaan
Ganti Kerugian dalam Sistem Peradilan Pidana? (perhatikan
teori Reintegratif Shaming)
c. Apakah Ganti Kerugian memiliki manfaat untuk melakukan
restorasi terhadap korban?
d. Terhadap korban kejahatan apakah Ganti Kerugian perlu
diberikan?
e. Siapakah yang berhak menerima Ganti Kerugian?
f. Bagimanakah menentukan besarnya Ganti Kerugian?
g. Apakah Ganti Kerugian merupakan bagian dari sanksi pidana
dalam Hukum Pidana Indonesia?
Pertemuan XII
Kompensasi terhadap Korban Kejahatan
Literatur yang harus dibaca :
Romli Atmasasmita, Santunan untuk Korban Kejahatan. Makalah
pada Penyajian Pola Pemidanaan. Penerimaan Bekas Narapidana
dan Pemberian Santunan terhadap Korban Tindak Pidana.
Diselenggarakan oleh Badan Pembinaan hukum Nasional
Departemen Kehakiman Jakarta, 19 – 21 Februari 1992.
Andi Matatalata, ”KUHAP dan Santunana bagi Korban”, Makalah
dalam Seminar Relevansi Viktimologi di Indonesia Dewasa Ini, 25
Maret 1985.
Stephen Schafer, Compensation and Restitution to Victim of
Crime, Montclair, New Jersey : Patterson Smith, 1970. Bab V.
Andrew Karmen, Crime Victims, An Introduction to Victimology,
Monterey, California : Brooks/ Cole Publishing Company, 1984.
Bab VII.
UU No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan korban.
Tugas XIV :
Kompensasi dan Permasalahannya.
Persiapkan jawaban saudara untuk pertanyaan di bawah :
a. Mengapakah korban kejahatan membutuhkan kompensasi?
b. Apakah alasan pembenaran secara rasional tentang
keberadaan kompensasi?
c. Apakah kompensasi bersifat primer ataukah subsider dalam
Sistem Peradilan Pidana?
d. Apakah standar pemberian kompensasi, dan bagaimana
menentukan besarnya kompensasi?
e. Korban kejahatan apakah yang perlu mendapat kompensasi?
f. Bagaimanakah keberadaan Kompensasi di Indonesia?
Daftar Pustaka
Buku – buku :
Atmasasmita, Romli. Santunan untuk Korban Kejahatan. Makalah
pada Penyajian Pola Pemidanaan. Penerimaan Bekas Narapidana
dan Pemberian Santunan terhadap Korban Tindak Pidana.
Diselenggarakan oleh Badan Pembinaan hukum Nasional
Departemen Kehakiman Jakarta, 19 – 21 Februari 1992.
Barkas,Jenis. Victim and Victimology Introduction,
http://Student.bton.ac.uk. (Microsoft word document)
C Davis, Robert and Barbara H Smith, “Victim Impact Statements
and Victim Statistic Action : An Unfulfilled Promise, Journal of
Criminal justice Vol 22 No. 1. pp 1 – 12, 1994.
Fattah, Ezzat and Tony Peters, Support for Victims in a
Comparative Perspektive Leuven University Press, 1998.
Gosita, Arief. Relevansi Viktimologi. Jakarta. Indo hilco,
Gosita, Arif. Masalah Korban Kejahatan, Jakarta : Akademika
Presindo, 1983.
Gosita, Arif. Viktimologi dan K UHAP, Jakarta : Akademika
Presindo, 1987
Harkristuti Harkrisnowo, ”Mereka yang terlupakan : Para Korban
Kejahatan”, Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional
tentang Perlindungan Hukum terhadap Korban Kejahatan (LPPH
Golkar 1994)
Hudson and Galaway, Restitution in Criminal justice, Canada :
DC Heath and Company, 1977,
Jonathan Doak, Victim’s Rignts, Human Right, and Criminal
Justice, Oxford and Portland Oregon : Hart Publishing, 2008.
Karmen, Andrew. Crime Victims. An Introduction to Victimology
Monterey. California : Brooks/ Cole Publishing Company, 1984
Mattalata,Andi. ”KUHAP dan Santunana bagi Korban”, Makalah
dalam Seminar Relevansi Viktimologi di Indonesia Dewasa Ini, 25
Maret 1985.
M Arief Mansur, Didik dan Elsatris Gultom. Urgensi Perlindungan
Korban Kejahatan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2007.
Mustofa, M, Pencegahan Terjadinya Korban Kejahatan,
”Perlindungan terhadap Masyarakat Agar Tidak Menjadi Korban
Kejahatan”’ Makalah pada Seminar Pencegahan Terjadinya
Korban Kejahatan, diselenggarakan oleh Jurusan Kriminologi
FISIP UI bekerjasama dengan Polda Metro Jaya, 18 Juli 1994.
Muladi, ”Perlindungan Korban Melalui Proses Pemidanaan, dalam
Bunga Rampai Hukum Pidana, Bandung Alumni, 1992.
P Purpura, Phiplip. Criminal justice an Introduction, Boston,
Oxford, Johanesburg, Melbourne, New Delhi, Singapore :
Butterworth Heinemann, 1997.
Reksodipoetro, Mardjono. Kriminologi dan Sistem Peradilan
Pidana. Jakarta : Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian
Hukum – Lembaga Kriminologi UI. 1994.
Prakoso, Djoko. Masalah Ganti Rugi dalam KUHAP, Jakarta :
Bina Aksara, 1988.
Puspawardaya, Damona. ”Sekitar Masalah Perlindungan terhadap
Korban Kejahatan”, Makalah dalam Seminar tentang Perlindungan
hukum Terhadap Korban Kejahatan, diselenggarakan oleh
Lembaga Pelayanan dan Penyuluhan hukum Golkar Pusat, Jakarta
8 juni 1994.
Schafer, Stephen. Compensation and Restitution to Victim of
Crime, Montclair, New Jersey : Patterson Smith, 1970.
Sahetapy, ”Modernisasi dan Victimology”, Makalah dalam
Seminar Relevansi Viktimologi di Indonesia Dewasa Ini, Surabaya
23 Maret 1985
Van Dijk, JJM. HI Sagel Grande, LG Toornvilet. Kriminal Aktual.
Surakarta : Sebelas Maret University Press. 1996.
Van Dijk,JJM, ”Victim Right to Better Service or Right to Active
Participation”.
Van Dijk, JM, Ron GH van Kaam, Joanne Wemmers, Caring for
Crime Victim, Monsey, New York : Criminal Justice Press, 1999.
Walklate, Sandra. Hand Book of Victim and Viktimology. Willan
Publishing
Wright, Martin. Justice for Victim and Offender, A Restorative
Response to Crime, Wincester : Waterside Press, 1996.
Peraturan _Peraturan
UU No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban
Declaration of Basic Principle of Justice for Victims of crime and
Abuse of Power, 1985.
UU No. 31 tahun 1999 Jo UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Tindak
Pidana Korupsi
UUTPU
KUHP
KUHAP
UU Perdaganang Orang
Dan Lainlain