0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
104 tayangan17 halaman

Makalah Pendidikan Antikorupsi - Kelompok D

Makalah ini membahas tentang pendidikan antikorupsi, termasuk pengertian, faktor penyebab dan dampak korupsi, nilai-nilai antikorupsi, serta peran pendidikan dan mahasiswa dalam gerakan antikorupsi."

Diunggah oleh

Afiani Khairunnisa
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
104 tayangan17 halaman

Makalah Pendidikan Antikorupsi - Kelompok D

Makalah ini membahas tentang pendidikan antikorupsi, termasuk pengertian, faktor penyebab dan dampak korupsi, nilai-nilai antikorupsi, serta peran pendidikan dan mahasiswa dalam gerakan antikorupsi."

Diunggah oleh

Afiani Khairunnisa
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 17

MAKALAH

PENDIDIKAN ANTIKORUPSI

Mata Kuliah Umum Pendidikan Konservasi

Dosen Pengampu : Desi Wulandari, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok D

Linda Yudha Az’zahra 1401422478

Afiani Khairunnisa 5213422138

Rakha Hafizh Pramana 5311422050

Nahli Robbani 5311422086

Muhammad Rasyiid 5311422092

Farizki Bagus Setiawan 5404422037

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Tahun Pelajaran 2022/2023


DAFTAR ISI

JUDUL

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 2

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 3

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5

C. Tujuan ......................................................................................................................... 5

BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................................... 6

A. Pengertian Pendidikan Antikorupsi .............................................................................. 6

B. Faktor Penyebab serta Dampak Negatif Korupsi .......................................................... 7

C. Nilai-nilai dan Prinsi Antikorupsi ................................................................................. 9

D. Pendidikan Antikorupsi Serta Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Antikorupsi ............ 14

BAB 3 PENUTUP ............................................................................................................. 16

Kesimpulan...................................................................................................................... 16

Saran ............................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 17

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi allah SWT. yang telah malimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan Makalah Pendidikan Antikorupsi. Kami menyadari bahwa makalah
ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung serta dari berbagai referensi. Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada semua
pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan terhadap pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

SEMARANG, 9 Maret 2023

Penyusun

Kelompok D

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan berdampak buruk
luar biasa pada hampir seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah menghancurkan sistem
perekonomian, sistem demokrasi, sistem politik, sistem hukum, sistem pemerintahan, dan
tatanan sosial kemasyarakatan di negeri ini. Dilain pihak upaya pemberantasan korupsi
yang telah dilakukan selama ini belum menunjukkan hasil yang optimal. Korupsi dalam
berbagai tingkatan tetap saja banyak terjadi seolah-olah telah menjadi bagian dari
kehidupan kita yang bahkan sudah dianggap sebagai hal yang biasa. Jika kondisi ini tetap
kita biarkan berlangsung maka cepat atau lambat korupsi akan menghancurkan negeri ini.

Korupsi pun menjadi permasalahan yang sungguh serius dinegeri ini. Kasus korupsi
sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Berkembang dengan pesat, meluas dimana–mana,
dan terjadi secara sistematis dengan rekayasa yang canggih dan memanfaatkan teknologi
modern. Kasus terjadinya korupsi dari hari kehari kian marak. Hampir setiap hari berita
tentang korupsi menghiasi berbagai media. Bahkan Korupsi dianggap biasa dan dimaklumi
banyak orang sehingga masyarakat sulit membedakan nama perbuatan korup dan mana
perbuatan yang tidak korup. Meskipun sudah ada komisi pemberantasan korupsi (KPK)
dan beberapa instansi antikorupsi lainnya, faktanya negeri ini menduduki rangking teratas
sebagai negara terkorup di dunia.

Keterlibatan mahasiswa dalam upaya pemberantasan korupsi tentu tidak pada upaya
penindakan yang merupakan kewenangan institusi penegak hukum. Peran aktif mahasiswa
diharapkan lebih difokuskan pada upaya pencegahan korupsi dengan ikut membangun
budaya anti korupsi di masyarakat. Mahasiswa diharapkan dapat berperan sebagai agen
perubahan dan motor penggerak gerakan anti korupsi di masyarakat. Untuk dapat berperan
aktif mahasiswa perlu dibekali dengan pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk
korupsi dan pemberantasannya. Yang tidak kalah penting, untuk dapat berperan aktif
mahasiswa harus dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai anti korupsi dalam
kehidupan sehari-hari.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian korupsi?
2. Apa saja faktor penyebab serta dampak negatif korupsi?
3. Bagaimana nilai dan prinsip antikorupsi itu?
4. Bagaimana pendidikan anti korupsi di perguruan tinggi serta peran mahasiswa
dalam gerakan antikorupsi?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan makalah ini yaitu untuk mendeskripsikan


penanaman nilai nilai antikorupsi dalam pembelajaran Pendidikan Konservasi di
Universitas Negeri Semarang.

5
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Antikorupsi


Secara umum, pendidikan antikorupsi diartikan sebagai pendidikan koreksi budaya
yang bertujuan untuk mengenalkan cara berpikir dan nilai-nilai baru kepada peserta didik
(Suyanto, 2005: 43). Cara berpikir dan nilai-nilai baru penting disosialisasikan atau
ditanamkan kepada peserta didik karena gejala korupsi di masyarakat sudah membudaya
dan dikhawatirkan para generasi muda menganggap korupsi sebagai hal biasa.
Pendidikan antikorupsi dapat dipahami juga sebagai usaha sadar dan sistematis yang
diberikan kepada peserta didik berupa pengetahuan, nilai-nilai, sikap dan keterampilan
yang dibutuhkan agar mereka mau dan mampu mencegah dan menghilangkan peluang
berkembangnya korupsi. Sasaran akhir bukan hanya menghilangkan peluang, tetapi juga
peserta didik sanggup menolak segala pengaruh yang mengarah pada perilaku koruptif.
Setiap upaya pendidikan memiliki tujuan tertentu, demikian pula pendidikan
antikorupsi. Tujuan pendidikan antikorupsi adalah: (1) pembentukan pengetahuan dan
pemahaman mengenai berbagai bentuk korupsi dan aspek-aspeknya, (2) perubahan
persepsi dan sikap terhadap korupsi, dan (3) pembentukan keterampilan dan kecakapan
baru yang dibutuhkan untuk melawan korupsi. Berdasarkan tujuan tersebut, dapat dicermati
bahwa pendidikan antikorupsi melibatkan 3 domain penting yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Pertama, aspek kognitif menekankan pada kemampuan mengingat dan
mereproduksi informasi yang telah dipelajari, bisa berupa mengkombinasikan cara-cara
kreatif atau mensintesiskan ide-ide dan materi baru. Kedua, domain afektif menekankan
pada aspek emosi, sikap, apresiasi, nilai atau pada level menerima atau menolak sesuatu.
Ketiga, yaitu domain psikomotorik menekankan pada tujuan melatih kecakapan dan
keterampilaUntuk membekali peserta didik agar terbiasa berperilaku antikorupsi, maka
dalam penyelenggaraan pendidikan antikorupsi ketiga domain di atas harus diselaraskan
atau diintegrasikan dalam target kurikulum baik yang eksplisit maupun implisit. Dengan
demikian, arah pendidikan antikorupsi menjadi jelas berdasarkan kriteria-kriteria yang
dapat diukur.

6
B. Faktor Penyebab serta Dampak Negatif Korupsi

Meskipun dalam beberapa hal perbuatan korupsi mendatangkan manfaat, tetapi dampak
negatif korupsi lebih besar daripada kegunaannya. Dampak negatif korupsi tidak hanya
merugikan keuangan dan perekonomian negara, tetapi juga menyengsarakan rakyat dan
merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.

a. Faktor-faktor Penyebab Korupsi

Dalam buku berjudul Peran Parlemen dalam Membasmi Korupsi, ICW (2000)
mengidentifikasi empat faktor penyebab korupsi, yaitu faktor politik, faktor hukum,
faktor ekonomi dan birokrasi, dan faktor transnasional.

Faktor politik menjadi salah satu penyebab terjadinya korupsi, karena banyak
peristiwa politik yang dipengaruhi oleh money politic. Politik uang merupakan tingkah
laku negatif karena uang digunakan untuk membeli suara atau menyogok para pemilih
atau anggota-anggota partai politik supaya memenangkan si pemberi uang. Praktik
politik uang ini tidak bisa dihilangkan karena undang-undang politik tidak memberikan
aturan yang tegas tentang dana kampanye. Demikian pula ketika ada indikasi politik
uang, pihak penegak hukum tampaknya ragu-ragu untuk mengambil keputusan.

Faktor hukum menjadi penyebab korupsi, dikarenakan banyak produk hukum yang
tidak jelas aturannya, pasal-pasalnya multitafsir, dan ada kecenderungan aturan hukum
dibuat untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu meskipun orang awam tidak bisa
melihatnya. Demikian pula, sanksi yang tidak ekuivalen dengan perbuatan yang
dilarang, sehingga tidak tepat sasaran dan dirasa terlalu ringan atau terlalu berat. Selaras
dengan hal ini, Susila (dalam Hamzah, 2004), menyatakan bahwa tindakan korupsi
mudah timbul, karena ada kelemahan dalam perundang-undangan yang mencakupi: (1)
adanya peraturan perundang-undangan yang bermuatan kepentingan pihak-pihak
tertentu, (2) kualitas peraturan perundang-undangan kurang memadai, (3) peraturan
kurang disosialisasikan, (4) sanksi terlalu ringan, (5) penerapan sanksi yang tidak
konsisten dan pandang bulu, dan (6) lemahnya bidang evaluasi dan revisi peraturan
perundang-undangan. Lemahnya penegakan hukum, rendahnya mental aparatur,
rendahnya kesadaran masyarakat, serta kurangnya political will pemerintah, menurut
Saleh (2006) juga menjadi pemicu terjadinya korupsi.

7
Faktor ekonomi menjadi penyebab korupsi, terutama di negara-negara yang sistem
ekonominya sangat monopolistik. Kekuasaan negara dirangkai dengan informasi orang
dalam turut menciptakan kesempatan-kesempatan bagi pegawai pemerintah untuk
mempertinggi kepentingan mereka beserta sekutu-sekutunya. Serangkaian faktor
tersebut berkaitan dengan faktor birokrasi, di mana dalam suasana demikian kebijakan
ekonomi pemerintah diimplementasikan, dikembangkan, dan dimonitor dengan cara
yang tidak partisipatif, tidak transparans dan tidak akuntabel.

Faktor transnasional amat terkait dengan perkembangan hubungan ekonomi lintas


negara yang tidak jarang menambah lahan sumber bagi tumbuhnya korupsi di kalangan
birokrasi pemerintahan. Korupsi mudah terjadi, karena perusahaan-perusahaan asing
(transnasional) dapat beroperasi di suatu negara tanpa harus masuk ke lini birokrasi
pusat. Organisasi juga dapat menjadi alasan pembenar untuk melakukan korupsi.
Organisasi yang menjadi korban korupsi atau di mana korupsi biasa terjadi, akan
memberi andil terjadinya korupsi, karena membuka peluang atau kesempatan untuk
berlangsungnya korupsi (Tunggal, 2000). Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
korupsi dari sudut pandang organisasi, yaitu: (1) kurangnya keteladanan dari pemimpin,
(2) tidak adanya kultur organisasi yang benar, (3) sistem akuntabilitas di instansi
pemerintah kurang memadai, dan (4) manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam
organisasinya.

Mengutip pandangan Mauro, Mashal (2011) menyebutkan enam hal yang


menyebabkan korupsi bisa berlangsung.

1. Motivasi untuk mencari penghasilan dengan cara yang ekstrim,


berhubungan dengan kondisi kemiskinan, upah yang rendah, dan resiko
tinggi dari pekerjaan (karena penyakit, kecelakaan, dan pengangguran).
2. Kesempatan untuk terlibat dalam korupsi, karena disebabkan oleh banyak
regulasi yang mendorong kesempatan tinggi untuk melakukan korupsi.
3. Sistem legislatif dan peradilan yang lemah.
4. Penduduk sedikit dengan jumlah sumber daya alam yang melimpah.
5. Hukum dan prinsip-prinsip etik yang lemah.
6. Instabilitas politik dan lemahnya kemauan politik.

8
b. Dampak Korupsi
Korupsi memiliki dampak positif maupun negatif. Namun jika dikalkulasi,
dampak negatifnya tentu lebih banyak atau dengan kata lain, pengaruh buruk
korupsi jauh lebih besar ketimbang manfaatnya. Sebuah studi korupsi di Maroko
menyimpulkan bahwa korupsi di dalam sistem Maroko tidak banyak membantu
efisiensi kaum pengusaha dan pembentukan modal. Dalam sistem ini, korupsi
hanya menguntungkan satu fungsi, yaitu kelangsungan rezim (Klitgaard, 2005: 49).
Korupsi memiliki dampak hebat, utamanya terhadap ekonomi. Sebagaimana
dituturkan Mashal (2011), bahwa korupsi menyebabkan 6 (enam) hal berikut.
Pertama, investasi menjadi rendah, termasuk investasi langsung dari luar negeri.
Kedua, mengurangi pertumbuhan ekonomi. Ketiga, mengubah komposisi belanja
pemerintah dari aktivitas sangat produktif menjadi aktivitas kurang produktif.
Keempat, ketidaksamaan dan kemiskinan menjadi lebih besar. Kelima, mengurangi
efisiensi bantuan. Keenam, menyebabkan negara mengalami krisis.
Korupsi juga melanggar dan mengganggu hak asasi manusia, khususnya hak
yang seharusnya dimiliki oleh anak. ICHRP dan Transparency International (2009)
mencatat bahwa korupsi berdampak pada terlanggarnya hak anak untuk hidup,
khususnya hak untuk memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.

C. Nilai-nilai dan Prinsip Antikorupsi


a. Nilai-nilai Antikorupsi
Upaya untuk melawan atau memberantas korupsi tidak cukup dengan
menangkap dan menjebloskan koruptor ke penjara, sebab peluang untuk berbuat
korupsi terhampar luas di hadapan para calon koruptor, terlebih lagi banyak tersedia
arena bagi koruptor-koruptor baru untuk melampiaskan hasrat korupsinya. Itulah
sebabnya diperlukan penanaman nilai-nilai antikorupsi sebagai upaya pencegahan
kepada generasi muda.
Pendidikan antikorupsi dilakukan dengan cara menanamkan nilai-nilai
antikorupsi kepada anak-anak, siswa, mahasiswa, dan generasi muda, guna
membentuk sikap antikorupsi dan menghilangkan peluang berkembangnya tindak
pidana korupsi maupun perilaku koruptif lainnya. Nilai-nilai antikorupsi yang
ditanamkan tersebut antara lain:

9
1. Kejujuran
Menurut Sugono kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak
berbohong, dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat
penting bagi kehidupan mahasiswa, tanpa sifat jujur mahasiswa tidak akan
dipercaya dalam kehidupan sosialnya (Sugono: 2008).
2. Keberanian
Mahasiswa memerlukan keberanian untuk mencapai kesuksesan. Tentu
saja keberanian mahasiswa akan semakin matang diiringi dengan
keyakinannya. Untuk mengembangkan sikap keberanian demi
mempertahankan pendirian dan keyakinan mahasiswa, terutama sekali
mahasiswa harus mempertimbangkan berbagai masalah dengan sebaik-
baiknya. Pengetahuan yang mendalam menimbulkan perasaan percaya
kepada diri sendiri. Jika mahasiswa menguasai masalah yang dia hadapi, dia
pun akan menguasai diri sendiri. Di mana pun dan dalam kondisi apa pun
sering kali harus diambil keputusan yang cepat dan harus dilaksanakan
dengan cepat pula. Salah satu kesempatan terbaik untuk membentuk suatu
pendapat atau penilaian yang sebaik-baiknya adalah dalam kesunyian di
mana dia bisa berpikir tanpa diganggu.
3. Tanggung jawab
Menurut Sugono definisi kata tanggung jawab adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan dan diperkarakan) (Sugono : 2008).
Mahasiswa yang memiliki rasa tanggung jawab akan memiliki
kecenderungan menyelesaikan tugas lebih baik dibanding mahasiswa yang
tidak memiliki rasa tanggung jawab. Mahasiswa yang memiliki rasa
tanggung jawab akan mengerjakan tugas dengan sepenuh hati karena
berpikir bahwa jika suatu tugas tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat
merusak citra namanya di depan orang lain. Mahasiswa yang dapat
diberikan tanggung jawab yang kecil dan berhasil melaksanakannya dengan
baik berhak untuk mendapatkan tanggung jawab yang lebih besar lagi
sebagai hasil dari kepercayaan orang lain terhadap mahasiswa tersebut.
Mahasiswa yang memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi mudah untuk

10
dipercaya orang lain dalam masyarakat misalkan dalam memimpin suatu
kepanitiaan yang diadakan di kampus.

4. Keadilaan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak. Bagi mahasiswa karakter adil ini perlu sekali dibina sejak masa
perkuliahannya agar mahasiswa dapat belajar mempertimbangkan dan
mengambil keputusan secara adil dan benar.
5. Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata ”kemauan”
menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan, tujuan
jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan,
keteguhan, tenaga, kekuatan, kelaki-lakian dan pantang mundur. Adalah
penting sekali bahwa kemauan mahasiswa harus berkembang ke taraf yang
lebih tinggi karena harus menguasai diri sepenuhnya lebih dulu untuk bisa
menguasai orang lain. Setiap kali seseorang penuh dengan harapan dan
percaya, maka akan menjadi lebih kuat dalam melaksanakan pekerjaannya.
Jika interaksi antara individu mahasiswa dapat dicapai bersama dengan
usaha kerja keras maka hasil yang akan dicapai akan semakin optimum.
6. Kedisiplinan
Menurut Sugono definisi kata disiplin adalah ketaatan (kepatuhan)
kepada peraturan (Sugono: 2008). Dalam mengatur kehidupan kampus baik
akademik maupun sosial mahasiswa perlu hidup disiplin. Hidup disiplin
tidak berarti harus hidup seperti pola militer di barak militier namun hidup
disiplin bagi mahasiswa adalah dapat mengatur dan mengelola waktu yang
ada untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas
baik dalam lingkup akademik maupun sosial kampus.
7. Kesederhanaan
Gaya hidup mahasiswa merupakan hal yang penting dalam interaksi dengan
masyarakat di sekitarnya. Gaya hidup sederhana sebaiknya perlu
dikembangkan sejak mahasiswa me-ngenyam masa pen-didikannya.
Dengan gaya hidup sederhana, setiap mahasiswa dibiasakan untuk tidak
hidup boros, hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi
semua kebutuhannya. Kerap kali kebutuhan diidentikkan dengan keinginan

11
semata, padahal tidak selalu kebutuhan sesuai dengan keinginan dan
sebaliknya.

8. Kemandirian
Kondisi mandiri bagi mahasiswa dapat diartikan sebagai proses
mendewasakan diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk
mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini penting untuk masa
depannya dimana mahasiswa tersebut harus mengatur kehidupannya dan
orang-orang yang berada di bawah tanggung jawabnya sebab tidak mungkin
orang yang tidak dapat mandiri (mengatur dirinya sendiri) akan mampu
mengatur hidup orang lain. Dengan karakter kemandirian tersebut
mahasiswa dituntut untuk mengerjakan semua tanggung jawab dengan
usahanya sendiri dan bukan orang lain (Supardi : 2004).
9. Kepedulian
Menurut Sugono definisi kata peduli adalah mengindahkan,
memperhatikan dan menghiraukan (Sugono : 2008). Nilai kepedulian sangat
penting bagi seorang mahasiswa dalam kehidupan di kampus dan di
masyarakat. Sebagai calon pemimpin masa depan, seorang mahasiswa perlu
memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungannya, baik lingkungan di
dalam kampus maupun lingkungan di luar kampus.

b. Prinsip Antikorupsi
Prinsip-prinsip Anti-korupsi meliputi akuntabilitas, transparansi, kewajaran,
kebijakan, dan kontrol kebijakan untuk mencegah faktor eksternal penyebab
korupsi.
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja.
Semua lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan
main baik dalam bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure),
baik pada level budaya (individu dengan individu) maupun pada level
lembaga (Bappenas : 2002). Lembaga-lembaga tersebut berperan dalam
sektor bisnis, masyarakat, publik, maupun interaksi antara ketiga sektor.
2. Transparansi

12
Salah satu prinsip penting anti korupsi lainnya adalah transparansi.
Prinsip transparansi ini penting karena pemberantasan korupsi dimulai
dari transparansi dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan
secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui
oleh publik (Prasojo : 2007). Selain itu transparansi menjadi pintu masuk
sekaligus kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural kelembagaan.
Dalam bentuk yang paling sederhana, transparansi mengacu pada
keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan
(trust) karena kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan
modal awal yang sangat berharga bagi para mahasiswa untuk dapat
melanjutkan tugas dan tanggungjawabnya pada masa kini dan masa
mendatang (Kurniawan : 2010).
3. Kewajaran
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran. Prinsip fairness
atau kewajaran ini ditujukan untuk mencegah terjadinya manipulasi
(ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up
maupun ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat prinsip kewajaran ini terdiri
dari lima hal penting yaitu komprehensif dan disiplin, fleksibilitas,
terprediksi, kejujuran, dan informatif.
4. Kebijakan
Prinsip anti korupsi yang keempat adalah prinsip kebijakan.
Pembahasan mengenai prinsip ini ditujukan agar mahasiswa dapat
mengetahui danmemahami kebijakan anti korupsi. Kebijakan ini berperan
untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi penyimpangan yang dapat
merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu
identik dengan undang-undang anti-korupsi, namun bisa berupa undang-
undang kebebasan mengakses informasi, undang-undang desentralisasi,
undang-undang anti-monopoli, maupun lainnya yang dapat memudahkan
masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan
penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara.
5. Kontrol kebijakan
Prinsip terakhir anti korupsi adalah kontrol kebijakan. Kontrol kebijakan
merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif dan
mengeliminasi semua bentuk korupsi. Pada prinsip ini, akan dibahas

13
mengenai lembaga-lembaga pengawasan di Indonesia, self-evaluating
organization, reformasi sistem pengawasan di Indonesia, problematika
pengawasan di Indonesia. Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi,
evolusi dan reformasi.

D. Pendidikan Antikorupsi Serta Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Antikorupsi


Salah satu upaya dikti dalam membentuk karakter bangsa yaitu dengan melaksanakan
Pendidikan Antikorupsi di seluruh perguruan tingi di Indonesia. Sesuai dengan PP 71 Th.
2000: "Peran serta masyarakat adalah peran aktif perorangan, Ormas, atau LSM dalam
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi." Maka dari itulah mahasiswa harus
turut andil dalam upaya pencegahan serta pemberantasan tindak pidana korupsi

Program Pendidikan Antikorupsi mempunyai visi yaitu terwujudnya sarjana


Indonesia berkarakter bersth korupsi. Sedangkan misi dari Pendidikan Antikorupsi
diantaranya

1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa terhadap bahaya korupsi


2. Meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap bahaya korupsi
3. Meningkatkan peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi
4. Melakukan pendidikan & pengajaran antikorupsi

Tujuan diadakannya Pendidikan Antikorupsi di Indonesia adalah untuk membangun


budaya anti korupsi di kalangan mahasiswa dengan cara:

1. Memberikan pengetahuan tentang korupsi dan pemberantasannya


2. Menanamkan nilai-nilai antikorupsi
3. Menyiapkan mahasiswa sebagai agent of change bagi kehidupan bermasyarakat
dan bernegara yang bersih dan bebas dari korupsi.

Peran pokok mahasiswa dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi terbagi
dalam 3 tahap yaitu :

1. Tahap Pencegahan
Pendidikan Antikorupsi
a. Mewajibkan Pemimpin Mahasiswa untuk Mengikuti Pendidikan Antikorupsi
b. Mendorong adanya Pendidikan Antikorupsi di Kampus

14
c. Mengadakan Seminar Antikorupsi
d. Adanya Materi Pendidikan Antikorupsi di Kaderisasi Mahasiswa

Kampanye Ujian Bersih

a. Pembuatan Media Prograganda (Baliho, Spanduk, dan Poster)


b. Pembuatan Media Online untuk mengkampanyekan Ujian Bersih
c. Menanamkan nilai kejujuran/ujian bersih di kaderisasi mahasiswa
2. Tahap Opini
Gagasan / Ide
a. Memperbanyak opini mengenai kasus korupsi ke media
b. Membuat Bunga Rampai (buku) mengenai antikorupsi
c. Membuat audiovisual interaktif terkait antikorupsi

Metode Pencegahan Korupsi

a. Gagasan untuk pencegahan korupsi sejak dini (PAUD, SD, SMP, SMA)
b. Membuat Korps Antikorupsi di Tingkat Universitas
c. Adanya Tata Etika dan Norma diantara Mahasiswa

Mengangkat Isu Korupsi Lokal-Nasional

a. Mahasiswa diharapkan dapat lebih peka dan siaga menanggapi isu Korupsi
lokal yang terjadi
b. Advokasi dan Pengawalan Penyusunan Anggaran serta pelaksanaan
pembangunan di daerah / nasional

3. Tahap Gerakan Moral


Gerakan moral untuk mendorong pemerintah menindaklanjuti kasus korupsi yang
terjadi.
a. Sebagai kelompok penyeimbang bagi gerakan yang mendukung koruptor.
b. Mendorong Penguatan institusi KPK sebagai lembaga pemberantasan korupsi
yang kredibel, kokoh, dan transparan.

15
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Upaya pencegahan prilaku korupsi bisa dilakukan dengan dua langkah, yaitu langkah
represif dan preventif. Langkah represif dilakukan dengan cara menjalankan penegakan
hukum yang tegas oleh para aparat penegak hukum. Adapun langkah preventif melalui
pendidikan, dilakukan dengan cara internalisasi nilai-nilai antikorupsi terhadap peserta
didik sebagai generasi penerus bangsa. Konsep pendidikan antikorupsi yang digagas
sebagai solusi atas permasalahan bangsa adalah upaya mencegah berkembangnya mental
korupsi pada anak bangsa Indonesia melalui pendidikan. Secara simplistik, langkah
tersebut ditujukan untuk menggunakan pemberdayaan peserta didik untuk menekan
lingkungan agar tidak permissive to corruption, sehingga dapat mencegah timbulnya
mental korupsi pada generasi anak bangsa.

B. Saran
Mahasiswa sebagai calon penerus bangsa ini sudah selayaknya lebih peka dan peduli
akan kondisi bangsa dan negara. Pendidikan Anti Korupsi yang didapat dari bangku
perkuliahan harusya dapat dimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila sudah
mengenali dan memahami korupsi, alangkah baiknya kita dapat mencegahnya mulai dari
diri kita sendiri kemudian setelah itu baru mencegah orang lain.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kemendikbud, R. I. (2013). Buku Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Kadir, Y. (2018). Kebijakan Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi. Gorontalo law


review, 1(1), 25-38.
Montessori, M. (2012). Pendidikan Antikorupsi Sebagai Pendidikan Karakter di Sekolah. Jurnal
Demokrasi, 11(1).
Yamin, Moh. (2016). Pendidikan Antikorupsi. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Handoyo, Eko. (2013). Pendidikan Antikorupsi. Yogyakrta: Penerbit Ombak Dua.

17

Anda mungkin juga menyukai