38
38
net/publication/327763228
CITATIONS READS
51 4,728
3 authors, including:
All content following this page was uploaded by Nur Aini Haryati on 20 September 2018.
ABSTRACT
A research aims to know the toxicity of Pucuk Merah (Syzygium myrtifolium Walp.) red leaves extracts
against brine shrimp Artemia salina Leach and its bioactivity against Escherichia coli and Staphylococcus aureus
has been carried out. The dried samples were macerated with ethanol and were fractionated with n-hexane, ethyl
acetate and ethanol-water. Phytochemical test showed the presence of alkaloids, triterpenoids, steroids, saponins,
phenolic and flavonoid in ethanol extract. n-Hexane fraction contained alkaloids, triterpenoids and steroids, ethyl
acetate fraction contained alkaloids, triterpenoids, phenolic and flavonoid while ethanol-water fraction contained
triterpenoids, saponins and phenolic. Brine Shrimp Lethality Test showed that ethyl acetate fraction had the highest
bioactivity in Artemia salina Leach with LC50 values of 149.8600 ppm. Antibacterial activity test using agar
diffusion method showed that ethyl acetate fraction had the highest inhibiton against Staphylococcus aureus
whereas total extract had the highest inhibition against Escherichia coli with MIC values of 0,5%. These results
showed that Syzygium myrtifolium Walp. red leaves extract potential as an antibacterial agent.
A. PENDAHULUAN
Penyakit infeksi merupakan salah satu berukuran sedang dan sering ditanam sebagai tanaman
masalah kesehatan yang utama di Indonesia. Menurut pagar karena kanopinya padat dan warna pucuknya
penelitian Depkes RI tahun 2004, proporsi kasus kemerahan. Tanaman ini memiliki beberapa nama
infeksi nosokomial di rumah sakit pemerintah adalah lokal yaitu Pokok Kelat Paya (Malaysia), Ubah Laut
1.527 orang dari 160.417 pasien beresiko. Bakteri (Malaysia Timur), Chinese Red-Wood (Chinese), Wild
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli menjadi Cinnamon, Red-lip, Australian Brush Cherry dan
mikroorganisme yang menyumbang masing-masing Kelat Oil[4].
34% dan 32% penyebab infeksi nosokomial. Telah diketahui adanya senyawa metabolit
Penggunaan antibiotik sintetik menimbulkan sekunder dalam beberapa bagian Syzygium
permasalahan baru yaitu munculnya bakteri yang myrtifolium Walp. serta manfaatnya sebagai pewarna
multiresisten serta dapat mematikan tidak hanya alami, antioksidan, sitotoksik, antitumor dan
bakteri patogen tetapi juga bakteri yang baik bagi antiangiogenesis[4 – 6]. Diperlukan investigasi lebih
tubuh. Hal ini mendorong pencarian obat baru yang lanjut tentang potensinya sebagai tanaman obat
lebih efektif, salah satunya menggunakan tumbuhan terutama antibakteri, sehingga dilakukan penelitian
yang mengandung zat kimia aktif untuk menghambat mengenai uji toksisitas Syzygium myrtifolium Walp.
aktivitas bakteri. terhadap larva udang Artemia salina Leach serta
Penelitian terhadap spesies dari genus aktivitasnya terhadap bakteri Staphylococcus aureus
Syzygium menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dan Eschericia coli.
dalam sejumlah tanaman seperti Syzygium
aromaticum (Cengkeh), Syzygium cumini L. B. METODOLOGI PENELITIAN
(Jamblang), Syzygium guineense dan Syzygium 2.1.Ekstraksi dan Fraksinasi
alternifolium[1,2]. Sampel kering daun merah Syzygium
Pucuk Merah (Syzygium myrtifolium Walp.) myrtifolium Walp. yang telah dihaluskan sebanyak
adalah tanaman hias populer dari famili Myrtaceae 450 g dimaserasi dengan etanol 96%. Ekstrak disaring
dengan distribusi asli di Timur Laut India, Myanmar, dan dipekatkan dengan rotary evaporator sehingga
Thailand, Semenanjung Malaysia, Singapura, diperoleh ekstrak total. Ekstrak total sebanyak 15 g
Sumatera, Kalimantan dan Filipina[3]. Pohonnya difraksinasi dengan etanol dan n-heksana (1:1) secara
Kimia FMIPA Unmul 35
Jurnal Kimia Mulawarman Volume 13 Nomor 1 November 2015 P-ISSN 1693-5616
Kimia FMIPA Unmul E-ISSN 2476-9258
berulang sehingga diperoleh fraksi n-heksana yang Erlenmeyer disumbat dengan kapas dan aluminium
jernih. Fraksi etanol difraksinasi kembali dengan etil foil kemudian dipanaskan hingga mendidih sambil
asetat dan air. Fraksi n-heksana dan etil asetat diaduk. 5 mL NA dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian dipekatkan dengan menggunakan rotary kemudian disumbat dengan kapas dan aluminium foil.
evaporator sedangkan fraksi etanol-air dipekatkan Media disterilisasi dalam otoklaf selama 15 menit
dengan freeze dryer sehingga diperoleh ekstrak fraksi pada suhu 121oC. Tabung reaksi berisi media
n-heksana, etil asetat dan etanol-air. diletakkan miring dan dibiarkan memadat sehingga
terbentuk media agar miring.
2.2.Uji Fitokimia
Uji alkaloid dilakukan dengan pereaksi Regenerasi Bakteri
Dragendorff, uji triterpenoid dan steroid dengan Bakteri dibiakkan dengan menginokulasi 1
pereaksi Liebermann-Burchard, uji saponin dilakukan ose biakan murni bakteri ke dalam media agar miring
dengan mengocok sampel dalam aquadest, uji fenolik kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.
dengan pereaksi FeCl3 1% dan uji flavonoid dengan Biakan bakteri dalam media padat dibiakkan kembali
metode Wilstater. dalam media NB. Sebanyak 1 ose isolat bakteri
diinokulasi ke dalam NB dalam Erlenmeyer. Labu
2.3.Uji Toksisitas ditutup dengan aluminium foil dan dikocok dengan
Pembiakan Larva Artemia salina Leach shaker selama 24 jam sehingga diperoleh suspensi
Sebuah kompartemen yang terdiri dari dua bakteri siap uji.
bagian disiapkan untuk pembiakan larva. Sebanyak 10
mg telur udang ditambahkan dengan 100 mL air laut Uji Aktivitas Antibakteri dengan Metode Difusi
yang telah disaring dan dimasukkan ke bagian Agar
kompartemen yang gelap sedangkan bagian Sebanyak 25 mL NA dituang ke dalam cawan
kompartemen lain diberi pencahayaan. Setelah 24 – petri dan dibiarkan memadat. Inokulum bakteri
48 jam larva udang dikumpulkan dari bagian terang dioleskan pada media agar padat menggunakan lidi
dan siap untuk digunakan. kapas steril secara merata sambil memutar cawan
petri. Cakram kertas berdiameter 6 mm dicelupkan
Uji Toksisitas dengan Metode Brine Shrimp pada sampel uji dengan konsentrasi 0,5; 1; 2; 4; 8 dan
Lethality Test 16% (b/v) dan diletakkan pada permukaan media agar.
Sebanyak 2 buah plat mikro standar disiapkan Kloramfenikol 0,1% digunakan sebagai kontrol positif
masing-masing untuk plat uji dan plat kontrol. Ke dan aquadest sebagai kontrol negatif.
dalam masing-masing baris plat uji dimasukkan 100 Cawan petri diinkubasi secara terbalik pada
μL ekstrak dengan variasi konsentrasi 1000; 500; 250; suhu 37oC selama 24 jam. Diameter zona bening di
125; 62,5; 31,25; 15,625 dan 7,8125 ppm. Sedangkan sekitar cakram kertas diukur dengan jangka sorong
pada plat kontrol dimasukkan 100 μL larutan kontrol. dan dibandingkan dengan kontrol positif. Daya
Selanjutnya ke dalam larutan sampel dan larutan antibakteri dikategorikan menurut Davis dan Stout
kontrol ditambahkan 100 μL air laut yang (1971) dimana diameter zona hambat < 5 mm
mengandung 8 – 15 larva udang. Plat dibiarkan tergolong lemah, 5 – 10 mm tergolong sedang, 10 –
selama 24 jam dan jumlah larva udang yang mati 20 mm tergolong kuat dan > 20 mm tergolong sangat
dihitung. Nilai LC50 ditentukan dengan Analisis Probit kuat.
(Probability Unit) menggunakan Program SAS
(Statistical Analysis System)[7]. C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak
2.4.Uji Aktivitas Antibakteri Total dan Fraksi Daun Merah Syzygium myrtifolium
Sterilisasi Alat dan Bahan Walp.
Peralatan yang akan digunakan dibersihkan, Fraksi Fraksi
dibungkus dengan kertas dan plastik HD kemudian Jenis Ekstrak Fraksi
etil etanol-
Senyawa total n-heksana
disterilisasi dengan otoklaf selama 15 menit pada suhu asetat air
121oC dan tekanan 1 atm. Alkaloid + + + –
Triterpenoid + + + +
Pembuatan Nutrient Agar (NA) dan Nutrient Broth Steroid + + – –
Saponin + – – +
(NB) Fenolik + – + +
Media NA dibuat dari 28 g serbuk NA instant Flavonoid + – + –
dalam 1 L aquadest. Media NB dibuat dari pepton, Ket: (+) = mengandung metabolit sekunder
yeast extract dan natrium klorida dalam 1 L aquadest. (–) = tidak mengandung metabolit sekunder
Alkaloid bereaksi dengan pereaksi menyebabkan pecahnya membran sel. Hal inilah yang
Dragendorff (kalium tetraiodobismutat) menghasilkan menyebabkan kematian larva udang Artemia salina
endapan jingga hingga merah kecokelatan. Pada Leach[11].
reaksi ini terjadi penggantian ligan dimana nitrogen Tabel 3. Diameter Zona Hambat Ekstrak Total dan Fraksi Daun
yang mempunyai pasangan elektron bebas pada Merah Syzygium myrtifolium Walp. Terhadap Bakteri
alkaloid membentuk ikatan kovalen koordinat dengan Uji
ion K+ dari kalium tetraiodobismutat menghasilkan Konsentrasi ekstrak Diameter zona hambat (mm)
kompleks kalium-alkaloid yang mengendap[8]. (%) S. aureus E. coli
Reaksi triterpenoid dengan pereaksi 0,5 7,37 7,63
Liebermann-Burchard (asam asetat glasial dan 1 7,73 8,17
H2SO4(p) 10:1) menghasilkan warna merah-ungu Ekstrak 2 8,20 8,70
total 4 8,73 9,17
sedangkan steroid memberikan warna hijau-biru. Hal
8 9,37 9,40
ini didasari oleh kemampuan senyawa triterpenoid dan 16 10,60 10,67
steroid membentuk warna oleh H2SO4(p) dalam pelarut 0,5 - -
anhidrida asam asetat[9]. Perbedaan warna yang 1 - -
dihasilkan oleh triterpenoid dan streoid disebabkan Fraksi 2 7,87 7,77
perbedaan gugus pada atom C-4[10]. n-heksana 4 8,57 7,87
8 8,90 8,00
Saponin memiliki glikosil sebagai gugus polar
16 9,07 8,83
serta gugus steroid atau triterpenoid sebagai gugus 0,5 7,63 7,60
nonpolar sehingga bersifat aktif permukaan dan 1 8,57 8,00
membentuk misel saat dikocok dengan air. Pada Ekstrak fraksi 2 8,90 8,23
struktur misel gugus polar menghadap ke luar etil asetat 4 9,20 8,77
sedangkan gugus nonpolar menghadap ke dalam dan 8 9,97 9,20
16 10,63 10,53
keadaan inilah yang tampak seperti busa[9].
0,5 - -
Fenolik bereaksi dengan FeCl3 1% 1 - 6,97
membentuk warna merah, ungu, biru atau hitam yang Ekstrak fraksi 2 - 7,30
pekat karena FeCl3 bereaksi dengan gugus -OH etanol-air 4 - 7,87
aromatis[9]. Kompleks berwarna yang terbentuk 8 - 8,40
diduga sebagai besi (III) heksafenolat. Ion Fe3+ 16 7,80 9,13
Kloramfenikol 0,1% 15,13 13,97
mengalami hibridisasi orbital d2sp3 sehingga ion Fe3+
Kontrol negatif - -
(4s03d5) memiliki 6 orbital kosong yang diisi oleh
pendonor pasangan elektron, yaitu atom oksigen pada Ket: (-) = Tidak terdapat zona hambat
senyawa fenolik yang memiliki pasangan elektron
bebas[10]. Ekstrak total mampu menghambat
Pada uji flavonoid dengan metode Wilstater, pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli pada
flavonoid bereaksi dengan serbuk Mg dan HCl(p) konsentrasi 0,5% dengan diameter zona hambat
membentuk warna merah atau jingga akibat reduksi masing-masing sebesar 7,37 mm dan 7,63 mm.
flavonoid. Warna merah disebabkan oleh
terbentuknya garam flavilium[8].
Tabel 2. Nilai LC50 Ekstrak Total dan Fraksi Daun Merah
Syzygium myrtifolium Walp.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Azim, M. H. M. A. E., El-Mesallamy A. M. D., El-Gerby M. dan Awad A. (2014). Anti-Tumor, Antioxidant
and Antimicrobial and the Phenolic Constituents of Clove Flower Buds (Syzygium aromaticum). Journal
Microbial and Biochemical Technology S8: 007.
[2] Ratnam, K. V dan Raju R. R. V. (2008). In vitro Antimicrobial Screening of the Fruit Extracts of Two Syzygium
Species (Myrtaceae). Advances in Biological Research Vol. 2 (1 – 2): 17 – 20.
[3] Flora & Fauna Web. (2013). Syzygium myrtifolium (Roxb.) Walp. https://florafaunaweb. nparks.gov.sg/special-
pages/plant-detail.aspx?id= 3156 diakses terakhir tanggal 25 Februari 2015.
[4] Memon, A. H., Ismail Z., Aisha A. F. A., Al-Suede F. S. R., Hamil M. S. R., Hashim S., Saeed M. A. A.,
Laghari M. dan Majid A. M. S. A. (2014). Isolation, Characterization, Crystal Structure Elucidation, and
Anticancer Study of Diethyl Cardamonin, Isolated from Syzygium campanulatum Korth. Evidence-Based
Complementary and Alternative Medicine, Vol. 2014.
[5] Santoni, A., Darwis D. dan Syahri S. (2013). Isolasi, Identifikasi dan Uji Antioksidan Senyawa Antosianin dari
Buah Pucuk Merah (Syzygium campanulatum Korth.) serta Aplikasi sebagai Pewarna Alami. Prosiding
Semirata FMIPA Universitas Lampung.
[6] Aisha, A. F. A., Ismail Z., Salah K. M. A., Shiddiqui J. M., Ghafar G. and Majid A. M. S. A. (2013). Syzygium
Campanulatum Korth Methanolic Extract Inhibits Angiogenesis and Tumor Growth in Nude Mice. BMC
Complementary and Alternative Medicine Vol. 13 : 168.
[7] Meyer, B. N., Ferrigni N. R., Putnam J. E., Jacobsen L. B., Nichols D. E. dan McLaughlin J. L. 1982. Brine
Shrimp: A Convenient General Bioassay for Active Plant Constituents. Journal of Medicinal Plant Research
Planta Medica Vol. 45 : 31 – 34.
[8] Marliana, S. D., Suryanti V. dan Suyono. (2005). Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis
Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi Vol. 3 No.
1 : 26 – 31.
[9] Sangi, M., Runtuwene M. R. J., Simbala H. E. I. dan Makang V. M. A. (2008). Analisis Fitokimia Tumbuhan
Obat di Kabupaten Minahasa Utara. Chem. Prog. Vol. 1 No. 1: 47 – 53.
[10]Marliana, E. dan Saleh C. (2011). Uji Fitokimia dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kasar Etanol, Fraksi n-
Heksana, Etil Asetat dan Metanol dari Buah Labu Air (Lagenari siceraria (Morlina) Standl). Jurnal Kimia
Mulawarman Vol. 8 No. 2: 63 – 39.
[11]Sanjayasari, D. dan Pliliang W. G. (2011). Skrining Fitokimia dan Uji Toksisitas Ekstrak Daun Katuk
(Saoropus androgenus (L.) Merr.) Terhadap Larva Udang Artemia salina: Potensi Fitofarmaka pada Ikan.
Berkala Perikanan Terubuk Vol. 39 No.1: 91 – 100.
[12]Cowan, M. M. (1999). Plant Products as Antimicrobial Agents. Clinical Microbiology reviews Vol. 12 (4): 564
– 582.
[13]Rachmawati, F., Nuria M. C. dan Sumantri. (2011). Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Kloroform Ekstrak Etanol
Pegagan (Centella asiatica (L) Urb) serta Identifikasi Senyawa Aktifnya. Fakultas Farmasi Universitas Wahid
Hasyim, Semarang.
[14]Djoukeng, J. D., Abou-Mansour E., Tabacchi R., Tapondjou A. L., Bouda H. and Lontsi D. (2005).
Antibacterial Triterpenes from Syzygium guineense (Myrtaceae). Journal of Ethnopharmacology 101 issues 1 –
3: 283 – 286.
[15]Permatasari, G. A. A. A., Besung I. N. K. dan Mahatmi H. (2013). Daya Hambat Perasan Daun Sirsak
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Indonesia Medicus Veterinus Vol. 2 No. 2 : 162 – 169.