0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
28 tayangan7 halaman

38

This document summarizes a study that tested the toxicity and antibacterial activity of red leaf extracts of Pucuk Merah (Syzygium myrtifolium Walp.) against Staphylococcus aureus and Escherichia coli bacteria. The dried plant samples were extracted with ethanol, fractionated with n-hexane, ethyl acetate and ethanol-water. Brine shrimp lethality tests found the ethyl acetate fraction had the highest toxicity against Artemia salina shrimp with an LC50 of 149.8600 ppm. Antibacterial testing using the agar diffusion method found the ethyl acetate fraction most strongly inhibited S. aureus, while the total extract most strongly inhibited E. coli, with

Diunggah oleh

Dwi Fadhilah
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
28 tayangan7 halaman

38

This document summarizes a study that tested the toxicity and antibacterial activity of red leaf extracts of Pucuk Merah (Syzygium myrtifolium Walp.) against Staphylococcus aureus and Escherichia coli bacteria. The dried plant samples were extracted with ethanol, fractionated with n-hexane, ethyl acetate and ethanol-water. Brine shrimp lethality tests found the ethyl acetate fraction had the highest toxicity against Artemia salina shrimp with an LC50 of 149.8600 ppm. Antibacterial testing using the agar diffusion method found the ethyl acetate fraction most strongly inhibited S. aureus, while the total extract most strongly inhibited E. coli, with

Diunggah oleh

Dwi Fadhilah
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/327763228

UJI TOKSISITAS DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN MERAH


TANAMAN PUCUK MERAH (Syzygium myrtifolium Walp.) TERHADAP
BAKTERI Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli

Article · November 2015

CITATIONS READS

51 4,728

3 authors, including:

Nur Aini Haryati Erwin Erwin


Kementerian Perindustrian
7 PUBLICATIONS   80 CITATIONS   
1 PUBLICATION   51 CITATIONS   
SEE PROFILE
SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Nur Aini Haryati on 20 September 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Nur Aini dkk Uji Toksisitas
Kimia FMIPA Unmul

UJI TOKSISITAS DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN MERAH


TANAMAN PUCUK MERAH (Syzygium myrtifolium Walp.) TERHADAP BAKTERI
Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli

Nur Aini Haryati1, Chairul Saleh2*, Erwin2


1
Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Mulawarman
2
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Mulawarman
Jl. Barong Tongkok No. 4 Kampus Gn. Kelua Samarinda 75123
*Corresponding Author: [email protected]

ABSTRACT

A research aims to know the toxicity of Pucuk Merah (Syzygium myrtifolium Walp.) red leaves extracts
against brine shrimp Artemia salina Leach and its bioactivity against Escherichia coli and Staphylococcus aureus
has been carried out. The dried samples were macerated with ethanol and were fractionated with n-hexane, ethyl
acetate and ethanol-water. Phytochemical test showed the presence of alkaloids, triterpenoids, steroids, saponins,
phenolic and flavonoid in ethanol extract. n-Hexane fraction contained alkaloids, triterpenoids and steroids, ethyl
acetate fraction contained alkaloids, triterpenoids, phenolic and flavonoid while ethanol-water fraction contained
triterpenoids, saponins and phenolic. Brine Shrimp Lethality Test showed that ethyl acetate fraction had the highest
bioactivity in Artemia salina Leach with LC50 values of 149.8600 ppm. Antibacterial activity test using agar
diffusion method showed that ethyl acetate fraction had the highest inhibiton against Staphylococcus aureus
whereas total extract had the highest inhibition against Escherichia coli with MIC values of 0,5%. These results
showed that Syzygium myrtifolium Walp. red leaves extract potential as an antibacterial agent.

Keywords: Syzygium myrtifolium Walp., Toxicity, Antibacterial

A. PENDAHULUAN
Penyakit infeksi merupakan salah satu berukuran sedang dan sering ditanam sebagai tanaman
masalah kesehatan yang utama di Indonesia. Menurut pagar karena kanopinya padat dan warna pucuknya
penelitian Depkes RI tahun 2004, proporsi kasus kemerahan. Tanaman ini memiliki beberapa nama
infeksi nosokomial di rumah sakit pemerintah adalah lokal yaitu Pokok Kelat Paya (Malaysia), Ubah Laut
1.527 orang dari 160.417 pasien beresiko. Bakteri (Malaysia Timur), Chinese Red-Wood (Chinese), Wild
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli menjadi Cinnamon, Red-lip, Australian Brush Cherry dan
mikroorganisme yang menyumbang masing-masing Kelat Oil[4].
34% dan 32% penyebab infeksi nosokomial. Telah diketahui adanya senyawa metabolit
Penggunaan antibiotik sintetik menimbulkan sekunder dalam beberapa bagian Syzygium
permasalahan baru yaitu munculnya bakteri yang myrtifolium Walp. serta manfaatnya sebagai pewarna
multiresisten serta dapat mematikan tidak hanya alami, antioksidan, sitotoksik, antitumor dan
bakteri patogen tetapi juga bakteri yang baik bagi antiangiogenesis[4 – 6]. Diperlukan investigasi lebih
tubuh. Hal ini mendorong pencarian obat baru yang lanjut tentang potensinya sebagai tanaman obat
lebih efektif, salah satunya menggunakan tumbuhan terutama antibakteri, sehingga dilakukan penelitian
yang mengandung zat kimia aktif untuk menghambat mengenai uji toksisitas Syzygium myrtifolium Walp.
aktivitas bakteri. terhadap larva udang Artemia salina Leach serta
Penelitian terhadap spesies dari genus aktivitasnya terhadap bakteri Staphylococcus aureus
Syzygium menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dan Eschericia coli.
dalam sejumlah tanaman seperti Syzygium
aromaticum (Cengkeh), Syzygium cumini L. B. METODOLOGI PENELITIAN
(Jamblang), Syzygium guineense dan Syzygium 2.1.Ekstraksi dan Fraksinasi
alternifolium[1,2]. Sampel kering daun merah Syzygium
Pucuk Merah (Syzygium myrtifolium Walp.) myrtifolium Walp. yang telah dihaluskan sebanyak
adalah tanaman hias populer dari famili Myrtaceae 450 g dimaserasi dengan etanol 96%. Ekstrak disaring
dengan distribusi asli di Timur Laut India, Myanmar, dan dipekatkan dengan rotary evaporator sehingga
Thailand, Semenanjung Malaysia, Singapura, diperoleh ekstrak total. Ekstrak total sebanyak 15 g
Sumatera, Kalimantan dan Filipina[3]. Pohonnya difraksinasi dengan etanol dan n-heksana (1:1) secara
Kimia FMIPA Unmul 35
Jurnal Kimia Mulawarman Volume 13 Nomor 1 November 2015 P-ISSN 1693-5616
Kimia FMIPA Unmul E-ISSN 2476-9258

berulang sehingga diperoleh fraksi n-heksana yang Erlenmeyer disumbat dengan kapas dan aluminium
jernih. Fraksi etanol difraksinasi kembali dengan etil foil kemudian dipanaskan hingga mendidih sambil
asetat dan air. Fraksi n-heksana dan etil asetat diaduk. 5 mL NA dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian dipekatkan dengan menggunakan rotary kemudian disumbat dengan kapas dan aluminium foil.
evaporator sedangkan fraksi etanol-air dipekatkan Media disterilisasi dalam otoklaf selama 15 menit
dengan freeze dryer sehingga diperoleh ekstrak fraksi pada suhu 121oC. Tabung reaksi berisi media
n-heksana, etil asetat dan etanol-air. diletakkan miring dan dibiarkan memadat sehingga
terbentuk media agar miring.
2.2.Uji Fitokimia
Uji alkaloid dilakukan dengan pereaksi Regenerasi Bakteri
Dragendorff, uji triterpenoid dan steroid dengan Bakteri dibiakkan dengan menginokulasi 1
pereaksi Liebermann-Burchard, uji saponin dilakukan ose biakan murni bakteri ke dalam media agar miring
dengan mengocok sampel dalam aquadest, uji fenolik kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.
dengan pereaksi FeCl3 1% dan uji flavonoid dengan Biakan bakteri dalam media padat dibiakkan kembali
metode Wilstater. dalam media NB. Sebanyak 1 ose isolat bakteri
diinokulasi ke dalam NB dalam Erlenmeyer. Labu
2.3.Uji Toksisitas ditutup dengan aluminium foil dan dikocok dengan
Pembiakan Larva Artemia salina Leach shaker selama 24 jam sehingga diperoleh suspensi
Sebuah kompartemen yang terdiri dari dua bakteri siap uji.
bagian disiapkan untuk pembiakan larva. Sebanyak 10
mg telur udang ditambahkan dengan 100 mL air laut Uji Aktivitas Antibakteri dengan Metode Difusi
yang telah disaring dan dimasukkan ke bagian Agar
kompartemen yang gelap sedangkan bagian Sebanyak 25 mL NA dituang ke dalam cawan
kompartemen lain diberi pencahayaan. Setelah 24 – petri dan dibiarkan memadat. Inokulum bakteri
48 jam larva udang dikumpulkan dari bagian terang dioleskan pada media agar padat menggunakan lidi
dan siap untuk digunakan. kapas steril secara merata sambil memutar cawan
petri. Cakram kertas berdiameter 6 mm dicelupkan
Uji Toksisitas dengan Metode Brine Shrimp pada sampel uji dengan konsentrasi 0,5; 1; 2; 4; 8 dan
Lethality Test 16% (b/v) dan diletakkan pada permukaan media agar.
Sebanyak 2 buah plat mikro standar disiapkan Kloramfenikol 0,1% digunakan sebagai kontrol positif
masing-masing untuk plat uji dan plat kontrol. Ke dan aquadest sebagai kontrol negatif.
dalam masing-masing baris plat uji dimasukkan 100 Cawan petri diinkubasi secara terbalik pada
μL ekstrak dengan variasi konsentrasi 1000; 500; 250; suhu 37oC selama 24 jam. Diameter zona bening di
125; 62,5; 31,25; 15,625 dan 7,8125 ppm. Sedangkan sekitar cakram kertas diukur dengan jangka sorong
pada plat kontrol dimasukkan 100 μL larutan kontrol. dan dibandingkan dengan kontrol positif. Daya
Selanjutnya ke dalam larutan sampel dan larutan antibakteri dikategorikan menurut Davis dan Stout
kontrol ditambahkan 100 μL air laut yang (1971) dimana diameter zona hambat < 5 mm
mengandung 8 – 15 larva udang. Plat dibiarkan tergolong lemah, 5 – 10 mm tergolong sedang, 10 –
selama 24 jam dan jumlah larva udang yang mati 20 mm tergolong kuat dan > 20 mm tergolong sangat
dihitung. Nilai LC50 ditentukan dengan Analisis Probit kuat.
(Probability Unit) menggunakan Program SAS
(Statistical Analysis System)[7]. C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak
2.4.Uji Aktivitas Antibakteri Total dan Fraksi Daun Merah Syzygium myrtifolium
Sterilisasi Alat dan Bahan Walp.
Peralatan yang akan digunakan dibersihkan, Fraksi Fraksi
dibungkus dengan kertas dan plastik HD kemudian Jenis Ekstrak Fraksi
etil etanol-
Senyawa total n-heksana
disterilisasi dengan otoklaf selama 15 menit pada suhu asetat air
121oC dan tekanan 1 atm. Alkaloid + + + –
Triterpenoid + + + +
Pembuatan Nutrient Agar (NA) dan Nutrient Broth Steroid + + – –
Saponin + – – +
(NB) Fenolik + – + +
Media NA dibuat dari 28 g serbuk NA instant Flavonoid + – + –
dalam 1 L aquadest. Media NB dibuat dari pepton, Ket: (+) = mengandung metabolit sekunder
yeast extract dan natrium klorida dalam 1 L aquadest. (–) = tidak mengandung metabolit sekunder

36 Kimia FMIPA Unmul


Nur Aini dkk Uji Toksisitas
Kimia FMIPA Unmul

Alkaloid bereaksi dengan pereaksi menyebabkan pecahnya membran sel. Hal inilah yang
Dragendorff (kalium tetraiodobismutat) menghasilkan menyebabkan kematian larva udang Artemia salina
endapan jingga hingga merah kecokelatan. Pada Leach[11].
reaksi ini terjadi penggantian ligan dimana nitrogen Tabel 3. Diameter Zona Hambat Ekstrak Total dan Fraksi Daun
yang mempunyai pasangan elektron bebas pada Merah Syzygium myrtifolium Walp. Terhadap Bakteri
alkaloid membentuk ikatan kovalen koordinat dengan Uji
ion K+ dari kalium tetraiodobismutat menghasilkan Konsentrasi ekstrak Diameter zona hambat (mm)
kompleks kalium-alkaloid yang mengendap[8]. (%) S. aureus E. coli
Reaksi triterpenoid dengan pereaksi 0,5 7,37 7,63
Liebermann-Burchard (asam asetat glasial dan 1 7,73 8,17
H2SO4(p) 10:1) menghasilkan warna merah-ungu Ekstrak 2 8,20 8,70
total 4 8,73 9,17
sedangkan steroid memberikan warna hijau-biru. Hal
8 9,37 9,40
ini didasari oleh kemampuan senyawa triterpenoid dan 16 10,60 10,67
steroid membentuk warna oleh H2SO4(p) dalam pelarut 0,5 - -
anhidrida asam asetat[9]. Perbedaan warna yang 1 - -
dihasilkan oleh triterpenoid dan streoid disebabkan Fraksi 2 7,87 7,77
perbedaan gugus pada atom C-4[10]. n-heksana 4 8,57 7,87
8 8,90 8,00
Saponin memiliki glikosil sebagai gugus polar
16 9,07 8,83
serta gugus steroid atau triterpenoid sebagai gugus 0,5 7,63 7,60
nonpolar sehingga bersifat aktif permukaan dan 1 8,57 8,00
membentuk misel saat dikocok dengan air. Pada Ekstrak fraksi 2 8,90 8,23
struktur misel gugus polar menghadap ke luar etil asetat 4 9,20 8,77
sedangkan gugus nonpolar menghadap ke dalam dan 8 9,97 9,20
16 10,63 10,53
keadaan inilah yang tampak seperti busa[9].
0,5 - -
Fenolik bereaksi dengan FeCl3 1% 1 - 6,97
membentuk warna merah, ungu, biru atau hitam yang Ekstrak fraksi 2 - 7,30
pekat karena FeCl3 bereaksi dengan gugus -OH etanol-air 4 - 7,87
aromatis[9]. Kompleks berwarna yang terbentuk 8 - 8,40
diduga sebagai besi (III) heksafenolat. Ion Fe3+ 16 7,80 9,13
Kloramfenikol 0,1% 15,13 13,97
mengalami hibridisasi orbital d2sp3 sehingga ion Fe3+
Kontrol negatif - -
(4s03d5) memiliki 6 orbital kosong yang diisi oleh
pendonor pasangan elektron, yaitu atom oksigen pada Ket: (-) = Tidak terdapat zona hambat
senyawa fenolik yang memiliki pasangan elektron
bebas[10]. Ekstrak total mampu menghambat
Pada uji flavonoid dengan metode Wilstater, pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli pada
flavonoid bereaksi dengan serbuk Mg dan HCl(p) konsentrasi 0,5% dengan diameter zona hambat
membentuk warna merah atau jingga akibat reduksi masing-masing sebesar 7,37 mm dan 7,63 mm.
flavonoid. Warna merah disebabkan oleh
terbentuknya garam flavilium[8].
Tabel 2. Nilai LC50 Ekstrak Total dan Fraksi Daun Merah
Syzygium myrtifolium Walp.

Jenis Ekstrak LC50 (ppm)


Ekstrak total 171,5930
Fraksi n-heksana 2301,1062
Fraksi etil asetat 149,8600
Fraksi etanol-air 4601,7925 Gambar 1. Grafik Hubungan Konsentrasi Ekstrak Total
Terhadap Diameter Zona Hambat S. aureus dan E.
Total dan fraksi etil asetat bersifat toksik Coli
karena pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm
Fraksi n-heksana mampu menghambat
mampu menyebabkan kematian 50% hewan uji[13].
pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli pada
Sifat toksik ini diduga karena adanya senyawa
konsentrasi minimum 2% dengan diameter zona
metabolit sekunder, terutama golongan flavonoid.
hambat masing-masing 7,70 mm dan 7,87 mm.
Gugus hidroksil pada flavonoid mampu berikatan
dengan protein integral membran sel sehingga
mengganggu transpor aktif Na+ dan K+ dan
Kimia FMIPA Unmul 37
Jurnal Kimia Mulawarman Volume 13 Nomor 1 November 2015 P-ISSN 1693-5616
Kimia FMIPA Unmul E-ISSN 2476-9258

organisme, mekanisme dan kesinergisan kerja antara


senyawa aktif di dalam ekstrak.
Struktur dinding sel bakteri Gram positif
memiliki lebih banyak peptidoglikan, sedikit lipid dan
mengandung polisakarida (asam teikoat) yang mudah
larut dalam air sehingga bersifat polar. Dinding sel
bakteri Gram negatif lebih banyak mengandung lipid,
sedikit peptidoglikan serta membran luar yang terdiri
dari fosfolipid (lapisan dalam) dan lipopolisakarida
Gambar 2. Grafik Hubungan Konsentrasi Fraksi n-Heksana (lapisan luar) sehingga bersifat nonpolar.
Terhadap Diameter Zona Hambat S. aureus dan E. Mekanisme kerja senyawa terpenoid sebagai
coli
zat antibakteri diduga melibatkan kerusakan membran
oleh senyawa lipofilik[12]. Terpenoid dapat bereaksi
Fraksi etil asetat mampu menghambat
dengan porin (protein transmembran) pada membran
pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli pada
luar dinding sel bakteri, membentuk ikatan polimer
konsentrasi minimum 0,5% dengan diameter zona
yang kuat dan merusak porin, mengurangi
hambat masing-masing sebesar 7,63 mm dan 7,60
permeabilitas dinding sel bakteri sehingga sel bakteri
mm.
kekurangan nutrisi, pertumbuhan bakteri terhambat
atau mati[13]. Salah satu senyawa terpenoid yang ada
pada daun Syzygium myrtifolium Walp. adalah asam
betulinat (3β-3-Hydroxy-lup-20(29)-en-28-oic acid)
yang bersifat antoksidan, antitumor,
antiangiogenesis[6] dan dapat menghambat HIV[12].
Senyawa terpenoid lain seperti asam asiatat dan asam
terminolat yang diisolasi dari Syzygium guineense
ampuh menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia
coli, Bacillus subtilis dan Shigella sonnei[14].
Senyawa flavonoid disintesis oleh tanaman
Gambar 3. Grafik Hubungan Konsentrasi Fraksi Etil Asetat
Terhadap Diameter Zona Hambat S. aureus dan E.
sebagai respon terhadap infeksi mikroba sehingga
coli efektif sebagai zat antibakteri yang ampuh melawan
berbagai mikroorganisme. Hal ini kemungkinan
Fraksi etanol-air menghambat pertumbuhan disebabkan oleh kemampuan flavonoid untuk
bakteri S. aureus hanya pada konsentrasi 16% dengan membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler
diameter zona hambat sebesar 7,80 mm sedangkan dan protein terlarut dan membentuk kompleks dengan
penghambatan bakteri E. coli terdapat pada dinding sel bakteri. Flavonoid lipofilik juga dapat
konsentrasi minimum 1% dengan diameter zona mengganggu membran mikroba[12]. Flavonoid
hambat sebesar 6,97 mm. menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas
dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom sebagai
hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA
bakteri[15]. Ekstrak total dan fraksi etil asetat yang
mengandung flavonoid menghasilkan daya antibakteri
yang lebih besar dibanding fraksi lain. Pucuk Merah
diketahui kaya akan kandungan flavonoid, salah
satunya senyawa dimethyl cardamonin (2’,4’-
dihydroxy-6’-methoxy-3’,5’-dimethylchalcone), suatu
golongan kalkon yang memiliki sifat sitotoksik.
Gambar 4. Grafik Hubungan Konsentrasi Fraksi Etanol-Air Senyawa golongan kalkon diketahui memiliki
Terhadap Diameter Zona Hambat S. aureus dan E. aktivitas antikanker, anti-inflamasi, antioksidan,
coli
analgesik, antibakteri, antijamur dan antiprotozoa[4].
Diameter zona hambat meningkat seiring Selain itu Pucuk Merah mengandung senyawa
kenaikan konsentrasi ekstrak. Kekuatan ekstrak total sianidin-glikosida, suatu senyawa antosianin yang
dan fraksi etil asetat pada konsentrasi 0,5 – 16% bersifat antioksidan[5].
berkisar dari sedang hingga kuat sedangkan fraksi n- Senyawa alkaloid bersifat antibakteri, diduga
heksana dan etanol-air tergolong sedang. Perbedaan dengan mengganggu komponen penyusun
daya hambat disebabkan oleh perbedaan sensitivitas peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan
38 Kimia FMIPA Unmul
Nur Aini dkk Uji Toksisitas
Kimia FMIPA Unmul

dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan D. KESIMPULAN


menyebabkan kematian sel[15]. Alkaloid kuartener Senyawa metabolit sekunder yang terkandung
planar seperti berberin dan harmane mampu dalam ekstrak total daun merah Syzygium myrtifolium
berinteraksi dengan DNA[12]. Walp. adalah golongan alkaloid, triterpenoid, steroid,
Saponin termasuk dalam zat antibakteri yang saponin, fenolik dan flavonoid. Fraksi n-heksana
menghambat fungsi membran sel mikroba. Saponin mengandung senyawa golongan alkaloid, triterpenoid
membentuk senyawa kompleks dengan membran sel dan steroid, fraksi etil asetat mengandung senyawa
melalui ikatan hidrogen sehingga menghancurkan golongan alkaloid, triterpenoid, steroid, fenolik dan
sifat permeabilitas dinding sel, menyebabkan flavonoid sedangkan fraksi etanol-air mengandung
pelepasan isi sel dan menimbulkan kematian sel[15]. senyawa golongan triterpenoid, saponin dan fenolik.
Senyawa fenolik pada konsentrasi rendah Toksisitas paling tinggi terhadap larva udang Artemia
dapat merusak membran sitoplasma dan dapat salina Leach terdapat pada fraksi etil asetat dengan
menyebabkan kebocoran inti sel sedangkan pada nilai LC50 sebesar 149,8600 ppm. Aktivitas antibakteri
konsentrasi tinggi senyawa fenol berkoagulasi dengan paling tinggi terhadap bakteri Staphylococcus aureus
protein seluler[13]. Eugenol yang banyak ditemukan terdapat pada fraksi etil asetat sedangkan aktivitas
pada minyak Cengkeh (Syzygium aromaticum) adalah antibakteri paling tinggi terhadap bakteri Escherichia
contoh senyawa fenolik yang bersifat coli terdapat pada ekstrak total dengan nilai MIC
bakteriostatik[13]. 0,5%.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Azim, M. H. M. A. E., El-Mesallamy A. M. D., El-Gerby M. dan Awad A. (2014). Anti-Tumor, Antioxidant
and Antimicrobial and the Phenolic Constituents of Clove Flower Buds (Syzygium aromaticum). Journal
Microbial and Biochemical Technology S8: 007.
[2] Ratnam, K. V dan Raju R. R. V. (2008). In vitro Antimicrobial Screening of the Fruit Extracts of Two Syzygium
Species (Myrtaceae). Advances in Biological Research Vol. 2 (1 – 2): 17 – 20.
[3] Flora & Fauna Web. (2013). Syzygium myrtifolium (Roxb.) Walp. https://florafaunaweb. nparks.gov.sg/special-
pages/plant-detail.aspx?id= 3156 diakses terakhir tanggal 25 Februari 2015.
[4] Memon, A. H., Ismail Z., Aisha A. F. A., Al-Suede F. S. R., Hamil M. S. R., Hashim S., Saeed M. A. A.,
Laghari M. dan Majid A. M. S. A. (2014). Isolation, Characterization, Crystal Structure Elucidation, and
Anticancer Study of Diethyl Cardamonin, Isolated from Syzygium campanulatum Korth. Evidence-Based
Complementary and Alternative Medicine, Vol. 2014.
[5] Santoni, A., Darwis D. dan Syahri S. (2013). Isolasi, Identifikasi dan Uji Antioksidan Senyawa Antosianin dari
Buah Pucuk Merah (Syzygium campanulatum Korth.) serta Aplikasi sebagai Pewarna Alami. Prosiding
Semirata FMIPA Universitas Lampung.
[6] Aisha, A. F. A., Ismail Z., Salah K. M. A., Shiddiqui J. M., Ghafar G. and Majid A. M. S. A. (2013). Syzygium
Campanulatum Korth Methanolic Extract Inhibits Angiogenesis and Tumor Growth in Nude Mice. BMC
Complementary and Alternative Medicine Vol. 13 : 168.
[7] Meyer, B. N., Ferrigni N. R., Putnam J. E., Jacobsen L. B., Nichols D. E. dan McLaughlin J. L. 1982. Brine
Shrimp: A Convenient General Bioassay for Active Plant Constituents. Journal of Medicinal Plant Research
Planta Medica Vol. 45 : 31 – 34.
[8] Marliana, S. D., Suryanti V. dan Suyono. (2005). Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis
Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi Vol. 3 No.
1 : 26 – 31.
[9] Sangi, M., Runtuwene M. R. J., Simbala H. E. I. dan Makang V. M. A. (2008). Analisis Fitokimia Tumbuhan
Obat di Kabupaten Minahasa Utara. Chem. Prog. Vol. 1 No. 1: 47 – 53.
[10]Marliana, E. dan Saleh C. (2011). Uji Fitokimia dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kasar Etanol, Fraksi n-
Heksana, Etil Asetat dan Metanol dari Buah Labu Air (Lagenari siceraria (Morlina) Standl). Jurnal Kimia
Mulawarman Vol. 8 No. 2: 63 – 39.
[11]Sanjayasari, D. dan Pliliang W. G. (2011). Skrining Fitokimia dan Uji Toksisitas Ekstrak Daun Katuk
(Saoropus androgenus (L.) Merr.) Terhadap Larva Udang Artemia salina: Potensi Fitofarmaka pada Ikan.
Berkala Perikanan Terubuk Vol. 39 No.1: 91 – 100.
[12]Cowan, M. M. (1999). Plant Products as Antimicrobial Agents. Clinical Microbiology reviews Vol. 12 (4): 564
– 582.

Kimia FMIPA Unmul 39


Jurnal Kimia Mulawarman Volume 13 Nomor 1 November 2015 P-ISSN 1693-5616
Kimia FMIPA Unmul E-ISSN 2476-9258

[13]Rachmawati, F., Nuria M. C. dan Sumantri. (2011). Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Kloroform Ekstrak Etanol
Pegagan (Centella asiatica (L) Urb) serta Identifikasi Senyawa Aktifnya. Fakultas Farmasi Universitas Wahid
Hasyim, Semarang.
[14]Djoukeng, J. D., Abou-Mansour E., Tabacchi R., Tapondjou A. L., Bouda H. and Lontsi D. (2005).
Antibacterial Triterpenes from Syzygium guineense (Myrtaceae). Journal of Ethnopharmacology 101 issues 1 –
3: 283 – 286.
[15]Permatasari, G. A. A. A., Besung I. N. K. dan Mahatmi H. (2013). Daya Hambat Perasan Daun Sirsak
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Indonesia Medicus Veterinus Vol. 2 No. 2 : 162 – 169.

40 Kimia FMIPA Unmul

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai