0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2K tayangan15 halaman

Makalah Hukum Pidana Khusus Tentang Narkotika

Diunggah oleh

nopri
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2K tayangan15 halaman

Makalah Hukum Pidana Khusus Tentang Narkotika

Diunggah oleh

nopri
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 15

MAKALAH

NARKOTIKA

DISUSUN OLEH :

1. NADIVA RAHMA KHOLILA (220408027)


2. NURAINI (220408003)
3. MARISSA NUR SORMIN (220408023)

SEMESTER : IV
DOSEN PENGAMPU : MUHAMMAD IQBAL, SH, MH

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI
(UNIKS)
2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Syukur
Alhamdulillah Penulis ucapkan dari lubuk hati Penulis kehadirat Allah yang telah
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik. Sholawat
serta salam Penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah yang berjudul “Hukum Pidana Khusus Tentang Narkotika” ini
semoga dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa yang kami tulis ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Dan oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya masukan dari
para pembaca, baik berupa kritikan ataupun saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini, supaya lebih baik untuk masa yang akan datang.
Dan terima kasih atas semua bantuan dari semua pihak yang terkait dalam
penyusunan ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kemudian kepada Allah kami bertaubat dan kepada manusia kami memohon
maaf atas kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
C. Tujuan Dan Manfaat...................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 3
A. Pengertian Narkotika Dan Jenis-Jenis Narkotika.......................... 3
B. Kebijakan Hukum Pidana Yang Tertuang Dalam Undang-
Undang Narkotika (UU No. 35/2009 ) Dalam Penanggulangan
Tindak Pidana Narkotika............................................................... 4
C. Siapa Saja Yang Dapat Disebut Sebagai Pelaku Perbuatan Pidana
Narkotika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika.......................................................................... 4
D. Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Narkotika...................................... 5
E. Sangsi Hukum Pidana Bagi Pelaku Tindak Pidana Narkotika....... 6
BAB III PENUTUP..................................................................................... 11
A. Kesimpulan.................................................................................... 11
B. Saran.............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengaturan narkotika berdasarkan undang-undang nomor 35 tahun 2009
(UU No.35 tahun 2009), bertujuan untuk menjamin ketersedian guna kepentingan
kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah penyalahgunaan narkotika, serta
pemberantasan peredaran gelap narkotika.
Penyalahgunaan narkotika di Indonesia sudah sampai ketingkat yang
sangat mengkhawatirkan, fakta dilapangan menunjukan bahwa 50% penghuni
LAPAS (lembaga pemasyarakatan) disebabkan oleh kasus narkoba atau narkotika.
Berita kriminal di media masa, baik media cetak maupun elektronik dipenuhi oleh
berita penyalahgunaan narkotika. Korbannya meluas kesemua lapisan masyarakat
dari pelajar, mahasiswa, artis, ibu rumah tangga, pedagang , supir angkot, anak
jalanan, pejabat dan lain sebagainya. Narkoba dengan mudahnya dapat diracik
sendiri yang sulit didiktesi. Pabrik narkoba secara ilegalpun sudah didapati di
Indonesia.
Penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika telah banyak
dilakukan oleh aparat penegakan hukum dan telah banyak mendapatkan putusan
hakim di sidang pengadilan. Penegakan hukum ini diharapkan mampu sebagai
faktor penangkal terhadap merebaknya peredaran perdagangan narkoba atau
narkotika, tapi dalam kenyataan justru semakin intensif dilakukan penegakan
hukum, semakin meningkat pula peredaran perdagangan narkotika tersebut.
Tindak pidana narkoba atau narkotika berdasarkan undang-undang nomor
35 tahun 2009 (UU No.35 tahun 2009), memberikan sangsi pidana cukup berat, di
samping dapat dikenakan hukuman badan dan juga dikenakan pidana denda, tapi
dalam kenyataanya para pelakunya justru semakin meningkat. Hal ini disebabkan
oleh faktor penjatuhan sangsi pidana tidak memberikan dampak atau deterrent
effect terhadap para pelakunya.
Gejala atau fenomena terhadap penyalahgunan narkotika dan upaya
penanggulangannya saat ini sedang mencuat dan menjadi perdebatan para ahli

1
hukum. Penyalahgunaan narkoba atau narkotika sudah mendekati pada suatu
tindakan yang sangat membahayakan, tidak hanya menggunakan obat-obatan saja,
tetapi sudah meningkat kepada pemakaian jarum suntik yang pada akhirnya akan
menularkan HIV.
Perkembangan kejahatan narkotika pada saat ini telah menakutkan
kehidupan masyarakat. Dibeberapa negara, termasuk indonesia , telah berupaya
untuk meningkatkan program pencegahan dari tingkat penyuluhan hukum sampai
kepada program pengurangan pasokan narkoba atau narkotika.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian narkotika serta jenis-jenis Narkotika?
2. Bagaimanakah kebijakan hukum pidana yang tertuang dalam Undang-
Undang Narkotika (UU No. 35/2009 ) dalam penanggulangan tindak
pidana narkotika ?
3. Siapa saja yang dapat disebut sebagai pelaku perbuatan pidana narkotika
dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ?
4. Bagaimana sangsi hukum pidana bagi pelaku tindak pidana narkotika?

C. Tujuan Dan Manfaat


1. Untuk mengetahui pengertian narkotika dan jenis-jenis narkotika.
2. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan hukum pidana yang tertuang
dalam Undang- Undang Narkotika (UU No. 35/2009 ) dalam
penanggulangan tindak pidana narkotika.
3. Untuk mengetahui siapa saja yang dapat disebut sebagai pelaku perbuatan
pidana narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.
4. Untuk mengetahui bagaimana sangsi hukum pidana bagi pelaku tindak
pidana narkotika.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Narkotika Dan Jenis-Jenis Narkotika


Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sitensis maupun semi sitensis maupun semi sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat bermanfaat dan diperlukan
untuk pengobatan penyakit tertentu. Namun, jika disalahgunakan atau digunakan
tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat
merugikan bagi perseorangan atau masyarakat khususnya generasi muda. Hal ini
akan lebih merugikan jika disertai dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika yang dapat mengakibatkan bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan
nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan dapat melemahkan ketahanan
nasional.
Yang dimakud narkotika dalam UU No. 35/2009 adalah tanaman papever,
opium mentah, opium masak, seperti candu, jicing, jicingko, opium obat, morfina,
tanaman koka, daun koka, kokaina mentah, kokaina, ekgonina, tanaman ganja,
damar ganja, garam-garam atau turunannya dari morfin dan kokaina. Bahan lain,
baik alamiah, atau sitensis maupun semi sitensis yang belum disebutkan yang
dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang ditetapkan mentri
kesehatan sebagai narkotika, apabila penyalahgunaannya dapat menimbulkan
akibat ketergantungan yang merugikan, dan campuran-campuran atau sediaan-
sediaan yang mengandung garam-garam atau turunan-turunan dari morfina dan
kokaina, atau bahan-bahan lain yang alamiah atau olahan yang ditetapkan mentri
kesehatan sebagai narkotika.
Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika membagi
narkotika menjadi tiga golongan, sesuai dengan pasal 6 ayat 1 :
1. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan

3
dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan.
2. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
dan/ atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
3. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan/ atau tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan.

B. Kebijakan Hukum Pidana Yang Tertuang Dalam Undang- Undang


Narkotika (UU No. 35/2009 ) Dalam Penanggulangan Tindak Pidana
Narkotika.
Mengingat betapa besar bahaya penyalahgunaan Narkotika ini, maka perlu
diingat beberapa dasar hukum yang diterapkan menghadapi pelaku tindak pidana
narkotika berikut ini:
1. Undang-undang RI No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP
2. Undang-undang RI No. 7 tahun 1997 tentang PengesahanUnited
Nation Convention Against Illicit Traffic in Naarcotic Drug and
Pshychotriphic Suybstances 19 88 ( Konvensi PBB tentang
Pemberantasan Peredaran Gelap narkotika dan Psikotrapika, 1988)
3. Undang-undang RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika sebagai
pengganti UU RI No. 22 tahun 1997.

C. Siapa Saja Yang Dapat Disebut Sebagai Pelaku Perbuatan Pidana


Narkotika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika.
Untuk pelaku penyalahgunaan Narkotika dapat dikenakan Undang-undang
No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, hal ini dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :

4
1. Sebagai pengguna
Dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 116 Undang-undang
Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, dengan ancaman hukuman
paling lama 15 tahun.
2. Sebagai pengedar
Dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 81 dan 82 Undang-undang
No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, dengan ancaman hukuman paling
lama 15 + denda.
3. Sebagai produsen
Dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 113 Undang-undang No.
35 tahun 2009, dengan ancaman hukuman paling lama 15 tahun/ seumur
hidup/ mati + denda.

D. Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Narkotika


Bentuk tindak Pidana Narkotika yang umum dikenal antara lain sebagai
berikut:
1. Penyalahgunaan atau melebihi dosis
2. Pengedaran Narkotika
3. Jual Beli Narkotika
Seorang hakim diberi kebebasan untuk mengambil keputusan berdasarkan
bukti-bukti dan keyakinannya, sesuai menurut system pembuktian yang dianut
dalam hukum acara pidana kita. Kebebasan hakim dalam mengambil keputusan
tersebut dapat dikatakan sebagai hak prerogatif hakim.
Menurut KUHAP Pasal 1 butir 11 putusan pengadilan adalah pernyataan
hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa
pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta
menurut cara yang diatur dalam KUHAP. Dalam hal menjatuhkan putusan ada
hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang hakim,yaitu:
1. Hakim harus selalu memperhatikan segala hal yang berhubungan
dengansi pelaku Tindak Pidana Narkotika tersebut, lingkungan tempat
si pelaku bergaul, pendidikan, dan lain-lain. Dari hal-hal tersebut

5
diatas dapat menjadi acuan bagi hakim untuk memberikan putusan
atau pidana yang sesuai dengan si pelaku Tindak Pidana Narkotika.
2. Dalam pemeriksaan di persidangan, hakim juga harus melihat apakah
si pelaku mendapatkan pendidikan yang formal atau tidak. Karena
pendidikan juga menjadi salah satu faktor penyebab seseorang
melakukan tindak pidana seperti Penyalahgunaan Narkotika.
3. Hal-hal lain yang juga perlu dipertimbangkan hakim dalam
penererapan pidana dan prosesnya adalah :
a. Psikologis atau kejiwaan
b. Attitude atau kesopanan dan juga dilihat dari wajah tersangka.
c. Hakim harus memperhatikan segala hal yang berhubungan dengan
si pelaku Tindak Pidana Narkotika tersebut.
d. Dalam pemeriksaan persidangan, hakim juga harus melihat apakah
si pelaku mendapatkan pendidikan yang formal atau tidak, maka ini
merupakan aspek pendidikan.

E. Sangsi Hukum Pidana Bagi Pelaku Tindak Pidana Narkotika.


Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika telah mengatur
jenis-jenis sanksi yang diberikan pada tindak pidana narkotika antara lain:
1. Tindak Pidana bagi penyalah guna atau sebagai korban
penyalahgunaan narkotika, penyalah guna tersebut wajib menjalani
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
2. Tindak Pidana Orang Tua / Wali dari Pecandu Narkotika Narkotika
yang Belum Cukup Umur (Pasal 128) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling
banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).
3. Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Korporasi (Pasal 130) Dipidana
dengan pidana penjara dan pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)
kali. Korporasi dapat dijatuhi korporasi dapat dijatuhi pidana
tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha dan/atau

6
b. pencabutan status badan hukum.
4. Tindak pidana bagi Orang yang Tidak Melaporkan Adanya Tindak
Pidana Narkotika (Pasal 131). Dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah).
5. Tindak Pidana terhadap Percobaan dan Permufakatan Jahat
Melakukan Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor (Pasal 132) Ayat
(1), dipidana dengan pidana pidana penjara yang sama sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut. Ayat
(2), dipidana pidana penjara dan pidana denda maksimumnya
ditambah 1/3 (sepertiga).
6. Tindak Pidana bagi Menyuruh, Memberi, Membujuk, Memaksa
dengan Kekerasan, Tipu Muslihat, Membujuk Anak (Pasal 133) ayat
(1), dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup,
atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan paling banyak
Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah). ayat (2), dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama
15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
7. Tindak Pidana bagi Pecandu Narkotika yang Tidak Melaporkan Diri
(Pasal 134) ayat (1), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp2.000.000,00 (dua
juta rupiah). ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3
(tiga) bulan atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu
juta rupiah).
8. Tindak Pidana bagi Pengurus Industri Farmasi yang Tidak
Melaksanakan Kewajiban (Pasal 135). Dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun

7
dan pidana denda paling sedikit Rp40.000.000,00 (empat puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp400.000.000,00 (empat ratus juta
rupiah).
9. Tindak Pidana terhadap Hasil-Hasil Tindak Pidana Narkotika dan/atau
Prekursor Narkotika (Pasal 137) huruf (a), dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah). Huruf (b), dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
10. Tindak Pidana terhadap Orang yang Menghalangi atau Mempersulit
Penyidikan, Penuntutan dan Pemeriksaan Perkara (Pasal 138)
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
11. Tindak Pidana bagi Nahkoda atau Kapten Penerbang yang Tidak
Melaksanakan Ketentuan Pasal 27 dan Pasal 28 (Pasal 139) dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama
10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
12. Tindak Pidana bagi PPNS, Penyidik Polri, Penyidik BNN yang Tidak
Melaksanakan Ketentuan tentang Barang Bukti (Pasal 140)dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama
10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
13. Tindak Pidana bagi Kepala Kejaksaan Negeri yang Tidak
Melaksanakan Ketentuan Pasal 91 Ayat(1) (Pasal 141) dipidana

8
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama
10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
14. Tindak Pidana bagi Petugas Laboratorium yang Memalsukan Hasil
Pengujian (Pasal 142) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah)
15. Tindak Pidana bagi Saksi yang Memberikan Keterangan Tidak Benar
(Pasal 143) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
16. Tindak Pidana bagi Setiap Orang yang Melakukan Pengulangan
Tindak Pidana (Pasal 144) dipidana dengan pidana maksimumnya
ditambah dengan 1/3 (sepertiga).
17. Tindak Pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit, Pimpinan
Lembaga Ilmu Pengetahuan, Pimpinan Industri Farmasi, dan
Pimpinan Pedagang Farmasi (Pasal 147) dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (serratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 136 UU No. 35 Tahun 2009 memberikan sanksi berupa narkotika
dan prekursor narkotika serta hasil-hasil yang diperoleh dari tindak pidana
narkotika baik itu aset bergerak atau tidak bergerak maupun berwujud atau tidak
berwujud serta barang-barang atau peralatan yang digunakan untuk tindak pidana
narkotika dirampas untuk negara. Pasal 146 juga memberikan sanksi terhadap
warga negara asing yang telah melakukan tindak pidana narkotika ataupun
menjalani pidana narkotika yakni dilakukan pengusiran wilayah negara Republik
Indonesia dan dilarang masuk kembali ke wilayah negara Republik Indonesia.
Sedangkan pada Pasal 148 bila putusan denda yang diatur dalam undangundang

9
ini tidak dibayarkan oleh pelaku tindak pidana narkotika maka pelaku dijatuhi
penjara paling lama dua tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat
dibayar.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan UU No.35 tahun 2009 tentang Narkotika pasal 1.Narkotika
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika mengatur upaya
pemberantasan terhadap tindak pidana Narkotika melalui ancaman pidana denda,
pidana penjara, pidana seumur hidup, dan pidana mati. Di samping itu, Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 juga mengatur mengenai pemanfaatan Narkotika
untuk kepentingan pengobatan dan kesehatan serta mengatur tentang rehabilitasi
medis dan sosial.

B. Saran
Penanggulangan dan pencegahan terhadap penyalahgunaan NARKOTIKA
merupakan tanggung jawab bangsa Indonesia secara keseluruhan, bukan hanya
berada pada pundak kepolisian ataupun pemerintah saja. Namun, seluruh
komponen masyarakat diharapkan ikut perperan dalam upaya penanggulangan
tersebut. Setidaknya, itulah yang telah diamanatkan dalam pelbagai perundang-
undangan negara, termasuk UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika

11
DAFTAR PUSTAKA

Julian Andreas Fernando Sitohang, “Penegakan Hukum Peyalahgunaan Zat


Adiktif Yang Tidak Terdaftar Didalam Undang-Undang No 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika”, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung,
2014.

Lydia HarlinaMarton, 2006, Membantu Pencandu Narkotika dan Keluarga, Balai


Pustaka, Jakarta.

Alifia Ummu, 2010, ALPRIN, Semarang, Jawa Barat.

Moh. Taufik Makarao., Suhasril., Moh Zakky A,S, 2003.Tindak Pidana


Narkotika,Ghalia Indonesia, Jakarta.

Gatot Supramono, Hukum Narkotika Indonesia, Djambatan, Jakarta. 2009.

Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori Kebijakan Pidana, Alumni,


Bandung, 1984.

12

Anda mungkin juga menyukai