Konsep Dan Norma Peradilan Ad Hoc Internasional Terhadap Perkara Pelanggaran Ham Berat
Konsep Dan Norma Peradilan Ad Hoc Internasional Terhadap Perkara Pelanggaran Ham Berat
“Setelah bentuk pemerintahan totaliter menyebabkan prahara pembantaian 5 juta orang, saya berpendapat bentuk pemerintahan ini salah, di
saat-saat darurat sekalipun. Saya yakin segala bentuk kendali demokrasi, termasuk kendali demokrasi terbatas, tidak mungkin akan membuat
prahara semacam itu.”
Mantan penyiar radio itu menyimpulkan, “Mereka yang, setelah Auschwitz, masih menganut politik rasialnya telah mengakui dirinya
bersalah.” Diperlukan beberapa generasi baru Jerman, termasuk pelajar, yang lahir setelah perang dan aktif dalam tiga dekade terakhir abad dua
puluh, untuk mengajukan pertanyaan tentang perilaku orang tua dan kakek-nenek mereka selama tahun-tahun pemerintahan Nazi.
Penuntut Nuremberg kesulitan membuktikan pengetahuan dan tanggung jawab pribadi Streicher atas pelaksanaan “Solusi Pamungkas.”
Sebuah artikel yang ditulis untuk Der Stürmer pada tanggal 4 November 1943, mengungkapkan:
“Memang Yahudi dapat dikatakan telah musnah dari Eropa dan bahwa ‘Sumber Timur’ Yahudi, tempat asal pengaruh jahat Yahudi yang selama
berabad-abad menyerang bangsa Eropa, telah berakhir. Tetapi Führer rakyat Jerman di awal perang telah meramalkan apa yang saat ini terjadi.”
Saat bersaksi atas pembelaannya sendiri, Streicher bersikeras bahwa dia baru mengetahui tentang pembantaian massal itu ketika ditahan oleh
Sekutu. Dia juga mengklaim bahwa pidato dan artikelnya tidak ditujukan untuk menghasut rakyat Jerman, tetapi hanya untuk “memberi tahu” dan
“menerangkan” kepada mereka “tentang pertanyaan yang menurut saya adalah salah satu pertanyaan terpenting.” Streicher, yang oleh
psikiaternya dinyatakan waras namun terobsesi kebencian terhadap “Yahudi,” ternyata bermuka dua dan tidak dapat dipercaya.
PENYEBAR PROPAGANDA LAINNYA YANG DISIDANGKAN
Penuntutan Sekutu terhadap penyebar propaganda Nazi dilanjutkan oleh Pengadilan
Militer Internasional, namun hasil persidangan selanjutnya yang beragam kurang begitu
menjelaskan masalah hukum kaitan antara kata dan perbuatan. Selain vonis Pengadilan
Militer AS terhadap mantan Kepala Pers Reich, Otto Dietrich, pengadilan
“denazifikasi” Jerman menyidangkan dan memvonis baron pers Nazi, Max Amann,
sutradara film (Der ewige Jude) Fritz Hippler, dan kartunis Der Stürmer, Philipp
Ruprecht (yang dikenal sebagai “Fips” di kalangan pembacanya). Penyebar propaganda
lainnya dibebaskan, termasuk sutradara film (Triumph of the Will) Leni Riefenstahl.
Sebuah pengadilan Inggris memvonis bersalah William Joyce (Lord Haw Haw, kelahiran
AS) atas pengkhianatan karena telah menyiarkan propaganda Nazi, dan dia dijatuhi
hukuman. Mufti Agung Jerusalem, Hajj Amin al-Husayni, yang menyiarkan propaganda
pro-Poros di radio dari Berlin ke dunia Arab, ditangkap pada tahun 1945 di wilayah
Jerman yang diduduki Prancis. Dia melarikan diri ke Mesir, di mana dia melanjutkan
produksi dan penyebaran propaganda anti-Zionis, anti-Yahudi, dan anti-Israel.
UNTUK PERTAMA KALINYA DALAM SEJARAH
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, pengadilan kejahatan perang menyidangkan penyebar propaganda—
orang-orang yang perkataan, gambar, dan tulisannya telah berkontribusi terhadap agresi, penindasan dan
pembantaian massal Nazi. Persidangan pasca perang menegaskan peran penting propaganda dalam
mempertahankan dukungan publik terhadap rezim Nazi dan dalam membenarkan penindasan terhadap kaum
Yahudi dan korban lainnya selama era Holocaust. Penuntutan terhadap penyebar propaganda atas “kejahatan
terhadap kemanusiaan” menjadi preseden penting yang diajukan oleh badan-badan dan pengadilan
internasional hingga saat ini.
Setelah Perang Dunia Kedua berakhir, pihak sekutu membentuk pengadilan militer internasional pertama
yang bertujuan untuk menghukum pejabat senior politik dan militer dengan dakwaan kejahatan perang dan
kejahatan serius lainnya.
Empat negara sebagai kekuatan utama sekutu antara lain Perancis, Uni Soviet, Inggris, dan Amerika
Serikat membentuk International Military Tribunal (IMT) di Nuremberg (atau dalam ejaan lain disebut
Nürnberg), Jerman untuk menghukum penjahat perang dari “ European Axis”. IMT (selanjutnya dikenal juga
dengan Nuremberg Tribunal) melaksanakan persidangan baik terhadap pemimpin politik dan militer Nazi,
maupun terhadap Organisasi sayap Nazi dan Afiliasinya.
Pengadilan Militer Internasional, Nuremberg 1945
• Pengadilan atas pelaku kejahatan perang Nazi diselenggarakan oleh empat negara sekutu utama Perang Dunia II (Amerika Serikat, Inggris, Uni Soviet, dan
Prancis)
• 12 persidangan diselenggarakan di bawah yurisdiksi Control Council Law No.10
• Selain persidangan-persidangan tersebut, juga diselenggarakan banyak persidangan lainnya yang dilakukan oleh pengadilan militer di berbagai negara lainnya
Howard S Levie “War Crimes Programs: Europe”, Chapter III in Howard S Levie, Terrorism in War: The Law of War Crimes (Dobbs Ferry, NY: Oceana
Publications, 1993) p 135-139 (bagian statistik)
Individual responsibility pasal 6 By ommission: keikutsertaan dalam suatu konspirasi atau rencana bersama untuk melakukan kejahatan yang tersebut di atas pasal 6
Tidak ada kekebalan (immunity) untuk tindak kejahatan yang dilakukan dengan alasan melaksanakan tugas negara, atau sebagai aparat negara pasal 7 alasan
menjalankan perintah atasan (defense of superior orders) tidak dapat diterima kecuali sebagai unsur pertimbangan peringanan hukuman (mitigation) pasal 7 criminal
organizations pasal 9 konsekuensi dinyatakannya sebuah organisasi sebagai organisasi kriminal pasal 10 dan 11 pengadilan in absentia diperbolehkan pasal
12pemberkasan dakwaan di Pengadilan Nuremberg:
1. Menyusun rencana bersama atau melakukan konspirasi untuk menyelenggarakan kejahatan terhadap perdamaian, kejahatan perang, dan kejahatan terhadap
kemanusiaan.
2. Pelaku kejahatan terhadap perdamaian: perencanaan, persiapan, pencetusan perang sebagai bentuk tindak agresi yang juga merupakan perang yang dilarang
berdasarkan perjanjian-perjanjian internasional.
3. Pelaku kejahatan perang dari tanggal 1 september 1939 sampai 8 Mei 1945 di Jerman serta seluruh wilayah negara dan teritori yang dikuasai tentara Jerman
sejak 1 September 1939, dan di Austria, Cekoslowakia, dan Italia, dan wilayah laut di sekitarnya.
4. Pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan sebelum 8 Mei 1945 di Jerman serta seluruh wilayah negara dan teritori yang dikuasai tentara Jerman sejak 1
September 1939, dan di Austria, Cekoslowakia, dan Italia, dan wilayah laut di sekitarnya.
Berdasarkan Pasal 6 (c) Statuta Pengadilan Nuremberg, kejahatan terhadap
kemanusiaan mempunyai beberapa elemen. Yaitu:
- Dilakukannya salah satu atau lebih tindak kejahatan spesifik sebagaimana tercantum
dalam pasal (pembunuhan, dll sebelum dan selama masa perang; atau persecution)
- Terhadap populasi sipil DI MANAPUN (berarti termasuk warga negara pelaku dan juga
penduduk di wilayah yang dikuasai)
- Sebagai bagian dari atau dilakukan sehubungan dengan bentuk kejahatan lainnya yang
masuk dalam yurisdiksi pengadilan (i.e. kejahatan perang dan kejahatan terhadap
perdamaian)
- Tanpa memperdulikan apakah tindakan tersebut merupakan kejahatan menurut hukum
domestik negara dimana tindakan tersebut dilakukan.
Adapun yurisdiksi pengadilan internasional di nuremberg mencakup 3 (tiga) jenis kejahatan
yaitu Crimes Against Peace, War Crimes, Crimes Against Humanity, ini nantinya disebut
sebagai core crimes dari kejahatan internasional. Disebutkan juga bahwa subjek dari 3
kejahatan ini meliputi Leaders, organizers, instigators dan accomplices yang terlibat.
London Charter terdiri dari 7 bagian dan 30 Article (Pasal), di mana article yang secara substansial termasuk krusial
adalah:
• Article 1
Mengatur mengenai dasar dan tujuan pembentukan International Military Tribunal sebagaimana yang telah dijelaskan
di atas.
• Article 6
Mengatur mengenai yurisdiksi International Military Tribunal yang mencakup Crimes against Peace, War
Crimes, Crimes Against Humanity. Melalui Article inilah untuk pertama kalinya diatur dan diperkenalkan istilah
kejahatan tersebut di atas secara resmi. Hal yang juga penting dari Article ini adalah diakuinya individu sebagai subjek
dari hukum internasional.
• Article 7
Ketentuan dalam Article 7 juga merupakan terobosan baru dalam Hukum Pidana Internasional bahwa tidak ada
seorangpun dapat berlindung di balik alasan “tindakan negara”.
Bahkan menurut Mettraux, London Charter tidak hanya menambah atau menghilangkan bagian dari sistem hukum
internasional, namun dalam hal yang lebih jauh mengubah paradigma dari dunia hukum dan bahkan politik internasional.
• Article 8
Ketentuan pada Pasal ini mengatur tentang tidak dapatnya seseorang untuk berlindung atau bebas dari tanggung jawab
di balik alasan “perintah atasan”, namun dapat dipertimbangkan sebagai alasan untuk mengurangi hukuman apabila
tribunal menganggap perlu.
• Article 9
Article 9 juga memuat ketentuan yang penting bahwa untuk pertama kalinya sebuah organisasi dapat dideklarasikan sebagai sebuah “organisasi kriminal”
oleh sebuah tribunal internasional.
• Article 10
Ketentuan pada article 10 memungkinkan permintaan tanggung jawab pidana kepada individu atau pertanggungjawaban kolektif terhadap keanggotaannya
pada organisasi yang diputuskan sebagai organisasi kriminal oleh tribunal.
• Article 12
Ketentuan Article 12 mengatur tentang peradilan secara in absentia, di mana orang yang dituntut tidak diketahui keberadaannya. dalam Nuremberg
Tribunal terdapat 1 orang yang dituntut dan dihukum secara in absentia yaitu Martin Bormann dengan hukuman “death by hanging”.
• Article 13
The Tribunal shall draw up rules for its procedure. These rules shall not be inconsistent with the provisions of this Charter.
Sebagaimana halnya dalam suatu persidangan, Nuremberg Tribunal terdiri dari Majelis Hakim dan penuntut umum (prosecutor) serta terdakwa dan
advokatnya.
Untuk Majelis Hakim, Nuremberg Tribunal terdiri dari 4 (empat) anggota dan 4 pengganti yang mewakili 4 negara utama dari Allied Powers sebagai
negara “signatories” sebagaimana halnya diatur dalam Article 2 dari London Charter yang terdiri dari sebagai berikut:
1. The RT. Hon. Sir Geoffrey Lawrence (anggota untuk United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland sekaligus Presiden Tribunal)
2. The Hon. Sir William Norman Birkett (anggota pengganti untuk United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland sekaligus Presiden Tribunal)
3. Francis Biddle (anggota untuk The United States of America)
4. Judge John J. Parker (anggota pengganti untuk The United States of America)
5. Le Professeur Donnedieu De Vabres (anggota untuk The French Republic)
6. Le Conseiler Flaco (anggota pengganti untuk The French Republic)
7. Major-general I. T. Nikitchenko (anggota untuk The Union of Soviet Socialist Republics)
8. Colonel A. F. Volchkov (anggota pengganti untuk The Union of Soviet Socialist Republics)
• Article 14
Each Signatory shall appoint a Chief Prosecutor for the investigation of the charges against and the
prosecution of major war criminals.
Terkait dengan article 14 tersebut, 4 negara “ signatories” menunjuk counsel for prosecution yang akan
diketuai oleh Chief of Counsel sebagai berikut:
1. Justice Robert H. Jackson (The United States of America)
2. Auguste Champetier de Ribes (The French Republic)
3. M. Attorney-General, The Rt. Hon. Sir Hartley Shawcross, P.C., K.C., M.P. (The United Kingdom of Great
Britain and Northern Ireland)
4. General R.A. Rudenko (The Union of Soviet Socialist Republics)
Dalam Nuremberg Tribunal, didakwa 24 (dua puluh empat) orang yang merupakan pejabat senior dalam Pemerintahan Adolf Hitler dan Nazi, diantaranya adalah :
1. Hermann Wilhelm Göring ( Commander in Chief of the Air Force and Chief of War Economy) yang juga oleh Hitler ditunjuk sebagai suksesornya
2. Rudolf Hess (Deputy to Hitler for Nazi Party Matters ) yang juga berperan sebagai suksesor dari Herman Goering.
6. Julius Streicher (Regional Leader in Franconia and Editor-in-Chief of the lasvicious anti-semitic newspaper Der Stuermer )
9. Wilhelm Keitel (field marshall for the High Command of the armed forces )
12. Alfred Rosenberg (Nazi minister for the occupied Eastern European territories )
15. Gustav Krupp von Bohlen und Halbach ( German military industrialist)
16. Karl Dönitz (Germany's naval commander and chief after Raeder )
17. Erich Raeder (Germany's naval commander and chief before succeeded by Karl Dönitz on 1963 )
18. Baldur von Schirach (governor of occupied Vienna and leader of the Hitler Youth )
19. Alfred Jodl (chief of the operations staff for the armed forces )
20. Martin Bormann (Hitler's secretary and head of the Nazi Party Chancellery )