JURNAL PPKN UNJ ONLINE http://skripsippknunj.
org
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 ISSN: 2337-5205
HUBUNGAN PEMAHAMAN BHINEKA TUNGGAL IKA DENGAN TOLERANSI SOSIAL SISWA
Amir Hamzah Hanafiah, Muhammad Japar, Dwi Arfimetty Timoera Program Studi PPKN FIS Universitas Negeri Jakarta
ABSTRACT
This study aims to obtain empirical data on the relationship of understanding the values of national unity with tolerance students conducted in March 2013 to April 2013. This study uses a quantitative approach with a correlation method. Data was collected by questionnaire. Sampling technique that is proportional to the sampling technique, the sample size of 60 student enrollment of 240 students class X. To gain understanding of the data values of national unity (Variable X) using a test instrument in the form of multiple choice questions with a total of 25 questions. Tolerance data and students (Variable Y) using a questionnaire in the form of an attitude scale with the number of 25 statements which are based on theoretical instrument of Emotional Intellegence Daniel Goleman. Test the validity of the instrument variable X using the product moment correlation formula on significance level 0.05 with N = 60 obtained rtabel of 0,254 while the validity of the instrument variables X and Y using the product moment correlation formula. Reliability variables X and Y are used Cronbach alpha formula, from the calculation of the results obtained by variabe X 0.926 X variables are so reliable instrument. While the validity of the test instrument variable Y measured by Cronbach alpha formula, from the calculations, the results of 0,911 so instrumental variable Y is reliable. Test requirements of data analysis done with normality test and linearity test. On the estimated error normality test based on the calculation of X on Y obtained at 0.093 and Ltabel Lhitung the significance level () obtained 0.05 0.114, because Lhitung less than Ltabel 0.093 <0.114 then the error estimate of X on Y are normally distributed population. The test requirements of data analysis done with normality test and linearity test. On the estimated error normality test based on the calculation of Y over X obtained at 0.063 and Ltabel Lhitung the significance level () obtained 0.05 0.114, because Lhitung less than Ltabel 0.063 <0.114 then the error above X Y estimates derived from normally distributed population. Test requirements analysis conducted for the regression equation is then obtained equation Y = 67.26 + 1.776 X. Fcount Ftabel 39.93 and 4.10, because Fcount over Ftable (39.93> 4.10) it can be concluded that the direction of significant regression.
JURNAL PPKN UNJ ONLINE http://skripsippknunj.org
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 ISSN: 2337-5205
Hypothesis testing is done by using a product moment correlation formula and based on the calculation of rtabel rhitung 0.639 at significance level () 0.05, N = 60 obtained 0,254, so rhitung greater than rtabel (0.639> 0.254). Based on the calculation, then H0 is rejected and H1 is accepted. The contribution of the variable X to variable Y can be seen from the coefficient of determination is 40.77%. To see the level of significance of the relationship between the two variables is done by ttest, the result s of calculations obtained t of 6.32 at the significance level () of 0.05 and df = 58, then gained 1.68 ttable. Thus t is greater than t table (6.32> 1.68). The conclusion is that there is a positive relationship between the variables X (Understanding the values of national unity) and the variable Y (Tolerance Students)
Keywords : Understanding, Bhineka Tunggal Ika, Tolerance
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan yang sangat terkenal di Negara Indonesia, semboyan tersebut menggambarkan gagasan dasar, yaitu menghubungkan daerah-daerah, pulaupulau, dan suku-suku bangsa di
sepenanggungan
yang
kemudian
bertekad untuk mengusir penjajah dari Indonesia. kebersamaan Dengan semangat
memperjuangkan
kemerdekaan Republik Indonesia. Menyatunya pemikiran-pemikiran tentang pentingnya persatuan, tekad dan keinginan merdeka tersebut, Indonesia
seluruh nusantara menjadi Kesatuan Raya. Kesadaran masyarakat berbagai bersama terdiri dari bahwa dari 500
membuat
masyarakat
menjadi satu dalam Kebhinekaan. Dalam kehidupan masyarakat,
Indonesia suku (lebih
berbangsa dan bernegara, berbagai perbedaan yang ada, seperti suku, agama, ras atau golongan (SARA) merupakan realita yang seharusnya dipahami dan didayagunakan untuk memajukan negara dan bangsa ini. Sekolah lembaga merupakan yang suatu
suku/etnis) yang memilki beraneka ragam adat istiadat, bahasa, budaya, agama, keyakinan dan kepercayaan. Dalam kondisi kemajemukan
seperti ini, masyarakat Indonesia yang pernah dalam jangka waktu yang lama mengalami Belanda, penjajahan merasa kolonial dan
memberikan
penagajaran kepada murid-muridnya. Lembaga ini memberikan pengajaran
senasib
JURNAL PPKN UNJ ONLINE http://skripsippknunj.org
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 ISSN: 2337-5205
secara formal. 1 Untuk itulah pelajaran pancasila perlu dimasukkan ke dalam salah satu bahan pengajaran.Dengan tujuan pancasila dapat memberikan ilustrasi tentang nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi cerminan bangsa Indonesia. Sebagai sebuah konsepsi Bhineka Tunggal Ika diharapkan kembali dapat
untuk mencapai salah satu tujuan negara Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa lewat pendidikan yang berbasis multikultural di
lingkungan sekolah sehingga siswasiswi mendapatkan pelajaran tentang nilai-nilai kemajemukan tersebut. Fenomena-fenomena tersebut
menjadi sangat menarik untuk diteliti karena untuk mengetahui bagaimana hubungan pemahaman nilai-nilai
menyadarkan
masyarakat
khususnya generasi muda Indonesia bahwa dari aspek kesejarahan, bangsa ini berangkat dari yang keberagaman sejak awal
Bhinneka Tunggal Ika yang dimiliki oleh siswa-siswi dapat mempengaruhi sikap toleransi siswa-siswi tersebut di sekolah. Pada akhirnya dalam kehidupan di sekolah, masyarakat, berbangsa, dan bernegara, pasti terdapat berbagai perbedaan yang ada, seperti suku, agama, rasa atau golongan (SARA) dan itu merupakan realita yang harus di pahami serta didayagunakan untuk memajukan bangsa dan negara ini dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.
(kemajemukan)
sangat disadari oleh para pendiri bangsa atau The Founding Fathers dan tidak untuk diperdebatkan Kesadaran persatuan dan sadar atau untuk dari bahwa
dipertentangkan. membentuk keberagaman
kemejemukan adalah sebuah fitrah, maka Kebhinekaan adalah sebuah kekuatan bangsa ini. Maka dari itu sekolah mempunyai peranan penting dalam hal membentuk karakter siswa-siswi yang menghargai nilai-nilai kemajemukan atau
B. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan
keberagaman yang meliputi Suku, Agama, Ras atau Golongan karena
1
pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:Apakah terdapat hubungan
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) hal. 5
antara pemahaman
bhineka tunggal
JURNAL PPKN UNJ ONLINE http://skripsippknunj.org
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 ISSN: 2337-5205
ika dengan toleransi sosial siswa di SMA Negeri 64 Jakarta?
Di Indonesia, praktik toleransi mengalami pasang surut. Pasang surut ini dipicu oleh pemahaman yang bertumpu pada relasi mereka dan kita. Tak pelak, dalam berbagai diskursus dikemukakan kontemporer, bahwa, sering
KAJIAN PUSTAKA/KAJIAN TEORI Toleransi Siswa United Nations Educational
radikalisme,
ekstremisme, merupakan
dan fundamentalisme baju kekerasan yang
Scientific and Cultural Organization (UNESCO) mengartikan toleransi sebagai sikap saling menghormati, saling menerima, ditengah dan saling
ditimbulkan oleh pola pemahaman yang eksklusif dan antidialog atas teks-teks keagamaan. Seluruh agama harus bertanggung jawab untuk
menghargai
keragaman
budaya, kebebasan berekspresi, dan karekter manusia. Untuk itu, toleransi harus didukung yang oleh luas, cakrawala bersikap
mewujudkankeadilan dan kedamaian. Hal ini tidak akan tercapai hanya dengan mengandalkan teologi
pengetahuan
eksklusif yang hanya berhenti pada klaim kebenaran, tetapi membutuhkan teologi pluralisme yang berorientasi pada pembebasan.3 Siswa merupakan Menurut merupakan atau subjek Oemar salah peserta dalam Hamalik, satu didik belajar. siswa
terbuka, dialog, kebebasan berfikir dan beragama. Singkatnya toleransi setara dengan bersikap positif dan
menghargai orang lain dalam rangka menggunakan kebebasan hak asasi sebagai manusia. 2 Toleransi yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah sikap saling
komponen
dalam pengajaran, di samping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai satu komponen maka dapat dikatakan bahwa siswa adalah
menghormati, saling menghargai, dan saling menerima ditengah keragaman budaya, suku, agama dan kebebasan berekspresi.
http://mubarok 01.Wordpress.Com/2009/09 diakses 10/03/2013 11: 40
http://www.setkab.go,id/toleran-terhadapperbedaan-memunculkan-keselarasan.html diakses 10/03/2013 09:20
JURNAL PPKN UNJ ONLINE http://skripsippknunj.org
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 ISSN: 2337-5205
komponen yang terpenting di antara komponen lainnya
4
yang dipahami dan dilaksanakan oleh siswa-siswi di lingkungan sekolah.
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern demikian Pemahaman secara Etimologis Pemahaman Bhineka Tunggal Ika
cenderung
menyebutnya
oleh karena peserta didik (tanpa pandang usia) adlah subjek atau pribadi yang otonom, ia ingin
berasal dari kata yang paham yang berarti tahu benar, pandai dan
mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus-menerus guna
mengerti benar sedangkan pemahaman memiliki pengertian yang luas yaitu menunjukkan proses, cara memahami
memecahkan masalah-masalah hidup dijumpai sepanjang hidupnya. Pemahaman dalam mampu yang siswa yang baik atau memahamkan. pembelajaran mengantisipasi di diharapkan perubahan agar Menurut Daryanto dalam bukunya Evaluasi bahwa perubahan tersebut tidak membawa dampak negatif dalam kehidupannya maka penting adanya pendidikan dan pemahaman nilai. Pendidikan, anak mengatakan sudah dikatakan
terjadi
masyarakat
memahami suatu konsep, apabila anak tersebut telah dapat menjelaskan suatu ide baik kongkrit maupun abstrak dengan cara menggolongkan, dan
mengkategorikan menyimpulkan. 5
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dimaknai bahwa yang dimaksud dengan Toleransi siswa adalah suatu sikap saling menghargai, saling
Benyamin S Bloom adalah ahli pendidikan yang terkenal sebagai
pencetus konsep taksonomi belajar. Taksonomi pengelompokan belajar tujuan adalah belajar
menghormati dan menerima perbedaan
5 4
Oemar Hamalik, Op., Cit., hal. 99
Daryanto. Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012) hal. 106
JURNAL PPKN UNJ ONLINE http://skripsippknunj.org
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 ISSN: 2337-5205
berdasarkan domain atau kawasan belajar.6 Bhineka Tunggal Ika juga dapat ditafsirkan sebagai Ben Ika Tunggale Ika (baca: Ben iko tunggale iko) (bahasa jawa). Kata Ben artinya biarpun, kata ika dibaca iko yang artinya itu atau ini dengan Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data empiris mengenai hubungan antara pemahaman bhineka tunggal ika dengan toleransi sosial siswa kelas X SMA Negeri 64 Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret April 2013. Metode yang digunakan adalah metode korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan teknik sampel menggunakan jumlah METODE PENELITIAN
menunjuk seseorang atau sekelompok orang didekatnya atau diluar kelompoknya. Kata tunggale artinya sedulur atau saudara. Jadi kalimat diatas dapat dimaknai menjadi Biarpun yang itu/ini saudaranya yang itu/ini, dan lebih jauh makna dari Bhineka Tunggal Ika adalah perseduluran atau persaudaraan. Dengan persaudaraan sebagai keluarga besar yang dilahirkan oleh Ibu Pertiwi yang bernama untuk Indonesia, maka
random
sampling,
sampel sebanyak 60 siswa kelas X SMA Negeri 64 Jakarta.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil analisis korelasional data menunjukkan bahwa terdapat
kewajiban menjaga hubungan, membangun
mengamankan, memelihara menghormati, mengembangkan
kehormatan, saling dan
hubungan positif antara Pemahaman Bhineka Tunggal Ika dengan Toleransi Sosial Siswa Kelas X SMA Negeri 64 Jakarta. Ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat Pemahaman Bhineka Tunggal Ika akan diikuti oleh
dirinya adalah kewajiban para anggota dalam suatu keluarga Indonesia.7
Toleransi Sosial Siswa menjadi lebih baik, hal ini dapat dibuktikan dengan
6
Eveline Siregar dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010) hal. 8 7 Bedjo Sujanto. Op,. Cit hal. 3
hasil hitung nilai rhitung sebesar 0,639 lebih besar dari rtabel pada taraf
JURNAL PPKN UNJ ONLINE http://skripsippknunj.org
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 ISSN: 2337-5205
signifikansi () = 0,05, n = 60, diperoleh rtabel sebesar 0,254. Dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa tingkat Pemahaman Bhineka Tunggal Ika terhadap
Bhineka Tunggal Ika dengan Toleransi Sosial Siswa Kelas X SMA Negeri 64 Jakarta atau Pemahaman Bhineka Tunggal Ika berkontribusi terhadap Toleransi 40,77%. memiliki Tunggal Sosial Apabila Siswa seorang sebesar siswa Bhineka maka
Toleransi Sosial Siswa Kelas X SMA Negeri 64 Jakarta. Besar derajat hubungan antara variabel x dan
Pemahaman Ika yang
tinggi
variabel y dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi yaitu sebesar 40,77%. Ini berarti bahwa tinggi rendahnya tingkat Pemahaman
Toleransi Sosialnya pun cenderung akan meningkat.
Bhineka Tunggal Ika sebesar 40,77%. dan dapat dijelaskan oleh tinggi
KESIMPULAN A. Kesimpulan Penelitian ini menyimpulkan
rendahnya tingkat Sikap Demokratis melalui hubungan Linier dengan persamaan = 67,26 + 1,776X. Sedangkan tingkat keberartian
bahwa adanya hubungan yang positif antara Pemahaman Bhineka Tunggal Ika dengan Toleransi Sosial Siswa di SMA Negeri 64 Jakarta dapat diterima dan berdasarkan uji keberartian serta uji linieritas regresi bahwa koefisien regresi berbentuk linier dan berarti (signifikan). Hal ini tampak pada perhitungan teknik uji hipotesis product dengan moment,
hubungan kedua variabel tersebut diperoleh dengan Uji t korelasi. Dari hasil analisa dapat diketahui thitung 6,32 lebih besar dari t tabel 1,68. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang berarti antara variabel Pemahaman Bhineka Tunggal Ika dengan variabel Toleransi Sosial Siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara Pemahaman Bhineka Tunggal Ika tinggi diikuti Toleransi Sosial Siswa yang tinggi pula, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara Pemahaman
korelasi
sehingga berhasil menguji signifikan antara variabel X (Pemahaman
Bhineka Tunggal Ika) dengan variabel y (Toleransi Sosial Siswa), sekaligus memperlihatkan bahwa apabila tingkat Pemahaman Bhineka Tunggal Ika
JURNAL PPKN UNJ ONLINE http://skripsippknunj.org
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 ISSN: 2337-5205
tinggi, maka dapat dipastikan terdapat pula peningkatan dalam hal Toleransi Sosial Siswa menjadi lebih baik. B. Saran Berdasarkan kesimpulan dan
REFERENSI Anggai, Mohammad. 2010. Psikologi Sosial. Jakarta: Lab. Sosial PolitikPress Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2009. DasarDasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Daryanto. 2012. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Oentoro, Jimmy. 2010. Membangun Bhineka Tunggal Ika. Jakarta: Gramedia Sahid, Komarudin. 2011. Memahami Sosiologi Politik. Jakarta: Ghalia Indonesia Siregar, Eveline. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia Sudjiono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Sujanto, Bedjo. 2007. Pemahaman Sesanti Bhineka Tunggal Ika. Jakarta: Seagung Seto Wahid, Abdurahman. 2009. Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Warsidi, Edi. 2011. Aku Ingin Paham Bhineka Tunggal Ika. Jakarta: CV Angkasa Sumber lain : http://www.setkab.go,id/toleranterhadap-perbedaan-
implikasi yang telah dikemukakan, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Kepala Sekolah: Setelah
mendapatkan hasil dari penelitian ini, kepala sekolah diharapkan mempertahankan bahkan
meningkatkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia di tengah-tengah keberagaman Suku, Agama, dan Ras yang ada di lingkungan sekolah tersebut. 2. Guru: Setelah mendapatkan hasil dari penelitian ini, guru sebagai pendidik diharapkan pula
meningkatkan iklim persatuan dan kesatuan di lingkungan kelas. 3. Peneliti Selanjutnya: Setelah
mendapatkan hasil dari penelitian ini, diharapkan kepada peneliti selajutnya agar lebih semangat untuk mengkaji lebih dalam lagi tentang makna yang terkandung dalam Asas Bhineka Tunggal Ika.
JURNAL PPKN UNJ ONLINE http://skripsippknunj.org
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 ISSN: 2337-5205
memunculkan-keselarasan.html diakses 10/03/2013 09:20 http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/ind ex.php diakses 10/03/2013 11:00 BIOGRAFI PENULIS Amir Hanafiah. pertama dari Hamzah Anak 3
Kemudian melanjutkan di SMP Negeri 1 Balaraja Tangerang selama tiga tahun yaitu pada tahun 2003-2006. Kemudian melanjutkan di SMA
Negeri 7 Kabupaten Tangerang selama tiga tahun yaitu pada tahun 20062009, dan pada tahun 2009 melalui jalur PENMABA Negeri diterima Jakarta di pada
bersaudara ini lahir di Bandung pada tanggal 31 Oktober 1991. Perjalanan
Universitas
Program Studi PPKn, Jurusan Ilmu Soaial Politik, Fakultas Ilmu Sosial.
pendidikannya dimulai di SD Negeri 02 Merak Balaraja selama 6 tahun yaitu pada tahun 1997-2003.