Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Tingkat Stres dalam Menyusun Tugas Akhir 1
pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN TINGKAT STRES
DALAM MENYUSUN TUGAS AKHIR PADA MAHASISWA
STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN
Arif Iswanto
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Peers are a source of status, friendship and sense of belonging that is important in a school
situation. Children at school usually spend time together for at least six hours each day. Support
systems are often required to withstand the stress (Santrock, 2003). The purpose of this study was to
determine the relation of peer social support with the level of stress in preparing the final project on
student STIKES Ngudi Waluyo Ungaran.
This type of research design in the form of descriptive correlational design with cross
sectional approach. The population was S1 nursing student who is writing his thesis on the 2013/2014
school year STIKES Ngudi Waluyo Ungaran as many as 249 students of the sample respondents
diteliti72 using accidental sampling techniques and data collection questionnaire tool is not standard
for peer support variables and DASS 42 which has been modified to be 14 statement to the variable
levels of stress. Test data analysis using chi square analysis.
The results showed that students STIKES Ngudi Waluyo Ungaran in preparing the final
project largely social support from peers as many as 38 people (52,8%). STIKES Ngudi Students
Waluyo Ungaran in preparing the final project mostly mild stress as many as 31 people (43,1%).
There are social support peer relationship with the level of stress in preparing the final project on
student STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, with a p value of 0,041 ( = 0,05).
Students should STIKES Ngudi Waluyo Ungaran which is working on the final project can
increase peer social support to lend the book literature for example.
Keywords: peer social support, stress levels, students
PENDAHULUAN
Tugas akhir sering sekali menjadi momok
yang menakutkan bagi sebagian mahasiswa S-
1, padahal sebenarnya tugas akhir adalah
perwujudan dari segala studi yang telah
ditelaah selama mahasiswa S-1 itu kuliah yang
diaplikasikan dalam bentuk penelitian
(Iswidharmanjaya, 2006). Masalah-masalah
yang umum dihadapi oleh mahasiswa dalam
menyusun tugas akhir adalah banyaknya
mahasiswa yang tidak mempunyai
kemampuan dalam tulis menulis, adanya
kemampuan akademis yang kurang
memadai, serta kurang adanya ketertarikan
mahasiswa pada penelitian (Slamet, 2003,
dalam Gunawan, Hartati dan Listiara, 2006).
Satu kendala yang dapat disebut sebagai
kendala utama penyelesaian akhir program
adalah kesulitan penulisan tugas akhir program
dan hal ini sering kali dijadikan salah satu
faktor penghambat. Beberapa hambatan dalam
kesalahan umum yang sering terjadi di
kalangan mahasiswa dalam proses penulisan
tugas akhir, terutama pada program S1 adalah
kesalahan dalam perumusan studi penelitian,
kesalahan dalam penelusuran pustaka,
kesalahan dalam proses pengumpulan data
penelitian, kesalahan dalam penggunaan
instrumen pengukuran standar, kesalahan
dalam penerapan alat-alat statistik, kesalahan
dalam menyusun rancangan penelitian dan
metodologinya, kesalahan dalam teknik
pengumpulan data, kesalahan dalam aplikasi
metode penelitian (Danim, 2003).
Kegagalan dalam penyusunan tugas
akhir juga disebabkan oleh adanya kesulitan
mahasiswa dalam mencari judul tugas akhir,
kesulitan mencari literatur dan bahan
bacaan, dana yang terbatas, serta adanya
kecemasan dalam menghadapi dosen
pembimbing (Riewanto, 2003 dalam
2 Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Tingkat Stres dalam Menyusun Tugas Akhir
pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
Gunawan, Hartati dan Listiara, 2006). Apabila
masalah-masalah tersebut menyebabkan
adanya tekanan dalam diri mahasiswa maka
dapat menyebabkan adanya stres dalam
menyusun tugas akhir pada mahasiswa
(Gunawan, Hartati dan Listiara, 2006).
Stres merupakan gangguan pada tubuh
dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan
dan tuntutan kehidupan yang dipengaruhi baik
oleh lingkungan ataupun penampilan individu
di dalam lingkungan tersebut (Sunaryo, 2004).
Stres dalam bahasan sehari-hari merupakan
kondisi ketegangan yang kemudian
mempengaruhi fisik, mental dan perilaku.
Kebanyakan orang menyebut stres untuk
menunjuk pada kondisi seseorang tidak
mampu mengatasi tuntutan, keinginan, harapan
atau tekanan dari sekelilingnya yang berakibat
pada fisik, mental maupun perilakunya
(Widyarini, 2009).
Mahasiswa yang menyusun tugas akhir
mengalami stres karena tekanan yang diterima
dari dosen, tuntutan dari dirinya sendiri untuk
cepat lulus ataupun takut kehabisan waktu
studi. Akibat dari stres dapat dikelompokkan
ke dalam beberapa hal di antaranya akibat fisik
seperti meningkatnya detak jantung, banyak
mengeluarkan keringat, mulut terasa kering
dan demam. Akibat psikologis yang dialami
antara lain cemas, marah, murung, merasa
harga diri rendah, kesepian dan mudah gugup
(Widyarini, 2009).
Tingkatan stres ini dapat diukur dengan
menggunakan Depression Anxiety Stress Scale
42 (DASS 42) oleh Lovibond & Lovibond
(1995). DASS adalah seperangkat skala
subyektif yang dibentuk untuk mengukur
status emosional negatif dari depresi,
kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk tidak
hanya untuk mengukur secara konvensional
mengenai status emosional, tetapi untuk proses
yang lebih lanjut untuk pemahaman,
pengertian dan pengukuran yang berlaku di
manapun dari status emosional, secara
signifikan biasanya digambarkan sebagai stres.
DASS dapat digunakan baik itu oleh
kelompok atau individu untuk tujuan
penelitian. Psychometric Properties of The
Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS)
terdiri dari 42 item, yang mencakup 3 sub
variabel, yaitu fisik, emosi/psikologis, dan
perilaku. Jumlah skor dari pernyataan item
tersebut, memiliki makna 0-29 (normal), 30-
59 (ringan), 60-89 (sedang), 90-119 (berat),
>120 (Sangat berat).
Dukungan sosial merupakan dukungan
emosional ketika suatu masalah muncul yang
berasal dari anggota keluarga, pemberi
perawatan kesehatan dan teman. Individu yang
mendapat dukungan emosional dan fungsional
terbukti lebih sehat dari pada individu yang
tidak mendapat dukungan. Hubungan sosial
yang bermakna dengan keluarga atau teman
terbukti memperbaiki hasil akhir kesehatan dan
kesejahteraan pada individu. Unsur esensial
dari perbaikan hasil tersebut adalah keluarga
atau teman berespon dengan memberi
dukungan ketika hal tersebut diminta.
Individu yang memiliki teman akrab
mengalami stres lebih ringan bila berhadapan
dengan stres. Akan tetapi perlu diperhatikan
juga tidak hanya banyak teman yang dimiliki
individu yang akan mempengaruhi
kemungkinan stres, tetapi yang terpenting
adalah kualitas dari hubungan tersebut.
Individu yang memperoleh dukungan sosial
kecil kemungkinan akan mengalami depresi,
tetapi tidak diketahui bagaimana proses
dukungan sosial itu melindungi dari
kemungkinan stres (Semiun, 2006).
Salah satu peran dari teman sebaya yaitu
berupa pemberian dukungan sosial. Dukungan
sosial dari teman sebaya yaitu dukungan yang
diterima dari teman sebaya yang berupa
bantuan baik secara verbal maupun non verbal.
Remaja dari kelompok teman sebaya
menerima umpan balik mengenai kemampuan
mereka. Anak-anak sampai remaja
menghabiskan semakin banyak waktu dalam
interaksi teman sebaya. Pada hari sekolah,
terjadi 299 episode bersama teman sebaya
dalam tiap hari. Bagi anak, hubungan teman
sebaya merupakan bagian yang paling besar
dalam kehidupannya (Santrock, 2003). Teman
sebaya merupakan sumber status, persahabatan
dan rasa saling memiliki yang penting dalam
situasi sekolah. (Santrock, 2003).
Penelitian Mulyani (2012), tentang
hubungan antara dukungan sosial dengan stres
dalam menyelesaikan tugas akhir pada
mahasiswa Jurusan Psikologi Binus University
dengan menggunakan 25 responden
mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah
tugas akhir dan di analisis dengan teknik
korelasi Spearman. Berdasarkan analisis data
yang dilakukan diperoleh koefisien korelasi
sebesar -0,266, artinya ada hubungan yang
negatif antara dukungan sosial dengan reaksi
psikologis terhadap stres mahasiswa Jurusan
Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Tingkat Stres dalam Menyusun Tugas Akhir 3
pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
Psikologi Binus University yang sedang
menyelesaikan tugas akhir.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran pada
tanggal 7 Mei 2014 diperoleh data jumlah
mahasiswa sebanyak 1.330 orang yang terbagi
menjadi 440 orang mahasiswa S1
Keperawatan, 280 orang mahasiswa farmasi,
98 orang mahasiswa PSKM, 98 orang
mahasiswa gizi, 133 orang mahasiswa D4, 166
orang mahasiswa D3 dan 60 mahasiswa ners.
Diperoleh pula data jumlah mahasiswa S1
keperawatan di STIKES Ngudi Waluyo
Ungaran yang menyusun tugas akhir sebanyak
43 orang untuk tahun ajaran 2014. Berdasarkan
data tersebut menunjukkan bahwa jumlah
mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
cukup banyak dan jumlah mahasiswa S1
keperawatan yang menyusun tugas akhir cukup
banyak.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya stres pada mahasiswa yang sedang
menyelesaikan tugas akhir dapat dibagi atas
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yang berasal dari diri individu yang
terdiri atas motivasi/harapan, kondisi fisik dan
tipe kepribadian dari mahasiswa itu sendiri dan
faktor eksternal yang berasal dari luar individu
itu sendiri seperti keluarga, pekerjaan, fasilitas,
lingkungan, literatur, biaya, dosen
pembimbing, beban SKS yang ada dan faktor-
faktor lainnya (Gunawati, 2005).
Hasil pengumpulan data terkait dengan
variabel yang diteliti dengan menggunakan
pertanyaan DASS 42 yang dimodifikasi yaitu
menggunakan indikator stres terhadap 9 orang
mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir
menunjukkan 6 mahasiswa (66,7%)
mengalami stres yang ditunjukkan dengan rasa
mudah marah karena masalah ringan,
cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu
situasi dan sulit untuk tenang/panik, di mana 4
mahasiswa (66,7%) mendapat dukungan sosial
dari teman yaitu teman memberikan pinjaman
buku literatur ketika mengalami kesulitan,
memberikan motivasi ketika mengalami patah
semangat dan teman selalu siap mendampingi
untuk mencari buku literatur dan 2 mahasiswa
(33,3%) tidak mendapat dukungan sosial dari
teman yaitu teman tidak memberikan pinjaman
buku literatur ketika mengalami kesulitan,
tidak memberikan motivasi ketika mengalami
patah semangat dan teman tidak mau
mendampingi untuk mencari buku literatur.
Diperoleh pula 3 mahasiswa (33,3%)
tidak mengalami stres yang ditunjukkan
dengan rasa tidak mudah marah karena hal-hal
sepele, cenderung bereaksi santai terhadap
suatu situasi dan tetap tenang dalam
mengerjakan tugas akhir di mana 1 mahasiswa
(33,3%) mendapat dukungan sosial dari teman
yaitu teman memberikan pinjaman buku
literatur ketika mengalami kesulitan,
memberikan motivasi ketika mengalami patah
semangat dan teman selalu siap mendampingi
untuk mencari buku literatur dan 2 mahasiswa
(66,7%) tidak mendapat dukungan sosial dari
teman tidak memberikan pinjaman buku
literatur ketika mengalami kesulitan, tidak
memberikan motivasi ketika mengalami patah
semangat dan teman tidak bersedia
mendampingi untuk mencari buku literatur.
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan
mengambil judul, Hubungan dukungan sosial
teman sebaya dengan tingkat stres dalam
menyusun tugas akhir pada mahasiswa Stikes
Ngudi Waluyo Ungaran.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif korelasional. Desain ini dipilih
karena peneliti mencoba untuk menyelidiki
hubungan dukungan sosial teman sebaya
dengan tingkat stres dalam menyusun tugas
akhir pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo.
Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan cross sectional. Pendekatan cross
sectional yaitu penelitian yang menekankan
pada waktu pengukuran atau observasi data
variabel independen dan dependen hanya
dengan satu kali pada satu saat.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi yang diteliti dalam penelitian ini
adalah mahasiswa yang sedang menyusun
tugas akhir di Stikes Ngudi Waluyo sebanyak
249 mahasiswa (data per Mei 2014 yang
diperoleh dari bagian administrasi STIKES
Ngudi Waluyo).
Sampel
Sampel yang diteliti dalam penelitian ini
adalah mahasiswa yang sedang menyusun
tugas akhir di Stikes Ngudi Waluyo yang
4 Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Tingkat Stres dalam Menyusun Tugas Akhir
pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
sedang menyusun tugas akhir di Stikes Ngudi
berjumlah 72 responden.
Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah accidental sampling.
Pengambilan sampel yang dilakukan oleh
peneliti yaitu mahasiswa yang sedang
menyusun tugas akhir yang kebetulan ditemui
oleh peneliti saat penelitian di Stikes Ngudi
Waluyo di semua program studi.
Kriteria sampel dalam penelitian ini
meliputi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria
inklusi pada penelitian ini: 1) Semua
mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
yang sedang menyusun tugas akhir; 2) Semua
mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
yang bersedia menjadi responden.
Sedangkan kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah responden yang sakit pada
saat dilakukan penelitian.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran pada tanggal 21-23
Agustus 2014.
Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data yaitu kuesioner, dimana
kuesioner tersebut berisi data nama, umur,
program studi responden dan mengidentifikasi
dukungan sosial teman sebaya dan mengetahui
tingkat stres.
Kuesioner untuk variabel dukungan sosial
teman sebaya dan kuesioner DASS 42 untuk
variabel stres dalam menyusun tugas akhir.
Analisis Data
Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang
menggambarkan setiap variabel (variabel
independen dan variabel dependen) dengan
menggunakan distribusi frekuensi dan
proporsi, sehingga tergambar fenomena yang
berhubungan dengan variabel yang diteliti.
Analisis Bivariat
Menurut Budiharto (2008), chi-square
adalah analisis data yang digunakan untuk
melihat hubungan sangat erat kaitannya
dengan kualitas data variabel bebas dan
terikatnya atau skala pengukuran data apakah
datanya dengan skala nominal, ordinal, interval
atau rasio. Analisis univariat dan bivariat
dalam penelitian ini diolah dengan
menggunakan program pengolahan data
Statistical Product and Service Solutions
(SPSS) versi 16.0.
HASIL PENELITIAN
Gambaran Karakteristik Responden
Gambaran Karakteristik Responden
Berdasarkan Umur
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik
Responden Berdasarkan Umur
Umur
Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
21 tahun 16 22,2
22 tahun 31 43,1
23 tahun 19 26,4
24 tahun 6 8,3
Jumlah 72 100,0
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa
karakteristik responden berdasarkan umur
sebagian besar berumur 22 tahun yaitu
sebanyak 31orang (43,1%).
Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Program Studi
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Program Studi
Program studi Frekuensi (f) Persentase (%)
Program Studi Keperawatan
Program Studi D4 Kebidanan
Program Studi Farmasi
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Program Studi Gizi
31
12
11
12
6
43,1
16,7
15,3
16,7
8,3
Jumlah 72 100,0
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa
karakteristik responden berdasarkan program
studi sebagian besar PSIK yaitu sebanyak
31orang (43,1%).
Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Tingkat Stres dalam Menyusun Tugas Akhir 5
pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
Analisis Univariat
Gambaran Dukungan Sosial Teman Sebaya
Dalam Menyusun Tugas Akhir pada
Mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Dukungan Sosial
Teman Sebaya dalam Menyusun Tugas
Akhir pada Mahasiswa Stikes Ngudi
Waluyo Ungaran
Dukungan sosial
teman sebaya
Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
Tidak mendapat
dukungan
34 47,2
Mendapat
dukungan
38 52,8
Jumlah 72 100,0
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa
mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
dalam menyusun tugas akhir sebagian besar
mendapat dukungan sosial dari teman sebaya
yaitu sebanyak 38 orang (52,8%).
Gambaran Tingkat Stres dalam Menyusun
Tugas Akhir pada Mahasiswa Stikes Ngudi
Waluyo Ungaran
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Tingkat Stres dalam
Menyusun Tugas Akhir pada Mahasiswa
Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
Tingkat
Stres
Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
Berat 11 15,3
Sedang 30 41,7
Ringan 31 43,0
Jumlah 72 100,0
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa
mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
dalam menyusun tugas akhir sebagian besar
mengalami stres ringan yaitu sebanyak 31
orang (43,1%).
Tabel 5.
Gambaran Program Studi dengan Tingkat Stres dalam Menyusun Tugas Akhir Pada
Mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
Program Studi
Tingkat Stres
Berat Sedang Ringan Total
f % f % f % f %
PS Keperawatan 5 16,1 15 48,4 11 35,5 31 100,0
PS D4 Kebidanan 0 0,0 4 33,3 8 66,7 12 100,0
PS FARMASI 1 9,1 6 54,5 4 36,4 11 100,0
PS KM 3 25,0 2 16,7 7 58,3 11 100,0
PS GIZI 2 33,3 3 50,0 1 16,7 6 100,0
Jumlah 11 15,3 30 50,0 31 16,7 72 100,0
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa
mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
dalam menyusun tugas akhir yang mengalami
stres berat sebagian besar adalah program
studi keperawatan yaitu sebanyak 5 orang
(16,1%).
Analisis Bivariat
Tabel 6.
Gambaran Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Tingkat Stres dalam Menyusun
Tugas Akhir Pada Mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
Dukungan sosial
teman sebaya
Tingkat Stres
2
p-value Berat Sedang Ringan Total
f % f % f % f %
Tidak mendapat
dukungan
9 26,5 13 38,2 12 35,3 34 100,0 6,366 0,041
Mendapat dukungan 2 5,3 17 44,7 19 50,0 38 100,0
Jumlah 11 15,3 30 41,7 31 43,1 72 100,0
Hasil uji statistik didapatkan nilai
2
hitung
(6,366) >
2
tabel
(5,99) dan p value 0,041 ( =
0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan
dukungan sosial teman sebaya dengan tingkat
6 Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Tingkat Stres dalam Menyusun Tugas Akhir
pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
stres dalam menyusun tugas akhir pada
mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran,
jika mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
mendapat dukungan sosial teman sebaya, maka
tingkat stres dalam menyusun tugas akhir
kategori ringan.
PEMBAHASAN
Gambaran Dukungan Sosial Teman Sebaya
Dalam Menyusun Tugas Akhir Pada
Mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
Masa yang rentan terhadap stres dalam
rentang kehidupan manusia, adalah masa
remaja. Remaja dalam menghadapi situasi
yang penuh dengan stres atau tekanan,
membutuhkan dukungan sosial yang
didapatkan dari lingkungan sosialnya. Remaja
dalam usahanya untuk memperoleh dukungan
sosial, melakukan interaksi tertentu yang
membuatnya selalu berhubungan dengan
lingkungan sosialnya (Nathania dan Godwin,
2012). Mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo
Ungaran yang menyusun tugas akhir mendapat
dukungan sosial dari teman sebaya didukung
oleh faktor jenis kelamin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
dalam menyusun tugas akhir yang tidak
mendapat dukungan sosial dari teman sebaya
yaitu sebanyak 34 orang (47,2%). Responden
yang tidak mendapat dukungan sosial dari
teman sebaya di mana teman tidak pernah
memperhatikan kesulitan yang anda dialami
(46,3%), memberikan motivasi ketika anda
mendapat kesulitan dalam mengerjakan revisi
dari dosen (44,0%), meminjamkan printer
untuk mencetak hasil revisian (38,4%) dan
memberikan informasi jadwal ujian proposal
dan skripsi (30,6%).
Responden yang tidak mendapat
dukungan sosial dari teman sebaya di mana
teman sebaya ditunjukkan dengan
ketidakpedulian teman terhadap kesulitan yang
dialami. Beberapa teman merasa seolah apa
yang dialami responden adalah semata-mata
resiko seseorang yang sedang menyusun
skripsi. Ditemukan pula bahwa teman mereka
tidak memberikan motivasi ketika mendapat
kesulitan dalam mengerjakan revisi dari dosen.
Hal tersebut terlihat dari mereka yang tidak
mengerti tentang maksud dari masukan dosen.
Beberapa teman juga tidak bersedia
meminjamkan printer untuk mencetak hasil
revisian. Mereka menyatakan bahwa
printernya sedang rusak, sedang dipakai atau
dalam perbaikan sebagai alasan untuk menolak
membeirkan pinjaman. Beberapa teman juga
tidak memberikan informasi jadwal ujian
proposal dan skripsi kepada responden.
Dukungan yang diberikan oleh seseorang
dipengaruhi oleh usia, orang yang masih muda
cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan
atau mengenali kebutuhan orang lain dan juga
lebih egosentris dibanding orang yang lebih
tua (Friedman, 2008). Interaksi teman sebaya
yang memiliki usia yang sama memainkan
peran khusus dalam perkembangan
sosioemosional anak-anak. Salah satu fungsi
yang paling penting dari kelompok teman
sebaya adalah untuk memberikan sumber
informasi dan perbandingan tentang dunia di
luar keluarga. Hubungan baik dengan teman
sebaya merupakan peran yang mungkin
penting agar perkembangan anak menjadi
normal (Howes & Tonyan, dalam Santrock,
2003 dalam Nathania dan Godwin, 2012).
Gambaran Stres dalam Menyusun Tugas
Akhir pada Mahasiswa Stikes Ngudi
Waluyo Ungaran
Mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo
Ungaran dalam menyusun tugas akhir yang
mengalami stres berat cenderung bereaksi
berlebihan terhadap suatu situasi. Mereka
mudah marah kepada teman-teman hanya
karena hal sepele. Mereka juga mudah merasa
kesal dan cemas apabila mendapatkan
masukan dari pembimbing terkait dengan tugas
akhir yang dikerjakannya. Mereka juga tidak
sabar ketika mengalami penundaan atau
antrian untuk melakukan konsultasi, dimana
ketika mereka tidak bisa mengendalikannya
mereka akan marah atau membatalkan
bimbingan.
Stres yang bersifat konstan dan terus
menerus mempengaruhi kerja kelenjar adrenal
dan tiroid dalam memproduksi hormon.
Adrenalin, tiroksin, dan kortisol sebagai
hormon utama stres akan naik jumlahnya dan
berpengaruh secara signifikan pada sistem
homeostasis. Adrenalin yang bekerja secara
sinergis dengan sistem saraf simpatis
berpengaruh terhadap kenaikan denyut
jantung, dan tekanan darah. Tiroksin selain
meningkatkan Basal Metabolism Rate (BMR),
juga menaikkan denyut jantung dan frekuensi
nafas. Namun, pemaparan stres yang ringan
atau sementara tidak menyebabkan penyakit
Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Tingkat Stres dalam Menyusun Tugas Akhir 7
pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
sistemik. Ia hanya menyebabkan peningkatan
tekanan darah sebagai proses homeostasis.
Penggolongan kepribadian tipe A dan tipe
B oleh Friedman & Rosenman (2004) yang
menyebutkan salah satu ciri kepribadian tipe A
adalah mudah stres. Adanya perbedaan
karakteristik kepribadian mahasiswa yang
sedang menyusun skripsi menyebabkan adanya
perbedaan reaksi terhadap sumber stres yang
sama. Mahasiswa yang memiliki kepribadian
ketabahan atau kepribadian tipe B memiliki
daya tahan terhadap sumber stres yang lebih
tinggi dari pada mahasiswa yang tidak
memiliki kepribadian ketabahan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian dari Wijono (2006), tentang
pengaruh kepribadian tipe A dan peran
terhadap stres kerja manajer madya. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Subjek
laki-laki cenderung mengalami tingkat stres
kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan. Sementara itu, subjek yang berada
pada usia 56 hingga 60 tahun mengalami stres
kerja rendah, sedangkan subjek yang berusia
antara 41 hingga 55 tahun mengalami stres
kerja sedang. Stres kerja yang tinggi ternyata
dialami responden yang berusia antara 26
hingga 30 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
dalam menyusun tugas akhir yang mengalami
stres sedang yaitu sebanyak 30 orang (41,7%).
Responden yang mengalami stres sedang
ditunjukkan dengan merasa menjadi marah
karena hal-hal sepele (37,0%), merasa sulit
untuk bersantai (36,1%), merasa sulit untuk
beristirahat (29,2%) dan merasa sangat mudah
marah (39,8%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
dalam menyusun tugas akhir merasa menjadi
marah karena hal-hal sepele misalnya tidak
mendapatkan informasi jadwal bimbingan.
Mereka juga merasa sulit untuk bersantai,
semua pekerjaan dikerjakan dengan terburu-
buru dan cenderung ceroboh bahkan terkadang
tidak mau beristirahat sejenak karena apa yang
dikerjakan belum selesai meskipun tubuh
terlihat letih.
Perbedaan laki-laki dan perempuan adalah
pada kemampuan mengelola rasa stres.
Ternyata perempuan memiliki kemampuan
yang lebih tinggi dibandingkan pria yang
disebabkan oleh perbedaan otak mereka. Sejak
usia baligh, perempuan sudah terbiasa didera
nyeri dan stres disebabkan oleh perubahan
kondisi menjelang haid alias menstruasi. Nyeri
karena datang bulan itu, seringkali datang
bersamaan dengan gejolak emosi dan stres.
Belum lagi, ketika mereka melahirkan. Rasa
sakit dan stres semakin meningkat. Tapi
mereka bisa mengatasinya dengan baik. Dan
berulangkali terjadi, seiring dengan jumlah
anak yang mereka lahirkan. Mereka bisa
mengelola nyeri dan stres itu lebih baik
daripada pria. (Hungu, 2007).
Wanita pada umumnya lebih mudah
terkena Psikosomatis dibanding pria. Alasanya
karena wanita lebih emosional, lebih mudah
mengalami stres, cemas dan ketegangan
dibanding pria. Hal ini dimungkinkan karena
sifat dan keterbukaan wanita, seperti lebih
banyak mengungkapkan keadaan dirinya dan
sesuatu yang dirasakan, serta tentang
kecemasan atau rasa tertekannya (Yumana dan
Maramis, 2004).
Selain itu juga karena perbedaan segi-segi
tubuh atau fisiologis antara pria dan wanita.
Wanita mengalami masa mentruasi, dimana
ketika masa itu tiba, wanita khususnya remaja
putri akan merasakan ketidakseimbangan pada
segi tubuh dan beban psikis seperti tugas
sekolah atau skripsi bagi mahasiswi, sehingga
mereka mengalami stres, menjadi mudah
marah, tegang serta cemas. Bahkan juga
kelelahan fisik akibat ketahanan psikis yang
goncang, Hal ini bisa menurunkan daya tahan
tubuh, sehingga mereka mudah terkena
penyakit (Gunarsa, 2004). Emosi pada manusia
pada dasarnya ketegangan, bila tidak
diselesaikan dan disalurkan dengan baik dapat
menimbulkan kelainan fisiologis ataupun
organis (Maramis, 2004).
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian dari Sukmono (2012), tentang
hubungan antara karakteristik individu dengan
tingkat stres kerja perawat Indonesia yang
bekerja di Qatar. Hasil analisis data
menggunakan uji chi square diperoleh hasil
ada hubungan antara jenis kelamin dengan
tingkat stres kerja perawat Indonesia yang
bekerja di Qatar, dengan nilai p value 0,046 (
= 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
dalam menyusun tugas akhir yang mengalami
stres ringan yaitu sebanyak 31 orang (43,1%).
Responden yang mengalami stres ringan
ditunjukkan dengan sulit untuk sabar dalam
menghadapi gangguan terhadap hal yang
8 Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Tingkat Stres dalam Menyusun Tugas Akhir
pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
sedang dilakukan (1,4%) dan menemukan
mudah gelisah (14,8%).
Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya
dengan Tingkat Stres dalam Menyusun
Tugas Akhir Pada Mahasiswa Stikes Ngudi
Waluyo Ungaran
Responden yang tidak mendapat
dukungan sosial dari teman sebaya di mana
teman tidak pernah memperhatikan kesulitan
yang dialami, memberikan motivasi ketika
mendapat kesulitan dalam mengerjakan revisi
dari dosen, meminjamkan printer untuk
mencetak hasil revisian dan memberikan
informasi jadwal ujian proposal dan skripsi
sehingga mereka merasa mudah menjadi
marah karena hal-hal sepele, merasa sulit
untuk bersantai, merasa sulit untuk beristirahat
dan merasa sangat mudah marah.
Berdasarkan hasil analisis hubungan
dukungan sosial teman sebaya dengan tingkat
stres dalam menyusun tugas akhir pada
mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
diperoleh hasil, responden yang tidak
mendapatkan dukungan sosial teman sebaya
dan mengalami tingkat stres berat yaitu 9
orang (26,5%).
Berdasarkan hasil analisis hubungan
dukungan sosial teman sebaya dengan tingkat
stres dalam menyusun tugas akhir pada
mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
diperoleh hasil, responden yang tidak
mendapatkan dukungan sosial teman sebaya
dan mengalami tingkat stres ringan yaitu 12
orang (35,5%). Responden yang tidak
mendapat dukungan sosial dari teman sebaya
di mana teman tidak pernah memperhatikan
kesulitan yang dialami, memberikan motivasi
ketika mendapat kesulitan dalam mengerjakan
revisi dari dosen, meminjamkan printer untuk
mencetak hasil revisian dan memberikan
informasi jadwal ujian proposal dan skripsi
sehingga mereka sulit untuk sabar dalam
menghadapi gangguan terhadap hal yang
sedang dilakukan dan menemukan mudah
gelisah.
Selama proses mengerjakan skripsi
mahasiswa ditantang dan dilatih untuk
melakukan serangkaian kegiatan-kegiatan yang
bersifat ilmiah, seperti pencarian suatu
problem dan pemecahannya yang berlandaskan
pada suatu teori dan juga langkah-langkah atau
metode yang ilmiah disertai pola pikir yang
kritis (critical thinking) diharapkan akan
dimiliki mahasiswa (Subekti, 2009). Hal
tersebut didukung oleh strategi koping
mahasiswa yang baik.
Berdasarkan hasil analisis hubungan
dukungan sosial teman sebaya dengan tingkat
stres dalam menyusun tugas akhir pada
mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
diperoleh hasil responden yang mendapatkan
dukungan sosial teman sebaya dan mengalami
tingkat stres ringan yaitu 19 orang (50,0%).
Responden yang mengalami stres ringan
ditunjukkan dengan sulit untuk sabar dalam
menghadapi gangguan terhadap hal yang
sedang dilakukan dan menemukan mudah
gelisah sehingga mereka sulit untuk sabar
dalam menghadapi gangguan terhadap hal
yang sedang dilakukan dan menemukan mudah
gelisah.
Berdasarkan hasil analisis hubungan
dukungan sosial teman sebaya dengan tingkat
stres dalam menyusun tugas akhir pada
mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
diperoleh hasil responden yang mendapatkan
dukungan sosial teman sebaya dan mengalami
tingkat stres berat yaitu 2 orang (5,3%).
Responden yang mengalami stres berat
ditunjukkan dengan sulit untuk sabar dalam
menghadapi gangguan terhadap hal yang
sedang dilakukan dan menemukan mudah
gelisah sehingga mereka cenderung bereaksi
berlebihan terhadap suatu situasi, menemukan
mudah merasa kesal, merasa telah
menghabiskan banyak energi untuk merasa
cemas dan menemukan menjadi tidak sabar
ketika mengalami penundaan (misalnya:
kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu). Hal
tersebut didukung oleh tuntutan tugas
akademik yang masih banyak belum
terselesaikan.
Peserta penelitian dalam penelitian ini
sebagian masih mengikuti jadwal perkuliahan
yaitu mata kuliah yang di ulang. Masih ada
pula peserta yang mengikuti mata kuliah yang
di ulang dengan jumlah lebih dari tiga,
sehingga beban mereka terhadap tanggung
jawab pendidikan masih tinggi. Akibatnya hal
tersebut menambah tingkat stres mahasiswa
yang dijadikan responden.
Semua siswa dapat mengalami kemajuan
di banyak bidang studi akademik asal
menentukan sasaran yang sesuai dengan taraf
kemampuannya dan usaha yang maksimal.
Karakteristik sasaran yang ingin siswa capai
terdiri atas sasaran belajar dan sasaran prestise.
Siswa yang mengejar sasaran belajar akan
termotivasi untuk belajar guna mengasah
Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Tingkat Stres dalam Menyusun Tugas Akhir 9
pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
kemampuannya sehingga mencapai taraf
prestasi belajar yang baik. Siswa yang
mengejar sasaran prestise berkeyakinan bahwa
kemampuannya merupakan sesuatu yang tidak
dapat mengalami perubahan sehingga akan
cenderung untuk menghindari kegagalan
supaya dipandang baik di mata orang lain.
Siswa yang berorientasi menghindari
kegagalan akhirnya menjadi kurang
termotivasi dalam belajarnya karena
berkeyakinan bahwa kemampuannya tidak
dapat diperbaiki lagi (Winkel, 2004).
Berdasarkan hasil analisis hubungan
dukungan sosial teman sebaya dengan tingkat
stres dalam menyusun tugas akhir pada
mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
diperoleh hasil responden yang mendapatkan
dukungan sosial teman sebaya dan mengalami
tingkat stres sedang yaitu 17 orang (44,7%).
Responden yang mendapat dukungan sosial
dari teman sebaya di mana teman selalu
mendengarkan kekesalan ketika kesulitan
mengerjakan skripsi, memberikan masukan
revisi dari dosen yang diselesaikan,
meminjamkan buku literatur dan memberikan
informasi sistematika penulisan yang benar
sehingga mereka dapat bersabar dalam
menghadapi gangguan terhadap hal yang
sedang dilakukan dan menemukan tidak
mudah gelisah. Responden yang mendapat
dukungan dari teman sebaya dan mengalami
stres ringan dimungkinkan karena faktor
intelegensi (kecerdasan) dari mahasiswa.
Mahasiswa yang mempunyai tingkat
inteligensi yang lebih tinggi akan lebih tahan
terhadap sumber stres dari pada mahasiswa
yang memiliki inteligensi rendah, karena
tingkat inteligensi berkaitan dengan
penyesuaian diri. Mahasiswa yang memiliki
inteligensi yang tinggi cenderung lebih adaptif
dalam menyesuaikan diri (Gunawati & Hartati,
2006).
Perubahan gaya hidup mahasiswa semasa
periode ujian disebabkan oleh stres dan
perubahan gaya hidup ini juga boleh
menyebabkan stres. Antaranya adalah
kekurangan tidur, kurangnya bersenam, pola
makan yang berubah, rasa takut menghadapi
ujian dan sebagainya. Selain itu, rasa takut dan
kecemasan semasa ujian juga bisa
menyebabkan stres pada mahasiswa. Stres ini
memicu respons fight or flight pada tubuh. Ini
akan menyebabkan sistem simpatik bekerja.
Aktivasi sistem simpatik akan menyebabkan
vasokonstriksi supaya darah dipam lebih
banyak dalam masa sesaat, di mana stroke
volumenya meningkat langsung meningkatkan
tekanan darah (Qureshi.F, 2002).
Hasil uji statistik didapatkan nilai
2
hitung
(6,366) >
2
tabel
(5,99) dan p value 0,041 ( =
0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan
dukungan sosial teman sebaya dengan tingkat
stres dalam menyusun tugas akhir pada
mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran,
jika mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
mendapat dukungan sosial teman sebaya, maka
tingkat stres dalam menyusun tugas akhir
kategori ringan.
Mahasiswa strata satu (S1) pada suatu
perguruan tinggi diwajibkan menyusun tugas
akhir untuk mendapatkan gelar sarjana. Bagi
mahasiswa, tugas akhir merupakan suatu
kewajiban yang harus segera diselesaikan jika
ingin memperoleh gelar sarjana strata satu.
Tidak jarang dalam pembuatan tugas akhir,
mahasiswa mengalami stres (Fibrianti, 2009
dalam Mulyani, 2012).
Kesulitan-kesulitan saat penyusunan tugas
akhir oleh mahasiswa sering dirasakan sebagai
suatu beban yang berat, akibatnya kesulitan-
kesulitan yang dirasakan tersebut berkembang
menjadi sikap yang negatif yang akhirnya
dapat menimbulkan suatu kecemasan dan
hilangnya motivasi, yang akhirnya dapat
menyebabkan mahasiswa menunda
penyusunan tugas akhirnya bahkan ada yang
memutuskan untuk tidak menyelesaikan tugas
akhirnya (Hariwijaya, 2008 dalam Wijayanti,
2012). Mahasiswa menyelesaikan masa studi
di perguruan tinggi tidak hanya tergantung
pada motivasi, persiapan akademik,
kemampuan dan keterampilan untuk bekerja
secara mandiri, tapi juga pada integrasi sosial
dan dukungan sosial (Papalia dkk, 2007 dalam
Mulyani, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Mujiyah
dkk dalam Januarti (2001) diperoleh bahwa
kendala-kendala yang biasa dihadapi
mahasiswa dalam menulis tugas akhir tugas
akhir adalah kendala internal yang meliputi
malas sebesar 40%, motivasi rendah sebesar
26,7%, takut bertemu dosen pembimbing
sebesar 6,7%, sulit menyesuaikan diri dengan
dosen pembimbing tugas akhir sebesar 6,7%.
Kendala eksternal yang berasal dari dosen
pembimbing tugas akhir meliputi sulit ditemui
sebesar 36,7%, minimnya waktu bimbingan
sebesar 23,3%, kurang koordinasi dan
kesamaan persepsi antara pembimbing 1 dan
pembimbing 2 sebesar 23,3%, kurang jelas
10 Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Tingkat Stres dalam Menyusun Tugas Akhir
pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
memberi bimbingan sebesar 26,7%, dan dosen
terlalu sibuk sebesar 13,3%. Kendala buku
buku sumber meliputi kurangnya buku-buku
referensi yang fokus terhadap permasalahan
penelitian sebesar 53,3%, referensi yang ada
merupakan buku edisi lama sebesar 6,7%.
Kendala fasilitas penunjang meliputi
terbatasnya dana dengan materi tugas akhir,
kendala penentuan judul atau permasalahan
yang ada sebesar 13,3%, bingung dalam
mengembangkan teori sebesar 3,3%. Kendala
metodologi meliputi kurangnya pengetahuan
penulis tentang metodologi sebesar 10%,
kesulitan mencari dosen ahli dalam bidang
penelitian berkaitan dengan metode penelitian
dan analisis validitas instrumen tertentu
sebesar 6,7%.
Penelitian Mulyani (2012), tentang
hubungan antara dukungan sosial dengan stres
dalam menyelesaikan tugas akhir pada
mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Bina
Nusantara dengan menggunakan 25 responden
mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah
tugas akhir dan di analisis dengan teknik
korelasi Spearman. Berdasarkan analisis data
yang dilakukan diperoleh koefisien korelasi
sebesar -0,266, artinya ada hubungan yang
negatif antara dukungan sosial dengan reaksi
psikologis terhadap stres mahasiswa Jurusan
Psikologi Universitas Bina Nusantara yang
sedang menyelesaikan tugas akhir.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak lepas dari beberapa
keterbatasan, di antaranya masih adanya
variabel lain yang mempengaruhi hasil
penelitian ini diantaranya mekanisme koping,
yang dilakukan mahasiswa, di mana
dimungkinkan tingkat stres yang dialami
mahasiswa yang rendah bukan disebabkan oleh
dukungan sosial teman sebaya saja, akan tetapi
mekanisme koping yang mereka lakukan
dalam mengantisipasi stres yang dialami ketika
menyusun skripsi.
KESIMPULAN
Mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo
Ungaran dalam menyusun tugas akhir sebagian
besar mendapat dukungan sosial dari teman
sebaya yaitu sebanyak 38 orang (52,8%).
Mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo
Ungaran dalam menyusun tugas akhir sebagian
besar mengalami stres ringan yaitu sebanyak
31 orang (43,1%).
Ada hubungan dukungan sosial teman
sebaya dengan tingkat stres dalam menyusun
tugas akhir pada mahasiswa Stikes Ngudi
Waluyo Ungaran, dengan p value 0,041 ( =
0,05).
SARAN
Hendaknya tenaga kesehatan
meningkatkan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dengan mempromosikan upaya
menurunkan tingkat stres pada mahasiswa
khususnya yang sedang menyusun tugas akhir
melalui seminar atau penyuluhan yang
menarik.
Hendaknya pihak Stikes Ngudi Waluyo
dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai
rujukan untuk pengambilan keputusan tentang
upaya pencegahan dan penanganan bagi
mahasiswa yang mengalami stres dalam
menyusun tugas akhir dengan memberikan
fasilitas konseling psikologi atau mengadakan
kegiatan seperti meditasi sebagai upaya
menurunkan tingkat stres mahasiswa.
Hendaknya mahasiswa yang sedang
menyusun tugas akhir dapat menurunkan stress
yang dialami secara mandiri. Upaya yang
dapat dilakukan diantaranya dengan
melakukan terapi yang sesuai dengan apa yang
dapat dilakukan misalnya wirid, tahajud atau
terapi tertawa sehingga stress yang dialami
dapat menurun.
Hendaknya peneliti selanjutnya
meningkatkan hasil penelitian dengan
mengendalikan variabel lain yang
mempengaruhi penelitian ini misalnya dengan
menambahkan variabel penelitian di antaranya
mekanisme koping sehingga diperoleh hasil
penelitian yang lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Admin. 2010. Cara membentuk
kepribadian anak dengan bijak.
http://www.suaranews.com/2010/09/cara-
membentuk-kepribadian-anak-dengan.html
diakses 2 Juni 2014
[2] Arikunto, 2006. Prosedur penelitian suatu
pendekatan praktik, Ed Revisi VI,. Jakarta
: Penerbit PT Rineka Cipta
[3] Budiman, 2006. Kebebasan, negara,
pembangunan. Jakarta : Pustaka Alvabet
http://books.google.co.id/books
Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Tingkat Stres dalam Menyusun Tugas Akhir 11
pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
[4] Christensen & Janet, 2009. Proses
Keperawatan : Aplikasi model konseptual
ed 4. Jakarta : EGC
http://books.google.co.id/books
[5] Danim, 2003.Riset keperawatan sejarah
dan metodologi. Jakarta : EGC
http://books.google.co.id/books
[6] Friedman, Bowden, Jone, 2008.
Keperawatan Jiwa , Jakarta : EGC
http://books.google.co.id/books
[7] Ghozali, 2007. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
[8] Gunawati, 2005. Hubungan Antara
Efektivitas Komunikasi Mahasiswa-Dosen
Pembimbing Utama Skripsi Dengan
Stres Dalam Menyusun Skripsi Pada
Mahasiswa Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Semarang : Skripsi Prodi
psikologi fakultas kedokteran UNDIP
[9] Gunawati, R., Hartati,S., Listiara, A.
(2006). Hubungan Antara Efektivitas
Komunikasi Mahasiswa-Dosen
Pembimbing Utama Skripsi Dengan Stres
Dalam Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa
Program Studi Psikologi Fakultas
kedokteran Universitas Diponegoro:
Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro,
3. (2), 93-115.
[10] Iswidharmanjaya, 2006. Membuat skripsi
dengan open office. Jakarta : PT Elex
Media Komputindo.
http://books.google.co.id/books?
[11] Jackman, 2006. How to Get Things Done.
Jakarta : Erlangga
http://books.google.co.id/books
[12] John W Santrock, Perkembangan Masa
Hidup, (Jakarta : Erlangga.
2002http://books.google.co.id/books
[13] Mulyani, 2012. Hubungan antara
dukungan sosial dengan stres dalam
menyelesaikan skripsi pada mahasiswa
Jurusan Psikologi Binus University.
Skripsi Jurusan Psikologi Binus
University.
[14] Nathania dan Godwin, 2012. Pengaruh
dukungan sosial teman sebaya terhadap
kecemasan dalam menghadapi ujian
nasional pada siswa kelas xii SMA x di
Jakarta Barat. Jakarta : Fakultas
Psikologi Universitas Bina Nusantara
[15] Notoatmodjo, 2010. Metodologi
penelitian kesehatan, Jakarta : Rineka
Cipta
[16] Nursalam, 2008. Konsep dan penerapan
metodologi penelitian ilmu Keperawatan,
Jakarta : Salemba Medika
[17] Putri, 2013. Hubungan antara dukungan
sosial orang tua dengan motivasi
menyelesaikan skripsi pada mahasiswa
psikologi semester 9 dan 11 di Binus
University Universitas Bina Nusantara.
Jakarta : Skripsi. Universitas Bina
Nusantara
[18] Rahmawati 2006. Motivasi Berprestasi
Mahasiswa Ditinjau dari Pola Asuh,
Medan : Skripsi USU
[19] Santrock, 2003. Adolescence.
Perkembangan Remaja, edisi 6. Jakarta :
EGC. http://books.google.co.id/books
[20] Semiun, 2006. Kesehatan mental.
Yogyakarta : Kanisius
http://books.google.co.id/books
[21] Sugiyono, 2007. Metode penelitian
kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
[22] Sulisno, 2013. Apa dan Siapa yang
Dimaksud Mahasiswa ??.
http://edukasi.kompasiana.com
[23] Sunaryo, 2004. Psikologi untuk
keperawatan. Jakarta : EGC
http://books.google.co.id/books
[24] Widyarini,2009. Kunci pengembangan
diri, Jakarta : PT Elek Media Komputindo
http://books.google.co.id/books