Proposal TA (MPPT)
Proposal TA (MPPT)
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
BAB 2 ..................................................................................................................... 6
DASAR TEORI ...................................................................................................... 6
2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.2
2.3
2.3.1
2.3.2
Variabel Linguistik........................................................................ 16
2.3.3
Fuzzifikasi ..................................................................................... 16
2.3.4
2.3.5
2.3.6
Deffuzifikasi .................................................................................. 17
2.4
PLTS ....................................................................................................... 17
2.4.1
2.4.1.1
Modul PV .............................................................................. 19
2.4.1.2
Inverter .................................................................................. 20
2.4.1.3
2.4.1.4
Baterai ................................................................................... 22
BAB 3 ................................................................................................................... 25
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM ......................................... 25
3.1
3.2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagian besar energi yang digunakan saat ini berasal dari minyak bumi dan
batu bara. Minyak bumi dan batu bara yang digunakan sebagai sumber energi
bukanlah sumber energi terbarukan, artinya persediaan sumber energi tersebut
akan menipis yang kemudian akan habis apabila terus menerus digunakan.
Karena semakin menipisnya persediaan energi yang tidak terbarukan tersebut,
saat ini telah banyak yang mulai mengembangkan potensi dari energi terbarukan
seperti radiasi dan panas matahari, biogas, fuel-cell, gelombang air laut (ombak),
dan juga hidrogen. Hal ini karena sumber energi terbarukan ini dapat ditemukan
dengan mudah dan persediaannya di alam juga tidak terbatas. Salah satu yang
sedang dikembangkan yaitu PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya). Sebagai
negara yang berada di daerah tropis, Indonesia mendapatkan sinar matahari yang
lebih stabil sepanjang harinya.
Energi listrik yang dihasilkan oleh PLTS sangat bergantung pada cuaca
karena memanfaatkan radiasi sinar matahari yang kemudian diubah menjadi
energi listrik. Saat radiasi sinar matahari yang diterima modul PV besar, maka
arus yang dihasilkan oleh modul PV juga besar. Akan tetapi, saat radiasi sinar
matahari yang diterima modul PV kecil, maka arus yang dihasilkan oleh modul
PV juga kecil. Dikarenakan hal tersebut, maka akan sangat mungkin jika sebagian
energi yang dihasilkan dari modul PV akan terbuang jika saja energi yang
dihasilkan lebih besar daripada konsumsi energi listrik itu sendiri. Energi listrik
yang dihasilkan oleh modul PV juga mungkin tidak dapat memenuhi konsumsi
listrik jika energi yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan konsumsi
listriknya. Selain itu, walaupun radiasi matahari yang diterima modul PV besar
belum tentu modul PV tersebut menghasilkan daya yang maksimum.
Berdasarkan dari permasalahan mengenai energi tersebut, maka MPPT
(Maximum Power Point Tracker) akan sangat diperlukan pada sistem PLTS.
Modul MPPT ini cukup berpengaruh pada energi listrik yang dihasilkan dari
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Fotovoltaik (PV)
Fotovoltaik adalah suatu sistem atau cara langsung untuk mentransfer radiasi
matahari atau energi cahaya matahari menjadi energi listrik. Sistem PV bekerja
dengan efek PV [1].
2.1.3
Effisiensi pada sel PV dapat dihitung dengan besarnya daya yang dihasilkan sel
PV dibagi dengan daya cahaya yang datang, seperti persamaan berikut [1]
(2.2)
Voc merupakan tegangan maksimum saat open-circuit, Isc merupakan arus
hubung singkat, Im merupakan arus maksimum saat close circuit, Vm merupakan
tegangan maksimum saat close-circuit, Gi merupakan iradiasi surya, dan A
merupakan luas dari modul PV, dan titik pada kurva I-V yang menghasilkan arus
dan tegangan maksimum disebut titik daya maksimum (m).
FF merupakan fill factor dengan persamaan:
(2.3)
10
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa saat suhu dari sel PV
berpengaruh terhadap tegangan yang dihasilkan sel PV. Saat suhu sel PV sebesar
250C tegangan yang hihasilkan diatas 20V, saat suhu sel PV sebesar 00C tegangan
yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan tegangan yang dihasilkan pada
suhu 250C, dan pada saat suhu sel PV sebesar 400C tegangan yang dihasilkan sel
PV tersebut kurang dari 20V.
Jumlah arus yang dihasilkan oleh satu modul PV dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan seperti dibawah ini:
11
(2.4)
Dengan menggunakan persamaan umum dari dioda, maka rumus diatas
dapat diturukan menjadi,
(
(2.5)
(2.6)
Is merupakan sumber arus yang dihasilkan oleh modul PV yang sebanding dengan
arus saat open-circuit (Isc), Isat merupakan arus saturasi dari dioda, VD merupakan
tegangan pada dioda, A merupakan faktor ideal dioda, VT merupakan tegangan
termal, k merupakan konstanta Boltzman (1.3806 x 10-23 J/K), T merupakan suhu
(K) dan q merupakan muatan elektron (1.602 x 10-19 C).
(2.7)
(2.8)
Isc,n dan Voc,n merupakan arus saat short-circuit dan tegangan open-circuit dari
modul PV, dengan kondisi pengukuran standar (Tn = 250C dan Gn = 1000 W/m2).
T merupakan perubahan suhu, KI merupakan suhu saat Isc dan KV merupakan
suhu saat VOC.
Modul PV yang dirangkai secara seri dengan modul PV lain akan
menghasilkan kenaikan tegangan sesuai dengan persamaan (2.9 dan 2.10). Modul
PV yang dirangkai secara paralel akan menghasilkan kenaikan arus sesuai dengan
persamaan (2.11 dan 2.12).
(2.9)
(2.10)
(2.11)
(2.12)
dengan Voc merupakan tegangan maksimum saat arus dari sel PV sama dengan
nol, Vmp merupakan tegangan saat daya maksimum, Isc merupakan arus yang
mengalir saat tegangan pada sel fotvoltaik sama dengan nol, Imp merupakan arus
saat daya maksimum, M merupakan jumlah modul PV yang dirangkai secara
paralel, dan N merupakan jumlah modul PV yang dirangkai secara seri.
12
13
Agar sistem dapat bekerja secara optimal, pada umumnya menggunakan DCDC converter dan algoritma MPPT.
Pada tahap
maksimum (Vmp) dan membuat agar tegangan sel PV saat beroperasi (Vpv)
mendekati Vmp. Saat tegangan saat open-circuit terukur, Vmp merupakan hasil
perkalian dari Voc dengan faktor k yang merupakan karakteristik dari sel PV.
14
Setelah itu, algoritma mencoba untuk membuat agar nilai dari Vpv mendekati
Vmp dengan menggunakan metode D-optimization.
Setelah itu, software memasuki tahap kedua dengan mekanisme hybrid dari
P&O (Perturb and Observe) dan FOCV (Fraction Open-Circuit Voltage). Disini
P&O diubah-ubah dengan perubahan yang kecil dibandingkan dengan P&O
konvensional untuk mencapai MPP dengan tepat.
Pada tahap ketiga, algoritma telah mencapai MPP. Saat faktor k berubah
secara normal antara 0.7 dan 0.8, nilai nya akan secara dinamik diatur ulang
sesuai dengan perilaku sistem. Jika terjadi perubahan pada atmosfer, maka
algoritma akan kembali pada tahap pertama.
2.3.1
Himpunan Fuzzy
Himpunan fuzzy (fuzzy set) merupakan kumpulan objek yang mewakili
keadaan tertentu dalam suatu variabel fuzzy. Himpunan ini merupakan kumpulan
dari nilai crisp, yaitu nilai yang sebenarnya menyatakan konsep relatif, misalnya
15
{} didefinisikan
dengan
A(u)) | uA}
2.3.2
(2.13)
Variabel Linguistik
Variabel linguistik dalam penjabaranya diungkapkan dalam bahasa alami
yang mengikuti pola pikir manusia yang nilainya didefinisikan dengan istilah
linguistik. Pada umumnya variabel yang digunakan seperti negatif big (NB),
negatif medium (NM), zero (Z), dan seterusnya.
2.3.3
Fuzzifikasi
2.3.4
Basis Pengetahuan
Basis pengetahuan terdiri dari data base dan rule base. Data base
berfungsi untuk mendefinisikan himpunan fuzzy dari sinyal masukan dan sinyal
keluaran agar dapat digunakan oleh variabel linguistik dalam rule base. Rule base
16
2.3.5
Inference System (FIS) yang merupakan bagian paling penting dalam logika
fuzzy. Tahap ini mengevaluasi aturan, dimana logika fuzzy mengolah dan
menyimpulkan proses yang tersusun dari aturan IF-THEN.
2.3.6
Deffuzifikasi
Deffuzifikasi merupakan proses mengubah output dari FIS yang masih
2.4 PLTS
PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) merupakan sistem penghasil energi
listrik dengan memanfaatkan energi dari sinar matahari. Pada umumnya PLTS
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu Stand Alone System (SAS), dan Grid Connected
System (GCS).
17
18
2.4.1.1 Modul PV
Modul PV merupakan komponen utama dalam sistem PV yang mengubah
sinar matahari menjadi listrik. Listrik yang dihasilkan dari modul PV ini
merupakan arus searah (DC). Kapasitas daya modul PV diukur dalam satuan
Watt-peak (Wp) dan merupakan spesifikasi modul PV yang menyatakan besarnya
daya yang bisa dihasilkan oleh modul PV pada saat insolasi surya yang diterima
sebesar 1000 W/m2 dan kondisi suhu lingkungan 250C. Insolasi surya adalah
intensitas radiasi surya rata-rata yang diterima selama satu jam. Daya dan arus
listrik yang dihasilkan modul PV berubah-ubah tergantung pada besar intensitas
radiasi surya yang dihasilkan, dipengaruhi oleh faktor lingkungan, bayangan,
sudut kemiringan instalasi, dan kebersihan permukaan modul[3].
Agar menghasilkan daya yang cukup, beberapa sel PV biasanya dipasang
dalam suatu rangkaian. Pemasangan sel PV yang sudah tergabung dalam suatu
rangkaian disebut modul PV. Sebanyak 80% modul PV dengan menggunakan sel
PV silikon polikristal dan 20% menggunakan sel PV lapisan tipis amorfous
silikon[3]. Modul PV silikon polikristal memiliki efisiensi dan life time yang lebih
tinggi.
Energi
(2.14)
dengan Pmax merupakan daya maksimum keluaran modul dan PSH (Peak Sun
Hours) adalah jumlah jam dalam satu hari ketika iradiasi mencapai 1000 W/m2.
Iradiasi adalah jumlah radiasi surya yang diterima permukaan bumi dalam suatu
waktu pada suatu permukaan.
Insolasi merupakan integral dari irradiansi terhadap suatu periode waktu,
dinyatakan dengan satuan kWh/m2/hari. Jika insolasi suatu daerah sebesar 7,5
kWh/m2/hari, maka besar PSH yaitu 7,5 jam[2].
19
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari penggunaan modul PV, ada
beberapa parameter yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Suhu
Sebuah sel fotovoltai dapat beroperasi dengan maksimal jika suhu sel tetap
normal (250C), dan kenaikan suhu sel PV akan mengurangi nilai tegangan. Setiap
kenaikan 10C dari suhu sel PV, maka daya yang dihasilkan berkurang sekitar 0,4%
atau akan mengurang 2 kali lipat setiap kenaikan 100C[4].
b. Radiasi matahari (insolation)
Radiasi sinar matahari yang diterima di berbagai lokasi akan berbeda-beda, hal
ini akan berpengaruh pada arus dan juga tegangan yang dihasilkan oleh sel PV.
c. Kecepatan angin
Kecepatan angin di sekitar penempatan sel PV dapat membantu untuk
menurunkan suhu modul atau mendinginkan permukaan modul PV.
d. Keadaan atmosfir
Keadaan lingkungan yang mendung atau berawan, debu, asap, uap air udara
(Rh), kabut, dan polusi sangat menentukan arus dan tegangan keluaran dari modul
PV.
e. Orientasi modul PV
Agar modul PV dapat menghasilkan energi yang maksimum, maka modul PV
yang dipasang menghadap ke arah utara. Karena Kota Bandung berada di bagian
bawah dari garis khatulistiwa.
2.4.1.2 Inverter
Inverter berfungsi mengubah arus searah (DC) yang dihasilkan oleh
baterai menjadi arus bolak-balik (AC) yang dapat dimanfaatkan sesuai spesifikasi
peralatan yang menggunakan listrik AC (120 V atau 240 V, 50 Hz atau 60 Hz).
Selain dapat mengubah arus dari DC menjadi AC atau dari AC menjadi DC,
inverter juga dapat mengatur penggunaan sumber daya listrik, menggunakan
sumber dari PLN atau menggunakan daya listrik yang berasal dari PLTS[3].
20
Gambar 2. 14 Inverter
21
2.4.1.4 Baterai
Baterai berfungsi untuk menyimpan energi dari modul PV sehingga dapat
digunakan pada saat tidak ada sinar matahari. Ada beberapa jenis baterai yang
dapat digunakan untuk sistem PLTS, diantaranya:
a.
Baterai deep cycle lead acid atau yang biasa digunakan pada mobil golf;
b.
Baterai yang biasa digunakan pada kapal selam, dapat digunakan selama
kurang lebih 2-3 tahun.
(2.15)
dengan DOD (Depth of Discharge) merupakan rasio antara kapasitas energi yang
dapat dikeluarkan dari baterai dengan kapasitas baterai yang tercatat. Hari
otonomi merupakan jumlah hari dimana baterai dapat menyediakan energi tanpa
diisi oleh sumber energi. Pada umumnya otonomi tanpa PLTS sebagai sumber
energinya yaitu sebanyak 2-3 hari, jika menggunakan PLTS sebagai sumber
energi utama, maka hari otonomi menjadi 5-7 hari[2]. Untuk menghitung jumlah
baterai yang akan digunakan dapat dihitung dengan persamaan berikut
Jumlah baterai = total kapasitas baterai / kapasitas per baterai (Ah)x12V
(2.16)
Gambar 2. 16 Baterai
22
Ada beberapa metode yang digunakan untuk proses charge dan discharge,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Proses charge dan discharge dengan arus konstan;
Proses charge dan discharge dengan arus konstant akan berakhir ketika waktu
yang telah diatur terlampaui atau bila kapasitas baterai yang ditentukan telah
terpenuhi.
23
24
BAB 3
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM
Modul Maximum Power Point Tracker (MPPT) dibuat agar modul fotovoltaik
dapat menghasilkan daya yang maksimum. Gambar di bawah ini menunjukan
karakteristik dari modul PV yang digunakan di gedung P Fakultas Teknik
Universitas Telkom.
Untuk pemodelan dan simulasi untuk modul MPPT ini digunakan beberapa
metode, yaitu metode constant voltage (CV) dan metode perturb and observe
(P&O). Kedua metode ini digunakan untuk mengoreksi nilai dari duty cycle dan
tegangan dari modul PV. Setelah didapatkan nilai duty cycle dan tegangan dari
modul PV,
dimana k merupakan karakteristik dari sel PV, pada umumnya bernilai 0.78 dan
Voc merupakan tegangan open-circuit.
(3.2)
26
daya keluaran modul PV, dibandingkan dengan daya keluaran pada perubahan
tegangan sebelumnya, jika dayanya mengalami peningkatan, gangguan akan akan
tetap, selain itu, gangguan akan di nilai yang berbeda kemudian diulang dari awal.
Pada bagan alir diatas dapat dilihat bahwa hal yang pertama dilakukan yaitu
mengukur tegangan dan arus keluaran dari modul PV, setelah mendapatkan
tegangan dan arus dari modul PV kemudian dikalikan untuk mendapatkan daya
keluaran dari modul PV. Jika terdapat perubahan pada daya keluaran dari modul
PV yang baru dibandingkan dengan daya keluaran modul PV sebelumnya, maka
akan dilakukan koreksi pada tegangan keluaran dari modul PV.
Jika daya keluaran modul PV lebih besar, dan tegangan keluaran modul juga
lebih besar dibanding tegangan sebelumnya, maka tegangan referensi akan
ditambah dengan besarnya perubahan tegangan yang terjadi. Akan tetapi, jika
daya keluaran modul PV lebih besar dan tegangan keluaran modul lebih kecil
dibanding dengan tegangan sebelumnya, maka tegangan referensi akan dikurang
dengan besarnya perubahan tegangan yang terjadi.
27
Jika daya keluaran modul PV lebih kecil dan tegangan keluaran modul juga
lebih kecil, maka tegangan referensi akan ditambah dengan besarnya perubahan
tegangan yang terjadi. Akan tetapi, jika daya keluaran modul PV lebih kecil dan
tegangan keluaran lebih besar, maka tegangan referensi akan dikurangi dengan
besarnya perubahan tegangan yang terjadi.
Dengan kata lain, tegangan referensi akan ditambah dengan besarnya
perubahan tegangan pada saat daya keluaran lebih besar dan tegangan keluaran
juga lebih besar, atau pada saat daya keluaran lebih kecil dan tegangan keluaran
juga lebih kecil. Tegangan referensi akan dikurang dengan besarnya perubahan
tegangan pada saat daya keluaran lebih besar dan tegangan keluaran lebih kecil,
atau pada saat daya keluaran lebih kecil dan tegangan keluaran lebih besar.
28
DAFTAR PUSTAKA
[1] Handini, Wulandari. (2008). Performa Sel Surya.
[2] Salman, Farhan Jaka. (2013). Perancangan dan Implementasi Sistem
PLTS dan Siheli Pada Gedung Balitbangnovda Sumsel.
[3] Sitompul,
Rislima.
Terbarukan Yang
(2011).
Manual
Pelatihan
Teknologi
Energi
29