0% found this document useful (0 votes)
229 views

Proposal TA (MPPT)

simulasi modul surya dan modul MPPT pada Matlab Simulink metode yang digunakan yaitu CV(Constant Voltage) menggunakan boost converter

Uploaded by

Sevty S. Bhatara
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
229 views

Proposal TA (MPPT)

simulasi modul surya dan modul MPPT pada Matlab Simulink metode yang digunakan yaitu CV(Constant Voltage) menggunakan boost converter

Uploaded by

Sevty S. Bhatara
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 29

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 1


BAB 1 ..................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
1.1

Latar Belakang ......................................................................................... 3

1.2

Rumusan Masalah .................................................................................... 4

1.3

Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4

1.4

Batasan Masalah ....................................................................................... 4

1.5

Metode Penelitian ..................................................................................... 4

1.6

Sistematika Penulisan ............................................................................... 5

BAB 2 ..................................................................................................................... 6
DASAR TEORI ...................................................................................................... 6
2.1

Fotovoltaik (PV) ....................................................................................... 6

2.1.1

Efek Fotovoltaik .............................................................................. 6

2.1.2

Sel Fotovoltaik ................................................................................ 7

2.1.3

Efisiensi Sel Fotovoltaik ................................................................. 9

2.1.4

Pengaruh Suhu .............................................................................. 10

2.1.5

Model Matematis Modul Fotovoltaik ........................................... 11

2.1.6

Jenis Sel Fotovoltaik ..................................................................... 13

2.2

Maximum Power Point Tracker (MPPT) ............................................... 13

2.3

Fuzzy Logic Control (FLC) .................................................................... 15

2.3.1

Himpunan Fuzzy ........................................................................... 15

2.3.2

Variabel Linguistik........................................................................ 16

2.3.3

Fuzzifikasi ..................................................................................... 16

2.3.4

Basis Pengetahuan ......................................................................... 16

2.3.5

Logika Pengambil Keputusan ....................................................... 17

2.3.6

Deffuzifikasi .................................................................................. 17

2.4

PLTS ....................................................................................................... 17

2.4.1

Komponen Sistem PLTS ............................................................... 18

2.4.1.1

Modul PV .............................................................................. 19

2.4.1.2

Inverter .................................................................................. 20

2.4.1.3

Charge Controller .................................................................. 21

2.4.1.4

Baterai ................................................................................... 22

BAB 3 ................................................................................................................... 25
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM ......................................... 25
3.1

Metode Constant Voltage (CV) .............................................................. 25

3.2

Metode Perturb and Observe (P&O) ..................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagian besar energi yang digunakan saat ini berasal dari minyak bumi dan
batu bara. Minyak bumi dan batu bara yang digunakan sebagai sumber energi
bukanlah sumber energi terbarukan, artinya persediaan sumber energi tersebut
akan menipis yang kemudian akan habis apabila terus menerus digunakan.
Karena semakin menipisnya persediaan energi yang tidak terbarukan tersebut,
saat ini telah banyak yang mulai mengembangkan potensi dari energi terbarukan
seperti radiasi dan panas matahari, biogas, fuel-cell, gelombang air laut (ombak),
dan juga hidrogen. Hal ini karena sumber energi terbarukan ini dapat ditemukan
dengan mudah dan persediaannya di alam juga tidak terbatas. Salah satu yang
sedang dikembangkan yaitu PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya). Sebagai
negara yang berada di daerah tropis, Indonesia mendapatkan sinar matahari yang
lebih stabil sepanjang harinya.
Energi listrik yang dihasilkan oleh PLTS sangat bergantung pada cuaca
karena memanfaatkan radiasi sinar matahari yang kemudian diubah menjadi
energi listrik. Saat radiasi sinar matahari yang diterima modul PV besar, maka
arus yang dihasilkan oleh modul PV juga besar. Akan tetapi, saat radiasi sinar
matahari yang diterima modul PV kecil, maka arus yang dihasilkan oleh modul
PV juga kecil. Dikarenakan hal tersebut, maka akan sangat mungkin jika sebagian
energi yang dihasilkan dari modul PV akan terbuang jika saja energi yang
dihasilkan lebih besar daripada konsumsi energi listrik itu sendiri. Energi listrik
yang dihasilkan oleh modul PV juga mungkin tidak dapat memenuhi konsumsi
listrik jika energi yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan konsumsi
listriknya. Selain itu, walaupun radiasi matahari yang diterima modul PV besar
belum tentu modul PV tersebut menghasilkan daya yang maksimum.
Berdasarkan dari permasalahan mengenai energi tersebut, maka MPPT
(Maximum Power Point Tracker) akan sangat diperlukan pada sistem PLTS.
Modul MPPT ini cukup berpengaruh pada energi listrik yang dihasilkan dari

sistem PLTS, karena dengan menambahkan modul MPPT akan menghasilkan


energi listrik yang maksimum walaupun arus yang ada pada modul PV kecil.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka masalah yang akan
dibahas pada pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana agar modul PV dapat menghasilkan energi yang sesuai dengan
yang diharapkan dengan menggunakan modul MPPT (Maximum Power Point
Tracker);
b. Bagaimana agar algoritma yang dibuat sesuai untuk modul MPPT (Maximum
Power Point Tracker) sehingga dapat menghasilkan energi yang sesuai
dengan yang diharapkan.

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian yang diajukan pada proposal tugas akhir ini adalah:
a. Menghasilkan energi yang maksimum;
b. Membuat algoritma yang sesuai untuk simulasi dari modul MPPT.

1.4 Batasan Masalah


Untuk membatasi cakupan pembahasan masalah, maka batasan masalah pada
tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
a. Hasil simulasi dari program untuk modul MPPT akan dicocokan dengan hasil
dari modul MPPT yang telah ada;
b. Simulasi dari program hanya pada proses kerja dari modul MPPT.

1.5 Metode Penelitian


Tahapan yang akan dilakukan dalam menyelesaikan tugas akhir ini dibagi
dalam 5 tahap, diantaranya:
a. Studi Literatur
Studi literatur ini dimaksudkan untuk memperoleh dan lebih memahami teoriteori yang berhubungan dengan program dan simulasi untuk modul MPPT.

b. Perancangan dan Realisasi Sistem


Merancang suatu program yang sesuai untuk modul MPPT sesuai dengan
spesifikasi yang dibutuhkan.
c. Analisa dan Kesimpulan
Menganalisa hasil keluaran energi listrik, untuk mengetahui tercapainya
tujuan, menganalisa pengaturan energi yang dilakukan serta menentukan
parameter yang dapat meningkatkan kinerja dari modul MPPT.
d. Penyusunan Laporan
Semua penelitian akan ditulis dalam bentuk laporan tugas akhir (skripsi).

1.6 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan dalam penulisan proposal tugas akhir ini dibagi
menjadi beberapa bab, yaitu:
BAB 1 PENDAHULUAN
Menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan,
metode penelitian, serta sistematika penulisan proposal tugas akhir.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Pembahasan mengenai dasar teori yang berkaitan dengan penyusunan tugas akhir.
BAB 3 PERANCANGAN SISTEM
Menjelaskan mengenai sistem kerja dan diagram blok dari perancangan sistem ini,
memberikan gambaran tentang hasil sistem yang diharapkan.

BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Fotovoltaik (PV)
Fotovoltaik adalah suatu sistem atau cara langsung untuk mentransfer radiasi
matahari atau energi cahaya matahari menjadi energi listrik. Sistem PV bekerja
dengan efek PV [1].

2.1.1 Efek Fotovoltaik


Efek PV pertama kali ditemukan oleh Henri Becquerel pada tahun 1839.
Efek PV merupakan fenomena dimana suatu sel dapat menyerap energi cahaya
dan mengubahnya menjadi energi listrik. Efek PV yaitu fenomena munculnya
tegangan listrik karena adanya kontak dua elektroda yang dihubungkan dengan
padatan atau cairan saat terkena energi cahaya[1]. Cahaya terdiri dari foton yang
besar energinya bergantung pada besar frekuensi, atau warna dari cahaya. Energi
dari foton ditunjukkan dalam persamaan berikut,
(2.1)

dimana merupakan panjang gelombang, h merupakan Konstanta Planck (6,625 x


10-34 J.s), dan c merupakan kecepatan cahaya (3 x 108 m/s). Pada umumnya,
ketika cahaya diserap, foton memberi energi yang cukup untuk mengeksitasi
elektron untuk berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi di dalam suatu
material. Akan tetapi elektron yang berpindah tersebut akan segera berpindah ke
tingkat energi semula. Energi tambahan yang berasal dari elektron yang tereksitasi
akan menghasilkan perbedaan potensial. Ini akan mendorong elektron untuk
bergerak menuju beban pada sirkuit eksternal sehingga menghasilkan gaya
listrik[2].

Gambar 2. 1 Perbandingan efek fotoelektrik (kiri) dengan efek fotofoltaik


(kanan) [2]

2.1.2 Sel Fotovoltaik


Sel PV merupakan suatu perangkat yang dapat mengubah energi radiasi
matahari menjadi energi listrik. Cahaya dari matahari dapat diubah menjadi listrik
dengan menggunakan sel PV yang terbuat dari semikonduktor, seperti silikon.
Listrik yang dihasilkan oleh sel PV merupakan arus searah (DC) [3].

Gambar 2. 2 Susunan dari sel PV hingga array PLTS [2]

Ketika foton menumbuk elektron dari atom semikonduktor akan


mengakibatkan energi yang cukup besar untuk memisahkan elektron terlepas dari
struktur atomnya. Kekosongan pada struktur kristal karena hilangnya elektron
disebut hole dan bermuatan positif [1]. Saat dikenai foton yang memiliki energi
sama atau lebih besar dari energi bandgap semikonduktor yang terletak pada p-n
junction, pada sel PV terbentuk pasangan electron-hole pair (EHP) [4]. Energi
yang lebih rendah akan terpantul atau menembus sel PV. Sedangkan energi yang
lebih tinggi akan diserap dan sebagian menjadi energi panas. Material dengan
bandgap lebih rendah dapat menghasilkan arus lebih tinggi namun tegangan lebih
rendah. Elektron bergerak menuju zona n dan hole bergerak menuju zona p.

Gambar 2. 3 Perbedaan bandgap mempengaruhi energi yang diserap oleh sel


PV [1]

Elektron dan hole mengalir dengan arah yang berlawanan sehingga


menyebabkan munculnya arus. Arus listrik dihasilkan karena terjadinya
penumpukan elektron di zona n dan penambahan hole di zona p yang
mengakibatkan elektron berpindah dari tipe n ke tipe p. Elektron akan bergerak
menjauhi sisi negatif dan hole akan bergerak menjauhi sisi positif.

Gambar 2. 4 Pergerakan elektron dan arus [4]

Berbeda dengan logam yang konduktifitasnya menurun dengan kenaikan


suhu, material semikonduktor konduktifitasnya akan meningkat. Silikon memiliki
energi bandgap sebersar 1,1 eV, sehingga foton dengan panjang gelombang yang
kurang dari 1,3 m, yang mendekati wilayah near infrared akan memberi energi
yang cukup untuk menghasilkan EHP[4].

Gambar 2. 5 Spektrum panjang gelombang cahaya [2]

2.1.3

Efisiensi Sel Fotovoltaik

Effisiensi pada sel PV dapat dihitung dengan besarnya daya yang dihasilkan sel
PV dibagi dengan daya cahaya yang datang, seperti persamaan berikut [1]
(2.2)
Voc merupakan tegangan maksimum saat open-circuit, Isc merupakan arus
hubung singkat, Im merupakan arus maksimum saat close circuit, Vm merupakan
tegangan maksimum saat close-circuit, Gi merupakan iradiasi surya, dan A

merupakan luas dari modul PV, dan titik pada kurva I-V yang menghasilkan arus
dan tegangan maksimum disebut titik daya maksimum (m).
FF merupakan fill factor dengan persamaan:
(2.3)

Gambar 2. 6 Grafik Efisiensi dari modul PV [9]

2.1.4 Pengaruh Suhu


Sebuah sel PV dapat beroperasi dengan maksimal jika suhu sel tetap
normal (250C), dan kenaikan suhu sel PV akan mengurangi nilai tegangan. Setiap
kenaikan 10C dari suhu sel PV, maka daya yang dihasilkan berkurang sekitar
0,4% atau akan mengurang 2 kali lipat setiap kenaikan 100C[5].

10

Gambar 2. 7 Pengaruh suhu pada arus dan tegangan [5]

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa saat suhu dari sel PV
berpengaruh terhadap tegangan yang dihasilkan sel PV. Saat suhu sel PV sebesar
250C tegangan yang hihasilkan diatas 20V, saat suhu sel PV sebesar 00C tegangan
yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan tegangan yang dihasilkan pada
suhu 250C, dan pada saat suhu sel PV sebesar 400C tegangan yang dihasilkan sel
PV tersebut kurang dari 20V.

2.1.5 Model Matematis Modul Fotovoltaik


Saat tidak ada cahaya yang dapat menghasilkan arus listrik, maka sel PV
berjalan seperti dioda. Saat intensitas cahaya meningkat maka sel PV berfungsi
sebagai sumber energi dan arus. Sel PV dapat dimodelkan dengan rangkaian
pengganti satu dioda

Gambar 2. 8 Rangkaian setara modul PV

Jumlah arus yang dihasilkan oleh satu modul PV dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan seperti dibawah ini:
11

(2.4)
Dengan menggunakan persamaan umum dari dioda, maka rumus diatas
dapat diturukan menjadi,
(

(2.5)
(2.6)

Is merupakan sumber arus yang dihasilkan oleh modul PV yang sebanding dengan
arus saat open-circuit (Isc), Isat merupakan arus saturasi dari dioda, VD merupakan
tegangan pada dioda, A merupakan faktor ideal dioda, VT merupakan tegangan
termal, k merupakan konstanta Boltzman (1.3806 x 10-23 J/K), T merupakan suhu
(K) dan q merupakan muatan elektron (1.602 x 10-19 C).
(2.7)
(2.8)
Isc,n dan Voc,n merupakan arus saat short-circuit dan tegangan open-circuit dari
modul PV, dengan kondisi pengukuran standar (Tn = 250C dan Gn = 1000 W/m2).
T merupakan perubahan suhu, KI merupakan suhu saat Isc dan KV merupakan
suhu saat VOC.
Modul PV yang dirangkai secara seri dengan modul PV lain akan
menghasilkan kenaikan tegangan sesuai dengan persamaan (2.9 dan 2.10). Modul
PV yang dirangkai secara paralel akan menghasilkan kenaikan arus sesuai dengan
persamaan (2.11 dan 2.12).
(2.9)
(2.10)
(2.11)
(2.12)
dengan Voc merupakan tegangan maksimum saat arus dari sel PV sama dengan
nol, Vmp merupakan tegangan saat daya maksimum, Isc merupakan arus yang
mengalir saat tegangan pada sel fotvoltaik sama dengan nol, Imp merupakan arus
saat daya maksimum, M merupakan jumlah modul PV yang dirangkai secara
paralel, dan N merupakan jumlah modul PV yang dirangkai secara seri.

12

2.1.6 Jenis Sel Fotovoltaik


Terdapat beberapa jenis sel PV, tiga diantaranya yaitu:
1. Monocrystalline silicon
Monocrystalline silicon dibuat dari batangan kristal silikon searah yang
dipotong-potong tipis. Sel PV silikon jenis ini memiliki efisiensi yang paling
besar, sekitar 15%-20%.
2. Polycrystalline silicon
Polycrystalline silicon dibuat dari kristal silikon namun kristalnya memiliki
arah yang berbeda-beda. Efisiensi yang dihasilkan tidak sebesar monocrystalline
silicon, yaitu berkisar 13%-15%, tetapi harga di pasaran tidak semahal
monocrystalline silicon.
3. Amorphous silicon
Jenis Amorphous silicon memiliki efisiensi yang paling rendah dari jenis sel
PV yang berbahan dasar silikon, yaitu sebesar 5 % 10%. Merupakan sel PV
paling murah diantara sel PV lainnya, Amorphous PV sering ditemukan pada
peralatan elektronik seperti kalkulator dan jam tangan[2].

2.2 Maximum Power Point Tracker (MPPT)


Suatu sel PV belum tentu akan menghasilkan daya keluaran yang maksimum
walaupun iradiasi sinar matahari yang diterima dalam jumlah yang banyak. Daya
keluaran dari sel PV merupakan hasil perkalian antara arus dan tegangan keluaran
sel PV. Daya maksimum dari sel PV merupakan hasil perkalian dari arus
maximum power point (Imp) dengan tegangan maximum power point (Vmp).

13

Gambar 2. 9 Kurva V-I dan daya dari sel PV

Agar sistem dapat bekerja secara optimal, pada umumnya menggunakan DCDC converter dan algoritma MPPT.

Gambar 2. 10 Tahapan MPPT

Pada tahap

pertama, yaitu untuk memperkirakan tegangan saat daya

maksimum (Vmp) dan membuat agar tegangan sel PV saat beroperasi (Vpv)
mendekati Vmp. Saat tegangan saat open-circuit terukur, Vmp merupakan hasil
perkalian dari Voc dengan faktor k yang merupakan karakteristik dari sel PV.

14

Setelah itu, algoritma mencoba untuk membuat agar nilai dari Vpv mendekati
Vmp dengan menggunakan metode D-optimization.
Setelah itu, software memasuki tahap kedua dengan mekanisme hybrid dari
P&O (Perturb and Observe) dan FOCV (Fraction Open-Circuit Voltage). Disini
P&O diubah-ubah dengan perubahan yang kecil dibandingkan dengan P&O
konvensional untuk mencapai MPP dengan tepat.
Pada tahap ketiga, algoritma telah mencapai MPP. Saat faktor k berubah
secara normal antara 0.7 dan 0.8, nilai nya akan secara dinamik diatur ulang
sesuai dengan perilaku sistem. Jika terjadi perubahan pada atmosfer, maka
algoritma akan kembali pada tahap pertama.

2.3 Fuzzy Logic Control (FLC)


Teori mengenai fuzzy dikembangkan oleh Prof. Lofti Zadeh pada tahun 1965.
Logika benar dan salah dalam logika konvensional tidak dapat mengatasi masalah
gradasi, yang nilainya berada diantara benar dan salah. Untuk mengatasi masalah
tersebut, maka Zadeh mengembangkan sebuah himpunan fuzzy. Sehingga sesuatu
nilai dapat dikatakan benar dan salah disaat yang bersamaan.
Pada dasarnya stuktur logika fuzzy dapat digambarkan seperti berikut

Gambar 2. 11 Sturktur Dasar Logika Fuzzy

2.3.1

Himpunan Fuzzy
Himpunan fuzzy (fuzzy set) merupakan kumpulan objek yang mewakili

keadaan tertentu dalam suatu variabel fuzzy. Himpunan ini merupakan kumpulan
dari nilai crisp, yaitu nilai yang sebenarnya menyatakan konsep relatif, misalnya

15

kecepatan. Pada umumnya, himpunan ini terbatas berbeda dengan ekspresi


cepat, lambat, jauh, dekat yang merupakan nilai pendekatan dan
tergantung pada konteks pembicaraan[8]. Dalam himpunan fuzzy, fungsi
karakteristik A A() dimungkinkan memiliki nilai antara 0 dan 1 yang
menyatakan derajat keanggotaan setiap elemen dalam himpunan yang diberikan.
Suatu himpunan fuzzy dalam suatu semesta pembicaraan U

{} didefinisikan

dengan
A(u)) | uA}

2.3.2

(2.13)

Variabel Linguistik
Variabel linguistik dalam penjabaranya diungkapkan dalam bahasa alami

yang mengikuti pola pikir manusia yang nilainya didefinisikan dengan istilah
linguistik. Pada umumnya variabel yang digunakan seperti negatif big (NB),
negatif medium (NM), zero (Z), dan seterusnya.

2.3.3

Fuzzifikasi

Fuzzifikasi merupakan proses diubahnya variabel non fuzzy (crisp) menjadi


variabel fuzzy. Data input dipetakan kemudian dikonversi menjadi bentuk variabel
linguistik yang sesuai dengan label dari himpunan fuzzy yang telah terdefinisi
untuk input sistem.
Fuzzifikasi memiliki dua komponen utama, yaitu:
1. Fungsi keanggotaan himpunan fuzzy, merupakan kurva yang menunjukan
pemetaan titik titik masukan data ke dalam nilai keanggotaanya (derajat
keanggotaan) yang memiliki interval antara 0 sampai 1.
2. Label, merupakan setiap fungsi keanggotaan dari himpunan fuzzy

2.3.4

Basis Pengetahuan
Basis pengetahuan terdiri dari data base dan rule base. Data base

berfungsi untuk mendefinisikan himpunan fuzzy dari sinyal masukan dan sinyal
keluaran agar dapat digunakan oleh variabel linguistik dalam rule base. Rule base

16

merupakan aturan dalam fuzzy yang biasanya tersusun dengan pernyataan IF


THEN.

2.3.5

Logika Pengambil Keputusan


Logika pengambil keputusan ini sering juga disebut dengan Fuzzy

Inference System (FIS) yang merupakan bagian paling penting dalam logika
fuzzy. Tahap ini mengevaluasi aturan, dimana logika fuzzy mengolah dan
menyimpulkan proses yang tersusun dari aturan IF-THEN.

2.3.6

Deffuzifikasi
Deffuzifikasi merupakan proses mengubah output dari FIS yang masih

berbentuk besaran fuzzy menjadi besaran crisp.

2.4 PLTS
PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) merupakan sistem penghasil energi
listrik dengan memanfaatkan energi dari sinar matahari. Pada umumnya PLTS
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu Stand Alone System (SAS), dan Grid Connected
System (GCS).

17

Gambar 2. 12 Klasifikasi sistem PLTS [2]

2.4.1 Komponen Sistem PLTS


Bagan konfigurasi sistem PLTS

Gambar 2. 13 Bagan konfigurasi PLTS

18

2.4.1.1 Modul PV
Modul PV merupakan komponen utama dalam sistem PV yang mengubah
sinar matahari menjadi listrik. Listrik yang dihasilkan dari modul PV ini
merupakan arus searah (DC). Kapasitas daya modul PV diukur dalam satuan
Watt-peak (Wp) dan merupakan spesifikasi modul PV yang menyatakan besarnya
daya yang bisa dihasilkan oleh modul PV pada saat insolasi surya yang diterima
sebesar 1000 W/m2 dan kondisi suhu lingkungan 250C. Insolasi surya adalah
intensitas radiasi surya rata-rata yang diterima selama satu jam. Daya dan arus
listrik yang dihasilkan modul PV berubah-ubah tergantung pada besar intensitas
radiasi surya yang dihasilkan, dipengaruhi oleh faktor lingkungan, bayangan,
sudut kemiringan instalasi, dan kebersihan permukaan modul[3].
Agar menghasilkan daya yang cukup, beberapa sel PV biasanya dipasang
dalam suatu rangkaian. Pemasangan sel PV yang sudah tergabung dalam suatu
rangkaian disebut modul PV. Sebanyak 80% modul PV dengan menggunakan sel
PV silikon polikristal dan 20% menggunakan sel PV lapisan tipis amorfous
silikon[3]. Modul PV silikon polikristal memiliki efisiensi dan life time yang lebih
tinggi.
Energi

yang dihasilkan oleh rangkaian modul dapat diestimasi

menggunakan persamaan berikut,


Emodul = Pmax x PSH

(2.14)

dengan Pmax merupakan daya maksimum keluaran modul dan PSH (Peak Sun
Hours) adalah jumlah jam dalam satu hari ketika iradiasi mencapai 1000 W/m2.
Iradiasi adalah jumlah radiasi surya yang diterima permukaan bumi dalam suatu
waktu pada suatu permukaan.
Insolasi merupakan integral dari irradiansi terhadap suatu periode waktu,
dinyatakan dengan satuan kWh/m2/hari. Jika insolasi suatu daerah sebesar 7,5
kWh/m2/hari, maka besar PSH yaitu 7,5 jam[2].

19

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari penggunaan modul PV, ada
beberapa parameter yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Suhu
Sebuah sel fotovoltai dapat beroperasi dengan maksimal jika suhu sel tetap
normal (250C), dan kenaikan suhu sel PV akan mengurangi nilai tegangan. Setiap
kenaikan 10C dari suhu sel PV, maka daya yang dihasilkan berkurang sekitar 0,4%
atau akan mengurang 2 kali lipat setiap kenaikan 100C[4].
b. Radiasi matahari (insolation)
Radiasi sinar matahari yang diterima di berbagai lokasi akan berbeda-beda, hal
ini akan berpengaruh pada arus dan juga tegangan yang dihasilkan oleh sel PV.
c. Kecepatan angin
Kecepatan angin di sekitar penempatan sel PV dapat membantu untuk
menurunkan suhu modul atau mendinginkan permukaan modul PV.
d. Keadaan atmosfir
Keadaan lingkungan yang mendung atau berawan, debu, asap, uap air udara
(Rh), kabut, dan polusi sangat menentukan arus dan tegangan keluaran dari modul
PV.
e. Orientasi modul PV
Agar modul PV dapat menghasilkan energi yang maksimum, maka modul PV
yang dipasang menghadap ke arah utara. Karena Kota Bandung berada di bagian
bawah dari garis khatulistiwa.

2.4.1.2 Inverter
Inverter berfungsi mengubah arus searah (DC) yang dihasilkan oleh
baterai menjadi arus bolak-balik (AC) yang dapat dimanfaatkan sesuai spesifikasi
peralatan yang menggunakan listrik AC (120 V atau 240 V, 50 Hz atau 60 Hz).
Selain dapat mengubah arus dari DC menjadi AC atau dari AC menjadi DC,
inverter juga dapat mengatur penggunaan sumber daya listrik, menggunakan
sumber dari PLN atau menggunakan daya listrik yang berasal dari PLTS[3].

20

Gambar 2. 14 Inverter

2.4.1.3 Charge Controller


Charge controller digunakan untuk mengatur aliran listrik dari modul PV
ke baterai dan dari baterai ke beban. Saat baterai sudah penuh maka controller
akan menghentikan proses pengisian listrik dari modul PV ke baterai, begitu juga
sebaliknya. Saat listrik di dalam baterai tinggal 20-30%, charge controller akan
memutus aliran listrik dari baterai ke beban.

Gambar 2. 15 Charge Controller

21

2.4.1.4 Baterai
Baterai berfungsi untuk menyimpan energi dari modul PV sehingga dapat
digunakan pada saat tidak ada sinar matahari. Ada beberapa jenis baterai yang
dapat digunakan untuk sistem PLTS, diantaranya:
a.

Baterai deep cycle lead acid atau yang biasa digunakan pada mobil golf;

b.

Baterai yang biasa digunakan pada kapal selam, dapat digunakan selama
kurang lebih 2-3 tahun.

Kapasitas baterai dinyatakan dengan satuan ampere-hours (Ah). Baterai


dengan kapasitas 100 Ah, tegangan 12 V dapat menyimpan energi sebersar 1200
Wh (12 V x 1000 Ah). Pada umumnya baterai memiliki effisiensi sekitar 80%.
Untuk menghitung kapasitas baterai, dapat digunakan persamaan seperti
berikut[2],
Total kapasitas baterai = (total energi/hari x hari otonomi)/ DOD

(2.15)

dengan DOD (Depth of Discharge) merupakan rasio antara kapasitas energi yang
dapat dikeluarkan dari baterai dengan kapasitas baterai yang tercatat. Hari
otonomi merupakan jumlah hari dimana baterai dapat menyediakan energi tanpa
diisi oleh sumber energi. Pada umumnya otonomi tanpa PLTS sebagai sumber
energinya yaitu sebanyak 2-3 hari, jika menggunakan PLTS sebagai sumber
energi utama, maka hari otonomi menjadi 5-7 hari[2]. Untuk menghitung jumlah
baterai yang akan digunakan dapat dihitung dengan persamaan berikut
Jumlah baterai = total kapasitas baterai / kapasitas per baterai (Ah)x12V

(2.16)

Gambar 2. 16 Baterai

22

Ada beberapa metode yang digunakan untuk proses charge dan discharge,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Proses charge dan discharge dengan arus konstan;
Proses charge dan discharge dengan arus konstant akan berakhir ketika waktu
yang telah diatur terlampaui atau bila kapasitas baterai yang ditentukan telah
terpenuhi.

Gambar 2. 17 Proses charge dengan arus konstan

Gambar 2. 18 Proses discharge dengan arus konstan

b. Proses charge dan discharge dengan daya konstan


Proses charge dengan daya konstan dilakukan ketika tegangan naik dan arus
turun, proses ini berakhir ketika waktu yang telah diatur telah terpenuhi atau
ketika kapasitas baterai terpenuhi. Sedangkan proses discharge dengan daya
konstan dilakukan ketika tegangan baterai turun dan arus naik, proses ini akan
berkhir ketika waktu yang telah diatur telah terlampaui atau saat tegangan beban
telah terpenuhi.

23

Gambar 2. 19 Proses charge dengan daya konstan

Gambar 2. 20 Proses discharge dengan daya konstan

24

BAB 3
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

Modul Maximum Power Point Tracker (MPPT) dibuat agar modul fotovoltaik
dapat menghasilkan daya yang maksimum. Gambar di bawah ini menunjukan
karakteristik dari modul PV yang digunakan di gedung P Fakultas Teknik
Universitas Telkom.

Gambar 3. 1 Karakteristik Skytech SIP-100

Untuk pemodelan dan simulasi untuk modul MPPT ini digunakan beberapa
metode, yaitu metode constant voltage (CV) dan metode perturb and observe
(P&O). Kedua metode ini digunakan untuk mengoreksi nilai dari duty cycle dan
tegangan dari modul PV. Setelah didapatkan nilai duty cycle dan tegangan dari
modul PV,

3.1 Metode Constant Voltage (CV)


Ketika iradiasi lebih besar dibangdingkan dengan nilai tertentu dan perubahan
suhu yang kecil, ada hubungan linear antara tegangan open-circuit dengan
tegangan daya maksimum dari sel PV[7].
(3.1)
25

dimana k merupakan karakteristik dari sel PV, pada umumnya bernilai 0.78 dan
Voc merupakan tegangan open-circuit.

Gambar 3. 2 Flowchart dari Metode CV [7]


Vpv = (1 D) Vmpp

(3.2)

Metode CV merupakan algoritma MPPT yang dapat melacak MPP dengan


cepat dan kontrol yang sederhana, karena mengabaikan pengaruh suhu pada
tegangan keluaran dari sel PV.
Dari bagan alir pada gambar diatas dapat diketahui bahwa setelah mengukur
tegangan keluaran dari modul, jika tegangan keluaran yang dihasilkan dengan
sesuai dengan tegangan daya maksimum (Vmp) maka akan dilakukan pengukuran
ulang. Jika Vpv tidak sesuai dengan Vmp ada dua kemungkinan untuk mengganti
duty-cycle. Jika Vpv lebih besar dari Vmp, maka duty-cycle yang baru merupakan
hasil pengurangan duty-cycle yang lama dengan perubahan duty-cycle. Jika Vpv
lebih kecil dari Vmp, maka duty-cycle yang baru merupakan hasil pertambahan
duty-cycle yang lama dengan perubahan duty-cycle.

3.2 Metode Perturb and Observe (P&O)


Prinsip dasar dari metode ini yaitu algoritma P&O berjalan berdasarkan
perubahan tegangan pada modul PV, kemudian mengobservasi perubahan dari

26

daya keluaran modul PV, dibandingkan dengan daya keluaran pada perubahan
tegangan sebelumnya, jika dayanya mengalami peningkatan, gangguan akan akan
tetap, selain itu, gangguan akan di nilai yang berbeda kemudian diulang dari awal.

Gambar 3. 3 Flowchart dari Metode P&O [7]

Pada bagan alir diatas dapat dilihat bahwa hal yang pertama dilakukan yaitu
mengukur tegangan dan arus keluaran dari modul PV, setelah mendapatkan
tegangan dan arus dari modul PV kemudian dikalikan untuk mendapatkan daya
keluaran dari modul PV. Jika terdapat perubahan pada daya keluaran dari modul
PV yang baru dibandingkan dengan daya keluaran modul PV sebelumnya, maka
akan dilakukan koreksi pada tegangan keluaran dari modul PV.
Jika daya keluaran modul PV lebih besar, dan tegangan keluaran modul juga
lebih besar dibanding tegangan sebelumnya, maka tegangan referensi akan
ditambah dengan besarnya perubahan tegangan yang terjadi. Akan tetapi, jika
daya keluaran modul PV lebih besar dan tegangan keluaran modul lebih kecil
dibanding dengan tegangan sebelumnya, maka tegangan referensi akan dikurang
dengan besarnya perubahan tegangan yang terjadi.

27

Jika daya keluaran modul PV lebih kecil dan tegangan keluaran modul juga
lebih kecil, maka tegangan referensi akan ditambah dengan besarnya perubahan
tegangan yang terjadi. Akan tetapi, jika daya keluaran modul PV lebih kecil dan
tegangan keluaran lebih besar, maka tegangan referensi akan dikurangi dengan
besarnya perubahan tegangan yang terjadi.
Dengan kata lain, tegangan referensi akan ditambah dengan besarnya
perubahan tegangan pada saat daya keluaran lebih besar dan tegangan keluaran
juga lebih besar, atau pada saat daya keluaran lebih kecil dan tegangan keluaran
juga lebih kecil. Tegangan referensi akan dikurang dengan besarnya perubahan
tegangan pada saat daya keluaran lebih besar dan tegangan keluaran lebih kecil,
atau pada saat daya keluaran lebih kecil dan tegangan keluaran lebih besar.

28

DAFTAR PUSTAKA
[1] Handini, Wulandari. (2008). Performa Sel Surya.
[2] Salman, Farhan Jaka. (2013). Perancangan dan Implementasi Sistem
PLTS dan Siheli Pada Gedung Balitbangnovda Sumsel.
[3] Sitompul,

Rislima.

Terbarukan Yang

(2011).

Manual

Pelatihan

Teknologi

Energi

Tepat Untuk Aplikasi Di Masyarakat Pedesaan.

[4] Husain, Ahmad (2013). Implementasi Sistem Pemantauan Kondisi PLTS


Berbasis Web Menggunakan Embedded Arm.
[5] Raharjo, Puloeng (2013). Perancangan Sistem Hybrid Solar Cell Baterai
PLN Menggunakan Programmable Logic Controllers.
[6] Murtaza, Ali. (2014). A Duty Cycle Optimization Based Hybrid Maximum
Power Point Tracker Technique for Photovoltaic Systems.
[7] Liu, Yali. (2013). A Comparative Study of The Maximum Power Point
Tracker Methods for PV Systems.
[8] Ardino, Faried Firdaus. (2010). Perancangan Simulator Peramal Cuaca
Maritim Untuk Kelayakan Pelayaran Studi Kasus: Jalur Surabaya
Banjarmasin.
[9] Nashirul Haq, Irsyad. (2012). Workshop Solar Cell.

29

You might also like