0% found this document useful (0 votes)
41 views

Evaluasi Teknologi Air Minum Isi Ulang Di Dki Jakarta: Oleh: Satmoko Yudo Dan P. Nugro Rahardjo

This document evaluates refill drinking water technology in DKI Jakarta. It discusses how raw water resources for drinking water are decreasing, and rivers in Jakarta are extremely polluted. As a result, many people use commercially sold mineral water or water from over 1,000 refill drinking water depots that have grown over the last ten years. However, the quality of water from the depots is still debatable since there is no standard regulation for water treatment processes. The study aims to evaluate all aspects of technology, management, and services of refill drinking water depots. It assesses water treatment processes and quality, management operations, and the socio-economic conditions of local communities. Water samples from various depots
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
41 views

Evaluasi Teknologi Air Minum Isi Ulang Di Dki Jakarta: Oleh: Satmoko Yudo Dan P. Nugro Rahardjo

This document evaluates refill drinking water technology in DKI Jakarta. It discusses how raw water resources for drinking water are decreasing, and rivers in Jakarta are extremely polluted. As a result, many people use commercially sold mineral water or water from over 1,000 refill drinking water depots that have grown over the last ten years. However, the quality of water from the depots is still debatable since there is no standard regulation for water treatment processes. The study aims to evaluate all aspects of technology, management, and services of refill drinking water depots. It assesses water treatment processes and quality, management operations, and the socio-economic conditions of local communities. Water samples from various depots
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 13

Satmoko Yudo dan P. Nugro Rahardjo : Evaluasi Teknologi Air Minum Isi Ulang JAI Vol. 1 , No.

3 2005

EVALUASI TEKNOLOGI AIR MINUM ISI ULANG DI DKI JAKARTA


Oleh :
Satmoko Yudo dan P. Nugro Rahardjo
Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair, Pusat Pengkajian dan Penerapan
Teknologi Lingkungan BPPT
Abstract
Nowadays raw water resources for drinking water are less and less available, especially
in Jakarta. For example, the condition of most rivers in Jakarta is extremely polluted by
wastewaters, such as domestic and industrial wastewater. Some of industrial wastewater
straightly discharged into the rivers are classified as toxic and hazardous wastewater.
Therefore all rivers in Jakarta are not feasible to be used as the raw water for clean water
treatment processes. Even ground water is not already safe to be used as the raw water
for drinking water, because it has commonly been contaminated by seepage of septic
tanks and polluted surface waters. Because of that, many people living in Jakarta tried to
find other alternatives. Commercially sold mineral water is one good option for supplying
drinking water need, but the prices are relatively expensive for most of people.
There were more than 1,000 refill drinking water depots growing in the last ten years.
They are one of the best answers to many people, but the quality of drinking water is still
debatable. In other word, there is not a standard regulation for the water treatment
processes, so the depots cannot guarantee that the produced water already fulfill the
quality standard of drinking water. In order to give a good service for community living in
Jakarta, it is very important to evaluate all aspects of technology, management and
services.
Keywords : Refill drinking water technology, water treatment processes.

1.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

kebutuhan/permintaan
minum.

masyarakat

akan

air

1.2

Permasalahan
Sejak awal tahun 1998 sampai saat ini
usaha air minum isi ulang terus berkembang
pesat, selain hanya membutuhkan investasi
yang relatif murah antara 20-70 juta, dan juga air
hasil olahannyapun layak diminum karena
sumber air bakunya dari pegunungan, serta
harga jual air yang terjangkau, yaitu sepertiga
dari harga jual air kemasan atau air mineral yang
bermerk.
Namun dengan maraknya isu terjadinya
pencemaran air minum isi ulang oleh bakteri
serta belum adanya standardisasi yang baku
dalam pemrosesan air minum isi ulang, maka
dipandang perlu untuk melakukan evaluasi
secara menyeluruh terhadap teknologi yang
digunakan dalam memproduksi air minum isi
ulang, maupun terhadap kualitas air yang
dihasilkan guna memberi jaminan perlindungan
dan kepercayaan masyarakat sebagai pemakai
air minum isi ulang tersebut.

Laju pertumbuhan penduduk yang cukup


tinggi
setiap
tahun
serta
percepatan
perkembangan pembangunan yang terjadi di
Propinsi DKI Jakarta menyebabkan peningkatan
kebutuhan pelayanan infrastruktur yang sangat
besar termasuk pelayanan air minum. Untuk
mempercepat peningkatan pelayanan air minum
memerlukan dana yang tidak sedikit, sedangkan
kemampuan Perusahan Air Minum sangat
terbatas. Sementara jumlah air tanah sekarang
ini sangat terbatas, kondisi demikian tidak
memungkinkan penggunaan air tanah sebagai
sumber air baku andalan untuk keperluan air
minum masyarakat Jakarta. Selain itu juga
kualitas air tanah diketahui telah tercemar oleh
E. Coli yang berasal dari buangan atau limbah
rumah tangga(1).
Upaya yang telah dilakukan Pemerintah
DKI Jakarta untuk penanggulangan masalah
tersebut selama ini adalah dengan membangun
11 (sebelas) percontohan unit penyediaan air
minum isi ulang yang sudah dioperasikan dan
ratusan unit lainnya yang dipasang oleh
masyarakat sendiri sebagai suatu kegiatan
usaha
dalam
rangka
memenuhi

1.3

Tujuan

Tujuan kajian ini adalah untuk melakukan


evaluasi terhadap teknologi proses air minum isi

251

Satmoko Yudo dan P. Nugro Rahardjo : Evaluasi Teknologi Air Minum Isi Ulang JAI Vol. 1 , No.3 2005

operasional serta permasalahan yang ada saat


ini. Evaluasi kondisi sosial-ekonomi ditujukan
kepada beberapa masyarakat di sekitar lokasi
depot untuk mengetahui tingkat sosial-ekonomi,
serta presepsi masyarakat setempat terhadap air
minum isi ulang tersebut.
Kemudian dilakukan pengambilan sampel
air hasil olahan untuk melihat kualitas hasil
pengolahan air minum isi ulang.

ulang yang sudah tersebar secara luas untuk


mengetahui apakah teknologi yang digunakan
telah memenuhi proses pengolahan untuk air
minum, serta mengetahui kendala-kendala yang
dihadapi dalam operasionalnya dan mencari
solusi pemecahan masalah agar hasil air
olahannya menjadi lebih baik di masa yang akan
datang.
1.4

Manfaat
2.3

Manfaat yang diharapkan dari kegiatan ini


adalah tersedianya standar teknologi untuk
proses produksi air minum isi ulang yang
berkualitas, agar dapat dikonsumsi masyarakat
dan
timbulnya
kepercayaan
masyarakat
terhadap produk air minum isi ulang.

Tahap Pengolahan dan Analisa Data

2.

METODOLOGI

Hasil pengumpulan data kuesioner yang


diperoleh dari observasi lapangan kemudian
diolah dengan bantuan program komputer dan
hasilnya kemudian dianalisa. Sedangkan hasil
pengambilan sampel air hasil olahan dianalisa di
laboratorium dan hasilnya dibandingkan dengan
standar baku mutu air minum.

2.1

Tahap Persiapan

3.

HASIL KEGIATAN

3.1

Proses dan Teknologi Pengolahan Air

Langkah awal dalam setiap kegiatan


penelitian adalah persiapan. Pada tahap
persiapan ini disusun rencana dan urutan
kegiatan. Rencananya, batas wilayah obyek
lokasi kegiatan ini adalah 5 wilayah Jakarta,
yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta
Timur, Jakarta Barat dan Jakarta Selatan.
Langkah berikutnya adalah pelaksanaan survey
lapangan, yaitu melakukan observasi lapangan
yang meliputi pemilihan lokasi sampling di
wilayah yang mempunyai depot air minum isi
ulang. Jumlah depot isi ulang yang akan
dievaluasi meliputi 10 depot yang terdiri dari 2
lokasi di setiap wilayah (lihat Tabel 1).
Gambaran yang diperoleh dari hasil observasi
lapangan digunakan untuk mengevaluasi sistem
teknologi proses pengolahan air yang digunakan.

Proses pengolahan air minum pada intinya


harus dapat menghilangkan semua jenis polutan
baik pencemar fisik-kimia maupun mikrobiologis.
Bahan tersuspensi dapat dihilangkan dengan
cara koagulasi-flokulasi, sedimentasi, filtrasi
pasir atau membran filtrasi (mikrofiltrasi). Bahanbahan terlarut dapat dihilangkan dengan aerasi
(misalnya Fe dan Mn), oksidasi (misalnya
dengan injeksi larutan khlorin, ozonisasi atau
radiasi Ultra Violet), adsorpsi dengan karbon
aktif, atau membran filtrasi (Reverse Osmosis),
kesadahan dengan proses penukar ion.
Teknologi pengolahan air minum isi ulang
yang dikembangkan BPPT telah diaplikasikan
oleh Pemda DKI Jakarta sebagai percontohan di
11 lokasi di wilayah Jakarta Pusat menggunakan
pengolahan air secara lengkap seperti terlihat
pada Gambar 11.
Dari hasil peninjauan lapangan seluruh
depot isi ulang menggunakan dua proses
pengolahan utama, yaitu Proses Filtrasi dan
Sterilisasi (Lihat lampiran gambar 1 s.d. 10).
Umumnya apabila air baku yang akan diolah
mengandung kadar besi atau mangan terlarut
cukup tinggi, maka sebelum proses filtrasi
dilakukan dulu proses oksidasi. Proses oksidasi
ini dilakukan dengan menginjeksi larutan kimia
(kaporit atau kalium permanganat) kemudian
dialirkan ke tangki reaktor.
Tetapi karena air baku yang digunakan
oleh sebagian besar depot isi ulang sudah cukup
baik, karena berasal dari mata air pegunungan,
maka mereka tidak melakukan lagi proses
oksidasi. Akan tetapi bagi sebagian kecil depot
isi ulang yang menggunakan sumber air baku
dari air tanah sebaiknya melakukan proses

2.2. Tahap Survey Lapangan


Sesuai dengan yang telah direncanakan
bahwa survey lapangan meliputi pengambilan
data tentang sistem pengelolaan depot isi ulang
dan tentang kondisi sosial-ekonomi masyarakat
pengguna serta pengambilan sampel air hasil
olahan depot isi ulang.
Pengumpulan data dilakukan dengan
melaksanakan
wawancara terhadap pemilik
atau pengusaha depot air isi ulang dan
masyarakat
disekitarnya.
Wawancara
berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan
yang
disusun dalam sebuah kumpulan kuesioner.
Kuesioner evaluasi terdiri dari dua topik
pertanyaan, yaitu pertanyaan kondisi alat dan
pengelola alat, serta kondisi sosial-ekonomi
masyarakat. Evaluasi kondisi fisik dan teknis
peralatan meliputi kapasitas alat, spesifikasi,
proses pengolahan, kondisi peralatan dan biaya

252

Satmoko Yudo dan P. Nugro Rahardjo : Evaluasi Teknologi Air Minum Isi Ulang JAI Vol. 1 , No.3 2005

oksidasi untuk mengurangi kadar Fe dan Mn


yang biasanya berlebih dalam air tanah.

Proses Sterilisasi
Proses ini untuk membunuh kuman dan
bakteri. Proses sterilisasi ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara, yaitu dengan pemanasan
hingga titik didih air, atau dengan khlorinasi atau
dengan cara ozonisasi dan sinar ultraviolet. Cara
yang paling mudah dan murah adalah dengan
cara khlorinasi, yaitu mencampurkan kaporit ke
dalam air.
Namun pada depot air minum isi ulang,
cara yang paling banyak digunakan adalah
dengan memasang lampu ultraviolet. Air
dialirkan melalui tabung yang dipasang lampu
ultraviolet berintensitas tinggi, sehingga bakteri
terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet. Intensitas
lampu ultraviolet yang dipakai harus cukup, yang
efektif diperlukan intensitas sebesar 30.000 MW
sec/cm (Micro Watt detik per sentimeter
persegi). Proses yang relatif baru adalah
mencampur gas ozon kedalam air, dikenal
dengan nama ozonisasi. Ozon merupakan
oksidator kuat yang mampu membunuh bakteri
patogen, termasuk virus.
Keuntungan penggunaan ozon adalah
pipa, peralatan, dan kemasan akan ikut
disterilkan, sehingga produk yang dihasilkan
akan lebih terjamin selama tidak ada kebocoran
di kemasan ozon generator. Ozon merupakan
bahan yang efektif disamping sangat aman.
Akan tetapi karena ozon bersifat oksidator juga,
maka apabila air baku yang masih mengandung
Fe atau Mn melewati ozonisasi, maka air yang
diproses akan dapat berubah menjadi sedikit
berwarna kekuningan atau kecoklatan (karena
terbentuknya partikel Fe(OH)3). Jadi sebaiknya
air yang akan melewati proses ozonisasi harus
benar-benar bersih.
Dari 10 depot isi ulang seluruhnya telah
menggunakan
proses
sterilisasi
dengan
pemakaian ultraviolet, dan 5 depot telah
menggunakan
gabungan
antara
proses
ozonisasi dan ultraviolet. Jenis dan merk
ultraviolet yang dipasang di setiap depot tidak
sama, bahkan ada yang memasang lebih dari
satu unit alat.

Proses Filtrasi
Filtrasi atau penyaringan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu filtrasi dengan pasir dan
filtrasi membran. Filtrasi pasir untuk memisahkan
partikel berukuran besar (> 3 mikrometer),
mikrofiltrasi membran dapat memisahkan partikel
yang berukuran lebih kecil hingga sekitar 0,08
mikrometer. Ultrafiltrasi dapat memisahkan
makromolekul
dan
nanofiltrasi
dapat
memisahkan mikromolekul. Sedangkan molekul
ion-ion dapat dipisahkan dengan membran
dengan prinsip dasar reverse osmosis. Dengan
demikian, penggunaan mikrofiltrasi dapat
memisahkan
bakteri,
dan
penggunaan
ultrafiltrasi dapat memisahkan selain bakteri juga
virus (ukuran virus setara dengan ukuran
molekul
protein,
yaitu
sekitar
0,02-0,1
mikrometer).
Dalam proses filtrasi, sebagian besar
depot isi ulang melakukan 3 tahap filtrasi.
Pertama filter berisi media pasir, kedua media
mangan zeolit dan ketiga berisi media karbon
aktif. Setiap filter yang berisi media ini
mempunyai masingmasing fungsi. Filter pasir
untuk menyaring partikel-partikel halus dari
tangki air baku. Filter mangan zeolit berfungsi
untuk menghilangkan zat besi atau mangan yang
belum sempat teroksidasi oleh khlorin atau
kaporit. Filter karbon aktif berfungsi untuk
menghilangkan
polutan mikro misalnya zat
organik, deterjen, bau, senyawa phenol serta
untuk menyerap logam berat dan lain-lain. Pada
filter karbon aktif ini terjadi proses adsorpsi
(proses penyerapan zat-zat yang akan
dihilangkan) oleh permukaan pori-pori karbon
aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif
sudah jenuh, atau sudah tidak mampu lagi
menyerap, maka proses penyerapan akan
berhenti, dan pada saat ini karbon aktif harus
diganti dengan karbon aktif yang baru.
Dari 10 depot yang ada terlihat bahwa
dalam proses filtrasi, terdapat 6 depot yang
sudah memasang 3 filter yang berisi mediamedia seperti yang telah disebutkan diatas.
Meskipun masing-masing depot tidak ada
keseragaman dalam ukuran, bentuk maupun
bahan filter.
Kemudian setelah itu air dialirkan ke filter
cartridge. Ukuran cartridge bermacam-macam
mulai dari 1 micron sampai 10 mikron dan
dipergunakan untuk menghilangkan sisa partikel
padatan yang ada di dalam air sehingga air
menjadi benar-benar jernih.
Dari jumlah filter cartridge yang terpasang,
setiap depot memasang dengan jumlah yang
beragam, bahkan terlihat ada yang memasang
secara berlebihan (16 cartridge terpasang seri).

3.2

Sistem Pengelolaan Depot Air Isi Ulang

Aspek pengelolaan alat ditinjau untuk


mengetahui bagaimana sistem pengelolaan yang
mereka laksanakan secara rutin, misalnya
melakukan
pencucian
filter
(back-wash),
pencucian
dan
pengisian
botol
galon,
penggantian media filter, pemeriksaan kualitas
air secara berkala, biaya pemeliharaan/
perbaikan kerusakan, operator dan lain
sebagainya.
Kunci dari sistem pengelolaan depot air isi
ulang adalah pada kualitas operatornya. Tugas

253

Satmoko Yudo dan P. Nugro Rahardjo : Evaluasi Teknologi Air Minum Isi Ulang JAI Vol. 1 , No.3 2005

yang berlokasi di Pejaten (NIS) mencapai 324


ppm, sementara yang di Cipayung lebih rendah
lagi, yaitu 213 ppm. Dua angka ini masih
memenuhi standar baku mutu air minum, bahkan
masih jauh dari batas yang dianjurkan (< 500
ppm).
Dilihat dari sudut masyarakat pengguna
atau konsumen, ternyata pada umumnya
masyarakat
konsumen
tidak
pernah
mengeluhkan tentang kualitas air dari depot air
minum isi ulang yang menjualnya. Selama ini
memang hampir tidak ada keluhan dari pihak
konsumen, tetapi hal itu karena konsumen
sendiri juga tidak mengetahui syarat-syarat air
minum yang sesuai Permenkes RI yang berlaku.
Jarang sekali seorang pembeli menanyakan
kualitas air minum isi ulang yang mau dibelinya
dan kemudian membandingkan dengan baku
mutu kualitas air minum yang berlaku.

seorang operator adalah selain melakukan


pengoperasian sistem pengolahan air, juga
melakukan perawatan atau pemeliharaan secara
disiplin. Tingkat pendidikan para operator pada
usaha-usaha depot air isi ulang umumnya
adalah setara dengan SMU. Tingkat pendidikan
ini sudah cukup, namun harus sudah
memperoleh paling tidak training atau pelatihan
pengoperasian proses pengolahan air isi ulang.
Kenyataan di lapangan adalah banyak operator
yang tidak menguasai betul apa fungsi dan
kharakter dari unit-unit proses dan perangkat
proses pengolahan air yang ada. Mereka
umumnya hanya diperintahkan menjalankan
operasi dengan cara yang sangat sederhana,
yaitu tekan tombol dan buka-tutup kran. Cara
penguasaan pengoperasian seperti ini sungguh
mengkhawatirkan,
terutama
bila
terjadi
kontaminasi terhadap air baku yang digunakan.
Karena kondisi yang seperti itu, maka
pihak pemilik modal ada yang merangkai unitunit pemroses pengolahan air minum dengan
over design, misalnya dengan menerapkan 16
filter cartridge yang dipasang paralel 4 jalur dan
setiap terdiri dari 4 buah filter cartridge yang
dipasang seri. Rangkaian seperti ini memang
bagus, tetapi yang lebih penting lagi adalah cara
perawatannya, misalnya pencucian filter secara
berkala yang dilakukan sesuai dengan prosedur
yang baku.
Satu hal yang sangat tidak baik adalah
bila dilihat dari segi kebersihan ruang proses
pengolahan air. Pada umumnya ruang proses
yang terletak di belakang etalase tampak kotor
dan berantakan. Ruang proses ini memang
tersembunyi, karena ada pada bagian dalam,
tetapi secara estetika hal ini tidak dapat diterima
standar operasi. Bagaimana mungkin unit atau
instalasi pengolah air minum terlihat kotor dan
berkesan tidak teratur.
3.3

3.4

Persepsi Masyarakat Terhadap Depot


Air Minum Isi Ulang

Keberadaan depot-depot air minum isi


ulang yang secara kuantitas melonjak sangat
tinggi pada awal tahun 90-an, pada umumnya
dapat diterima oleh masyarakat banyak yang
juga mengkonsumsi air isi ulang tersebut baik
secara langsung atau tidak. Dari hasil survey
wawancara dengan masyarakat konsumen,
umumnya (sebesar 68%) melihat bahwa air
minum isi ulang tersebut sangat praktis dan
sudah dapat langsung diminum tanpa harus
memasak lagi (Lihat grafik 12). Artinya bila
membeli air tersebut, maka praktis mereka juga
merasa telah menghemat pengeluaran biaya
untuk keperluan energinya (listrik atau bahan
bakar gas atau minyak. Di lain pihak, bagi
pemroduksi air minum dalam kemasan yang
umumnya bermodal jauh lebih besar, tentu saja
kehadiran depot-depot air isi ulang tersebut
menyebabkan persaingan perdagangan air
minum semakin meningkat.

Kualitas Air

Berdasarkan hasil analisa laboratorium


terhadap ke sepuluh contoh air yang berasal dari
10 Depot Air Isi Ulang yang disurvey, pada
umumnya seluruhnya memenuhi baku mutu air
minum (sesuai Permenkes tahun 2001 dan Baku
Mutu SNI 01-3553/1996) salah satu hasil analisa
dapat dilihat pada Tabel 2, terutama secara
kimia dan fisika. Terpenuhinya syarat kualitas
tersebut dapat diprediksi sebelumnya, karena air
baku yang digunakan sebenarnya sudah
memenuhi baku mutu secara kimia dan fisika,
walaupun belum secara biologi. Dari 10 depot
tersebut, terdapat 2 depot yang menggunakan
sumber air baku dari air tanah dalam (> 30
meter). Berdasarkan pengukuran langsung pada
dua lokasi tersebut diperoleh gambaran bahwa
kandungan padatan terlarut total (TDS) di depot

4.

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1

Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi melalui


pendekatan survai terhadap pengelola/pemilik
atau operator, dan pemeriksaan sistem
operasional alat pada alat pengolah air siap
minum atau isi ulang yang telah dibangun
masyarakat maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:

254

Secara manfaat terhadap masyarakat


diperoleh hasil bahwa usaha air minum isi
ulang memang dibutuhkan oleh masyarakat.
Ada korelasi saling membutuhkan yang

Satmoko Yudo dan P. Nugro Rahardjo : Evaluasi Teknologi Air Minum Isi Ulang JAI Vol. 1 , No.3 2005

sangat besar antara usaha air minum isi


ulang yang sudah beroperasi dengan
pengguna/pelanggan. Misalnya masyarakat
memilih air minum isi ulang selain harganya
terjangkau juga lebih mudah diperoleh
dalam waktu dan jarak yang lebih dekat.
Kaitan selanjutnya memang juga mengarah
pada penghematan biaya bahan bakar
minyak, misalnya untuk memasak air.
Berdasarkan kualitas air minum yang
diproduksi
terlihat
bahwa
secara
keseluruhan memenuhi baku mutu air
minum, dengan kisaran nilai TDS (Total
Dissolved Solid) antara 41 ppm sampai
dengan 172 ppm.
Secara estetika performance dari segi fisik
etalase untuk kegiatan usaha tersebut 90%
sudah
menunjukkan
kebersihan
dan
hieginitas yang baik. Selebihnya (10%)
masih kurang memenuhi syarat kebersihan
dan hieginitas. Sementara itu pada bagian
dalam, yaitu sistem pengolahan air, seperti
peralatan pompa-pompa, tabung filter pasir
dan karbon aktif, Cartridge filter, tangkitangki air baku dan air hasil pengolahan
masih tidak tertata rapi dan memberikan
kesan kurang terpelihara/terawat, sehingga
tampak agak kotor.
Kualitas SDM (Sumber Daya Manusia)
sebagian besar pengelola maupun operator
kurang menguasai betul syarat-syarat SOP
(Standard Operation Procedure) untuk
pengoperasian
unit
usaha
tersebut.
Umumnya operator atau yang juga sekaligus
merangkap sebagai pelayan penjualan
hanya melakukan pembilasan, pengisian
dan penutupan botol galon.
Seluruh proses teknologi pengolahan air
minum isi ulang yang digunakan dan jelasjelas sudah menggunakan air baku dengan
kualitas yang baik (seperti air dari sumber
mata air pegunungan dan air tanah dalam),
menunjukkan sudah memenuhi standar alur
proses pengolahan yang dibutuhkan. Dari
segi urutan proses, ada beberapa pengelola
yang berbeda dalam hal penempatan unit
pemroses, seperti Cartridge filter, yang
diletakkan sebelum tangki penampungan air
hasil olahan atau sesudahnya. Bahkan
penggunaan unit UV (Ultra Violet) pada
beberapa pengelola terlihat berlebihan, yaitu
sampai dua atau bahkan tiga kali proses.
Dalam hal manajemen pengelolaan, secara
umum usaha ini dilaksanakan dengan
sistem kekeluargaan, sehingga disiplin
operator atau penjual terkesan kurang
profesional atau kurang cepat dan tanggap
dalam pelayanan kepada pembeli atau calon
pembeli.
Demikian
juga
dalam
hal
pemasarannya, ternyata dari seluruh unit

4.2

255

usaha kegiatan air minum isi ulang belum


dilakukan promosi, baik melalui penyebaran
brosur/selebaran ataupun spanduk.
Dengan
modal
investasi
antara
Rp.10.000.000,- sampai Rp.40.000.000,masyarakat sudah dapat membuka usaha
air siap minum atau isi ulang. Semakin
banyak masyarakat dapat membangun alat
ini maka program Penyediaan air minum
berbasis masyarakat akan terus berlanjut.
Tercipta suatu lapangan kerja baru sebab
semakin banyak usaha air minum isi ulang
semakin banyak pula masyarakat menikmati
air minum dengan kualitas air minum yang
memenuhi baku mutu, maka terbuka pula
kesempatan tenaga kerja dengan upah yang
cukup baik.
Dilihat dari segi manfaat, memang sebagian
usaha kegiatan ini sudah menunjukkan hasil
seperti yang sudah diharapkan. Dijumpai
pula satu kasus menarik, yaitu bahwa untuk
suatu kawasan yang rata-rata kualitas air
tanahnya buruk (misalnya daerah Jakarta
Utara dan Barat), dimana sumber air
tanahnya agak payau, ternyata keberadaan
air minum isi ulang sangat berarti besar bagi
masyarakat. Lainnya halnya untuk kawasan
Jakarta Selatan yang ditemukan kadar besi
dan mangan yang berlebih pada sumber air
tanahnya, sehingga banyak masyarakat
yang memenuhi kebutuhan air minum dan
masaknya dengan membeli air minum isi
ulang tersebut.
Saran-saran
Diperlukan pelatihan untuk operator untuk
meningkatkan kemampuan mengoperasikan
alat,
kebersihan/pemeliharaan
sistem
peralatan
dan
lingkungan,
mampu
mengambil keputusan dalam bertindak,
meningkatkan motivasi bisnis, sehingga alat
yang telah dibangun dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin. Di setiap lokasi perlu
dipasang
atau
diberikan
Petunjuk
Operasional Alat, sehingga menjadi acuan
agar operator bertindak sesuai prosedur.
Berdasarkan pengamatan langsung, terlihat
bahwa proses pengolahan dari setiap usaha
air siap minum/isi ulang ini sangat beragam.
Karena itu dibutuhkan pula standarisasi
sistem pemroses dan teknologi yang
digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
pengolahan air minum isi ulang. Tentunya
diperlukan suatu regulasi standar yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang
untuk proses pengolahan air siap minum/isi
ulang, agar kesehatan masyarakat lebih
terjamin.

Satmoko Yudo dan P. Nugro Rahardjo : Evaluasi Teknologi Air Minum Isi Ulang JAI Vol. 1 , No.3 2005

Untuk
meningkatkan
keberdayaan
masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan
air bersih atau air minum, dibutuhkan suatu
hubungan yang sehat antara pengelola unit
air minum isi ulang dan masyarakat umum
sebagai konsumen. Sedangkan untuk
meningkatkan penjualan diperlukan usaha
pemasaran dan manajemen usaha yang
baik. Sebaliknya dari pihak masyarakat
sebenarnya juga dibutuhkan masukanmasukan atau kritik membangun yang pasti
sangat berguna bagi pengelola atau
pengusaha air minum isi ulang tersebut.
Keberdayaan masyarakat dapat ditunjukkan
misalnya dengan mengetahui betul standar
atau tingkat kualitas air minum yang mereka
butuhkan,
sehingga
apabila
mereka
memperoleh air minum yang tidak
memenuhi syarat baku mutu air minum,
maka mereka segera dapat segera tergerak
untuk
menyampaikan
keluhan
atau
complaint paling tidak pada unit usaha yang
bersangkutan, atau bahkan mungkin ada
suatu wadah tertentu untuk melindungi
masyarakat sebagai konsumen.
Mengingat bahwa usaha air minum isi ulang
ini adalah industri skala kecil, jika diharuskan
pemeriksaan kualitas air secara rutin sesuai
dengan KepMen Kesehatan No. 907 Tahun
2002 akan sangat memberatkan. Untuk
mengatasi hal tersebut pemeriksaan lengkap
kualitas air dilakukan 1 tahun sekali
sedangkan pemeriksaan rutin hanya untuk
parameter
bakteriologis
(Coli)
yang
dilakukan setiap 3 bulan sekali. Hal ini
mengingat air baku yang digunakan

umumnya adalah air sumber yang berasal


dari pegunungan dimana kualitasnya relatif
baik dan konstan/stabil.
Kewenangan pemeriksaan masih belum
diketahui oleh pengelola secara jelas,
menurut responden selama ini yang
melakukan pemeriksaan adalah dari Dinas
Kesehatan, akan tetapi mereka tidak pernah
mendapatkan hasil analisa kualitas hasil
olahan.
Sebaiknya
memberlakukan
peraturan yang jelas bagi usaha air minum
isi ulang dalam memeriksakan kualitas air
minumnya secara periodik dan sebaiknya
disosialisasi kepada pengusaha / pengelola.

DAFTAR PUSTAKA
1. Satmoko Yudo, Nusa Idaman Said, Masalah
Pencemaran Air Di Jakarta, Sumber dan
Alternatif
Penanggulangannya,
Jurnal
Teknologi Lingkungan, Vol. 2 No. 2, Mei,
2001. ISSN:1411-318x.
2. P. Nugro Rahardjo, Teknologi Pengolahan
Air , Buku Pelatihan Teknologi Pengelolaan
dan Pengolahan Air Bersih, Juni, 2003.
3. Tchobanoglous, G. & Schroeder, D.Edward,
Water Quality, Addison-Wesley Publishing
Company, United States of America, 1987.
4. Water Treatment Handbook, Lavoisier
Publishing, Sixth Edition, 1991.

LAMPIRAN
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Tabel 1. Daftar Lokasi Alat Pengolah Air Siap Minum


Alamat
Kelurahan
Kecamatan
Wilayah
Jl. Johar Baru Utara III RT/RW
Johar Baru
Johar Baru
Jakarta Pusat
002/03
Jl. Percetakan Negara II RT/RW
Johar Baru
Johar Baru
Jakarta Pusat
003/03
Jl. Marunda Tiram
Merunda
Cilincing
Jakarta Utara
RT/RW 002/04
Jl. Sungai Tiram
Merunda
Cilincing
Jakarta Utara
RT/RW 006/06
Jl. AMD No. 34
Meruya Utara Kembangan
Jakarta Barat
RT/RW 003/03
Jl. Kembang Kerep RT/RW 003/03 Meruya Utara Kembangan
Jakarta Barat
Jl. Agung Raya I
Lenteng
Jagakarsa
Jakarta
RT/RW 009/02
Agung
Selatan
Jl. NIS - Jeruk Purut
Cilandak
Pasar Minggu
Jakarta
RT/RW 003/03
Timur
Selatan
Jl. Mandor Hasan/ Jl. Tengki
Cipayung
Cipayung
Jakarta Timur
RT/RW 003/03
Jl. Raya Hankam Cipayung
Cipayung
Cipayung
Jakarta Timur
RT/RW 006/03

256

Pemilik
Bpk Rian
Ibu Ade Ernawati
PD SS Cab.
Rasban
Ayu Burhannudin
Mukti Ali
Ibu Ani
Mahdi
Subiyanto
Bpk. HM. Soleh
Bpk. Drs. Suharjo

Satmoko Yudo dan P. Nugro Rahardjo : Evaluasi Teknologi Air Minum Isi Ulang JAI Vol. 1 , No.3 2005

BEBERAPA PROSES PENGOLAHAN DEPOT AIR MINUM ISI ULANG

Nama Toko

Tahun Pembuatan

Airqu

No. 01

2004

Gambar 1 : Proses Pengolahan Air Minum Isi Ulang di Jl. Percetakan Negara II RT/RW 003/03 Kel.
Johar Baru, Kec. Johar Baru Jakarta Pusat

Nama Toko

Tahun Pembuatan

Tirta Sari

No. 02

2004

Gambar 2 : Proses Pengolahan Air Minum Isi Ulang di Jl. Johar Baru Utara III No. 20
Kel. Johar Baru, Kec. Johar Baru Jakarta Pusat

257

Satmoko Yudo dan P. Nugro Rahardjo : Evaluasi Teknologi Air Minum Isi Ulang JAI Vol. 1 , No.3 2005

Nama Toko

Ayu

Tahun Pembuatan

2003

No. 03

Gambar 3 : Proses Pengolahan Air Minum Isi Ulang di Jl. Sungai Tiram RT/RW 006/06
Kel. Marunda, Kec. Cilincing Jakarta Utara

Nama Toko

Tahun Pembuatan

Water One

No. 04

2001

Gambar 4 : Proses Pengolahan Air Minum Isi Ulang di Jl. Sungai Marunda Tiram RT/RW 002/04 Kel.
Marunda, Kec. Cilincing Jakarta Utara

258

Satmoko Yudo dan P. Nugro Rahardjo : Evaluasi Teknologi Air Minum Isi Ulang JAI Vol. 1 , No.3 2005

Nama Toko

Tahun Pembuatan

AM21

No. 05

2001

Gambar 5 : Proses Pengolahan Air Minum Isi Ulang di Jl. Kembang Kerep No. 18 RT/RW 005/06 Kel.
Meruya Utara, Kec. Kembangan Jakarta Barat

Nama Toko

AG22

Tahun Pembuatan

2002

No. 06

Gambar 6 : Proses Pengolahan Air Minum Isi Ulang di Jl. Kembang Kerep No. 99A RT/RW 002/02 Kel.
Meruya Utara, Kec. Kembangan Jakarta Barat

259

Satmoko Yudo dan P. Nugro Rahardjo : Evaluasi Teknologi Air Minum Isi Ulang JAI Vol. 1 , No.3 2005

Nama Toko

Citra Qua

Tahun Pembuatan

2002

No. 07

Gambar 7 : Proses Pengolahan Air Minum Isi Ulang di Jl. Mandor Hasan RT/RW 001/02
Kel. Cipayung, Kec. Cipayung Jakarta Timur

Nama Toko

Akua Fajri

Tahun Pembuatan

2003

No. 08

Gambar 8 : Proses Pengolahan Air Minum Isi Ulang di Jl. Raya Hankam No. 104A RT/RW 006/03 Kel.
Cipayung, Kec. Cipayung Jakarta Timur

260

Satmoko Yudo dan P. Nugro Rahardjo : Evaluasi Teknologi Air Minum Isi Ulang JAI Vol. 1 , No.3 2005

Nama Toko

Kube Melati

Tahun Pembuatan

2001

No. 09

Gambar 9 : Proses Pengolahan Air Minum Isi Ulang di Jl. Agung Raya 1A No. 30 RT/RW 009/02 Kel.
Lenteng Agung, Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan

Nama Toko

Karang Taruna

Tahun Pembuatan

2004

Gambar 10 : Proses Pengolahan Air Minum Isi Ulang di Jl. NIS Jeruk Purut RT/RW 003/03
Kel.Cilandak Timur, Kec.Pasar Minggu Jakarta Selatan

261

No. 10

Satmoko Yudo dan P. Nugro Rahardjo : Evaluasi Teknologi Air Minum Isi Ulang JAI Vol. 1 , No.3 2005

Gambar 11 : Proses Pengolahan Air Minum Isi Ulang Secara Lengkap

Alasan Membeli Air Minum Isi Ulang

14,89

Lainnya
2,13

Tidak ada pilihan lain

8,51

Lebih baik kualitas air minumnya

6,38

Lebih murah dari air minum lainnya

68,09

Praktis, tidak perlu memasak air


0

10

20

30

40
%

Grafik 12 : Beberapa Alasan Masyarakat Membeli Air Minum Isi Ulang

262

50

60

70

Satmoko Yudo dan P. Nugro Rahardjo : Evaluasi Teknologi Air Minum Isi Ulang
2005

JAI Vol. 1 , No.3

Tabel 2 : Hasil Analisa Lab. Depot Isi Ulang milik Fadjri yang berlokasi di
Jl. Hankam Cipayung, Jakarta Timur
NO.
A.
1.
2.
3.
4.
5.
B
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
C.
1.
2.
3.
4.

PARAMETER
FISIKA
Bau
Rasa
Warna
Kekeruhan
Zat padat terlarut (TDS)
KIMIA
PH (268C)
Kesadahan total (CaC03)
Zat organik (KMn04)
Nitrat (N03-N)
Nitrit (N02-N)
Amonia (NH4)
Sulfat (S04)
Fluorida (F)
Fluorida (F)
Sianida (CN)
Besi (Fe)
Mangan (Mn)
C12 bebas
Timbal (Pb)
Tembaga (Cu)
Kadmium (Cd)
Air Raksa (Hg)
Arsen (as)

SATUAN

BAKU *)
MUTU

HASIL

Pt-Co
NTU
Mg/l

Tdk berbau
Normal
5
5
500

Tdk berbau
Normal
<1
<1
144

SNI. 01-3554-1998, butir 2.2


SNI. 01-3554-1998, butir 2.2
SNI. 01-3554-1998, butir 2.1
SNI. 01-3554-1998, butir 4
SNI. 01-3554-1998, butir 6

Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l

6,5-8,5
150
1,0
45
0,005
0,15
200
250
1,0
0,05
0,3
0,05
0,1
0,005
0,5
0,005
0,001
0,05

7,0
86,4
< 0,2
< 0,1
< 0,002
< 0,01
5,7
14,6
0,14
< 0,005
< 0,06
<0,02
< 0,01
< 0,005
< 0,02
< 0.003
< 0,0005
< 0,005

SNI. 01-3554-1998, butir 3


SNI. 01-3554-1998, butir 5
SNI. 01-3554-1998, butir 7
SNI. 06-2480-1991
SNI. 01-3554-1998, butir 9
SNI. 01-3554-1998, butir 10
SNI. 01-3554-1998, butir 11
SNI. 01-3554-1998, butir 12
SNI. 01-3554-1998, butir 13
SNI. 01-3554-1998, butir 14
SNI. 01-3554-1998, butir 15
SNI. 01-3554-1998, butir 16
SNI. 01-3554-1998, butir 19
SNI. 01-3554-1998, butir 17.1
SNI. 01-3554-1998, butir 17.2
SNI. 01-3554-1998, butir 17.3
SNI. 01-3554-1998, butir 17.4
SNI. 01-3554-1998, butir 18

0
<2
Negatif
Negatif

SNI. 01-3554-1998, butir 20.1


SNI. 01-3554-1998, butir 20.2
SNI. 01-3554-1998, butir 20.3
SNI. 01-3554-1998, butir 20.4

MIKROBIOLOGI
Angka Lempeng Total Awal
Koloni/ml
100
Koliform
MPN/100 ml
<2
C. Perfrigens
Negatif/100ml
Salmonelia
Negatif/100 ml
Keterangan : *) = Baku Mutu Air Kemasan SNI-01-3553-1996
<) = lebih kecil

METODE

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil analisis fisika, kimia dan mikrobiologi diatas, air tersebut sudah memenuhi syarat air
minum kemasan sesuai Baku Mutu SNI 01-3553/1996

263

You might also like