0% found this document useful (0 votes)
195 views

Journal Soekartawi

The document discusses several important considerations for analyzing an Integrated Agro-Industry System (IAS). It notes that IAS aims to integrate the functions and roles of agro-industry components to achieve better long-term outcomes, including increasing incomes and national economic strengthening. Some key factors that must be considered in implementing IAS and agro-industrial development policies include: human resources, access to productive resources, access to markets and infrastructure, technology and knowledge, natural resource management, macroeconomic policies, and the need for exceptional policies beyond business as usual. International organizations also influence development levels between countries.

Uploaded by

Sari Chimi
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
195 views

Journal Soekartawi

The document discusses several important considerations for analyzing an Integrated Agro-Industry System (IAS). It notes that IAS aims to integrate the functions and roles of agro-industry components to achieve better long-term outcomes, including increasing incomes and national economic strengthening. Some key factors that must be considered in implementing IAS and agro-industrial development policies include: human resources, access to productive resources, access to markets and infrastructure, technology and knowledge, natural resource management, macroeconomic policies, and the need for exceptional policies beyond business as usual. International organizations also influence development levels between countries.

Uploaded by

Sari Chimi
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 17

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1.

No 2 Desember 2007)

31

BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


DALAM MELAKUKAN ANALISIS SISTEM AGROINDUSTRI TERPADU
Soekartawi1
1
Guru Besar Universitas Brawijaya,
Pengamat dan Penulis masalah-masalah pertanian dan agro-industri
([email protected])

ABSTRACT
The term of agro-industry has widely used as an umbrella to describe the business of food
producers, processors, sellers, and services. Briefly, the definitions of agro-industry can be
grouped into two different approaches. The first is an industry using agricultural products as its
main input material, thus, agro-industrial studies emphasize the food processing management
within agro-based enterprises that process mainly agricultural products. The second relates to a
development stage, placing agro-industry between agricultural and industrial development where
it is often used for sustainable agricultural development, sustainable agro-industrial development,
and sustainable development.
In order to gain maximum outcome effectively and efficiently, the implementation of the above
concepts is named Integrated Agro-industry System (IAS), i.e. the integration of the function and
role of agro-industry components for making better outcome in the relatively long period. IAS is
expected to contribute more significantly in (a) enhancing income and profitability for producers
or processors and ultimately increasing the welfare of society and (b) strengthening national
economy. Furthermore, IAS shall consider the following unfinished agendas, i.e. (a) rising
agricultural population and the declining role of agriculture; (b) rising of urban drift of rural
workers may affect the agro/rural industries; (c) if point (b) happened then accelerating growth
of the agro-industrial sector will face lack of un-trained personnel; (d) growing the negative
impacts of using natural and agricultural resources for industry; and (e) shrinking subsistence
farming versus increased cash cropping, coinciding with the depletion of forests, soil and a rise in
plant and animal diseases.
Keywords : Agribusiness, Integrated Agro-industry System and Agro-industrial Development
PENDAHULUAN
Dalam sejarah pembangunan ekonomi di
berbagai

negara,

diakui

bahwa

sektor

pertanian memegang peranan penting di saatsaat

awalnya.

Karena

perkembangan

pemanfaatan teknologi di sektor tersebut,


maka

peran

perekonomian
digantikan

sektor

pertanian

nasional,
oleh

sektor

secara

terhadap
gradual,

agro-industri.

Pentingnya agro-industri dalam perekonomian


suatu negara telah dibahas oleh para ahli.
Untuk Indonesia, dapat dibaca di buku atau
tulisan Soekartawi (1996a, 2000d, 2002g),
Baroroh dan Hanafiah (2004), dan Saragih

South East Asia (AESSEA) dengan laporannya


yang berjudul The Economics and Prospects of
Agroindustrial Development in Southeast Asia
(Librero and Villegas, 1990). Di tingkat dunia,
banyak artikel yang membahasnya, antara lain
United Nations Development Program (UNDP)
dalam laporannya yang berjudul Dynamic
Technological Initiatives for Emerging AgroIndustrial Export Winners.
Pada intinya, peran agro-industri dalam
perekonomian nasional suatu negara adalah
sebagai berikut:

agribisnis

(2003). Di tingkat Asia Tenggara, peran agroindustri terhadap perekonomian nasional telah
dibahas oleh Agricultural Economics Society of
Soekartawi

Mampu meningkatkan pendapatan pelaku


khususnya

dan

pendapatan

masyarakat pada umumnya,

Mampu menyerap tenaga kerja,

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan


dalam Melakukan Analisis Sistem Agroindustri Terpadu

32

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007)

Mampu meningkatkan perolehan devisa,

b.

Sumberdaya manusia (SDM). Peningkatan

dan

SDM,

Mampu menumbuhkan industri yang lain,

pendidikannya,

khususnya industri pedesaan.

kesehatannya, atau lainnya hendaknya

Pinstrup-Andersen

dan

Pandya-Lorch

(2001) dalam bukunya yang berjudul The

apakah

itu

Akses

ke

sumberdaya

ketenaga-kerjaan.
hendaknya

Degradation,

Environmental

mengemukakan

bahwa

sisi

terus ditingkatkan.
c.

Hunger,

and

dari

keterampilannya,

Unfinished Agenda: Perspective on Overcoming


Poverty

dilihat

produktif

Setiap

senantiasa

dan

kebijakan

diarahkan

pada

agro-

kemampuan

industri juga berkaitan erat dengan masalah

memperoleh

kemiskinan dan kecukupan serta keamanan

produktif agar mereka bisa memperoleh

pangan. Mereka berpendapat bahwa masalah

pekerjaan

kemiskinan,

kebutuhannya.

ketidak-cukupan

pangan

dan

masyarakat
akses
dan

untuk

ke

bisa

sumberdaya

dapat

mencukupi

Kebijakan

ini

penting

keamanan pangan merupakan masalah yang

karena sekitar 70-75% golongan miskin

tiada habis-habisnya. Karena itulah mereka

tinggal di pedesaan dengan sumberdaya

bersama

ahli-ahli

dari

International

Food

Policy Research Institute (IFPRI) mempelopori

yang sangat terbatas.


d.

Akses

ke

pasar,

program yang dinamakan 2020 Vision for

kelembagaan.

Food,

Agriculture

Environment.

lemahnya golongan miskin memperoleh


akses terhadap pasar, infrastruktur dan

Putting the Knowledge to Work for the Poor,

kelembagaan,

Andersen dan Lorch menekankan pentingnya

kebijakan yang memihak ke golongan ini.

prioritas

the

dan

menunjukkan

Dalam tulisannya yang lain yang berjudul

memberi

and

infrastruktur

Kenyataan

terhadap

pelaksanaan

e.

sehingga

diperlukan

Pengetahuan dan teknologi. Keduanya

program aksi (policy actions) penanggulangan

penting

masalah pangan dan kemiskinan ini baik dari

membangunan

kalangan pemerintah maupun dari masyarakat.

pertanian

karena

diperlukan
peningkatan

yang

untuk
industri

berkelanjutan.

Peran

Menurut ahli-ahli dari IFPRI (Pinstrup-

pengetahuan dan teknologi diperlukan

Andersen et al, 2001) menyebutkan beberapa

untuk meningkatkan industri pertanian

hal yang perlu diperhatikan dalam program

yang mampu bersaing. Menurut UNDP

aksi ini, yaitu:

(Sharif, 1995) dalam tulisan yang berjudul

a.

International driving force. Dalam konteks

Dynamic

ini

Energizing

hendaknya

diperhatikan

pengaruh

perubahan

globalisasi

dan

Organisasi

internasional

Trade

Organization

Agriculture
lainnya,

bisa

Export

teknologi.

Winners menekankan bahwa agar produk

World

industri pertanian bisa bersaing di pasar

(WTO),

Food

global,

(FAO)

atau

memenuhi kriteria sebagai berikut:

bekerja

sama

dengan pemerintah dan masyarakat untuk


membuat kebijakan yang bisa mendorong
terciptanya

Initiatives for

Agro-industrial

seperti

Organization

diminta

Technological

penanggulangan

cukupan pangan dan kemiskinan.

maka

Kualitas

produk

tersebut

produknya

baik

harus
dan

konsisten,

ketidak-

Produknya

khas

dan

mempunyai

karakter tertentu (unique feature),

Produknya

cepat

bisa

memenuhi

kebutuhan konsumen, dan


Soekartawi

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan


dalam Melakukan Analisis Sistem Agroindustri Terpadu

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007)

Produknya

mempunyai

karakter

greener image (ramah lingkungan).


f.

Manajemen

sumberdaya

alam

(SDA).

Banyak contoh yang menunjukkan bahwa


manajemen

sumberdaya

alam

h.

Sementara

transfer

teknologi

adalah relatif lamban di negara berkembang,


maka perkembangan agro-industri di negara
berkembang juga berjalan relatif lamban.

dan

Oleh karena itulah maka CGIAR-ISNAR

lingkungan yang buruk bisa mengganggu

(Anonymous,

kesediaan

menyarankan agar terjadi kerjasama antara

pangan

atau

produk

agro-

industri yang berkelanjutan.


g.

pemerintah.

33

Kebijakan

ekonomi

2003;

Soekartawi,

2003)

swasta dan pemerintah di bidang penelitian

makro

dan

good

agro-industri,

agar

produknya

bisa

governance, serta

dimanfaatkan bersama sebagai the driving

Perlu kebijakan yang luar biasa (no

force (faktor penggerak) dalam pembangunan

more business as usual).

agro-industri.

Mengapa

delapan

kebijakan

di

atas

Banyak

negara-negara

di

dunia

ini

menjadi penting dalam pembangunan agro-

memperhatikan saran IFPRI ini karena memang

industri? Mengapa perlu kebijakan yang luar

sebagian besar negara-negara tersebut adalah

biasa (no more business as usual)? Mengapa

anggota IFPRI. Di Indonesia, kebijakan yang

aspek pengetahuan dan teknologi juga menjadi

mengacu pemikiran IFPRI ini bisa dibaca antara

amat

agro-

lain di Soekartawi (1995a,b, 2002d,e), Saragih

industri? Jawabannya adalah karena adanya

(2003) dan Departemen Pertanian (Anonymous,

perbedaan tingkatan pembangunan (level of

2002a).

penting

dalam pengembangan

development). Negara-negara maju dengan

Seruan yang disampaikan oleh IFPRI di

segala kekuatan yang dimilikinya bisa mendikte

atas muncul karena adanya kecenderungan

pembangunan agro-industri di negara sedang

pembangunan

berkembang.

Sebab

yang

berkembang

adalah

yang dipunyai negara

pertanian

komponennya

dan

berjalan

agro-industri
sendiri-sendiri

driven

sehingga hasilnya tidak optimal dan tidak

sementara yang dipunyai negara-negara maju

memenuhi kriteria keberlanjutan (sustainable).

adalah

market

knowledge

driven.

Negara

maju

mempunyai inovasi teknologi yang berkembang

Karena itulah, dalam konteks agro-industri


diperlukan

pentingnya

memperhatikan

secara cepat sehingga mampu menyerap pasar

Integrated Agro-industry System (IAS), yang

(memproduksi dan

pada

menjual)

produk

agro-

dasarnya

adalah

bagaimana

industri dengan cepat pula (Sharif, UNDP,

mengoptimalkan sumberdaya yang ada untuk

1995). Selanjutnya Sharif juga berpendapat

kepentingan jangka panjang di bidang agro-

bahwa teknologi yang banyak dikuasai oleh

industri.

negara maju adalah berpeluang besar untuk


menguasai pasar. Teknologi ini banyak yang
dihasilkan oleh swasta karena lebih dari 75%

TELAAHAN SINGKAT TENTANG KONSEP IAS


Soekartawi (1996a) dalam bukunya yang

pengeluaran research and development (R&D)

berjudul Pembangunan

oleh swasta yang sekaligus juga pelaku bisnis.

Berkelanjutan dan Soekartawi (2002d) dalam

Sementara itu di negara sedang berkembang,

bukunya

lebih 90% anggaran R&D oleh pemerintah,

industri melakukan telaahan (review) tentang

yang

berjudul

Agro-industri
Pengantar

yang
Agro-

sehingga pihak swasta sebagai pelaku bisnis

definisi agro-industri. Ternyata definisi agro-

menggantungkan teknologi yang dihasilkan oleh

industri itu bervariasi dari yang sederhana,

Soekartawi

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan


dalam Melakukan Analisis Sistem Agroindustri Terpadu

34

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007)

yaitu pengolahan hasil pertanian sampai pada

d.

Agribisnis pemasaran, dan

definisi yang agak kompleks, yaitu kegiatan

e.

Agribisnis pembinaan dan jasa penunjang.

yang

melibatkan

pertanian

itu

pengolahannya
pembangunan

sejak

bagaimana

diproduksi
dan

sampai

dampaknya

khususnya

hasil

Bila pendekatannya sempit seperti itu,

pada

yaitu agroindustri diartikan sebagai industri

terhadap

pembangunan

olahan

hasil

pertanian,

pengembangan

agro-industri

pertanian. Perbedaan pengertian agro-industri

bagaimana

ini

industri

bisa

dimengerti

karena

adanya

maka

arah

terbatas

pada

suatu

hasil

mengembangkan

pertanian.

Sebagaimana

lazimnya

perkembangan hasil riset yang menunjukkan

pengembangan suatu produk/hasil industri,

bahwa agro-industri adalah bukan sekedar

maka instrumen kebijakan yang digunakan

pengolahan hasil pertanian tetapi juga lebih

dalam pengembangan industri adalah:

banyak berperan sebagai motor penggerak

a.

Bagaimana mengembangkan produk, dan

pembangunan khususnya di pedesaan.

b.

Bagaimana mengembangkan pasar.

Agro-industri diartikan sebagai industri


pengolahan
hasil
pertanian
yang
menekankan kegiatan di hilir
Awalnya, Soekartawi (1991, 1992a) dan
Soeharjo (1991) mendefinisikan agro-industri
secara

sederhana

saja

yaitu

industri

pengolahan hasil pertanian. Juga ahli-ahli dari

Kedua instrumen kebijakan ini tentunya


tidak

food

Badan Agribisnis Departemen Pertanian (1995)

saja

industri

pengolahan hasil pertanian, tetapi industri

b.

dan sebagainya. Sehingga dengan demikian


agro-industri merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari lima sub-sistem agribisnis
yang disepakati, yaitu subsistem:
a.

Agribisnis

hulu

(penyediaan

produksi dan peralatan),


b.

Agribisnis usahatani,

c.

Agribisnis pengolahan hasil,

Soekartawi

sarana

yang

diarahkan

bagaimana

menjual produk yang sama (produk lama)


di daerah pemasaran yang baru (pasar
baru);
c.

Kebijakan pengembangan produk, yaitu


kebijakan

yang

diarahkan

bagaimana

menjual produk yang lain dari bahan baku


yang

industri

pupuk, industri makanan, industri minuman,

bagaimana

Kebijakan pengembangan pasar, yaitu


kebijakan

industri yang menunjang pertanian, seperti


pembibitan/perbenihan,

diarahkan

yaitu

lama);

yang menggunakan bahan baku pertanian atau


industri

yang

pasar,

di daerah pemasaran yang lama (pasar

dalam perkembangan lebih lanjut, disepakati


bukan

penetrasi

menjual produk yang sama (produk lama)

adalah pengolahan hasil pertanian. Namun


agro-industri

Kebijakan
kebijakan

juga mengartikan yang sama yaitu agro-industri

bahwa

permintaan

kemungkinan kebijakan, yaitu:


a.

processing

management atau agrifood industry. Bahkan

adanya

kebijakan tersebut, maka akan terjadi empat

Kennedy and Skura, 1996) juga mengistilahkan


sebagai

dari

agro-industri tersebut. Dengan memadukan dua

University of British Columbia (Barichello,


agro-industri

terlepas

konsumen terhadap hasil olahan perusahaan

sama

(produk

baru)

di

daerah

pemasaran yang lama (pasar lama), dan


d.

Kebijakan diversifikasi produk, yaitu


kebijakan

yang

diarahkan

bagaimana

menjual produk yang lain dari bahan baku


yang

sama

pemasaran

(produk
yang

baru)

baru

di

daerah

(pasar

baru).

Penjelasan lebih rinci bisa dibaca di


Soekartawi (1994a,b; 2002f).

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan


dalam Melakukan Analisis Sistem Agroindustri Terpadu

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007)

Di Indonesia dan di banyak negara yang


menganut

sistem

agribisnis

b.

dalam

Humanware

35

(kemampuan/ketrampilan

tenaga kerja),

pembangunan pertaniannya (dan pembangunan

c.

Infoware (informasi/data), dan

agro-industrinya), maka sistem yang dibangun

d.

Orgaware (organisasi).

umumnya diarahkan pada empat hal, yaitu:


a.

Tingkat pengembangan suatu perusahaan

Berdaya saing, yang dicirikan antara lain

olahan hasil pertanian sangat menentukan

berorientasi pasar, meningkatnya pangsa

proses kegiatan perusahaan tersebut. Lazimnya

pasar, mengandalkan produktifitas dan

ada empat macam tingkat pengembangan

nilai tambah melalui pemanfaatan modal

perusahaan olahan hasil pertanian, yaitu:

(capital driven), pemanfaatan teknologi

a.

(innovation driven), menggunakan SDM

baku, memproses dan menjual sendiri

yang handal (skill driven) dan tidak lagi

hasil olahan) yang dicirikan oleh banyak

sangat mengandalkan pada limpahan SDA


dan tenaga kerja yang tidak terdidik
b.

d.

menggunakan tenaga kerja.


b.

Industri

yang

sedang

berkembang

(factor driven).

(membeli

Berkerakyatan, yang dicirikan antara lain

menjual dengan kerjasama dengan pihak

menggunakan bahan baku yang banyak

lain) yang dicirikan dengan intensifnya

dikuasai rakyat, memanfaatkan organisasi

kerjasama dengan pihak lain.

ekonomi
c.

Industri yang baru mulai (membeli bahan

rakyat

untuk

pengembangan

c.

bahan

baku,

memproses,

Industri yang dalam tahapan konsolidasi

bisnis, dan sebagainya.

(membeli

Berkelanjutan, yang dicirikan oleh adanya

menjual dengan kerjasama dengan pihak

kemampuan merespon perubahan, efisien,

lain

orientasinya jangka panjang, inovasi terus

dicirikan oleh intensifnya proses atau

menerus, dan sebagainya; dan

kegiatan bisnis, dan

Terdesentralisasi,
pendayagunaan

yang

dicirikan

keragaman

oleh

SDA

d.

bahan

dengan

baku,

intensitas

memproses,
tinggi)

yang

Industri yang dalam tahapan memimpin

lokal,

(proses kegiatan bisnisnya demikian maju

berkembangnya pelaku bisnis lokal, peran

sehingga menguasai pasar). Tahapan ini

pemerintah daerah yang dominan, dan

dicirikan oleh

sebagainya.
Untuk

intensifnya pemanfaatan

ketajaman berbisnis atau keterampilan

mengembangkan

produk

agro-

berbisnis.

industri dan juga pemasarannya agar mampu

Perkembangan

selanjutnya,

perpaduan

bersaing, maka peran teknologi sering sangat

dan perkembangan produk dan pasar, adalah

menonjol,

produksi

sangat tergantung dari perubahan preferensi

maupun teknologi informasi. Dengan demikian,

apakah

konsumen. Jadi pengembangan industri olahan

maka

hasil

pengusaha

menguasai
meningkatkan

itu

teknologi

agro-industri

teknologi
nilai

harus

tersebut

tambah

hasil

bisa
guna

olahan

pertanian. Komponen teknologi ini adalah:


a.

Technoware
mesin),

(fasilitas

fisik,

misalnya

pertanian

dipengaruhi

oleh

pada

dasarnya

perubahan

sangat

preferensi

konsumen. Perusahaan yang semakin mampu


menyesuaikan peningkatan permintaan dan
perubahan

preferensi

konsumen,

maka

perusahaan tersebut akan menjadi perusahaan


yang memimpin (Anonymous (2000).

Soekartawi

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan


dalam Melakukan Analisis Sistem Agroindustri Terpadu

36

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007)

Agro-industri diartikan sebagai industri


pengolahan hasil pertanian yang melibatkan
kegiatan di hulu dan hilir
Dalam pandangan yang lain (school of
though),

agro-industri

didefinisikan

secara

lebih luas lagi. Dalam perkembangan lebih


lanjut, diakui bahwa pengembangan agroindustri tidak bisa berdiri sendiri, namun
berkaitan

dengan

Soekarto

kegiatan

(1997)

yang

dan

lain.

Soekartawi

(1991;1992a,b,c,d;1995a,b)

berpendapat

tersedianya bahan baku yang dihasilkan di


hulu. Produksi tanaman tebu, sebagai bahan
baku industri gula sangat tergantung dari
kemajuan

Karena

kegiatan

yang

saling

agribisnis

berkaitan.

lebih

banyak

Dalam

(pengolahan)

yang

mengalami

dalam

kesulitan

di

hilir

banyak

untuk

hal

menangani

masalah-masalah di hulu, maka muncul istilah


agro-industri
terpadu

terpadu

yang

menyambung

atau

pada

dan

agribisnis

dasarnya

menyatukan

adalah
pemikiran

masalah-masalah pertanian di hulu dan hilir


menjadi

suatu

konsep

yang

terpadu

(integrated). Leon (1988) mendefinisikan agroindustri sebagai a balance industrialization


cum agricultural development anchored on the
premise of symbiotic relationship. Kemudian
Dominguez dan Andriano (1994) menyatakan
bahwa agro-industri adalah involving the
interrelated

activities

processing,

transport,

marketing

and

of

production,

storage,

distribution

financing,

of

specific

agricultural product...
Untuk menjelaskan fenomena ini, maka
dipakailah

tanaman

tebu

sebagai

bahan

ilustrasi. Sementara untuk fenomena tanaman


padi bisa dibaca di Rachmat, dkk (2001),
Soekartawi (1992b) dan Soekartawi dan Hanani
(2003). Tampilan (performance) industri gula
atau

pabrik

Soekartawi

gula

sangat

tergantung

dari

konsep

agro-industri

terpadu

tebu bisa menghasilkan:

Pellet

makanan

ternak

yang

bahan

bakunya dari daun tebu (industri makanan


ternak),

Nira untuk bahan baku memproduksi gula


untuk industri makanan, melase untuk
industri makanan, industri kimia atau
lainnya

sementara itu kegiatan agro-industri lebih


kegiatan

berusahatani,

(integrated agro-industry), maka bahan baku

yang sulit menembus masalah-masalah di hilir,


menangani

cara

yang lain.

menangangi masalah di hulu (aspek produksi)

banyak

lahan,

tersedianya bibit, pupuk dan sarana produksi

bahwa konsep agribisnis dan agro-industri


sebenarnya konsep

luas

dan

blotong

untuk

industri

kerajinan, dan

Ampas untuk industri bahan bangunan.


Dengan

demikian,

melalui

konsep

integrated agro-industry, maka batang tebu


bisa

dipakai

sebagai

bahan

menimbulkan

industri

lain

baku

yang

untuk

beragam

(Gambar 1).
Gambar 1 adalah contoh bagaimana dalam
konsep integrated agro-industry system (IAS)
diterapkan.

Ada

kegiatan

di

hulu

yaitu

bagaimana memproduksi tebu dalam jumlah


dan kualitas yang memadai (dan terus menerus
dalam jumlah cukup); dan ada pula kegiatan di
hilir, yaitu kegiatan industri hasil pertanian.
IAS yang baik tentunya adalah bagaimana
memadukan kesuksesan di hulu dan di hilir
sekaligus.
Agro-industri diartikan sebagai instrumen
pendekatan pembangunan
Perkembangan

lebih

lanjut

yang

didasarkan oleh hasil riset menunjukkan bahwa


agro-industri berperan begitu nyata terhadap
pembangunan
pembangunan

di

pedesaan

perekonomian

maupun
di

tingkat

nasional. Karena kontribusinya yang begitu


nyata,

maka

pembangunan

agro-industri

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan


dalam Melakukan Analisis Sistem Agroindustri Terpadu

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007)

dikaitkan dengan pembangunan pertanian dan


juga

pembangunan

berkelanjutan

nasional

(sustainable

secara

development).

Karena itulah muncul istilah sustainable agro-

37

Oleh karena itulah maka dalam penetapan


kebijakan

pembangunan

dilaksanakan
(Saragih,

oleh

agribisnis

Departemen

2003),

dirumuskan

yang

Pertanian
bahwa

industry development yang dikaitkan dengan

pembangunan agro-industri tidak bisa terlepas

sustainable

dan

dari perkembangan pendukung pembangunan

sustainable development. Keterkaitan antara

pertanian yang lain. Menurut Saragih (2003)

agro-industri,

kebijakan pembangunan agribisnis (di mana

agriculture
pertanian

development
dan

pembangunan

nasional memang tidak bisa dihindari, karena

agro-industri

pengembangan agro-industri berkaitan dengan

melibatkan

kegiatan di sektor lain, khususnya kegiatan di

berikut:

ada
instrumen

didalamnya)

adalah

kebijakan

sebagai

sektor ekonomi yang lain.

Bahan Kimia Lain

Industri Bahan Bangunan

Gambar 1. Diagram Pohon Industri dari Tebu (dimodifikasi dari Soekarto, 1997)
Soekartawi

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan


dalam Melakukan Analisis Sistem Agroindustri Terpadu

38

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007)

a.

Kebijakan makro (moneter dan fiskal),

b.

Kebijakan pengembangan industri (agro-

berjudul Pembangunan

industri),

Berkelanjutan
perdagangan/pemasaran

Soekartawi (1996) dalam bukunya yang


berpendapat

bahwa

yang
agro-

c.

Kebijakan

kerjasama internasional,

dengan

d.

Kebijakan pengembangan infrastruktur,

manajemen dan konservasi sumberdaya alam

e.

Kebijakan

kelembagaan

(SDA), karena pada dasarnya bahan baku agro-

pertanian,

industri adalah berasal dari pertanian. Dalam

pengembangan

(keuangan,
f.
g.

riset,

SDM

dan

Agro-industri

memperhatikan

aspek-aspek

organisasi petani),

perkembangan

Kebijakan pendayagunaan Sumber Daya

(1994b),

Alam (SDA) dan lingkungan,

Pasicolan and Soekartawi (2000) mengusulkan

Kebijakan

pengembangan

pusat-pusat

pertumbuhan agribisnis daerah, dan


h.

industri perlu dibangun dan dikembangkan

Kebijakan

pengembangan

lanjut,
dan

Soekartawi

Manalili

(1996),

konsep pembangunan agro-industri yang berkelanjutan seperti yang tersirat di Gambar 2.

ketahanan

pangan.
CGIAR

lebih

Soekartawi

Selanjutnya Soekartawi juga mengusulkan


agar agro-industri dipakai sebagai instrumen

(Anonymous,

2002b)

dalam

kebijakan

yang

fokal

sehingga

mampu

laporannya yang berjudul The Context for

mendorong bukan saja pembangunan pertanian

Agro-industrial Development in Latin America

yang berkelanjutan, tetapi juga pembangunan

dan juga ahli yang lain seperti Annevelink dkk

ekonomi baik di tingkat nasional maupun

(2003), Anonymous (2002b) menyatakan bahwa

pedesaan.

Soekartawi

menyarankan

visi

potensi pengembangan agro-industri sangat

pembangunan agro-industri yang berkelanjutan

ditentukan oleh berkembangnya konsumen dan

sebagai berikut: : agro-industri yang tumbuh

produsen

baru.

kedepan

(forward

Karena

itu

linkages)

peran

kaitan

dan berkembang secara berkelanjutan, mampu

dan

kaitan

berkompetisi,

mampu

merespon

dinamika

kebelakang (backward linkages) suatu agro-

perubahan pasar dan pesaing, baik di pasar

industri menjadi tidak bisa dihindarkan. Karena

domestik maupun di pasar internasional serta

itu perkembangan agro-industri menjadi lebih

mampu meningkatkan kontribusinya terhadap

kompleks lagi dan sangat dipengaruhi oleh

perekonomian

lingkungan

bisnis

di

bidang

agro-industri

seperti pengaruh politik, kelembagaan dan

mampu

ikut

nasional,

dan

meningkatkan

seterusnya

kesejahteraan

masyarakat ...

kondisi infrastruktur.

Soekartawi

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan


dalam Melakukan Analisis Sistem Agroindustri Terpadu

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007)

39

Gambar 2. Sustainable Agro-Industrial Development (Soekartawi and Manalili, 1996)

Soekartawi

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan


dalam Melakukan Analisis Sistem Agroindustri Terpadu

40

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007)

Untuk mencapai visi tersebut Soekartawi

industri berperan

besar

dalam

membantu

(1996) menyarankan upaya-upaya yang perlu

golongan lemah di pedesaan. Karenanya, Hicks

ditempuh

(1997, 2001), FAO (1998) and Hasler (2002),

dan

kebijakan

dipakai

agar

sebagai

instrumen

agro-industri

mempunyai

penyesuaian

terhadap

kemampuan untuk:
1.

Melakukan
Meningkatkan

3.

Menghilangkan

melalui

faktor-faktor

yang

menghambat pertumbuhan,
mempunyai

mempengaruhi

kemampuan

untuk

perkembangan

agro-

industri lebih lanjut,

2.

Dukungan kelembagaan,

3.

SDM yang memadai,

4.

Dukungan khusus kepada para pengusaha


dan manajer,

5.

Meningkatkan kualitas manajerial melalui

6.

Mampu

dengan

tidak

begitu

untuk

golongan

lemah

di

Bimbingan dalam pengembangan agroindustri.

peningkatan kualitas SDM, dan


mandiri

Investasi

pedesaan, serta
6.

5.

Masalah pasar dari produk agro-industri


tersebut,

Meningkatkan efisiensi di semua sektor


yang

memperhatikan

untuk golongan lemah ini, yaitu:


1.

pertumbuhan

inovasi, investasi dan perdagangan,

4.

perlunya

kendala-kendala pengembangan agro-industri

perubahan global,
2.

menyarankan

Sedangkan

evaluasi

pengembangan

agro-industri

terhadap
atau

juga

menggantungkan diri pada pihak lain.

Integrated Agro-industry System (IAS), bisa

Karena

dilakukan secara parsial misalnya dengan alat

begitu

pengembangan

strategisnya

agro-industri,

program
banyak

analisa

dengan

Benefit/Cost Ratio, Net Present Value, Input-

masalah yang ada di masyarakat, khususnya

Output (I/0) Table atau bahkan dengan alat

masyarakat

analisa

program-program

aksi

maka

dikaitkan

pedesaan.

Soekartawi

(2004)

Benefit/Cost

optimalisasi

ratio,

Incremenet

Linear

seperti

menilai bahwa pengembangan agro-industri

Programming, Integer Linear Programming,

pada masa sekarang ini sangat erat dengan

Multi-Objective

pembangunan di pedesaan dan karenanya

sebagainya (Soekartawi, 1995,1996b, 1999,

untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja

2000a,b). Sementara itu The World Business

Linear

Programming,

dan

yang dipakai oleh agro-industri di pedesaan

Council for Sustainable Development (dalam

tersebut, diperlukan pendidikan tambahan,

Said,

seperti

menggunakan

pelatihan-pelatihan.

FAO

(1998)

2002)

menyarankan
empat

cara

perlunya
yang

menggunakan strategi pengembangan agro-

dipertimbangkan dalam evaluasi, yaitu:

industri

untuk

Analisa finansial,

atau

Analisa dampak lingkungan,

kurang mampu. Dalam laporan Hicks (1997)

Gabungan

dengan

memberdayakan

tujuan
mereka

khusus
yang

tidak

dalam artikelnya yang berjudul The Midas


Touch: Food and Agro-industries for Income
Generation by Disabled People, laporan FAO
(1998) yang berjudul Strategies for the Rural
Disable
berjudul

dan Hasler dalam laporannya yang


Scenarios

Development,
Soekartawi

for

dikemukakan

Rural
bahwa

Areas
agro-

analisa

finansial

perlu

dan

lingkungan, dan

Independent evaluation yang dilakukan


pihak ketiga.
Berdasarkan uraian singkat diatas, maka

tidaklah keliru kalau Integrated Agro-industry


System

(IAS)

didefinisikan

sebagai

perpaduan atau pengintegrasian komponenBeberapa Hal yang Perlu Diperhatikan


dalam Melakukan Analisis Sistem Agroindustri Terpadu

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007)

komponen

agro-industri

(industri

berbasis

dilaksanakan

dengan

41

skala

ekonomi

yang

pertanian, peternakan, perikanan) dari hulu

memadai dan derajat kompatibilitas antar

hingga hilir yang berbasis komoditas lokal

komponen agribisnis relatif tinggi.

dalam wilayah tertentu

Karena itulah semenjak saya mengenal

Berdasarkan uraian singkat di atas, maka


IAS sebenarnya dimaksudkan untuk:

bisa dipakai sebagai alternatif kebijakan yang

Mengembangkan industri yang mengakar

strategis dalam menanggulangi permasalahan

kuat

perekonomian di pedesaan. Dengan GERINDA

pada

masyarakat

dan

pada

sumberdaya lokal maupun nasional,

2020

Mengangkat kehidupan dan kesejahteraan

masyarakat

masyarakat,

Harapan

terutama

masyarakat

pedesaan,

GERINDA 2020, saya berharap program aksi ini

pembangunan

regional

ini

bukan

menjadi

ekonomi
terangkat.

mengada-ada,

karena

perekono-

1.

Agro-industri mampu menyerap tenaga

yang

selanjutnya

kerja yang tinggi, mengingat ciri agro-

mengurangi ketimpangan

pembangunan

industri pedesaan yang bersifat padat

ekonomi, dan

pemberdayaan

pedesaan

alasan, antara lain sebagai berikut:

Meningkatkan
mian

diharapkan

Mempercepat
agraris

karya dan bersifat massal.


transisi dari

masyarakat

masyarakat

industrial

ke

(pedesaan)

tanpa

harus

2.

Sumberdaya lokal bisa dipakai dengan


demikian agro-industri bisa meningkatkan

menimbulkan

nilai

gejolak ekonomi dan sosial.

tambah

meningkatkan

dan

selanjutnya

keuntungan

dan

pendapatan.
KASUS GERINDA 2020 DALAM KONTEKS IAS

3.

Produk agro-industri yang baik kualitasnya

Badan Agribisnis Departemen Pertanian

dan yang mampu bersaing bisa dipakai

(DEPTAN) pernah menawarkan konsep yang

sebagai instrumen untuk meningkatkan

disebut Gerakan Industrialisasi Pertanian di


Pedesaan 2020 atau disingkat dengan akronim

devisa negara.
4.

Semakin

meningkatnya

kegiatan

agro-

GERINDA 2020 (Anonymous, 2002a). Idenya

industri berarti meningkatnya uang yang

tampaknya menyesuaikan dengan IFPRI 2020

beredar di masyarakat pedesaan dan ini

seperti yang dijelaskan di atas. Sayangnya

akan menimbulkan side-effect munculnya

konsep ini kurang memperoleh perhatian yang

kegiatan lain di pedesaan dan akhirnya

serius (less of law of enforcement), dan


karenanya program ini menjadi tidak atau

bisa meningkatkan daya beli masyarakat.


5.

kurang dikenal.

Karena

agro-industri

berkembangnya

cukup baik dan perlu mendapatkan dukungan.

menjadi

Hal

industri tersebut.

disebabkan

GERINDA

2020

karena

pencanangan

merupakan

perwujudan

terbentuknya agribisnis modern yang memihak


masyarakat

bawah.

kerakyatan

walaupun

menggunakan
berkualitas,
Soekartawi

bisa

berkembang sendirian, maka akan muncul

Secara konsepsional, GERINDA 2020 adalah


ini

tidak

Jadi

teknologi
padat

lebih

bersifat

pelaksanannya
tinggi,

modal,

SDM

kegiatan

komponen

lain

yang

pendukung

agro-

GERINDA 2020, sebenarnya perwujudan


dari implementasi Integrated Agroindustry

nanti

System (IAS), karena kegiatan dalam GERINDA

yang

2020

operasionalnya

diupayakan

perwujudan

dari

pengorganisasian proses produksi pertanian


Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan
dalam Melakukan Analisis Sistem Agroindustri Terpadu

42

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007)

secara terpadu (integrated) antara sektor hulu

Kalau

dan hilir melalui usaha komersial (commercial

pengembangan

business) dari kegiatan IAS tersebut, yaitu

dengan program Usaha Kecil Menengah (UKM),

mulai

dan karena sinergitas kedua program tersebut

unggul

dari

mengusahakan

dan

produksi

bersertifikat,

proses

benih

produksi

diperhatikan,

maka

program

GERINDA 2020 ini,

sejalan

memang diperlukan.

pertanian, penggunaan teknologi dan kegiatan


pasca

panen,

seperti

pengolahan

dan

BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

pemasaran.

Banyak seminar dan penelitian tentang

Karena
diramalkan

pelaksanaan
memerlukan

GERINDA

2020

dana yang

cukup

agro-industri yang telah dilakukan, baik di


Indonesia

maupun

di

negara-negara

lain.

besar, maka ada baiknya program ini dikaitkan

Laporan

dengan

kesempatan dan tantangan (SWOT analysis)

program

yang

lainnya,

misalnya

tentang

keunggulan,

kelemahan,

program UKM (Usaha Kecil dan Menengah) yang

tentang

kini sedang digalakkan oleh pemerintah (Hicks,

dilakukan. Namun karena sifatnya pertanian

2001; Anonymous, 1997, 2002a; Soekartawi dan

dan agro-industri yang local specific, maka

Hanani, 2003). Apalagi kalau GERINDA 2020

penelitian dan kajian soal agro-industri tidak

agro-industri

juga

telah

banyak

tidak memperoleh dukungan dana khusus. Oleh

ada

karena

telah

(Soekartawi, 1991) bersama ahli-ahli ekonomi

dirancang dalam program aksi GERINDA 2020

pertanian yang tergabung dalam Perhimpunan

ini harus segera dikaitkan dengan program

Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) se-

UKM.

itu,

program-program

Dalam

konsepsinya,

yang

pengembangan

habis-habisnya.

Tahun

1991

Indonesia

khususnya

Program GERINDA 2020 yang telah dirancang,

membahas

masalah

antara lain:

industri. Saat itu, sampai tahun 1991, masalah

1.

Program Unit Pelayanan Pengembangan

pengembangan agro-industri adalah masalah

Pengolahan Hasil Pertanian,

yang mendasar seperti lemahnya dukungan

Pembangunan dan Pengembangan Sistem

kebijakan yang konduksif, kurangnya penelitian

2.
3.

dari

penulis

Jawa

pembangunan

Timur
agro-

Informasi Pasar,

soal-soal

Pembangunan Infrastruktur dan Jaringan

bersaing. Soekarto (1997) juga melaporkan

agro-industri,

kurang

mampunya

Pemasaran,

keunggulan

4.

Promosi Produk Pertanian,

pembangunan

5.

Pengembangan Pusat-Pusat Pertumbuhan

Bapak-Anak Angkat atau petani plasma dan

Agro-industri di Daerah,

perusahaan inti dalam konsep Perkebunan Inti

6.

Pengembangan

Laboratorium

Pengujian

dan Standarisasi Mutu,


7.

Penguatan

dan

Pemberdayaan

8.
9.

Pengembangan

Sistem

Kemitraan

kelemahan

agro-industri

pendekatan

melalui

konsep

Rakyat (PIR), Turpin dan MacDonald (1995) dan


Soekartawi

Kelembagaan dan SDM Pertanian,

dan

(2003)

melaporkan

inkubator

teknologi untuk pengembangan agro-industri


dimana ditemukan pentingnya research and
development (R&D). Ahli-ahli agro-industri di

Terpadu, dan

Asia Tenggara dan beberapa ahli dari negara

Pengembangan Kelembagaan (yang bisa

lain juga pernah melaksanakan Seminar cum

menghasilkan alat-alat pengolahan, atau

Workshop on Development of Agro-industrial

komponen pendukung agro-industri yang

in Rural Areas yang disponsori oleh Asian

lain).

Productivity Organization (APO) di Manila

Soekartawi

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan


dalam Melakukan Analisis Sistem Agroindustri Terpadu

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007)

tanggal 17-28 Juni 1996 (Hicks, 1996). Mereka

2.

Pasar (Market),

merumuskan masalah dan strategi yang perlu

3.

Keuangan (Financial),

diambil dalam pembangunan agro-industri di

4.

Infrastruktur (Infrastructure),

Asia dan Pasifik. Ada delapan masalah dan

5.

Penelitian dan Pengembangan (R&D),

strategi

pembangunan

agro-industri

43

yang

6.

Keterkaitan (linkages),

disepakati, yaitu masalah dan strategi (Tabel

7.

Produksi dan Prosesing (Production and

8.

Lain-lain (Others).

Processing), dan

1):
1.

Kebijakan (Policy),

Tabel 1. Masalah dan Strategi Pembangunan Agro-Industri di Asia-Pasifik

Soekartawi

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan


dalam Melakukan Analisis Sistem Agroindustri Terpadu

44

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007)

Lanjutan Tabel 1. Masalah dan Strategi Pembangunan Agro-Industri di Asia-Pasifik

KESIMPULAN DAN SARAN

agro-industri dianggap sebagai tahapan lebih

Telaahan singkat tentang konsep agroindustri

seperti

kesempatan

dan

keunggulan,
tantangan

kelemahan,
dalam

agro-

industri, serta kebijakan pemerintah untuk


mendukung pembangunan agro-industri, telah
dibahas.

lanjut

dari

pembangunan

pertanian

dan

prosesnya begitu panjang sehingga dikenal


dengan

istilah

sustainable

agro-industry

development.
Apakah agro-industri tersebut diartikan
secara parsial maupun terpadu (integrated),

Ditinjau dari sisi konsep, maka terjadi

tujuannya

pada

prinsipnya

sama,

yaitu

perkembangan arti agro-industri dari yang

dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan

diartikan sederhana yaitu: (a) industri sebagai

dan kesejahteraan masyarakat, apakah itu

pengolahan hasil pertanian, dan (b) agro-

petaninya,

industri

sebagai

suatu

sistem,

di

pengusahanya

maupun

pelaku

mana

(aktor) lain yang berperan. Untuk itulah maka

pengembangan agro-industri tidak terlepas dari

pengembangan agro-industri diupayakan untuk

kaitan kebelakang (backward linkages) sampai

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

kaitan kedepan (forward linkages), sehingga


Soekartawi

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan


dalam Melakukan Analisis Sistem Agroindustri Terpadu

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007)

a.

Berdaya

saing

(mampu

meningkatnya

pangsa pasar, meningkatkan produktifitas


dan nilai tambah melalui pemanfaatan
modal (capital driven), meningkatkan dan
memanfaatkan

teknologi

(innovation

driven), menggunakan dan meningkatkan


sumber daya manusia atau SDM yang
handal

(skill

driven)

dan

mampu

berkembang dengan sedikit atau tidak


selalu

mengandalkan

pada

limpahan

sumber daya alam (SDA) dan tenaga kerja


yang tidak terdidik (factor driven).
b.

Berkerakyatan

(mampu

berkembang

dengan menggunakan bahan baku yang


banyak

dikuasai

rakyat,

mampu

memanfaatkan organisasi ekonomi rakyat


untuk

pengembangan

bisnis,

dan

sebagainya).
c.

Berkelanjutan

(mampu

merespon

perubahan pasar, perubahan teknologi,


bertindak efektif dan efisien, mampu
berorientasi

jangka

panjang,

mampu

melakukan inovasi terus menerus); dan


d.

Terdesentralisasi (mampu memanfaatkan


keragaman SDA lokal, mampu berkembang
walaupun bertindak sebagai pelaku bisnis
lokal, dan mampu bekerjasama dengan
pemerintah daerah untuk mengembangkan
agro-industri di daerah tersebut).
Untuk pengembangan agro-industri pada

masa mendatang semua pelaku agro-industri


perlu memperhatikan kendala dan strategi
seperti yang disajikan di Tabel 1. Para pelaku
agro-industri
kemampuan

hendaknya
dirinya

meningkatkan

masing-masing

dalam

bersaing di era global ini. Masalah kebijakan,


pasar/pemasaran,

dukungan

finansial,

infrastruktur, R&D, keterkaitan, produksi dan


prosesing serta kebijakan politik hendaknya
diselesaikan dengan meningkatkan kemampuan

45

DAFTAR PUSTAKA
Annevelink, E. et al 2003. Food Park: A Case
Study of an Integrated Sustainable Agro
Production Park System Designed with
Agro
Innovation
Framework.
EFITA
Conference, Debrecen, Hungary, 5-9 July
2003.
Anonymous 1997. Small Scale Agro-industry
and Agro-business Development Project in
West Java, Indonesia. Collaborative
Project between GFA-Asia and Ministry of
Agriculture, Jakarta.
Anonymous 2000. Towards an Associative
Model of Technological Innovation for the
Agri-Food and Agroindustrial System in
the Enlarged Mercosur. Global Forum on
Agriculture Research, Dresden, Germany.
Anonymous 2002a. Gerakan Industrialisasi
Pertanian di Pedesaan (GERINDA) 2020,
Direktorat Jendral Bina Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian Departemen
Pertanian, Jakarta.
Anonymous
2002b.
The
Context
for
Agroindustrial Development in Latin
America, CGIAR, Argentina.
Anonymous 2003. Public-Private Partnerships
for Agroindustrial Research. Briefing
Paper No. 61, ISNAR, the Netherlands.
Badan Agribisnis DEPTAN 1995, Sistem, Strategi
dan Program Pengembangan Agribisnis,
Departemen Pertanian, Jakarta.
Barichello, R., G. Kennedy and B. Skura 1966.
Concept of Agro-industry, Department of
Agricultural Economics, University of
British Columbia, Vancouver.
Baroroh, S. and Hanafiah, T.A.R 2004. RuralBased Food Processing Industry (Country
Paper, Indonesia). Asian Productivity
Organization, Japan.
FAO 1998. Strategies for the Rural Disabled:
Agriculture, Agro-Processing and Natural
Resources and Other Income Generating
Activities. FAO, Rome.
Hasler, B. et al 2002. Scenarios for Rural
Areas
Development---An
Integrated
Modelling
Approach.
(www.akf.dk/eng2002/rural_areas.htm).

sendiri tersebut.

Soekartawi

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan


dalam Melakukan Analisis Sistem Agroindustri Terpadu

46

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007)

Hicks, A. 1996. Recent Development of


Agroindustry in Rural Areas of Asia and
Pacific. Paper presented at the Seminar
cum Workshop on Development of
Agroindustry in Rural Areas, organized by
APO at Manila, 17-28 June 1996.
Hicks, A. 1997. The Midas Touch: Food and
Agro-industries for Income Generation by
Disabled People, FAO, Rome.
Hicks, A. 2001. Issues and Strategies in
Development of Rural Based Small and
Medium Food Industry in Asia and Pacific.
Paper presented at the Workshop on
Developments
in
Food
Processing
Technology, AIT, Bangkok, Thailand, 24-27
April 2001.
Librero, A.R. and P.M. Villegas 1990. The
Economics and Prospects of AgroIndustrial Development in Southeast Asia.
Proceedings of the 7th Biennial Meeting of
the Agricultural Economics Society of
Southeast Asia, AESSEA, Manila.
Pasicolan, P.N. and Soekartawi 2000.
Sustainable Agriculture and Natural
Resource Management: The Linkages and
Convergence. Paper presented in the
International Seminar on Sustainable
Agriculture at Maejo University, Chang
Mai, Thailand on 20-23 July 2000.
Pinstrup-Andersen, P. and R.P. Pandya-Lorch
2001. Putting the Knowledge to Work for
the Poor: Required Policy Action in The
Unfinished
Agenda:
Perspective
on
Overcoming
Hunger,
Poverty,
and
Environmental
Degradation,
IFPRI,
Washington, D.C.
Rachmat, R., A. Setyono dan D.S. Mursono
2001. Pengembangan Sistem Agroindustri
Padi Berdaya Saing, Pusat Penelitian dan
Pengembangan
Tanaman
Industri,
DEPTAN, Jakarta.
Said, E. G. 2002. Eco-Efficiency Initiatives in
the Agroindustry Sector and the
Implementation of Factor-Four Principles.
(Mimeograph).
Saragih, B. 2003. Kebijakan Pengembangan
Agribisnis dalam Menghadapi Pasar
Global.
Makalah
disampaikan
pada
Seminar Nasional Agribusiness Action
2003 di UNS, Surakarta, 10 Mei 2003.

Soekartawi

Sharif, N. 1995. Gainex Program: Dynamic


Technological Initiatives for Energizing
Agro-Industrial
Export
Winners,
Department of Science and Technology,
UNDP, Washington.
Soeharjo, A. 1991. Konsep dan Ruang Lingkup
Agroindustri, DIKTI, Jakarta.
Soekartawi 1991. Prosiding Seminar Industri
Pertanian dan Pedesaan Jawa Timur
Dalam Pembangunan Jangka Panjang II,
diselenggarakan
oleh
PERHEPI
dan
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya,
Malang, 18-19 Nopember 1991.
Soekartawi 1992a. Agroindustri Sebagai
Sumbangan Perkembangan Pertanian di
Masa Mendatang. Makalah disampaikan
pada Rapat Satuan Pembina dan Satuan
Pelaksana BIMAS se Jawa Timur di Batu,
Malang, 19 Oktober 1992.
Soekartawi 1992b. Permasalan Lahan dalam
Pengembangan Industri Gula di Jawa
Timur. Makalah disampaikan pada Pekan
Simposium Organisasi Profesi dalam
Rangka Hari Jadi P3GI Pasuruan yang ke
105, di Pasuruan 4 Juli 1992.
Soekartawi 1992c. Peran, Prospek dan
Tantangan Industri Pertanian dalam
Mewujudkan
Citi-Cita
Demokrasi
Ekonomi. Makalah disampaikan pada
Seminar Nasional Demokrasi Ekonomi dan
Pelaksanaannya di Surabaya, 25 Januari
1992.
Soekartawi 1992d. Agribisnis dan Agroindustri
sebagai Sumber Pertumbuhan Baru di
Sektor Pertanian pada PJPT-II. Majalah
KORPRI 17(194), 43-45 (ISSN: 0216-4051).
Soekartawi 1994a. Industri Makanan dan
Minuman Menghadapi Tantangan. Majalah
Finansial 5(12), 32-34, Maret 1994
(ISSN:0852-8675).
Soekartawi 1994b. Pengembangan Agroindustri
dan
Agribisnis
dalam
Perspektif
Pembangunan
Pertanian
yang
Berkelanjutan. Makalah disampaikan pada
Kuliah Tamu di IPM, Malang 4 Oktober
1994.
Soekartawi 1995. Konsepsi Pengembangan dan
Pengelolaan Obyek Wisata Agro Ditinjau
dari Aspek Sisial Ekonomi. Makalah
disampaikan pada Seminar Nasional
Apresiasi Peningkatan SDM untuk Wisata
Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan
dalam Melakukan Analisis Sistem Agroindustri Terpadu

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007)

47

Agro yang diselenggarakan oleh Badan


Agribisnis DEPTAN di Jakarta, 5 Desember
1995.

Khususnya di Bidang Pertanian di Fakultas


Pertanian UPN-Veteran, Yogyakarta, 2-3
September 2002.

Soekartawi 1995. Studi Rencana Pengembangan


Agribisnis dan Agroindustri di Jawa
Timur. Laporan Penelitian Kerjasama
antara BAPPEDA dan Univ Brawijaya,
Malang.

Soekartawi 2003. The Role of Research and


Education in Creating a Sustainable
Agricultural
Development
and
Agricultural System for Developing
Countries.
A Paper presented at the
International Seminar on Redesigning
Sustainable
Development on Food & Agriculture
System
for
Developing
Countries,
UGM, Yogyakarta.

Soekartawi 1996a. Pembangunan Agroindustri


yang
Berkelanjutan.
Pidato
Ilmiah
Pengukuhan Guru Besar di Universitas
Brawijaya, 18 Desember 1996.
Soekartawi 1996b. Panduan Membuat Usulan
Proyek Pertanian dan Pedesaan, Penerbit
Andi, Yogyakarta (ISBN: 979-533-382-8).
Soekartawi 1999. Analisis Usahatani, Cetakan
ke 2, UI-Press, Jakarta (ISBN: 979-456132-0).
Soekartawi 2000a. Multi Objective Goal
Programming (Programasi Tujuan Ganda):
Teori
dan
Aplikasinya
di
Bidang
Pertanian. Gresindo (Kompas Group),
Jakarta (ISBN: 979-553-690-7).
Soekartawi 2000b. Linier Programming: Teori
dan Aplikasinya Khususnya di Bidang
Pertanian, Cetakan ke 4, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta (ISBN: 979-421-315-2).
Soekartawi 2002c. Pembangunan Pertanian
Untuk Mengentas Kemiskinan, Cetakan 3,
UI Press, Jakarta (ISBN: 979-456-164-9).
Soekartawi 2002d. Pengantar Agroindustri,
Cetakan Ke 2, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta (ISBN: 979-421-676-3).
Soekartawi 2002e. Prinsip Dasar Ekonomi
Pertanian: Teori dan Aplikasi, Cetakan ke
5 Edisi Revisi, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta (ISBN: 979-421-135-4).
Soekartawi 2002f. Manajemen Pemasaran
Hasil-Hasil Pertanian: Teori dan Aplikasi,
Cetakan ke 4 Edisi Revisi, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta (979-421-267-5).
Soekartawi 2002g. Pembangunan Pertanian,
Cetakan ke 3, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta (ISBN: 979-421-426-6).
Soekartawi 2002h. Petani Indonesia Dalam
Menghadapi Persaingan Global. Makalah
disampaikan pada Seminar Nasional
Masalah Kesiapan Indonesia Menghadapi
Pemberlakuan AFTA 2003: Suatu Tinjauan
Terhadap Peluang dan Tantangan SDM,
Soekartawi

Soekartawi 2004. Agribisnis: Teori dan


Aplikasinya,
Cetakan
ke
9,
PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta (ISBN: 979421-277-6).
Soekartawi 2004. Distance Education for Agroindustrial Rural Development. Paper
presented in the 2nd International
Seminar organized by University of
Mataram, Lombok, Indonesia and Asian
Rural Sociological Association (ARSA) in
Lombok, 27-29 March 2004.
Soekartawi and N.M. Manalili 1998. AgroIndustrialization
Research
and
Development: Agribusiness Development
Perspective. Paper presented in the
International Seminar on Agribusiness
Competitiveness
and
Sustainability,
SEARCA, Philippines, 6-7 July 1998.
Soekartawi and N. Hanani 2003. Menuju Paket
Agribisnis
Perberasan
(PARAS)
di
Indonesia. Makalah disampaikan pada
Seminar dan Lokakarya Nasional Peran
Persatuan
Penggilingan
Padi
dan
Pengusaha Beras Indonesia (PERPADI)
Dalam Mensukseskan Ketahanan Pangan
Nasional,
di
Universitas
Brawijaya,
Malang, 28 Februari 1 Maret 2003.
Soekarto, S.W. 1997. Konsep dan Aplikasi
Industri
Pertanian
Terpadu,
Jurnal
Agribisnis, I (1&2), 21-28.
Turpin, T.R. and S. MacDonald 1995.
Technology Business Incubators and
Science and Technology Parks in Achieving
International Competitiveness Through
Technology Development and Transfer,
Department of Science and Technology,
UNDP. Washington.

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan


dalam Melakukan Analisis Sistem Agroindustri Terpadu

You might also like