Nomor 1 Maret 2016 - 7 Mowitu Poso OK
Nomor 1 Maret 2016 - 7 Mowitu Poso OK
1 , Maret 2016 : 51 - 60
(Effect Of Compost And Irigation Practices On The Behavior Of Iron In The Soil Of Paddy
Fields In Areas Of High Rainfall Regime In Poso Distric)
Mowidu, I.1), Sunarminto, B. H. 2), Purwanto, B. H.2) , dan Utami, S. N. H 2).
1)
Fakultas Pertanian, Universitas Sintuwu Maroso, Poso, Indonesia
2)
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
e-mail: [email protected]
Diterima : 1/3/2016
The iron in the soil may be the form of crystalline, amorphous or organic. To assess the effect of
compost and irrigation practices to form Fe in the soil, greenhouse experiments have been conducted
using paddy soil of high rainfall regime in Poso. Experiment 2 factors consisted of factors compost 5 t
ha-1 (K0: without compost, K1: straw compost 100%, K2: straw compost 75% + pod husks (ph) 25%,
K3: straw compost 50% + ph 50%, K4: straw compost 25% + ph 75%, K5: pod husks 100%), and
irrigantion practices factor (I1: saturated and I2: intermittent). Observation was made of the Fe-d, Fe-o
and Fe-p using the selective solvent (0.1 M Na-pyrophosphate, 0.2 M ammonium oxalate pH 3, and
Na-dithionite citrate pH 7.3). The results showed that significantly affect the application of compost to
Fe-d and Fe-o at 14 days after planting (DAT), and the Fe-p at 40 and 70 DAT. Irrigation practices
significantly effect on Fe-o at 70 DAT and harverst time, the Fe-p at 40, 70, 75 DAT and harverst time,
wherewas the Fe-d effect not significant. Watering saturated lead levels of fe-o and Fe-p higher. The
interaction between the application of compost and irrigation practices significantly affect to Fe-d and
Fe-p at harvest, while the Fe-o effect is no signicant. Fe-d levels highest in K4I1 at harvest were
significantly different with straw compost applications with higher composition and water saturation,
as well as the applications of compost pod husks composition higher and intermittent irrigation. Fe-p
levels were lower in K0I1 and significantly different from the composting with different compositions.
Keywords: Fe amorphous, crystalline Fe, Fe organic, compost, irrigation
ABSTRACT
Besi dalam tanah mungkin terdapat dalam bentuk kristalin, amorf dan organik. Untuk mengkaji
pengaruh pemberian kompos dan cara pengairan terhadap bentuk Fe dalam tanah, telah dilakukan
percobaan rumah kaca menggunakan tanah sawah dari regim curah hujan tinggi di kabupaten Poso.
Percobaan 2 faktor terdiri dari faktor kompos 5 t ha -1 (K0: tanpa kompos, K1: kompos jerami 100%,
K2: kompos jerami 75% + kulit buah kakao (KBK) 25%, K3: kompos jerami 50% + KBK 50%, K4:
kompos jerami 25% + KBK 75%, dan K5: kompos KBK 100%), dan faktor cara pengairan (I1: macakmacak dan I2: berselang). Komponen amatan Fe-d,Fe-o dan Fe-p menggunakan pelarut selektif (0.1 M
Na-pirofosfat; 0.2 M ammonium oksalat pH 3, dan Na-dithionit sitrat pH 7.3). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Pemberian kompos berpengaruh nyata terhadap Fe-d dan Fe-o pada 14 hst, serta
terhadap Fe-p pada 40 dan 70 hst. Cara pengairan berpengaruh nyata terhadap Fe-o pada 70 hst dan
saat panen, terhadap Fe-p pada 40, 70, 75 hst dan saat panen, sedangkan terhadap Fe-d pengaruhnya
tidak nyata. Pengairan macak-macak menyebabkan kadar Fe-o dan Fe-p lebih tinggi. Interaksi antara
pemberian kompos dan cara pengairan berpengaruh nyata terhadap Fe-d dan Fe-p saat panen,
sedangkan terhadap Fe-o pengaruhnya tidak nyata.Kadar Fe-dK4I1 paling tinggi saat panen yang
51
berbeda nyata dengan pemberian kompos jerami dengan komposisi yang makin tinggi dan pengairan
macak-macak, serta dengan pemberian kompos KBK dengan komposisi yang makin tinggi dan
pengairan berselang. Kadar Fe pada K0I1 lebih rendah dan berbeda nyata dengan pemberian kompos
dengan berbagai komposisi.
Kata kunci: Fe amorf, Fe kristalin, Fe organic, kompos, pengairan.
mengatur suasana rhizosfer agar tidak terlalu
reduktif (Maas, 2011) melalui tata air
intermittent (digenangi dan dikeringkan
berselang 1 minggu) dengan waktu tanam 14
hari setelah digenangi (Khairullah, 2012), dan
memberikan pupuk organik dengan nisbah C/N
< 25 agar potensial redokstidak turun hingga
<100 mV (Maas, 2011).
Pengairan berselang dan macak-macak
selama pertanaman dapat mempengaruhi
kelarutan Fe dalam tanah. Suasana anaerob
karena penggenangan melarutkan Fe sebagai
akibat turunnya potensial redoks (Eh), tetapi
suasana
aerob
karena
pengeringan
menyebabkan Fe mengalami presipitasi sebagai
akibat naiknya potensial redoks sampai ke
tingkat oksidatif
yang mengoksidasi Fe2+
3+
menjadi Fe .Pada suasana digenangi dan
dikeringkan terjadi perubahan konsentrasi Fe
amorf menjadi bentuk yang lebih kristalin
dengan potensi erapan P yang tinggi (Sah et al.,
1989 cit. Reddy & Delaune, 2008).
Bahan organik berupa jerami padi dan
kulit buah kakao (KBK) sebagai limbah
pertanian lokal, belum dimanfaatkan oleh petani
di kabupaten Poso.Jerami sisa panen biasanya
dibakar di tempat perontokan dan kulit buah
kakao ditumpuk di tempat pemecahan
buah.Limbah tersebut merupakan bahan
potensial untuk diolah menjadi kompos yang
dapat digunakan sebagai amelioran untuk
meningkatkan kualitas lahan.Penelitian Yusuf
(2010) menggunakan jerami padi dan purun
tikus pada berbagai tingkat dekomposisi pada
tanah sulfat masam menunjukkan bahwa
pemberian
bahan
organik
menurunkan
konsentrasi Fe2+ setelah inkubasi. Hasil
penelitian Khairullah (2012) pada lahan rawa
pasang surut sulfat masam menunjukkan bahwa
pemberian amelioran (5 t ha-1 jerami + 2,5 t ha-1
purun tikus) secara nyata
menurunkan
konsentrasi Fe tanah. Syafruddin (2012)
PENDAHULUAN
Besi merupakan penyusun utama
(keempat terbesar) dari litosfir. Kandungannya
dalam litosfir sekitar 5.1% (Lindsay, 1979) atau
sangat bervariasi mulai dari 200 ppm sampai
10% (Tisdale & Nelson, 1975) atau 0.7%
sampai 55% (Havlin et al., 2005), dan menurut
Goldschmidt
(1958)
kebanyakan
tanah
mempunyai kandungan Fe sekitar 50,000
ppm.Besi tersebut terdapat dalam bentuk
kristalin, amorf dan membentuk kompleks
dengan bahan organik tanah.
Tanah sawah di kabupaten Poso pada
umumnya memiliki kendala kesuburan rendah
dan kadar besi tinggi. Hasil analisis tanah awal
pada 7 satuan peta lahan sawah yang mewakili
daerah dengan regim curah hujan tinggi, sedang
dan rendah, serta formasi geologi pompangeo
complex, alluvium coastal deposits dan lake
deposits di kabupaten Poso menunjukkan bahwa
kandungan Fe total tanah berkisar antara 1.16%2.26% dengan harkat sangat tinggi. Menurut
Patrick and Reddy (1978) sifat kimia tanah
sawah lebih didominasi oleh sifat besi daripada
unsur-unsur lain, karena jumlah besi dalam
tanah yang dapat tereduksi sangat banyak, yaitu
10 kali lebih banyak dari total unsur-unsur lain
yang dapat direduksi.
Tanah dengan kadar Fe tinggi dalam
kondisi tergenang akan melarutkan besi sebagai
Fe2+. Kelarutannya dapat menjadi 6,000-8,000
ppm (Patrick & Reddy, 1978), padahal pada
konsentrasi Fe2+ 1,000-2,000 ppm dapat
mempengaruhi produksi padi sawah (Asch et
al., 2005). Menurut Amnal (2009) batas kritis
cekaman Fe yang masih dapat ditenggang oleh
tanaman padi adalah 250-500 ppm.
Tanah dengan kadar Fe tinggi perlu
pengelolaan khusus untuk mengendalikan
kelarutan Fe agar tidak sampai pada aras
meracun. Cekaman Fe dapat dikurangi dengan
52
METODE PENELITIAN
Percobaan rumah kaca menggunakan
media tanah dari daerah dengan regim curah
hujan tinggi. Perlakuan yang diterapkan terdiri
dari 2 faktor, yaitu faktor kompos 5 t ha -1(K0:
tanpa pemberian kompos, K1: kompos jerami
padi 100% , K2: kompos jerami padi 75% +
kulit buah kakao 25%, K3: kompos jerami padi
50% + kulit buah kakao 50%, K4: kompos
jerami padi 25% + kulit buah kakao 75%, dan
K5: kompos kulit buah kakao 100%), dan cara
pengairan (I1: pengairan macak-macak (jenuh
air), dan I2 = pengairan berselang. Tiap
perlakuan diulang 3 kali, kecuali Kontrol,
sehingga terdapat 5 x 2 x 3 + 2 kontrol = 32 unit
percobaan.
Unit-unit percobaan diatur menurut
pola rancangan acak lengkap (RAL). Wadah
media
tanam
menggunakan
bak
plastikberdiameter sekitar 56 cm dan ember
berdiameter sekitar 20 cm,yang diisi tanah
kering udara lolos ayakan 2 mm sebanyak 15 kg
dan 2 kg, yang dicampur secara homogen
dengan kompos 5 t ha-1sesuai perlakuan pada 2
minggu sebelum tanam.Sebagai pupuk basal
diberikan pupuk N sebanyak 90 kg ha-1 , P2O5
sebanyak 60 kg ha-1, dan K2O sebanyak 60 kg
ha-1. Urea diberikan secara bertahap, yaitu 1/3
bagian diberikan bersamaan dengan semua
takaran pupuk P dan K pada 7 hst, 1/3 bagian
lagidiberikan pada 28 hst dan sisanya 1/3 bagian
diberikan pada 56 hst. Bibit padi berumur 15
hari setelah sebar ditanam 3 batang per rumpun,
4 rumpun tiap pot besar dengan jarak tanam 20
cm x 20 cm, dan 1 rumpun tiap pot kecil.
53
54
Tabel 1. Pengaruh pemberian kompos dan cara pengairan terhadap Fe-d, Fe-o dan Fe-p tanah dari
regim curah hujan tinggi
Waktu Pengamatan
Perlakuan
14 hst
40 hst
70 hst
75 hst
Panen
Kadar Fe kristalin (Fe-d, %)
K0
0.055a
0.33a
0.200a
0.210a
0.345a
a
a
a
a
K1
0.047
0.278
0.183
0.197
0.378a
ab
a
a
a
K2
0.040
0.277
0.198
0.305
0.367a
K3
0.032b
0.220a
0.197a
0.192a
0.360a
b
a
a
a
K4
0.028
0.275
0.220
0.193
0.378a
a
a
a
a
K5
0.050
0.268
0.208
0.207
0.365a
a
a
a
a
I1
0.043
0.265
0.201
0.214
0.371a
a
a
a
a
I2
0.038
0.267
0.201
0.223
0.365a
Kadar Fe amorf (Fe-o, %)
K0
0.075c
0.125a
0.235a
0.055a
0.075a
ab
a
a
a
K1
0.097
0.098
0.242
0.045
0.058a
a
a
a
a
K2
0.113
0.093
0.218
0.047
0.062a
ab
a
a
a
K3
0.107
0.097
0.213
0.057
0.058a
K4
0.103ab
0.100a
0.195a
0.047a
0.067a
b
a
a
a
K5
0.092
0.112
0.212
0.062
0.077a
a
a
a
a
I1
0.099
0.101
0.231
0.056
0.079a
a
a
b
a
I2
0.102
0.103
0.203
0.047
0.051b
Kadar Fe organik (Fe-p, %)
K0
0.135a
0.190b
0.070c
0.140a
0.155a
a
a
bc
a
K1
0.140
0.223
0.078
0.155
0.180a
a
a
ab
a
K2
0.135
0.230
0.083
0.155
0.173a
a
a
ab
a
K3
0.133
0.227
0.085
0.135
0.180a
a
a
a
a
K4
0.133
0.225
0.090
0.145
0.173a
K5
0.128b
0.213a
0.088a
0.138a
0.173a
a
a
a
a
I1
0.135
0.241
0.089
0.153
0.168b
a
b
b
b
I2
0.133
0.203
0.079
0.138
0.182a
Keterangan : K0 : tanpa kompos, K1: kompos jerami 100%, K2 : kompos jerami 75% + KBK 25%,
K3: kompos jerami 50% + KBK 50%, K4: kompos jerami 25% + KBK 75%, K5 :
kompos KBK 100%, I1: pengairan macak-macak, I2: pengairan berselang. Rerata yang
diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata berdasarkan
uji Duncan pada taraf nyata 5%.
55
56
kompos dan cara pengairan terhadap Fe-d dan Fe-p pada saat
K2
0.363bc
0.370a-c
0.367p
K3
0.360bc
0.360bc
0.360p
K4
0.400a
0.357c
0.378p
K5
0.373a-c
0.357c
0.365p
Rerata I
0.371x
0.365x
K2
0.173ab
0.173ab
0.173p
K3
0.177ab
0.183a
0.180p
K4
0.157b
0.190a
0.173p
K5
0.170ab
0.177ab
0.173p
Rerata I
0.168x
0.182y
K0: tanpa kompos, K1: kompos jerami 100%, K2: kompos jerami 75% + KBK 25%, K3: kompos
jerami 50% + KBK 50%, K4: kompos jerami 25% + KBK 75%, K5: kompos KBK 100%, I1:
pengairan macak-macak, I2: pengairan berselang. Rerata yang diikuti oleh huruf yang sama pada
baris dan atau kolom yang sama berbeda tidak nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf nyata 5%.
57
Gambar 1.
KESIMPULAN
58
DAFTAR PUSTAKA
Amnal, 2009. Respon Fisiologi Beberapa
Varietas Padi Terhadap Cekaman Besi.
Tesis. Sekolah Pascasarjana institut
Pertanian Bogor, Bogor. 69 hlm.
Asch, F., Becker, M., and Kpongor, D. S.,
2005. A guick and efficient screen for
tolerance to iron toxicityin in lowland
rice. J. Plant Nutrition Soil sci.
168:764-773.
Becker, M. and Asch, F., 2005. Iron Toxicity in
Rice: Conditions and Management
Concepts. J. plant Nutr. Soil Sci. 168 :
558 573.
Eusterhues, K., Hdrich, A., Neldhardt, J.,
Ksel, K., Keller, T.F., Jandt, K.D. and
Totsche, K.U., 2014.Reduction of
ferrihydrite with adsorbed and
coprecipitated
organik
matter:
microbial reduction by Geobacter
bremensis vs abiotic reduction by Nadithionite, Biogeosciences, 11:4953
4966.
59
Syafruddin, 2012.
Kesinergian Kompos
Jerami dan Pupuk NPK dengan Sistem
Pemberian Air untuk Penanggulangan
Keracunan Besi, Ketersediaan dan
Serapan Hara N, P, K, dan Fe serta
Hasil Padi pada Lahan Sawah
Inceptisol Morowali.
Disertasi.
Program Pascasarjana Universitas
Padjadjaran. Bandung. 160 hlm.
Tanaka, A., 1978. Role of Organik matter. Rice
and Soil. IRRI. P 605-620.
Tisdale, S.L. and Nelson, W.L., 1975. Soil
Fertility and Fertilizers. 3rd Ed.
Macmillan Publishing Co. New York.
USDA, 2004.Soil Survey Laboratory Methods
Manual. P.167-365, 616-643. In Burt,
R. (ed.) Soil Survey Investigations
Report No. 42, Vers.4.0 Natural
Resources
Conservation
Service,
United
States
Department
of
Agriculture.
Yoshida, S., 1981.Fundamentals of Rice Crop
Science.The
International
Rice
Research
Institute.Los
Banos,
Languna, Philippines.
Yusuf, W.A., 2010. Pemberian Jerami Padi
dan Purun Tikus pada Berbagai
Tingkat
Dekomposisi
Terhadap
Konsentrasi Besi Dalam Tanah dan
Serapan Besi oleh Padi di Tanah Sulfat
Masam.Tesis.Program
Pascasarjana
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta. 121 hlm.
60