Pengaruh Kompetensi SDM dan Peran Audit Intern terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah dengan Variabel Intervening Sistem Pengendalian
Internal Pemerintah (studi empiris pada Pemkab Kebumen)
Akhmad Syarifudin
SUMMARY
This research is conducted the Human Resource competency Influence and Role of
Internal Audit on the Quality of local Goverment Finacial Report (LKPD) either directly or
mediated by SPIP (Government Internal Controling System). Common problems in this study
are; 1)The demand in improving LKPD quality, transparency and public accountability. 2).
Readiness of personnel competence with the change in SAP (Goverment Accounting
Standards). 3). The application of SPIP and, 4). The new role of Internal Audit , its not only
as the finance controler but also management consultant/SPIP builder. 5)There are
someaudit findings that are not detected by internal auditor eiter BPKP or The Inspectorate,
but it was found by the BPK (Supreme Audit Agency) later. Research variabels are
elaborated operationally in several indicators.
Apparatus competence variable is elaborate into five indicators namely; knowledge,
skill, motives, traits, and self concept. Variable of Intrnal Audits role is elaborated into three
indicators namely; The role of supervisor, coaching/ consulting and revieww of finncial
report.Varianle of Government Internal Controling System is elaborated into five indicators
namely; Internal control, risk assesment, controling activity, information and
communication, and monitoring. The variable of local government financial report quality is
elaborated into fou indicators namely;relevan, reliable, it can be compared, and easy to
understand.
The population in this research are all regional works unit of Kebumen regency that
are involved in the process of local Government financial reporting. The data is taken by
questionnaires which is ditributed to respondents. The variable in this study is independent
variable Comptency (X1), Independncy (X2), while the dependent variable s the
Governments Intenal Controling System (Y1) and Quality of Local Government Financial
Report/LKPD (Y2). Data were analyzed using Amos 18.0.
The reseach result show that ; 1) HR competency has unsignificant positive effect on
the quality of LKPD. 2) The role of InternalAudit has unsignificant positife effect on the
quality of LKPD. 3) SPIP has siginificant positifve effect on the quality LKPD. 4) HR
competency has significant positive effect to SPIP. 5) The role of Internal Audit has
significant positive effect on SPIP. 6) HR competency which is mediated by SPIP has
unsignificant positive effect on the quality LKPD. 7) The role of Internal Audit which is
mediated SPIP has unsignificant positive effect on the quality of LKPD.
Keyword : The HR Competency, Role of Intern Audit, Government Internal Controling
System(SPIP), Quality of local Government Financial Report (LKPD).
keterbukaan dan akuntabilitas publik
PENDAHULUAN
dalam proses pembangunan manajemen
pemerintahan. Sejalan dengan tuntutan
Latar Belakang Masalah
reformasi, Pemerintah dan DPR-RI telah
mengeluarkan UU Nomor 22 tahun 1999
Fenomena yang terjadi di Indonesia
(diganti UU No. 32/ 2004) tentang
dalam era reformasi sektor publik dewasa
pemerintah daerah dan UU No. 25 tahun
ini
adalah
menguatnya
tuntutan
Jurnal Fokus Bisnis, Volume 14, No 02, bulan Desember 2014
Page 26
1999 (diganti UU No.33/ 2004) tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan daerah. Berdasarkan UndangUndang tersebut sistem pemerintahan
sentralisasi menjadi desentralisasi, yaitu
adanya pelaksanaan desentralisasi fiskal
dan otonomi daerah.
Reformasi di bidang pengelolaan
keuangan yaitu terbitnya tiga paket
peraturan
keuangan
Negara
yang
meliputi; UU No. 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, UU No.1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara, dan UU
No.15 Tahun 2005 tentang Pemeriksaan
Keuangan Negara. Penetapan UU tersebut
telah merubah sistem anggaran tradisional
menjadi berbasis kinerja, dan sistem
akuntabilitas yang vertikal menjadi
horizontal.
Dengan
adanya
pelaksanaan
desentralisasi diharapkan setiap daerah
semakin efisien dan efektif dalam
mengatur proses pembagunannya karena
daerah mendapat pelimpahan wewenang
dan kebebasan yang luas untuk mengatur
kebijakan-kebijakan
penting
demi
kemajuan daerahnya. Namun disisi lain
desentralisasi memberikan peluang bagi
daerah baik eksekutif maupun DPRD
untuk melakukan kecurangan. Menurut
Direktur Jenderal Otonomi Daerah
Djohermansyah D., sejak tahun 2004
sampai Februari 2013, sudah 291 kepala
daerah yang terjerat kasus korupsi. Selain
itu, anggota legislatif yang terjerat korupsi
di
DPRD
kabupaten/kota
tercatat
sebanyak 431 dan DPRD provinsi 2.545
orang. (Djkd.kemendagri.go.id #Ditjend keuangan
daerah-kemendagri).
Timbulnya kecurangan didaerah
salah satunya disebabkan lemahnya
pengawasan. Sistem pengawasan terdiri
atas
pengawasan
internal,
yaitu
pengawasan
oleh
aparat
melalui
pengawasan melekat dan pengawasan
fungsional, dan pengawasan eksternal
yang dilakukan oleh masyarakat dan
lembaga pengawasan konstitusional, yaitu
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan
DPR.
Sebagai pelaksana otonomi dan
pengelola keuangan, Pemerintah Daerah
harus menyampaikan laporan keuangan
atas pelaksanaan APBN/APBD sesuai
Standar Akuntansi Pemerintahan (UU No.
17/
2003).
Standar
Akuntansi
Pemerintahan (SAP) merupakan prinsipprinsip akuntansi yang ditetapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan
keuangan pemerintah. Ketentuan SAP
yang pertama diatur dalam PP No.24
Tahun 2005. Berdasarkan PP tersebut,
sistem akuntansi pemerintah yang
digunakan adalah basis kas menuju akrual
(cash toward acrual). Basis kas
digunakan untuk pengakuan pendapatan,
belanja, dan pembiayaan dalam Laporan
Realisasi Anggaran, sedangkan basis
akrual digunakan untuk pengakuan aset,
kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca.
Dalam rangka peningkatan kualitas
informasi pelaporan keuangan pemerintah
merevisi PP No.24 Tahun 2005 dengan
mengeluarkan PP no. 71 Tahun 2010
tentang SAP yang berbasis akrual.
Penerapan akuntansi berbasis akrual
diperlukan
untuk
menghasilkan
pengukuran kinerja yang lebih baik, serta
untuk
memfasilitasi
manajemen
keuangan/ aset yang lebih transparan dan
akuntabel.
Karakteristik
kualitas
informasi keuangan menurut SAP yaitu:
Relevan, andal, dapat dibandingkan, dan
mudah dipahami.
Perubahan akuntansi berbasis kas
menjadi akrual bukan sekedar masalah
teknis
pencatatan
transaksi
dan
menyajikan laporan keuangan, tetapi
membutuhkan
kebijakan
akuntansi
(accounting policy), perlakuan akuntansi
untuk suatu transaksi (accounting
treatment), pilihan akuntansi (accounting
choice),
serta
mendesain
atau
menganalisis sistem akuntansi yang ada.
Oleh karenanya, proses pelaporan
keuangan pemerintah harus dikerjakan
oleh SDM yang memiliki kompetensi
agar mampu menyusun dan menyajikan
LKPD yang berkualitas.
Jurnal Fokus Bisnis, Volume 14, No 02, bulan Desember 2014
Page 27
Kemudian untuk menilai ketepatan
pelaksanaan kebijakan organisasi dan
melakukan tindakan koreksi jika terdapat
penyimpangan maka diperlukan peran
pengawas (audit intern) agar organisasi
dapat mencapai tujuan secara efisien dan
efektif. Mencermati topik pengawasan
secara luas, sistem pengawasan dibangun
berdasarkan pendekatan kelembagaan
internal dan eksternal, yaitu sistem
pemeriksaan ekstern pemerintah dan
sistem pengawasan intern pemerintah.
Meskipun keberadaan lembaga tersebut
cukup beragam, sampai saat ini peranan
masing-masing lembaga tersebut belum
optimal. Di tengah-tengah permasalahan
perebutan dominasi dan peranan tersebut
ternyata kinerja pemerintah sebagai objek
yang diperiksa atau diawasi belum
menunjukkan
peningkatan
yang
signifikan, baik di sektor publik maupun
korporasi.
Berdasarkan IHPS I Tahun 2013
yang merupakan ikhtisar dari Laporan
Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK atas 597
objek
pemeriksaan.
Pemeriksaan
dilaksanakan
terhadap
entitas
di
lingkungan Pemerintah Pusat dan Daerah,
Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
BUMD, serta lembaga atau badan lainnya
yang mengelola keuangan Negara. Dalam
IHPS I Tahun 2013 mengungkapkan
sebanyak 13.969 kasus kelemahan sistem
pengendalian intern dan ketidakpatuhan
terhadap ketentuan perundang-undangan
senilai Rp56,98 triliun.
Dari jumlah tersebut, 4.589 kasus
temuan yang berdampak finansial yaitu
ketidakpatuhan terhadap perundangundangan yang mengakibatkan kerugian,
potensi kerugian, dan kekurangan
penerimaan senilai Rp10,74 triliun.
Rekomendasi BPK antara lain adalah
penyerahan aset dan/ atau penyetoran ke
kas negara/ daerah/ perusahaan milik
negara/ daerah. Adapun 5.747 kasus
merupakan kelemahan SPI, 2.854 kasus
penyimpangan
administrasi,
serta
ketidakhematan, ketidakefisienan, dan
ketidakefektifan 779 kasus senilai
Rp46,24 triliun. Rekomendasi BPK
adalah perbaikan SPI dan/ atau tindakan
administratif dan/ atau tindakan korektif
lain.
Menurut laporan audit BPK sampai
akhir tahun 2013, mayoritas LKPD belum
sesuai harapan, bahkan masih ada LKPD
yang dianggap tidak layak diaudit.
Perkembangan kualitas LKPD dapat
dilihat dari hasil pemeriksaan BPK. Pada
tahun 2006 LKPD yang WTP 2 (1%),
tahun (2007) 1 (1%), tahun (2008) 6 (2%),
tahun (2009) 7 (2%), tahun (2010) 16
(4%), tahun (2011) 34 (12%) dan tahun
(2012) 67 (16%). Pada semester I Tahun
2013, BPK memberikan opini terhadap
415 LKPD Tahun 2012, opini WTP atas
113 entitas, opini WDP atas 267 entitas,
opini TW atas 4 entitas, opini TMP atas
31 entitas, dan opini TMP atas 4 LKPD
Tahun 2011. (sumber diolah; dari IHPS I tahun
2012 dan 2013)
LKPD yang meraih opini Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP) dan WDP
umumnya memiliki pengendalian intern
yang memadai. Sedangkan LKPD yang
mendapat opini Tidak Wajar (TW) dan
TMP (disclaimer) perlu perbaikan
pengendalian intern. BPK menemukan
beberapa kasus kelemahan SPI dan
pelaporan,
yaitu;
a)
Pencatatan
belum/tidak dilakukan secara akurat, b)
Proses penyusunan laporan tidak sesuai
ketentuan yang berlaku, c) Terlambat
dalam menyampaikan laporan keuangan,
d) Sistem informasi akuntansi dan
pelaporan belum memadai, e) Sistem
informasi akuntansi dan pelaporan kurang
didukung SDM yang kompeten.
Mengingat perkembangan kualitas
laporan keuangan yang masih terlihat
lambat, maka peningkatan kompetensi
SDM dan peran pengawas keuangan serta
efektivitas
pengendalian
intern
pemerintah menjadi krusial. Terkait
masalah pengendalian, pemerintah telah
mengeluarkan PP No. 60 tahun 2008,
tentang Sistem Pengendalian Internal
Pemerintahan
(SPIP).
Dengan
Jurnal Fokus Bisnis, Volume 14, No 02, bulan Desember 2014
Page 28
mengoptimalkan
SPIP
diharapkan
pengendalian intern semakin efektif
sehingga dapat memediasi dalam
mengatasi
permasalahan
rendahnya
kualitas informasi keuangan.
Dengan terbitnya PP No.60 tahun
2008, pengawas intern memiliki peran
baru yaitu: Pengawasan intern terhadap
akuntabilitas
keuangan
Negara,
pembinaan penyelenggaraan SPIP, dan
reviu laporan keuangan pemerintah pusat
dan daerah. Dengan paradigma baru ini,
tugas pengawas tidak sekedar mengawasi
pengelolaan keuangan tetapi bersinergi
dengan mitra kerja dalam rangka
meningkatkan kualitas laporan keuangan.
Selama
ini
pemerintah
kurang
memperhatikan pendekatan soft control
dalam SPIP tetapi lebih sering merancang
SPIP dengan memperkuat pendekatan
hard control.
Pengawas intern yang melakukan
pengawasan
keuangan
dilingkungan
pemerintah daerah selain BPKP adalah
Aparat Inspektorat Daerah. Berdasarkan
PP No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan
dan
Pengawasan
Penyelenggaraan
Pemerintahan,
Inspektorat Kabupaten/ Kota melakukan
pengawasan terhadap;1). Pelaksanaan
urusan pemerintahan di daerah; 2).
Pelaksanaan
pembinaan
atas
penyelenggaraan pemerintahan desa; 3).
Pelaksanaan urusan pemerintahan desa.
Pada
tahun
2009
BPKP
mendampingi 15 Pemda dan yang meraih
Opini WTP 12 Pemda. Kemudian tahun
2010, BPKP mendampingi 22 Pemda
yang meraih Opini WTP 19 Pemda.
Prestasi ini menunjukan efektifitas peran
pengawas intern dalam melakukan
pemeriksaan dan pembinaan terhadap
proses akuntansi pemerintahan dan
penyusunan laporan keuangan dalam
rangka peningkatan kualitas LKPD.
Namun, keterbatasan kualitas dan
kuantitas auditor intern masih menjadi
kendala besar dalam
melaksanakan
tugasnya.
Fenomena yang terjadi dalam
akuntansi sektor publik adalah tingginya
upaya pemerintah pusat maupun daerah
untuk meningkatkan kualitas laporan
keuangan
sebagai
bentuk
pertanggungjawaban
dalam
rangka
mewujudkan
keterbukaan
dan
akuntabilitas publik. Upaya tersebut
mendapat dukungan BPKP dengan
keluarnya Keputusan Kepala BPKP
Nomor: Kep-1025/K/SU/2011 Tentang
Kebijakan Pengawasan dan Pembinaan.
Selain
itu
Kepala
BPKP
juga
mengeluarkan keputusan No : PER247/K/D4/2012
Tentang
Pedoman
Peningkatan Kualitas LKPD.
Upaya peningkatan kualitas LKPD
juga sejalan dengan Inpres No. 4 Tahun
2011, tentang Percepatan Peningkatan
Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara.
Dimana salah satu instruksinya, BPKP
diberi tugas melakukan asistensi kepada
kementerian/ lembaga/ pemerintah daerah
untuk meningkatkan pemahaman bagi
pejabat pemerintah pusat/ daerah dalam
pengelolaan
keuangan
Negara,
meningkatkan
kepatuhan
terhadap
peraturan perundang-undangan, serta
meningkatkan kualitas laporan keuangan
dan tata kelola.
Penelitian yang dilakukan oleh
Indriasari (2008), Winindyaningrun dan
Rahmawati (2010) menyatakan, bahwa
kapasitas SDM tidak berpengaruh
signifikan terhadap keterandalan LKPD.
Namun menurut penelitian Irwan (2011),
Wansyah (2012), dan Yosefrinaldi (2013)
hasilnya menyatakan, bahwa kompetensi
SDM berpengaruh signifikan terhadap
kualitas LKPD. Selain itu hasil penelitian
Irwan (2011), Wansyah (2012) dan
Yosefrinaldi (2013) juga menyatakan,
bahwa SPIP berpengaruh signifikan
terhadap kualitas LKPD.
Jurnal Fokus Bisnis, Volume 14, No 02, bulan Desember 2014
Page 29
Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Kompetensi Sumber Daya
Manusia
berpengaruh
terhadap
Kualitas LKPD?
2. Apakah Peran Audit
Internal
berpengaruh terhadap Kualitas LKPD?
3. Apakah SPIP berpengaruh terhadap
Kualitas LKPD?
4. Apakah
Kompetensi
SDM
berpengaruh terhadap SPIP?
5. Apakah
Peran
Audit
Intern
berpengaruh terhadap SPIP?
6. Apakah SPIP memediasi pengaruh
Kompetensi SDM terhadap Kualitas
LKPD?
7. Apakah SPIP memediasi pengaruh
peran Audit Intern terhadap Kualitas
LKPD
New Public Management (NPM)
Pada
tahun 1990-an ilmu
administrasi
publik
mengenalkan
paradigma baru yang sering disebut New
Public Management (NPM) (Hood,
1991). NPM disebut juga dengan nama
lain
misalnya
Post-bureaucratic
Paradigm
(Barzelay,
1992),
dan
Reinventing Government (Osborne dan
Gaebler, 1992). Model NPM berfokus
pada kinerja, bukan pada kebijakan.
Paradigma baru tersebut menimbulkan
tuntutan untuk melakukan efisiensi,
pemangkasan biaya (cost cutting), dan
kompetisi tender.
Salah satu model NPM diajukan
oleh Osborne dan Gaebler (1992) yang
tertuang dalam pandangannya yang
dikenal dengan konsep Reinventing
Government. Menurut Osborne dan
Gaebler terdapat 10 perspektif baru
pemerintah, yaitu: Pemerintahan katalis,
Pemerintah milik masyarakat, Pemerintah
yang kompetitif, Pemerintah yang
digerakkan oleh misi, Pemerintah yang
berorientasi hasil, Pemerintah berorientasi
pada pelanggan, Pemerintah wirausaha,
Pemerintah yang antisipatif, Pemerintah
desentralisasi, Pemerintah
pada mekanisme pasar.
berorientasi
Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan dapat didefinisikan
sebagai suatu hubungan yang terdapat
pada suatu kontrak dimana satu orang
atau lebih (principal) memerintah orang
lain (agen) untuk melakukan suatu jasa
atas nama prinsipal dan memberi
wewenang kepada agen untuk membuat
keputusan yang terbaik bagi prinsipal
(Jensen dan Meckling, 1976).
Prinsip utama teori ini berupa
hubungan kerja antara pihak yang
memberi wewenang (prinsipal) dengan
pihak yang menerima wewenang (agensi)
dalam bentuk kontrak kerja sama yang
disebut nexus of contract. Agen
merupakan pihak yang dikontrak oleh
principal untuk bekerja demi kepentingan
principal. Untuk itu principal memberikan
sebagian kekuasaannya kepada agen
untuk
membuat
keputusan
demi
kepentingan terbaik bagi principal.
Pelaksanaan otonomi daerah merupakan
pelimpahan wewenang dari pemerintah
kepada kepala daerah menunjukan adanya
hubungan keagenan (dalam Halim dan
Abulah, 2005).
Teori Entitas
Menurut Paton (Suwardjono,
2005) dalam teorinya, bahwa organisasi
dianggap sebagai suatu kesatuan atau
badan usaha ekonomik yang berdiri
sendiri, bertindak atas nama sendiri, dan
kedudukannya terpisah dari pemilik atau
pihak lain yang menanamkan dana dalam
organisasi dan kesatuan ekonomik
tersebut menjadi pusat perhatian atau
sudut pandang akuntansi.
Dari perspektif ini, akuntansi
berkepentingan
dengan
pelaporan
keuangan sebagai kesatuan usaha bukan
pemilik. Hal ini berarti kesatuan usaha
menjadi kesatuan pelapor (reporting
entity) yang bertanggung jawab kepada
pemilik. Sehingga kesatuan usaha menjadi
pusat
pertanggungjawaban,
yang
Jurnal Fokus Bisnis, Volume 14, No 02, bulan Desember 2014
Page 30
dinyatakan
dalam bentuk
laporan
keuangan. Konsep atau teori entitas ini
telah diaplikasikan dalam mekanisme
keuangan di Indonesia.
Laporan Keuangan Pemerintah
Laporan keuangan pada dasarnya
merupakan asersi dari pihak manajemen
pemerintah
yang
menginformasikan
kondisi keuangan pemerintah kepada para
pemangku kepentingan (stakeholder).
Pelaporan keuangan membantu memenuhi
kewajiban pemerintah untuk menjadi
akuntabel secara publik. Pelaporan
keuangan juga membantu memenuhi
kebutuhan para pengguna laporan
keuangan yang mempunyai keterbatasan
kewenangan,
dan
keterbatasan
kemampuan untuk memperoleh informasi.
Oleh sebab itu mereka menyandarkan
pada laporan keuangan sebagai sumber
informasi yang penting.
Berdasarkan UU No. 17 Tahun
2003
tentang
Keuangan
Negara,
pemerintah pusat dan daerah harus
membuat laporan keuangan sebagai
bentuk pertanggungjawaban. Selain itu,
pemerintah pusat juga menerbitkan
beberapa peraturan pemerintah (PP)
menyangkut pengelolaan keuangan daerah
diantaranya, PP No. 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
dan Permendagri No. 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah. Untuk penyusunan dan penyajian
laporan keuangan pemerintah diatur
dalam PP No. 71 tahun 2010 tentang SAP.
Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) merupakan persyaratan yang
berkekuatan
hukum dalam
upaya
meningkatkan kualitas laporan keuangan
pemerintah di Indonesia. Dalam SAP
terdapat empat persyaratan karakteristik
kualitatif yang harus dipenuhi dalam
penyusunan laporan keuangan, yaitu;
Relevan, andal, dapat diperbandingkan,
dan mudah ddipahami. Kesesuaian
laporan keuangan dengan SAP sangat
menentukan kualitas LKPD.
Dalam
rangka
pertanggungjawaban pemerintah dalam
pelaksanaan APBD, tiap kepala SKPD
selaku
pengguna
anggaran
menyelenggarakan
akuntansi
atas
transaksi keuangan, aset, utang, dan
ekuitas dana yang berada dalam tanggung
jawabnya. Pencatatan dalam proses
akuntansi tersebut sebagai bahan dalam
menyiapkan laporan keuangan SKPD,
yang terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Laporan perubahan sisa
anggaran (SAL), Neraca, Laporan operasi
(LO), Laporan perubahan ekuitas (LPE),
Laporan Arus Kas dan Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK). Laporan
keuangan dari tiap-tiap SKPD tersebut
dikonsolidasikan oleh DPPKAD menjadi
LKPD.
Kompetensi Sumber Daya Manusia
Keberhasilan suatu organisasi dalam
mencapai suatu tujuan sangat ditentukan
oleh kualitas dan kemampuan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berada di
dalamnya. Dalam organisasi publik, peran
SDM lebih ditekankan pada kemampuan
memberikan pelayanan yang terbaik bagi
masyarakat, sehingga organisasi tetap
memiliki reputasi kinerja yang unggul dan
akuntabel dimata masyarakat. Oleh
karenanya, kompetensi SDM pada setiap
level manajemen menjadi urgen baik level
pimpinan maupun staf pemerintahan.
Kompetensi menurut Spencer and
Spencer, (1993:9) ; an underlying
characteristics of an individual which is
causally related to criterion-referenced
effective and or superior performance in a
job
or
situation.
Penulis
menterjemahkan, "suatu karakteristik
yang mendasari kepribadian seseorang
yang menyebabkan saling berkaitan
dengan kriteria-keperilakuan efektif dan
atau kinerja yang unggul dalam pekerjaan
atau situasi tertentu.
Penentuan tingkat kompetensi
dibutuhkan agar dapat mengetahui tingkat
kinerja yang diharapkan untuk katagori
baik/rata-rata.
Penentuan
ambang
Jurnal Fokus Bisnis, Volume 14, No 02, bulan Desember 2014
Page 31
kompetensi yang dibutuhkan tentunya
dapat dijadikan dasar bagi proses seleksi,
suksesi perencanaan, evaluasi kinerja dan
pengembangan SDM. Menurut Spencer
and Spencer (1993: 10) kompetensi terdiri
dari lima karakteristik, yaitu: Knowledge,
Skills, Motives, Traits (sifat), Self Concept
(konsep diri).
Seseorang
yang
memiliki
kompetensi
akan
bekerja
dengan
pengetahuan dan ketrampilanya sehingga
dapat bekerja dengan mudah, cepat,
intuitif dan dengan pengalamanya bisa
meminimalisir
kesalahan.
Tiga
kecenderungan ini juga selaras dengan
pengertian kompetensi dalam penjelasan
pasal 3 PP No.101 Tahun 2000 bahwa,
yang dimaksud dengan kompetensi adalah
kemampuan dan karakteristik yang
dimiliki oleh PNS berupa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap perilaku yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugas
jabatannya.
PeranAudit Intern
Sesuai pasal 1 ayat 3 PP No. 60
Tahun 2008, pengawasan intern adalah
seluruh proses kegiatan audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan
lain
terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi
organisasi dalam rangka memberikan
keyakinan yang memadai bahwa kegiatan
telah dilaksanakan sesuai dengan tolok
ukur yang telah ditetapkan secara efektif
dan efisien untuk kepentingan pimpinan
dalam mewujudkan tata pemerintahan
yang baik.
Peran audit intern berkaitan
dengan kualitas laporan keuangan dalam
pengelolaan
dan
tanggung
jawab
keuangan negara tersirat di dalam pasal 9
(1) UU No. 15 Tahun 2004, bahwa dalam
menyelenggarakan
pemeriksaan
pengelolaan
dan
tanggung
jawab
keuangan
negara,
BPK
dapat
memanfaatkan hasil pemeriksaan Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
Berdasarkan PP No. 60 Tahun 2008
tentang SPIP, Peran Audit Intern tidak
terbatas pada pengawasan keuangan tetapi
mendapat peran baru untuk melakukan
pembinaan/konsultasi
disamping
melakukan review laporan keuangan
pemerintah. Dalam pelaksanaan tugasnya,
pengawasan intern tersebut berkaitan erat
dengan sistem pengawasan keuangan
negara. Sistem pengawasan terdiri dari
lembaga-lembaga pengawasan fungsional
yang disusun berlapis-lapis. Lembaga
pengawasan terdiri intern atau APIP dan
lembaga ekstern atau aparat pengawasan
ekstern pemerintah. APIP meliputi BPKP
yang berada dibawah Presiden dan
Inspektorat Jenderal Departemen yang
berada dibawah departemen.
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
Sesuai pasal 58 (1) UU No. 1
Tahun
2004,
bahwa
Presiden
menyelenggarakan Sistem Pengendalian
Internal Pemerintah (SPIP) dalam
rangka pengelolaan keuangan negara.
Sistem pengendalian internal adalah
proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan
memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif
dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundangundangan (PP No. 60 tahun 2008)
Tingkat efektifitas SPIP daerah
diukur berdasarkan terpenuhinya 5
kategori
yang
ditetapkan
dalam
Permendagri No.13 Tahun 2006 ayat 3
bahwa, pengendalian intern sebagaimana
dimaksudkan pada ayat 2 sekurangkurangnya memenuhi kriteria sebagai
berikut:
Terciptakan
lingkungan
pengendalian
yang
sehat,
terselenggaranya
penilaian
resiko,
terselenggarakan aktivitas pengendalian,
terselenggarakannya sistem informasi
dan komunikasi, dan terselenggaranya
kegiatan pemantauan.
Selanjutnya
seperti
yang
dijelaskan
dalam
lampiran
1
Jurnal Fokus Bisnis, Volume 14, No 02, bulan Desember 2014
Page 32
Permendagri No. 4 Tahun 2008, bahwa
kualitas laporan keuangan tidak hanya
diukur dari kesesuaian dengan SAP saja,
tetapi juga dari sistem pengendalian
internnya. Untuk itu, pemerintah daerah
Kerangka Pemikiran Teoritis
harus mendesain, mengoperasikan, dan
memelihara SPI yang baik dalam rangka
menghasilkan informasi keuangan yang
andal.
Berdasarkan kajian empiris dan teoritis yang telah diuraikan, maka model
penelitian dalam penelitian ini disajikan pada gambar berikut ini:
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
Sumber : diolah dengan software Amos 18.0, 2014
METODOLOGI PENELITIAN
1. Populasi dan Responden
Populasi dalam penelitian ini
adalah Satuan Kerja Perangkat
Daerah di Kabupaten Kebumen.
Jumlah responden adalah 29
SKPD x 5 = 145.
2. Model Analisis Data
Model
analisis
data
yang
digunakan pada penelitian ini
adalah
analisis
Struktural
Equation
Modeling
dengan
AMOS
18.0
dan
diuji
kesesuaiannya
menggunakan
goodness-of-fit index.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Analisis CFA (Confimatory Factor
Analysis)
Uji validitas dan reliabilitas pada
penelitian ini menggunakan Confimatory
Factor
Analysis
(CFA).
Model
pengukurannya melalui CFA dari
indikator-indikator yang membentuk
variabel laten yang terdiri; Kompetensi
SDM, Peran audit internal, SPIP dan
LKPD. Hubungan kausalitas antar
konstruk beserta indikatornya seperti pada
gambar 4.2.3., sedangkan text output nya
tersaji pada lampiran 6.
Jurnal Fokus Bisnis, Volume 14, No 02, bulan Desember 2014
Page 33
Gambar 4.2.3 Diagram Jalur Hubungan Kausalitas
,10
1
e1
,12
1
e2
,22
1
e3
,14
1
e4
,13
1
e5
,04
X1
8,40
X2
X3
8,38
1,00
,00
X14
1,00
,14
,91
,01
KOMPETENSI
LKPD
11,05
X15
1,02
X16
1,25
X411,49
,10
e7
e8
,05
1
,07
1
,08
e15
,07
e16
,07
e17
X5
,13
,10
X9
e6
e14
X17
,01
,01
,11
1
X6
X7
,78
1,08
1,00
X8
PERAN
AUDIT INTERNAL
SPIP
X10
1,07
X11
1,09
X12
X13
e10
,10
e11
,10
1,23
,08
e9
,09
1,00
,111,20
,15
e12
,08
e13
chi-square=161,850
df=113
prob=,002
GFI=,874
AGFI=,829
TLI=,949
RMSEA=,058
Sumber : diolah dari kuisioner dengan Amos 18.
Berdasarkan
perhitungan
menggunakan software AMOS 18.0
diketahui bahwa hampir semua indikator
dari masing-masing variabel memiliki CR
2,00. Dengan demikian terdapat
kesesuaian
antara
dimensi-dimensi
konstruk dengan variabel laten, dengan
kata lain terdapat kesesuaian antara
model yang diajukan dengan data yang
digunakan, setiap indikator variabel yang
digunakan dalam kuesioner dapat
mewakili faktor yang dibentuknya dan
sesuai untuk mengukur variabel yang
digunakan.
Dengan menggunakan kriteria CR
sebesar 2,58 pada tingkat signifikansi
0,05 (5%), dapat diketahui bahwa ada
sebagian data yang memiliki nilai CR
melebihi batas kritis, maka dapat
diasumsikan bahwa data yang digunakan
dalam penelitian ini memiliki sebaran
yang tidak normal. Namun karena tidak
ada warning yang muncul dari program
AMOS, maka dapat disimpulkan bahwa
data yang ada masih dalam batas wajar
dan normal untuk diteliti lebih lanjut.
Oleh karena itu tidak menjadi alasan
untuk mengeluarkan data tersebut dari
perhitungan atau menambah jumlah
sampel. Selain itu karena beragamnya
sampel dari pendapat responden dapat
menyebabkan terjadinya sebaran data
yang tidak normal.
Evaluasi Multivariate Outliers
Selanjutnya dilakukan evaluasi
terhadap Multivariate Outliers karena
meskipun data yang yang dianalisis
menunjukkan ada Outliers pada tingkat
Univariate, tetapi observasi-observasi itu
dapat menjadi outliers bila sudah
dikombinasikan, untuk mengetahui hal
tersebut perlu dilakukan perhitungan
besarnya jarak Mahalanobis ( The
Mahalanobis
Distance).
Jarak
Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi
dapat dihitung dan akan menunjukkan
sebuah jarak observasi dari rata-rata
semua variabel dalam sebuah ruang
Multidimensional (Hair dkk, 1995 :
Norusis, 1994 dalam Ferdinand, 2003 :
146).
Perhitungan jarak mahalonobis
didasarkan pada nilai Chi-Square dalam
tabel distribusi 2 pada derajat bebas
sebesar 113 (jumlah indikator/parameter)
pada tingkat p < 0,001 yaitu 2 (36,
0,001). Oleh karena itu, data yang
memiliki jarak mahalonobis lebih besar
dari nilai tersebut dianggap multivariate
outlier. Akan tetapi, outliers yang
ditemukan dalam analisis ini tidak akan
dihilangkan dari analisis karena data
Jurnal Fokus Bisnis, Volume 14, No 02, bulan Desember 2014
Page 34
tersebut menggambarkan keadaan yang
sesungguhnya dan tidak ada alasan khusus
dari profil responden yang menyebabkan
data harus dikeluarkan (Ferdinand
2005:153).
Dari hasil perhitungan SEM
dengan software Amos 18.0 jarak terjauh
dari
centroidnya
dengan
nilai
mahalonobis d-squared adalah 35,814.
Data jarak mahalonobis dapat dilihat pada
tabel 4.2.5 yang tersaji pada lampiran 6.
Evaluasi atas multikolinearitas atau
singularitas.
Untuk melihat apakah terdapat
multicolinearity atau singularity dalam
sebuah kombinasi variabel, peneliti perlu
mengamati determinant of sample
covariance matrik. Determinan yang
benar-benar
kecil
mengindikasikan
adanya multicolinearity atau singularity
(Tabachnick & Fidel, 2000 dalam
Ferdinand, 2005).
B. Analisis SEM (Structural Equation
Modeling)
1. Structural Equation Model (SEM)
Model yang telah dianalisis
menggunakan confirmatory factor
analysis dan dapat dibuktikan bahwa
masing-masing
indikator
dapat
mendefinisikan konstruk laten, maka
sebuah full model SEM dapat
dianalisis.
Hasil
pengolahan
menggunakan program AMOS 18.0
seperti pada gambar 4.3.4.
Kemudian tabel standarized
regression weight yang menjelaskan
besarnya pengaruh dari tiap-tiap
variabel terdapat pada lampiran 6
yang merupakan output perhitungan
AMOS
18.0.
Berdasarkan
perhitungan,
dapat
disimpulkan
bahwa setiap indikator dari masingmasing variabel memiliki nilai
koefisien atau standarized estimate
yang signifikan (p 0,05).
Gambar.4.3.4. Hasil pengolahan dengan program AMOS 18.0
Sumber: Data Kuesioner yang diolah dengan AMOS 18.0
1)
Uji kesesuaian dan uji statistik
Berdasarkan komputasi dari output program AMOS 18.0 untuk model
SEM ini, dihasilkan indeks-indeks goodness-of-fit sebagai berikut:
Jurnal Fokus Bisnis, Volume 14, No 02, bulan Desember 2014
Page 35
Tabel 4.3.4. Evaluasi kriteria goodness-of-fit indices.
Kriteria
Chi-Square 2 (CMIN)
Hasil Model ini
161,850
Probability (P)
GFI
AGFI
TLI
RMSEA
0,002
0,874
0,829
0,949
0,058
Nilai Kritis
kecil
0,05
0,90
0,90
0,95
0,08
Evaluasi Model
Good fit
Marginal
Fit
Fit
Good fit
Good fit
Sumber: Data Kuesioner yang diolah dengan AMOS 18.0
Tabel menunjukan hampir semua kriteria yang digunakan baik, hanya satu
kriteria untuk Probalility (P) yang marginal (0,002) tetapi tidak poor fit (0,000),
karena itu model ini dapat diterima dengan baik. Dengan demikian, dapat
dinyatakan bahwa kesesuaian antara model dan data dalam penelitian
menghasilkan konfirmasi yang baik atas dimensi-dimensi faktor serta hubunganhubungan kausalitas antar faktor. Dan juga tidak ada warning dari program AMOS,
maka data yang ada normal untuk diteliti. Hasil ouput text tersaji pada tabel 4.3.5
berikut ini :
Tabel 4.3.5 Hasil Output dengan software Amos 18.0
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Kualitas LKPD
Kualitas LKPD
Kualitas LKPD
SPIP
SPIP
<--<--<--<--<---
Kompetensi_ SDM
Peran_Audit Intern
SPIP
Kompetensi_ SDM
Peran_Audit Intern
Estimate
,242
,147
,617
,506
,246
Jurnal Fokus Bisnis, Volume 14, No 02, bulan Desember 2014
S.E.
,139
,098
,153
,131
,105
C.R.
1,738
1,505
4,034
3,872
2,353
P Label
,082
,132
***
***
,019
Page 36
Pembahasan
Penelitian ini menguji pengaruh
Kompetensi SDM, Peran Audit Intern, dan
SPIP terhadap Kualitas LKPD.
Pengaruh Kompetensi SDM terhadap
Kualitas LKPD
Hipotesis 1 yang menyatakan
kompetensi SDM berpengaruh positif
terhadap kualitas LKPD ditolak. Hal ini
dapat dijelaskan, bahwa penyusunan laporan
keuangan harus dilakukan dengan cermat,
akurat dan sesuai dengan SAP agar
menghasilkan informasi laporan keuangan
yang dapat diandalkan. Namun selain faktor
kompetensi SDM ada beberapa faktor lain
yang dapat mempengaruhi kualitas LKPD
seperti masalah pengelolaan aset dan
kelemahan sistem pengendalian internal. Hal
ini sesuai dengan penjelasan dalam lampiran
1 Permendagri No. 4 Tahun 2008, bahwa
kualitas laporan keuangan tidak hanya diukur
dari kesesuaian dengan SAP saja, tetapi juga
dari sistem pengendalian internnya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK,
LKPD Kab. Kebumen pada tahun 2011 dan
2012 meraih opini WTP. Perolehan predikat
WTP pada dua periode akuntansi tersebut
banyak dibantu oleh peran BPKP yang
melakukan pendampingan dalam menyusun
laporan
keuangan.
Dengan
adanya
pendampingan
oleh
BPKP
tentunya
kompetensi aparatur di Pemda Kebumen
semakin meningkat, sehingga pada tahun
berikutnya
diharapkan
dapat
mempertahankan predikat WTP. Namun
harapan tersebut gagal, karena hasil
pemeriksaan BPK pada tahun 2014 atas
LKPD tahun 2013 hanya mendapat opini
WDP (Wajar Dengan Pengecualian).
Penurunan predikat laporan keuangan
tersebut membuktikan bahwa pengaruh
kompetensi aparatur bukan satu-satunya
faktor yang terpenting, tetapi ada faktor
penting lain yang ikut menentukan kualitas
LKPD. Menurut informasi yang berhasil
diperoleh
dari
penelitian,
kegagalan
Kab.Kebumen mempertahankan predikat
WTP pada hasil pemerikasaaan tahun 2014
adalah karena terdapat satu SKPD yang
melakukan kesalahan dalam pengelolaan
keuangan dan satu SKPD yang kurang
sempurna dalam pengelolaan aset daerah.
Adanya
temuan
kesalahan/
penyimpangan dari hasil pemeriksaan BPK
tersebut menurut penulis bukan semata-mata
karena rendahnya tingkat kompetensi
aparatur, tetapi juga kontribusi dari kebijakan
pimpinan/manajemen yang kurang hati-hati.
Pihak manajemen selaku pimpinan dengan
berbagai kepentingan dapat membuat suatu
keputusan yang longgar toleransi sehingga
memiliki resiko bawaan (inhern risk) dalam
pengelolaan keuangan daerah. Oleh karena
itu, temuan dalam pemeriksaan BPK tersebut
menyebabkan opini terhadap laporan
keuangannya turun dari predikat WTP
menjadi WDP.
Hasil uji hipotesis ini sejalan dengan
hasil penelitian Indriasari (2008) pada
Pemerintah Kota Palembang dan Kabupaten
Ogan Ilir yang menyatakan, bahwa kapasitas
SDM tidak berpengaruh signifikan terhadap
keterandalan LKPD. Hasil Penelitian yang
sama juga dilakukan oleh Winindyaningrum
dan Rahmawati (2010) yang menyatakan,
bahwa SDM berpengaruh tidak signifikan
terhadap
ketepatwaktuan
Pelaporan
Keuangan Pemerintah Daerah. Kemudian
hasil dari penelitian Apriansyah, (2010) juga
menyatakan, bahwa SDM tidak berpengaruh
terhadap kualitas laporan keuangan.
Pengaruh Peran Audit Internal Terhadap
Kualitas LPKD
Hipotesis 2 yang menyatakan Peran
Audit Internal berpengaruh signifikan
terhadap kualitas LKPD ditolak. Hal ini
dapat dijelaskan karena Audit Intern tidak
mengerjakan secara langsung dalam proses
penyusunan dan penyajian LKPD. Tugas
utama Audit Intern adalah melakukan
pemerikasaan, pembinaan terhadap proses
pelaporan keuangan pemerintah daerah dan
sebagai konsultan manajemen. Keterbatasan
jumlah
aparat
Inspektorat,
tingkat
kompetensi
dan
luasnya
cakupan
Jurnal Fokus Bisnis, Volume 14, No 02, bulan Desember 2014
Page 37
pemeriksaan masih menjadi kendala untuk
dapat memeriksa seluruh pos keuangan
secara cermat dan mendetail, sehingga
kinerja audit intern menjadi kurang optimal.
mengoperasikan, dan memelihara Sistem
Pengendalian Internal yang baik dalam
rangka meningkatkan keandalan informasi
keuangan.
Selain itu, dari hasil penelitian ini
juga dapat diketahui bahwa kemampuan
audit
intern
dalam
mendeteksi
ketidakpatuhan, kesalahan/ penyimpangan
belum optimal. Oleh karenanya kesalahan
dalam kegiatan maupun dalam pencatatan
akuntansi yang telah dilakukan tidak
terdeteksi hingga saat pemeriksaan oleh
BPK. Kesalahan tersebut misalnya dalam hal
pengelolaan keuangan dan penilaian aset
daerah. Hal ini terbukti dengan adanya
temuan BPK yang tidak ditemukan
sebelumnya oleh Audit Intern pemerintah.
Dengan adanya pengendalian intern
yang efektif akan dapat meminimalisir resiko
kesalahan dalam peyusunan dan penyajian
laporan keuangan. Dengan demikian adanya
penerapan
SPIP
sangat
membantu
manajemen pemerintahan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, khususnya
dalam rangka meningkatkan keandalan
laporan keuangan. Hasil pengujian ini sejalan
dengan hasil penelitian Irwan (2011) yang
menyatakan
bahwa
kualitas
laporan
keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera
Barat dipengaruhi oleh penerapan SPIP,
Kompetensi SDM dan penerapan SAP.
Kemudian hasil penelitian Yosefrinaldi
(2013) juga sejalan dengan penelitian ini
yang menyatakan, bahwa SPIP berpengaruh
signifikan positif terhadap kualitas LKPD.
Hasil pengujian hipotesis ini sejalan
dengan pendapat De Angelo bahwa
kemungkinan (probability) dimana auditor
akan menemukan salah saji tergantung pada
kualitas pemahaman (kompetensi) auditor.
Hasil pengujian lain yang sejalan dilakukan
Dewi dan Nelly (2013) dengan Objek yang
diteliti adalah Symptom of Fraud dan Peran
Auditor Internal dalam mendeteksi fraud.
Hasil penelitianya menyatakan, bahwa
Auditor internal berperan dalam mendeteksi
fraud, tapi peran manajemen puncak dalam
me- review atas pengendalian internal
memberikan peran yang lebih penting dalam
upaya pendeteksian tindakan fraud sesuai
dengan konsep tone at the top.
Pengaruh Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) terhadap kualitas
LKPD
Hipotesis 3 yang menyatakan bahwa
SPIP berpengaruh signifikan terhadap LKPD
diterima. Hal tersebut menunjukkan
semakin efektif penerapan SPIP, maka
kualitas
laporan
keuangan
semakin
meningkat. Hal ini sesuai dengan penjelasan
dalam lampiran 1 Permendagri No. 4 Tahun
2008 tanggal 17 Januari 2008, bahwa
kualitas laporan keuangan tidak hanya diukur
dari kesesuaian dengan SAP saja, tetapi juga
dari sistem pengendalian internnya. Untuk
itu, pemerintah daerah harus mendesain,
Pengaruh Kompetensi
SPIP
SDM Terhadap
Hipotesis 4 yang menyatakan bahwa
kompetensi SDM berpengaruh positif
signifikan
terhadap
SPIP
diterima.
Diterimanya hipotesis 4 menunjukan bahwa
hubungan kompetensi SDM memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap efektifitas
penerapan SPIP. Artinya semakin tinggi
variasi kompetensi SDM maka pengendalian
internal pemerintah akan semakin efektif.
Dengan demikian kompetensi aparatur
sangat berpengaruh terhadap peningkatan
kinerja dan ketaatan terhadap aturan dalam
melaksanakan kegiatan pemerintahan.
Dalam penerapan SPIP, tingkat
efektifitas pengendalian intern diukur
berdasarkan terpenuhinya lima kategori
yaitu; Terciptakan lingkungan pengendalian
yang sehat, terselenggaranya penilaian
resiko,
terselenggarakan
aktivitas
pengendalian, terselenggarakannya sistem
informasi
dan
komunikasi,
dan
terselenggaranya
kegiatan
pemantuan
pengendalian (Permendagri No.13 Tahun
2006). Hasil pengujian hipotesis 4 ini sejalan
Jurnal Fokus Bisnis, Volume 14, No 02, bulan Desember 2014
Page 38
dengan penelitian Irwan (2011) di Sumatera
Barat yang menyatakan bahwa Kompetensi
SDM berpengaruh terhadap Penerapan
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP).
Pengaruh
Peran
Audit
Berpengaruh terhadap SPIP
Internal
Hipotesis 5 yang menyatakan bahwa
peran audit internal berpengaruh signifikan
terhadap SPIP diterima. Diterimanya
hipotesis ini menunjukan bahwa tugas
pengawasan yang dilakukan oleh audit intern
dapat memperkuat dan menunjang efektifitas
penyelenggaraan SPIP. Tujuan SPIP dalam
PP 60 Tahun 2008 adalah tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan efisien dan
efektif, keandalan laporan keuangan,
pengamanan asset negara dan ketaatan
terhadap
peraturan
perundangundangan.Tugas
intern
audit
dalam
penerapan SPIP adalah berperan sebagai
pengawal untuk menjamin bahwa segala
kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan
prosedur dan aturan yang berlaku.
Melalui fungsi penilaian
dan
pengawasanya, audit intern dan SPIP
memegang peranan penting dalam organisasi
untuk memberikan feedback dan menjaga
arah organisasi dalam mencapai tujuan
strategis yang telah ditetapkan secara efisien
dan efektif. Dengan demikian peran
Pengawas
Intern
sangat
membantu
organisasi dalam mencapai tujuan dengan
cara memberikan suatu disiplin yang
sistemmatis untuk mengevaluasi dan
meningkatkan efektifitas manajemen resiko,
pengendalian, dan proses tata kelola.
SPIP
dapat
memediasi
pengaruh
Kompetensi SDM terhadap kualitas
LKPD
Hipotesis ke-6 yang menyatakan
bahwa
SPIP
memediasi
pengaruh
Kompetensi SDM dengan LKPD, diterima.
Hal ini menunjukan bahwa SPIP sebagai
variabel mediasi (intervening) signifikan
dalam memediasi pengaruh tidak langsung
kompetensi SDM terhadap kualitas LKPD.
Artinya tingkat variasi kompetensi SDM
dengan adanya penerapan SPIP dapat
semakin meningkatkan kualitas LKPD. Hal
ini dapat dijelaskan karena dengan
Kompetensi SDM dan penerapan SPIP,
maka kesalahan dalam hal pencatatan atau
penilaian aset dapat terdeteksi sejak awal
periode
akuntansi
sehingga
dapat
meminimalisir
kekeliruan
pencatatan,
penyimpangan
maupun
faktor
ketidakpatuhan terhadap peraturan.
Efektifitas
SPIP
menjadi
tanggungjawab managemen dan merupakan
aspek fundamental untuk keberhasilan
pengelolaan
keuangan
negara
yang
transparan dan akuntabel. Tingkat efektifitas
SPIP diukur berdasarkan lima kategori yang
ditetapkan dalam Permendagri No.13 Tahun
2006 ayat 3 yang menyebutkan bahwa,
pengendalian
intern
sebagaimana
dimaksudkan pada ayat 2 sekurangkurangnya memenuhi lima kriteria sebagai
berikut:
Terciptanya
lingkungan
pengendalian yang sehat, terselenggaranya
penilaian resiko, terselenggarakan aktivitas
pengendalian, terselenggarakanya sistem
informasi
dan
komunikasi,
dan
terselenggarakannya kegiatan pemantauan.
Berdasarkan aturan tersebut, maka
penerapan SPIP merupakan tanggungjawab
manajemen yang akan berdampak baik/buruk
terhadap peningkatan kualitas LKPD. Oleh
karena itu efektifitas penerapan SPIP di
lingkungan pemerintah daerah sangat
mendukung upaya peningkatan terhadap
kualitas LKPD. Hal ini sesuai dengan
Permendagri No. 4 Tahun 2008, yang
menyatakan
bahwa
kualitas
laporan
keuangan tidak hanya diukur dari kesesuaian
dengan SAP saja, tetapi juga dari sistem
pengendalian internnya. Hasil pengujian ini
sejalan dengan hasil penelitian Irwan (2011)
yang menyatakan bahwa kualitas laporan
keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera
Barat dipengaruhi oleh penerapan SPIP,
Kompetensi SDM dan penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan. Kemudian hasil
penelitian Yosefrinaldi (2013) juga sejalan
dengan penelitian ini yang menyatakan,
Jurnal Fokus Bisnis, Volume 14, No 02, bulan Desember 2014
Page 39
bahwa SPIP berpengaruh signifikan positif
terhadap kualitas LKPD.
SPIP dapat memediasi hubungan Peran
Audit Intern terhadap kualitas LKPD
Hipotesis ke-7 yang menyatakan
bahwa SPIP memediasi hubungan Peran
Audit Internal dengan kualitas LKPD,
ditolak. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa SPIP tidak signifikan dalam
memediasi pengaruh tidak langsung peran
audit intern terhadap kualitas LKPD.
Ditolaknya hipotesis ini dapat dijelaskan,
karena audit intern masih mengalami
beberapa
kendala
dalam
melakukan
pemeriksaan, pembinaan, dan konsultan
manajemen sejak awal tahun anggaran
hingga akhir periode akuntansi.
Kendala tersebut meliputi terbatasnya
jumlah Aparat Pemeriksa Intern Pemerintah
(APIP), keterbatasan kompetensi, dan
luasnya wilayah/ pos-pos pemeriksaan.
Kendala tersebut menyebabkan peran audit
intern kurang optimal dalam membantu
manajemen untuk memastikan bahwa
seluruh kegiatan telah dilakukan sesuai
dengan aturan secara efisien dan efektif
dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dari hasil penelitian dapat
diketahui bahwa audit intern belum mampu
mendeteksi kesalahan dan belum dapat
melakukan pemeriksaan terhadap seluruh pos
keuangan secara cermat dan mendetail
sehingga saat diperiksa BPK masih terdapat
temuan audit.
Menurut hasil pemeriksaan BPKP,
pengelolaan keuangan dan aset daerah
Kebumen sepanjang tahun anggaran 2013
sudah
cukup
baik.
Namun
dalam
pemeriksaan BPK masih terdapat adanya
temuan pada dua Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dilingkungan Pemerintah
Kabupaten Kebumen. Temuan tersebut yaitu
adanya kekeliruan kinerja aparat terkait
pengelolaan keuangan daerah dan ditemukan
adanya ketidaksempurnaan SKPD dalam
mengelola
asset
daerah.
(Sumber:
http://www.beritakebumen.info/2014/04/).
Temuan tersebut menunjukan kurang
optimalnya peran audit intern dalam
melaksanakan tugas pengawasan baik dalam
pemeriksaan keuangan, pembinaan atau
sebagai pembina/ konsultan manajemen.
Selain itu audit intern dalam hal ini
Inspektorat Daerah juga mengalami konflik
peran peran, dimana APIP harus mengawasi
dan memeriksa kinerja keuangan terhadap
Kepala Daerah beserta jajarannya tetapi audit
intern juga merupakan Satuan Kerja
Perangkat
Daerah
(SKPD)
yang
bertanggungjawab kepada Bupati/Walikota.
Dengan demikian Inspektorat Daerah sebagai
audit intern harus patuh terhadap peraturan
dan kebijakan Kepala Daerah sebagai
pimpinannya.
Dengan adanya konflik peran peran
ini, maka obyektifitas dan independensi audit
internal cenderung kurang optimal karena
masih dapat dikoreksi oleh kebijakan Bupati
selaku pimpinan dan penanggungjawab. Hal
ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa
temuan dalam pemeriksaan BPK, namun
tidak ditemukan sebelumnya oleh audit
internal baik Inspektorat Daerah maupun
BPKP.
Hasil pengujian ini sejalan dengan
penelitan yang dilakukan Dewi dan Nelly
(2013) yang hasil penelitianya menyatakan;
Gejala fraud yang berpotensi timbul di
lingkungan perguruan tinggi adalah lack of
internal control, karena belum ada
pemisahan fungsi pada level terkecil
pengguna anggaran, kurangnya pengendalian
internal oleh pimpinan unit terkecil dekan
terhadap pelaporan pertanggungjawaban
dana; Auditor internal berperan dalam
mendeteksi fraud, tapi peran manajemen
puncak dalam me-review atas pengendalian
internal memberikan peran lebih penting
dalam upaya pendeteksian tindakan fraud
sesuai dengan konsep tone at the top.
Penelitian sejenis juga dilakukan oleh
Wawu, Idrus, Rahayu, dan Djumahir (2013),
pada seluruh manajer keuangan SKPD yang
menyebar lebih dari 33 SKPD di Provinsi
Sulawesi Tenggara. Hasil penelitianya
menyatakan, bahwa Pengawasan internal dan
Jurnal Fokus Bisnis, Volume 14, No 02, bulan Desember 2014
Page 40
gaya kepemimpinan tidak signifikan dalam
mempengaruhi pelaporan kinerja, secara
langsung/ tidak langsung melalui good
public governance (GPG).
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Hipotesis
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kompetensi SDM tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas LKPD,
artinya
meningkatnya
variasi
kompetensi
tidak berpengaruh
signifikan
terhadap
peningkatan
kualitas LKPD.
2. Peran Auditor Internal tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
kualitas LKPD, artinya meningkatnya
peran pengawas keuangan tidak
berpengaruh
signifikan
dalam
meningkatkan kualitas LKPD.
3. SPIP berpengaruh signifikan terhadap
kualitas LKPD, artinya semakin efektif
SPIP, maka semakin baik kualitas
LKPD.
4. Kompetensi SDM berpengaruh
signifikan terhadap SPIP, sehingga
tinggi tingkat kompetensi akan
semakin meningkatkan efektifitas
SPIP.
5. Peran Audit Intern berpengaruh
signifikan terhadap SPIP, sehingga
semakin baik Peran Audit Intern maka
penerapan SPIP semakin efekif.
6. SPIP dapat memediasi pengaruh
Kompetensi SDM terhadap kualitas
LKPD.
7. SPIP tidak memediasi pengaruh Peran
Audit Intern terhadap kualitas LKPD.
Dari hasil temuan penelitian
dengan pengujian Structural Equation
Modeling (SEM) dapat direkomendasikan
beberapa implikasi kebijakan sesuai
dengan prioritas yang dapat diberikan
sebagai masukan bagi pihak manajemen
pemerintah baik secara teoritis maupun
praktis.
B. Implikasi
Penelitian ini berhasil memperoleh
bukti empiris bahwa Variabel Kompetensi
SDM dan Peran Audit Intern tidak
berpengaruh terhadap kualitas LKPD
tetapi kedua variabel tersebut berpengaruh
signifikan terhadap SPIP, sedangkan SPIP
berpengaruh signifikan terhadap Kualitas
LKPD. Kemudian hasil pengujian juga
menunjukan bahwa SPIP signifikan dalam
memediasi pengaruh kompetensi SDM
terhadap Kualitas LKPD tetapi tidak
signifikan dalam memediasi pengaruh
peran Audit Intern terhadap Kualitas
LKPD.
Berdasarkan hasil tersebut, maka
beberapa implikasi praktis dapat diberikan
sebagai masukan khususnya kepada
Pemerintah Kabupaten Kebumen dalam
meningkatkan kualitas LKPD, yaitu
sebagai berikut:
1. Pemerintah perlu melakukan penguatan
efektifitas
SPIP
dalam
rangka
mempertahankan dan meningkatkan
Kualitas LKPD.
2.
Mengupayakan
peningkatan
kompetensi SDM untuk pemahaman
akuntansi dan proses pelaporan
keuangan serta segala hal yang
menyangkut kegiatan, program, fungsi,
dan peraturan yang dapat mendukung
efektifitas SPIP.
3. Pemerintah harus mendorong dan
membina aparatur guna meningkatkan
kinerjanya dalam mengelola keuangan
agar lebih efisien, efektif dan
akuntabel.
4. Pemerintah perlu menambah jumlah
APIP sebagai Audit Intern sehubungan
dengan luasnya pos-pos keuangan yang
harus dilakukan pengawasan dan
pemeriksaan.
5. pemerintah perlu meningkatkan
kualitas
Audit
Intern
guna
meningkatkan peran pengawasan,
pembinaan, pemantauan serta review
laporan keuangan sehingga mampu
bekerja secara profesional, obyektif
dan independen.
Jurnal Fokus Bisnis, Volume 14, No 02, bulan Desember 2014
Page 41
A. Keterbatasan dan Saran Penelitian
Mendatang
Penulis menyadari banyaknya
keterbatasan dalam penelitian ini baik dari
variabel independen, obyek penelitian
maupun
dari
jumlah
responden.
Berdasarkan hasil penelitian ini, ada
beberapa
saran yang dapat diajukan
untuk penelitian yang sejenis, antara lain:
1. Perlunya metode wawancara mendetail
dalam mengumpulkan data agar dapat
mengurangi adanya kelemahan terkait
DAFTAR PUSTAKA
validitas internal. 2. Memperluas objek
penelitian sehingga hasil dari penelitianya
lebih kredibel untuk digeneralisasikan. 3.
Menambah variabel penelitian seperti
gaya kepemimpinan, motivasi aparatur,
penggunaan
tehnologi
informasi,
kapasitas auditor, obyektifitas dan
independensi auditor serta
sistem
pengawasan. 4. Penelitian selanjutnya
disarankan untuk meneliti pengaruh dari
variabel-variabel lain yang belum
termasuk dalam penelitian ini.
Ahmad, Z. and Taylor, D. (2009), Commitment to independence by internal auditors: the
effects of role ambiguity and role conflict in Managerial Auditing Journal,
Emerald, UK, vol.24, no. 9, pp. 899-925 ISSN: 0268-6902.
Annisa (2012). Pengaruh Fungsi Audit Intern Terhadap Pengendalian Intern Proses Produksi
(Sensus Pada Perusahaan Industri Manufaktur Skala Menengah Besar Di
Tasikmalaya). Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
Arisandi, W. Desi, Azwir Nasir, dan Rusli (2012). Pengaruh Sumber Daya Manusia dan
Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Keterandalan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Daerah (Survei pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Siak).
Fakultas Ekonomi Universitas Riau
Badan Pemeriksa Keuangan RI. (2013). Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester 2 Tahun
2012. Melalui http://www.bpk.go.id [10/03/2013].
Bahtiar, A., Muchlis dan Iskandar (2009). Akuntansi Pemerintahan. PT. Indeks, Jakarta.
Bastian, Indra (2010). Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar. Edisi ketiga. Erlangga,
Jakarta.
Berita Suara Pembaharuan, 19/ 12/ 2012.
Berita Kebumen info: http://www.beritakebumen.info/2014/04/
Choirunisah, Fariziah (2008). Pengaruh Sumber Daya Manusia dan Organisasi Tim terhadap
Kualitas Informasi, Skripsi. Universitas Negeri Malang.
Doyle, Weili Ge, Mc Vay (2007). Accruals Quality and Internal Control over Financial
Reporting. The Accounting Review. Vol. 82, No. 5 pp. 11411170
Efendy, Muh. Taufiq (2010). Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Motivasi Terhadap
Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi
Empiris pada Pemerintah Kota Kebumen). Tesis. Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro. Program Studi Magister Akuntansi
Ghozali, Imam (2011). Model Persamaan Struktural. Konsep dan Aplikasi Dengan Amos
19.0. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
____________, (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21
Update PLS Regresi. Edisi VII, Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang
Hall, James A., (2009). Accounting Information Systems (Sistem Informasi Akuntansi). Edisi
4. Salemba Empat, Bandung
Hadi, Sutrisno (2004). Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset.
Halim dan Abdullah (2006). Hubungan dan Masalah Keagenan di Pemerintah Daerah
(Sebuah Peluang Penelitian Anggaran dan Akuntansi). Jurnal Akuntansi
Pemerintahan Vol. 2 No. 1 pp 53-64.
Jurnal Fokus Bisnis, Volume 14, No 02, bulan Desember 2014
Page 42
Hardiningsih, Pancawati (2010). Pengaruh Independensi, Corporate Governance, dan
Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Kajian akuntansi, pebruari
2010, hal: 61 - 76 vol. 2 no. 1 issn : 1979-4886
Hutami, Gartiria (2011). Pengaruh Konflik Peran Dan Ambiguitas Peran Terhadap Komitmen
Independensi Auditor Internal Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Inspektorat
Kota Semarang). Skripsi Fak. Ekonomi universitas Diponegoro Semarang
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2012. (2012) Jakarta: Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Melalui http://www.bpk.go.id
Indriasari, Nahartyo (2008). Pengaruh Kapasitas Sumberdaya Manusia, Pemanfaatan
Teknologi Informasi, Dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Nilai Informasi
Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah. Jurnal. SNA XI. Pontianak.
Irwan, Dedi (2011). Pengaruh Penerapan SPIP, Kompetensi SDM dan Penerapan SAP
terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Tesis.
Program Magister Manajemen Universitas Negeri Padang
Kementerian Sosial, melalui http://images.kemsos.go.id/)[12/05/2013]
Mahmudi (2007). Analisis Laporan Keuangan Daerah: Panduan Bagi Eksekutif, DPRD, dan
Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan Ekonomi, Sosial, dan Politik.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Mulyadi (2007), Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen (Sistem Pelipatganda
Kinerja Perusahaan)- jakarta: Salemba Empat.
Mulyani, F. Suryawati (2011). Analisis Peran Dan Fungsi Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah. Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 7, Nomor 2, September
2011, 102-116
Peran
Baru
Auditor
dan
Implikasinya.
Diakses
[17/032013]
melalui.
http://itjen.kemdiknas.go.id.
Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Keuangan Daerah.
______________, 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Melalui
http://www.bpkp.go.id). [15/03/2013]
_____________, 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Melalui
http://www.google.com [27/03/2013]
______________, 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Melalui
http://www.google.com [10/03/2013]
______________, 51 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah. Melalui http://www.google.com [24/03/2013]
______________, PER/05/M.PAN/03/2008. Standar Audit Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah. Jakarta. Malalui http://www.google.com [21/03/2013]
______________, PER- 247/K/D4/2012 Tentang Pedoman Peningkatan Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah. Malalui http://www.google.com [21/03/2013]
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah. Malalui http://www.google.com [21/03/2013]
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007. Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara. Jakarta
Praptapa, Agung (2009). The Art of controling people. Strategi mengendalikan Perusahaan.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP. Sistem Administrasi Keuangan Negara I.
2007. (pusdiklatwas.bpkp.go.id/filenya/ namafile/280/SAKN_1.pdf)
Jurnal Fokus Bisnis, Volume 14, No 02, bulan Desember 2014
Page 43
Ridwan, Ahmad (2012). Analisis Pengendalian Internal atas Pengelolaan Keuangan
Pemerintah Daerah (studi kasus di kabupaten sorong selatan, provinsi papua barat).
Universitas Gunadarma
Roviyantie, Devi (2012). Pengaruh kompetensi Sumber Daya Manusia dan Penerapan
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Daerah. (Survey pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten
Tasikmalaya). Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi
Rozmita, Nelly (2013). Gejala fraud dan peran auditor internal dalam pendeteksian fraud di
lingkungan perguruan tinggi (studi kualitatif). Universitas Pendidikan Indonesia
Quirin, Jeffrey J., David P. Donnelly, David O'Bryan (2001). "Antecedents of organizational
commitment: The role of perception of equity". Vol. Iss: 4, pp.261 280.Emerald
Group Publishing Limited.
Schneider , Church., 2008. The effect of auditors internal control opinions on loan decisions.
Journal of Accounting and Public Policy 27 (2008) 118
Spencer, M. Lyle and Spencer, M. Signe (1993), Competence at Work Modelas for Superrior
Performance, John Wily & Son, Inc, New York, USA.
Sugiyono (2008). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta
Suwardjono (2005). Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga.
BPFE, Yogyakarta.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Melalui
http://www.google.com [12/03/2013]
______________, 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. http://www.google.com
[12/03/2013]
______________, 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara.
_______________, 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Melalui
http://www.google.com [25/03/2013]
______________, 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah.
Wansyah, H., Darwanis, Usman Bakar (2012). Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia,
Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Kegiatan Pengendalian Terhadap Nilai
Informasi Pelaporan Keuangan Skpd Pada Provinsi Aceh. Jurnal Akutansi Issn
2302-0164. Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Pp. 1- 16.Volume 1, Tahun I,
No. 1, Agustus 2012
Wawu, A. Basru., M.S. Idrus, Mintarti Rahayu, Djumahir (2013). The Influence of Internal
and External Monitoring Leadership Style and Good Public Governance
Implementation on Financial Reporting Performance (Study on SKPDs/ Local
Government Task Forces at South-East Sulawesi Province). Journal of Basic and
Applied Scientific Research. ISSN 2090-4304.
Widyaningsih, Arisanti (2010). PEngaruh Audit Internal Terhadap Efektifitas Pengendalian
Intern Biaya Produksi. Fokus Ekonomi. Vol No.1 Juni 2010 : 43-53.
Winindyaningrum dan Rahmawati (2010). Pengaruh Sumberdaya Manusia dan Pemanfaatan
Teknologi Informasi Terhadap Keterandalan Pelaporan Keuangan Dan
Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Dengan Variabel Intervening
Pengendalian Intern Akuntansi. Jurnal Akuntansi SNA XIII. Purwokerto.
Yosefrinaldi (2013). Pengaruh kapasitas Sumber Daya Manusia dan Pemanfaatan Teknologi
Informasi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Dengan Variabel Intervening Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
(Studi Empiris Pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Se-Sumatera
Barat). Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.
Jurnal Fokus Bisnis, Volume 14, No 02, bulan Desember 2014
Page 44