0% found this document useful (0 votes)
136 views12 pages

589 1317 1 SM PDF

This document summarizes a study on the relationship between personal hygiene, prison sanitation, and the incidence of herpes simplex virus infections among inmates at a women's prison in Semarang, Indonesia. The study found that in 2009, 80% of inmates at the prison had a history of herpes infections. The study aimed to identify relationships between personal hygiene, prison sanitation, and herpes infections. It surveyed 51 inmates and used statistical analysis to find no significant relationships between hygiene, sanitation, and herpes infections.

Uploaded by

julio
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
136 views12 pages

589 1317 1 SM PDF

This document summarizes a study on the relationship between personal hygiene, prison sanitation, and the incidence of herpes simplex virus infections among inmates at a women's prison in Semarang, Indonesia. The study found that in 2009, 80% of inmates at the prison had a history of herpes infections. The study aimed to identify relationships between personal hygiene, prison sanitation, and herpes infections. It surveyed 51 inmates and used statistical analysis to find no significant relationships between hygiene, sanitation, and herpes infections.

Uploaded by

julio
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 12

Vol 7 No.

1 Tahun 2011 Hubungan Higiene Perorangan dengan Sanitasi Lapas


terhadap Kejadian Penyakit Herpes

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN


SANITASI LAPAS TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT
HERPES DI LAPAS WANITA KELAS II A SEMARANG

Agus Wirawan, Ulfa Nurullita, Rahayu Astuti


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang

ABSTRACT
Background. Year 2009, 80% from 176 inmate in women prisons Semarang had a history of herpes
simplex disease. Based on these issues it is necessary to research on the effects of personal hygiene and
sanitation on the incidence of herpes simplex Correctional Institution in prisons IIA class women
Semarang
Objective. To identify the relationship between personal hygiene and sanitation of prisons with the
incidence of herpes simplex on the citizens in women prisons IIA class Semarang.
Methods. Type of research is explanatory research method used to test independent variables (personal
hygiene and sanitation of prisons) and dependent variable (incidence of herpes simplex infection). with
a sample of 51 persons. The method used is through a questionnaire and interview survey using a cross
sectional approach.
Results. Chi square test the relationship between personal hygiene with the incidence of herpes simplex
p value (0.506) is greater than the value of (0.05) good categories as many as 49 people (96.1%).
While the statistical analysis using Chi square test for the relationship between sanitation with the
occurrence of herpes simplex p value (0.221) is greater than the value of (0.05), minimum score
category 2, the maximum score of 3, an average of 2.59 with standard deviation of 0.49.
Conclusion. There was no significant relationship between personal hygiene and sanitation with the
incidence of herpes simplex disease.
Keyword. Personal hygiene and sanitation of prisons, with herpes simplex infection.

ABSTRAK
Latar Belakang. Tahun 2009, 80% dari 176 warga binaan di Lapas wanita Semarang mempunyai
riwayat menderita penyakit herpes simplek. Berdasarkan masalah tersebut maka perlu dilakukan
penelitian tentang pengaruh higiene perorangan dan sanitasi Lapas terhadap kejadian herpes simplek di
Lapas wanita kelas IIA Semarang
Tujuan. Mengetahui hubungan higiene perorangan dan sanitasi Lapas dengan kejadian herpes simplek
pada warga binaan di Lapas wanita kelas IIA Semarang
Metode. Jenis penelitian explanatory research yaitu Metode yang digunakan untuk menguji variabel
bebas ( higiene personal dan sanitasi Lapas) dengan variabel terikat ( kejadian infeksi herpes simplek).
dengan sampel sejumlah 51 orang. Metode yang digunakan adalah metode survey melalui kuesioner
dan wawancara menggunakan pendekatan cross sectional.
Hasil. Uji Chi square hubungan antara higiene perorangan dengan kejadian penyakit herpes simplek
didapatkan nilai p (0,506) lebih besar dari nilai (0,05) katergori baik sebanyak 49 orang (96,1%).
Sedangkan hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara sanitasi dengan kejadian
penyakit herpes simplek didapatkan nilai p (0,221) lebih besar dari nilai (0,05),kategori skor
minimum 2, skor maksimum 3, rata-rata 2,59 dengan standar deviasi 0,49.
Kesimpulan. Tidak ada hubungan yang signifikan antara higiene perseorangan dan sanitasi dengan
kejadian penyakit herpes simplek
Kata Kunci., higiene perseorangan dan sanitasi Lapas, dengan Infeksi herpes simplek

Jurnal.unimus.ac.id

59
Agus Wirawan, Ulfa Nurullita, Rahayu Astuti J Kesehat Masy Indones

PENDAHULUAN LAPAS memang jauh dari kelayakan.


Dalam Undang-undang Nomor 23 Mereka terkadang harus tidur bertumpuk-
tahun 1992 tentang kesehatan disebutkan, tumpuk karena sel penuh sesak. Ruangan
pengertian kesehatan adalah keadaan sel seluas 1,5 meter x 2,5 meter diisi 6-8
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang orang bahkan lebih. Kondisi LAPAS
memungkinkan setiap orang hidup dengan sarana, prasarana, lingkungan dan
produktif secara sosial dan ekonomi. sanitasi yang kurang memadai diduga
Pembangunan kesehatan pada dasarnya merupakan faktor pendukung yang
menyangkut segala segi kehidupan menyebabkan tingginya angka kesakitan di
masyarakat dan berlangsung pada setiap LAPAS dan Rutan. Rendahnya biaya
individu, tak terkecuali mereka yang kesehatan untuk napi dan tahanan juga
sedang menjalani pidana atau ditahan di dipersoalkan sejumlah kalangan. Ongkos
dalam Lembaga Pemasyarakatan dan pengobatan yang hanya Rp.2.500 setiap
Rumah Tahanan Negara/Rutan. [1] orang per tahun sangat tidak layak.
Lembaga Pemasyarakatan Padahal perawatan kesehatan napi dan
(disingkat LP atau LAPAS) adalah tempat tahanan merupakan hak yang harus
untuk melaksanakan pembinaan dipenuhi negara sesuai dengan Undang-
narapidana dan anak didik pemasyarakatan undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
di Indonesia. Penghuni LAPAS adalah Pemasyarakatan.[2]
narapidana (napi) yaitu terpidana yang Hasil laporan data kesehatan tahun
menjalani pidana hilang kemerdekaan, atau 2006 dan 2007 yang diterima Direktorat
tahanan yaitu tersangka (terdakwa) yang Jenderal Pemasyarakatan menunjukkan
sedang dalam proses penyidikan, bahwa penyakit kulit menempati urutan
penuntutan dan pemeriksaan di sidang pertama dari 10 besar penyakit di LAPAS
pengadilan. dan Rutan seluruh Indonesia. Herpes
Napi, tahanan dan anak didik merupakan salah satunya.[2]
pemasyarakatan juga merupakan anggota Di LAPAS wanita kelas IIA
masyarakat mereka mempunyai hak yang Semarang, berdasarkan data dari bagian
sama dengan anggota masyarakat lainnya administratif kesehatan pada tahun 2009,
untuk mencapai derajat kesehatan yang 80% dari jumlah total 176 warga binaan
optimal. Salah satu aspek penting yang mempunyai riwayat menderita penyakit
memerlukan perhatian adalah keadaan herpes simplek. Virus Herpes Simplek
kesehatan baik fisik, mental maupun merupakan sekelompok virus yang
sosial. Perlakuan dan pelayanan kesehatan termasuk dalam famili herpes viridae yang
bagi napi, tahanan atau anak didik terdiri dari dua jenis virus yaitu Herpes
pemasyarakatan dapat dipakai sebagai Simplek Virus HSV-I dan HSV-II dimana
salah satu tolok ukur keberhasilan keduanya mempunyai morfologi yang
pembangunan di bidang hukum baik secara identik dan dapat bersifat laten dalam sel
nasional ataupun internasional.[2] hospes setelah infeksi primer untuk
Napi dan tahanan sangat rentan periode yang lama bahkan sampai seumur
terhadap serangan berbagai macam hidup. HSV tipe I menyebabkan demam
penyakit karena kehidupan di dalam seperti pilek dengan menimbulkan luka

60
Vol 7 No.1 Tahun 2011 Hubungan Higiene Perorangan dengan Sanitasi Lapas
terhadap Kejadian Penyakit Herpes

dibibir semacam sariawan. HSV Tipe I ini keseluruhan, sedangkan untuk kepadatan
ditularkan melalui ciuman mulut atau kamar hunian seluas 3x4 m di huni 8-10
bertukar alat makan seperti sendok, garpu orang.
(misalkan suap-suapan dengan teman). Berdasarkan masalah tersebut maka
Virus tipe 1 ini juga bisa menimbulkan perlu dilakukan penelitian tentang
luka di sekitar alat kelamin. HSV tipe 2 penggaruh higiene perorangan dan sanitasi
dapat menyebabkan luka di daerah alat LAPAS terhadap kejadian Herpes Simplek
vital sehingga HSV jenis 2 ini juga disebut di LAPAS wanita Kelas II A Semarang
Herpes Genital yang muncul luka-luka di
sekitar penis atau vagina. Hasil penelitian METODE PENELITIAN
terdahulu tentang Faktor sanitasi Sesuai dengan tujuan penelitian,
lingkungan yang berperan terhadap jenis pnelitian ini adalah penelitian analitik
prevalensi penyakit scabies yang dilakukan yang bersifat penjelasan (explanatory)
di pondok pesantren Lamongan, yaitu penjelasan hubungan antar variabel-
menunjukkan prevalensi kejadian penyakit variabel penelitian melalui pengujian
scabies 73,70% bagi orang dengan higiene hipotesis. Metode yang digunakan adalah
buruk. metode survey melalui kuesioner dan
Hasil wawancara pendahuluan wawancara dengan menggunakan
[3]
tentang higiene perorangan dan sanitasi pendekatan cross sectional.
yang dilakukan pada tanggal 21 April 2010 Populasi dalam penelitian ini
dengan warga binaan dan petugas LAPAS adalah seluruh warga binaan LAPAS
tentang hygiene perorangan di LAPAS Wanita Kelas II A Semarang pada bulan
menunjukkan bahwa warga binaan Juni, dengan lama masa tahanan lebih dari
mempunyai kebiasaan ganti pakaian hanya 6 bulan sebanyak 143 orang.
sehari sekali karena hanya memiliki 3 stel Besar sampel pada penelitian ini
pakaian. Untuk frekuensi mandi warga diperoleh melalui perhitungan dengan
binaan dalam sehari mandi 2 kali dan menggunakan rumus sebagai berikut: [4]
bersama-sama dalam satu
kamar mandi. Dalam
pemakaian handuk, dan alat Keterangan :
makan warga binaan juga n : Besar Sampel yang diperlukan
Z /2 : Nilai Z pada derajat kepercayaan 1- /2 (1,96)
sering bergantian tanpa P : Proporsi hal yang diteliti (0,5)
dicuci terlebih dahulu. Hasil d : Presisi (10% )
observasi dan wawancara N : Jumlah populasi
masalah sanitasi Dari rumus di atas diperoleh jumlah sampel sebagai
berikut:
menunjukkan tempat tidur di
kamar hunian dipakai secara
bersama-sama. Sprei hanya
dicuci 1 bulan sekali,
ventilasi yang ada di ruang
tahanan kurang dari 10%
dari luas lantai secara

61
Agus Wirawan, Ulfa Nurullita, Rahayu Astuti J Kesehat Masy Indones

Teknik pengambilan sampel Berdasarkan tabulasi data skor hasil


dilakukan dengan menggunakan teknik kuesioner dari 51 responden diperoleh
random sampling, yaitu sampel diambil gambaran data tiap variabel yang
secara random/acak. Lokasi penelitian disajikan sebagai berikut:
penelitian akan dilaksanakan di LAPAS 1. Karaktetistik Warga Binaan
Wanita Kelas II A Semarang. Waktu Berdasarkan Lama Masa Tahahan
penelitian dilaksanakan pada bulan Juli Dan Usia
2010. Karakteristik warga binaan LAPAS
Variabel yang diteliti meliputi wanita Kelas IIA Semarang dapat
variabel bebas Sebagai variabel bebas dilihat berdasarkan lama masa
dalam penelitian ini adalah higiene tahanan dan usia, sebagai berikut:
perorangan dan sanitasi ruang tahanan, Tabel 4.1
variabel terikat kejadian penyakit herpes Karaktetistik Warga Binaan
simplek di LAPAS wanita Semarang. Berdasarkan Lama Masa Tahanan Dan
Usia
Analisis data meliputi analisis
N Mini Maksi Mean Standar
univariat (analisis persentase) dilakukan mum mum Deviasi
untuk menggambarkan distribusi frekuensi Usia
51 20 60 33.24 8.65
Tahun
masing-masing, baik variabel bebas Lama
(independen), variabel terikat (dependen) masa
51 6 139 31.55 26.95
maupun deskripsi karakteristik responden. tahanan
(bulan)
Analisis bivariat untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas dan terikat
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa
dengan skala nominal yaitu hipotesis
umur warga binaan di LAPAS
hubungan dua variabel. Uji statistik yang
wanita Kelas IIA Semarang usia
digunakan disesuaikan dengan jenis skala
minimum 20 tahun dan maksimum
data variabel bebas dan variabel terikat
60 tahun rata-rata 33,24 dengan
yakni menggunakan uji Chi square.
standar deviasi 8,65. Pada lama
masa tahanan minimum selama 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
bulan dan maksimum 139 bulan,
A. HASIL rata-rata 31,55 dengan standar
deviasi 26,95
1. Analisis Univariat
2. Karakteristik warga Binaan
Respoden penelitian ini adalah
Berdasarkan Pendidikan
sebagian dari warga binaan LAPAS
wanita Kelas IIA Semarang sebanyak Karakteristik warga binaan
51 orang yang diambil secara acak dari LAPAS wanita Kelas II A Semarang
12 kamar hunian. Kejadian penyakit dapat dilihat berdasarkan pendidikan,
herpes simplek dapat dipengaruhi oleh sebagai berikut:
berbagai faktor yang diantaranya
higiene perorangan, kepadatan kamar
hunian, kondisi kelembaban, serta
pertukaran pemakain alat makan.

62
Vol 7 No.1 Tahun 2011 Hubungan Higiene Perorangan dengan Sanitasi Lapas
terhadap Kejadian Penyakit Herpes

Tabel 4.2 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa


Karaktetistik Warga Binaan Berdasarkan
Pendidikan
warga binaan sebagian besar
Pendidikan Jumlah % frekuensi mandinya dua kali
SD 1 2.0 sehari, yaitu sebanyak 27 orang
SMP 19 37.3
(52,9%).
SMA 28 54.9
PT 3 5.9 b. Frekuensi Ganti Pakaian
TOTAL 51 100.0
Frekuensi ganti pakaian warga
binaan dalam sehari dapat dilihat
Tabel 4.2 menunjukkan
dari tabel berikut:
tingkat pendidikan warga binaan
Tabel 4.4
sebagian besar adalah tamatan SMA Frekuensi Ganti Pakaian
sebanyak 28 orang (54,9%). Frekuensi ganti
Jumlah %
pakaian
3. Higiene Perorangan Tidak tiap hari 1 2.0
1x /hari 28 54.9
Perilaku higiene perorangan 2x /hari 22 43.1
adalah kegiatan dan tindakan TOTAL 51 100.0
kesehatan dengan tujuan untuk
memelihara kesehatan diri sendiri, Tabel 4.4 menunjukkan
serta mencegah timbulnya penyakit. bahwa warga binaan di LAPAS
Berdasarkan hasil penelitian yang wanita Kelas IIA Semarang
dilakukan higiene perorangan warga sebagian besar frekuensi ganti
binaan LAPAS wanita Kelas IIA pakaian satu kali dalam sehari
Semarang dapat dilihat berdasarkan yaitu sebanyak 28 orang (54,9%).
frekuensi mandi, frekuensi ganti c. Frekuensi Pemakaian Sabun Pada
pakaian, frekuensi pemakaian sabun Saat Mandi
saat mandi, frekuensi mencuci Frekuensi pemakaian sabun oleh
pakaian, frekuensi mencuci handuk, warga binaan pada saat mandi
dan kebiasaan menggunakan alat dapat dilihat dari tabel berikut:
makan adalah sebagai berikut: Tabel 4.5
Frekuensi Pemakaian Sabun Pada Saat
a. Frekuensi Mandi Mandi
Frekuensi mandi warga binaan di Frekuensi pemakaian
Jumlah %
LAPAS wanita Kelas IIA sabun pada saat mandi
1x /hari 24 47.1
Semarang dalam sehari dapat
2x /hari 27 52.9
dilihat dari tabel berikut: TOTAL 51 100.0
Tabel 4.3
Frekuensi Mandi Tabel 4.5 menunjukkan
Frekuensi
mandi
Jumlah % warga binaan di LAPAS wanita
Tidak tiap hari 1 2.0 Kelas IIA Semarang yang
1x /hari 23 45.1 frekuensi pemakaian sabun pada
2x /hari 27 52.9
TOTAL 51 100.0
saat mandi dua kali dalam sehari,
yaitu sebanyak 28 orang (59,4%).
d. Frekuensi Mencuci Pakaian

63
Agus Wirawan, Ulfa Nurullita, Rahayu Astuti J Kesehat Masy Indones

Frekuensi mencuci pakaian yang Frekuensi mencuci sprei Jumlah %


Lebih dari dua minggu
di lakukan oleh warga binaan 1 2.0
dan tidak pakai sabun
dapat dilihat dari tabel berikut: Lebih dari dua minggu
Tabel 4.6 26 51.0
tapi pakai sabun
Frekuensi Mencuci Pakaian Dua minggu sekali pakai
Frekuensi mencuci 24 47.1
Jumlah % sabun
pakaian TOTAL 51 100.0
Tidak tiap hari dan tidak
1 2.0
pakai sabun
Tidak tiap hari tapi pakai Tabel 4.8 menunjukkan
27 52.9
sabun warga binaan yang frekuensi
Tiap hari pakai sabun 23 45.1 mencuci sprei lebih dari dua
TOTAL 51 100.0
minggu tapi pakai sabun, yaitu
sebanyak 26 orang (51,0%).
Tabel 4.6 menunjukkan warga
binaan yang frekuensi mencuci g. Kebiasaan Menggunakan Alat
pakaian tidak tiap hari tapi pakai Makan
sabun, yaitu sebanyak 27 orang Kebiasaan penggunaan alat makan
(52,9%). pada warga binaan dapat dilihat
dari tabel berikut :
e. Frekuensi Mencuci Handuk
Tabel 4.9
Frekuensi mencuci handuk yang di Kebiasaan Menggunakan Alat Makan
lakukan oleh warga binaan dapat Frekuensi mencuci sprei Jumlah %
Secara bergantian tanpa
dilihat dari tabel berikut: 1 2.0
dicuci terlebih dahulu
Tabel 4.7 Secara bergantian
Frekuensi Mencuci Handuk dengan dicuci tanpa
Frekuensi mencuci 24 47.1
Jumlah % menggunakan sabun
handuk terlebih dahulu
Lebih dari tiga hari tapi Secara bergantian
31 60.8
pakai sabun dengan dicuci
26 51.0
Tiga hari sekali tidak menggunakan sabun
1 2.0
pakai sabun terlebih dahulu
Tiga hari sekali pakai TOTAL 51 100.0
19 37.3
sabun
TOTAL 51 100.0 Tabel 4.9 menunjukkan
bahwa kebiasaan warga binaan
Tabel 4.7 menunjukkan yang menggunakan alat makan
warga binaan yang frekuensi secara bergantian dengan dicuci
mencuci handuk lebih dari tiga menggunakan sabun terlebih
hari tapi pakai sabun, yaitu dahulu, yaitu sebanyak 26 orang
sebanyak 31 orang (60,8%) (51,0%).
f. Frekuensi Mencuci Sprai h. Skoring Higiene Perorangan
Frekuensi mencuci sprei yang di Berdasarkan data dapat
lakukan oleh warga binaan dapat dilakukan skoring higiene
dilihat dari tabel berikut: perorangan dengan hasil skor
Tabel 4.8
Frekuensi Mencuci Sprei minimum 3, skor maksimum 17,

64
Vol 7 No.1 Tahun 2011 Hubungan Higiene Perorangan dengan Sanitasi Lapas
terhadap Kejadian Penyakit Herpes

rata-rata 14,12, dengan standar m2/10 orang sebanyak 30 orang


deviasi 3,14. (58,8%).
i. Kategori Higiene Perorangan b. Kelembaban
Berdasarkan pengukuran
Berdasarkan skoring data dilakukan
semua kondisi kelembaban ruang
kategori higiene perorangan dengan tahanan, yaitu 40%-70%.
hasil sebagai berikut: (memenuhi syarat kesehatan)
Tabel 4.10
Kebiasaan Higiene Perorangan c. Luas Ventilasi
Higiene Prorangan Jumlah %
Berdasarkan pengukuran
Baik 49 96.1
Kurang 2 3.9 luas ventilasi ruang tahanan,
TOTAL 51 100.0 didapatkan rata-rata luas lantai
kamar hunian sebesar 12 m2,
Tabel 4.10 menunjukkan didapatkan rata-rata luas ventilasi
kamar huian 1,5 m2 ( 10 % dari
bahwa higiene perorangan warga
luas lantai kamar hunian ). hal ini
binaan sebagian besar termasuk berarti semua warga binaaan
kategori baik, yaitu sebanyak 49 berada pada kamar hunian dengan
orang (96,1%). ventilasi yang memenuhi syarat.
Luas ventilasi semua kamar
4. Kondisi Sanitasi
hunian sama karena telah di
Sanitasi fisik ruang tahanan standarkan dari Depkumham.
dilihat dari kepadatan hunian,
d. Skoring sanitasi
kelembaban dan ventilasi, dapat
dilihat sebagai berikut : Berdasarkan data dapat
dilakukan skoring sanitasi dengan
a. Kepadatan Hunian
hasil skor minimum 2, skor
Berdasarkan perhitungan
maksimum 3, rata-rata 2,59,
kepadatan hunian didapatkan rata-
dengan standar deviasi 0,49.
rata 1,27 m2/orang, bila
dibandingkan dengan standar dari e. Kategori Sanitasi
Dinkes (8 m2/2 orang) semua tidak Berdasarkan skoring data
memenihi syarat. Berdasarkan dilakukan kategori sanitasi dengan
data yang diperoleh dapat dilihat hasil sebagai berikut.
pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.12
Tabel 4.11 Kategori Sanitasi Warga Binaan LAPAS
Kepadatan Hunian Wanita Kelas II A Semarang
Kepadatan Hunian Jumlah % Sanitasi Jumlah %
Kurang dari 12 m2/ 10 Baik 44 86.3
21 41.2
orang Kurang 7 13.7
Lebih dari 12 m2/ 10 TOTAL 51 100.0
30 58.8
orang
TOTAL 51 100.0
Keterangan : 12 m2/ 10 orang standar dari
Tabel 4.12 menunjukkan
DEPKUMHAM bahwa warga binaan sanitasi
sebagian besar termasuk kategori
Dari tabel 4.11 menunjukkan baik, yaitu sebanyak 44 orang
bahwa warga binaan yang berada (86,3%).
pada kamar hunian lebih dari 12
5. Kejadian Penyakit Herpes

65
Agus Wirawan, Ulfa Nurullita, Rahayu Astuti J Kesehat Masy Indones

Kejadian penyakit herpes pada warga hubungan higiene perorangan


binaan dapat dilihat dari tabel dengan kejadian penyakit herpes
berikut: simplek pada warga binaan LAPAS
Tabel 4.13 wanita kelas II A Semarang.
Kejadian Penyakit Herpes
Kejadian Penyakit
2. Hubungan Sanitasi dengan Kejadian
Jumlah % Penyakit Herpes Simplek
Herpes
Terinfeksi 36 70.6
Tidak terinfeksi 15 29.4
Hasil analisis hubungan antara
TOTAL 51 100.0 kejadian penyakit herpes simpleks
dengan sanitasi, diperoleh data
Pada tabel 4.13 dapat dilihat bahwa sebanyak dari 19 orang dari 36
kejadian penyakit herpes simplek warga binaan yang terinfeksi herpes
pada warga binaaan di LAPAS simplek berkategori sanitasi baik.
wanita kelas IIA Semarang sebanyak Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
36 orang (70,6%). 0,221 lebih besar (p>0,005) maka
2. Analisis Bivariat dapat disimpulkan tidak ada
hubungan yang signifikan antara
Analisis bivariat di gunakan sanitasi dengan kejadian penyakit
untuk membuktikan hubungan pada herpes simplek.
masing-masing variabel bebas dan
variabel terikat yang meliputi
Tabel 4.14
hubungan higiene perorangan Distribusi Warga Binaan Menurut Higiene Perorangan dengan
dengan kejadian penyakit herpes Kejadian Penyakit Herpes Simplek
simplek , Sanitasi dengan
kejadian penyakit herpes
simplek, dengan menggunakan
uji Chi square.
1. Hubungan Higiene
Perorangan dengan Kejadian
Penyakit Herpes Simplek Tabel 4.15
Distribusi Warga Binaan Menurut Sanitasi dan Kejadian
Penyakit Herpes
Hasil analisis hubungan
antara kejadian penyakit
herpes simpleks dengan
higiene perorangan baik,
diperoleh data sebanyak 35
orang dari 36 warga binaan
yang terinfeksi herpes B. PEMBAHASAN
simplek berkategori higiene
1. Hubungan antara Higiene Perorangan
perorangan baik. Hasil uji statistik
dengan Kejadian Penyakit Herpes
diperoleh nilai p = 0,506 (p>0,005)
Simplek
maka dapat disimpulkan tidak ada

66
Vol 7 No.1 Tahun 2011 Hubungan Higiene Perorangan dengan Sanitasi Lapas
terhadap Kejadian Penyakit Herpes

Perilaku higiene perorangan Semarang yaitu, Frekuensi mandi tiap


adalah kegiatan dan tindakan kesehatan hari didapatkan nilai p (0,016) lebih
perseorangan dengan tujuan untuk kecil dari nilai (0,05). dimana pada
memelihara kesehatan diri sendiri, warga binaaan yang tidak mandi atau
memperbaiki dan mempertinggi nilai hanya mandi 1 kali setiap hari memiliki
kesehatan serta mencegah timbulnya tingkat risiko 87,5% dibandingkan
penyakit. Derajat kesehatan masyarakat dengan warga binaan yang mandi 2 kali
dipengaruhi perilaku dan kebiasaan sehari tingkat risikonya 55,6%.
yang melekat pada dirinya maka Frekuensi ganti pakaian
perilaku agar kesehatan dapat didapatkan nilai p (0,012) lebih kecil
terpelihara tidak lepas dari kebiasaan dari nilai (0,05). Pada warga binaan
yang dilakukan setiap hari untuk selalu yang frekuensi ganti pakaian tidak
hidup bersih dan sehat. Perilaku- setiap hari atau hanya satu kali sehari
perilaku setiap hari bisa dilakukan dari memiliki risiko tertular herpes 86,2%
hal yang paling kecil seperti mandi, dan sedangkan pada warga binaan yang
memakai pakaian bersih. [5] ganti pakaian sehari 2 kali risiko untuk
Berdasarkan hasil analisis tertular herpes simplek hanya 50,0%.
statistik dengan uji Chi square dari 51 Untuk frekuensi pemakaian sabun pada
warga binaan sebagai responden untuk saat mandi didapatkan nilai p (0,016)
hubungan antara higiene perorangan lebih kecil dari nilai (0,05). Pada
dengan kejadian penyakit herpes warga binaan yang frekuensi pemakaian
simplek pada warga binaan di LAPAS sabun pada saat mandi hanya 1 kali
wanita kelas II A Semarang didapatkan sehari memiliki risiko untuk tertular
nilai p (0,506) lebih besar dari nilai herpes 87,5% sedangkan pada warga
(0,05), dengan demikian tidak ada binaan yang menggunakan sabun pada
hubungan yang signifikan antara saat mandi sehari 2 kali risiko tertular
higiene perorangan dengan kejadian herpes hanya 55,6%.
penyakit herpes simplek pada warga Frekuensi Mencuci pakaian
binaan di LAPAS wanita kelas II A didapatkan nilai p (0,013) lebih kecil
Semarang. Hal ini menunjukkan bahwa dari nilai (0,05). Pada warga binaan
warga binaan yaitu sebanyak 49 orang yang frekuensi mencuci pakaian tidak
(96,1%) di LAPAS wanita Semarang setiap hari dan tidak pakai sabun atau
higiene perorangan cukup baik. setiap hari tapi tidak pakai sabun
Sehingga dapat disimpulkan bahwa memiliki risiko untuk tertular herpes
secara umum warga binaan dengan 85,7% sedangkan pada warga binaan
higiene perorangan yang baik juga dapat yang mencuci setiap hari menggunakan
terinfeksi herpes simplek. sabun risikonya hanya 52,2%. Frekuensi
Namun setelah di analisis lebih Mencuci sprei didapatkan nilai p
lanjut, ada faktor yang memungkinkan (0,029) lebih kecil dari nilai (0,05),
terjadinya penularan herpes simplek Pada warga binaan yang frekuensi
pada warga binaan di LAPAS wanita mencuci sprei lebih dari 2 minggu dan

67
Agus Wirawan, Ulfa Nurullita, Rahayu Astuti J Kesehat Masy Indones

tidak pakai sabun atau lebih dari 2 pengawasan terhadap struktur fisik yang
minggu tapi pakai sabun memiliki risiko digunankan sebagai tempat berlindung
untuk tertular herpes 85,2% yang mempengaruhi derajat kesehatan
dibandinngkan dengan warga binaan manusia. Sarana sanitasi tersebut antara
yang mencuci sprei 2 minggu sekali lain ventilasi, kelembaban, serta
menggunakan sabun risikonya hanya kepadatan hunian. Sanitasi sangat erat
hanya 54,2%. hubunganya dengan angka kesakitan
penyakit menular, terutama herpes
Kebiasaan penggunaan alat
simplek. sanitasi yang tidak sehat
makan didapatkan nilai p (0,064) lebih
merupakan penyebab dari rendahnya
kecil dari nilai (0,05), Pada warga
taraf kesehatan jasmani dan rohani yang
binaan yang kebiasaan penggunan alat
memudahkan terjangkitnya penyakit
makanya secara bergantian tanpa dicuci
dan mengurangi daya kerja atau daya
terlebih dahulu/ secara bergantian
produktif seseorang. [5]
dengan dicuci tanpa menggunakan
sabun memiliki risiko untuk tertular Berdasarkan penelitian sanitasi
herpes 84,0% dibandinngkan dengan fisik ruang tahanan di LAPAS wanita
warga binaan yang penggunaan alat kelas II A Semarang yang dilihat dari
makanya secara bergantian dengan kepadatan hunian, kelembaban dan
dicuci menggunakan sabun terlebih ventilasi. Hasil analisis statistik dengan
dahulu tingkat risikonya hanya 57,7%. uji Chi square untuk hubungan antara
Berdasarkan penelitian dari Margayanti sanitasi dengan kejadian penyakit
Hubungan faktor lingkungan hunian herpes simplek pada warga binaan di
dan perilaku kebersihan perorangan LAPAS wanita kelas II A Semarang
dengan kejadian kandidiasis kutis didapatkan nilai p (0,221) lebih besar
intertriginosa pada narapidana lembaga dari nilai (0,05), dengan demikian
pemasyarakatan Pati. menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan
bahwa ada hubungan antara perilaku antara sanitasi dengan kejadian penyakit
kesehatan perorangan dengan kejadian herpes simplek.
kandidiasis kutis intertriginosa Pada perhitungan kepadatan
(penyakit IMS) dengan hasil uji chi hunian didapatkan rata-rata 1,27
Square p=0,002 (<0,05). Jika dikaitkan m2/orang, dari luas kamar hunian
dengan penelitian dari Margayanti LAPAS wanita kelas IIA Semarang
tersebut dapat diartikan bahwa memang yaitu 12m2/10 orang, bila dibandingkan
ada hubungan antara higiene perorangan dengan standar dari Dinkes (8 m2/2
warga binaaan dengan kejadiaan orang) semua tidak memenuhi syarat.
penyakit yang ada di lembaga Pada kepadatan hunian didapatkan nilai
pemasyarakatan. p (0,221) lebih besar dari nilai (0,05),
2. Hubungan antara Sanitasi dengan dengan demikian tidak ada hubungan
Kejadian Penyakit Herpes Simplek yang signifikan antara kepadatan kamar
hunian dengan kejadian penyakit herpes
Sanitasi adalah usaha kesehatan
simplek. Sedangkan pada observasi
masyarakat yang menitik beratkan pada

68
Vol 7 No.1 Tahun 2011 Hubungan Higiene Perorangan dengan Sanitasi Lapas
terhadap Kejadian Penyakit Herpes

kelembaban kamar hunian yang di tapi pakai sabun sebanyak 31 orang


tempati 51 orang responden di dapatkan (60,8%), frekuensi mencuci sprai
seluruh kondisi kelembaban ruang lebih dari dua minggu tapi pakai
tahanan, yaitu 40%-70%. Hal ini berarti sabun sebanyak 26 orang (51,0%),
semua responden menempati ruangan dan kebiasaan menggunakan alat
dengan kelembaban yang memenuhi makan secara bergantian dengan
syarat. Pada pengukuran ventilasi kamar dicuci menggunakan sabun terlebih
hunian didapatkan luas kamar hunian 12 dahulu 26 orang (51,0%).
m2 dan ventilasi yang memenuhi syarat 3. Sanitasi warga binaan LAPAS
1,5 m2 (10% dari Luas lantai kamar Wanita Kelas II A Semarang dapat
hunian). Berdasarkan pengukuran luas dilihat berdasarkan kepadatan yaitu
ventilasi ruang tahanan, tersebut berarti yang berada pada kamar hunian
semua warga binaan berada di dalam lebih dari m2/2 orang dengan
kamar hunian dengan luas ventilasi kepadatan hunian sebanyak 44
yang sama yaitu 10 % dari luas lantai. orang (86,3%), warga binaan yang
berada didalam kamar hunian
SIMPULAN DAN SARAN dengan kelembaban sama yaitu
40%-70% sebanyak 51 orang
A. SIMPULAN
(100%), warga binaan yang berada
1. Umur warga binaan di LAPAS didalam kamar hunian dengan luas
Wanita Kelas II A Semarang usia ventilasi yang sama yaitu 10 %
minimum 20 tahun dan maksimum dari luas lantai sebanyak 51 orang
60 tahun rata-rata 33,24 dengan (100%)
standar deviasi 8,65. Sedangkan 4. Tidak ada hubungan yang signify-
pada lama masa tahanan minimum kan antara Higiene perorangan
selama 6 bulan dan maksimum 139 dengan kejadian penyakit herpes
bulan, rata-rata 31,55 dengan simplek, (p=0,506).
standar deviasi 26,95. 5. Tidak ada hubungan yang signify-
2. Higiene perorangan warga binaan kan antara sanitasi dengan kejadian
LAPAS Wanita Kelas II A penyakit herpes simplek,
Semarang dapat dilihat berdasarkan (p=0,221).
frekuensi mandi dua kali sehari B. SARAN
sebanyak 27 orang (52,9%),
1. Bagi Departemen Hukum dan Hak
frekuensi ganti pakaian satu kali
Asasi Manusia
sehari sebanyak 28 orang (54,9%),
frekuensi pemakaian sabun pada Departemen hukum dan HAM
saat mandi dua kali kali sehari bekerjasama dengan DEPKES
sebanyak 27 orang (52,9%), membuat program preventif dan
frekuensi mencuci pakaian tidak promotif berkaitan dengan
tiap hari tapi pakai sabun sebanyak kesehatan warga binaan di LAPAS
27 orang (52,9%), frekuensi wanita kelas II A Semarang.
mencuci handuk lebih dari tiga hari 2. Bagi Dinas Kesehatan

69
Agus Wirawan, Ulfa Nurullita, Rahayu Astuti J Kesehat Masy Indones

Perlu adanya penyuluhan membim-bing dan mengarahkan


mengenahi pentingnya kebersihan penulis hingga dapat menyelesaikan
diri dan pola hidup bersih pada skripsi.
warga binaan LAPAS wanita kelas 5. Seluruh dosen dan staf karyawan
IIA Semarang sehingga perilaku Universitas Muhammadiyah
higiene perorangan menjadi lebih Semarang khususnya Fakultas
baik. Kesehatan Masyarakat.
3. Bagi Warga Binaan 6. Untuk teman-teman terdekat dan
Diharapkan selain menjaga sahabat-sahabat baik dari dalam
kebersihan diri warga binaan juga maupun luar lingkungan FKM
selalu memperhatikan perilaku UNIMUS yang senantiasa memberi
yaang berisiko menularkan motifasi Penulis bersemangat dalam
penyakit herpes simplek. menyelesaikan proposal skripsi ini.
7. Keluarga tercinta yang telah
UCAPAN TERIMAKASIH memberikan bantuan moral dan
Syukur Alhamdulillah penulis material serta dukungan doa dan kasih
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah sayang pada penulis.
melimpahkan karunia-Nya sehingga Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan lancar. Penulisan skripsi ini tidak DAFTAR PUSTAKA
akan terlasana dengan baik tanpa adanya 1. Sugiharni. Penyakit Kulit di
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena Lembaga Pemasyarakatan. 2009
itu pada kesempatan ini penulis http://keperawatankomunitas.blogspot
mengucapkan terima kasih yang sebesar- .com/2009/02/penyakit-kulit-di-
besarnya kepada : lembaga.html
1. Warga Binaan Lapas Wanita Kelas Di unduh tanggal 12 Maret 2010.
IIA semarang sebagai subyek 2. Data Kesehatan LAPAS
penelitian. DEPKUMHAM RI, 2008:
2. Bapak dr. H. Margo Utomo, Ms 3. Soegiarto Mangkuatmojo.1997.
selaku Dekan Fakultas Kesehatan pengantar statistic.jakarta: Rineka
Masyarakat Universitas Cipta
Muhammadiyah Semarang 4. Stanley Lemeshow. Besar Sampel
3. Ulfa Nurullita SKM, M.Kes, selaku Dalam Penelitian Kesehatan.
pembimbing I yang telah Yogyakarta: Gajah Mada University.
membimbing dan mengarahkan 1997
penulis hingga dapat menyelesaikan 5. Hidayat. Konsep Personal Hygiene.
skripsi. 2009 http:\\personal-
4. Ibu Ir. Rahayu Astuti M.Kes, hygiene.wordpress.com. Di unduh
selaku pembimbing II yang telah tanggal 28 Juni 2010.

70

You might also like