JNN
JNN
TRI PURNAMAWATI
1306346374
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Spesialis
Keperawatan Anak
TRI PURNAMAWATI
1306346374
i
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
Nama : Tri Purnamawati
Program Study : Specialist Pediatric Nurse Program
Title : Optimization of Intervention Family’s Cuddles and
Sitting Position when Mounting Infusion to Meet the
Fluid Need and Electrolytes with Levine Conservation
Model Approach.
Abstract
The child's condition is difficult to install a drip affect the treatment given,
among other things can be problems of fluid and electrolyte imbalance. This can
lead to dehydration and hypovolemic shock. Children who experience fluid and
electrolyte imbalance requires energy to meet the metabolic needs in order to
maintain body functions. Nursing care and the application of the principle of
conservation Levine can maintain energy balance, structural integrity
conservation, personal and social. Nursing interventions that can be done is
collaboration in the provision of intravenous fluids. The action can be
accompanied by the application of the concept of family centered care and
atraumatic care through the intervention arms of the family and the sitting
position when infusion to meet the needs of fluid and electrolytes. These results
can be used as reference for nursing practice in children with fluid and electrolyte
imbalance problems.
Abstrak
Kondisi anak yang sulit untuk dipasang infus berdampak kepada pengobatan
yang diberikan antara lain dapat terjadi masalah ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi dan syok hipovolemik. Anak
yang mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit memerlukan energi
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme agar dapat mempertahankan fungsi
tubuhnya. Pemberian asuhan keperawatan dan penerapan prinsip konservasi
Levine dapat mempertahankan keseimbangan energi, konservasi integritas
struktural, personal dan sosial. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan
adalah kolaborasi dalam pemberian cairan intravena. Tindakan tersebut dapat
diiringi dengan penerapan konsep family centered care dan atraumatic care
melalui intervensi dekapan keluarga dan posisi duduk saat pemasangan infus
untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit. Hasil ini dapat dijadikan acuan
praktik keperawatan pada anak dengan masalah ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit.
vi
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Ilmiah
Akhir (KIA) yang berjudul “Optimalisasi Intervensi Dekapan Keluarga dan
Posisi Duduk saat Pemasangan Infus untuk Memenuhi Kebutuhan Cairan dan
Elektrolit dengan Pendekatan Model Konservasi Levine”. Penyusunan Karya
Ilmiah Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat untuk mencapai gelar
Ners Spesialis Keperawatan Anak pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
Dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini, banyak bimbingan dan arahan serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
penghargaan, rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Nani Nurhaeni S.Kp., MN., selaku Supervisor Utama yang telah
memberikan waktu, dukungan, bimbingan, perhatian dan pemahaman dalam
penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini.
2. Ibu Dessie Wanda, S.Kp., MN., Ph.D., selaku Supervisor yang telah
memberikan waktu, bimbingan, arahan dan masukan dalam penyusunan Karya
Ilmiah Akhir ini.
3. Dr. Budi Purnomo, Sp. A (K) yang telah memberikan koreksi dan masukan
untuk kesempurnaan Kaya Ilmiah Akhir ini,
4. Gusgus Ghraha Ramdhanie, Ns., Sp.Kep. An yang telah memberikan koreksi
dan masukan untuk kesempurnaan Kaya Ilmiah Akhir ini,
5. Ibu Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M. App.Sc., PhD., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia
6. Ibu Dr. Novy H. Catharina Daulima, S.Kp., M.Sc., selaku Ketua Program
Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
7. Seluruh staf akademik dan non akademik Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia yang telah menyediakan fasilitas dan dukungan demi
kelancaran penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini.
vii
12. Pihak-pihak terkait lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga setiap bantuan yang telah diberikan, dicatat sebagai amal baik oleh Allah
SWT. Penulis menyadari Karya Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, namun
penulis mengharapkan Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk pengembangan
ilmu keperawatan anak selanjutnya.
Penulis
viii
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… I
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS …………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……………………………….. iv
ABSTRACK .……………………………………………………………….. v
ABSTRAK ..………………………………………………………………… vi
KATA PENGANTAR.................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................. x
DAFTAR SKEMA ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 11
1.1 Latar Belakang..... .......................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................ 5
1.3. Sistematika Penulisan .................................................................. 6
BAB 4 PEMBAHASAN……………............................................................. 55
4.1 Penerapan Model Konservasi Levine dalam Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Masalah Pemenuhan
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit .................................................. 55
4.2 Kelebihan dan Keterbatasan Penerapan Model Konservasi
Levine …………………………………………………………… 62
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 65
ix
xix
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
DAFTAR LAMPIRAN
xi
Memasang infus pada anak bukan merupakan hal yang mudah karena anak
memiliki vena yang kecil dan rapuh, sehingga sering ditemui pemasangan
infus yang berulang kali karena gagal memasang kanul intra vena. Hal ini
berdampak terhadap timbulnya cedera tubuh dan nyeri pada anak serta
ketakutan anak yang lebih besar.
Salah satu terapi non farmakologi yang digunakan untuk mengurangi nyeri
saat dilakukan pemasangan infus. Penelitian yang dilakukan oleh Axelin,
Salantera, Kiriavainen dan Lehtonen (2009) menunjukkan bahwa respon
nyeri pada bayi prematur berkurang saat diberikan cairan glukosa dan
dekapan orang tua dengan posisi side-lying flexed dibandingkan pemberian
opium. Namun berdasarkan observasi penulis selama bulan Februari sampai
dengan April 2016 di RSUPN Cipto Mangunkusumo dan RSAB Harapan
Kita, posisi pemasangan infus pada anak yang dilakukan adalah dengan
memberikan posisi supinasi dan dipegang/restraint oleh perawat di daerah
ekstremitas. Dilakukan sebagai penahan gerakan dengan tujuan untuk
memudahkan pelaksaan prosedur tindakan. Selain itu, pada saat pelaksanaan
prosedur tindakan keluarga diminta untuk meninggalkan ruangan, kondisi
ini membuat anak jadi distress, yang ditunjukkan dengan perilaku anak
menangis, meronta, ekspresi wajah ketakutan terhadap perpisahan dan
menolak tindakan yang sedang dilakukan, menyebabkan semakin sulitnya
perawat melakukan pemasangan infus, jika hal ini berdampak kepada
kebutuhan anak untuk mendapatkan terapi pengobatan.
Strategi keperawatan yang baik untuk mengarahkan anak dan orang tua
terhadap dampak positif hospitalisasi yaitu meningkatkan hubungan orang
tua dengan anak, memberikan kesempatan orang tua dan anak untuk
mendapatkan informasi, dan meningkatkan penguasaan diri serta
memfasilitasi sosialisasi (Hockenberry, 2009). Dampak positif yang lain
yaitu dapat meningkatkan perkembangan yang actual dari ketrampilan
koping anak dan meningkatkan harga diri (James & Ashwill,2013). Anak
lebih percaya diri dalam mengurangi kecemasan selama dihospitalisasi dan
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
3
lebih mampu untuk melakukan perawatan diri sendiri. Tindakan lain yang
dapat dilakukan perawat adalah mendorong partisipasi orang tua, memberi
informasi, mempersiapkan pemulangan dan perawatan dirumah
(Harisson,2009).
Hal diatas sesuai dengan dua prinsip perawatan anak yang berfokus pada
keluarga. Prinsip pertama adalah didasarkan pada saling menghormati dan
bekerja sama antara keluarga dengan perawat yang memberikan pelayanan
sehingga dapat terbina hubungan kemitraan. Prinsip kedua adalah kolaborasi
antara orang tua dengan perawat yang dapat menentukan tingkat keterlibatan
keluarga dan pengasuhan. Analisis konsep Family Centred Care (FCC)
seperti yang dilakukan di Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
menggambarkan bahwa terdapat lima karakteristik dalam FCC yaitu (1)
“koalisi” yang mengandung makna menghormati tim perwatan kesehatan
dan keluarga yang bertujuan untuk pengambilan keputusan dalam perwatan
bayi, (2) “komunikasi terbuka antara dokter dan keluarga dengan focus
khusus dari penyedia pelayanan kesehatan” yang mengandung arti aktif
untuk mencari pemahaman persepsi dan keprihatinan keluarga, (3)
menyadari dan mendukung kekuatan keluarga, (4) menerima individual dan
keragaman, dan (5) mengakui keluarga sebagai ahli dalam perawatan anak
mereka (Harisson, 2009).
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
4
Kondisi anak yang sulit untuk dipasang infus berdampak kepada pengobatan
yang diberikan antara lain dapat terjadi masalah kekurangan volume cairan
sehingga dapat terjadi dehidrasi, syok hipovolemik oleh karena itu
pemasangan infus harus tetap dilakukan. Anak yang mengalami masalah
keperawatan kekurangan volume cairan memerlukan energi untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme agar dapat mempertahankan fungsi
tubuhnya, yang mencakup tindakan untuk memfasilitasi konservasi energi
pada anak. Salah satu model keperawatan yang memfasilitasi konservasi
energi adalah model konservasi Levine. Model keperawatan Levine
memfokuskan asuhan keperawatan pada proses adaptasi dan pemeliharaan
kesehatan berdasarkan prinsip konservasi. Prinsip konservasi tersebut
mencakup 4 hal yaitu konservasi energy, konservasi integritas struktur,
integritas personal dan integritas sosial yang berfokus pada peningkatan
klien untuk dapat beradaptasi semaksimal mungkin untuk mencapai kualitas
hidup yang optimal. Pendekatan model konservasi yang dipelopori oleh
Myra E. Levine sesuai untuk mengatasi tropicognosis gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit pada anak (Tomey & Alligod, 2006).
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
5
Terapi mendekap dapat diberikan pada semua keadaan baik untuk anak
maupun dewasa yang menerima perawatan dan pengobatan. Pinsip yang
perlu diperhatikan menurut Royal College of Nursing (2010) yaitu
mendekap harus seizin anak, menjelaskan tindakan yang dilakukan,
membuat kesepakatan anatara perawat, anak dan keluarga, adanya kebijakan
yang diperlukan pada saat dilakukan terapi mendekap sebagai pembatasan
fisik, adanya kepercayaan diri dari tenaga kesehatan yang terlatih dan aman,
tepat dalam melakukan pembatasan fisik sehingga perawat dapat melakukan
tindakan invasive secara optimal.
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
6
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran pelaksanaan intervensi dekapan keluarga dan
pemberian posisi duduk pada anak saat pemasangan infus pada anak
yang mengalami gangguan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
dengan pendekatan model konservasi Levine.
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
7
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
BAB 2
APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN
Bab ini menguraikan tentang kasus yang dikelola selama praktik residensi yang
berhubungan dengan masalah keperawatan yang diambil sebagai penerapan teori
keperawatan, tinjauan teoritis terkait dengan kasus yang dipilih, terintegrasi dalam
teori dan konsep keperawatan dalam proses keperawatan serta aplikasi teori
keperawatan pada kasus terpilih.
2.1 Gambaran Kasus
Kasus – kasus dalam laporan ini adalah kasus pada klien anak yang dirawat di
ruang anak infeksi. Kasus utama yang menjadi pembahasan di laporan ini adalah
kasus Pneumonia dan diare akut pada By. A. kasus lain yang menjadi
pembahasan adalah kasus dengan HIV, DHF, Morbili dan pneumonia dan VSD.
2.1.1 Kasus I
By. A, perempuan, usia 8 bulan 14 hari. dirawat pada tanggal 21 Maret 2016
dengan keluhan demam sejak 2 hari, batuk, pilek, BAB cair 10 kali/hari,
nafas sesak, mual, muntah, sudah dibawa ke puskesmas dan klinik. Saat
dilakukan pemeriksaan fisik dengan hasil berat badan 7.5 kg, tinggi badan 69
cm, tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 120 x/menit, pernapasan 36 x/menit
(menggunakan oksigen 2 liter), Suhu 390 C. kesadaran compos mentis,
terlihat ada retraksi dada, suara nafas vesikuler dengan irama pernapasan
cepat dan dangkal, terdengar bunyi ronchi dan tidak ada wheezing, tidak ada
sianosis, sklera tidak ikterik, konjungtiva pucat, mulut kering dan pecah-
pecah, waktu pengisian kapiler < 3 detik, diare 6 kali dengan konsistensi cair
tidak berampas, bising usus 30 kali, urin spontan, turgor kulit elastis.
Tropicognosis yang ditegakkan adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, hipertermi.
dekapan orang tua dan posisi duduk saat anak dilakukan pemasangan infus,
melakukan kompres hangat tepid water sponge jika suhu diatas 39o C,
kolaborasi pemberian antipiretik. Klien diizinkan pulang oleh dokter pada
hari perawatan keempat.
2.1.2 Kasus 2
By. J, laki-laki, usia 3 bulan 5 hari, dirawat pada tanggal 18 Februari 2016,
klien rujukan dari RS. Budi Kemulyaan dengan skrining HIV, BAB cair dan
demam sejak lahir. Riwayat penyakit sebelumnya klien lahir dengan
premature, satu hari setelah pulang dari RS badan klien demam, dan setiap
diberi susu langsung keluar lagi (BAB cair) sehingga dibawa ke RS dan
dirawat kembali selama 2 minggu. Saat dilakukan pemeriksaan fisik
didapatkan hasil berat badan anak 3.4 kg, panjang badan 54 cm, lingkar
kepala 40 cm, lingkar dada 38 cm, lingkar lengan 8 cm, nadi 128 x/menit,
pernapasan 48 x/menit, Suhu 390 C, kesadaran compos mentis, pernapasan
spontan, suara nafas vesikuler, ronchi dan tidak ada wheezing. tidak ada
sianosis, sklera tidak ikterik, konjungtiva pucat, mulut kering, terdapat
candisiasis oral, tidak terdengar bunyi mur-mur dan gallop, waktu pengisian
kapiler < 3 detik, diare 10 kali dengan konsistensi cair tidak berampas, bising
usus 30 kali, urin spontan, turgor kulit elastis. Tropicognosis yang ditegakkan
adalah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh dan hipertermi.
Universitas Indonesia
2.1.3 Kasus 3
An. F, laki-laki, usia 9 tahun 9 bulan 17 hari, dirawat pada tanggal 4 Maret
2016 dengan keluhan demam timbul mendadak tinggi, tidak turun diberi obat
penurun panas, klien mengalami pilek, batuk tidak ada, muntah saat dirumah
3 kali, penurunan nafsu makan, hanya mau minum susu, nyeri pada bagian
persendian. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil berat badan
anak 23 Kg, tinggi badan 134 cm, lingkar lengan 16,2 cm, tekanan darah:
95/62 mmHg, nadi 100 x/menit, pernapasan 24 x/menit, Suhu 390 C.
kesadaran compos mentis, pernapasan tidak terlihat retraksi dada, suara nafas
vesikuler, tidak ada ronchi dan wheezing. tidak ada sianosis, konjungtiva
pucat, mulut kering dan pecah-pecah, lidah berwarna putih, waktu pengisian
kapiler < 3 detik, pola defekasi 1 kali, urin spontan turgor kulit elastis.
Tropicognosis yang ditegakkan adalah ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan
hipertermi.
2.1.4 Kasus 4
An. M, laki-laki, usia 4 tahun 20 hari, dirawat pada tanggal 30 Maret 2016
dengan keluhan Demam hari keempat, timbul kemerahan pada muka, dada,
perut, tangan, kaki dan diare sudah 1 hari sebelum masuk rumah sakit
sebanyak 10 kali, cair tidak ada ampas, batuk pilek. Saat dilakukan
pemeriksaan fisik didapatkan hasil Berat badan sebelum sakit : 25kg, Berat
badan saat ini 23 kg, Tinggi badan 100 cm, tekanan darah 90/60 mmHg, nadi
0
100 x/menit, pernapasan 30 x/menit, Suhu 39 C. kesadaran anak compos
mentis, tidak terlihat retraksi dada, suara nafas vesikuler, terdengar bunyi
Universitas Indonesia
ronchi dan tidak ada wheezing. tidak ada sianosis, sklera tidak ikterik,
konjungtivitis, mulut kering, tidak terdengar bunyi mur-mur dan gallop, waktu
pengisian kapiler < 3 detik, diare 10 kali dengan konsistensi cair tidak
berampas, bunyi bising usus 35 kali, urin spontan, turgor kulit elastis, terdapat
rash pada bagian muka, dada, perut, punggung, tangan kanan, kiri dan kaki
kanan kiri. Tropicognosis yang ditegakkan adalah ketidakefektifan bersihan
jalan nafas, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dan hipertermi.
2.1.5 Kasus 5
An. Al, perempuan, usia 1 tahun 7 bulan 7 hari, dirawat pada tanggal 27
April 2016 dengan keluhan nafas sesak, ada batuk, pilek, demam tinggi sejak
2 hari yang lalu, BAB cair 10 kali dalam sehari, tidak ada ampas, makan
berkurang. Riwayat penyakit sejak usia 1 tahun terdiagnosa VSD sedang dan
rencana akan di oprasi saat klien usia 2 tahun. Saat dilakukan pemeriksaan
fisik didapatkan hasil berat badan 7,7 kg, Tinggi badan 78 cm, tekanan darah:
80/60 mmHg, nadi 120 x/menit, pernapasan: 56 x/menit (menggunakan
oksigen 1 liter), Suhu 390 C. kesadaran anak compos mentis, terlihat ada
retraksi dada, suara nafas vesikuler dengan irama pernapasan cepat dan
dangkal, terdengar bunyi ronchi dan tidak ada wheezing. tidak ada sianosis,
konjungtiva pucat, mulut kering dan pecah-pecah, terdengar bunyi mur-mur
dan gallop tidak ada, waktu pengisian kapiler < 3 detik, bising usus 30 kali,
urin spontan turgor kulit elastis. Tropicognosis yang ditegakkan adalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, hipertermi.
Universitas Indonesia
Air merupakan salah satu komponen dalam tubuh, yang terdiri dari 50%-
80% dari total berat badan. Total berat badan (TBW) berbeda antar satu
individu dengan individu lain. Persentasi total berat badan dipengaruhi
oleh usia, jenis kelamin, masa otot dan komponen lemak. Pada orang
dewasa jumlah cairan berkisar antara 50% sampai 60% dari berat tubuh,
sedangkan pada anakdibawah usia satu tahun mencapai persentasi yang
lebih tinggi; terutama pada bayi prematur dan neonatus. Cairan tubuh pada
bayi baru lahir adalah 70% sampai 75%, jumlah ini akan berkurang pada
usia satu tahun kehidupan. Anak yang mencapai puberitas terjadi perubahan
jumlah cairan tubuh dikarenakan tersimpan dalam jaringan adipose,
demikian juga persentasi TBW pada wanita akan lebih rendah dibanding
dengan pria (Johnson, Lyons, & Vaughans, 2008).
Universitas Indonesia
Kompartemen cairan tubuh dipisahkan satu sama lain dengan membrane sel
dan membrane kapiler. Membran ini merupakan permeabel selektif karena
zat bergerak menyebrangi membran dengan berbagai tingkat kemudahan,
metode pergerakan elektrolit dan zat terlarut lain adalah dengan cara
osmosis, difusi, filtrasi, dan transport aktif (Kozier, Erb, Berman et al,
2010). Osmosis adalah pergerakan air menembus membran sel dan larutan
yang berkonsentrasi rendah ke larutan berkonsentrasi tinggi sebagai upaya
menyeimbangkan komsentrasi. Difusi merupakan campuran kontinyu
beberapa molekul di dalam cairan, gas, atau zat padat yang disebabkan oleh
pergerakan molekul secara acak. Molekul bergerak melalui pori-pori,
larutan akan bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
Tekanan hidrostatik pembuluh darah juga mendorong air berdifusi langsung
melewati pori-pori tersebut. Filtrasi merupakan sebuah proses pergerakan
cairan dan zat terlarut dari area yang bertekanan tinggi ke area yang
bertekanan rendah sehingga cairan bergerak dari satu kompartemen
menyebrangi membran ke kompartemen lain. Tekanan dalam kompartemen
yang menyebabkan cairan berpindah disebut tekanan filtrasi.
Universitas Indonesia
Transport aktif merupakan sebuah proses dimana zat bergerak dari larutan
yang berkonsentrasi rendah ke larutan berkonsentrasi tinggi. Transpor aktif
berguna untuk mempertahankan konsentrasi ion natrium dan kalium di
dalam ICF dan ECF. Dalam kondisi normal natrium lebih banyak ada di
ECF dan kalium lebih tinggi di ICF, dalam kondisi tertentu untuk
mempertahankan kondisi ini, mekanisme transpor aktif digunakan untuk
memindahkan natrium ke luas sel dan kalium ke dalam sel (Roberts, 2005).
Universitas Indonesia
c. Suhu lingkungan
Kehilangan cairan melalui keringat meningkat pada lingkungan yang
panas karena tubuh berupaya untuk menghilangkan panas. Garam dan
air tubuh hilang melalui keringat. Apabila hanya air yang digantikan,
terjadi risiko deplesi garam. Individu yang mengalami deplesi garam
dapat mengalami keletihan, kelemahan, sakit kepala, dan gejala
gastrointestinal seperti muntah.
d. Gaya hidup
Asupan cairan dan elektrolit dipengaruhi oleh diet. Orang yang
mengalami bullimia atau anoreksia nervosa berisiko mengalami
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berat karena asupan tidak
adekuat atau karena mereka melakukan upaya pembuangan. Individu
dengan malnutrisi berat dapat mengalami penurunan kadar albumin
Serum dan dapat mengalami edema karena aliran osmotik cairan ke
kompartemen pembuluh darah menjadi berkurang. Stres dapat
meningkatkan metabolisme selular, kadar konsentrasi glukosa darah dan
kadar katekolamin. Selain itu, stres dapat meningkatkan produksi ADH
yang berpengaruh pada penurunan produksi urin. Seluruh respon tubuh
terhadap stres adalah meningkatkan volume darah.
Universitas Indonesia
Persentase antara berat badan dan komposisi cairan tubuh berbeda- beda
untuk setiap usia. Persentase terbesar ada saat masa bayi dan berangsur-
angsur menurun seiring pertambahan usia. Neonatus dan bayi muda
memiliki proporsi terbesar untuk volume cairan ekstraselular dibandingkan
anak yang lebih tua atau remaja. Oleh karena itu, mereka lebih rentan
mengalami dehidrasi.
Tabel 2.1.
Proporsi Cairan Tubuh Dengan Berat badan
Presentase Cairan Tubuh dengan Berat Badan
Usia
ECF ICF Total
Neonatus cukup bulan 45 % 30 % 75 %
Bayi 6 bulan 25 % 40 % 65 %
Annak usia 2 tahun 20 % 40 % 60 %
Remaja laki-laki = dewasa 10 – 15 % 40 % 55 %
Remaja perempuan = dewasa 10 – 15 % 40 % 50 %
Sumber : Ball & Bindler (2003)
Kebutuhan rumatan = IWL + urin + cairan tinja, kebutuhan cairan perhari bisa
di perkirakan berdasarkan energy expenditure : 1 kcal = 1 ml H2O. rata-rata
pada pasien yang dirawat di rumah sakit didapatkan kebutuhan cairan perhari
sebagai berikut: Bayi 1 hari = 50 ml H2O/kg BB/hari, Bayi 2 hari = 75 ml
H2O/kg BB/hari, Bayi ≥ 3 hari = 100 ml H2O/kg BB/hari, BB 10 kg pertama
= 100 ml H2O/kgBB/hari, BB 10 kg kedua = 1000 ml + 50 ml H2O/
kgBB/hari, BB > 20 kg = 1500 ml + 20 ml H2O/kg BB/hari. Pada klien
dengan kesulitan kompensasi terhadap kelebihan atau kekurangan cairan dan
elektrolit (kelainan jantung, ginjal) harus dilakukan perhitungan secara ketat.
Perkiraan kebutuhan elektrolit perhari didasarkan pada kebutuhan metabolism
atau dengan kebutuhan cairan perhari: Natrium : 2-4 mEq/100 ml H2O/kg
BB/hari, Kalium : 1-2 mEq/100 ml H2O/kgBB/hari, Klorida : 2-4 mEq/100
ml H2O/kgBB/hari.
Universitas Indonesia
Gejala klinis dehidrasi dipengaruhi oleh berat ringannya kehilangan cairan (tabel
2.2) dan kadar natrium cairan ekstraseluler. Tanda yang dapat dijumpai antara
lain, berat badan turun, turgor kulit menurun, ubun-ubun cekung, mata cekung,
mukosa kering, nadi cepat dan tekanan darah turun, serta jumlah urin sedikit dan
pekat. Laboratorium menunjukan kenaikan hemotokrit dan kenaikan berat jenis
urin.
Tabel 2.2 Gejala Klinis Dehidrasi
Gejala Klinis Ringan Sedang Berat
Penurunan BB 5% 10 % 15 %
Turgor
Selaput lender Kering Sangat kering Pecah-pecah
Warna Kulit Pucat Kelabu Mottled
Urin Oliguria ringan Oliguria Oliguri berat
Tekanan Darah Normal ± Normal Turun
Nadi ±
Buku ajar pediatric gawat darurat, 2008
Universitas Indonesia
b. Overhidrasi
Overhidrasi terjadi jika air diperoleh dalam jumah berlebih dibanding
elektrolit, menghasilkan osmolalitas serum yang rendah dan kadar natrium
serum yang rendah, keadaan ini disebut juga ketidakseimbangan hipoosmolar
atau intoksikasi air. Air ditarik ke dalam sel yang menyebabkan sel
membengkak. Jika hal ini terjadi di otak akan mengakibatkan edema serebral
dan mengganggu fungsi neurologis. Intoksikasi air bisa terjadi jika cairan
dan elektrolit hilang secara berlebihan, namun yang tergantikan hanya air
saja. Kondisi lain yang menyebabkan overhidrasi adalah akibat tumor ganas,
SIDH (syndrom of inappropriate antidiuretic hormon), cedera kepala, atau
pemberian obat-obatan tertentu (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010).
c. Gangguan Ginjal
Pada klien dengan Chronic Kidney Disease, ginjal tidak mampu lagi
menjaga struktur kimia cairan tubuh secara normal. Perburukan progresif yang
berlangsung dalam hitungan bulan atau tahun menghasilkan gangguan secara
klinis maupun biokimia yang berkumpul menjadi satu sindrom klinis uremia
(O’Callaghan, 2009).
d. Edema
Edema adalah kenaikan abnormal volume cairan ekstraseluler yang tampak
secara klinis. Berdasarkan luasnya, edema dapat dibagi dua menjadi edema
yang terlokalisir dan edema yang terjadi di seluruh tubuh (generalisata).
Berdasarkan sifatnya terhadap tekanan, edema dapat dibagi menjadi pitting
dan non pitting. Bila daerah edema diberi tekanan dan meninggalkan indentasi
disebut pitting edema. Jika tidak terjadi indentasi maka disebut non pitting
edema (Halim, 2011).
Universitas Indonesia
Keterlibatan keluarga dalam terapi mendekap sering dilakukan pada anak terutama
terapi dekapan melibatkan ibu/keluarga, mendekap anak secara erat dengan
mempertahankan adanya kontak mata diantara mereka, bertujuan untuk sengaja
memprovokasi tekanan pada anak sampai anak membutuhkan dan menerima
kenyataan. Hal ini dapat meningkatkan hubungan anak dan orang tua serta membuka
kemampuan anak untuk dapat berhubungan dengan orang lain.
Mercer (2009) menyatakan dalam penelitiannya bahwa dekapan orang tua dapat
membuat anak autis membuka hubungan dengan orang lain. Dengan diberikanya
dekapan anak akan menerima dan mengakui adanya kontrol otoritas dari orang
dewasa. Mendekap merupakan penyampaian otoritas dan kekuasaan orang tua kepada
anak melalui pelukan. Terapi memeluk/mendekap merupakan pembatasan gerak
menggunakan pembatasan aktivitas atau menggunakan kekuatan terbatas. Metode ini
membantu anak dengan mengijinkan mereka mengelola/mengatasi prosedur yang
menyakitkan dengan mudah dan efektif. Terapi mendekap ini berbeda dengan
pembatasan aktivitas fisik terletak pada tingkat kekuatan yang diperlukan dan
keterlibatan anak. Prinsip yang perlu diperhatikan menurut Royal College of Nursing
(2010) yaitu mendekap harus seijin anak, menjelaskan tindakan yang akan dilakukan,
membuat kesepakatan antara perawat anak dan keluarga, adanya kebijakan yang
diperlukan pada saat dilakukan terapi mendekap sebagai pembatasan fisik, adanya
kepercayaan diri dari tenaga kesehatan yang terlatih dan aman, tepat dalam
melakukan pembatasan fisik dan mendekap pada anak dan remaja.
Giese (2010) menjelaskan pengaruh dekapan keluarga dan pemberian posisi duduk
saat dilakukan pemasangan infus efektif untuk menurunkan distress pada anak, hal ini
disebabkan karena posisi duduk dan dekapan keluarga dapat memberikan
kenyamanan pada anak dan immobilisasi yang cukup untuk dilakukan tindakan
pemasangan infus. anak yang tenang sebelum pemasangan infus akan membutuhkan
waktu yang sedikit dan perawat yang lebih sedikit dibandingkan dengan anak yang
sudah marah dan menolak dilakukan tindakan karena alasan tertentu.
The Children’s Mercy Hospital (2012) menyatakan terjadi perbedaan skor distress
karena pemberian posisi yang nyaman dari orang tua untuk meminimalkan distress
anak saat dilakukan pemasangan infus. Immobilisasi ekstremitas pada anak saat
dilakukan prosedur akan memberikan rasa aman dan senang serta kenyamanan
melalui kontak langsung dengan orang tua dan orang tua ikut berpartisipasi
memberikan bantuan positif dengan dekapan dan posisi duduk lebih menciptakan
rasa kontrol pada anak.
Universitas Indonesia
Sementara itu, Hidayat (2005) menuliskan di dalam bukunya bahwa perawat anak
harus memahami 5 prinsip perawatan perawatan atraumatik, yaitu :
a. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga.
Dampak perpisahan dari keluarga, anak akan mengalami gangguan psikologis
seperti kecemasan, ketakutan, kurangmya kasih sayang, gangguan ini akan
menghambat proses penyembuhan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak. Bila anak dirawat di rumah sakit dan selama itu tidak boleh
berhubungan dengan orang tuanya, maka ia akan merasa ditolak oleh keluarga dan
mengakibatkan anak cendrung emosi saat kembali pada keluarganya. Pada
umumnya anak bereaksi negatif waktu pulang ke rumah.
Universitas Indonesia
Selain itu, terapi perawatan atraumatik yang dapat diterapkan di tatanan pelayanan
kesehatan adalah sebagai berikut (Bowden & Greenberg, 2010):
a. Meningkatkan hubungan orang tua – perawat selama perawatan di Rumah Sakit
b. Mengurangi rasa takut pada saat dilakukan prosedur dengan cara pelukan orang tua,
distraksi, menggunakan terapeutic play, mempraktekan prosedur kepada anak
c. Manajemen nyeri non farmakologi : distraksi, relaksasi, imagery guidance, positive
self talk, thought stopping, behavioral contracting
d. Memberi kesempatan, keleluasaan pribadi pada anak untuk menentukan perawatan
yang akan ia terima
Adaptasi adalah proses perubahan. Adaptasi dapat diartikan sebagai proses dimana
pasien menyesuaikan integritasnya dengan kenyataan yang ada di lingkungan.
Adaptasi dicapai dengan cara menggunakan dan mengontrol sumber daya yang ada di
lingkungan oleh individu secara hemat dan ekonomis untuk memperoleh hasil yang
terbaik (Tomey & Alligood, 2006; Parker & Smith, 2010). Sedangkan prinsip
Universitas Indonesia
Skema 2. 1
Model Konservasi Levine,
Terdiri dari Konservasi Energi, Integritras Struktural, Personal, Sosial
Universitas Indonesia
Pengkajian meliputi faktor yang berubah pada aspek energi, integritas struktur,
personal, dan sosial. Perawat mengumpulkan data klien berdasarkan wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Wawancara digunakan untuk
mencari keluhan utama dan keluhan lainnya serta faktor-faktor yang mempengaruhi
dilihat dari aspek energi, integritas struktur, personal dan sosial. Setelah pengkajian,
dilakukan analisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan. Levine
menggunakan istilah tropicognosis untuk menyatakan diagnosa keperawatan. Diagnosa
keperawatan digunakan sebagai dasar menilai kebutuhan pasien terhadap bantuan
perawat, selanjutnya perawat membuat hipotesis untuk menyelesaikan masalah
keperawatan. Perawat menyusun hipotesis tentang masalah dan penyelesaianya.
Hipotesis yang dirumuskan memberikan petunjuk dalam membuat intervensi
keperawatan. Tujuannya adalah menjaga keutuhan klien dan meningkatkan proses
adaptasi dengan kondisi saat ini (Tomey & Alligod, 2006).
Universitas Indonesia
Assesment :
1. Konservasi energi : status hidrasi, status nutrisi, asupan nutrisi dan cairan, haluaran urin,
aktivitas dan istirahat
2. Konservasi integritas struktur : pemeriksaan fisik head to toe
3. Konservasi integritas personal : konsep diri, koping dan isyarat perilaku anak
4.Konservasi integritas sosial : interaksi anak dengan tenaga kesehatan dan orang tua/keluarga
Respon Organismik :
FCC
1. Status cairan adequate
2.Anak dapat istirahat dan tidur
3.Suhu tubuh, frekuensi nafas dan nadi dalam
batas normal
4.Cemas pada anak dan orang tua berkurang
Adaptif
Wholness
Sumber : Alligod, 2010; Hockenberry & Wilson, 2009, Parker & Smith, 2010.
Universitas Indonesia
2.4 Aplikasi Konsep Model Konservasi Levine pada Kasus Kelolaan Utama
2.4.1 Riwayat kesehatan singkat
By. A dengan diagnose medis pneumonia dan diare akut, perempuan, usia
8 bulan 14 hari, tanggal lahir 12 Juli 2015, nomor RM 853614, dirawat di
ruang infeksi pada tanggal 21 Maret 2016 dengan keluhan demam sejak
2 hari, batuk, pilek, BAB cair 10 kali/hari, nafas sesak, mual muntah,
sudah dibawa ke puskesmas dan klinik mendapat obat tempra dan puyer
batuk pilek tetapi belum juga sembuh
2.4.2 Tantangan terhadap lingkungan internal klien
Tantangan yang dapat menurunkan sumber energy klien adalah kondisi
anak yang dirawat di ruang infeksi kelas III. Kesadaran by. A compos
mentis dengan GCS 15, suhu tubuh mencapai 39 0 C, klien menderita diare
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit dengan konsistensi cair dan tidak
berampas. Nafas sesak, keadaan ini dapat meningkatkan kebutuhan energy
metabolisme. Selain itu nafas sesak, diare dan suhu tubuh yang meningkat
dapat meningkatkan konsumsi energy. Klien membutuhkan energy untuk
proses penyembuhan dari infeksinya.
2.4.3 Tantangan terhadap lingkungan eksternal
Saat ini klien ditempatkan di ruang infeksi kelas III, yang seharusnya
kapasitas tempat tidur 4, tetapi karena banyaknya pasien yang masuk
sehingga ditambah menjadi 6 tempat tidur, hal tersebut mengakibatkan
suhu ruangan dan ventilasi terasa panas.
2.4.4 Pengkajian
1. Konservasi Energi
a. Status Nutrisi dan Cairan
Klien demam hari ke 2 , ibu klien mengatakan setiap minum susu
anaknya muntah, membrane mukosa kering, bibir pecah-pecah, BAB
cair 6 kali, klien mendapat susu LLM 8 x 100 ml
b. Eliminasi
Ibu klien mengatakan sejak tadi pagi sampai siang BAB cair 6 kali,
klien menggunakan pampers dan pampers selalu ditimbang dan dicatat
oleh orang tua.
Universitas Indonesia
2. Integritas Sruktural
a. Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis, GCS E4M6V5 = 15
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 90/60 mmHg, Frekuensi nafas : 36 x/menit
(menggunakan O2 2 liter), Frekuensi Jantung :120 x/menit, Suhu : 390C
c. Antropometri
Berat badan sebelum sakit : 8 kg, Berat badan saat ini : 7,5 Kg, Tinggi
badan : 69 cm, BB/TB : 88,23 % (gizi kurang/).
d. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
1) Kepala
tidak ada chepal hematom, kulit kepala sedikit kotor, rambut jarang.
2) Muka
Conjungtiva anemis, bereaksi terhadap cahaya, pupil isokor 3
mm/3mm
Terdapat septum nasal, keluaran ada, tidak ada nafas cuping
hidung, terpasang selang oksigen. Membrane mukosa mulut kering,
palatum ole dan palatum durum utuh, lidah kotor .Telinga bersih,
tidak ada nafas cuping hidung, ada retraksi dinding dada, bunyi
nafas vesikuler, terdengar bunyi ronkhi. Bunyi jantung I – II
vesikuler, tidak terdengar bunyi mur-mur dan gallop.
Universitas Indonesia
3) Abdomen
hepar dan lien tidak teraba, bising usus 30 x/menit, distensi abdomen.
4) Ekstremitas
Tubuh klien tampak lemas, akral hangat, CRT < 3 detik.
5) Pemeriksaan integument
Kulit teraba hangat, turgor kulit elastis, area sekitar anus terdapat
kemerahan.
3. Integritas Personal
Sebelum sakit By. A memiliki berat badan 8 kg, setelah sakit berat badan
menjadi 7,5 kg. By. A diasuh oleh ua dari ibunya. Karena ibu nya
menderita CHF sehingga tidak maksimal menjaga by. A, tetapi ibunya
juga tinggal bersama By. A dan uanya. Orang tua yakin akan
kesembuhan By.A dan senantiasa selalu berdoa. Klien terlihat menangis
ketika ditinggal ibu nya ke kamar mandi.
4. Integritas Sosial
Semenjak sakit By. A hanya tidur, lemas, tidak terlihat tersenyum saat
diajak bercanda, hanya menangis. Hubungan dalam keluarga harmonis,
anak mendapatkan kasih sayang dari keluarga. Orang tua selalu bertanya
kondisi anaknya.
2.4.5 Tropicognosis
Berikut ini adalah tropicognosis yang diidentifikasi pada By. A yaitu :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b. Ketidakseimbangan volume cairan
c. Hipertermi
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e. Kerusakan integritas kulit
f. Perubahan proses pikir
Universitas Indonesia
2.4.6 Hipotesis
Dengan menggunakan model konservasi, berikut adalah hipotesis yang
dibuat oleh perawat untuk mengembangkan keperawatan pada By. A,
melakukan managemen respirasi diantaranya melalui kolaborasi
pemberian inhalasi, managemen cairan dan elektrolit diantaranya
melalui kolaborasi dalam pemberian terapi intravena, pemantauan
intake output / balance cairan secara ketat, penanganan termoregulasi,
pemberian nutrisi adekuat yang akan membantu proses penyembuhan
melalui kolaborasi dengan ahli gizi, pemeriksaan laboratorium dan
pemantauan hasil lab.
2.4.7 Intervensi keperawatan
a. Konservasi Energi
Perawat melakukan kolaborasi dalam pemberian terapi inhalasi, oksigen,
intravena melalui pemasangan infus, memasang NGT , memberikan
makan cair dan cairan rehidrasi oral (CRO) melalui NGT, melakukan
kolaborasi dengan dietisian dalam pengaturan diet pasien yang tepat.
Melakukan balance cairan per shift, menganjurkan anak untuk banyak
minum
b. Konservasi Integritas Struktural
Perawat melakukan observasi terhadap tanda-tanda vital setiap 4 jam,
mengganti balutan infus dan mengawasi adanya tanda-tanda flebitis pada
area di sekitar tempat pemasangan infus melalui metoda SLB (Sentuh-
Lihat-Bandingkan). Melakukan perawatan oral hygiene, melakukan
pemeriksaan laboratorium serta pemantauan hasil laboratorium.
c. Konservasi Integritas Personal
Ibu dan keluarga diberi kesempatan untuk mengungkapkan apa yang
dirasakan ketika anak mengalami masalah gangguan cairan dan elektrolit
dikarenakan adanya diare, demam. keluarga juga perlu diberi dukungan
baik perkembangan klien dengan cara memfasilitasi anak melalui terapi
maupun aktivitas yang bersifat teraupetik, misalnya dengan menyusun
jadwal aktifitas harian, berdiskusi tentang perawatan saat pulang ke
rumah.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pertahankan jalan nafas Kolaborasi pemberian nebulizer ventolin 1 amp kepala harus lebih tinggi
Kolaborasi pemberian Nacl 0,9 % 2 cc dan ventolin 1
nebulizer Nacl 0,9 % 2 cc amp
dan ventolin 1 amp
Tanggal
Tropicognosis
21 Maret 2016 22 Maret 2016 23 Maret 2016 24 Maret 2016
Ketidakseimbangan Subjektif : Subjektif : Subjektif : Subjektif :
cairan dan elektrolit ibu klien mengatakan anaknya ibu klien mengatakan diare ibu klien mengatakan anaknya ibu klien mengatakan anaknya
masih diare sudah 6 kali cair anaknya berkurang jadi 3 kali berkurang hanya 1 kali sudah tidak diare
tidak ada ampas dan ada muntah masih cair dan tidak ada
1 kali ampas, sudah tidak muntah Objektif : Objektif :
Konservasi Energi Konservasi Energi
Objektif : Objektif : Bab sudah ada ampas, Bab 1 kali konsistensi padat
Konservasi Energi Konservasi Energi konsistensi lunak (menggunakan pampers)
Bab cair tidak ada ampas Bab cair tidak ada ampas (menggunakan pampers)
(menggunakan pampers) (menggunakan pampers) Konservasi Integritas
Konservasi Integritas Struktur
Konservasi Integritas Struktur Konservasi Integritas Struktur Membrane mukosa mulut
Membrane mukosa mulut kering, Struktur Membrane mukosa mulut lembab, turgor kulit elastis,
bibir pecah-pecah, turgor kulit Membrane mukosa mulut lembab, turgor kulit elastis, mata tidak cekung, Suhu : 36
5 0
elastis, mata tidak cekung, Suhu kering, bibir pecah-pecah, mata tidak cekung, Suhu : 38 C, Intake : Infus: 50 cc,
: 38 0 C, Intake : Infus: 350 cc, turgor kulit elastis, mata tidak 0 C, Intake : Infus: 300 cc, minum: 400 cc Total intake:
50
minum: 250 cc Total intake: 600 cekung, Suhu : 38 C, Intake minum: 250 cc Total intake: 450 cc. Out put : BAB/BAK :
cc. Out put : Muntah: 50 cc, : Infus: 300 cc, 550 cc. Out put : BAB/BAK : 150 cc, IWL: 203 cc Total out
BAB/BAK : 400 cc Total out minum: 230 cc Total intake: 250 cc, IWL : 260 Total out put : 353 cc, balance cairan
put : 450 cc 530 cc. Out put : BAB/BAK : put : 5100 cc balance cairan : +97
250 cc Total out put : 250 cc + 40
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tanggal
Tropicognosis
21 Maret 2016 22 Maret 2016 23 Maret 2016 24 Maret 2016
Ketidakseimbangan Subjektif : Subjektif : Subjektif : Subjektif :
nutrisi kurang dari ibu klien mengatakan ibu klien mengatakan ibu klien mengatakan ibu klien mengatakan
kebutuhan tubuh anaknya sudah tidak anaknya minum susu anaknya sudah mulai belajar anaknya sudah bisa minum
muntah, berat badan nya melalui selang NGT minum susu melalui susu melalui mulut dan
turun 0,5 kg mulut. sudah makan bubur .
Objektif :
Objektif : Konservasi Energi Objektif : Objektif :
Konservasi Energi Klien terpasang NGT dan Konservasi Energi Konservasi Energi
Klien terpasang NGT dan mendapat diet susu LLM Klien terpasang NGT dan Klien sudah tidak terpasang
mendapat diet susu LLM 100ml 100ml mendapat diet susu LLM NGT dan mendapat diet bubur
100ml (NGT), 20 cc (oral) dan klien dapat makan dan
Konservasi Integritas Struktur Konservasi Integritas minum melalui mulut
BB sebelum sakit: 8 kg, Struktur Konservasi Integritas
BB saat ini 7,5kg, TB 69cm BB sebelum sakit: 8 kg, BB Struktur Konservasi Integritas
LLA: 14,5 cm, saat ini 7,5 kg, TB: 69 cm, BB sebelum sakit: 8 kg, BB Struktur
BB/TB = 7.5/69 = 88,23 % LLA: 14,5 cm, saat ini 7,5 kg, TB: 69 cm, BB sebelum sakit: 8 kg, BB
(status gizi kurang), BB/TB = 7.5/69 = 88,23 % LLA: 14,5 cm, saat ini 7,5 kg, TB: 69 cm,
konjungtiva anemis, (status gizi kurang), BB/TB = 7.5/69 = 88,23 % LLA: 14,5 cm,
konjungtiva anemis, (status gizi kurang), BB/TB = 7.5/69 = 88,23 %
Integritas sosial konjungtiva anemis, (status gizi kurang),
Keluarga bertahap belajar Integritas sosial
memberikan susu lewat NGT Keluarga terlihat dapat
dengan didampingi perawat. memberikan susu lewat NGT
dengan didampingi perawat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tanggal
Tropicognosis
21 Maret 2016 22 Maret 2016 23 Maret 2016 24 Maret 2016
Kerusakan integritas Subjektif : Subjektif : Subjektif : Subjektif :
kulit ibu klien mengatakan kulit ibu klien mengatakan kulit ibu klien mengatakan kulit ibu klien mengatakan kulit
daerah anus anaknya terlihatdaerah anus anaknya masih daerah anus anaknya terlihat daerah anus anaknya sudah
kemerahan kemerahan dan mengelupas mengering dan tidak terlihat lebih baik tetapi
dan ibu mengatakan salep kemerahan masih sedikit kering
Objektif : Myco Z nya habis
Konservasi Integritas Objektif : Objektif :
struktur Objektif : Konservasi Integritas Konservasi Integritas
Daerah sekitar anus klien Konservasi Integritas struktur struktur
tampak kemerahan , klien struktur Daerah sekitar anus klien Daerah sekitar anus klien
menggunakan pampers, Daerah sekitar anus klien tampak terlihat mongering tampak terlihat mongering
klien mendapat salep myco tampak kemerahan , klien dan kemerahan berkurang. dan kemerahan berkurang.
Z menggunakan pampers,
klien mendapat salep myco Integritas personal dan Integritas personal dan
Integritas personal dan Z (habis)
sosial sosial sosial
Klien terlihat menangis Klien terlihat hanya meringis Klien terlihat hanya meringis
Integritas personal dan saat dibersihkan area anusnya saat dibersihkan area anusnya
kesakitan saat dibersihkan sosial
area anusnya, ibu klien ibu klien terlihat melakukan ibu klien terlihat melakukan
Klien terlihat menangis
terlihat memberikan salep perawatan area anus dengan perawatan area anus dengan
kesakitan saat dibersihkan
myco Z pada daerah anus menggunakan VCO dan menggunakan VCO dan
area anusnya
klien didampingi perawat didampingi perawat
ibu klien terlihat melakukan
perawatan area anus dengan
Analisis: Analisis: Analisis:
menggunakan VCO dan
Kerusakan integritas kulit Kerusakan integritas kulit Kerusakan integritas kulit
didampingi perawat
Universitas Indonesia
Planning : Planning :
Planning : Analisis: - Kaji integritas kulit klien - Anjurkan ibu untuk
- Kaji integritas kulit klien Kerusakan integritas kulit - Libatkan keluarga dalam selalu sgera mengganti
- Libatkan keluarga dalam perawatan bagian anus pampers saat anak
perawatan bagian anus Planning : klien buang air besar atau
klien - Kaji integritas kulit klien - Anjurkan ibu untuk maksimal 4 jam jika
- Anjurkan ibu untuk - Libatkan keluarga dalam selalu sgera mengganti BAK
selalu sgera mengganti perawatan bagian anus pampers saat anak buang - Menganjurkan ibu untuk
pampers saat anak buang klien air besar atau maksimal 4 tetap melanjutkan
air besar atau maksimal 4 - Anjurkan ibu untuk jam jika BAK memberi VCO .
jam jika BAK selalu sgera mengganti-
- Kolaborasi untuk pampers saat anak buang
pemberian salep Myco Z air besar atau maksimal 4
jam jika BAK
Universitas Indonesia
Tanggal
Tropicognosis
21 Maret 2016 22 Maret 2016 23 Maret 2016 24 Maret 2016
Perubahan proses pikir Subjektif : Subjektif : Subjektif : Subjektif :
keluarga mengatakan keluarga mengatakan Keluarga mengatakan keluarga mengatakan
sedih dan cemas kenapa kenapa panasnya tidak sekarang telah mengerti dan Senang melihat kondisi
panas anaknya tidak turun-turun tidak cemas lagi tentang anaknya sudah sehat
turun-turun penyakit anaknya
Objektif : Objektif :
Objektif : Integritas personal dan Objektif : Integritas personal dan
Integritas personal dan sosial: Integritas personal dan sosial:
sosial: Keluarga dapat melakukan sosial: Keluarga terlihat lebih
Keluarga dapat melakukan membersihkan area anus Keluarga terlihat lebih dekat tenang, senang dan
membersihkan area anus dengan baik dan memberikan dengan anaknya dan selalu semangat untuk pulang
dengan baik dan VCO, Ibu dapat melakukan ikut serta dalam tindakan
memberikan salep myco Z, pemberian susu melalui yang dilakukan terhadap Analisis :
Ibu dapat melakukan TWS NGT. anaknya. Perubahan proses pikir
dengan baik Analisis : teratasi
Analisis : Perubahan proses pikir Analisis :
Perubahan proses pikir Planning : Perubahan proses pikir Planning :
Planning : - Kaji keluhan keluarga Planning : Berikan informasi mengenai
- Kaji keluhan keluarga - Berikan informasi - Kaji keluhan keluarga kondisi anak saat pulang, dan
- Berikan informasi tindakan yang akan - Berikan informasi kontrol kembali serta obat-
tindakan yang akan dilakukan kepada klien tindakan yang akan obatan yang harus diberikan
dilakukan kepada klien - Libatkan keluarga dalam dilakukan kepada klien keluarga .
- Libatkan keluarga dalam tindakan/perawatan klien
- Libatkan keluarga dalam
tindakan/perawatan klien tindakan/perawatan klien
Universitas Indonesia
Kompetensi ners spesialis pada ranah praktik profesional, legal dan etis
berupa praktik akuntabilitas, yang menerapkan prinsip etis dan menghormati
serta menjaga kerahasiaan klien. Pada praktik legal seorang ners spesialis
harus melakukan praktik sesuai peraturan perundangan yang ada.
Kompetensi pada ranah pemberi asuhan dan manajemen, ners spesialis
harus menerapkan berfikir kritis dalam memberikan asuhan keperawatan
dari pengkajian sampai evaluasi serta kemampuan untuk menjadi
manajer. Sedangkan kompetensi pada ranah pengembangan profesi
diantaranya adalah meningkatkan kualitas dengan melakukan penelitian dan
pendidikan berkelanjutan (PPNI, 2012).
43
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
45
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
46
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
47
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
48
Ketika residen praktik diruang infeksi, ada seorang ayah an.M, bercerita
kepada residen jika anaknya sakit kepalanya kambuh, ayah klien meminta
obat kepada perawat untuk menghilangkan sakit kepala anaknya tetapi
perawatnya bilang baru diminum 2 jam yang lalu, residen melihat anak
tersebut dan melihat anak sangat kesakitan dengan wajah meringis dan
tangan menggenggam penghalang tempat tidur sambil sesekali
membenturkan kepalanya ke kasur. Saat dilaporkan keperawat
penanggung jawab, jawabanya sama seperti yang dikatakan ayah an. M,
residen memberi saran kepada perawat untuk lapor dokter yang
menangani an. M tetapi jawaban perawat tidak berani dan sedang sibuk.
Residen melaporkan hal tersebut kepada kepala ruangan dan kepala
ruangan langsung telepon dokter terkait lalu anak tersebut diberikan obat
ketorolac perdrip.
3.2.3 Konsultan
Peran sebagai konsultan dilakukan dengan memberikan konsultasi
kepada keluarga klien mengenai perawatan anaknya. Beberapa
konsultasi yang dilakukan antara lain memberikan alternatif tindakan
untuk menurunkan suhu tubuh klien karena ibu mengeluh anaknya
tidak berespon dengan pemberian obat penurun panas. Peran sebagai
konsultan yang diberikan kepada perawat ruangan adalah tindakan
kombinasi pemberian antipiretik dan kompres tepid water sponge untuk
menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam tinggi.
3.2.4 Pendidik
Peran sebagai pendidik berarti memberikan pendidikan pada orang lain
sesuai dengan kepakaran dalam bidang ilmunya (PPNI, 2012). Residen
keperawatan anak melakukan pendidikan kesehatan pada klien dan
keluarganya berdasarkan permasalahan yang muncul. Pendidikan
kesehatan dilakukan sebagai upaya mempersiapkan keluarga agar mampu
merawat anaknya setelah pemulangan dari perawatan di rumah sakit.
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
49
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
50
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
51
3.3.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan implementasi proyek inovasi tentang dekapan keluarga dan
posisi duduk terhadap distress pada saat anak dilakukan pemasangan
infus dimulai setelah dilakukan sosialisasi proposal inovasi. Pelaksanaan
implementasi dilakukan selama 2 Minggu. Adapun prosedur pelaksanaan
proyek inovasi sebagai berikut:
a). Mengidentifikasi sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi (anak yang
berusia 6 bulan sampai anak usia sekolah dalam perawatan di Gedung A
lantai 1, yang akan dilakukan pemasangan infus
b). Melakukan identifikasi karakteristik demografi anak (usia, jenis kelamin,
dan diagnosa medis).
c). Melakukan penilaian skor distress dengan menggunakan Children Fear’s
Score pada kelompok kontrol
d). Melakukan penilaian skor distress dengan menggunakan Children Fear’s
Score pada kelompok intervensi dengan pemberian dekapan keluarga dan
pemirian posisi duduk.
e). Melakukan evaluasi langsung saat anak dilakukan pemaangan infus.
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
52
3.3.3 Evaluasi
Evaluasi terhadap anak yang diberikan pemberian dekapan keluarga dan
posisi duduk pada saat pemasangan infus dengan cara menilai skor distress
menggunakan formulir Children Fear’s Score.
Tabel 3.2
Hasil Analisis Usia dan Skor Distres Responden Saat Dilakukan
Pemasangan Infus di RSCM, 07 s/d 18 Maret 2016
Variabel Kelompok N Min-Max Mean ± SD
Kontrol 10 8 – 96 36.80 ± 34.07
Usia
Intervensi 10 11 – 108 32.30 ± 28.952
Kontrol 10 3–4 3.70 ± 0.483
Skor distress
Intervensi 10 0 -2 0.60 ± 0.699
Berdasarkan pada tabel 3.2, rerata usia responden anak pada kelompok
kontrol adalah 36.80 bulan dengan standar deviasi 34.07 . usia paling
muda adalah 8 bulan dan paling tua adalah 96 bulan. Rerata usia
responden responden anak pada kelompok intervensi adalah 32.30 bulan
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
53
dengan standar deviasi 28.95. usia paling muda adalah 11 bulan dan yang
paling tua adalah 108 bulan.
Skor distress yang dinilai adalah respon anak saat dilakukan pemasangan
infus dikaji menggunakan Children Fear’s Score (CFS). Berdasarkan
tabel 3.2, proporsi skor distress pada kelompok kontrol mempunyai rerata
3.70 dengan standar deviasi 0.483 dengan skor terendah adalah 3 dan
skor tertinggi adalah 4,. sedangkan pada kelompok intervensi mempunyai
rerata 0.60 dengan standar deviasi 0.699 dengan skor terendah adalah 0
dan skor tertinggi adalah 2.
Tabel 3.3
Hasil Analisis Skor Distress Anak Saat Dilakukan Pemasangan Infus di
RSCM
95% CI
Karakteristik Kontrol Intervensi P Value
Lower Upper
Skor Distress
Mean ± SD 3.70 ± 0.60 ±
2.474 3.726 0.00001
0.48 0.6999
Min – Max 3–4 0–2
Penurunan
- 3.1 ± 0.1669
Skor
Tabel 3.3 menunjukan bahwa nilai p skor distress sebesar 0.00001 ( P <
0.05) sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna skor
distress pada kelompok kontrol dan intervensi
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
54
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
BAB 4
PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pembahasan penerapan teori keperawatan pada asuhan
keperawatan anak dengan masalah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, serta
pembahasan tentang praktik spesialis anak dalam pencapaian kopetensi.
55
Bayi dan anak yang sedang tumbuh memiliki perpindahan cairan yang
jauh lebih besar dibanding orang dewasa karena laju metabolisme
mereka yang lebih tinggi meningkatkan kehilangan cairan. Bayi
kehilangan cairan melalui ginjal karena ginjal yang belum matang
kurang mampu menyimpan air. Selain itu pernafasan bayi lebih cepat
dan area permukaan tubuhnya secara proporsional lebih besar
dibandingkan orang dewasa, sehingga meningkatkan kehilangan cairan
yang tidak dirasakan. Perpindahan cairan akibat penyakit dapat
mengakibatkan ketidakseimbangan cairan yang kritis pada anak terjadi
lebih cepat dibanding orang dewasa (Kozier, Erb, Berman, & Snyder,
2010).
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
57
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
58
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
59
umum dari rawat inap pada bayi dan anak-anak karena akibat dari
gastroenteritis berat, yang merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas (Diggins, 2008 dalam James, Nelson, & Ashwill 2013).
Penurunan asupan cairan atau peningkatan kehilangan cairan dapat
menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi dapat mengakibatkan kekurangan
elektrolit dan cairan (James, Nelson, & Ashwill 2013).
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
60
Menurut Laurie, A., Jennifer, S., & Janet, L. (2007) dalam penelitianya
menyatakan bahwa pemberian dekapan dan posisi tegak dapat
menurunkan distress pada saat pemasangan intravena pada anak, hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fartier., Blount., Wang.,
Mayes., & Kain. (2011) yaitu pemberian dekapan sebelum operasi dapat
menurunkan kecemasan pada anak dan pemberian dekapan pada anak
dengan penyakit infeksi dapat diterapkan pada saat prosedur klinik
diantaranya pemasangan infus (Bray., Lucy., Snodin., Jill., & Carter, B.
,2014).
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
61
Dalam hal ini peran penting perawat tetap memberikan cairan parenteral
dengan cara menerapkan konsep family centered care yaitu memberikan
dekapan keluarga dan posisi duduk saat pemasangan infus untuk
mengurangi distress. Kondisi menangis, gelisah dan distress dapat
meningkatkan BMR dan produksi panas hal tersebut dapat mempengaruhi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Oleh karena itu dalam melakukan
tindakan pemasangan infus dengan pemberian dekapan keluarga dan
posisi duduk, residen sangat memperhatikan respon anak dalam hal ini
distress. Meskipun dengan pemberian tindakan yang sama yaitu
pemberian dekapan keluarga dan posisi duduk saat pemasangan infus,
naman respon distress ditunjukkan berbeda oleh individu.
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
62
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.1.1 Pemberian dekapan keluarga dan pemberian posisi duduk saat anak
dilakukan pemasangan infus diimplementasikan kepada kelima kasus
kelolaan, dan terdapat sedikit perbedaan skor distress terhadap kelima
kasus tersebut. Hal ini disebabkan karena faktor usia berbeda.
Pemberian dekapan keluarga dan pemberian posisi duduk yang terlihat
pada kelima kasus dapat mengurangi skor distress pada anak yang
sedang dilakukan pemasangan infus..
5.1.2 Model konservasi Levine dapat diaplikasikan pada pemberi asuhan
keperawatan dengan masalah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Model ini dapat membantu mempercepat proses adaptasi terhadap
perubahan yang terjadi pada anak akibat penyakit yang dialaminya.
Anak dan orang tua dapat mempertahankan fungsinya dengan cara
meningkatkan konservasi energi, integritas struktur, integritas personal
dan integritas sosial. Namun pelaksanaanya mengalami kesulitan pada
aspek integritas personal pada bayi dan toddler.
5.1.3 Berdasarkan gambaran kasus, trophicognosis yang ditemukan pada anak
dengan infeksi mencakup empat konservasi. Tropicognosis pada
konservasi energi adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas,
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, pada integritas struktur
yaitu ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sedangkan
trophicognosis pada integritas personal dan sosial adalah cemas baik
pada anak maupun orang tua. Hipotesis dan intervensi yang dilakukan
untuk masalah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit adalah
pemantauan pemasukan dan pengeluaran, memberikan pemasukan yang
adequate, kolaborasi pemberian cairan intravena dan cairan rehidrasi
63
5.2 Saran
5.2.1 Pengelolaan klien menggunakan model konservasi dapat diterapkan
pada anak dengan masalah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Pada asepek pengkajian konservasi personal perlu dikembangkan
menggunakan instrument pengkajian yang menunjang seperti
pengkajian perkembangan Denver II atau KPSP, pengkajian
temperamen anak dan pengkajian psikologis anak
5.2.2 Perawat hendaknya lebih meningkatkan perannya, tidak hanya sebagai
pemberi asuhan keperawatan, namun juga peran sebagai advokator,
educator, konselor, dan innovator. Melalui peran tersebut, perawat dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam merawat
anak.
5.2.3 Perawat diharapkan meneruskan proyek inovasi yang telah dilaksanakan
yaitu tentang pemberian dekapan keluarga dan posisi duduk pada anak
saat pemasangan infus, sehingga hasilnya dapat dijadikan dasar dalam
mengambil keputusan untuk pembuatan SPO.
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
DAFTAR PUSTAKA
th
Alligod, M.R. (2014). Nursing theory : Utilization & application (5 edition).
Missouri : Elsevier Mosby.
Axellin, A., Salanter, S., Kiriavainen, J., & Lehtonen, L. (2009). Oral glucosa and
parenteral holding preferable tp avoid in pain management in preterm
infants. Clin J pain, 25 (2), 138-145.
Ball, J.W., & Bindler, R.C. (2003). Pediatric nursing caring for children. 3 th edition.
New Jersey: Pearson Education, Inc.
Bowden, V.R. & Greenberg, CS. (2010). Children and their families. The
continuum of care (2nd ed). Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins.
Bray., Lucy., Snodin., Jill., & Carter, B. (2014). Holding and restraining in
children for clinical procedures within an acute care. Journal Nursing
Inquiri, 22 (2), 157-167.
Brenner, M., Parahoo, K., & Taggarart, L. (2007). Restraint in children’s nursing :
ressing the distress. Journal of Children’s and Young People’s Nursing,
1(4), 159-162.
Fartier., Blount., Wang., Mayes., & Kain. (2011). Analysing a parental holding
preoperative intervention programme. Britsh Journal of Anaesthesia, 1-6.
Hockenberry, M., & Wilson, D. (2009). Essential of pediatric nursing. St. Louis:
Mosby Year Book.
65
James, R. S., Nelson, A. K., & Ashwil, W. J. (2013). Nursing care of children
principles & practice. St Louis: Saunders
Johnson, M.A., (2007). Cairan tubuh, elektrolit, dan mineral. Polton Sports Science
& Performance Lab. www.pssplab.com. Diunduh tanggal 3 Mei 2016.
Kozier, D., Erb, G., Berman, A., Snyder, S.J. (2010). Buku ajar fundamental
keperawatan: Konsep, proses, dan praktik. (Ed. 7). Vol.2. Jakarta : EGC.
Laurie, A., Jennifer, S., & Janet, L. (2007). Parental holding and positioning to
decrease IV distress in young children: A Randomized Controlled Trial.
Journal Pediatric of Nursing, 22 (6), 440-447.
Lestari, B.K. (2013). Dampak dekapan keluarga dan pemberian posisi duduk
terhadap distress anak saat dilakukan pemasangan infus di RSAB Harapan
Kita Jakarta. Tesis (tidak dipublikasikan). Depok : Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
Mahoney, L., Ayers, S. & Seddon, P. (2010). The association between parent’s
and healthcare profesional’s behavior and children’s coping and distress
during venipuncture. Journal of Pediatric Psycology, 1-11.
McMurtry, C.M., Noel, M., Chambers, C.T., McGrath, P.T. (2011). Children’s
fear during procedural pain: preliminary investigation of the children’s fear
scale. Journal of American Psychological Assosiation, 30(6), 780-788.
O’Callaghann, C. (2009). At a glance sistem ginjal. Elisabeth. Y penerjemah.
Jakarta : Erlangga.
Parker, M.E., & Smith, M.C. (2010). Nursing theoris and nursing practice.
Philadelphia: F.A Davis Company.
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses, dan praktik. (YasminAsih, Made Sumarwati, Dian Evriyani, Laily
Mahmudah, Ellen Panggabean, Kusrini S, Sari Kurniasih, & Enie
Noviestari, penerjemah). Jakarta : EGC.
PPNI. (2012). Standar kompetensi perawat Indonesia. www.hpeq.dikti.go.id.
Diperoleh 3 Juni 2016.
Roberts, EK. (2005). Pediatric fliud and electrolyte balance: critical care case
studies. http/faculty.ksu.edu.sa/..%20elektrolytes%20managment.pdf.
Diunduh 16 Mei 2016.
Royal Colled Of Nursing. (2010). The restraining, holding still and containing
young children, guidance for nursing staff. Maret 5, 2016. http:
www.rcn.org.uk
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
67
Sparlks, L., Setlik, J., & Luhman, J. (2007). Parental holding and positioning to
decrease IV distress in young children : A Randomized Controlled Trial,
Journal of Pediatric Nursing, 22, 6-8.
Universitas Indonesia
Optimalisasi intervensi ..., Tri Purnamawati, FIK UI, 2016
LAMPIRAN 1
Jenis kelamin :
Anak ke : dari bersaudara
Alamat :
Riwayat Penyakit :
Subjektif :
Objektif :
BB : kg TB : cm
Keadaan umum : sakit ringan sakit sedang sakit berat
Suhu……..C Nadi : x/mnt
Kesadaran : CM Apatis Sopor Somnolen Coma
Pernapasan x/mnt
Alergi : tidak ya, sebutkan…………………………………………
TD : / mmHg
Riwayat kelahiran :
Imunisasi :
Usia kehamilan :…………..minggu BBL: …gram PB :…… cm
Persalinan : spontan SC Forcep VE Hepatititis : I II III
Menangis : ya tidak, Nilai Apgar :……………… DPT :I II III
Jaundice : ya tidak Polio :I II III IV
Golongan darah ibu: BCG :
Golongan darah ayah: Campak :
Komplikasi persalinan: Lain-lain
Universitas Indonesia
KONSERVASI ENERGI
Kaji penurunan berat badan, catat adanya
1. NUTRISI DAN CAIRAN mual, muntah dan anoreksia.
BB lahir :……………..gr BB saat ini……….kg Kaji dan monitor status nutrisi
BB sebelum sakit………………..kg Kaji status pertumbuhan meliputi berat
PB/TB saat ini: badan, tinggi badan/panjang badan dan
Lingkar lengan atas: : Lingkar kepala.
Diet :…………………………………………………………….. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi
ASI Susu formula lain-lain………………………. meliputi turgor kulit, membran mukosa
Puasa : ya tidak Dextrostix…………..mg/dl dan produksi urin
Cara minum : oral NGT/OGT/Gastrostomi Jelaskan pentingnya nutrisi dan cairan
Jumlah minum………………………..ml/hari yang adekuat
Frekuensi makan : …………….x/hari Beri dorongan klien untuk makan
Cara makan : disuapi makan sendiri Berikan klien cairan/minum yang cukup
Kualitas makanan : kurang cukup baik Berikan porsi makan kecil tapi sering
Mukosa mulut : lembab kering kotor
Universitas Indonesia
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
Perubahan/gangguan pola tidur
Gangguan istirahat
Lain-
lain………………………………………………………………..
Universitas Indonesia
Lain- lain
…………………………………………………………
………
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
Risiko tinggi/aktual Injuri : Jatuh / tersedak
Gangguan perfusi serebral
Gangguan rasa nyaman : sakit kepala / vertigo
Kurang perawatan diri
Lain-lain
…………………………………………………………
…….
1. PERTUKARAN GAS
Napas spontan : ya tidak, apnea ………….mnt
RR :……x/mnt teratur tidak teratur Isap lendir
Sesak : ya tidak takipnea Atur posisi kepala klien agar ekspansi paru efektif
retraksi sianosis napas dgn cuping hidung Lakukan resusitasi pada bayi baru lahir jika perlu
grunting Kaji status respirasi, catat : irama, frekuensi
Suara napas : vesikuler bronkho vesikuler napas, bunyi napas, batuk dan karakteristik
rales ronkhi wheezing sputum.
Batuk : tidak ya kering Berikan cairan yang adekuat
berlendir, Ajarkan anak batuk dan napas dalam
konsistensi………………..warna…………….. Lakukan fisioterapi dada
Oksigen :……….l/mnt, SaO2 ………% Monitor saturasi oksigen
Metode : nasal head box corigated tube Kolaborasi :
Alat bantu napas : - Pemberian oksigen
ETT CPAP NCPAP Ventilator - Pemberian inhalasi dengan nebulizer jika
Hasil analisa gas darah : perlu
Asidosis respiratorik Alkalosis respiratorik - Pemeriksaan Analisa Gas Darah
Lain-lain - Pemasangan ETT dan ventilator
:………………………………………………………… - Foto toraks
………………………………………………………… Lain-
Masalah keperawatan : lain…………………………………………………
Tidak ada masalah keperawatan ……………………….
Bersihan jalan napas tidak efektif
Pola napas tidak adekuat
Risiko tinggi/Aktual Gangguan pertukaran gas
Universitas Indonesia
3. SUHU Hipotermia :
Suhu tubuh :……………C Identifikasi faktor penyebab hipotermi
Suhu kulit : panas hangat dingin Monitor, catat dan laporkan perubahan suhu dan
Warna kulit : kemerahan pucat ikterus warna kulit
cutis mermorata Berikan lampu pemanas atau selimut ekstra
Lain-lain Untuk bayi kecil lakukan Perawatan Bayi Lekat
:…………………………………………………… (PBL)
Rawat bayi dalam inkubator
Masalah keperawatan : Monitor suhu setiap 3 jam
Perubahan suhu tubuh : Hipotermia Lain-lain
Perubahan suhu tubuh : Hipertermia ……………………………………………………
Risiko tinggi/aktual Infeksi …
Lain-lain Hipertermia :
………………………………………………………… Identifikasi penyebab hipertermia
……… Pakaikan baju yang tipis
Berikan minum banyak
Lakukan kompres hangat
Kolaborasi pemberian obat antipiretik dan
antibiotik
Lain-lain
……………………………………………………
…………………..
4. ELIMINASI
A. Buang Air Kecil (BAK) Buang Air Kecil :
Frekuensi …………….x/hari Kaji pola berkemih, frekuensi dan produksi urin
Produksi Urin ………………..ml/kgbb/jam Anjurkan orangtua untuk melakukan toiet training
Warna: Jernih Keruh pada anaknya
Cara BAK : Ngompol di toilet Lakukan dan ajarkan klien bladder training
Urin : jernih kuning kemerahan Lakukan pemasangan kateter urin jika perlu
incontinentis urine retensio urine Anjurkan klien minum yang banyak
Disuria : ya tidak Monitor dan catat intake / output
Poliuri: Ada Tidak ada Kolaborasi pemberian obat-obatan dan
Lain-lain pemeriksaan laboratorium
………………………………………………….. Lain-lain …………………………………………
Universitas Indonesia
Tulang belakang :
Lurus Kiposis Skoliosis
Spina bifida : tidak ya, utuh / rupture
Lain-lain
………………………………………………………….
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
Gangguan gambaran diri
Gangguan/perubahan mobilitas fisik
Lain-lain
………………………………………………………….
6. INTEGUMEN Kaji tanda-tanda perdarahan
Warna kulit: Berikan perawatan luka aseptik
Ptekie: Ada Tidak ada Observasi adanya perbaikan pada area luka
Memar: Ada Tidak ada Kolaborasi pemberian anti perdarahan dan
Perdarahan dari membran mukosa/luka suntikan/ fungsi inflamasi
vena: Ada Tidak ada
Luka: Ada Tidak ada
Jenis luka: Terbuka Tertutup Luka bakar
Penyebab luka: Tumpul Tajam
Grade luka:
Universitas Indonesia
7. KEBERSIHAN PERORANGAN
Rambut : bersih kotor bau Kaji pengetahuan orangtua tentang kebersihan
Mata : Sekret ya tidak pada anak
Telinga : bersih kotor Berikan penjelasan tentang pentingnya kebersihan
Hidung : 8anic8 ya tidak rambut, mata, telinga, hidung, kulit dan alat
Kulit : bersih kotor utuh rash genetalia
bullae pustule ptechiae lesi Lakukan kebersihan pada anak
kering nekrosis 8anic88us Lain-lain
phlebitis ……………………………………………………
………
Genetalia perempuan :
Vagina : bersih kotor
Menstruasi : ya tidak
Pemasangan kateter : ya tidak
Genetalia laki-laki :
Preputium : bersih tidak Phimosis
Hipospadia : ya tidak
Skrotum : Testis kanan/kiri ya tidak
Pemasangan kateter : ya tidak
Lain-lain
…………………………………………………………...
......
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
Kurang perawatan diri : kebersihan
Gangguan integritas kulit
Lain-
lain………………………………………………………
…………..
8. PENGOBATAN
Obat-obatan yang diberikan :
…………………………………………………………
…………………………………………………………
……………………………………………..……………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
Universitas Indonesia
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
Risiko tinggi terpapar penyakit infeksi
Kurang pengetahuan keluarga tentang kesehatan
lain-lain
……………………………………………………………
……….
3. KEPERCAYAAN / AGAMA
Aturan dalam agama yang mempengaruhi kesehatan Terima keyakinan spiritual klien/keluarga
dalam hal : Fasilitasi klien/keluarga dalam memenuhi
Diet……………………………………………………. kebutuhan spiritualnya
Pengobatan………………………………………… Berikan klien & keluarga privasi, ketenangan
Lain-lain dalam berdoa, kunjungan pemuka agama dan
………………………………………………………… membaca buku-buku agama.
………… Pertahankan diet dan pengobatan dengan
pembatasan spiritual, jika tidak mengganggu
Masalah keperawatan : kesehatan
Tidak ada masalah keperawatan Lain-lain
Distress spiritual ……………………………………………………
…………………
Universitas Indonesia
Jakarta, 2016
Perawat yang melakukan pengkajian
(…………………………………)
Universitas Indonesia
PROYEK INOVASI
INTERVENSI KEPERAWATAN BERDASARKAN EVIDENCE BASED
NURSING PRACTICE TENTANG EFEKTIVITAS PELUKAN
KELUARGA DAN PEMBERIAN POSISI DUDUK TERHADAP
DISTRESS ANAK SAAT DILAKUKAN PEMASANGAN INFUS
DI RUANG ANAK RSUPN Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
OLEH :
TRI PURNAMAWATI
1306346374
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 11
1.1 Latar Belakang..... .......................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................ 3
1.2.1 Tujuan Umum....................................................................... 3
1.2.2 Tujuan Khusus...................................................................... 3
1.4. Manfaat.......................................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 31
Universitas Indonesia
Pada tahun pertama kehidupan, anak sangat rentan mengalami sakit yang
mengakibatkan anak harus dirawat di rumah sakit. Penyakit dan perawatan
di rumah sakit sering menjadi krisis yang harus dihadapi anak karena stress
akibat perubahan dari keadaan sehat dan rutinitas lingkungan sementara
anak masih memiliki koping yang terbatas untuk mengatasi kejadian yang
menimbulkan stress. Stress utama yang menyebabkan anak stress selama
perawatan dirumah sakit adalah akibat perpisahan, kehilangan kendali,
cedera tubuh dan nyeri (Hockenberry & Wilson, 2012).
Ketakutan sering dialami anak akibat cedera tubuh dan nyeri. Respon anak
terhadap cedera dan nyeri yang ditunjukkan berbeda-beda sesuai dengan
tingkat perkembanganya. Kemampuan anak untuk menggambarkan jenis
dan intensitas nyeri mulai berkembang pada periode usia pra sekolah ( 3 – 6
tahun), meskipun pada periode toddler (1-3 tahun) anak mulai mampu
menunjukkan lokasi nyeri dengan menunjuk pada area yang spesifik.
Universitas Indonesia
Posisi pemasangan infus pada anak yang selama ini dilakukan adalah dengan
memberikan posisi supinasi dan dipegang/ restraint oleh perawat di daerah
ekstremitas sebagai penahan gerakan dengan tujuan untuk memudahkan
pelaksaan prosedur tindakan, pada saat pelaksanaan prosedur tindakan
keluarga diminta untuk meninggalkan ruangan. Tindakan ini membuat anak
jadi distress, yang ditunjukkan dengan perilaku anak menangis, meronta,
ekspresi wajah ketakutan terhadap perpisahan dan menolak tindakan yang
sedang dilakukan.
Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas pelukan keluarga dan pemberian posisi duduk
terhadap distress saat pemasangan infus pada anak di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo.
Universitas Indonesia
1.3 Manfaat
1.3.1 Rumah Sakit
Penerapan proyek inovasi ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
mengembangkan suatu standar operasional pelaksanaan intervensi
keperawatan dalam pemberian asuhan atraumatic care pada anak di
ruang perawatan anak RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
1.3.2 Perawat
Memberikan informasi kepada perawat sekaligus dapat meningkatkan
kompetensi dalam melakukan asuhan keperawatan atraumatic care pada
anak yang dilakukan pemasangan infus di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo.
1.3.3 Keluarga dan pasien
Memberikan informasi dan layanan perawatan yang benar dan tepat
dalam menangani pada anak, sehingga orang tua dapat berperan serta
dalam membantu melaksanakan tindakan keperawatan.
Universitas Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hospitalisasi
Universitas Indonesia
b. Kehilangan kendali
Anak usia pra sekolah kehilangan kontrol yang disebabkan oleh retraksi
fisik, perubahan rutinitas dan ketergantungan yang harus dipatuhi.
Kekuasaan diri mereka merupakan faktor yang mempengaruhi krisis
persepsi dan reaksi terhadap perpisahan, nyeri, sakit dan hospitalisasi.
Universitas Indonesia
Pada usia sekolah, ketakutan yang mendasar terhadap sifat dari penyakit
yang muncul, anak tidak khawatir terhadap nyeri dibandingkan dengan
disabilitas, prosedur invasive sebagai hal yang menimbulkan stress.
Ketika anak dirawat di rumah sakit, orang tua tidak dapat tinggal di
rumah sakit untuk menemani sehingga mereka akan merasa
bersalah karena meninggalkan anak. Orang tua merasa bersalah
dan cemas karena tidak dapat membantu meringankan penyakit
anaknya. Hubungan saling percaya antara perawat dengan orang
tua akan mempercepat kesembuhan anak. Kondisi ini dapat terjadi
bila perawat bertindak objektif dan berempati dengan cara
mendengarkan dan memberi support keluarga (Hockenbery &
Wilson, 2012).
Stress yang baik atau eustress adalah stress yang berdampak baik apabila
seseorang mencoba untuk memenuhi tuntutan untuk menjadikan orang
lain maupun dirinya sendiri mendapat sesuatu yang baik dan berharga.
Stress yang baik adalah bila seseorang menghadapi suatu keadaan
dengan selalu berfikiran positif, setiap stimulant yang dating menjadi
pelajaran yang berharga dan mendorong untuk berperilaku yang
bermanfaat. Karakteristik eustress adalah sebagai motivasi, lebih focus,
ingatan jangka pendek, meningkatkan kinerja.
Stress yang buruk atau distress merupakan stress yang negatif. Distress
dihasilkan dari sebuah proses yang memaknai sesuatu dengan hal yang
buruk, respon yang digunakan selalu negative ada nada indikasi
mengganggu integritas diri sehingga menjadi sebuah ancaman. Stimulus
yang datang diartikan sebagai sesuatu yang merugikan diri sendiri dan
menyerang dirinya. Respon yang dimunculkan terhadap distress adalah
menyalahkan diri sendiri, menghindar dari masalah dan menyalahkan
orang lain. Karakteristik distress yaitu menyebabkan kekhawatiran atau
kecemasan, durasi bisa pendek atau panjang, teras atidak menyenangkan,
menurunkan kinerja. Sedangkan respon distress pada anak ditujukkan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Terapi mendekap adalah menahan fisik anak setidaknya dua orang untuk
membantu anak mengatasi perilaku kehilangan kontrol untuk
mendapatkan kembali kontrol emosi yang kuat (Brenner, Parahoo &
Taggarat, 2007) sedangkan menurut Giese (2010) pelukan merupakan
salah satu kenyamanan masa kecil yang ditinggalkan di masa dewasa dan
menguntungkan hampir semua orang selama masa stress dan digunakan
untuk memfaslitasi penyelesaian prosedur klinik.
1.4.1 Keterlibatan keluarga dalam terapi mendekap
pembatasan aktivitas yang sering dilakukan pada anak terutama terapi
dekapan melibatkan ibu/keluarga, mendekap anak secara erat dengan
mempertahankan adanya kontak mata diantara mereka, bertujuan
untuk sengaja memprovokasi tekanan pada anak samapai anak
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
List the main topics and terms form your question that you can use to
search :
- Parenteral holding to decrease IV distress in children
- Distress in children
Hasil penelusuran
a. Laurie, A., Jennifer, S., & Janet, L. (2007). Parental holding and
positioning to decrease IV distress in young children: A Randomized
Controlled Trial. Journal Pediatric of Nursing, 22 (6), 440-447.
a. Bray., Lucy., Snodin., Jill., & Carter, B. (2014). Holding and restraining
in children for clinical procedures within an acute care. Journal Nursing
Inquiri, 22 (2), 157-167.
Penelitian ini berdesain empirical evidence, melibatkan 110 sampel, pada anak-
anak usia kurang dari 1 tahun sampai dengan usia dibawah 18 tahun.
Kesimpulannya adalah dekapan dan restraining pada anak-anak dengan penyakit
infeksi dapat diterapkan pada saat prosedur klinik.
Universitas Indonesia
c. Uman, LS., Birnie, KA., Parker, JA., Chambers, CT., McGrath & Kisely,
SR. (2013). Psychological interventions for needle-related procedural pain
and distress in children and adolescent. Cochrane, 10, 1-137.
Universitas Indonesia
Proyek inovasi yang akan diimplementasikan di ruang anak di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo sebelumnya melalui beberapa tahapan kegiatan yaitu:
Plan
c. Langkah-langkah pelaksanaan:
Mengidentifikasi sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi (anak
usia 6 bulan sampai usia sekolah dalam perawatan di Gd A lt 1 atau
2 zona A, anak diberikan intervensi pemasangan infus).
Melakukan penilaian score distress dengan mengisi format
Children Fear’s Score untuk anak usia 6 bulan sampai usia sekolah
dan dilakukan pada anak baik dengan penyakit infeksi maupun non
infeksi, pada kelompok intervensi dilakukan pemberian dekapan
keluarga dan posisi duduk saat pemasangan infus sedangkan pada
kelompok kontrol tidak diberikan pemberian dekapan dan posisi
duduk.
Melakukan penilaian score distress dengan mengisi format
Children Fear’s Score saat dilakukan pemberian dekapan keluarga
saat pemasangan infus.
Universitas Indonesia
Do
Chek
Tabel 4.1
Universitas Indonesia
Waktu dalam
N Penanggung
Kegiatan minggu Hasil
o Jawab
1 2 3 4 5 6
1 Persiapan dan studi Mahasiswa PICO, dan jurnal EBP
literature
2 Penyusunan proposal Mahasiswa Proposal EBN
Universitas Indonesia
1.1 Pelaksanaan
Pelaksanaan implementasi inovasi efektifitas dekapan keluarga dan posisi
duduk terhadap distress pada saat anak dilakukan pemasangan infus
berdasarkan evidence based practice di ruang infeksi dan non infeksi di
RSCM selama 3 minggu, melalui beberapa tahap :
a). Proposal inovasi berdasarkan evidence based dan jurnal ilmiah tentang
dekapan keluarga dan posisi duduk terhadap distress pada saat anak
dilakukan pemasangan infus disetujui dan diijinkan oleh Supervisor
dan Kepala ruangan untuk diimplementasikan di ruang anak RSUPN
Rr. Cipto Mangunkusumo.
Universitas Indonesia
a). Mengidentifikasi sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi (anak yang
berusia 6 bulan sampai anak usia sekolah dalam perawatan di Gedung
A lantai 1, yang akan dilakukan pemasangan infus
Universitas Indonesia
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
di RSCM, 07 s/d 18 Maret 2016
Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi
Jenis Kelamin (n = 10) (n=10)
N % N %
Laki-laki 3 30% 4 40 %
Perempuan 7 70 % 6 60 %
Berdasarkan karakteristik responden menurut jenis kelamin pada tabel 4.1, pada
kelompok kontrol paling banyak berjenis kelamin perempuan yaitu 70%, begitu
juga pada kelompok intervensi paling banyak perempuan yaitu 60%.
Tabel 5.2
Hasil Analisis Usia dan Skor Distres Responden Saat Dilakukan Pemasangan
Infus di RSCM, 07 s/d 18 Maret 2016
Variabel Kelompok N Min-Max Mean ± SD
Berdasarkan pada tabel 5.2, rerata usia responden anak pada kelompok kontrol
adalah 36.80 bulan dengan standar deviasi 34.07 . usia paling muda adalah 8
bulan dan paling tua adalah 96 bulan. Rerata usia responden responden anak pada
kelompok intervensi adalah 32.30 bulan dengan standar deviasi 28.95. usia paling
muda adalah 11 bulan dan yang paling tua adalah 108 bulan.
Universitas Indonesia
Berdasarkan tabel 5.2, proporsi skor distress pada kelompok kontrol mempunyai
rerata 3.70 dengan standar deviasi 0.483 dengan skor terendah adalah 3 dan skor
tertinggi adalah 4,. sedangkan pada kelompok intervensi mempunyai rerata 0.60
dengan standar deviasi 0.699 dengan skor terendah adalah 0 dan skor tertinggi
adalah 2.
Tabel 5.3
Hasil Analisis Skor Distress Anak Saat Dilakukan Pemasangan Infus di
RSCM
95% CI
Karakteristik Kontrol Intervensi P Value
Lower Upper
Skor Distress
Mean ± SD 3.70 ± 0.60 ±
2.474 3.726 0.00001
0.48 0.6999
Min – Max 3–4 0–2
Penurunan
- 3.1 ± 0.1669
Skor
Tabel 5.3 menunjukan bahwa nilai p skor distress sebesar 0.00001 ( P < 0.05)
sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna skor distress pada
kelompok kontrol dan intervensi
b). Orang tua sangat menerima, senang dan kooperatif dalam pelaksanaan
intervensi seperti saat dilakukan pemasangan infus orang tua mendekap
anak.
Universitas Indonesia
5.3. Evaluasi
5.4 Pembahasan
5.4.1 Jenis Kelamin
Proporsi terbanyak pada karakteristik jenis kelamin yang dilakukan
tindakan adalah perempuan 70 % pada kelompok kontrol dan 60% pada
kelompok intervensi. Hal ini disesuaikan dengan jumlah responden yang
dirawat di RSCM gedung A lantai I. hasil penelitian Sparks, Setiliks dan
Luhman (2007) dan McMurtry, Noel, Chambers dan McGrath (2011)
Universitas Indonesia
5.4.2 Usia
Usia termuda responden adalah 8 bulan dan usia paling besar adalah 9
tahun. Menurut Hockenbery dan Wilson (2012) pada anak usia 6 – 12
bulan sudah dapat memperlihatkan adanya perhatian pada lingkungan
sekelilingya. Perasaan cemas atau takut akan timbul pada saat anak dibawa
atau di rawat di rumah sakit, karena tempat ini merupakan hal yang asing
baginya. Selain itu juga akan terjadi trauma karena dipisahkan dari kedua
orang tuanya dan harus berhadapan denganorang-orang yang tidak dikenal
dan lingkungan yang asing.
Anak usia sekolah sudah dapat berfikir rasional, imajinatif dan mengenal
objek untuk dapat menyelesaikan masalah, sudah mencapai tahap
operasional konkret dimana anak mampu menggunakan proses pikir,
mengembangkan pemahaman hubungan antara hal dengan ide, dapat
memberikan penilaian sesuai apa yang mereka lihat (pemikiran perseptual)
sampai membuat penilaian sesuai dengan alasan mereka (pemikiran
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
6.1 Kesimpulan
6.2. Saran
1. Pelayanan Kesehatan
Mempertimbangkan hasil pelaksanaan proyek inovasi ini sebagai acuan
dalam penilaian skor distress pada anak yang akan dilakukan pemasangan
infus. Selain itu hasil dari dari proyek inovasi ini dapat digunakan dalam
meminimalkan atraumatic care.
Universitas Indonesia
3. Penelitian Keperawatan
Hasil proyek inovasi ini bisa menjadi data dasar dan rujukan dalam
melakukan penelitian selanjutnya terkait dengan penilaian skor distress
dengan menggunakan sampel yang lebih banyak dan metode penelitian yang
berbeda.
Universitas Indonesia
Axellin, A., Salanter, S., Kiriavainen, J., & Lehtonen, L. (2009). Oral glucosa
and parenteral holding preferable tp avoid in pain management in
preterm infants. Clin J pain, 25 (2), 138-145.
Bowden, V.R. & Greenberg, CS. (2010). Children and their families. The
continum of care (2nd ed). Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins
James, S.R, & Ashwil, J.W. (2007). Nursing care of children principles &
practice (3th ed). St. Louis Missauri: Elsvier Mosby.
Lestari, B.K. (2013). Dampak dekapan keluarga dan pemberian posisi duduk
terhadap distress anak saat dilakukan pemasangan infus di RSAB
Harapan Kita Jakarta. Tesis (tidak dipublikasikan). Depok : Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan
konsep, proses dan praktik, Volume I, Edisi keempat. Jakarta : EGC.
Price & Gwin. (2008). Pediatric nursing: AN introductory texs (10th ed). St.
Louis Missauri : Elsvier Mosby.
Universitas Indonesia
Shields, L., Pratt, J. & Hunter, J. (2006). Family centered care : A review of
qualitative studies. Clinical Nursing, 15, 1317 – 1323.
Sparlks, L., Setlik, J., & Luhman, J. (2007). Parental holding and positioning
to decrease IV distress in young children : A Randomized Controlled
Trial, Journal of Pediatric Nursing, 22, 6.
Universitas Indonesia