Laporan Thalassemia
Laporan Thalassemia
Case story
A 4 years old boy came to the hospital with complaint of pale and abdominal
distention. He lives in Kayu Agung. He has already been hospitalized three times
before (2007, 2008) in Kayu Agung General Hospital and alwas got blood
transfusion. His younger brother, 3 years old, looks taller than him. His uncle died
when he was 14 years old due to the similar disease like him.
Physical examination
Compos mentis, anemis (+), wide epicanthus prominent upper-jaw
HR: 92 x/mnt, RR 26x/min, TD: 100/80 mmHg, Temp. 36,8˚C
Heart and lung: within normal limit
Abdomen: hepatic enlargement ¼ x ¼, spleen: schoeffner II
Extremities: pallor palm of hand.
Others: normal
Laboratory
Hb: 6 gr/dl, Ret: 2,4 %, leucocyte: 8x109/lt, thrombocyte: 220x109/lt,
diff. count: 0/0/36/48/14/2
Blood film: anisocytosis, poikilocytosis, hypochrome, target cell (+)
MCV: 60 fl, MCH 27,4 pg, MCHC 28 gr/dl, SI within normal limit, TIBC within
normal limit, Serum Ferritin within normal limit.
Questions
1. What do you think about this boy suffered from?
2. What is the most likely diagnosis?
3. What is differential diagnosis of this case?
4. How to manage this patient and his family?
1
I. Klarifikasi Istilah
1. Pale : Pucat
2. Abdominal disention : Peregangan rongga abdomen
akibat suatu masa, akumulasi
gas dan cairan
3. Blood transfusion : Proses pemindahan darah atau
komponennya dari donor ke
resipien
4. Epicanthus prominent upper-jaw : Lipatan vertical yangmelebar
apda sisi nasal; penonjolan
tulang maksila
5. Schoeffner : Garis khayal yang digunakan
untuk mengukur pembesaran
limpa
6. Pallor of palm of hand : Pucat pada telapak tangan
7. Anisocytosis : Adanya eritrosit dalam bentuk
yang abnormal
8. Poikilocytosis : Adanya eritrosit dalam bentuk
yang abnormal
9. Hypochrome : Pewarnaan pada eritrosit yang
lebih pucat dari normal
10. Target cell : Sentral eritrosit nampak lebih
terang
2
Abdomen: hepatic enlargement ¼ x ¼, spleen: schoeffner II
Extremities: pallor palm of hand.
6. Pada pemeriksaan lab didapatkan:
Hb: 6 gr/dl, Ret: 2,4 %, leucocyte: 8x109/lt, thrombocyte: 220x109/lt, diff.
count: 0/0/36/48/14/2
Blood film: anisocytosis, poikilocytosis, hypochrome, target cell (+)
MCV: 60 fl, MCH 27,4 pg, MCHC 28 gr/dl,
IV. Hipotesis
A, 4 tahun, mengalami pucat dan distensi abdomen akibat thalasemia.
V. Sintesis
1. Penyebab dan mekanisme pucat
Warna merah dari darah manusia disebabkan oleh hemoglobin
yang terdapat di dalam sel darah merah. Hemoglobin terdiri atas zat besi
dan protein yang dibentuk oleh rantai globin alpha dan rantai globin beta.
Pada penderita thalassemia beta, produksi rantai globin beta tidak ada tau
berkurang. Sehingga hemoglobin yang dibentuk berkurang. Selain itu
berkurangnya rantai globin beta mengakitbatkan rantai globin alfa
berlebihan dan akan saling mengikat membentuk suatu benda yang
menyebabkan sel darah merah mudah rusak. Berkurangnya produksi
hemoglobin dan mudah rusaknya sel darah merah mengakibatkan
penderita menjadi pucat atau anemia atau kadar Hbnya rendah.
c. Sel darah merah pekat dengan sedikit leukosit (packed red blood cell
leucocyte reduced)
6
Digunakan untuk meningkatkan jumlah RBC pada pasien yang sering
mendapat/tergantung pada transfusi darah dan pada mereka yang
mendapat reaksi transfusi panas dan reaksi alergi yang berulang.
d. Sel darah merah pekat cuci (packed red blood cell washed)
Pada orang dewasa komponen ini dipakai untuk mencegah reaksi alergi
yang berat atau alergi yang berulang.
e. Sel darah merah pekat beku yang dicuci (packed red blood cell frozen)
Hanya digunakan untuk menyaimpan darah langka.
8
takipnea, demam, takikardi, dan leucopenia akut sementara. Angka
kejadiannya adalah sekitar 1 dari 1.200-25.000 transfusi.
b. Komplikasi lanjut
1) Transmisi penyakit
Virus (Hepatitis A, B, C, HIV, CMV)
Bakteri (Treponema pallidum, Brucella, Salmonella)
Parasit (malaria, toxoplasma, mikrofilaria)
2) Kelebihan timbunan besi akibat transfuse
3) Sensitisasi imun
9
c. Penimbunan besi pada pasien thalassemia dapat merusak organ
endokrin sehingga terjadi kegagalan pertumbuhan dan gangguan
pubertas.
1
Keterangan:
Laki-laki normal
Wanita normal
Laki-laki carier
Wanita Carier
Laki-laki thalasemia
- Anemis + - Pucat
1
Anemia hemolitik produksi eritrosit ditingkatkan tulang wajah,
tulang panjang kembali memproduksi sel darah merah hiperplasia
sumsum tulang bentuk tulang berubah
1
Darah perifer anysositosis Normal (-) Ukuran RBC banyak
variasi
Normal
1
Penurunan MCV terdapat pada pasien anemia mikrositik def besi,
keganasan, RA, Talasemia, anemia sel sabit, HbC, keracunan timah dan
radiasi.
1
a. Amanmesis
Tanyakan kepada pasien ataupun keluarganya mengenai identitas
pasien, pada kasus didapat seorang anak laki-laki berumur 4 tahun
yang tinggal di Kayu Agung. Perlu ditanyakan juga pekerjaan orang
tua untuk menunjang pengobatan nantinya.
Tanyakan keluhan yang dialaminya, pada kasus mengeluh pucat
dan distensi abdomen. Lalu tanyakan juga riwayat penyakit, pada
kasus A pernah dirawat di rumah sakit umum Kayu Agung sebanyak
tiga kali (2007,2008) dan selalu mendapatkan transfusi darah.
Tanyakan juga riwayat keluarga, pada kasus adik A berusia 3 tahun
terlihat lebih tinggi dari A dan paman A meninggal pada usia 14 tahun
karena penyakit yang sama seperti yang dialami A.
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukannya anemis (+), wide epicanthus
prominent upper-jaw. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan
pembesaran hati ¼ x ¼, pembesaran limpa: schoeffner II. Pada
ekstremitas : pucat pada telapak tangan. Terdapat juga retardasi
pertumbuhan. Pada kasus-kasus lain terdapat juga murmur jantung
ataupun tanda-tanda gagal jantung dan intolerance terhadap aktivitas
akibat komplikasi dari anemia yang berat. Pada pasien yang kelebihan
besi akan timbul tanda-tanda endokrinipati.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Diagnosis dari talasemia dapat diketahui dengan melakukan beberapa
pemeriksaan darah, seperti:
FBC (Full Blood Count)
Pemeriksaan ini akan memberikan informasi mengenai berapa
jumlah sel darah merah yang ada, berapa jumlah hemoglobin yang
ada di sel darah merah, dan ukuran serta bentuk dari sel darah
merah.
1
Sediaan Darah Apus
Iron studies
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui segala aspek
penggunaan dan penyimpanan zat besi dalam tubuh. Tujuan dari
pemeriksaan ini adalah untuk membedakan apakah penyakit
disebabkan oleh anemia defisiensi besi biasa atau talasemia.
Elektroforesis hemoglobin
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tipe dan jumlah relatif
hemoglobin yang ada dalam darah (HbA, HbF, dan HbA2).
1
Analisis DNA
Analisis DNA digunakan untuk mengetahui adanya mutasi pada
gen yang memproduksi rantai alpha dan beta. Pemeriksaan ini
merupakan tes yang paling efektif untuk mendiagnosa keadaan
karier pada talasemia.
Pemeriksaan sitogenetik
Merupakan pemeriksaan komposisi kromosom sel, fungsi normal, dan
setiap deviasi dari yang normal. Analisis sitogenetik bisa dilakukan
pada jaringan yang diambil aspirasi dan biopsi sumsum tulang pada
darah tepi jika jumlahnya meningkat, dan pada kelenjar getah bening,
hati, limpa, serta cairan amnion.
Pemeriksaan radiologis
Gambaran radiologis tulang akan memperlihatkan medulla yang lebar,
korteks tipis dan trabekula kasar. Tulang tengkorak memperlihatkan
diploe dan pada anak besar kadang-kadang terlihat brush appearance.
Sering pula ditemukan gangguan pneumatisasi rongga sinus
paranasalis.
Definisi thalassemia
1
Talasemia adalah sekelompok heterogen pada kelainan genetik
sintesis hemoglobin, ditandai oleh tiadanya atau berkurangnya sintesis
rantai globin. Pada α-talasemia sintesin rantai α-globin berkurang, sedang
pada -talasemia sintesis rantai globin- tidak ada (dinyatakan sebagai o-
talasemia) ataupun nyata berkurang (+-talasemi).
Talasemia bersifat diturunkan sebagai keadaan autosom
kodominan. Bentuk heterozigot (talasemia minor atau ciri berbakat
talasemia) dapat asimptomatik atau bergejala ringan. Bentuk homozigot
yang disebut talasemia mayor, disertai anemia hemolisis yang parah. Gen
yang mengalami mutasi khususnya terdapat di antara penduduk Timur
Tengah, Afrika dan Asia.
(Buku Ajar Patologi II, Robbins & Kumar – Jakarta :EGC, 1995)
Epidemiologi
Frekuensi gen thalassemia di Indonesia berkisar 3-10%.
Diperkirakan lebih 2000 penderita baru dilahirkan setiap tahunnya di
Indonesia
Di Indonesia berdasarkan parameter hematologi, frekuensi
pembawa sifat thalassemia β di Sumatera Selatan sekitar 8%.
1
Talasemia minor β0 /β Asimtomatik
β+ /β dengan anemia
ringan atau tanpa
anemia; ditemukan
kelainan SDM
Talasemia α
Sillent carrier -α/αα Asimtomatik: tidak Terutama delesi gen
tampak kelainan
SDM
Patogenesis
Hemoglobin dewasa atau HbA mengandung dua rantai α dan dua rantai .
Ditandai oleh dua gen globin yang bertempat pada masing-masing dari
dua kromosom nomor 11. Dan, dua pasang gen α-globin yang fungsional
berada pada setiap kromosom nomor 16. Struktur dasar gen α-globin dan
, begitu juga langkah-langkah yang terlibat dalam biosintesis rantai
globin adalah sama. Setiap gen globin memiliki tiga rangkaian
pengkodean (ekson) yang diganggu oleh dua rangkaina peratara (intron).
Pengapitan sisi 5’ gen globin merupakan serentetan “rangkaian promoter”
yang tidak dapat diterjemahkan, yang diperlukan untuk inisiasi sintesis
mRNA -globin.
2
Seperti pada semua gen eukariotik, biosintesis rantai globin mulai
dengan transkripsi gen globin di dalam nucleus. Transkripsi mRNA awal
mengandung suatu salinan seluruh gen, termasuk semua ekson dan intron.
Precursor mRNA yang besar ini mengalami beberapa modifikasi
pascatranskripsi (proses) sebelum diubah menjadi mRNA sitoplasma
dewasa yang siap untuk translasi yaitu penyambungan dua intron dan
mengikat kembali ekson. mRNa dewasa yang terbentuk meninggalkan
nucleus dan menjadi terkait ribosom pada tempat translasi berlaku. Jalur
ekspresi gen α-globin sangat serupa. (Buku Ajar Patologi II, Robbins &
Kumar – Jakarta :EGC, 1995)
2
3. Bila terjadi kerusakan 3 gen-α yaitu pada penyakit HbH secara klinis
termasuk thalassemia intermedia.
4. Pada Hb-Bart’s hydrop fetalis disebabkan oleh kerusakan keempat gen
globin-alfa dan bayi terlahir sebagai Hb-Bart’s hydrop fetalis akan
mengalami oedema dan asites karena penumpukan cairan dalam
jaringan fetus akibat anemia berat.
NORMAL
- TALASEMIA
5. Pada thalassemia-β mayor bentuk homozigot (β0) dan thalassemia-β
Sintesin globin
minor (β+) bentuk heterozigot yang tidak menunjukkan gejala klinis
berkurang / tidak ada
yang
Hb berat.
A (α22) Kumpulan globin α yang
tidak larut mengendap di
Gangguan yang terjadi pada sintesis rantai globin-α ataupun-β jika terjadi
RBC normal
pada satu atau dua gen Eritoblast
saja tidak dalam sum-sum
menimbulkan tulang yang serius
masalah eritrosit
hanya
sebatas pengemban sifat (trait atau carrier). Thalassemia trait disebut uga
thalassemia Eritropoiesis
minor tidak tidak
menunjukkan gejala Selaput
kliniseritrosit jadi
yang berarti sama
efektif mudah rusak, kelenturan ↓
alnya seperti orang normal kalaupun ada hanya berupa
& eritrosit anemia
peka thd ringan.
Kadar Hb normal aki-laki: 13,5 – 17,5 g/dl danfagositosis RES 12 – 14 g/dl.
pada wanita:
Namun emikian nilai indeks hematologis, yaitu nilai MCV dan MCH
Absorpsi Fe dalam
berada LIEN
usus ↑ di bawah ilai rentang normal.
Pucat Rentang normal MCV: 80 – 100 g/dl,
MCH: 27 – 34 g/dl.
Kerusakan
Anemia eritrosit
abnormal
Kelimpahan Thalasemia Mayor
Patogenesiszat (hemolisis)
besi sistemik Transfusi Anoksi
(hemokromatosis darah jaringan
sekunder)
Produksi EPO
Hemopoeiesis ekstramedula
2
ringan) atau anemia yang berat ( beta thalassemia utama, atau
anemia Cooley’s).
Anemia Cooley’s, atau beta thalassemia mayor jarang terjadi. Suatu
survei tahun 1993 ditemukan 518 pasien anemia Cooley’s di
Amerika Serikat. Kebanyakan dari mereka mempunyai bentuk berat
dari penyakit, tetapi mungkin kebanyakan dari mereka tidak
terdiagnosis .
Faktor risiko
Anak dengan orang tua yang memiliki gen thalassemia
Manifestasi klinis
Sebagai sindrom klinik penderita thalassemia mayor (homozigot)
yang telah agak besar menunjukkan gejala-gejala fisik yang unik berupa
hambatan pertumbuhan, anak menjadi kurus bahkan kurang gizi, perut
membuncit akibat hepatosplenomegali dengan wajah yang khas
mongoloid, frontal bossing, mulut tongos (rodent like mouth), bibir agak
tertarik, maloklusi gigi.
Anemia berat menjadi nyata pada usia 3-6 bulan.
2
Pembesaran limpa dan hati terjadi karena destruksi eritrosit yang
berlebihan, hemopoesis ekstramedula, dan lebih lanjut akibat penimbunan
besi. Limpa yang besar meningkatkan kebutuhan darah dengan
meningkatkan volume plasma dan meningkatkan destruksi eritrosit dan
cadangan eritrosit.
Pelebaran tulang yang disebabkan oleh hyperplasia sumsum tulang
yang hebat yang menyebabkan terjadinya fasies thalasemia dan penipisan
korteks di banyak tulang dengan suatu kecenderungan terjadinya fraktur
dan penonjolan tengkorak dengan suatu gambaran rambut berdiri (hair-on-
end) pada foto roentgen.
Penumpukan besi akibat transfuse darah menyebabkan kerusakan
organ endokrin (dengan kegagalan pertumbuhan, pubertas yang terlambat
atau tidak terjadi), miokardium.
Infeksi dapat terjadi. Anak yang melakukan transfusi darah rentan
terhadap infeksi bakteri.
16. Penatalaksanaan
a. Transfusi darah teratur yang perlu dilakukan untuk mempertahankan
Hb di atas 10 gr/dl tiap saat. Hal ini biasanya membutuhkan 2-3 unit
tiap 4-6 minggu. Darah segar, yang telah disaring untuk memisahkan
leukosist, menghasilkan eritrosit dengan ketahanan yang terbaik dan
reaksi paling sedikit. Pasien harus diperiksa genotipnya pada
permulaan program transfuse untuk mengantisipasi bila timbul
antibody eritrosit terhadap eritrosit yang ditransfusikan.
b. Asam folat diberikan secara teratur (misal 5 mg/hari) jika asupan diet
buruk
c. Terapi khelasi besi digunakan untuk mengatasi kelebihan besi.
Desferioksamin dapat diberikan melalui kantung infus terpisah
sebanyak 1-2 g untuk tiap unit darah yang ditransfusikan dan melalui
infus subkutan 20-40 mg/kg dalam 8-12 jam, 5-7 hari seminggu. Hal
2
ini dilaksanakan pada bayi setelah pemberian transfusi 10-15 unit
darah.
d. Vitamin C (200 mg perhari) meningkatkan eksresi besi yang
disebabkan oleh desferioksamin.
e. Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat
memperpanjang umur sel darah merah.
f. Splenektomi mungkin perlu untuk mengurangi kebutuhan darah.
Splenektomi harus ditunda sampai pasien berusia > 6 tahun karena
tingginya resiko infeksi pasca splenektomi.
g. Transplantasi sum-sum tulang alogenik memberi prospek kesembuhan
permanent. Tingkat kesuksesan adalah lebih dari 80% pada pasien
muda yang mendapat khelasi secara baik tanpa disertai adanya fibrosis
hati atau hepatomegali.
h. Terapi endokrin
i. Imunisasi hepatitis B
j. Koenzim Q10 dan Talasemia
Adanya kerusakan sel darah merah dan zat besi yang menumpuk di
dalam tubuh akibat talasemia, menyebabkan timbulnya aktifasi
oksigen atau yang lebih dikenal dengan radikal bebas. Radikal bebas
ini dapat merusak lapisan lemak dan protein pada membram sel, dan
organel sel, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan dan
kematian sel. Biasanya kerusakan ini terjadi di organ-organ vital dalam
tubuh seperti hati, pankreas, jantung dan kelenjar pituitari. Oleh sebab
itu penggunaan antioksidan, untuk mengatasi radikal bebas, sangat
diperlukan pada keadaan talasemia.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Siriraj Hospital, Universitas
Mahidol , Bangkok, Thailand, ditemukan bahwa kadar koenzim Q 10
pada penderita talasemia sangat rendah. Pemberian suplemen koenzim
Q 10 pada penderita talasemia terbukti secara signifikan mampu
menurunkan radikal bebas pada penderita talasemia. Oleh sebab itu
2
pemberian koenzim Q 10 dapat berguna sebagai terapi ajuvan pada
penderita talasemia untuk meningkatkan kualitas hidup.
k. Terapi genetik (masih dalam penelitian)
17. Prognosis
Dubia
18. Komplikasi
Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Transfusi
darah yang berulang-ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi
dalam darah tinggi, sehingga ditimbun dalam berbagai jaringan tubuh
seperti hepar, limpa, ku.lit, jantung dan lainnya. Hal ini dapat
mengakibatkan gangguan fungsi alat tersebut. Limpa yang besar mudah
rupture akibat trauma yang ringan. Kadang-kadang thalasemia disertai
oleh tanda hipersplenisme seperti leukopenia dan trombopenia.
2
Penyuluhan sebelum perkawinan (marriage counselling) untuk
mencegah perkawinan diantara pasien Thalasemia agar tidak mendapatkan
keturunan yang homozigot. Perkawinan antara 2 hetarozigot (carrier)
menghasilkan keturunan: 25 % Thalasemia (homozigot), 50 % carrier
(heterozigot) dan 25 normal.
Pencegahan sekunder
Pencegahan kelahiran bagi homozigot dari pasangan suami istri
dengan Thalasemia heterozigot salah satunya adalah dengan inseminasi
buatan dengan sperma berasal dari donor yang bebas dan Thalasemia
trait. Diagnosis prenatal melalui pemeriksaan DNA cairan amnion
merupakan suatu kemajuan dan digunakan untuk mendiagnosis kasus
homozigot intra-uterin sehingga dapat dipertimbangkan tindakan abortus
provokotus (Soeparman dkk, 1996).
Edukasi
- Sampaikan kepada pasien dan keluarga mengenai kondisinya sekarang.
- Beri saran agar sebelum melakukan pernikahan, cek pasangan untuk
kemungkinan thalasemia.
- Hindari pemakaian obat pencetus hemolitik seperti fenasetin,
klorpromazin (tranquilizer), penisilin, kina, dan sulfonamid.
- Makan-makanan bernutrisi khususnya asupan B12 dan folic acid.
Daftar Pustaka
2
Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. EGC: Jakarta.
Robbins, Kumar Cotran. Buku Ajar Patologi Vol.2. 2005. Jakarta: EGC
Sutedjo, AY. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalaui Hasil Pemeriksaan Lab.
Wahab, A. Samik (editor). IKA Nelson Vol. 2 Ed. 15. 1999. Jakarta: EGC