Ekstraksi Cair-Cair: Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Kimia II
Ekstraksi Cair-Cair: Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Kimia II
EKSTRAKSI CAIR-CAIR
Oleh :
Kelompok 1
Kelas C
1.2 Teori
Ekstraksi adalah salah satu proses pemisahan atau pemurnian suatu senyawa
dari campurannya dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat
mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material suatu bahan
lainnya.
Ekstraksi adalah salah satu proses memisahkan larutan dua komponen
dengan menambahkan komponen ketiga (solvent) yang larut dengan solute tetapi
tidak larut dengan pelarut (diluent). Dengan penambahan solvent ini, sebagian
solute berpindah dari fasa diluent ke fasa solvent (disebut ekstraksi) dan sebagian
lagi tetap tinggal didalam fasa diluent (disebut rafinat).
Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan yang menggunakan sifat
fisis, yaitu perbedaan kelarutan komponen-komponen dalam larutan dengan
menggunakan larutan lain sebagai media pemisah. Pemisahan larutan dengan
ekstraksi digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang mempunyai
perbedaan titik didih yang relatif kecil tetapi mempunyai perbedaan kelarutan
yang cukup besar dengan suatu pelarut.
Menurut Ladda (1976), ekstraksi cair-cair digunakan jika pemisahan dengan
operasi lainnya tidak dapat dicapai seperti: distilasi, evaporasi, kristalisasi dan
lain-lain Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan suatu komponen dari fasa
cair ke fasa cair lainnya. Operasi ekstraksi cair-cair terdiri dari beberapa tahap,
yaitu:
1. Kontak antara pelarut (solvent) dengan fasa cair yang mengandung komponen
yang akan diambil (solute), kemudian solute akan berpindah dari fasa umpan
(diluent) ke fasa pelarut.
2. Pemisahan dua fasa yang tidak saling melarutkan yaitu fasa yang banyak
mengandung pelarut disebut fasa ekstrak dan fasa yang banyak mengadung
umpan disebut fasa rafinat (Ladda, 1976).
Untuk proses ekstraksi yang baik, pelarut harus memenuhi beberapa kriteria
sebagai berikut (Treybal, 1985):
1. Koefisien distribusi yang besar
2. Selektivitas tinggi
Faktor ini diperlukan jika terdapat lebih dari satu zat terlarut, karena umumnya
hanya diinginkan mengurangi satu zat terlarut saja
3. Mudah diregenerasi
4. Kelarutan dalam larutan umpan rendah
5. Perbedaan densitas dengan umpan cukup besar
6. Tegangan antar muka menengah
Tegangan antar muka yang terlalu tinggi menyebabkan kesulitan pembentukan
tetes (cairan), sedangkan tegangan antar muka yang terlalu rendah dapat
menyebabkan terbentuknya emulsi
7. Mudah diperoleh dan harganya cukup murah
8. Tidak korosif, tidak mudah terbakar dan tidak beracun
Berdasarkan sifat diluent dan solvent, sistem ekstraksi dibagi menjadi 2
sistem :
1. Immiscible extraction, solvent (S) dan diluent (D) tidak saling larut
2. Partially miscible, solvent (S) sedikit larut dalam diluent (D) dan sebaliknya,
meskipun demikian, campuran ini heterogen, jika dipisahkan akan terdapat fasa
diluent dan fasa solvent.
Suatu unit ekstraksi, selalu diikuti unit pemungutan solvent agar dapat
digunakan kembali (solvent recovery unit), seperti gambar di bawah ini:
Gambar 1.1 Solvent recovery unit
Ditinjau dari cara kontak kedua fasA, maka ekstraktor dibagi menjadi 2
yaitu:
1. Kontak kontinu (continuous contactor) seperti rotary Disc Contactor, packed
bed extractor, spray tower.
2. Kontak bertingkat (stage wise contactor) seperti menara plate/tray, mixer
settler
Tahapan utama dalam proses ekstraksi:
1. Pencampuran atau mengkontakkan antara campuran dengan solvent
2. Pemisahan 2 fasa yang terbentuk
3. Pengambilan kembali (removal and recovery) solvent dari tiap fasa yang
terbentuk
Gambar 1.2 Tahapan utama dalam proses ekstraksi
Perbedaan konsentrasi solute didalam suatu fasa dengan konsentrasi pada
keadaan setimbang merupakan pendorong terjadi pelepasan solute dari larutan
yang ada. Gaya dorong (driving force) yang menyebabkan terjadinya proses
ekstraksi dapat ditentukan dengan mengukur jarak sistem dan kondisi setimbang.
Pertimbangan-pertimbangan pemakaian proses ekstraksi sebagai proses
pemisahan antara lain :
1. Komponen larutan sensitive terhadap pemanasan jika digunakan destilasi
meskipun pada kondisi vakum
2. Titik didih komponen komponen dalam campuran berdekatan
3. Kemudahan menguap (volatility) komponen komponen hampir sama
Mekanisme pemisahan digambarkan secara sederhana pada gambar dibawah
berikut ini.
Gambar 1.3 Ekstraksi cair-cair dalam kolom isian
Ekstraksi cair-cair terjadi berdasarkan perpindahan massa akibat kontak
antara larutan yang dialirkan secara kontinu (fasa kontinu) dengan pelarut yang
dialirkan secara terdispersi (fasa terdispersi). Fasa kontinu dialirkan dari bagian
atas kolom isian yang kemudian mengalir turun. Selama mengalir di sepanjang
kolom, cairan mengisi celah-celah kosong dan membentuk lapisan tipis pada
permukaan bahan isian. Fasa terdispersi dialirkan dari bagian bawah kolom isian
yang selama mengalir di sepanjang kolom di mungkinkan mengalami proses
proses berikut :
1. Melewati celah-celah kosong
2. Menembus bahan isian
3. Mengalami perpecahan menjadi gelembung dengan ukuran yang lebih kecil
akibat bertumbukan dengan bahan isian.
1.2.1 Perpindahan Massa
Jika fasa yang saling tidak larut dikontakkan, maka dalam keadaan tertentu
salah satu komponen akan berpindah dari fasa yang satu ke fasa yang lain.
Peristiwa ini disebut perpindahan antar fasa.
Pada operasi ekstraksi proses perpindahan massa dari fasa rafinat ke fasa
ekstrak mengikuti mekanisme difusi antar fasa. Teori dua film dapat digunakan
untuk menjelaskan mekanisme perpindahan massa solute (B) dari fasa umpan ke
fasa pelarut. Teori tersebut menjelaskan bahwa perpindahan massa B dimulai dari
badan utama fasa cair pertama ke batas antar fasa dan perpindahan massa B dari
batas antar fasa ke badan utama fasa cair kedua.
Film
CF
CFi Solvent
Feed
CSi CS
Film
Gambar 1.4 Gradien konsentrasi yang terjadi antar fasa F dan fasa S
Laju perpindahan massa B dari fasa umpan (F) ke batas antar fasa dapat
ditulis sebagai berikut:
NB = kF (CF - CFi).........................................................1.1)
Laju perpindahan massa B dari batas antar fasa ke fasa pelarut (S) adalah:
NB = kS (CSi – CS)..........................................................1.2)
Sedangkan konsentrasi pada batas antar fasa merupakan konsentrasi
kesetimbangan dan mengikuti persamaan:
CSi = m CFi..............................................................1.3)
Pada umumnya konsentrasi di batas antar fasa sulit diukur. Sebaliknya
konsentrasi fasa umpan (F) dan fasa pelarut (S) mudah ditentukan. Oleh karena itu
digunakan koefisien perpindahan massa total. Sehingga laju perpindahan massa B
total arah Z adalah:
Fasa F : NB = kF a(CF - CF*)Z…………………………………...……1.4)
Fasa S : NB = kS a (CS*- CS )Z…………………………………………1.5)
CF* = m / CS...............................................................................1.6)
Jika persamaan (5) dan (6) didasarkan pada “Log-Mean Driving Force” dan
masing-masing ruas dikalikan dengan luas penampang lintang, maka:
Fasa F: NB A= kF a(CF)lmV………………………...………………..1.7)
Fasa S: NB A= kS a(CS)lmV……………………………………….….1.8)
Persamaan (1.7) dan (1.8) berlaku untuk ekstraktor cair-cair bentuk kolom aliran
berlawanan arah. Skema ekstraktor tersebut dapat dilihat pada gambar 1.5
dibawah ini. LF, CF2 LS, CS1
LS C S 2
Fasa S : K S .a ....................................................1.20)
V C S lm