Bab Ii Tinjauan Pustaka: 2.1 Material Konstruksi
Bab Ii Tinjauan Pustaka: 2.1 Material Konstruksi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
II
K175 175 Perumahan
Krikil atau batu pecah yang digunakan sebagai bahan penyusun beton,
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Bersifat padat dank eras, tidak berpori.
2. Harus bersih, tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%. Jika
kandungan lumpur lebih dari 1% maka krikil/batu pecah tersebut harus
dicuci.
3. Pada keadaan terpaksa, dapat dipakai krikil bulat.
Agregat kasar mempunyai diameter 5-40 mm. Sifat agregat kasar
mempunyai pengaruh terhadap kekuatan beton sehingga harus
mempunyai bentuk yang baik, bersih, kuat dan bergradasi baik. Agregat
kasar dapat diperoleh dari batu pecah dan kerikil alami.
b) Agregat Halus
Karakteristik kualitas agregat halus yang digunakan sebagai komponen
struktural beton memegang peranan penting dalam menentukan karakteristik
kualitas struktur beton yang dihasilkan, sebab agregat halus mengisi
sebagian besar volume beton.
Agregat halus diameter 0-5 mm disebut pasir, ukurannya bervariasi antara
ukuran No 4 dan Ukuran No 100 Saringan Standar amerika. Agregat halus
yang baik harus bebas bahan organik, lempung, partikel yang kecil dari
saringan No 100 atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran
beton. Agregat halus dapat dibedakan lagi menjadi :
Pasir halus: Ø 0-1 mm
Pasir kasar: Ø 1-5 mm
2.1.3.2 Semen
Semen adalah bahan yang mempunyai sifat adhesif maupun kohesif,
yaitu bahan pengikat. Semen merupakan bahan hidrolis yang dapat bereaksi
secara kimia dengan air, disebut hidrasi, sehingga membentuk material batu
padat. Pada umumnya, semen untuk bahan bangunan adalah tipe semen
Portland. Menurut Standar Industri Indonesia, SII 0013 -1981, semen
Portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidraulis
8
(semen yang akan mengeras bias bereaksi dengan air, tahan terhadap air
atau Water resistance dan stabil dalam air setelah mengeras) bersama bahan-
bahan yang biasa digunakan, yaitu gypsum.
Ada bebeapa macam tipe semen Portland yang di produksi di
Indonesia yaitu:
1) Tipe I adalah semen Portland untuk tujuan umum. Jenis ini paling banyak
diproduksi karena digunakan untuk hamper semua jenis konstruksi.
2) Tipe II adalah semen Portland modifikasi, adalah tipe yang sifatnya
setengah tipe IV dan setengah tipe V (moderat). Belakangan lebih banyak
diproduksi sebagai pengganti tipe IV.
3) Tipe III adalah semen Portland dengan kekuatan awal tinggi. Kekuatan 28
hari umumnya dapat dicapai dalam 1 minggu. Semen jenis ini umum
dipakai ketika acuan harus dibongkar secepat mungkin atau ketika struktur
harus dapat cepat dipakai.
4) Tipe IV adalah semen Portland dengan panas hidrasi rendah, yang
dipakai untuk kondisi di mana kecepatan dan jumlah panas yang timbul
harus minimum. Misalnya pada bangunan massif seperti bendungan
gravitasi yang besar. Pertumbuhan kekuatannya lebih lambat dari pada
semen tipe I.
5) Tipe V adalah semen Portland tahan sulfat, yang dipakai untuk
menghadapi aksi sulfat yang ganas. Umumnya dipakai di daerah di mana
tanah atau airnya memiliki kandungan sulfat yang tinggi. (Teknologi Beton,
Paul Nugraha & Antoni.penerbit Antoni).
Semen yang digunakan pada pekerjaan konstruksi harus sesuai
dengan semen yang digunakan pada perancangan proporsi
campuran.
2.1.3.3 Air
Pada pekerjaan beton, air mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai
media untuk pencampuran, mengecor dan memadatkan serta memelihara
beton. Di samping itu juga air berfungsi sebagai bahan baku yang
mengakibatkan terjadinya proses kimia, sehingga semen dapat bereaksi dan
9
1. Setelah galian tanah mencapai elevasi yang ditentukan, maka tiang pile atau
pancang dipotong dan dan dilebihkan besi stek untuk pengikatan struktural
dan disisakan beton setinggi 7,5 cm untuk selimut beton.
2. Pembuatan lantai kerja setebal 5 cm.
3. Meletakkan pembesian pile cap yang telah dipabrikasi.
4. Memasang bekisting untuk memberi bentuk pile cap dan memisahkan beton
dengan tanah.
5. Merangkai dengan pembesian tie biem dan slab agar menjadi satu kesatuan.
6. Pengecoran yang dilakukan bersamaan antara tie biem dengan pile cap.
yang dapat terjadi. Contoh resiko pekerjaan yang dapat terjadi adalah sebagai
berikut :
1) Pekerjaan tanah
Pekerjaan tanah terdiri dari pekerjaan galian, pekerjaan pengakutan
tanah, pekerjaan penimbunan, dan pekerjaan pemadatan tanah.
Beberapa resiko pekerjaan penggalian adalah :
a. Runtuhnya dinding samping.
b. Jatuhnya bahan-bahan mengenai pekerja yang berada di galian.
c. Terperosoknya orang dan kendaraan pada galian.
d. Dampak ada struktur-struktur lain yang telah ada.
e. Akumulasi gas-gas buang yang berbahaya, yang berasal dari mesin
bensin atau diesel seperti generator atau kompresor.
f. Rusaknya fasilitas bawah tanah.
2) Pekerjaan pencetakan dan pengecoran beton
Resiko utama dari pekerjaan pencetakan dan pengecoran beton, adalah :
a. Orang jatuh selama merangkai besi dan mendirikan cetakan beton.
b. Robohnya cetakan beton atau cetakan beton yang salah.
c. Bahan-bahan yang jatuh saat bekerja.
d. Debu silika dari pekerjaan pembersihan.
e. Lengan dan Punggung terkilir karena mengencangkan baja.
Resiko-resiko dalam pekerjaan dapat dikendalikan dengan bebepa
pendekatan, salah satu diantaranya adalah pelaksanaa kegiatan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3). Perlengkapan dan peralatan K3 dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1) Pelindung badan (APD)
Pelindung badan berfungsi untuk melindungi diri agar tidak
mengalami cidera akibat kerja. Dalam rangka menghindari dan
memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat
kerja, maka tenaga kerja perlu melengkapi dirinya dengan pelindung
badan yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang ditekuninya serta
persyaratan berlaku.
18
2) Rambu-rambu K3
Rambu-rambu K3 merupakan bagian penting dalam penerapan K3
dilingkungan proyek konstruksi dan harus dipasang pada tempat-tempat yang
strategis, dalam arti mudah dilihat dan sesuai dengan situasi kerja.
2.4.3 SOP dan Pemeriksaan Fungsi K3
Merupakan hal yang penting bahwa semua peralatan K3 yang digunakan
selama kegiatan pelaksanaan konstruksi telah disetujui dan sesuai dengan peraturan
yang berlaku dan persyaratan lapangan. Semua peralatan diperiksa sebelum
digunakan untuk memastikan bahwa kondisi kerja aman. Peralatan yang sesuai wajib
dilengkapi dengan sertifikat yang menjelaskan bahwa alat tersebut aman untuk
digunakan.
Semua pekerja harus mendapatkan pelatihan dalam menggunakan peralatan
dan perlengkapan K3 sebelum memulai pekerjaan. Hal ini merupakan tanggungjawab
dari manajer K3 untuk memastikan pekerjanya telah mendapatkan pelatihan
penggunaan peralatan dan perlengkapan K3. Sebelum digunakan harus dilakukan
pemeriksaan fungsi kerja peralatan dan perlengkapan K3 sesuai petunjuk teknis
masing-masing peralatan, kondisi kelayakkan, kesesuai jenis, tipe dan ukuran
peralatan dan perlengkapannya.
2.4.4 Kebijakan Pemasangan Rambu-rambu K3 Pada Area Kerja
Seperti disebutkan diatas bahwa Rambu-rambu K3 merupakan bagian penting
dalam penerapan K3 dilingkungan proyek konstruksi. Selain itu Rambu-rambu di
tempat kerja sangatlah penting sebagai kontrol administrasi guna memberikan
informasi, perintah, petunjuk bahkan suatu bahaya. Oleh karena itulah rambu-rambu
perlu dipasang.
Untuk memasangnya tidaklah asal pasang kerena jika terjadi kesalahan
pasang, bisa saja yang tadinya diinginkan pekerja selamat malah membuat mereka
berada dalam suatu resiko atau bahaya. Untuk memilih rambu yang tepat, kita perlu
melihat pekerjaan yang sedang Anda lakukan guna :
a. Mengidentifikasi bahaya,
b. Menentukan kontrol apa yang dibutuhkan, dan
c. Menentukan jenis rambu dan indikator apa yang perlu digunakan.
19
3) APD-Pakaian kerja
Banyak kecelakaan terjadi saat orang pada posisi berbahaya tapi
tidak kelihatan. Penting untuk merencakan pekerjaan untuk menghidarkan
orang pada posisi yang demikian. Bila memungkinkan sediakan pakaian yang
terlihat mencorong, mudah terlihat.
Pakaian yang mencorong diperlukan antara lain bila pekerja :
a. Berhubungan dengan kendaraaan, misalnya harus memberi tanda
membantu pengerakan kendaraan, dan pekerja yang bekerja di
jalanan.
b. Agar mudah terlihat oleh sesama pekerja, misalnya pada pekerjaan
membatu operasi pengangkatan agar mudah terlihat oleh operator
alat angkatnya.
4) APD-Sarung tangan
Sarung tangan yang sesuai dapat melindungi terhadap debu
(misalnya semen), beton cair dan bahan pelarut yang dapat menyebabkan
penyakit kulit. Juga akan melindungi terhadap teriris dan tergores saat
menangani bata, besi dan kayu.
Pengguna Anggaran