0% found this document useful (0 votes)
26 views

Bab Ii Tinjauan Pustaka: 2.1 Material Konstruksi

This document provides an overview of materials used in concrete construction. It discusses the classification of concrete, components that make up concrete including aggregates, cement, water, reinforcing bar, and formwork. It defines these materials and their properties. Concrete strength depends on factors like the mixture proportions, temperature and humidity during curing. Proper material selection and mixture design are important to achieve efficient, high strength concrete for its intended use.

Uploaded by

Gatfar Alkatiri
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
26 views

Bab Ii Tinjauan Pustaka: 2.1 Material Konstruksi

This document provides an overview of materials used in concrete construction. It discusses the classification of concrete, components that make up concrete including aggregates, cement, water, reinforcing bar, and formwork. It defines these materials and their properties. Concrete strength depends on factors like the mixture proportions, temperature and humidity during curing. Proper material selection and mixture design are important to achieve efficient, high strength concrete for its intended use.

Uploaded by

Gatfar Alkatiri
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 23

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Konstruksi


2.1.1 Beton
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain,
agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
membentuk masa padat. Air dan semen membentuk pasta yang akan mengisi rongga-
rongga diantara butir-butir pasir dan kerikil. Karena Beton terbuat dari agragat yang
diikat bersama oleh pasta semen yang mengeras maka kualitas semen sangat
mempengaruhi lekatan yang baik.
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Dalam
campuran beton, pasta semen dibentuk dari air dan semen. Pasta semen ini selain
mengisi pori-pori diantara butiran agregat juga bersifat sebagai pengikat/perekat
dalam proses pengerasan. Dengan demikian, masing-masing komponen tersebut
perlu dipelajari sebelum mempelajari beton secara keseluruhan. Perencana (engineer)
dapat mengembangkan penelitian material yang layak komposisinya sehingga
diperoleh beton yang efisien dan memenuhi kekuatan yang disyaratkan oleh
perencana.
Kekuatan beton tergantung dari beberapa faktor antara lain : proporsi campuran,
kondisi temperatur dan kelembaban tempat dimana beton itu mengeras. Sebelum
meninjau lebih lanjut tentang beton, dan baiknya bila terlebih dahulu melihat sifat-sifat
material pembentuknya. (teknologi Beton,Paul Nugraha & Antoni.penerbit Antoni).
2.1.2 Klasifikasi Beton
Sifat dan karakteristik material penyusun beton akan mempengaruhi kinerja beton
yang dibuat, Beton ini harus disesuaikan dengan kelas dan mutu beton (Mulyono,
2003). Menurut PBI’71 Beton dibagi dalam kelas dan mutu sebagai berikut :

5
6

Tabel 2.1 Kelas dan Mutu Beton


Kekuatan
Kelas Tujuan
Mutu Beton Tekan
Beton (Kgf/cm2) Pemakaian Beton
I Bo 50 - 80 Non-Struktural
B1 100 Rumah Tinggal

K125 125 Perumahan

II
K175 175 Perumahan

K225 225 Perumahan dan Bendungan


Jembatan, Bangunan Tinggi,
III K > 225 > 225
Terowongan Kereta Api
Sumber : Margaret Gunawan, 2000
2.1.3 Bahan-bahan Pembentuk Konstruksi Beton
Bahan-Bahan Dasar Pembentukan Konstruksi Beton :
2.1.3.1 Agregat
Dalam SNI T-03-2847-2002, agregat didefinisikan sebagai Material
granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah, dan kerak tungku pijar yang
dipakai bersama-sama dengan satu media pengikat untuk membentuk suatu
beton atau adukan semen hidrolik atau adukan berdasarkan ukurannya, pada
beton biasanya terdapat 60 % - 80 % Volume Agregat. Agregat ini dapat
dibedakan menjadi :
a) Agregat kasar
Agregat kasar diameter ≥ 5 mm, biasanya berukuran antara 5 hingga 40
mm, disebut kerikil (split). Material ini merupakan disintegrasi “alamia” batuan
atau hasil dari industri pemecah batu.
7

Krikil atau batu pecah yang digunakan sebagai bahan penyusun beton,
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Bersifat padat dank eras, tidak berpori.
2. Harus bersih, tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%. Jika
kandungan lumpur lebih dari 1% maka krikil/batu pecah tersebut harus
dicuci.
3. Pada keadaan terpaksa, dapat dipakai krikil bulat.
Agregat kasar mempunyai diameter 5-40 mm. Sifat agregat kasar
mempunyai pengaruh terhadap kekuatan beton sehingga harus
mempunyai bentuk yang baik, bersih, kuat dan bergradasi baik. Agregat
kasar dapat diperoleh dari batu pecah dan kerikil alami.
b) Agregat Halus
Karakteristik kualitas agregat halus yang digunakan sebagai komponen
struktural beton memegang peranan penting dalam menentukan karakteristik
kualitas struktur beton yang dihasilkan, sebab agregat halus mengisi
sebagian besar volume beton.
Agregat halus diameter 0-5 mm disebut pasir, ukurannya bervariasi antara
ukuran No 4 dan Ukuran No 100 Saringan Standar amerika. Agregat halus
yang baik harus bebas bahan organik, lempung, partikel yang kecil dari
saringan No 100 atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran
beton. Agregat halus dapat dibedakan lagi menjadi :
 Pasir halus: Ø 0-1 mm
 Pasir kasar: Ø 1-5 mm
2.1.3.2 Semen
Semen adalah bahan yang mempunyai sifat adhesif maupun kohesif,
yaitu bahan pengikat. Semen merupakan bahan hidrolis yang dapat bereaksi
secara kimia dengan air, disebut hidrasi, sehingga membentuk material batu
padat. Pada umumnya, semen untuk bahan bangunan adalah tipe semen
Portland. Menurut Standar Industri Indonesia, SII 0013 -1981, semen
Portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidraulis
8

(semen yang akan mengeras bias bereaksi dengan air, tahan terhadap air
atau Water resistance dan stabil dalam air setelah mengeras) bersama bahan-
bahan yang biasa digunakan, yaitu gypsum.
Ada bebeapa macam tipe semen Portland yang di produksi di
Indonesia yaitu:
1) Tipe I adalah semen Portland untuk tujuan umum. Jenis ini paling banyak
diproduksi karena digunakan untuk hamper semua jenis konstruksi.
2) Tipe II adalah semen Portland modifikasi, adalah tipe yang sifatnya
setengah tipe IV dan setengah tipe V (moderat). Belakangan lebih banyak
diproduksi sebagai pengganti tipe IV.
3) Tipe III adalah semen Portland dengan kekuatan awal tinggi. Kekuatan 28
hari umumnya dapat dicapai dalam 1 minggu. Semen jenis ini umum
dipakai ketika acuan harus dibongkar secepat mungkin atau ketika struktur
harus dapat cepat dipakai.
4) Tipe IV adalah semen Portland dengan panas hidrasi rendah, yang
dipakai untuk kondisi di mana kecepatan dan jumlah panas yang timbul
harus minimum. Misalnya pada bangunan massif seperti bendungan
gravitasi yang besar. Pertumbuhan kekuatannya lebih lambat dari pada
semen tipe I.
5) Tipe V adalah semen Portland tahan sulfat, yang dipakai untuk
menghadapi aksi sulfat yang ganas. Umumnya dipakai di daerah di mana
tanah atau airnya memiliki kandungan sulfat yang tinggi. (Teknologi Beton,
Paul Nugraha & Antoni.penerbit Antoni).
Semen yang digunakan pada pekerjaan konstruksi harus sesuai
dengan semen yang digunakan pada perancangan proporsi
campuran.
2.1.3.3 Air
Pada pekerjaan beton, air mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai
media untuk pencampuran, mengecor dan memadatkan serta memelihara
beton. Di samping itu juga air berfungsi sebagai bahan baku yang
mengakibatkan terjadinya proses kimia, sehingga semen dapat bereaksi dan
9

mengeras. Air yang mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang


tercemar garam, minyak, gula atau bahan-bahan kimia lain, bila dipakai untuk
campuran beton akan sangat menurunkan kekuatannya dan dapat mengubah
sifat – sifat semen.
2.1.3.4 Baja tulangan beton
Dalam SNI 07-2052-2002 Baja tulangan beton didefinisikan sebagai
baja berbentuk batang berpenampang bundar yang digunakan untuk
penulangan beton, yang diproduksi dari bahan baku billet dengan cara canai
panas (hot rolling).
Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi 2
(dua) jenis yaitu baja tulangan beton polos (BjTP) dan baja tulangan beton
Deform/ulir (BjTD).
1) Baja tulangan beton polos
Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang
bundar dengan permukaan rata tidak bersirip, disingkat BjTP (baja tulangan
polos).
2) Baja tulangan beton ulir
Baja tulangan beton ulir adalah baja tulangan beton dengan bentuk
khusus yang permukaannya memiliki ulir melintang dan rusuk memanjang
yang dimaksudkan untuk rneningkatkan daya lekat dan guna menahan
gerakan membujur dari batang secara relatif terhadap beton, disingkat BjTD
(baja tulangan ulir atau deform).
2.1.3.5 Bekisting
Bekisting didefinisikan sebagai Suatu konstruksi pembantu berupa
cetakan / mal pada bagian samping dan bawah yang bersifat sementara untuk
mencetak beton baik ukuran atau bentuknya sesuai dengan yang
direncanakan.
Persyaratan umum dalam mendisain suatu struktur, baik struktur
permanen maupun sementara seperti bekisting setidaknya ada 3 persyaratan
yang harus dipenuhi, yaitu :
10

1) Syarat Kekuatan, yaitu bagaimana material bekisting seperti balok kayu


tidak patah ketika menerima beban yang bekerja.
2) Syarat Kekakuan, yaitu bagaimana meterial bekisting tidak mengalami
perubahan bentuk / deformasi yang berarti, sehingga tidak membuat
struktur sia-sia.
3) Syarat Stabilitas, yang berarti bahwa balok bekisting dan tiang / perancah
tidak runtuh tiba-tiba akibat gaya yang bekerja.
Selain itu, perencanaan dan disain bekisting harus memenuhi aspek bisnis
dan teknologi sehingga pertimbangan-pertimbangan di bawah ini
setidaknya harus terpenuhi :
a. Ekonomis.
b. Kemudahan dalam pemasangan dan bongkar, dan,
c. Tidak bocor.
Bekisting memiliki fungsi dalam bangunan untuk membuat bentuk dan
dimensi pada suatu konstruksi beton, dan mampu memikul beban sendiri
yang baru dicor sampai konstruksi tersebut dapat dipikul seluruh beban
yang ada.

2.2 Pengertian Elemen Konstruksi Gedung


2.2.1 Bore Pile
Pondasi bored pile adalah jenis pondasi dalam berbentuk silinder yang
berfungsi meneruskan beban-beban diatasnya kedasar lapisan tanah yang
mempunyai daya dukung tanah yang diperlukan untuk pondasi dasar suatu konstruksi
bangunan. Banyak jenis alat dan metode yang digunakan untuk pembuatan pondasi
bored pile salah satunya adalah alat bor pile minicrane. Berikut ini metode bored pile
dengan alat minicrane :
1. Pengeboran Pengeboran dapat dikerjakan dengan 2 cara yaitu bor
kering dan bor basah, borkering dikerjakan dengan mata bor berbentuk spiral
yang dalam prosesnya mata bor diangakat setiap interval 50 cm untuk
membuang tanah hasil dari pengeboran. Sedangkan bor basah diperlukan air
yang cukup banyak dalam proses pengeborannya.
11

2. Perakitan besi Setelah proses pengeboran selesai maka langkah


selanjutnya adalah memasukan besi tulangan yang sudah dirakit atau diinstall
kedalam lubang bor, baiknya setiap setitik yang sudah terpasang besi
tulangan sesegera mungkin dilakukan pengecoran agar resiko longsornya
dinding bor dapat diminimalisir.
3. pengecoran Proses pengecoran dengan alat minicrane digunakan pipa
tremi yang terpasang ditengah tulangan besi dengan panjang sesuai
kedalaman pengeboran, pipa tersebut bergerak naik turun perlahan sampai
beton penuh sebagai pengantar cor agar beton tidak bercampur dengan air
lumpur. Kapasitas alat bor minicrane - Diameter yang dapat dikerjakan adalah
30 cm, 40 cm, 50 cm dan 60 cm - Kedalaman pengeboran efisien mencapai
25 meter untuk bor basah dan bor kering mencapai 9 meter. - Produksi perhari
2 titik sampai 3 titik dengan asumsi kedalaman 12 meter diameter 30 cm
Kelebihan alat bor minicrane - Mampu mengerjakan dikondisi lingkungan
padat perumahan ( akses jalan bisa dilalui truk cold diesel) - Tidak
menimbulkan getaran yang dapat merusak bangunan sekitar - Tidak
membutuhkan area yang cukup luas untuk manuver alat atau untuk kerja alat
minicrane Kekurangan alat bor minicrane - Lokasi menjadi becek karena
limbah lumpur dari hasil pengeboran - Proses pengerjaan relatif lebih lama
dibanding pondasi tiang pancang.
12

Gambar 2.1 Bore Pile


2.2.2 Pile Cap
Pile cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum didirikan
kolom di bagian atasnya. Pile cap tersusun atas tulangan baja berdiameter
16mm, 19mm dan 25mm yang membentuk suatu bidang dengan ketebalan 50 mm
dan lebar yang berbeda-beda tergantung dari jumlah tiang yang tertanam.
Fungsi dari pile cap adalah untuk menerima beban dari kolom yang kemudian
akan terus disebarkan ke tiang pancang dimana masing-masing pile menerima
1/N dari beban oleh kolom dan harus ≤ daya dukung yang diijinkan (Y ton) (N=
jumlah kelompok pile). Jadi beban maksimum yang bisa diterima oleh pile cap dari
suatu kolom adalah sebesar N x (Y ton).
Pile cap ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar berada dititik pusat
pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan
beban tambahan pada pondasi. Selain itu, seperti halnya kepala kolom, pile cap
juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari pembebanan yang ada. Bentuk
dari pile cap juga bervariasi dengan bentuk segitiga dan persegi panjang. Jumlah
kolom yang diikat pada tiap pile cap pun berbeda tergantung kebutuhan atas
beban yang akan diterimanya. Terdapat pile cap dengan pondasi tunggal, ada
yang mengikat 2 dan 4 buah pondasi yang diikat menjadi satu.
Untuk langkah kerja pelaksanaan pile cap adalah sebagai berikut :
13

1. Setelah galian tanah mencapai elevasi yang ditentukan, maka tiang pile atau
pancang dipotong dan dan dilebihkan besi stek untuk pengikatan struktural
dan disisakan beton setinggi 7,5 cm untuk selimut beton.
2. Pembuatan lantai kerja setebal 5 cm.
3. Meletakkan pembesian pile cap yang telah dipabrikasi.
4. Memasang bekisting untuk memberi bentuk pile cap dan memisahkan beton
dengan tanah.
5. Merangkai dengan pembesian tie biem dan slab agar menjadi satu kesatuan.
6. Pengecoran yang dilakukan bersamaan antara tie biem dengan pile cap.

Gambar 2.2 Pile Cap


2.2.3 Sloof
Sloof adalah elemen struktur yang terdapat pada bangunan rumah atau
gedung yang menggunakan pondasi dalam atau pondasi dangkal setempat. Sloof
ini terletak di atas Pondasi Jalur dan di atas pondasi dangkal setempat seperti
pondasi footplat ataupun pondasi dalam. Slof ini sama dengan balok hanya saja
letaknya di struktur bawah. Berikut perbedaan antara sloof dan tie beam.
1. Sloof biasanya berukuran relatif lebih kecil dibanding dengan tie beam.
Ukuran sloof sangat tergantung dari fungsinya menahan beban.
2. Pembesian sloof sangat variatif tergantung dari desain konsultan struktur.
Perhitungan struktur hanya dilakukan oleh konsultan struktur dan
kemungkinan antara proyek satu dengan yang lain akan berbeda dari segi
ukuran maupun penggunaan besi beton.
14

3. Sloof menumpu langsung ke pondasi Dangkal atau tanah sehingga


penulangan pada sloof pun berbeda dengan penulangan balok
4. Dari segi struktural, sloof berfungsi sebagai pemikul beban dinding dan
pengaku antara pondasi satu dengan yang lainnya sehingga tingkat kekakuan
dari struktur bawah meningkat.
5. Sloof biasa digunakan pada bangunan rumah atau gedung yang mempunyai
struktur bawah.

Gambar 2.3 Sloof

2.3 Peralatan Konstruksi


2.3.1 Dump Truck
Dump Truck merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengangkut
material-material bangunan, seperti tanah, pasir, kerikil, semen, batu, dan lain- lain.

Gambar 2.4 Dump Truck


15

2.3.2 Truck Mixer


Dalam dunia konstruksi terdapat beberapa alat berat yang menunjang, salah
satunya adalah Truck Mixer (truk pengaduk beton). Pengaduk beton adalah mesin
yang digunakan untuk mengaduk beton. Mesin ini dapat berupa mesin statis, semi
mobile, maupun full mobile (mixer truck).
Truck mixer atau biasa disebut juga truk molen memiliki beragam jenis yang
berfungsi sama, yaitu mengangkut beton dari pabrik semen ke lokasi konsruksi sambil
menjaga konsistensi beton agar tetap cair dan tidak mengeras dalam perjalanan.
Truck jenis ini adalah alat transportasi khusus untuk beton cor curah siap pakai (Ready
mix concrete). Biasanya truk ini digunakan dalam proyek besar.

Gambar 2.5 Truck Mixer


2.3.3 Mobil Mesin Pompa (Concrete Pump Truck)
Concrete Pump adalah sebuah mesin atau alat yang digunakan untuk
menyalurkan adonan beton segar dari bawah ke tempat pengecoran atau tempat
pengecoran yang sulit dijangkau oleh truk mixer. Struktur beton bertulang banyak
dipilih untuk bangunan tingkat tinggi, maka diperlukan alat-alat konstruksi yang dapat
menunjang proses pembangunan tersebut.
Concrete pump jenis mobile berupa alat pompa beton yang menjadi satu
kesatuan dengan truk sehingga lebih mudah berpindah tempat. Sedangkan, concrete
pump jenis fixed berupa alat pompa beton yang biasanya dalam posisi menetap.
16

Gambar 2.6 Mobil Mesin Pompa (Concrete Pump Truck)

2.4 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


2.4.1 Penyiapan Peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi bangunan pengolah gedung, seperti
halnya pekerjaan konstruksi lainnya, mempunyai resiko-resiko yang dapat
berdampak pada keselamatan dan kesehatan bagi pelaksana pekerjaan. Dalam
rangka pelaksanaan pekerjaan yang aman maka diperlukan kegiatan keselamatan
dan kesehatan kerja (K3).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan pengertian pemberian
perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja, yang berhubungan
dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses
produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja. Tempat kerja adalah setiap ruangan
atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja
bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber sumber bahaya baik didarat, di dalam tanah, di permukaan
air, di dalam air maupun di udara yang berada didalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia (PERMEN PU No.9 Tahun 2008).
2.4.2 Identifikasi dan Penjelasan Fungsi K3
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi terdiri dari beberapa jenis kegiatan. Pada
masing-masing jenis kegiatan pekerjaan tersebut terdapat resiko-resiko pekerjaan
17

yang dapat terjadi. Contoh resiko pekerjaan yang dapat terjadi adalah sebagai
berikut :
1) Pekerjaan tanah
Pekerjaan tanah terdiri dari pekerjaan galian, pekerjaan pengakutan
tanah, pekerjaan penimbunan, dan pekerjaan pemadatan tanah.
Beberapa resiko pekerjaan penggalian adalah :
a. Runtuhnya dinding samping.
b. Jatuhnya bahan-bahan mengenai pekerja yang berada di galian.
c. Terperosoknya orang dan kendaraan pada galian.
d. Dampak ada struktur-struktur lain yang telah ada.
e. Akumulasi gas-gas buang yang berbahaya, yang berasal dari mesin
bensin atau diesel seperti generator atau kompresor.
f. Rusaknya fasilitas bawah tanah.
2) Pekerjaan pencetakan dan pengecoran beton
Resiko utama dari pekerjaan pencetakan dan pengecoran beton, adalah :
a. Orang jatuh selama merangkai besi dan mendirikan cetakan beton.
b. Robohnya cetakan beton atau cetakan beton yang salah.
c. Bahan-bahan yang jatuh saat bekerja.
d. Debu silika dari pekerjaan pembersihan.
e. Lengan dan Punggung terkilir karena mengencangkan baja.
Resiko-resiko dalam pekerjaan dapat dikendalikan dengan bebepa
pendekatan, salah satu diantaranya adalah pelaksanaa kegiatan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3). Perlengkapan dan peralatan K3 dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1) Pelindung badan (APD)
Pelindung badan berfungsi untuk melindungi diri agar tidak
mengalami cidera akibat kerja. Dalam rangka menghindari dan
memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat
kerja, maka tenaga kerja perlu melengkapi dirinya dengan pelindung
badan yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang ditekuninya serta
persyaratan berlaku.
18

2) Rambu-rambu K3
Rambu-rambu K3 merupakan bagian penting dalam penerapan K3
dilingkungan proyek konstruksi dan harus dipasang pada tempat-tempat yang
strategis, dalam arti mudah dilihat dan sesuai dengan situasi kerja.
2.4.3 SOP dan Pemeriksaan Fungsi K3
Merupakan hal yang penting bahwa semua peralatan K3 yang digunakan
selama kegiatan pelaksanaan konstruksi telah disetujui dan sesuai dengan peraturan
yang berlaku dan persyaratan lapangan. Semua peralatan diperiksa sebelum
digunakan untuk memastikan bahwa kondisi kerja aman. Peralatan yang sesuai wajib
dilengkapi dengan sertifikat yang menjelaskan bahwa alat tersebut aman untuk
digunakan.
Semua pekerja harus mendapatkan pelatihan dalam menggunakan peralatan
dan perlengkapan K3 sebelum memulai pekerjaan. Hal ini merupakan tanggungjawab
dari manajer K3 untuk memastikan pekerjanya telah mendapatkan pelatihan
penggunaan peralatan dan perlengkapan K3. Sebelum digunakan harus dilakukan
pemeriksaan fungsi kerja peralatan dan perlengkapan K3 sesuai petunjuk teknis
masing-masing peralatan, kondisi kelayakkan, kesesuai jenis, tipe dan ukuran
peralatan dan perlengkapannya.
2.4.4 Kebijakan Pemasangan Rambu-rambu K3 Pada Area Kerja
Seperti disebutkan diatas bahwa Rambu-rambu K3 merupakan bagian penting
dalam penerapan K3 dilingkungan proyek konstruksi. Selain itu Rambu-rambu di
tempat kerja sangatlah penting sebagai kontrol administrasi guna memberikan
informasi, perintah, petunjuk bahkan suatu bahaya. Oleh karena itulah rambu-rambu
perlu dipasang.
Untuk memasangnya tidaklah asal pasang kerena jika terjadi kesalahan
pasang, bisa saja yang tadinya diinginkan pekerja selamat malah membuat mereka
berada dalam suatu resiko atau bahaya. Untuk memilih rambu yang tepat, kita perlu
melihat pekerjaan yang sedang Anda lakukan guna :
a. Mengidentifikasi bahaya,
b. Menentukan kontrol apa yang dibutuhkan, dan
c. Menentukan jenis rambu dan indikator apa yang perlu digunakan.
19

Berikut ini beberapa pertanyaan yang perlu dipertimbangkan saat


pemilihan rambu :
1) Apakah kita perlu melarang atau menghentikan suatu tindakan ? Jika ya,
rambu larangan diperlukan.
2) Apakah ini suatu perintah untuk orang melakukan suatu tindakan tertentu
? Jika ya, rambu perintah diperlukan.
3) Apakah kita perlu memeritahukan seseorang tentang situasi berbahaya ?
Jika ya, rambu berbahaya atau peringatan diperlukan.
4) Apakah kita perlu memperingatkan seseorang akan bahaya tertentu ? Jika
ya, rambu bahaya diperlukan.
5) Apakah kita hanya ingin memberitahukan lokasi peralatan, fasilitas dan
jalan keluar ? Jika ya, rambu Informasi darurat diperlukan.

Gambar 2.7 Contoh Rambu Peringatan


Sumber : http://www.artikelk3.com
Berikut ini beberapa gambar dan penjelasan rambu-rambu, Rambu
peringatan ini adalah rambu yang memberikan peringatan untuk melakukan sesuai
dengan gambar rambu yang Anda temukan. Ciri-ciri rambu peringatan yaitu latar
belakang berwarna kuning dan simbol berwarna hitam.
20

Gambar 2.8 Contoh Rambu K3


Sumber : http://www.artikelk3.com
2.4.5 SOP Penggunaan Alat Pelindung Diri di Area Kerja
Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang digunakan oleh tenaga kerja saat
bekerja dan dilingkungan kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya
terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.APD digunakan
setelah semua usaha rekayasa (engineering) dan cara kerja yang aman (working
practice) dilakukan maksimal.
APD akan diberikan kepada pekerja berdasarkan kebutuhan. Perkiraan bahaya
dan Pedoman Penggunaan APD dapat dilihat pada table.

Tabel 2.2 Perkiraan Bahaya di Tempat Kerja

BAGIAN CONTOH ALAT CONTOH BAHAYA DI


TUBUH PELINDUNG DIRI TEMPAT KERJA

Kepala Helm Benda Jatuh


21

Muka Pelindung Muka Obyek terbang

Mata Kaca mata Obyek terbang

Tangan Sarung Tangan Kontak dengan bahan


kimia, benda tajam

Kaki Safety Shoes Kontak dengan benda


tajam

Telinga Sumbat Telinga Suara mesin yang keras

Paru-Paru Masker, Respirator Debu, Fume, Gas

Gambar 2.9 Contoh APD Kepala


Sumber : http://www.artikelk3.com
Pemakaian topi pengamanan :
a. Tentukan di area mana pada lokasi kerja harus memakai topi pelindung.
b. Pastikan dipakai dengan benar. Ada berbagai jenis topi pengaman. Jika
mungkin pilih jenis yang sesuai untuk diri kita dan pekerjaan.
c. Beberapa jenis topi pelindung mempunyai kelengkapan tambahan,
termasuk bantalan lunak pada bagian dahi. Meskipun jenis ini lebih mahal
harganya tetapi lebih nyaman untuk dipakai sehingga membuat pekerja
tidak enggan untuk memakainya.
1) APD-Perlindungan kaki
Melindungi kaki dan resiko :
a. Benda yang jatuh ke kaki
22

b. Paku, atau benda tajam lainnya yang menusuk telapak kaki


c. Benda tajam yang melukai urat nadi kaki
Beberapa ketentuan mengenai APD Perlindungan kaki :
a. Pada industri ringan / tempat kerja biasa cukup dengan sepatu yang
baik.
b. Sepatu pelindung (safety shoes) dapat terbuat dari kulit, karet,
sintetik atau plastik.
c. Untuk mencegah tergelincir dipakai sol anti slip.
d. Untuk mencegah tusukan dipakai sol dari logam.
e. Terhadap bahaya listrik sepatu seluruhnya harus di jahit atau
direkat tak boleh memakai paku.
f. Harus memenuhi standard Internasional.
g. Harus memenuhi spesifikasi standard Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
h. Nyaman bagi penggunanya.
2) APD-Pelindung mata/muka
APD ini diperlukan untuk melindungi terhadap :
a. Benda-benda berterbangan, misalnya bila menggunakan alat
penanam paku.
b. Percikan, misalkan saat memotong dengan piringan.
c. Radiasi ultra violet saat pengelasan, diperlukan pelindung atau
penutup khusus.
d. Percikan bahan kimia.
e. Pekerjaan pengelasan, pemotong logam, menggerinda.

Gambar 2.10 APD Pelindung Muka/Mata


Sumber : http://www.artikelk3.com
23

3) APD-Pakaian kerja
Banyak kecelakaan terjadi saat orang pada posisi berbahaya tapi
tidak kelihatan. Penting untuk merencakan pekerjaan untuk menghidarkan
orang pada posisi yang demikian. Bila memungkinkan sediakan pakaian yang
terlihat mencorong, mudah terlihat.
Pakaian yang mencorong diperlukan antara lain bila pekerja :
a. Berhubungan dengan kendaraaan, misalnya harus memberi tanda
membantu pengerakan kendaraan, dan pekerja yang bekerja di
jalanan.
b. Agar mudah terlihat oleh sesama pekerja, misalnya pada pekerjaan
membatu operasi pengangkatan agar mudah terlihat oleh operator
alat angkatnya.
4) APD-Sarung tangan
Sarung tangan yang sesuai dapat melindungi terhadap debu
(misalnya semen), beton cair dan bahan pelarut yang dapat menyebabkan
penyakit kulit. Juga akan melindungi terhadap teriris dan tergores saat
menangani bata, besi dan kayu.

Gambar 2.11 Contoh APD Pelindung Tangan


Sumber : http://www.artikelk3.com
Terdapat beberapa jenis alat pelindung tangan (sarung tangan),
antara lain :
a. Sarung tangan kain
b. Sarung tangan plastik
24

c. Sarung tangan PVC


d. Sarung tangan karet
e. Sarung tangan kulit
f. Sarung tangan metal
g. Sarung tangan dingin (cold storage)
h. Sarung tangan Listrik (High Voltage)

2.5 Unsur-Unsur Organisasi Proyek


Unsur- unsur yang terlibat langsung di dalam proyek ini, pada dasarnya terdiri dari :
2.5.1 Pengguna Anggaran (Owner)
Pemilik dan atau pemberi tugas adalah instansi yang menyelenggarakan
pembanguan Negara yang di wakili oleh pimpinan proyek, sedangkan pimpinan
proyek yaitu pejabat yang ditetapkan pimpinan instansi yang menyelenggarakan
proyek tersebut.
Hak dan kewajiban pengguna anggaran adalah :
1. Menunjuk penyedia jasa ( konsultan dan kontraktor ).
2. Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan
yang telah dilakukan oleh penyedia jasa.
3. Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang
dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
4. Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
5. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia
jasa sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah
bangunan.
6. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan
secara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk
bertindak atas nama pemilik.
7. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).
8. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai
dilaksanakan oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan
apa yang dikehendaki.
25

2.5.2 Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas


Adapun tugas dan tanggung jawab konsultan perencana dan
konsultan pengawas antara lain :
a) Melakukan perencanaan struktural atas permintaan pengguna
anggaran secara keseluruhan sesuai dengan ide, batas-batas teknis
dan administrasi.
b) Menentukan standar dan peraturan struktur yang sesuai dengan
perencanaan sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan serta
menentukan spesifikasi teknis (persyaratan material dan peralatan,
serta metode kerja yang digunakan).
c) Memberikan penjelasan secara detail, baik kepada pengguna
anggaran maupun kepada kontraktor atas segala sesuatu yang
dianggap kurang jelas, meragukan atau yang dapat menimbulkan
masalah tertentu, khususnya yang menyangkut perencanaan demi
kelancaran dan kelangsungan proyek.
d) Bertanggung jawab atas seluruh perencanaan struktural yang dibuat,
perhitungan konstruksi maupun Rencana Anggaran Biaya (RAB).
e) Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan pekerjaan
yang akan dijadikan dasar dalam pengawasan di lapangan.
f) Mengawasi pemakaian bahan peralatan dan metode pelaksanaan,
serta mengawasi ketepatan waktu dan biaya pekerjaan.
g) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan dari segi kualitas dan memberikan
pengarahan - pengarahan kepada penyedia jasa.
h) Membuat laporan pelaksanaan pekerjaan fisik misalnya : laporan
harian, laporan mingguan, laporan bulanan, laporan kemajuan
pekerjaan dan laporan persoalan yang timbul / di hadapi.
2.5.3 Penyedia Jasa (Kontraktor Pelaksana)
Adapun tugas dan tanggung jawab Penyedia Jasa (Kontraktor Pelaksana)
antara lain :
26

1. Menyusun program kerja diantaranya: jadwal waktu pekerjaan, jadwal


pengadaan bahan dan jadwal penggunaan alat berat, sesuai dengan
item perkerjaan yang ada pada dokumen kontrak.
2. Melaksanakan pekerjaan persiapan di lapangan.
3. Melaksanakan pekerjaan fisik di lapangan sesuai dengan dokumen
pelaksanaan (dokumen kontrak).

2.6 Hubungan Kerja


Ketiga unsur proyek ini mempunyai hubungan kerja satu sama lain di dalam
menjalankan perananya masing- masing. Hubungan kerja yang ada dapat bersifat
ikatan kontrak, hubungan koordinassi ataupun perintah.
Hubungan antara pihak dalam penyelenggara pembangunan dapat
diskemakan seperti gambar berikut :

Pengguna Anggaran

Konsultan Perencana Penyedia Jasa


dan Konsultan (Kontraktor Pelaksana)
Pengawas
Gambar 2.12 Skema Hubungan Kerja Unsur Proyek
Dari skema bagan diatas dapat dijelaskan hubungan kerja diantara ketiga unsur
proyek tersebut sebagai berikut :
a) Pengguna Anggaran dan Konsultan Perencana
Diantara keduanya terdapat ikatan kontrak, dimana konsultan
perencana memberikan jasa perencanaan proyek yang meliputi masalah -
masalah teknis maupun administrasi kepada pengguna anggaran, dan
sebaliknya pengguna anggaran berkewajiban memberikan imbalan berupa
biaya perencanaan kepada konsultan perencana. pengguna anggaran
mempunyai hak memberi perintah kepada konsultan perencana.
b) Pengguna Anggaran dan Penyedia Jasa (Kontraktor Pelaksana)
27

Penyedia Jasa (Kontraktor Pelaksana) berkewajiban melaksanakan


pekerjaan proyek dengan baik dan memuaskan pada waktu penyerahan
pekerjaan. Sebaliknya pengguna anggaran berkewajiban untuk membayar
seluruh biaya pelaksanaan kepada Penyedia Jasa (Kontraktor Pelaksana) agar
proyek dapat berjalan dengan lancar.
c) Konsultan Perencana dan Penyedia Jasa (Kontraktor Pelaksana)
Konsultan Perencana terlebih dahulu menyampaikan perencanaan
pekerjaan proyek, sedangkan Penyedia Jasa (Kontraktor Pelaksana) bertugas
untuk melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan perencanaan Konsultan
Perencana. Tetapi diantara keduanya tidak terjadi hubungan perintah, tetapi
terdapat hubungan koordinasi.

You might also like