Flunarizine HCL PDF
Flunarizine HCL PDF
SOAL UJIAN
10.000 TABLET FLUNARIZINE HCl
Disusun Oleh
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I TINJAUAN FARMAKOLOGI ...................................................... 1
1.1 Golongan Obat ....................................................................... 1
1.2 Indikasi .................................................................................. 1
1.3 Mekanisme Kerja .................................................................. 1
1.4 Farmakokinetik ..................................................................... 1
1.4.1 Absorpsi ....................................................................... 1
1.4.2 Distribusi ..................................................................... 2
1.4.3 Metabolisme ................................................................ 2
1.4.4 Ekskresi ....................................................................... 2
1.5 Dosis dan Cara Pemberian .................................................... 3
1.6 Kontra Indikasi ..................................................................... 3
1.7 Efek Samping Dan Toksisitas ............................................... 3
1.8 Interaksi Obat ........................................................................ 4
BAB II ASPEK KIMIA DAN PREFORMULASI ..................................... 5
2.1 Tinjauan Umum Zak Aktif dan Aspek Klinis........................ 5
2.2 Analisis Bahan Baku.............................................................. 6
2.3 Validasi Metode Analisis Bahan Baku dan Sediaan.............. 10
2.4 Metode Analisis Sediaan ....................................................... 13
BAB III PENGEMBANGAN FORMULA ................................................ 16
3.1 Contoh Sediaan Yang Beredar Di Pasaran ............................ 16
3.2 Praformulasi Dan Alasan Pemilihan Obat ............................ 17
3.3 Formulasi, Metode dan Pembuatan Sediaan ......................... 27
3.4 Pengujian Stabilitas ............................................................... 32
3.5 Up Scalling ............................................................................ 33
BAB IV MANUFAKTUR DAN QUALITY CONTROL ............................ 36
4.1 Aspek CPOB Untuk Formula Yang Akan Dibuat ................. 36
4.2 Desain IPC ............................................................................ 45
4.3 Pemilihan Mesin Produksi .................................................... 54
4.4 Validasi Proses Produksi ..................................................... 58
4.5 Pengemasan .......................................................................... 62
4.6 Penyimpanan ......................................................................... 64
BAB V REGULASI DAN PERUNDANG-UNDANGAN ....................... 65
5.1 Registrasi .............................................................................. 65
5.2 Penandaan Sesuai Undang-Undang ....................................... 68
BAB VI INFORMASI OBAT ................................................................... 71
6.1 Pelayanan Informasi Obat ..................................................... 71
6.2 Brosur Obat............................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 73
ii
1
BAB I
ASPEK FARMAKOLOGI
1.2 Indikasi
Obat profilaksis untuk migrain klasik (dengan aura) atau migrain umum
(tanpa aura); pengobatan simtomatik vertigo vestibular (karena terdiagnosa
gangguan fungsional sistem vestibular) (Aberg, 2009).
1.4 Farmakokinetika
1.4.1 Absorpsi
Flunarizine hidroklorida diabsorpsi dengan baik di saluran pencernaan,
konsentrasi tunak plasma dicapai dalam waktu 2-4 jam setelah pemberian oral.
Flunarizine hidroklorida bersifat sangat lipofil dan lebih dari 90% terikat pada
2
protein plasma. Dalam kondisi (pH lambung tinggi) oleh reduksi asam lambung
akan menyebabkan bioavailabilitas flunarizine rendah. (Holmes et al, 1984).
1.4.2 Distribusi
Flunarizine terikat pada protein plasma > 99%. Volume distribusi Flunarizine
sekitar 78 L / kg pada subyek sehat dan sekitar 207 L / kg pada pasien epilepsi
menunjukkan distribusi yang luas ke dalam jaringan ekstravaskular. Obat cepat
melintasi sawar otak. Konsentrasi di otak sekitar 10 kali lebih tinggi dibandingkan
kadarnya pada plasma (Holmes et al, 1984)
1.4.3 Metabolisme
Flunarizine dimetabolisme di hati menjadi 15 metabolit. Flunarizne
dimetabolisme oleh CYP2D6 (Holmes et al, 1984). Jalur utama metabolisme
oksidatif dari Flunarizine adalah (Aberg, 2009):
1. Hidroksilasi aromatik pada cincin fenil dari gugus cinnamyl, menghasilkan 4-
hydroxyl-flunarizine
2. Dealkilasi oksidatif dari atom N pada posisi 1- dan 4- dari nitrogen piperazine,
menghasilkan berbagai metabolit primer dan sekunder.
1.4.4 Ekskresi
Flunarizine dieliminasi sebagai obat induk dan metabolit di feses melalui
empedu. Dalam waktu 24 hingga 48 jam setelah pemberian, sekitar 3% sampai
5% dari dosis yang diberikan. Flunarizine diekskresikan dalam tinja sebagai obat
induk serta metabolit dan <1% diekskresikan sebagai obat tidak berubah dalam
urin. Waktu paruh eleminasi sangat bervariasi, mulai dari 5 sampai 15 jam pada
sebagian besar subyek individu setelah dosis tunggal. Beberapa subyek
menunjukkan konsentrasi plasma flunarizine sekitar (> 0,5 µg / mL) untuk jangka
waktu yang lama (hingga 30 hari), mungkin karena redistribusi obat dari jaringan
lain. Konsentrasi plasma flunarizine mencapai keadaan stabil setelah sekitar 8
minggu beberapa dosis sekali sehari dan sekitar 3 kali lipat lebih tinggi daripada
yang diamati setelah dosis tunggal. Konsentrasi flunarizine kondisi tunak sangat
proporsional pada rentang dosis 5 mg sampai 30 mg (Holmes et al, 1984)
3
BAB II
ASPEK KIMIA & PREFORMULASI
A : Ikatan rangkap
B : Gugus Amin
C : Gugus Aromatik
D : Gugus ikatan rangkap
2. Reaksi klorida
Larutkan 25 mg zat dalam 2 ml metanol P dan tambahkan 0,5 ml air
P. Masukkan ke dalam tabung reaksi lalu tambahkan 0,2 g kalium dikromat P
dan 1 ml asam sulfat P. Tempatkan strip kertas saring yang mengandung
larutan difenilkarbazid P di atas mulut tabung reaksi. Kertas akan berubah
dari violet ke merah. Kertas tidak boleh kontak dengan kalium dikromat
(Council of Europe, 2004).
b. Penetapan Kadar
Titrasi Volumetrik
Analisis Flunarizine menggunakan titrasi potensiometri. Titrasi potensiometri
dapat digunakan untuk reaksi pengendapan, reaksi asam-basa, kompleksometri,
dan reaksi oksidasi reduksi dalam media air atau media bebas air. Dalam hal ini
perubahan potensial sel atau perubahan pH pada setiap penambahan pereaksi
diamati untuk mendapatkan lokasi titik ekivalen yang tepat pada kurva titrasi
potensiometri (Day, 1991).
Larutkan zat sebanyak 0,2 g ke dalam alkohol P. Lakukan titrasi
potensiometri menggunakan larutan natrium hidroksida 0,1 M. Catat volume
natrium hidroksida yang ditambahkan pada saat mencapai titik lonjakan ke dua.
1 ml Natrium hidroksida 0,1 M setara dengan 23.87 mg Flunarizine.
8
Keterangan :
C = kadar analit dalam sampel
S = kadar analit yang ditambahkan pada sampel
R1 = respon yang diberikan sampel
R2 = respon yang diberikan campuran sampel dengan tambahan analit
(Harmita, 2004).
11
(Harmita, 2004).
digunakan. Parameter lain yang harus dihitung adalah simpangan baku residual
(Sy). Simpangan baku residual dapat dihitung dengan :
Keterangan :
Q = LOD (batas deteksi) atau LOQ (batas kuantitasi)
K = 3 untuk batas deteksi atau 10 untuk batas kuantitasi
Sb = simpangan baku respon analitik dari blangko
Sl = arah garis linear (kepekaan arah) dari kurva antara respon terhadap
konsentrasi
Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis
regresi linier dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b
pada persamaan garis linier y = a + bx, sedangkan simpangan baku blanko sama
dengan simpangan baku residual (Sy/x.).
a. Batas deteksi (Q)
Karena k = 3 atau 10 Simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka :
13
(Harmita, 2004).
Metode KCKT dapat digunakan untuk analisis tablet Flunarizin HCl dengan
kondisi analisis, sebagai berikut:
1. Metode analisis flunarizine dihidroklorida tablet menggunakan detektor
Photodioda Array (PDA).
2. Uji akurasi : Tablet uji flunarizine dihydrochloride dibuat dalam beberapa
konsentrasi yaitu (9.6, 10.8, 12.0, 13.2, and 14.4 mg)
3. Larutan baku :Timbang saksama flunarizine dihidroklorida (20,0 mg) dalam
lalu dilarutkan metanol (10,0 mL). Larutan standar disiapkan dari larutan stok
dengan pengenceran methanol.
4. Ekstraksi sampel : Dua puluh tablet ditimbang seksama dan dihitung berat
rata-rata. Serbuk tablet yang halus dan beratnya setara dengan tablet kelima
(setara dengan 2,4 mg flunarizine dihidroklorida) lalu dipindahkan ke dalam
labu volumetrik 10.0 mL yang telah berisi methanol sebanyak 9 mL,
diultrasonifikasi selama 15 menit, dan diencerkan menjadi 10,0 ml dengan
metanol. Larutan disaring dengan filter Millipore 0,45 mm sebelum
diinjeksikan ke HPLC (20 mL)..
5. Untuk uji linearitas : Flunarizine dihidroklorida (20,0, 30,0, dan 40,0 mg)
dilarutkan dalam metanol (10,0 mL) dan diencerkan masing-masing menjadi
100, 150, 200, 250, 300, 350, 400, dan 450 µg/mL dan masing-masing larutan
(20 mL) diinjeksikan ke HPLC
6. Sistem kromatografi:
Fase diam : LiChrospher 100 RP-18
Fase gerak: campuran metanol-ion 8+2 v/ v yang mengandung larutan garan
natrium 1-hexanesulfonic acid 5 Mm dan di-n-butylamine 20 Mm. Fase gerak
disaring dengan filter Millipore 0,45 mm, dan diultrasonifikasi selama 30
menit.
7. Untuk analisis kualitatif, eluen dipantau menggunakan detektor PDA pada λ
210-400 nm. Penghitungan dengan regresi linier dilakukan pada area puncak
λmax 254 nm, menggunakan kalibrasi setidaknya empat titik.
8. Validasi metode analisis : Metode divalidasi linearitas, homogenitas, batas
deteksi (DL), akurasi, dan jangkauan dengan metode Funk et al.. Presisi
15
dievaluasi dengan menganalisis enam ekstrak berbeda dari tablet yang dibuat
di laboratorium yang mengandung tablet Flunarizine dihidroklorida. 6, 12.0,
dan 14.4 mg.
Gambar 1. Contoh Kromatogram HPLC flunarizine dihydrochloride (Sigma) menggunakan LiChrospher 100 RP-18 (Fase
diam) dan campuran methanol–ion 8+2 v/v (Fase gerak),dengan kecepatan aliran 0.7 mLmin_1. (A) HPLC chromatogram
at 254 nm, (B) Contour plot of the HPLC chromatogram from 210 to 400 nm, (C) UV spectrum of flunarizine
dihydrochloride peak (Wiwin, 2003)
16
BAB III
PENGEMBANGAN FORMULA
ketersediaan tablet flunarizine untuk digunakan pasien berusia <65 tahun dan >65
tahun, maka tablet flunarizine dibuat dengan kekuatan sediaan 10 mg/tablet
sebanyak 10.000 tablet.
Metode pembuatan yang dipilih adalah metode granulasi basah dengan
alasan: Kandungan zat aktif dalam tablet yang begitu kecil, sehingga
memungkinkan rawan persebaran zat aktif yang tidak rata dan bisa saja terjadi
kehilangan (terbang bersama debu) saat dikempa apabila dikempa langsung.
Menurut penelitian Jakaria, et al tahun 2015 Flunarizine dihydrochlride tidak
memiliki masalah terhadap panas (dibawah titik lelehnya) dan tidak mengalami
hidrolisis. Berdasarkan fakta ini maka metode pembuatan tablet flunarizine dapat
digunakan metode granulasi basah. Keuntungan yang didapat dengan granulasi
basah, selain membaiknya aliran juga memperbaiki kompresibilitas. Hal ini
disebabkaan pengikat yang ditambahkan akan menyelimuti partikel secara
indiidal, sehingga ketika dikompres akan saling menempel. Dengan pembentukan
granul juga akan diperoleh distribusi zat yang baik dan mencegah segregasi
selama proses. Keuntungan lainnya granulasi basah mampu meminimalisir
keberadaan debu dalam proses pembuatan.
3.2.3 Monografi
a. Zat Aktif
1. Nama Obat : Flunarizine dihidroklorida
2. Struktur :
4. Laktosa monohidrat
Struktur
Stabilitas dan Stabil. Disimpan dalam wadah tertutup dan pada tempat
Penyimpanan kering
Inkompatibilitas Inkompatibel terhadap agen pengoksidasi kuat
(Rowe, et. al., 2009)
26
Karakteristik
Perhitungan
Bahan Untuk 1 Tablet Untuk 10.000
(mg) Tablet (g)
Flunarizine dihydrochloride 12,6 126
Sodium starch glycolate 8 80
MCC (Avicel pH 101) 53,1 531
Laktosa 38,59 385,9
PVP 3,18 31,8
Talk 2,83 28,3
Magnesium stearat 1,7 17
Total 120 120
3.5 Up Scaling
Scale up adalah sebuah pekerjaan yang mendapatkan hasil produksi yang
identik (jika memungkinkan pada skala produksi yang lebih besar berdasarkan
skala produksi yang telah ditetapkan sebelumnya. Peningkatan kapasitas produksi
berhubungan dengan peralatan yang secara fisik lebih besar dari peralaan produksi
yang digunakan sebelumnya.
Peningkatan skala dilalui dengan 3 tahap, yaitu:
1. Skala laboratorium
2. Skala pilot plant
3. Skala industri
Pilot Plant merupakan bagian dari industri farmasi dimana formula skala
lab diubah menjadi skala produksi dengan mengembangkan proses
manufakturnya. Scale up merupakan seni merancang prototype menggunakan data
yang didapatkan dari pemodelan produksi pilot. Studi pilot plan harus
menyertakan pendekatan formula untuk menentukan kemampuannya
mempertahankan skala batch dan modifikasi proses. Pilot plan juga harus
mencakup tinjauan dari berbagai peralatan pengolahan yang relevan untuk
menentukan yang paling kompatibel dengan formulasi serta paling ekonomis,
sederhana dan dapat diandalkan dalam memproduksi produk.
Skala pilot setidaknya berukuran 10% dari bets skala produksi (untuk
sedian oral solid: 10% atau 100.000 unit, diambil yang terbesar). Skala prouksi
merupakan ukuran bets yang digunakan dalam produksi rutin. Pada aplikasi
pembuatan tablet, proses scale up melibatkan kecepatan produksi yang berbeda
pada proses yang sebenarnya berasal dari unit volume yang sama (rongga die
dimana proses kompaksi berlangsung). Jadi proses scale up tablet melingkupi
trial batch, exhibit batches, dan validation batch. Setelah itu bets diproduksi
dalam skala yang lebih besar.
Flowability biasanya menjadi isu pada proses scale up. Karakter serbuk
dapat dibedakan berdasarkan pada pola berikut:
BAB IV
MANUFAKTUR & QC
4.1.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan
37
kontaminan yang ada di ruangan diserap keluar oleh Air Handling Unit
(AHU).
Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan di
mana terdapat bahan baku dan bahan pengemasan primer, produk antara atau
produk ruahan dibuat halus, bebas retak, tidak melepaskan partikulat serta
mudah dibersihkan. Konstruksi lantai di area pengolahan dibuat dari bahan
kedap air, permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat
dan efisien apabila terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di
area pengolahan berbentuk lengkungan.
c. Area penyimpanan
Tempat penyimpanan barang di gudang yaitu ruangan dengan suhu di bawah
25°C yang terbagi atas
- Ruang penerimaan
Merupakan tempat yang digunakan untuk menerima dan menyimpan
barang yang datang. Di ruang ini terdapat pallet changer untuk
menukar palet kayu (biasanya dari vendor) dengan menggunakan palet
plastik.
- Ruang penyimpanan
Untuk penyimpanan starting material (bahan baku dan bahan pengemas)
dengan rak penyimpanan starting material tersusun dan dibedakan
antara penyimpanan bahan baku dan bahan pengemas
d. Area pengawasan mutu
Laboratorium pengawasan mutu terpisah dari area produksi dengan luas
ruang yang memadai untuk mencegah campur baur. Disediakan tempat
penyimpanan yang luas dan memadai untuk sampel, baku pembanding,
pelarut, pereaksi dan catatan.
e. Sarana pendukung
Ruang istirahat dan kantin dipisahkan dari area produksi dan laboratorium
pengawasan mutu. Toilet tidak boleh berhubungan langsung dengan area
produksi atau area penyimpanan. Ruang ganti pakaian berhubungan langsung
39
dengan area produksi namun letaknya terpisah. Letak bengkel perbaikan dan
perawatan peralatan terpisah dari area produksi
4.1.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya
berdampak buruk pada mutu produk (BPOM, 2012).
4.1.6 Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (BPOM, 2012).
- Melakukan pengadaan bahan awal dengan mencatat penerimaan, pengeluaran
dan jumlah bahan tersisa dengan keterangan mengenai pasokan, nomor
batch/lot, tanggal penerimaan, tanggal pelulusan, dan tanggal daluarsa. Bahan
awal yang diterima, dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk
pemakaian oleh kepala bagian pengawasan mutu.
- Mencegah terjadinya pencemaran silang dengan menyediakan penghisap
udara serta menggunakan pakaian pelindung yang sesuai pada areanya dan
melaksanakan prosedur pembersihan dan dekontaminasi yang terbukti efektif.
- Melakukan penimbangan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas,
produk antara dan produk ruahan dengan kapasitas, ketelitian dan ketepatan
alat timbang yang sesuai dengan jumlah bahan yang ditimbang.
- Semua bahan awal dan bahan pengemas yang dikembalikan ke gudang
penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan benar.
- Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan hendaklah diperiksa sebelum
dipakai.
- Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan diperiksa sebelum
digunakan. Peralatan digunakan setelah dinyatakan bersih secara tertulis.
- Mesin pencampur, pengayak, pencetak tablet ditempatkan dalam ruang
terpisah dengan dilengkapi dengan sistem pengendali debu.
- Pengawasan selama proses
- Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum
penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan.
41
4.1.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit dan Persetujuan Pemasok
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.
Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara
obyektif (BPOM, 2012).
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan, di samping itu, pada
situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi
penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya
dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan
dibuat program tindak lanjut yang efektif (BPOM, 2012).
42
4.1.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena
hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi
Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen
adalah sangat penting (BPOM, 2012).
2. Validasi
Tahapan dalam validasi dilakukan sekitar empat tahun sekali. Jadi selama
marker tidak berubah maka tidak diperlukan validasi. Masing-masing
mesin mempunyai jadwal validasi. Validasi dilakukan tiga run dengan
batch yang berbeda. Sebelum melakukan sampling, dibuatlah suatu
protocol description. Lalu, dilakukan point sampling terhadap peralatan
yang akan di validasi. Setelah itu, dibuatlah report mengenai sampling
yang telah dilakukan. Adapun yang divalidasi diantaranya adalah:
- Validasi mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang yang
digunakan dalam proses produksi tablet Flunarizine
- Validasi metode analisa yang digunakan untuk menganalisis bahan
baku, produk ruahan, produk antara hingga produk jadi
- Validasi proses produksi untuk menetapkan prosedur tetap dalam
produksi tablet Flunarizine
- Validasi proses pengemasan untuk menetapkan prosedur pengemasan
yang baik dan benar sehingga tidak mempengaruhi mutu produk obat.
- Validasi pembersihan untuk menetapkan prosedur tetap pembersihan
terhadap alat-alat yang digunakan dalam proses produksi.
45
Pola p :
Jika bahan homogen, diterima dari pemasok yang disetujui dan tujuan
utama adalah untuk pengujian identitas.
di mana:
p = 0,4 √ N
N = jumlah wadah yang diterima
p = jumlah wadah yang dibuka/diambil sampel berdasarkan
pembulatan ke atas
Pola r :
Jika bahan,
- diperkirakan tidak homogen dan / atau
- diterima dari pemasok yang belum dikualifikasi.
Pola r dapat digunakan untuk bahan yang berasal dari herbal (ekstrak)
yang digunakan sebagai bahan awal, di mana
r = 1,5 √N
N = jumlah wadah yang diterima / diambil sampel
r = jumlah sampel yang diambil berdasarkan pembulatan ke atas
Pola pengambilan sampel bahan pengemas harus memperhatikan hal-hal
seperti jumlah yang diterima, mutu yang dipersyaratkan, sifat bahan (misalnya
bahan pengemas primer, dan/atau bahan pengemas cetak), metode produksi dan
pengetahuan tentang pelaksanaan sistem Pemastian Mutu di pabrik pembuat
bahan pengemas berdasarkan audit. Jumlah sampel yang diambil hendaklah
ditentukan secara statistik dan disebutkan dalam pola pengambilan sampel
(BPOM, 2012).
Pengambilan sampel bahan awal dan bahan pengemas primer hendaklah
minimal dilakukan di dalam ruang pengambilan sampel yang setara dengan Kelas
kebersihan jenis proses produksi dan dilengkapi dengan dust extractor.
Pengambilan sampel hendaklah di bawah laminar air flow (LAF) dengan kelas
kebersihan minimal sama dengan jenis proses produksi.
47
4.2.3 Pengujian
a. Kadar Air
Merupakan jumlah massa yang hilang (air) selama proses pemanasan dengan suhu
tertentu. Kadar air diukur dengan pemanasan (gravimetri) menggunakan alat
seperti Moisture Balance.Kadar air yang baik 1%-2%.
Prosedur:
1. Timbang granul sebanyak 5 g (minimanl 2 g) di atas nampan logam
(aluminium)
2. Nyalakan alat, cek suhu pada 60-70oC
3. Penetapan kandungan lembab dapat diatur skalanya pada alat (% hilang atau g
hilang)
4. Penetapan dihentikan setelah dicapai angka konstan dan data yang dihasilkan
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
BJmampat - BJnyata
%K = BJmampat
x 100%
Gambar 8. Proses dan Alat Uji Otomatis Ukuran dan Bentuk Tablet (Ansel, 2014)
Pada umumnya % friabilitas yang dapat diterima adalah kurang dari 1%. Pada
proses pengukuran friabilitas, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit
dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Hal yang harus diperhatikan dalam
pengujian friabilitas adalah jika dalam proses terjadi tablet yang pecah atau
terbelah, maka tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil
pengukuran meragukan (bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus
diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya ditentukan nilai rata-rata dari ketiga uji
yang telah dilakukan.
51
Persyaratan umum yang biasa diterapkan: Q = 75% dalam 45 menit (Teori dan
Praktek Industri Farmasi, hal. 662)
Gambar 12. Prinsip dan Alat Uji Waktu Hancur (Ansel, 2014)
m. Pengemasan dan Penyimpanan Sediaan Akhir dan Alasannya
Sediaan akhir dikemas menggunakan strip berbahan PVDC (Polyvinylidene
Chloride) atau PVC (Polyvinyl Chloride). PVDC merupakan bahan kemas yang
tahan terhadap masuknya uap air dan gas ke dalam kemasan. PVC merupakan
bahan kemas yang tahan terhadap udara dan bersifat menghalangi uap air
(Packaging Specification, Purchasing, and Quality Control, hal. 208). Sesuai
dengan stabilitas penyimpanan senyawa eperison hidroklorida, sediaan tablet
eperison hidroklorida sebaiknya disimpan dalam keadaan kering dan tertutup
rapat (hindarkan dari paparan sinar matahari langsung). Suhu yang dianjurkan
54
Gambar 13. Perangkat Alat Frewitt Oscillator atau Fitz Mill (Ansel, 2014)
Oscillating Penyaring/
Granulator penghalus:
Mesh 1. Ukuran
Penyaring
Granul basah dari Pengeringan IV Alat 1. Waktu 1. Bilangan kuman
langkah III pengeringan 2. Suhu aliran udara 2. Perolehan hasil
Fluidbed masuk/keluar pengolahan
Dryer 3. Susut pengeringan
Granul kering dari Pengayakan V Oscillating 1. Ukuran 1. Produk degradasi
langkah IV Granul Granulator penyaringan 2. Ukuran partikel
Mesh 2. Penyetelan 3. Bulk density
3. Kecepatan 4. Tap density
5. Perolehan hasil
pengolahan
Granul saringan Lubrikasi dan VI Pengaduk 1. Waktu 1. Keseragaman kadar
dari langkah V Pencampuran 2. Kecepatan dalam granul
1.Mg-stearat Akhir pengadukan 2. Ukuran partikel
2. Talk 3. Volume dan masa 3. Bulk density
3. Sodium starch granul 4. Tap density
glycolate 5. Perolehan hasil
pengolahan
60
3. Daftar peralatan atau fasilitas yang digunakan termasuk alat ukur, pemantau
dan pencatat serta status kalibrasinya
Alat-alat yang akan digunakan harus dikualifikasi terlebih dahulu dan
dikalibrasi. waktu kalibrasi harus diperhatikan sehingga proses kalibrasi harus
terjadwal secara rutin.
4. Spesifikasi produk jadi untuk diluluskan
Tablet Flunarizine yang dihasilkan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Kadar tablet Flunarizine HCl adalah 12 mg (~ 10) mg/tablet
2) Bobot tablet Flunarizine HCl 120 mg.
3) Stabilitas tablet Flunarizine HCl sesuai dengan hasil uji stabilitas
5. Daftar metode analisis yang seharusnya
Metode analisis yang dilakukan terhadap tablet Flunarizine HCl adalah
penetapan kadar Flunarizine HCl dalam tablet. Metode analisis zat aktif dapat
menggunakan spektrofotometri IR,Spektrofotometri UV-Vis dan KCKT.
6. Usul pengawasan selama proses dan kriteria penerimaan
Selama proses berlangsung dilakukan proses IPC untuk memastikan semua
proses berjalan sesuai dengan yang ditentukan. Pada proses IPC ditetapkan
batas tindakan sehingga jika spesifikasi produk yang dihasilkan dari suatu
proses tidak memenuhi syarat maka produksi tidak dilanjutkan.
7. Pengujian tambahan yang akan dilakukan termasuk kriteria penerimaan dan
validasi metode analisisnya (bila diperlukan)
8. Pola pengambilan sampel (lokasi dan frekuensi)
Pola pengambilan sampel tablet Flunarizine HCl dilakukan pada lokasi
tertentu dan dengan frekuensi yang telah ditentukan. Dalam produksi 1 bets
61
minimal dilakukan pengambilan sampel pada tahap awal, tengah dan tahap
akhir.
9. Metode pencatatan dan evaluasi hasil
Hasil yang diperoleh dalam setiap proses dibuat dalam bentuk dokumen oleh
petugas yang berwenang. Dokumen validasi dapat disesuaikan dengan
Pedoman Operasional Petunjuk Pelaksanaan CPOB 2012.
10. Fungsi dan tanggung jawab
Proses validasi ini dilakukan oleh pertugas yang kompeten yang dibuktikan
dengan sertifikat pelatihan validasi dan disahkan oleh kepala bagian
Manajemen Mutu.
11. Jadwal yang diusulkan
Pelaksaan proses validasi dilakukan pada jadwal yang diusulkan
dan tetapkan oleh kepala bagian Pengawasan Mutu (CPOB, 2012).
62
4.5 Pengemasan
4.5.1 Kemasan Sekunder
Indications, Contraindications,
Side effects and attention
in brochures.
5 strip x 10 tablet
Coronal®10 Tablet
Flunarizine HCl 10 mg
Indikasi, kontraindikasi,
Efek samping dan DOKTER
perhatian
Dapat dilihat pada brosur
5 strips x 10 tablets
Coronal®10 Tablet
Flunarizine HCl 10 mg
DOKTER
Coronal®10
Tablet
Flunarizine HCl 10 mg
Coronal®10
Tablet
Funarizine HCl 10 mg
4.6 Penyimpanan
Tablet Flunarizine harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, di suhu
ruangan (dibawah 300 C) terlindung dari matahari dan kelembaban (Aberg, 2009)
65
BAB V
REGULASI DAN PERUNDANG-UNDANGAN
5.1 Registrasi
Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM No HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun
2011 tentang “Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat”, tablet Flunarizine HCl
5 mg ini termasuk dalam registrasi baru kategori 2 yaitu Obat Copy.
Tata laksana registrasi berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan No. HK.00.05.3.1950 untuk memperoleh izin edar terdiri dari:
1. Registrasi obat diajukan oleh pendaftar kepada Kepala Badan
2. Registrasi obat dilakukan dalam dua tahap, yaitu pra-registrasi dan
penyerahan berkas registrasi.
3. Penyerahan berkas registrasi dilakukan dengan menggunakan formulir
registrasi dan disket, dilengkapi dengan dokumen-dokumen penunjang
sesuai ketentuan yang berlaku
Prosedur registrasi obat dibagi menjadi dua tahapan, yaitu :
1. Pra-registrasi
a. Dokumen administratif yang dibutuhkan untuk pra-registrasi baru adalah
- Surat pengantar
- Sertifikat dan dokumen lain
- Dokumen pertimbangan penetapan jalur (untuk flunarizine 5 mg jalur
100 hari)
- Dokumen obat terkait paten (jika perlu)
b. Dokumen mutu yang dibutuhkan untuk pra-registrasi adalah :
- Ringkasan dokumen mutu
- Informasi tentang bahan bersumber hewan yang digunakan dalam
proses pembuatan
- Nama, alamat lengkap dan negara dari produsen yang terlibat dalam
seluruh proses pembuatan zat aktif
- Alur dan uraian proses pembuatan dari bahan baku sampai obat
- Hasil analisis bets bahan baku zat aktif dan obat
66
- Drug Master File dari produsen zat aktif untuk zat aktif yang belum
pernah digunakan untuk produksi obat yang disetujui di Indonesia
- Protokol validasi proses
- Protokol validasi metoda analisa
- Protokol uji stabilitas obat
- Data ekivalensi
- Site Master File (SMF) industri farmasi di luar negeri yang belum
mempunyai produk dengan persyaratan sama yang disetujui beredar di
Indonesia
c. Dokumen nonklinik (jika perlu)
d. Dokumen klinik (jika perlu)
2. Registrasi
Penyerahan dokumen registrasi terdiri atas :
a. Kelengkapan dokumen administratif dan informasi produk
- Dokumen administratif
- Informasi produk dan penandaan
b. Kelengkapan dokumen mutu
c. Kelengkapan dokumen nonklinik
d. Kelengkapan dokumen klinik
Pihak yang mengajukan pendaftaran obat harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Memiliki izin industri farmasi
b. Memiliki sertifikat CPOB yang masih berlaku sesuai dengan jeni dan
bentuk sediaan yang diregistrasi
67
ALUR REGISTERASI
*) Jalur evaluasi untuk tablet Flunarizine HCL 5 mg adalah 100 hari kerja, karena tablet Flunarizine HCL 5 mg termasuk kategori obat copy.
68
BAB VI
INFORMASI OBAT JADI
Coronal®10 Coronal®10
Tablet Tablet
Komposisi : Composition :
Tiap tablet mengandung Flunarazine HCl 10 mg Each tablet contains 10 mg of flunarizine HCl
Indikasi : Indication :
Profilaksis untuk migrain klasik atau umum. Pengobatan simptomatik vertigo vestibular. Prophylaxis for classic or common migraine. Symptomatic treatment of vestibular vertigo. Lack
Kurang konsentrasi dan bingung. Gangguan tidur dan memori serta iritabilitas. Kram otot, of concentration and confusion. Sleep disorders and memory, and irritability. Muscle cramps,
parestesia, ekstrimitas dingin, gangguan tropik. paresthesias, cold extremities, trophic disorders.
Dosis : Dose :
Dosis umum : 5-10 mg sehari The usual dose: 5-10 mg daily
Dewasa <65 : 10 mg sehari Adult <65: 10 mg daily
Dewasa >65 : 5 mg sehari Adult> 65: 5 mg daily
®
Coronal biasanya diberikan pada malam hari untuk meminimalisir efek sedatif. Coronal® usually given in the evening to minimize the effects of the sedative.
Kontraindikasi : Contraindication :
Hipersensitif terhadap flunarizine, depresi, parkinson atau kelainan ekstrapiramidal. Hypersensitivity to flunarizine, depression, Parkinson's or extrapyramidal effect.
Perhatian : Attention :
Depresi SSP, gejala ekstrapiramidal, migrain akut, pediatrik, ibu hamil dan menyusui. CNS depression, symptoms of extrapyramidal, acute migraine, pediatric, pregnancy and
lactation.
Penyimpanan :
Simpan di bawah suhu 300 C dan terlindung dari Cahaya Storage Condition at temperature of 300C and protected from light
HARUS DENGAN RESEP DOKTER ON MEDICAL PRESCRIPTION ONLY
No. Reg DKL 1620635610 A1 Reg No. DKL 1620635610 A1
No Batch 01160101 Batch No. 01160101
Manufacture date: Januari 2016 Manufacture date: January 2016
Expire date : Januari 2018 Expire date: January 2018
Diproduksi oleh : Manufactured By :
DAFTAR PUSTAKA
Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L., 2009,
Drug Information Handbook, 17th edition, Lexi-Comp for the American
Pharmacists Association
Ansel, H., Allen, L., Popovich, N., 2014, Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms
and Drug Delivery Systems, 10th Edition. Lippincott Williams & Wilkins,
Baltimore.
Badan POM. 2003. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor : HK.00.05.3.1950 Tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi
Obat. Jakarta.
Badan POM. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor : HK 03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011 Tentang Kriteria dan Tata
Laksana Registrasi Obat. Jakarta.
Badan POM. 2012. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor : HK.03.1.33.12.12.8195 tentang Penerapan Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Badan POM RI, Jakarta.
B. Holmes, R.N. Brogden, R.C. Heel, T.M. Speight, G.S. Avery, Flunarizine: A
Review Of Its Pharmacodynamic And Pharmacokinetic Properties And
Therapeutic Use, Drugs 27 (1984)
Chauhan, B.S., Jha R.K, Jaimini M, Sharma SK. 2014. Formulation And
Evaluation Of Immediate Release Tablets Of Flunarizine Di-
Hydrochloride. Journal of Biomedical and Pharmaceutical Research 3 (2)
pp 62-66.
Council of Europe, 2004. European Pharmacopeia Fourth Edition. Council Of
Europe, Strasbourg.
Day, R.A., Underwood, A.L. 1991. Quantitative Analysis, 6th edition. Prentice
Hall Internation, Inc., New Jersey.
Dean et al., 2000. Pharmaceutical Packaging Technology. London, Taylor &
Francis.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia , Jakarta.
Depkes RI. 1971. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
193/Kab/B.VII/71 Tentang Pembungkusan dan Penandaan Obat, Jakarta.
Depkes RI. 1986. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
02396/A/SK/VII/86 Tentang Tanda Khusus Obat Keras Daftar G. Jakarta.
Depkes RI.. 1977. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
197/A/SK/77 Tentang Pembungkusan dan Penandaan Obat Keras.
Jakarta.
Nafrialdi ; Setawati, A., 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Harmita, 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya,
Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.3, 17 – 135
ICH, 2003, Stability Testing of New Drug Substances and Products Q1A (R2),
http,// www.ich.org/LOB/media/MEDIA419.pdf, [diakses pada tanggal 5
74
Januari 2015].
Lachman, L, Lieberman, H, A, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Edisi III. Penerbit Universitas Indonesia, UI – Press. Jakarta.
Lacy, C. F., L. R Armstrong, M. P. Goldman, L. L. Lance (eds). 2007. Drug
Information Handbook. 17th ed. Hudson, Lexi-Comp
Malhotra and Sharma, 2015. Formulation, Evaluation and Estimation of
Propranolol Hydrochloride and Flunarizine Dihydrohloride Conventional
Tablets in Combined Dosage Form and Its Comparison with Marketed
Formulations. IJPSR, ; Vol. 6(3), 1200-1209.
Mills, T., Roberson, J.C., Matchett, C.C., Simon, M.J., Burns, M.D., Ollis Jr.,
R.J. 2006. Instrumental Data for Drug Analysis, 3th Edition, Volume 2.,
CRC Press, Boca Raton.
MIMS. 2014. MIMS Indonesia, Petunjuk Konsultasi. Edisi 14, 2014/2015.
Penerbit Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
Md. Jakaria, Abu Sayeed, Md. Areefu, H., and Md. Zobidul. 2015. In-vitro
comparative degradation study of different brands of Flunarizine
dihydrochloride tablet using UV Spectrophotometer. International Journal
of Pharmaceutical Chemistry Vol 05 (02)
Niazi, 2008, Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations:
Compressed Solid Products Volume I, CRC Press, Boca Raton.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J. and Quinn M., E. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients IV Edition. Lexi-Comp, American Pharmaceutical Association,
Inc., Washington.
Shilpi, C., Parveen, Devi, Nidhi. 2014. Pharmacological Profile Of Flunarizine: A
Calcium Channel Blocker. International Journal of Innovative
Pharmaceutical Sciences and Research. IJIPSR / 2 (6) 1260-1269.
Sweetman, Sean C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference. 36th ed.
Pharmaceutical Press, London.
Sweetman, S. C, BPharm, FRPharmS (ed). 2009. Martindale, The Complete Drug
Reference. 36th ed., Pharmaceutical Press, London.
The European Agency for the Evaluation of Medicinal Products. 2001. Note for
Guidance on Process Validation.Available online at
http,//www.ema.europa.eu/docs/en_GB/document_library/Scientific_guide
line/2009/09/WC500002913.pdf [diakses pada tanggal 5 Januari 2015].
USP 32 – NF 27, 2009 . United States Pharmacopeia and The National
Formulary.The United States Pharmacopeial Convention. Rockville.
Wiwin, F.K., Henny, C., Gunawan, I. 2003. HPLC Determination of Flunarizine
Dihydrochloride in Tablets and Its Validation. Journal of Liquid
Chromatography & Related Technologies Vol. 26, No. 7, pp. 1059–1067,