Pengaruh Motivasi
Pengaruh Motivasi
Abstract
In this study a problem that occurs is the implementation of motivation, training and job
satisfaction are ineffective for employees in Mirawati Sensi Idris, so that they are less than optimal
performance. This study aimed to test the Work Motivation, Training and Job satisfaction Effect
on Employee Performance in Mirawati Sensi Idris . The population in this study is that all
employees at Mirawati Sensi Idris which amounted to 103 employees. The sampling technique
used is census sampling technique, the sample set as many as 10 employees. This study uses a
quantitative approach, the data for this study were obtained through questionnaires
(questionnaire) which has been filled by the respondents who have been determined. Data analysis
method used is the method of multiple linear regression analysis. The results of the analysis of
Pearson correlation which shows that the correlation between motivation, training and job
satisfaction and performance of employees are in a strong relationship level, means that training
and motivation has a positive and significant relationship to the employee productivity variables.
While the coefficient of determination its meaning that motivation, training and job satisfatcion
has contributed of the employee's productivity.
Produktivitas kerja karyawan pada sebuah perusahaan merupakan masalah yang selalu
hangat dan tidak ada habis-habisnya untuk dibahas. Permasalahan yang terkait dalam produktifitas
juga merupakan isu strategis bagi perusahaan yang memprogram masalah sumber daya manusia.
Banyak aspek intenal dan eksternal yang mendukung terciptanya produktivitas kerja yang efektif
dan efisien dalam suatu perusahaan. Apalagi bila dikaitkan dengan masalah globalisasi yang
melanda saat ini yang dampaknya sangat kita rasakan.
Pelatihan menurut Rivai & Sagala (2014) adalah proses secara sistematis mengubah
tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan
kemampuan pegawai yang berorientasi dalam pelaksanaan pekerjaan saat ini agar berhasil dalam
melaksanakan pekerjaannya. Faktor kepuasan kerja pegawai sangat penting artinya bagi
perusahaan karena dengan adanya kepuasan bagi pegawai, diharapkan nantinya akan semakin
meningkatkan kinerja dan berimbas pada peningkatan produktivitas perusahaan secara
menyeluruh, atau dalam ilmu manajemen jasa dikenal dengan istilah “happy employee, happy
customer”, yang berarti sebelum memuaskan pelanggan, harus terlebih dahulu memberi kepuasan
bagi pekerja, sehingga pekerja pun akan dengan senang hati dan tulus ikhlas memberi pelayanan
yang optimal bagi customernya.
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan hal yang bersifat individual, setiap individual
memiliki tingkat kepuasan kerja yang berbeda-beda sesuai dengan keinginan dan sistem nilai yang
dianutnya (Handoko, 2000).
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa produktifitas dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang terkait dengannya, seperti penelitian yang dilakukan oleh Suharta (2007) yang
menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pelatihan dengan
produktivitas kerja Sumber Daya Insani (SDI) di Bank BNI Syariah Cabang Cirebon. Penelitian
yang dilakukan oleh Alimuddina (2012) menyimpulkan bahwa variable finansial dan kompensasi
non-finansial secara simultan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
produktivitas karyawan, dimana variabel yang dominah adalah kompensasi finansial.
Pada prinsipnya setiap permasalahan didalam mengelola perusahaan harus selalu secara
efisien dan efektif. Melihat masalah ini penulis akan mengungkapkan adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi peningkatan produktivitas kerja karyawan, langsung dengan membatasi pada hal
berikut:
Tujuan penelitian ini perlu ditetapkan agar nantinya pelaksanaan penelitian dapat lancar
sesuai dengan tujuan yang dimaksud sebelumnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Kepuasan Kerja
Menurut Davis dan Newstrom (1994), kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan
pegawai tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka. Kepuasan kerja pada umumnya
mengacu pada sikap seorang pegawai. Kepuasan kerja menunjukkan kesesuaian antara harapan
seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan. Kepuasan kerja menurut Handoko
(2001) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana
para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang
terhadap pekerjaannya. Ini nampak dalam sikap positip karyawan terhadap pekerjaan dan segala
sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.
Sementara itu Hasibuan (2013) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap emosional
yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja,
kedisiplinan, dan prestasi kerja. Menurut Luthans (2006) kepuasan kerja adalah hasil dari persepsi
karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilai penting.
Menurut Robbins & Judge (2008) kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan
seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Ada beberapa teori
kepuasan kerja yang dikemukakan para ahli diantaranya sebagai berikut :
Teori ini merupakan teori yang cukup terkenal yang dikembangkan oleh seorang psikolog
bernama Abraham Maslow pada tahun 1943. Dalam teori ini, Maslow mengembangkan tentang
bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia menjelaskan bahwa manusia membagi tingkat
kebutuhan mereka ke dalam lima kategori umum yang mempunyai tingkatan yang berbeda-beda.
Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, seseorang tidak lagi mendapat
motivasi dari kebutuhan tersebut. Selanjutnya, seseorang akan berusaha memenuhi kebutuhan ke
tingkat berikutnya. Maslow membagi tingkat kebutuhan manusia menjadi: (1) Kebutuhan
fisiologis : kebutuhan dasar, misalnya rasa lapar, haus, tempat berteduh, seks, tidur, oksigen, dan
kebutuhan jasmani lainnya. (2) Kebutuhan akan rasa aman : mencakup antara lain keselamatan
dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional. (3) Kebutuhan sosial: mencakup
kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, kasih sayang, diterima baik, dan persahabatan. (4)
Kebutuhan akan penghargaan: mencakup faktor penghormatan internal seperti harga diri, otonomi,
dan prestasi; serta faktor eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian.
Maslow menyatakan karyawan dapat dipuaskan oleh berbagai kebutuhan yang berbeda
tergantung pada posisi mereka dalam hierarki. Perusahaan dapat memuaskan karyawan pada
tingkat terendah hierarki dengan keamanan pekerjaan atau kondisi kerja yang aman. Jika
kebutuhan dasar karyawan dapat terpenuhi, maka karyawan memiliki kebutuhan lain yang harus
dipenuhi. Perusahaan dapat berusaha memuaskan karyawan dengan mengizinkan interaksi sosial
atau tanggung jawab lebih banyak.
Herzberg dan kawan-kawan mengembangkan teori Herzberg pada tahun 1959, untuk
mencari tahu hal-hal yang menjadi sumber kepuasan dan ketidakpuasan kerja. Ia mendasarkan
teorinya pada suatu penelitian pemuas kebutuhan dengan responden sejumlah 200 ahli teknik dan
Akuntan (Gibson, James, Ivancevich, Donelly, 1996) dalam (Noermijati, 2008). Didasarkan pada
hasil penelitian tersebut, Herzberg mencapai dua simpulan: Beberapa kondisi dari suatu pekerjaan
terutama menyebabkan ketidakpuasan para pegawai bila kondisi tersebut tidak ada. Namun hal
tersebut tidak membentuk motivasi yang kuat. Herzberg menyebut kondisi ini sebagai maintence
factor, karena kondisi itu diperlukan untuk memelihara tingkat kepuasan yang layak. Herzberg
menyebutkan sepuluh faktor pemeliharaan / hygiene factor sebagai berikut: kebijakan perusahaan
dan administrasi, supervisi, hubungan interpersonal dengan supervisor, hubungan interpersonal
dengan bawahan, hubungan dengan rekan kerja, gaji, keamanan kerja, kehidupan pribadi, kondisi
kerja, dan status.
Beberapa kondisi kerja membentuk tingkat motivasi dan kepuasan kerja yang tinggi.
Namun jika kondisi ini tidak ada, kondisi tersebut tidak membuktikan munculnya ketidakpuasan
(Gerstmann, 2001) dalam (Noermijati, 2008). Herzberg menjelaskan enam faktor motivator
sebagai berikut : prestasi, penghargaan, kenaikan pangkat, pekerjaan itu sendiri, pertumbuhan
pribadi, tanggung jawab.
Motivasi
Motivasi diartikan sebagai dorongan (driving force) yang dimaksudkan sebagai desakan
yang alami untuk memuaskan dan mempertahankan kehidupan. Mangkunegara (2014), bahwa
motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja karyawan.
Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau
tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif
terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja yang
maksimal. Salah satu teori motivasi yang terkenal adalah Hierarki Teori Kebutuhan Maslow
(Hierarchical of Needs Theory) (Robbins & Judge, 2014).
Menurut Mangkunegara (2010) ada 3 (tiga) aspek utama yang memengaruhi motivasi
kerja karyawan, yaitu:
Pelatihan
Pelatihan sebagai wahana untuk membangun Sumber Daya Manusia menuju era
globalisasi yang penuh dengan tantangan. Menurut Pasal 1 ayat 9 UU No. 13 Tahun 2003
Keternagakerjaan, pelatihan adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,
meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos
kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan
atau pekerjaan. Kebutuhan akan pelatihan merupakan kesenjangan antara kebutuhan akan
keterampilan serta pengetahuan yang tidak terpisahkan dengan pekerjaan yang dimiliki oleh
pekerja pada saat sedang berjalan. Kesenjangan ini harus dianalisis secara memadai guna
menetapkan dengan tepat pelatihan apa yang diperlukan. Beberapa tujuan dilakukannya pelatihan:
Untuk mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru agar menjadi kompeten.
Kemampuan menumbuhkan sikap empati dan melihat sesuatu dari “kacamata” orang lain.
Cara untuk mengukur variabel pelatihan ada 2 metode yang dapat digunakan yaitu On the
job Pelatihan dan Off the job Pelatihan.
On the job Pelatihan (OT) atau disebut juga dengan pelatihan dengan instruksi pekerjaan
sebagai suatu metode pelatihan dengan cara para pekerja atau calon pekerja pegawai yang telah
berpengalaman atau seorang supervisor.
Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja bukanlah berarti seberapa keras atau seberapa baik seseorang bekerja,
melainkan seberapa jauh seseorang menyukai pekerjaan tertentu. Kepuasan kerja berhubungan
dengan perasaan atau sikap seseorang mengenai pekerjaan itu sendiri, gaji, kesempatan
promosi atau pendidikan, pengawasan, rekan kerja, beban kerja, dan lain-lain. (Hughes, 2012)
Menurut Locke dalam Munandar (2006,p357), ciri – ciri instrinsik dari pekerjaan yang
menentukan kepuasan kerja adalah keragaman, kesulitan, jumlah pekerjaan, tanggung jawab,
otonomi kendali terhadap metode kerja, kemajemukan, dan kreativitas. Ada satu unsur yang dapat
dijumpai pada ciri – ciri instrinsik dari pekerjaan diatas, yaitu tingkat tantangan mental. Konsep
tantangan yang sesuai merupakan konsep yang penting. Pekerjaan yang menuntut kecakapan lebih
tinggi daripada yang dimiliki tenaga kerja, atau tuntutan pribadi tidak dapat dipenuhi tenaga kerja
akan menimbulkan frustasi dan akhirnya ketidakpuasan kerja.
3. Penyediaan
Motivasi (𝑋1 )
Pelatihan (𝑋2 )
Produktivitas pegawai
Kepuasan kerja (𝑋3 )
(Y)
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh motivasi terhadap produktivitas pegawai
Pelatihan sebagai wahana untuk membangun Sumber Daya Manusia menuju era
globalisasi yang penuh dengan tantangan. Menurut Pasal 1 ayat 9 UU No. 13 Tahun 2003
Keternagakerjaan, pelatihan adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,
meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos
kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan
atau pekerjaan. Kebutuhan akan pelatihan merupakan kesenjangan antara kebutuhan akan
keterampilan serta pengetahuan yang tidak terpisahkan dengan pekerjaan yang dimiliki oleh
pekerja pada saat sedang berjalan. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikembangkan hipotesis
sebagai berikut:
Kepuasan kerja bukanlah berarti seberapa keras atau seberapa baik seseorang bekerja,
melainkan seberapa jauh seseorang menyukai pekerjaan tertentu. Kepuasan kerja berhubungan
dengan perasaan atau sikap seseorang mengenai pekerjaan itu sendiri, gaji, kesempatan
promosi atau pendidikan, pengawasan, rekan kerja, beban kerja, dan lain-lain. (Hughes, 2012).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:
METODA PENELITIAN
Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu proses
pengumpulan dan analisis data penelitian. Dalam arti luas rancangan penelitian meliputi proses
perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Pada dasarnya rancangan penelitian merupakan
“blueprint” yang menjelaskan setiap prosedur penelitian mulai dari tujuan penelitian sampai
dengan analisis data. Pada penelitian ini mempunyai tujuan agar dapat mengetahui penyebab dari
satu atau lebih masalah yang menggambarkan hubungan sebab akibat dengan menggunakan studi
kausal karena peneliti ingin menemukan. Peneliti menggunakan studi kausal agar dapat
menyatakan bahwa variabel X mempunyai pengaruh dan penyebab terhadap variabel Y. Studi
kausal mengkondisikan tingkat intervensi peneliti berlebih (tinggi) dalam penelitian sehingga
menghasilkan situasi studi yang diatur (contrived setting).
Untuk itu, peneliti tertarik untuk menentukan hubungan kausal antara pengaruh
kompetensi, independensi, integritas, skeptisme profesionalisme, motivasi dan objectivitas
seorang Auditor terhadap kualitas audit.
Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab terjadinya perubahan atau
mempengaruhi timbulnya variabel terikat (dependen). Oleh karena itu, variabel ini disebut variabel
bebas (independent). Variabel dependen disebut variabel terikat adalah karena setiap variabel
independen akan mempengaruhi variabel terikat/independen.
Variabel Independen
Variabel-variabel independen yang akan diteliti oleh peneliti untuk menetukan ciri-ciri
seorang Auditor terhadap kualitas audit dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
Motivasi
Terry (dalam Moekijat, 2002) mendefinisikan motivasi sebagai keinginan di dalam seorang
individu yang mendorong ia untuk bertindak. Sedangkan menurut Panitia Istilah Manajemen
Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen, motivasi adalah proses atau faktor yang
mendorong orang untuk bertindak atau berperilaku dengan cara tertentu; yang prosesnya
mencakup: pengenalan dan penilaian kebutuhan yang belum dipuaskan, penentuan tujuan yang
akan memuaskan kebutuhan, dan penentuan tindakan yang diperlukan untuk memuaskan
kebutuhan
Pelatihan
ada umumnya setiap organisasi sering terjadi suatu kesenjangan antara kebutuhan
akan promosi tenaga kerja yang diharapkan oleh organisasi dengan kemampuan tenaga kerja
dalam merespon kebutuhan, organisasi perlu melakukan suatu upaya untuk menjembatani
kesenjangan ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan organisasi adalah melalui program
pelatihan. Melalui program pelatihan diharapkan seluruh potensi yang dimiliki dapat
ditingkatkan sesuai dengan organisasi atau setidaknya mendekati apa yang diharapkan
oleh organisasi. Berikut ini penjelasan beberapa ahli mengenai pengertian pelatihan: Menurut Jan
Bella dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia karangan Hasibuan (2003) “Pendidikan
dan Latihan sama dengan pengembangan yaitu merupakan proses peningkatan
keterampilan kerja baik teknis maupun manajerial. Pendidikan berorientasi pada teori,
dilakukan dalam kelas, berlangsung lama, dan biasanya menjawab why Latihan berorientasi
pada praktek, dilakukan di lapangan, berlangsung singkat, dan biasanya menjawab
how.”Menurut Pangabean (2004) “Pelatihan dapat didefinisikan sebagai suatu cara yang
digunakan untuk memberikan atau meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan
untuk melaksanakan pekerjaan sekarang ,Sedangkan pendidikan lebih berorientasi kepada
masa depan dan lebih menekankan pada peningkatan kemampuan seseorang untuk
memahami dan menginterpretasikan pengetahuan”.Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa pelatihan adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan dan
meningkatkan kinerja karyawan dalam melaksanakan tugasnya dengan cara peningkatan
keahlian, pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang spesifik yang berkaitan dengan
pekerjaan.
Kepuasan kerja
Kepuasan kerja bukanlah berarti seberapa keras atau seberapa baik seseorang bekerja,
melainkan seberapa jauh seseorang menyukai pekerjaan tertentu. Kepuasan kerja berhubungan
dengan perasaan atau sikap seseorang mengenai pekerjaan itu sendiri, gaji, kesempatan
promosi atau pendidikan, pengawasan, rekan kerja, beban kerja, dan lain-lain. (Hughes, 2012)
Locke dalam Luthans (2006) memberikan definisi yang menyatakan bahwa kepuasan
kerja adalah ”keadaan emosi yang senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian
pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang.” Dari defenisi kepuasan kerja di atas, penulis
menyimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah emosi atau perasaan positif yang muncul dari
persepsi karyawan mengenai pekerjaan yang mereka lakukan
Variabel Dependen
Produktivitas karyawan
Setiap perusahaan selalu berusaha agar karyawan bisa berprestasi dalam
bentuk memberikan produktivitas kerja yang maksimal. Produktivitas kerja karyawan
bagi suatu perusahaan sangatlah penting sebagai alat pengukur keberhasilan dalam
menjalankan usaha. Karena semakin tinggi produktivitas kerja karyawan dalam
perusahaan, berarti laba perusahaan dan produktivitas akan meningkat.
International Labour Organization (ILO) yang dikutip oleh Malayu S.P Hasibuan
(2005: 127) mengungkapkan bahwa secara lebih sederhana maksud dari produktivitas adalah
perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dan jumlah setiap sumber
yang dipergunakan selama produksi berlangsung.
Berikut adalah uraian mengenai profil responden yang dilihat dari beberapa karakteristik.
Jumlah karyawan yang dijadikan responden dalam penelitian ini sebanyak 10 responden.
Hasil penelitian
Kesimpulan:
Hasil perhitungan menunjukkan seluruh sig dari KS-Z > 0.05 sehingga kesimpulann
Hasil perhitungan menunjukkan sig dari KS-Z = 0.200 > 0.05 sehingga HO diterima dan
kesimpulannya Normalitas Terpenuhi.
UJI MULTIKOLINEARITAS
UJI AUTOKORELASI
Alpha 5%, k = 3, t = 10
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai DW yaitu 1.526 ada di daerah Inconclusive, maka pengujian
tidak menghasilkan sesuatu yang dapat disimpulkan.
UJI HETEROSKEDASTISITAS
a. Sig dari t untuk motivasi 0.634 > 0.05 Ho diterima (Tidak ada heteroskedastisitas)
b. Sig dari t untuk pelatihan 0.609 > 0.05 Ho diterima (Tidak ada heteroskedastisitas)
c. Sig dari t untuk kepuasan kerja 0.846 > 0.05 Ho diterima (Tidak ada heteroskedastisitas)
Kesimpulan :
Asumsi heteroskedastisitas terpenuhi karena semua variable diatas 0.05 yaitu Motivasi, Pelatihan,
dan Kepuasan Kerja.
Dari hasil pengolahan diperoleh R2 = 0.949 artinya bahwa variasi dari variable independent
(KEPUASAN KERJA, PELATIHAN, MOTIVASI) mampu menjelaskan variasi dari variable
dependent (PRODUKTIVITAS PEGAWAI) sebesar 94.9%. Sedangkan sisanya (100% - 94.9% =
5,1%) adalah variasi dari variable independent lain yang mempengaruhi PRODUKTIVITAS
PEGAWAI tetapi tidak dimasukkan dalam model.
UJI SERENTAK (F-TEST)
ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
Total 66522,500 9
Sig dari F = 0.000 < 0.05 Ho ditolak (Ha diterima) dapat disimpulkan bahwa secara
bersama-sama terbukti bahwa Kepuasan Kerja, Pelatihan dan Motivasi terbukti berpengaruh
negatif signifikan terhadap PRODUKTIVITAS PEGAWAI
B1 = 18,646 yang artinya motivasi berpengaruh positif terhadap produktivitas pegawai. Naiknya
motivasi pegawai akan menaikkan produktivitas pegawai sebesar 18,646 (Lolos uji teori)
Dengan nilai sig dari t = 0,376/2 = 0.188 > 0.05 maka Ho diterima sehingga secara statistik terbukti
pengaruh positif dari motivasi terhadap produktivitas pegawai tidak signifikan.
B2 = 5,017 yang artinya pelatihan berpengaruh positif terhadap produktivitas pegawai. Naiknya
pelatihan pegawai akan menaikkan produktivitas pegawai sebesar 5,017 (Lolos uji teori)
Dengan nilai sig dari t = 0.505/2 = 0.2525 > 0.05 maka Ho diterima sehingga secara statistik
terbukti pengaruh positif dari pelatihan terhadap produktivitas pegawai tidak signifikan.
B3 = 5,992 yang artinya kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas pegawai.
Naiknya kepuasan kerja pegawai akan menaikkan produktivitas pegawai sebesar 5,992 (Lolos uji
teori)
Dengan nilai sig dari t = 0.601/2 = 0.3005 > 0.05 maka Ho diterima sehingga secara statistik
terbukti pengaruh positif dari kepuasan kerja terhadap produktivitas pegawai tidak signifikan.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya(Y) dan dibuktikan dengan
nilai signifikansi diatas 0,05 dan nilai thitung > ttabel, maka dapat ditarik beberapa simpulan
sebagai berikut:
1. Rata-rata tingkat motivasi pegawai Kantor Mirawati Sensi idris berpengaruh signifikan
terhadap produktivitas kerja pegawai.
1. Untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja para pegawai, sebaiknya perusahaan juga
memperhatikan dan meningkatkan kesejahteraan para pegawainya dengan berpedoman pada nilai-
nilai syariah diantaranya berupa gaji yang adil sesuai dengan
2. Pihak manajemen perusahaan perlu melakukan evaluasi lebih mendalam seputar variabel-
variabel lainnya yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja pegawai agar dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan secara menyeluruh.
3. Pelatihan hendaknya diberikan secara berkesinambungan kepada setiap karyawan, akan lebih
baik jika pelatihan diberikan sejak awal penempatan karyawan agar karyawan dapat dengan mudah
menyesuaikan diri dengan pekerjaan barunya. Selain itu, pelatihan juga tetap diberikan kepada
karyawan lama untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas kerja. Sebelum dilaksanakannya
program pelatihan, sebaiknya identifikasi terlebih dahulu mengenai kebutuhan pelatihan apa yang
diinginkan karyawan sesuai dengan keterampilannya serta waktu pelaksanaan pelatihan yang
harus dijadwalkan secara efektif agar tidak terjadi perubahan secara tiba-tiba supaya tidak
memengaruhi kesiapan peserta pelatihan.
4. Motivasi kerja yang dimiliki oleh setiap karyawan merupakan salah satu hal yang sangat
berpengaruh dalam meningkatkan kinerja karyawan. Motivasi karyawan perlu ditingkatkan
dengan cara mendorong semangat kerja, meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan,
meningkatkan produktivitas, meningkatkan kedisiplinan, menciptakan suasana dan hubungan
kerja yang baik, serta meningkatkan rasa tanggung.
DAFTAR PUSTAKA
Rivai, Veithzal dan Sagala, Ella Jauvani (2014), Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk
Perusahaan, Ed. 3. Jakarta: PT Rajawali press
Robbins & Judge (2014). Perilaku Organisasi (Organizational Behavior), Ed.16. Jakarta: Salemba
Empat.
Rochaety, E. (2007). Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Sugiyono (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methode). Alfabeta : Bandung. Undang-
Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan