0% found this document useful (0 votes)
150 views31 pages

TK 4 Quality Improvement and Patient Safety (Manajemen)

This document discusses quality improvement and patient safety in healthcare. It defines quality improvement as providing efficient and effective services according to professional standards to achieve optimal patient health. It also discusses concepts of quality, the scientific approach, and teamwork as pillars of quality management. Measurement of service quality and efforts to improve quality, such as applying standards and guidelines, are explained. Patient safety goals and the role of hospital patient safety committees in reducing medical errors are also covered.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
150 views31 pages

TK 4 Quality Improvement and Patient Safety (Manajemen)

This document discusses quality improvement and patient safety in healthcare. It defines quality improvement as providing efficient and effective services according to professional standards to achieve optimal patient health. It also discusses concepts of quality, the scientific approach, and teamwork as pillars of quality management. Measurement of service quality and efforts to improve quality, such as applying standards and guidelines, are explained. Patient safety goals and the role of hospital patient safety committees in reducing medical errors are also covered.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 31

Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 1

QUALITY IMPROVEMENT AND PATIENT SAFETY

Yusriawati (R012181035)

Muhammad Al Amin (R012181016)

KELAS MANAJEMEN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN (PSMIK)

UNIVERSITAS HASANUDDIN
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 2

Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan izin dari-Nya
sehingga tugas ini dapat diselesaikan dengan baik tepat pada waktunya. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah atas Nabi Besar Muhammad SAW sebagai rahmatan lil alamin.
Makalah ini membahas tentang Quality Improvement & Patient Safety yang mana
referensinya diambil dari berbagai sumber baik berupa buku, jurnal-jurnal penelitian dan
sumber lainnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu
kritikan dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan tugas di masa yang
akan datang. Kami berharap makalah ini bisa menjadi sumber referensi dan memberikan
manfaat yang bagi para pembaca. Amin
Makassar, Agustus 2018

Penulis
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 3

Daftar Isi
Halaman Sampul ------------------------------------------------------------------------------------- 1
Kata Pengantar --------------------------------------------------------------------------------------- 2
Daftar Isi ----------------------------------------------------------------------------------------------- 3
A. Latar Belakang ----------------------------------------------------------------------------------- 4
B. Konsep Quality Improvement ------------------------------------------------------------------ 4
1. Definisi ----------------------------------------------------------------------------------------- 4
2. Pengukuran mutu pelayanan ---------------------------------------------------------------- 6
3. Upaya peningkatan mutu pelayanan -------------------------------------------------------- 7
C. Konsep Patient Safety ---------------------------------------------------------------------------- 13
1. Definisi ----------------------------------------------------------------------------------------- 13
2. International Patient Safety Goals ---------------------------------------------------------- 14
3. Peran Komisi Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) ---------------------------- 15
D. Fenomena Global/Nasional -------------------------------------------------------------------- 18
E. Tantangan ----------------------------------------------------------------------------------------- 19
F. Skenario dan Solusi Penyelesian Masalah ------------------------------------------------- 20
1. Skenario ---------------------------------------------------------------------------------------- 20
2. Solusi pemecahan masalah ------------------------------------------------------------------ 20
3. Pembahasan dan analisis akar masalah ---------------------------------------------------- 24
G. Kesimpulan --------------------------------------------------------------------------------------- 26
Daftar Pustaka ---------------------------------------------------------------------------------------- 29
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 4

Quality Improvement and Patient Safety

A. Latar Belakang
Saat ini isu penting dan global dalam pelayanan kesehatan adalah Keselamatan
Pasien (Patient Safety) yang mana merupakan salah satu indikator mutu suatu layanan
kesehatan. Patient safety juga digunakan sebagai standar penilaian akreditasi rumah sakit
dengan berpusat pada pasien (Patient Centered). Pelayanan kesehatan di rumah sakit
merupakan pemenuhan kebutuhan dan tuntutan dari pemakai jasa pelayanan (pasien) yang
mengharapkan penyembuhan dan pemulihan yang berkualitas dan penyediaan pelayanan
kesehatan yang nyaman dan aman. Pelayanan tidak lagi hanya berfokus pada kepuasan
pasien tetapi lebih penting lagi adalah keselamatan pasien (patient safety). Harapan
pelayanan professional yang bermutu tinggi yang berfokus pada keselamatan (safety) dan
kepuasan terlaksana (Budiono, Alamsyah, & Wahyu S, 2014).
Menurut (Kemenkes RI, 2011), setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi
yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien
disebut insiden keselamatan pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD),
Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), dan Kejadian Potensial
Cedera (KPC).
Di era 1990-an frekuensi dan besarnya insiden keselamatan pasien tak diketahui
secara pasti di Indonesia sampai berbagai Negara melaporkan dalam jumlah yang
mengejutkan pasien cedera dan meninggal dunia akibat medical error. Laporan tahun 2000
yang membuat resah Institute of Medicine (IOM) berjudul To Err Is Human: Membangun
Sistem Kesehatan yang Lebih Aman, mengektrapolasikan dan merangkum data dari dua
penelitian besar dan menyimpulkan bahwa hingga 98.000 pasien tewas setiap tahun karena
kesalahan medis, yang menegaskan bahwa kualitas perawatan yang buruk merupakan
masalah besar di Amerika Serikat (Cherry & Jacob, 2014).
Mempertimbangkan betapa pentingnya visi misi rumah sakit untuk mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan rumah sakit
untuk berusaha mengurangi medical error dan kesalahan pada pasien lainnya sebagai bagian
dari penghargaannya terhadap kemanusiaan.
B. Konsep Quality Improvement
1. Definisi
Menurut (Nursalam, 2016), derajat memberikan pelayanan secara efisien dan
efektif sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan yang dilaksanakan secara
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 5

menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan teknologi tepat guna dan
hasil penelitian dalam pengembangan pelayanan kesehatan/keperawatan sehingga
tercapai derajat kesehatan yang optimal disebut peningkatan mutu pelayanan (quality
improvement).
Untuk menggambarkan kegiatan yang terkait dengan quality management
(QM), banyak istilah yang umumnya dikenal seperti total quality management (TQM),
continuous quality improvement (CQI), perbaikan proses yang berkelanjutan, kontrol
proses statistik, dan performance imrovement (PI). Istilah itu sendiri tidak sepenting
prinsip-prinsip yang mereka emban: penilaian dan peningkatan proses kerja sambil
berfokus pada apa yang diinginkan dan dibutuhkan pelanggan. Pada dasarnya kualitas,
pendekatan ilmiah, dan “semua satu tim” adalah prinsip dari kualitas manajemen
(Cherry & Jacob, 2014).
a. Quality
Untuk memberikan apresiasi yang lebih baik tentang pentingnya ketiga pilar
QM ini, perspektif kualitas pelanggan harus dipertimbangkan, termasuk interaksi
pribadi yang mereka alami dengan personel organisasi di samping produk atau
layanan yang mereka terima. Produk atau layanan yang disediakan untuk pelanggan
tidak hanya terdiri dari item fisik atau pengalaman satu kali yang ditemukan
pelanggan, tetapi lebih dari semua layanan yang menyertainya. Organisasi
sebenarnya menyediakan "bundel" produk dan layanan kepada pelanggan untuk
memenuhi beberapa kebutuhan. Jika layanan dan produk atau hasil bersama
dianggap sebagai nilai yang baik, pengikut pelanggan setia akan dibentuk.
b. Scientific approach atau pendekatan ilmiah
Landasan kedua QM yaitu pendekatan ilmiah, menekankan bahwa untuk membuat
perbaikan yang signifikan dalam proses organisasi, keputusan harus didasarkan
pada data yang kuat, valid, dan orang yang mengelola proses harus memiliki
pemahaman yang jelas tentang sifat variasi dalam proses. Ingat bahwa proses adalah
serangkaian langkah terkait yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Sebagai contoh, langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan pesanan
obat baru dari saat pesanan diterima sampai obat diberikan kepada pasien adalah
suatu proses. Memahami variasi atau perbedaan dalam bagaimana langkah-langkah
proses dapat diselesaikan dan/atau variabel yang dapat mempengaruhi setiap
langkah dalam proses diperlukan untuk mengidentifikasi arah yang perlu dilakukan
upaya perbaikan.
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 6

Variasi penyebab umum dan variasi penyebab khusus adalah dua jenis variasi
dalam proses yang dapat terjadi. Proses yang menunjukkan variasi penyebab umum
stabil, dapat diprediksi, dan secara statistik terkendali. Proses yang menunjukkan
penyebab umum dan variasi penyebab khusus tidak stabil, tidak dapat diprediksi,
dan tidak dalam kendali statistik. Tindakan yang harus diambil untuk menerapkan
perbaikan di bawah setiap jenis variasi sangat berbeda.
c. All one tim atau semua satu tim
Landasan QM ketiga adalah fungsi tim yang efektif, yang mewujudkan prinsip-
prinsip kepercayaan pada orang-orang, memperlakukan semua orang di tempat
kerja dengan martabat, kepercayaan, dan rasa hormat, dan bekerja menuju situasi
win-win untuk semua pelanggan, karyawan, pemegang saham, pemasok, dan
mungkin bahkan komunitas yang lebih luas secara keseluruhan. Agar orang-orang
bekerja dengan cara ini, mereka harus percaya bahwa adalah kepentingan terbaik
mereka untuk bekerja sama, mereka harus lebih peduli dengan bagaimana sistem
secara keseluruhan beroperasi daripada mengoptimalkan wilayah kontribusi
mereka sendiri. Dengan kata lain, haru mengandalkan kerja sama dan kurang
bersaing oleh semua anggota tim.
2. Pengukuran mutu pelayanan
Mutu pelayanan menurut (Nursalam, 2016) dapat diukur dengan menggunakan tiga
variabel, yaitu:
a. Semua sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan misalnya tenaga,
dana, obat, fasilitas peralatan, teknologi, organisasi dan informasi adalah input.
b. Proses yaitu interaksi profesional antara konsumen (pasien dan masyarakat) dengan
pemberi pelayanan. Dalam melakukan tindakan medis/keperawatan harus selalu
mempertimbangkan nilai yang dianut pada diri pasien. Untuk meminimalkan resiko
terulangnya keluhan atau ketidakpuasan pada pasien lainnya maka dibuatlah
tindakan korektif. Tujuan program patient safety adalah untuk meningkatkan
keselamatan pasien dan meningkatkan mutu pelayanan. Pengembangan akreditas
dalam meningkatkan mutu rumah sakit dengan indikator pemenuhan standar
pelayanan yang ditetapkan Kementrian Kesehatan RI merupakan interaksi
profesional lainnya. Standar internasional untuk sistem manajemen kualitas yang
bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses pelayanan terhadap kebutuhan
persyaratan yang dispesifikasikan oleh pelanggan dan rumah sakit adalah ISO
9001:2000. Untuk menjamin bahwa tindakan medis/keperawatan yang dilakukan
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 7

telah didukung bukti ilmiah yang mutakhir maka keilmuan harus selalu
diperbaharui. Asas etika terhadap pasien selalu memperhatikan ketika berinteraksi
profesional, yaitu:
 Kepada manusia khususnya pasien, staf klinis dan nonklinis, masyarakat dan
pelanggan secara umum hendaklah berbuat hal-hal yang baik (beneficence);
 Kepada mmanusia jangan menimbulkan kerugian (non maleficence)
 Menghormati manusia baik hak otonomi, martabat, kerahasiaan, berlaku jujur,
terbuka, dan empati (respect for persons);
 Saat memberikan layanan hendaklah berlaku adil (justice)
c. Hasil pelayanan kesehatan atau pelayanan keperawatan, yaitu berupa perubahan
yang terjadi pada konsumen termasuk kepuasan dari konsumen adalah
output/outcome. Tidak bisa diketahui apakah input dan proses yang baik telah
menghasilkan output yang baik pula jika tidak mengukur hasil kinerja rumah
sakit/keperawatan.
3. Upaya peningkatan mutu
Berikut upaya-upaya dalam peningkatan mutu berdasarkan (Nursalam, 2016):
a. Dengan indikator pemenuhan standar pelayanan yang ditetapkan Kementrian
Kesehatan RI, rumah sakit berupaya meningkatkan mutu dan mengembangkan
akreditasi.
b. Untuk sistem manajemen kualitas yang bertujuan menjamin keseuaian proses
pelayanan terhadap kebutuhan persyaratan yang dispesifikasikan oleh pelanggan
dan rumah sakit, standar internasional yang digunakan adalah ISO 9001;2000.
c. Untuk menjamin bahwa tindakan medis/keperawatan yang dilakukan telah
didukung oleh bukti ilmiah yang mutkahir, maka keilmuan senantiasa diperbaharui.
d. Demi tercapai manajemen yang yang efisien dan efektif, Good coporate
governance yang mengatur aspek institusional dan aspek bisnis dalam
penyelenggaraan sarana pelayanan kesehatan dengan memperhatikan transparansi
dan akuntabilitas senantiasa di jalankan.
e. Sebuah kerangka kerja organisasi pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab
atas peningkatan mutu secara berkesinambungan dan bertujuan menjaga standar
pelayanan yang tinggi dengan menciptakan lingkungan yang kondusif serta
menjelaskan hal hal penting yang harus dilakukan seorang dokter dalam menangani
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 8

konsumennya (pasien dan keluarga) dikenal dengan Clinical governance yang


mana merupakan bagian dari corporate governance.
f. Membentuk persatuan strategis dengan rumah sakit lain baik di dalam atau luar
negeri. Sama halnya kerja sama tim yang baik maka kerja sama lintas sektor dan
lintas fungsi harus menjadi bagian dari budaya rumah sakit. Dengan falsafah
“bauran pemerintah-swasta (public-private mix) yang saling mengisi dan
konstruktif maka diharapkan budaya dikotomi pemerintah dengan swasta harus
diubah.
g. Agar tarif pelayanan bisa bersaing secara global, misalnya outsourching
investation, contracting out untuk fungsi tertentu seperti cleaning service, gizi,
laundry, peparkiran maka harus dilakukan evaluasi terhadap strategi pembiayaan.
h. Orientasi pelayanan. Acap kali terjadi benturan nilai, disatu pihak masih kuatnya
nilai masyarakat dominan bahwa rumah sakit adalah institusi yang mengutamakan
fungsi sosial. Sementara itu dipihak lain, etos para pemodal/investor dalam dan luar
negeri berasumsi bahwa rumah sakit adalah industri dan bisnis jasa, sehingga
orientasi mencari laba adalah hal yang legal..
i. Jika potensial negatif dapat dikendalikan maka orientasi bisnis dapat berdampak
positifnya. Contonya demi keuntungan finansial bagi pemberi layanan kesehatan,
tindakan medis yang berlebihan dan sebenarnya tidak bermanfaat bagi pasien
menciptakan peluang terjadinya manipulasi pasien. Untuk mengimbangi dua sistem
nilai yang dapat bertentangan, yaitu antara fungsi sosial dan fungsi bisnis maka
perlu mekanisme pembinaan etis.
Sedangkan menurut (Cherry & Jacob, 2014), peningkatan kualitas pelayanan dapat
dilakukan melalui peraturan dan akreditasi.
a. Dari jaminan mutu hingga manajemen mutu
Awalnya rumah sakit adalah beberapa organisasi yang berhubungan dengan
kesehatan yang pertama untuk secara serius mengeksplorasi nilai potensial dalam
mengadopsi pola kualitas total pada tahun 1980-an dan bergumul dengan model
jaminan kualitas yang lebih tradisional dibandingkan dengan peningkatan kualitas.
Para pemimpin perawatan kesehatan mulai mengakui bahwa peningkatan kualitas
tidak selalu merupakan pengganti untuk kegiatan jaminan kualitas yang ada,
melainkan pendekatan yang memperluas perspektif tentang kualitas dan karena itu
mereka memperkenalkan alat yang membantu memfasilitasi proses peningkatan
yang sebelumnya kurang dalam jaminan kualitas.
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 9

Tabel 1. Perbedaan antara jaminan kuliatas dan peningkatan kualitas


Quality Assurance Quality Improvement
Berorientasi inspeksi (deteksi) Berorientasi perencanaan (pencegahan)
Reaktif Proaktif
Koreksi penyebab khusus Koreksi penyebab umum
Tanggung jawab beberapa orang Tanggung jawab semua yang terlibat
dengan pekerjaan
Fokus yang sempit Lintas fungsional
Kepemimpinan tidak dapat Kepemimpinan aktif memimpin
diberikan
Pemecahan masalah oleh otoritas Pemecahan masalah oleh karyawan di
semua level

Kualitas perawatan kesehatan secara historis diukur melalui metode "inspeksi",


sering mengandalkan tinjauan retrospektif insiden pasien atau hasil yang merugikan
adalah cara lain untuk memikirkan perubahan ini dari jaminan kualitas ke QM.
Misalnya, tanggapan pasien yang merugikan terhadap suatu obat akan ditinjau
melalui audit jaminan kualitas dengan ulasan tentang keadaan sekitar satu peristiwa
merugikan ini. Pendekatan historis yang dapat mengatasi penyebab umum
penurunan kualitas perawatan dan mengarah pada pencegahan masalah dan
peningkatan perawatan ini berfokus pada insiden-insiden khusus daripada
peningkatan yang luas.
Berdasarkan Bliersbach (1992) dalam (Cherry & Jacob, 2014), sama pentingnya
dalam mendorong gerakan ini dari jaminan kualitas ke QM adalah penggabungan
prinsip-prinsip kualitas ke dalam standar dan persyaratan peraturan perawatan
kesehatan di awal 1990-an. Hampir semua lembaga akreditasi peraturan dan
sukarela sekarang membutuhkan QM dalam beberapa bentuk. Centers for Medicare
& Medicaid Services (CMS), yang mengelola program Medicare AS, memiliki
“persyaratan partisipasi” untuk fondasi kualitasnya, dan sebagian besar otoritas
lisensi negara juga telah mensyaratkan standar QM.
b. The Joint Commissions (Komisi Gabungan)
Lembaga akreditasi pertama yang merangkul prinsip peningkatan kualitas
dalam pengaturan berbasis rumah sakit salah satunya adalah The Joint Commission
(TJC). Secara sukarela, organisasi perawatan kesehatan mencari akreditasi TJC
untuk menunjukkan bahwa mereka telah mencapai "segel persetujuan emas/gold
seal of approval " dengan mengikuti standar kualitas dan keamanan yang ditetapkan
oleh TJC. Hari ini, TJC mengakreditasi lebih dari 19.000 organisasi perawatan
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 10

kesehatan termasuk rumah sakit, klinik rawat jalan, dan fasilitas perawatan jangka
panjang. Standar TJC membahas tingkat kinerja organisasi di bidang fungsional
utama seperti keselamatan pasien, hak pasien, perawatan pasien, dan pengendalian
infeksi. Akreditasi TJC sistem tidak hanya berfokus pada kemampuan organisasi
untuk menyediakan perawatan berkualitas tinggi yang aman tetapi juga
membutuhkan bukti kinerja aktual dan peningkatan berkelanjutan. Organisasi
perawatan kesehatan yang diakreditasi oleh TJC menerima status yang dianggap
secara otomatis memenuhi persetujuan dasar dari CMS.
JCI memberikan layanan akreditasi pada berbagai macam lembaga yakni:
1) Rumah sakit (hospitals)
2) Rumah sakit akademik medical center (academic medical centre hospitals)
3) Perawatan ambulatori (ambulatory care)
4) Laboratorium (laboratory)
5) Perawatan rumah (home care)
6) Pengasuhan jangka panjang (long term care)
7) Organisasi transportasi medis (medical transport organizations)
8) Pusat perawatan primer (primary care centers)
Standar JCI untuk rumah sakit dibagi menjadi dua bagian utama yaitu
perawatan yang berpusat pada pasien (Patient-Centered Standars) dan manajemen
organisasi perawatan kesehatan (Health Care Organization Management
Standards). Dari standar akreditas yang diterapkan Join Comission International
(JCI) terdapat beberapa kebijakan dan prosedur yang harus dipenuhi, hal itu
meliputi:
1) Kebijakan Umum Persurvey
2) Melamar Akreditas
3) Penjadwalan Survei dan Perencanaan Agenda Survei
4) Akurasi informasi dan Kebijakan yang tepat
5) Kebijkan biaya Akreditas
6) Survey umum kebijakan
7) Difokuskan kebijakan survey
8) Kebijakan survey ekstensi
9) Kebijakan survey valditas
10) Ancaman bagi kesehatan dan kebijakan keselamtan
11) Kebijakan kerahasiaan
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 11

12) Berisiko untuk denial dari kebijakan akreditas


13) Kebijakan umum dari postsurvey
14) Banding keputusan ketika JCI akreditas ditolak atau dicabut
15) Pelaporan persyaratan antara survey
16) Kebijakan kegiatan sentinel
17) Manajemen keluhan dan pemantauan kualitas
18) Proses akreditas renewal
19) Kefektifan dari kebijakan standar
20) Proses akreditasi keputusan.
Bagi lembaga atau organisasi yang telah terakreditasi maka dengan resmi
mendapatkan segel emas/gold seal JCI. Negara Indonesia merupakan satu dari 71
negara yang sudah dalam catatan akreditasi JCI dan terdapat 27 lembaga dari total
1046 lembaga yang terakreditasi JCI. Dari 27 lembaga Indonesia yang terakreditasi
diantaranya 15 lembaga swasta, 11 lembaga pemerintah dan 1 adalah lembaga
pemerintah lainnya (Joint Commission International, 2018).
Tabel 2. Daftar Lembaga/Organisasi di Indonesia yang terakreditasi JCI:
No. Nama Lembaga/Organisasi Lokasi Terakreditasi Sejak
1 Awal Bros Hospital Batam Batam 02 July 2014
2 Awal Bros Hospital Bekasi Bekasi 18 April 2014
3 Awal Bros Hospital Pekanbaru Pekanbaru 28 June 2014
4 Awal Bros Hospital Tangerang Tangerang 25 April 2014
5 Dr. Kariadi General Hospital Semarang 28 February 2015
6 Dr. Sardjito Hospital Jogyakarta 23 August 2014
7 Dr. Mohammad Hoesin Hospital, Palembang 03 December 2016
Palembang
8 Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar 18 October 2014
Hospital
9 Eka Hospital Tangerang 11 December 2010
10 Eka Hospital Pekanbaru Pekanbaru 01 March 2014
11 Fatmawati General Hospital Jakarta 14 December 2013
12 Harapan Kita Women and Jakarta Barat 08 August 2018
Children Hospital
13 JEC@Kedoya Eye Hospital Jakarta 09 May 2014
14 National Cardiovascular Center Jakarta 28 May 2016
Harapan Kita
15 RS Pondok Indah - Puri Indah Jakarta 16 March 2013
16 RS Pondok Indah-Pondok Indah Jakarta 08 April 2017
17 RS Premier Bintaro Tangerang 15 January 2011
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 12

Voluntarily
RS Premier Jatinegara - PT Withdrawn from
18 Jakarta
Affinity Health Indonesia Accreditation
(15 January 2011)
19 RS Premier Surabaya - PT Surabaya 06 March 2013
Affinity Health Indonesia
20 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung 16 April 2016
Bandung
21 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado 07 July 2018
Manado
22 RSUP Sanglah Bali 24 April 2013
23 RSUPN Dr. Cipto Jakarta 20 April 2013
Mangunkusumo
24 Rumah Salit Pusat Angkatan Jakarta 04 July 2014
Darat (RSPAD) Gatot Soebroto
25 Siloam Hospital Bali Bali 06 September 2017
26 Siloam Hospitals Kebon Jeruk Jakarta 13 August 2016
27 Siloam Hospitals Lippo Village Banten 19 September 2007

Jika diluar negeri ada JCI maka di Indonesia lembaga yang berwenang terkait
akreditasi adalah Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) dimana
standar pelayanan berfokus pada pasien untuk meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien dengan pendekatan manajemen risiko di Rumah Sakit. Selain
itu standar lain dari SNARS adalah Sasaran Keselamatan Pasien, Standar
Manajemen Rumah Sakit, dan Program Nasional (Komite Akreditasi Rumah
Sakit, 2017).
Menurut (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2017), akreditasi
dilaksanakan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang berasal dari
dalam atau luar negeri. Dalam pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Akreditasi Rumah Sakit menyebutkan bahwa pengaturan akreditasi bertujuan
untuk:
1) Meningkatkan mutu pelayanan dan melindungi keselamatan pasien rumah
sakit.
2) Meningkatkan perlindungan bagi masyarakat, sumber daya manusia di rumah
sakit dan rumah sakit sebagai institusi.
3) Dalam bidang kesehatan mendukung program pemerintah.
4) Meningkatkan profesionalisme rumah sakit Indonesia di mata internasional
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 13

c. Ukuran Inti
TJC memperkenalkan ORYX pada tahun 1997 yang merupakan suatu
pengukuran kinerja dan inisiatif perbaikan, sebagai bagian dari proses akreditasi.
Tujuan pengukuran ORYX ialah untuk mendukung organisasi dalam upaya
peningkatan kualitas mereka serta melengkapi proses akreditasi mereka. Pada tahun
2002, sebagai bagian dari inisiatif ORYX, rumah sakit terakreditasi mulai
mengumpulkan data pada ukuran kinerja “inti” standar, dan pada tahun 2004, TJC
dan CMS bekerja sama untuk menyelaraskan langkah-langkah saat ini dan masa
depan yang umum untuk kedua organisasi. Langkah-langkah standar ini sekarang
disebut sebagai Pengukuran Kualitas Rumah Sakit Nasional. melalui situs web TJC
di Quality Check (www.qualitycheck.org), data kinerja untuk rumah sakit di
seluruh negeri kini dilaporkan secara publik.
Bagi perawat hal ini penting untuk memiliki pengetahuan tentang langkah-
langkah inti karena mereka berada dalam posisi yang unik mendukung keseluruhan
manajemen perawatan pasien di sepanjang tinggal di fasilitas, bekerja secara
kolaboratif dengan profesional perawatan kesehatan lainnya untuk memulai
perubahan, dan pemantauan yang sedang berlangsung efektivitas perawatan yang
disediakan. Untuk informasi pengukuran kinerja lebih lanjut, perawat dianjurkan
untuk mengunjungi bagian dari situs web TJC (www.jointcommission.org).
C. Konsep Patient Safety
1. Definisi
Menurut (Nursalam, 2016), variabel yang digunakan untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berpengaruh pada pelayanan
kesehatan disebut patient safety. Dunia kesehatan mulai peduli pada isu patient safety
setelah kasus malpraktik banyak terjadi di seluruh dunia yang diwartakan melalui
beragam media cetak baik elektronik maupun jurnal-jurnal ilmiah terkenal.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691 menjelaskan bahwa keselamatan
pasien rumah sakit yang mencakup pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi menjadikan asuhan
pasien lebih aman. Selain itu, asuhan pasien yang lebih baik meminimalkan timbulnya
risiko dan mencegah terjadinya cedera akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Setiap kejadian yang tidak disengaja dan
kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 14

pada pasien disebut insiden keselamatan pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), dan Kejadian
Potensial Cedera (KPC) (Kemenkes RI, 2011).
2. International Patient Safety Goals
The Sentinel Event Alert Advisory Group dibentuk pada Februari 2002 untuk
memberikan saran kepada The Joint Commission (TJC) perihal pengembangan tujuan
keselamatan pasien nasional. Tujuan dari TJC keselamatan pasien nasional yaitu
menangani bidang-bidang khusus yang menjadi perhatian sehubungan dengan
keselamatan pasien bekerjasama dengan organisasi terakreditasi (Cherry & Jacob,
2014).
Berdasarkan (Joint Commission International, 2017) dan (Academy ACT,
2017) komponen dari International Patient Safety Goals (IPSG) terdiri dari:
a. Ketepatan mengidentifikasi pasien
Identifikasi dilakukan pada saat:
1) Pemberian obat, darah, atau produk darah
2) Pengambilan darah/spesimen pemeriksaan.
3) Sebelum melakukan tindakan/prosedur pelayanan
b. Peningkatan komunikasi yang efektif
1) Lakukan tehnik SBAR (Situation-Background-Analysis-Recomendation) untuk
pelaporan pelayanan verbal.
2) Lakukan TBK (Tulis Baca Konfimasi) untuk semua perintah verbal dan
pembacaan hasil pemeriksaan uji laboratorium yang kritis, dan beri tanda TBK
pada setiap dokumentasinya.
c. Waspada penggunaan obat HAM (High Alert Medication)
Penggunaan obat HAM harus minimal menggunakan 10 benar : benar pasien,
benar rute, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar pengkajian, benar informasi,
benar kadaluarsa, benar efek samping, dan benar dokumentasi.
d. Memastikan operasi yang aman (tepat prosedur, tepat lokasi dan tepat pasien
pembedahan)
e. Menurunkan resiko infeksi
Resiko infeksi bisa dikontrol dengan melakukan cuci tangan prosedural hands
rub/antiseptik berbasis alkohol apa hands wash/menggunakan air mengalir dan
sabun.
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 15

f. Mengurangi risiko cedera pasien akibat jatuh


Penilaian resiko jatuh pada anak menggunakan Humpty Dumpty sedangkan
untuk dewasa menggunakan Metode Morse Fall. Penggunaan gelang berwarna
kuning dan papan penanda resiko jatuh wajib terpasang.
3. Peran Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPPRS)
Dalam pernyataan Siar Liam Donaldson, Chairaman WHO World Aliance for
Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007; dalam pelayanan kesehatan, keselamatan
pasien adalah hal yang harus diutamakan.
Sementara itu di Indonesia, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI), Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS), Komisi Akreditasi
Rumah Sakit (KARS) dan Departemen Kesehatan (Depkes), bekerja sama dengan
Becton Dickinson, melaksanakan "Road Show" sosialisasi tentang program
keselamatan pasien di 461 Rumah Sakit di 12 kota yang dilaksanakan sejak bulan Juni
sampai dengan Agustus 2006. Pada pelaksanaan ini telah disimpulkan bahwa
keselamatan pasien merupakan prioritas pelayanan kesehatan di berbagai rumah sakit.
Keselamatan Pasien dalam (Undang-undang RI, 2009) No 44 Tentang Rumah Sakit
Pasal 43:
a. RS wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien.
b. Standar Keselamatan Pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa
dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD).
c. RS melaporkan kegiatan ayat 2 kepada komite yang membidangi keselamatan
pasien yang ditetapkan Menteri
d. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) pada ayat 2 dibuat secara anonim dan
ditujukan untuk mengkoreksi sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan
pasien.
e. Ketentuan lebih lanjut mengenai keselamatan pasien ayat 1 dan ayat 2 diatur dengan
Peraturan Menteri Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/
Menkes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Pasal 6;
1) Setiap rumah sakit wajib membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(TKPRS) yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit sebagai pelaksana kegiatan
keselamatan pasien.
2) TKPRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada kepala
rumah sakit.
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 16

3) Keanggotaan TKPRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari


manajemen rumah sakit dan unsur dari profesi kesehatan di rumah sakit
4) TKPRS melaksanakan tugas:
a) Mengembangkan program keselamatan pasien di rumah sakit sesuai dengan
kekhususan rumah sakit tersebut;
b) Menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program keselamatan
pasien rumah sakit;
c) Menjalankan peran untuk melakukan motivasi, edukasi, konsultasi,
pemantauan (monitoring) dan penilaian (evaluasi) tentang terapan
(implementasi) program keselamatan pasien rumah sakit;
d) Bekerja sama dengan bagian pendidikan dan pelatihan rumah sakit untuk
melakukan pelatihan internal keselamatan pasien rumah sakit;
e) Melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden serta
mengembangkan solusi untuk pembelajaran;
f) Memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala rumah sakit dalam
rangka pengambilan kebijakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit; dan
g) Membuat laporan kegiatan kepada kepala rumah sakit.
Menurut (Komite Keselamatan Pasien, 2015), pelaporan insiden Eksternal ke
KKPRS dapat dilakukan melalui pengisisan formulir secara elektronik (e-reporting). E-
Reporting insiden 3 Eksternal diharapkan dapat meningkatkan budaya pelaporan
insiden RS ke KKPRS untuk dapat dianalisis dan ditindak lanjuti. Dengan penerapan
sistem pelaporan IKP maka rumah sakit dapat menjawab secara mantap pertanyaan
sebagai berikut : Apakah rumah sakit anda dapat mendemonstrasikan bahwa pelayanan
rumah sakit anda lebih "safe"/aman dibandingkan tahun yang lalu?
a. Tujuan Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien
1) Tujuan Umum:
 Insiden Keselamatan Pasien menurun (KTD, KNC, dan KPC)
 Mutu pelayanan dan keselamatan pasien meningkat
2) Tujuan Khusus
Rumah sakit (internal):
 Pelaporan dan pencatatan insiden keselamtan pasien telah terlaksana.
 Teridentifikasinya penyebab insiden.
 Dapat memperbaiki pelaksanaan asuhan kepada pasien dimasa mendatang.
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 17

KPPRS (eksternal):
 Dapat menidentifikasi data nasional angka insiden keselamatan pasien
(KTD, KNC, KTP).
 Sebagai proses untuk pembelajaran untuk rumah sakit lain dalam
peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
 Pembentukan langkah yang tepat dalam keselamatan pasien untuk Rumah
Sakit di Indonesia.
b. Alur pelaporan
Alur pelaporan insiden keselamtan pasien dibedakan menjadi pelaporan internal
dan eksternal (Komite Keselamatan Pasien, 2015):
1) Alur Pelaporan Insiden Kepada Tim Keselamatan Pasien di RS (Internal)
a) Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD/KTC/KPC) di rumah sakit, wajib segera
ditindaklanjuti (dicegah / ditangani) untuk mengurangi dampak / akibat yang tidak
diharapkan.
b) Setelah ditindaklanjuti, segera membuat laporan insidennya dengan mengisi
Formulir Laporan Insiden pada akhir jam kerja/shift kepada Atasan
langsung.(Paling lambat 2x24 jam); diharapkan jangan menunda laporan.
c) Setelah selesai mengisi laporan, segera menyerahkan kepada Atasan langsung
pelapor. (Atasan langsung disepakati sesuai keputusan Manajemen :
Supervisor/Kepala Bagian/Instalasi/ Departemen/Unit).
d) Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko
terhadap insiden yang dilaporkan.
e) Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan
dilakukan sebagai berikut : (pembahasan lebih lanjut lihat BAB III)
Grade biru : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung, waktu maksimal 1
minggu.
Grade hijau : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung, waktu maksimal
2 minggu
Grade kuning : Investigasi komprehensif/Analisis akar masalah/RCA oleh
Tim KP di RS, waktu maksimal 45 hari
Grade merah : Investigasi komprehensif/Analisis akar masalah/RCA oleh
Tim KP di RS, waktu maksimal 45 hari.
f) Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi
dan laporan insiden dilaporkan ke Tim KP di RS .
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 18

g) Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil Investigasi dan Laporan


insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan
(RCA) dengan melakukan Regrading.
h) Untuk grade Kuning/Merah, Tim KP di RS akan melakukan Analisis akar
masalah/Root Cause Analysis (RCA)
i) Setelah melakukan RCA, Tim KP di RS akan membuat laporan dan
Rekomendasi untuk perbaikan serta "Pembelajaran" berupa :
Petunjuk/"Safety alert" untuk mencegah kejadian yang sama terulang
kembali.
j) Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direksi 11.
Rekomendasi untuk "Perbaikan dan Pembelajaran" diberikan umpan balik
kepada unit kerja terkait serta sosialisasi kepada seluruh unit di Rumah Sakit
12. Unit Kerja membuat analisa kejadian di satuan kerjanya masing - masing
13. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim KP di RS.
2) Alur pelaporan insiden ke KKPRS-Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(eksternal)
Laporan hasil investigasi sederhana/analisis akar masalah/RCA yang terjadi
pada pasien dan telah mendapatkan rekomendasi dan solusi oleh Tim KP di RS
(internal)/Pimpinan RS dikirimkan ke KKPRS dengan melakukan entry data (e-
reporting) melalui website resmi KKPRS : www.buk.depkes.go.id
D. Fenomena Global/Nasional
Berdasarkan (Cherry & Jacob, 2014), laporan tahun 2000 yang mengkhawatirkan oleh
Institute of Medicine (IOM) berjudul To Err Is Human: Membangun Sistem Kesehatan
yang Lebih Aman, penulis mengekstrapolasikan dan merangkum data dari dua penelitian
besar dan menyimpulkan bahwa hingga 98.000 pasien tewas setiap tahun karena kesalahan
medis, yang menegaskan bahwa kualitas perawatan yang buruk merupakan masalah besar
di Amerika Serikat.
Dalam buku “Preventing Falls in Hospital. A Toolkit for Improving Quality of care”
(2013) menyebutkan di Inggris dan Wales, sekitar 152.000 kejadian jatuh dilaporkan di
rumah sakit akut setiap tahun, dengan lebih dari 26.000 dilaporkan dari unit kesehatan
mental dan 28.000 dari rumah sakit masyarakat Komariah, (2012) dalam (Suparna, 2015).
Pada tahun 2009 di pusat kesehatan militer AS yang merawat lebih dari 9 juta pasien dan
mencakup 63 rumah sakit dan 413 klinik di seluruh dunia salah satunya terdapat di Pusat
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 19

Medis San Antonio terdapat pasien yang mengalami pasca pembedahan terjadi komplikasi
pembedahan sebanyak 12% per 100 pasien (Col et al., 2017).
Dalam Kongres Persi XXI di Jakarta pada tanggal 8 November 2012 melaporkan
bahwa kejadian pasien jatuh di Indonesia pada bulan Januari sampai September 2012
sebesar 14%. Hal ini membuat persentasi pasien jatuh termasuk ke dalam lima besar insiden
medis selain medicine error menurut Komariah (2012) dalam (Suparna, 2015). Sejalan
dengan penelitian yang dilakukan (Budiono et al., 2014) pada tahun 2014 di Rumah Sakit
Unisma Malang, diperoleh bahwa kejadian jatuh masih menempati urutan ke empat dari
seluruh kejadian yang tidak diinginkan (KTD).
Menurut (Nursalam, 2016) kejadian injuri akibat kelalaian dalam patient safety di
rumah sakit yang sering terjadi di Indonesia adalah kejadian dekubitus, kesalahan pemberian
obat oleh perawat, pasien jatuh (patient fall), infeksi nasokomial, dan flebitis.
Penelitian yang dilakukan oleh (Pagala, Shaluhiya, & Widjasena, 2017) tentang
Perilaku Kepatuhan Perawat Melaksanakan SOP Terhadap Kejadian Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit X Kendari dengan 134 sampel diperoleh hasil 81 (60,4%) perawat tidak patuh
terhadap pelaksanaan SOP. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Sanjaya, Rosa, &
Ulfa, 2017) mendapatkan hasil bahwa hambatan pelaksana pencegahan pasien risiko jatuh
adalah kelengkapan SOP, penilaian harian/monitoring pengurangan risiko pasien jatuh
belum dilakukan dengan baik, penilaian awal pasien risiko jatuh di UGD.
E. Tantangan
Tantangan dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan (Quality Improvement) dan
Patient Safety (Dyan & Kusuma, 2014), (Komite Keselamatan Pasien, 2015), (Cherry &
Jacob, 2014), (Ellis & Hartley, 2012) adalah:
1. Regulatory standards. Ketidakpatuhan terhadap peraturan dan SOP tindakan dapat
menyebabkan kesalahan dalam memberikan pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan
yang kurang baik, masalah keselamatan, dan denda yang signifikan. saat ini di rumah
sakit daerah maupun swasta masih banyak tenaga medis khususnya perawat yang
melakukan tindakan tidak sesuai SOP dan bahkan beberapa rumah sakit belum
menerapkan dengan optimal SOP tindakan medis.
2. Financial challenges and hospital productivity. RS selalu dihadapkan dengan adanya
peningkatan biaya pelayanan kesehatan secara global & terus menerus. Tantangan
keuangan bagi RS berupa penggunaan teknologi invasif yang terlalu mahal, insentif
layanan perawatan yang murah dan implementasi perawatan yang rawan kesalahan
yang dapat merugikan pasien dan membuang uang. Tantangan tersebut memberi
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 20

tekanan tersendiri bagi organisasi pelayanan kesehatan untuk berbuat lebih baik tanpa
mengorbankan kualitas & tanggung jawab.
3. Maintaining patient safety. Setiap tahun diperkirakan 98.000 pasien tewas karena
kesalahan medis di Amerika Serikat dan pasien jatuh di Indonesia pada bulan Januari
sampai September 2012 sebesar 14%. Mengurangi kesalahan medis serta potensi risiko
lainnya sangat penting untuk memastikan kualitas pelayanan kesehatan yang tinggi dan
mempertahankan reputasi organisasi.
4. Application for (Evidanced Based Practice) EBP
Untuk mengurangi resiko dan mencegah cedera dalam upaya peningkatan keselamatan
pasien maka perawat dalam melakukan praktiknya baik itu di rumah sakit maupun di
dalam praktik mandiri setiap prosedur dalam upaya keselamatan pasien diperlukan
Evidance Based Practice. Aplikasi Evidanced Based Practice dalam meningkatkan
Patient Safety dapat mengidentifikasi dan memahami fenomena dan hubungan antar
fenomena yang terjadi, mengklarisifikasi hubungan antara fenomena dan
mengklarifikasi hubungan antar fenomena dan mengidentifikasi alasanan mengapa
peristiwa tertentu terjadi, dapat memperkirakan outcome atau hasil yang spesifik pada
situasi tertentu serta diharapkan perawat dapat mengontrol apabila outcome suatu
situasi bisa diprediksi, dan menentukan langkah selanjutnya untuk memberikan
intervensi yang akurat untuk keselamatan pasien.
F. Skenario dan Solusi Pemecahan Masalah
1. Skenario
Seorang pasien lansia (Ny.S) dengan perawatan partial care berumur 65 Tahun
dirawat di Ruangan Perawatan Rumah Sakit X. Pada saat keluarga hendak melihat
keadaan terkini pasien didapatkan pasien telah terjatuh dari tempat tidur. Sontak
keluarga langsung menghubungi perawat jaga. Berdasarkan hasil indentifikasi dan
pengkajian lanjut pada pasien diketahui bahwa klien tidak menggunakan penanda
resiko jatuh. Pada tempat tidur pasien tidak terdapat pagar pengaman. Disamping itu
juga, keluarga mengatakan bahwa belum pernah diberikan pendidikan kesehatan terkait
masalah resiko jatuh. Perawat di ruangan mengakui tidak pernah melakukan screening
risiko pasien jatuh. Setelah dikonfirmasi pada kepala ruang diketahui bahwa SK
Direktur tentang SPO manajemen risiko jatuh dan panduan manajemen resiko pasien
jatuh belum ada serta tidak pernah melakukan sosialisasi tentang pentingnya SPO dan
panduan manajemen resiko jatuh.
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 21

2. Solusi pemecahan masalah


Menurut (Cherry & Jacob, 2014) perangkat peningkatan proses dan
keterampilan dapat menggunakan berbagai jenis, seperti Diagram Alur (Flowcharts),
Bagan Pareto (Pareto Charts), Diagram Sebab-Akibat (Cause-and-Effect Diagrams),
dan Grafik Run (Run Charts). Semua perangkat tersebut pada dasarnya memiliki
kesamaan dalam langkah berikut:
a. Dengan jelas menganalisis dan memahami proses
b. Untuk meningkatkan aspek-aspek kunci dipilih dari proses
c. Untuk memandu tindakan peningkatan maka tetapkan target “uji coba”
d. Mengumpulkan dan merencanakan data
e. Menafsirkan hasil
f. Menerapkan tindakan perbaikan dan mengevaluasi keefektifan
Enam langkah tersebut akan sangat bermanfaat bagi perawat profesional dalam
memahami model peningkatan dan mengembangkan kemampuan untuk menerapkan
perangkat-perangkat peningkatan proses dan keterampilan.
Data primer dan data sekunder pada masalah Ny. S dalam skenario yang
diperoleh melalui observasi dan wawancara akan dianalisis menggunakan Diagram
Fishbone (Diagram Tulang Ikan) atau biasa dikenal juga Diagram Ishikawa. Setelah
melakukan konfirmasi akar masalah yang kemudian dijadikan sebagai dasar dalam
memilih alternative solusi yang akan dilakukan melalui Brain Storming dan Focus
Group Discuccion (FGD).
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 22
Procedure
i People

Petugas belum Petugas belum Belum ada Manajemen Risiko


melakukan screening melakukan screening panduan Pasien Jatuh belum
risiko pasien jatuh risiko pasien jatuh manajemen risiko
optimal
pasien jatuh

Jumlah petugas Belum ada pelatihan


terbatas khusus Belum ada SPO
risiko pasien jatuh

Turnover petugas tinggi

Mengurangi risiko
pasien jatuh
Belum ada evaluasi penerapan
Belum ada revisi SPO
SK panduan
Sarana penghalang
program dan SPO
pasien jatuh kurang
manajemen risiko
pasien jatuh Belum ada
sesuai JCI pelatihan dan
Belum ada penanda Belum ada edukasi
sosialisasi
risiko pasien jatuh untuk keluarga
pentingnya SPO
dan panduan
Policies manajemen risiko Plant/Equipment
pasien jatuh

Gambar 1. Diagram Fishbone analisis akar masalah belum optimalnya penerapan manajemen resiko jatuh
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 23

Tabel 3. Alternatif solusi belum optimalnya penerapan manajemen resiko jatuh di Rumah
Sakit X tahun 2018
Alternative Solusi
No Masalah Konfirmasi
Mengadakan Mengendalikan Mendeteksi
Mendapatkan revisi
Belum ada revisi SK SK Direktur
Direktur tentang SPO tentang SPO
- -
manajemen resiko manajemen resiko
pasien jatuh sesuai JCI pasien jatuh sesuai
1 Policies JCI
Melakukan
Belum ada sosialisasi
sosialisasi tentang
pentingnya SPO,
penerapan program - -
panduan dan kebijakan
manajemen resiko
manajemen resiko jatuh
jatuh
Menyusun SPO
Belum disusun SPO dan
dan Panduan
2 Procedure Panduan manajemen - -
manajemen resiko
resiko pasien jatuh
pasien jatuh
Merencanakan
Sarana penghalang sarana
resiko pasien jatuh - penghalang -
belum ada resiko pasien
jatuh
Membuat penanda
Belum ada penanda yang
pasien resiko jatuh
3 Plan digunakan pasien resiko - -
(gelang
jatuh
identifikasi)
Membuat leaflet,
Belum ada edukasi flipchart atau
untuk keluarga tentang poster edukasi - -
resiko pasien jatuh kepada pasien dan
keluarga
Memaksimalkan
Petugas belum
petugas untuk
melakukan screening - -
screening resiko
resiko pasien jatuh
pasien jatuh
4 People
Kemampuan petugas Melaksanakan
masih kurang, belum ada pelatihan
- -
pelatihan khusus resiko penerapan program
pasien jatuh dan SPO
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 24

3. Pembahasan dan Analisis Akar Masalah


Hasil identifikasi proses akar masalah manajemen risiko pasien jatuh belum
optimal terletak pada tingkat perencanaan, sehingga dalam menetapkan akar masalah
dilakukan dengan analisis tulang ikan (fishbone) atau Diagram Ishikawa. Hasil analisis
menunjukkan bahwa sistem manajemen belum berjalan karena belum ditunjang dengan
implementasi pada semua komponen yaitu pelaksana, standar operasional yang belum
ditetapkan serta sarana yang tidak adekuat.
Berdasarkan identifikasi akar masalah dengan menggunakan diagram tulang
ikan ditetapkan alternatif solusi pada tiap level masalah dengan tujuan menghilangkan,
mengendalikan dan mendeteksi permasalahan (Tabel 1). Sebagian besar solusi bersifat
baru karena belum ada atau upaya tersebut belum pernah dilakukan seperti penyusunan
prosedur standar yang didukung SK, sosialisasi, penanda risiko dan edukasi pada
keluarga.
a. Pembuatan Program dan Standar Prosedur Operasional Manajemen Risiko Pasien
Jatuh
Upaya yang dilakukan oleh peneliti beserta tim manajemen, khususnya tim
Keselamatan Pasien Rumah Sosialisasi dan pelatihan manajemen pasien risiko
jatuh Sakit (KPRS) adalah melakukan Focused Group Discussion dilakukan untuk
memberikan pengetahuan dan (FGD) yaitu diskusi bersama secara terfokus pada
topik pemahaman kepada petugas, khususnya perawat dalam penyusunan program
manajemen pasien jatuh. FGD dilakukan oleh peneliti beserta tim KPRS, berdiskusi
intensif dalam pembuatan program dan penyusunan masalah yang dapat dilakukan
pada tiap level akar standar prosedur operasional (SPO) serta intrumen yang
masalah, dengan tujuan untuk menghilangkan, digunakan dalam penerapan
program. Hasil FGD yang dilakukan oleh peneliti dan tim KPRS selama 2 pekan
yaitu tersusun dan di setujuinya pedoman pelaksanaan program kegiatan
manajemen risiko pasien jatuh, instrumen risiko jatuh, instrument identifikasi
pasien risiko jatuh berupa penyusunan form screening pasien risiko jatuh,
pembuatan penanda yang melekat pada diri pasien risiko jatuh (gelang identitas
berwarna kuning), pembuatan leaflet edukasi pasien dan keluarga tentang
penanganan risiko pasien jatuh, SPO pemasangan gelang identitas risiko jatuh, SPO
edukasi kepada pasien dan keluarga tentang risiko jatuh, SPO pengelolaan pasien
risiko jatuh, SPO pelaporan insiden kejadian pasien pelayanan keperawatan.
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 25

Program dan SPO yang telah tersusun kemudian di ajukan kepada direktur
untuk dikoreksi. Setelah dilakukan beberapa koreksi dan perbaikan maka direktur
memberikan disposisi untuk dilakukan proses pengesahan dengan dikeluarkannya
surat keputusan (SK) pelaksanan program manajemen risiko pasien jatuh dirumah
sakit. Peneliti dan tim KRS selanjutnya melakukan sosialisasi dan pelatihan
penerapan program manajemen risiko pasien jatuh kepada seluruh anggota tim
KPRS, para kepala ruangan dan kepala unit.
b. Sosialisasi dan pelatihan program nmanajemen risiko pasien jatuh
Sosialisasi dan pelatihan manajemen pasien resiko jatuh dilakuka untuk
memberikan pasien risiko jatuh dilakukan untuk memberikan pengetahuan dan
pemahaman kepada petugas, khususnya perawat dalam menunjang pelaksanaan
program manajemen risiko pasien jatuh. kegiatan sosialisasi dan pelatihan
dilaksanakan selama satu hari kerja dengan dihadiri oleh 23 peserta terdiri dari
anggota tim KPRS, kepala ruangan dan kepala unit, serta direktur.
Sosialisasi dan pelatihan dilakukan untuk mendorong partisipasi aktif dan
memberikan kesempatan pada peserta untuk belajar. Metode pelatihan yang
digunakan adalah: ceramah dan Tanya jawab dengan presentasi. Bahan ceramah
dikembangkan sesuai dengan pengalaman sehingga lebih praktis dan operasional.
Ada tiga sesi ceramah dan diberikan oleh tiga narasumber, dengan topic manajemen
risiko pasien jatuh sebagai titik tolak patien safety dalam menyonsong akreditas
rumah sakit versi 2012, pentingnya pedoman dan SPO manajemen risiko pasien
jatuh. dan cara melakukan screenig risiko pasien jatuh. dan cara pengisian form
screening risiko pasien jatuh. selanjutnya selam dua pecan, seluruh kepala ruangan
dan kepala unit melakukan sosialisasi dan mengajarkan kembali seluruh materiyang
didapat kepada seluruh staf diruangan dan sluruh unit masing-masing, sehingga
sluruh staf juga dapat mengetahui dan paham terhadap program yang dijalankan.
Pada dua pekan berikutnya mulai dilakukan penerapan manajemen risiko pasien
jatuh yang dalam pelaksanaannya dilakukan pemantauan oleh manajer keperawatan
dan Tim KPRS Rumah Sakit Islam Unisma Malang.
c. Pengadaan sarana edukasi pasien risiko jatuh
Pelaksanaan manajemen risiko pasien jatuh juga melibatkan keluarga atau
penunggu pasien, mengajak keluarga untuk terlibat dan berperan aktif dalam
pelaksanaan manajemen risiko pasien jatuh. dalam program ini petugas atau
perawat mengajarkan hal-hal atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 26

pasien terjatuh dalam bentuk kegiatan edukasi kepada pasien jatuh dengan dibantu
sarana berupa leaflet edukasi dilakukan oleh peneliti bersama tim KPRS melalui
proses diskusi. Setelah dilakukan penyususnan leaflet kemudian dilakukan proses
uji coba ini ada beberapa perbaikan terhadap materi dan isi dari leaflet tersebut
untuk selanjutnya dicetak.
d. Penerapan instrument dan standar prosedur operasional manajemen risiko pasien
jatuh
Pelaksanaan uji coba penerapan program manajemen risiko pasien jatuh
dilakukan selama dua pekan dengan menggunakan instrument yang telah disiapkan
dan berdasarkan standar prosedur operasional (SPO) diseluruh ruang rawat inap
rumah sakit islam unisma malang. Hasilnya perawat diruang rawat inap telah
melaksanakan manajemen risiko pasien jatuh sesuai pedoman dan SPO yang
diterapkan.
Pelaksanaan screening pasien risiko jatuh dilakukan oleh perawat dengan
menggunakan form screening pasien risiko jatuh terdiri dari tigaa yaitu morse fall
scale (MFS) untuk pasien dewasa. Humpty dumpy scale untuk pasien anak dan
ceklist pengkajian jatuh usia lanjut/orang tua. Pasien dengan hasil screening
berisiko jatuh akan diberikan penanda yang melekat pada diri pasien dengan
menggunakan gelang identitas risiko jatuh berwarna kuning. Hasil menunjukkan
bahwa selama 2 pekan penerapan instrument, perawat telah melakukan screening
pasien risiko jatuh terhadap pasien baru rata-rata sebesar 26,5% dengan trend
meningkat. Hal ini masih terlihat kecil disebabkan karena perawat belum terbiasa
melakukan screening pasien risiko jatuh dan sarana berupa gelang risiko belum
tersedia karena masih dalam proses pemesanan. Untuk sementara digunakan stiker
risiko jatuh yang ditempel pada gelang identitas pasien. Pelaksanaan program
manajemen risiko jatuh ditunjang dengan perencanaan ketersediaan sarana dan
prasarana pendukung yang memadahi dalam pemenuhan standar keselamatan
pasien (patient safety) seperti pemenuhan semua tempat tidur berpengaman bel di
tempat tidur.
G. Kesimpulan
Menurut (AHRQ_Agency for Healthcare Research & Quality, 2016) tentang kerangka
analitik yang paling berpengaruh adalah kerangka yang dikemukakan oleh Institute of
Medicine (IOM) untuk penilaian kualitas pengembangan sistem perawatan kesehatan di
sektor publik dan swasta. Sejalan dengan (Cherry & Jacob, 2014) bahwa enam dimensi
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 27

pelayanan mutu kesehatan bertujuan untuk perbaikan yang harus diikuti oleh setiap
individu dan kelompok yang terlibat dalam penyediaan perawatan kesehatan, termasuk
profesional perawatan kesehatan, publik dan pribadi perawatan kesehatan organisasi,
pembeli perawatan kesehatan, lembaga regulator dan organisasi, dan negara bagian dan
federal pembuat kebijakan. Keenam dimensi atau kerangka tersebut secara kolektif
disingkat menjadi STEEEP, yaitu:
1. Safe-Aman: Mencegah cedera pada pasien dari perawatan yang dimaksudkan untuk
membantu mereka
2. Timely-Tepat waktu: Mengurangi waktu tunggu dan kadang-kadang penundaan yang
berbahaya bagi mereka yang menerima dan mereka yang memberi peduli
3. Effective-Efektif: Menyediakan layanan berdasarkan pengetahuan ilmiah untuk semua
orang yang dapat memperoleh manfaat, dan tidak memberikan layanan kepada mereka
yang kemungkinan tidak akan mendapat manfaat
4. Efficient-Efisien: Mencegah limbah, termasuk limbah peralatan, persediaan, ide, dan
energi
5. Equitable-Kesetaraan: Memberikan perawatan yang tidak tidak bervariasi dalam
kualitas karena karakteristik pribadi, seperti jenis kelamin, etnis, lokasi geografis, dan
status sosial ekonomi
6. Patient centered-Pasien berpusat: Memberikan perawatan yang menghormati dan
responsif terhadap preferensi individu pasien, kebutuhan, dan nilai-nilai dan
memastikan bahwa nilai-nilai pasien memandu semua klinis keputusan
Disamping itu, untuk membantu membangun kerangka kerja agar mencapai desain
ulang yang signifikan dari sistem perawatan kesehatan, terdapat 10 aturan sederhana untuk
memandu inisiatif perbaikan. Perawat profesional harus berfungsi sebagai model peran
untuk semua profesional perawatan kesehatan, pengasuh, dan administrator dalam
mempraktekkan 10 aturan berikut (Cherry & Jacob, 2014):
1. Perawatan didasarkan pada hubungan penyembuhan berkelanjutan. Pasien harus
menerima perawatan kapan pun mereka membutuhkannya dan dalam berbagai bentuk,
termasuk kunjungan tatap muka, melalui Internet, melalui telepon, dan dengan cara lain
sesuai kebutuhan.
2. Perawatan disesuaikan menurut kebutuhan dan nilai pasien. Sistem ini harus dirancang
untuk memenuhi kebutuhan yang paling umum, tetapi juga harus responsif terhadap
pilihan dan preferensi individu.
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 28

3. Pasien adalah sumber kontrol. Pasien harus diberikan informasi dan kesempatan yang
diperlukan untuk melatih tingkat kontrol yang mereka pilih atas keputusan perawatan
kesehatan yang mempengaruhi mereka.
4. Pengetahuan dibagikan, dan informasi mengalir bebas. Pasien harus memiliki akses
yang tidak terbatas pada informasi medis mereka sendiri dan pengetahuan klinis,
dengan dokter yang berkomunikasi secara efektif dan berbagi informasi.
5. Pengambilan keputusan berdasarkan bukti. Pasien harus menerima perawatan
berdasarkan pengetahuan ilmiah terbaik yang tersedia, dan perawatan tidak boleh
berbeda secara tidak logis dari klinisi ke klinisi atau tempat ke tempat.
6. Keamanan adalah properti sistem. Pasien harus aman; mengurangi risiko dan
memastikan keselamatan memerlukan perhatian yang lebih besar terhadap sistem yang
membantu mencegah dan mengurangi kesalahan.
7. Transparansi diperlukan. Sistem harus menyediakan informasi bagi pasien dan keluarga
yang memungkinkan mereka membuat keputusan berdasarkan informasi, termasuk
informasi yang menjelaskan kinerja sistem pada keamanan, praktik berbasis bukti, dan
kepuasan pasien.
8. Kebutuhan diantisipasi. Sistem harus mengantisipasi kebutuhan pasien daripada hanya
bereaksi terhadap kejadian.
9. Limbah terus menurun. Sistem tidak boleh membuang-buang sumber daya (yaitu,
persediaan, waktu dan tenaga profesional kesehatan) atau waktu pasien.
10. Kerjasama di antara dokter adalah prioritas. Secara aktif terlibat dalam kolaborasi dan
komunikasi untuk memastikan pertukaran informasi dan koordinasi perawatan yang
tepat.
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 29

Daftar Pustaka

Academy ACT. (2017). Service Improvement and Redesign tools SBAR communication tool
–situation, background,. NHS Improvement, 7. Retrieved from
https://improvement.nhs.uk/resources/sbar-communication-tool/
AHRQ_Agency for Healthcare Research & Quality. (2016). The Six Domains of Health Care
Quality _ Agency for Healthcare Research & Quality. USA: U.S. Department of Health
& Human Services. Retrieved from https://www.ahrq.gov/...patient-
safety/.../sixdomains.html%0A
Budiono, S., Alamsyah, A., & Wahyu S, T. (2014). Pelaksanaan Program Manajemen Pasien
dengan Risiko Jatuh di Rumah Sakit The Implementation of Patient Fall Risk
Management Program in Hospital, 28 (1), 78–83. Retrieved from
jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/519
Cherry, B., & Jacob, S. R. (2014). Contemporary Nursing Issues, Trends, & Management. (A.
Buxton, Ed.) (Sixth Edit). United Stated: Elsevier. Retrieved from
http://gen.lib.rus.ec/search.php?req=contemporary+issue+in+nursing&lg_topic=libgen&
open=0&view=simple&res= 25&phrase=0&column=def
Col, L., Maturo, S., Fs, U. M. C., Hughes, L. T. C., Usn, M. C., Kallingal, M. A. J. G., … Fs,
U. M. C. (2017). Improving Surgical Complications and Patient Safety at the Nation ’ s
Largest Military Hospital : An Analysis of National Surgical Quality Improvement
Program Data, 182(April), 1752–1756. https://doi.org/10.7205/MILMED-D-16-00220
Dyan, niken safitri, & Kusuma, H. (2014). Studi Deskriptif: Respon Psikologis Kehilangan
Keluarga Menurut Kubbler Ross Ketika Klien Stroke Terkena Serangan Pertama Kali di
RS Tugurejo Semarang. 2nd ADULT NURSING PRACTICE: USING EVIDENCE IN
CARE “Aplikasi Evidence Based Nursing Dalam Meningkatkan Patient Safety,” 34–42.
Retrieved from
http://eprints.undip.ac.id/44407/1/Proceeding_Semilnaskep2014_260614.pdf
Ellis, J. R., & Hartley, C. L. (2012). Nursing in Today’s World; Trends, Issues, and
Management (10th ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer Health.
Joint Commission International. (2017). International Patient Safety Goals (IPSG’s): Targeted
Solutions Tool, 517. Retrieved from
http://www.jointcommissioninternational.org/improve/international-patient-safety-goals/
Joint Commission International. (2018). JCI Accreditation Standards for Hospitals , 6 th
Edition Issued 8 January 2018 Explanation for Correction, (8 January 2018), 6–9.
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 30

Retrieved from https://www.jointcommission.org/accreditation/hospitals.aspx


Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2011).
Republik Indonesia. Retrieved from bprs.kemkes.go.id
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2017 Tentang Akreditasi Rumah Sakit, Persi § (2017). Republik
Indonesia. Retrieved from
http://www.pdpersi.co.id/kanalpersi/data/regulasi/permenkes/pmk342017_akreditasirs.p
df
Komite Akreditasi Rumah Sakit. (2017). Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 1–421. https://doi.org/362.11
Komite Keselamatan Pasien, R. sakit. (2015). Pedoman pelaporan insiden keselamatan pasien
(ikp). Retrieved from
www.pdpersi.co.id/kanalpersi/website_ikprs/content/pedoman_pelaporan.pdf%0A
Nursalam. (2016). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. (P. P. Lestari, Ed.) (Eds 5). Jakarta: Salemba Medika.
Pagala, I., Shaluhiya, Z., & Widjasena, B. (2017). Perilaku Kepatuhan Perawat Melaksanakan
SOP Terhadap Kejadian Keselamatan Pasien di Rumah Sakit X Kendari. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017 Peer, Vol. 12, 17.
https://doi.org/https://doi.org/10.14710/jpki.12.1.138-149
Sanjaya, P. D., Rosa, E. M., & Ulfa, M. (2017). Evaluasi penerapan pencegahan pasien berisiko
jatuh di Rumah Sakit. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat, 11(2), 107–115. Retrieved
from http://journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/article/download/6013/pdf_98
Suparna. (2015). Evaluasi penerapan patient safety risiko jatuh unit gawat darurat di rumah
sakit panti rini kalasan sleman. Retrieved from
etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68710/potongan/S2-2014-321689-title.pdf
Undang-undang RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, Pub. L. No. 44, 16 (2009). Republik Indonesia. Retrieved from
www.depkes.go.id/.../UU No. 44 Th 2009 ttg Rumah Sakit...%0A
Tugas Issue Kontemporer dalam Keperawatan 31

Tugas: MK Issue Kontemporer dalam Keperawatan


Dosen: Andi Masyitha Irwan, S.Kep. Ns., MAN., PhD

Quality Improvement and Patient Safety

Kelompok 4:

Yusriawati (R012181035)
Muhammad Al Amin (R012181016)

Kelas Manajemen
Program Studi Magister Ilmu Keperawatan (PSMIK)
Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin
Tahun 2018

You might also like