Uji Daya Tumbuh Stek Tanaman Alpukat (Perseaamericana Mill) DENGAN PEMBERIAN BIO ZPT URINE Kambing
Uji Daya Tumbuh Stek Tanaman Alpukat (Perseaamericana Mill) DENGAN PEMBERIAN BIO ZPT URINE Kambing
ABSTRACT
Alfian Nur NIM: 11,542,111,000,706. Growth Test for Avocado Cuttings (Persea Americana Mill) by
Bio PGR application of Goat Urine. Supervised by Imam Suhadi, SP., MSc and NaniRohaeni, SP.,
MP
Research was conducted on March up to May 2017. The research was conducted in Teluk
Rawa Street No 56 RT 01 South Sangatta Village, South Sangatta Sub-district, East Kutai
Regency, East Kalimantan Province. The Non factorial experiment based on the Completely
Randomized Design (CRD) was used with 4 levels treatment and 6 replication.Treatment of PGR
(A) namely: A0 = without treatment (control), A1 = goat urine concentration 100 cc L -1, A2 = goat
urine concentration 200 cc L-1, A3 = goat urine concentration 300 cc L-1. If the variance results are
significant (F count > F table 5%) or significantly (F count > F table 1%), then performed the least
significant difference (LSD) test level 5%.
The research results showed that (1) Bio PGR application of goat urine was significantly on
parameters of shoot growth percentage (%), number of shoots, and number of leaves aged 30
DAP, it showed a significant on parameters of shoot growth time (days) and number of leaf aged
60 DAP, but it’s showed non-significant on parameters of shoot length aged 30 and 60 DAP. (2)
Treatment of A2 (goat urine concentration 200 cc L-1) showed the best results on percentage of
shoot growth (100.00%), shoot growth time (6,61 days), number of shoots (8,50), and number of
leaves aged 30 and 60 DAP (4,78 strands and 7.00 strands).
Keywords:cuttings, avocado, goat urine
ABSTRAK
Alfian Nur NIM : 11.542.111.000.706. Uji Daya Tumbuh Stek Tanaman Alpukat (Persea
americana Mill) Dengan Pemberian ZPT Urine Kambing. Dibimbing oleh Imam Suhadi, SP., MSc
dan Nani Rohaeni, SP.,MP
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2017. Penelitian ini dilaksanakan
diJalan Teluk Rawa No 56 RT 01 Desa sangatta Selatan Kecamatan Sangatta Selatan Kabupaten
Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) non factorial dengan 4 taraf perlakuan yang diulang sebanyak 6
kali ulangan. Perlakuan ZPT (A) yaitu : A0 = tanpa perlakuan (kontrol), A1 = konsentrasi urine
kambing 100 cc.L-1,A2 = konsentrasi urine kambing 200 cc.L-1,A3 = konsentrasi urine kambing 300
cc.L-1. Bila hasil sidik ragam berbeda nyata (F hitung>F tabel 5 %) atau sangat berbeda nyata (F
hitung> F tabel 1 %), maka dilakukan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pemberian ZPT urine kambing menunjukkan
sangat berbeda nyata pada parameter persentase tumbuh tunas (%), jumlah tunas, dan jumlah
daun umur 30 HST, menunjukkan berbeda nyata pada parameter waktu tumbuh tunas (hari) dan
jumlah daun umur 60 HST, tetapi menunjukkan tidak berbeda nyata pada parameter panjang tunas
umur 30 dan 60 HST. (2) Perlakuan A2 (konsentrasi urine kambing 200 cc.L -1) menunjukkan hasil
terbaik pada persentase tumbuh tunas (100,00%), waktu tumbuh tunas (6,61 hari), jumlah tunas
(8,50), dan jumlah daun umur 30 dan 60 HST (4,78 helai dan 7,00 helai).
Kata Kunci: Stek, alpukat, urine kambing
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alpukat (Persea americana Mill) termasuk dalam famili tumbuhan Lauraceae yang
banyak tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Bagian yang dapat digunakan dari pohon
alpukat antara lain daging buah untuk dikonsumsi, daun dan biji mempunyai efek
pengobatan (Mursito, 2007).
Sifat kimia dari masing-masing bagian dari tanaman alpukat untuk buah dan daun
mengandung saponin, alkaloida, dan flavonoid. Selain itu juga, buah mengandung tanin
dan daunnya mengandung polifenol dan quersetin. Kegunaan dari masing-masing bagian
yaitu daging buah dapat digunakan untuk mengobati sariawan dan melembabkan kulit
kering, nyeri syaraf, nyeri lambung, saluran napas membengkak (bronchial swellings) dan
menstruasi tidak teratur. Biji dapat digunakan untuk sakit gigi dan kencing manis
(Tersono, 2008).
Permintaan masyarakat akan komoditi tanaman alpukat di Kutai Timur mengalami
peningkatan. Data dari Badan Pusat Statistik Kutai Timur (2013) rata-rata hasil produksi
buah alpukat pada tahun 2009 dan 2010 adalah 239,5 kuintal, produksi ini mengalami
peningkatan yang pesat pada tahun 2011 yaitu sebesar 643 kuintal. Walaupun pada
tahun 2012 produksi alpukat ini mengalami penurunan, namun pada tahun 2013
produksinya meningkat menjadi 576 kuintal. Agar produksi alpukat dapat meningkat
setiap tahun, maka salah satu alternative yang dapat digunakan adalah melakukan
pembudidayaan alpukat dengan stek batang, dimana perbanyakan tanaman dengan cara
stek lebih cepat mengalami proses pembungaan dan berbuah.
Usaha untuk meningkatkan keberhasilan pertumbuhan stek tanaman dapat juga
dilakukan dengan zat pengatur tumbuh (ZPT) yang bersumber dari urine kambing. ZPT
urine kambing dipilih karena mengandung auksin yang berfungsi untuk mengatur proses
pertumbuhan pada stek batang pada tanaman tersebut sehingga stek batang tanaman
alpukat. Dilihat dari segi fisiologis, hormone tumbuh ini berpengaruh terhadap
pembelahan sel, pemanjangan sel sehingga terjadi pembentukan akar, batang, daun,
dahan, ranting, bunga dan buah.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah perlakuan pemberian ZPT urine kambing berpengaruh terhadap uji daya
tumbuh stek batang pada tanaman alpukat (Persea americana Mill).
2. Berapa konsentrasi ZPT urine kambing yang efektif terhadap pertumbuhan stek
batang tanaman alpukat (Persea americana Mill).
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ZPT urine kambing terhadap uji daya tumbuh
stek batang pada tanaman alpukat (Persea americana Mill).
2
2. Untuk mengetahui konsentrasi ZPT urine kambing yang efektif terhadap
pertumbuhan stek batang tanaman alpukat (Persea americana Mill).
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan stek pada tanaman alpukat dengan pemberian ZPT urine
kambing serta mengetahui manfaat pemberian ZPT urine kambing pada pertumbuhan
stek tanaman alpukat sehingga dapat diaplikasikan kepada masyarakat khususnya di
Kutai Timur.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman Alpukat
Kedudukan tanaman alpukat dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan
diklasifikasikan sebagai berikut. divisi: Spermatophyta, subdivisi: Anggiospermae, kelas:
Dicotyledoneae, bangsa: Ranales, keluarga: Lauraceae, marga: Persea, jenis: Persea
americana Mill. (Dasuki, 2001).
2.2 Morfologi Tanaman Alpukat
Tanaman alpukat termasuk jenis pohon kecil dengan tinggi 3 sampai 10 m,
berakar tunggang, batang berkayu, bulat, warnanya coklat kotor, banyak bercabang, dan
ranting berambut halus. Daun pada tanaman alpukat ini berbentuk tunggal dengan
tangkai yang panjangnya 1,5-5 cm, kotor, letaknya berdesakan di ujung ranting,
bentuknya jorong sampai bundar telur memanjang, tebal seperti kulit, ujung dan pangkal
runcing, tepi rata kadang-kadang agak menggulung ke atas, bertulang menyirip, panjang
10-20 cm, lebar 3-10 cm. Daun muda pada tanaman alpukat mempunyai warna
kemerahan dan berambut rapat, sedangkan daun tua warnanya hijau dan gundul
(Angelina, 2007).
Bunga pada tanaman alpukat merupakan bunga majemuk, berkelamin dua,
tersusun dalam malai yang keluar dekat ujung ranting, warnanya kuning kehijauan. Buah
pada tanaman alpukat ini termasuk golongan buah buni, berbentuk bola atau bulat telur,
mempunyai panjang 5-20 cm, warnanya hijau atau hijau kekuningan, berbintik-bintik ungu
atau ungu sarna sekali berbiji satu, daging buah jika sudah masak lunak, warnanya hijau,
kekuningan. Biji pada tanaman alpukat berbentuk bulat seperti bola, mempunyai diameter
2,5-5 cm dengan keping biji putih kemerahan. Buah alpukat yang masak daging buahnya
lunak, berlemak, biasanya dimakan sebagai es campur atau dibuat juice. Minyak pada
buah alpukat ini dapat digunakan antara lain untuk keperluan kosmetik. Perbanyakan
dengan biji, cara okulasi dan cara enten (Angelina, 2007).
Alpukat adalah tanaman diploid (2n=12), berbiji tunggal yang besar sekali. Kulit
luar agak tebal, kulit tengah tebal berdaging lunak, dengan lapisan kulit dalam tipis
berbatasan dengan kulit biji. Berat buah rata- rata antara 200- 400 gram, tetapi kadang-
3
kadang ada yang mencapai 600- 700 gram, tergantung pada varietasnya. Jumlah buah
tiap tahunnya ± 200 buah/ pohon (AAK, 1987).
Buah alpukat termasuk buah buni, berbentuk bola atau buah peer, panjang 5 – 20
cm, berbiji 1, tanpa sisa bunga yang tinggal, berwarna hijau atau hijau kuning, keungu-
unguan atau berbintik- bintik, gundul.Biji pada buahalpukat ini berbentuk bola dengan
garis tengah 2,5 – 5 cm (Steenis, 2003).
2.3 Perbanyakan tanaman Alpukat
2.3.1 Budidaya alpukat dengan mencangkok atau okulasi
Pohon alpukat yang digunakan sebagai bibit cangkokan sebaiknya dipilih dari
pohon yang memiliki riwayat buah yang baik (rasa, ketahanan terhadap hama, dan lain-
lain). Lakukan pencangkokan dengan cara yang benar akan menghasilkan akar dan bibit
yang bagus. Pilihlah cabang pohon alpukat yang terlihat subur, tidak terlalu banyak
cabang-cabang baru, dan tidak terlalu tua atau terlalu muda.
Setelah cangkokan mengeluarkan akar, potong pada bagian pangkal cabang
(sekitar 3 cm dari cangkokan), dan masukkan ke dalam polybag untuk dilakukan
penyemaian dengan terlebih dahulu melepas penutup cangkokan. Letakkan bibit di area
yang teduh dan lakukan penyiraman, biarkan bibit hasil cangkokan mampu beradaptasi
dan mengeluarkan bayak akar sebelum dipindahkan ke lahan tanam permanen.
2.3.2 Budidaya alpukat dengan biji.
Untuk menanam Alpokat dari biji dapat dilakukan dengan melakukan penyemaian
biji alpukat terlebih dahulu, biji alpukat yang disemai harus dipilih dari buah alpukat yang
tua. Belah buah alpukat dan ambil bijinya, jemur biji alpukat sekitar 3 jam dan angkat
kemudian letakkan di tempat teduh. Semailah Biji tersebut di dalam polybag semaian
sampai bibit memiki tinggi sekitar 1 meter (siap tanam).Setelah bibit yang disiapkan siap
tanam, maka bibit alpukat dapat dipindahkan ke lahan tanam permanen yang sudah
disiapkan.Jika anda menginginkan Pohon alpukat dari hasil semaian biji dapat segera
berbuah, maka lakukan sambung pucuk atau okulasi dengan mengambil tunas dari pohon
alpukat yang sudah berbuah sebagai batang atasnya dan batang bawah menggunakan
pohon alpukat hasil semaian biji.
2.3.3 Budidaya alpukat dengan stek batang.
Stek (cutting atau stuk) atau potongan adalah menumbuhkan bagian atau
potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru. Ada beberapa keuntungan yang
didapat dari tanaman yang berasal dari bibit stek, yaitu:
1. Tanaman baru mempunyai sifat yang persis sama dengan induknya, terutama
dalam hal bentuk buah, ukuran, warna dan rasanya.
2. Tanaman asal stek dapat ditanam pada tempat yang permukaan air tanahnya
dangkal, karena tanaman asal stek tidak mempunyai akar tunggang.
4
3. Perbanyakan tanaman buah dengan stek merupakan cara perbanyakan yang
praktis dan mudah dilakukan.
4. Stek dapat dikerjakan dengan cepat, murah, mudah dan tidak memerlukan teknik
khusus seperti pada cara cangkok dan okulasi.
Sedangkan potensi kerugian bibit dari stek adalah:
1. Perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang, saat terjadi angin kencang
tanaman menjadi mudah roboh.
2. Apabila musim kemarau panjang,tanaman menjadi tidak tahan kekeringan.
Bakalan stek diambil dari batang atau cabang pohon induk yang akan diperbanyak
dan pemotongan sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Gunting stek yang digunakan harus
tajam agar bekas potongan rapi. Bila kurang tajam batang akan rusak atau memar. Hal ini
mengundang bibit penyakit masuk ke bagian yang memar, sehingga bisa menyebabkan
pembusukkan pangkal stek.Pada saat mengambil stek batang, pohon induk harus dalam
keadaan sehat dan tidak sedang bertunas.
Bahan tanam yang dijadikan stek biasanya adalah bagian pangkal dari cabang.
Pemotongan cabang diatur kira-kira 0.5cm di bawah mata tunas yang paling bawah dan
untuk ujung bagian atas sejauh 1 cm dari mata tunas yang paling atas. Kondisi daun pada
cabang yang hendak diambil sebaiknya berwarna hijau tua. Dengan demikian seluruh
daun dapat melakukan fotosintesis yang akan menghasilkan zat makanan dan
karbohidrat. Zat hasil fotosintesis akan disimpan dalam organ penyimpanan, antara lain di
batang. Karbohidrat pada batang berperan sangat penting yaitu sebagai sumber energi
yang dibutuhkan pada waktu pembentukan akar baru.
Kondisi batang pada saat pengambilan berada dalam keadaan setengah tua
dengan warna kulit batang biasanya coklat muda.Pada saat ini kandungan karbohidrat
dan auxin (hormon pertumbuhan akar) pada batang cukup memadai untuk menunjang
terjadinya perakaran stek.Pada batang yang masih muda, kandungan karbohidrat rendah
tetapi hormonnya cukup tinggi. Biasanya pada kasus ini hasil stekan akan tumbuh tunas
terlebih dahulu, padahal stek yang baik harus tumbuh akar dulu. Oleh karena itu, stek
yang berasal dari batang yang muda sering gagal.
Stek tanaman ada yang mudah berakar dan ada juga yang sulit berakar.Untuk
tanaman yang mudah berakarseperti pada anggur, maka stek bisa langsung disemaikan
setelah dipotong dari pohon induknya.Tetapi untuk tanaman yang sulit berakar, sebaiknya
sebelum stek disemai dilakukan dulu pengeratan batang.Selain itu, pemberian hormon
tumbuh dapat membantu pertumbuhan akar.
2.4 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Urine Kambing
Kambing yang mengkonsumsi pakan hijau, diduga dalam urinenya terdapat zat
pengatur tumbuh yang mempunyai efek fisiologis terhadap tanaman dalam mendorong
5
pembesaran dan pembelahan sel sebagaimana halnya pada urine kambing dan urine biri-
biri.Menurut Suparman dkk (2002) yang menduga bahwa urine kambing kemungkinan
mengandung auksin sebagai zat yang terkandung dalam pakan hijauan yang tidak
dicerna oleh tubuh kambing dan akhirnya diperkirakan terbuang bersama urine. Selain itu
juga terkandung unsur hara lain yang juga sangat bermanfaat bagi tanaman seperti
nitrogen, fosfor dan kalium.
komposisi unsur hara yang terdapat di dalam urine kambing adalah air 92%, N
1%, P2O5 0,20% dan K2O 1,35%. Dugaan tersebut juga diperkuat oleh Lingga yang
mengatakan bahwa dalam urine biri-biri juga terkandung unsur hara sebagai berikut
Nitrogen (1,35%), Fosfor (0,05%), Kalium (2,10%). ( Lingga, 1991 ).
Nitrogen, fosfor, dan kalium merupakan bagian dari unsur hara utama yang
dibutuhkan oleh tanaman.Nitrogen cenderung merupakan unsur yang membatasi
pertumbuhan tanaman.Sumber nitrogen adalah bahan organik sisa tumbuhan dan hewan,
serta hasil nitrogen bebas dari udara oleh bakteri-bakteri rhizobium yang terdapat dalam
bintil akar tanaman kacang-kacangan (leguminasae).Nitrogen diambil oleh tanaman
dalam bentuk ion NH4+ atau NO3-.Peranan utama nitrogen bagi tanaman adalah untuk
merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang dan daun
yang terutama terjadi pada tanaman muda.Nitrogen juga merupakan komponen penyusun
senyawa esensial misalnya asam-asam amino dan enzim.Setiap molekul protein tersusun
dari asam-asam amino.Protein dan asam-asam amino merupakan senyawa penyusun
jaringan tanaman.
Menurut Setyamidjaja (1986), bahwa peranan utama unsur nitrogen adalah
membuat tanaman menjadi hijau karena banyak mengandung butir-butir hijau daun yang
penting dalam fotosintesis yaitu penyusunan klorofil daun, protein dan lemak. Hasil
fotosintesis akan merangsang pertumbuhan vegetatif yaitu menambah tinggi tanaman.
Kalium juga merupakan unsur hara utama yang diperlukan tanaman dan
berpengaruh terhadap berbagai proses pertumbuhan tanaman. Sumber kalium dalam
tanah diambil oleh tanaman dalam bentuk ion K+.Dwidjoseputro menerangkan bahwa
kalium dalam tanaman terdapat sebagai garam organik.Pada bagian tanaman yang
melakukan pertumbuhan terdapat lebih banyak kalium daripada didalam daun yang tua,
karena K+ mudah disalurkan dari organ dewasa ke orang muda.Unsur ini mempunyai
peranan yang penting sebagai katalisator, terutama dalam pengubahan protein menjadi
asam amino.Kalium berperan dalam penyusunan dan pembongkaran karbohidrat, karena
kalium dapat mengaktifkan enzim yang diperlukan untuk membuat pati.
Menurut Lingga (1991), bahwa kalium juga berperan memperkuat tubuh tanaman
agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur. Fungsi lain dari kalium adalah sebagai
sumber kekuatan bagi tanaman menghadapi kekeringan dan penyakit. Unsur kalium
6
dapat memperkuat tubuh tanaman, karena dapat menguatkan serabut-serabut akar
sehingga daun dan buah tidak mudah gugur.
Bila kekurangan kalium tanaman akan memperlihatkan gejala daun menjadi
kuning, ada noda-noda jaringan mati di tengah-tengah lembaran atau sepanjang tepi
daun sehingga pertumbuhan tanaman terhambat, batang kurang kuat sehingga mudah
terpatahkan oleh angin.
Menurut Setyamidjaja (1986), peranan fosfor adalah memacu pertumbuhan akar
dan pembentukan sistem perakaran yang baik dari benih dan tanaman muda,
mempercepat pembungaan dan pemasakan buah dan biji, memperbesar persentase
bunga menjadi buah atau biji, sebagai bahan penyusun inti sel, lemak dan protein.
Beberapa akibat kekurangan fosfor yaitu keadaan perakaran tanaman sangat kurang dan
tidak berkembang, dalam keadaan kekurangan fosfor yang parah menyebabkan daun,
cabang dan batng berwarna ungu.
2.5 Perbanyakan tanaman Alpukat
2.5.1 Budidaya alpukat dengan mencangkok atau okulasi
Pohon alpukat yang digunakan sebagai bibit cangkokan sebaiknya dipilih dari
pohon yang memiliki riwayat buah yang baik (rasa, ketahanan terhadap hama, dan lain-
lain). Lakukan pencangkokan dengan cara yang benar akan menghasilkan akar dan bibit
yang bagus. Pilihlah cabang pohon alpukat yang terlihat subur, tidak terlalu banyak
cabang-cabang baru, dan tidak terlalu tua atau terlalu muda.
Setelah cangkokan mengeluarkan akar, potong pada bagian pangkal cabang
(sekitar 3 cm dari cangkokan), dan masukkan ke dalam polybag untuk dilakukan
penyemaian dengan terlebih dahulu melepas penutup cangkokan. Letakkan bibit di area
yang teduh dan lakukan penyiraman, biarkan bibit hasil cangkokan mampu beradaptasi
dan mengeluarkan bayak akar sebelum dipindahkan ke lahan tanam permanen.
2.5.2 Budidaya alpukat dengan biji.
Untuk menanam Alpokat dari biji dapat dilakukan dengan melakukan penyemaian
biji alpukat terlebih dahulu, biji alpukat yang disemai harus dipilih dari buah alpukat yang
tua. Belah buah alpukat dan ambil bijinya, jemur biji alpukat sekitar 3 jam dan angkat
kemudian letakkan di tempat teduh. Semailah Biji tersebut di dalam polybag semaian
sampai bibit memiki tinggi sekitar 1 meter (siap tanam).Setelah bibit yang disiapkan siap
tanam, maka bibit alpukat dapat dipindahkan ke lahan tanam permanen yang sudah
disiapkan.Jika anda menginginkan Pohon alpukat dari hasil semaian biji dapat segera
berbuah, maka lakukan sambung pucuk atau okulasi dengan mengambil tunas dari pohon
alpukat yang sudah berbuah sebagai batang atasnya dan batang bawah menggunakan
pohon alpukat hasil semaian biji.
7
2.5.3 Budidaya alpukat dengan stek batang.
Stek (cutting atau stuk) atau potongan adalah menumbuhkan bagian atau
potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru. Ada beberapa keuntungan yang
didapat dari tanaman yang berasal dari bibit stek, yaitu:
5. Tanaman baru mempunyai sifat yang persis sama dengan induknya, terutama dalam
hal bentuk buah, ukuran, warna dan rasanya.
6. Tanaman asal stek dapat ditanam pada tempat yang permukaan air tanahnya dangkal,
karena tanaman asal stek tidak mempunyai akar tunggang.
7. Perbanyakan tanaman buah dengan stek merupakan cara perbanyakan yang praktis
dan mudah dilakukan.
8. Stek dapat dikerjakan dengan cepat, murah, mudah dan tidak memerlukan teknik
khusus seperti pada cara cangkok dan okulasi.
Sedangkan potensi kerugian bibit dari stek adalah:
3. Perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang, saat terjadi angin kencang tanaman
menjadi mudah roboh.
4. Apabila musim kemarau panjang,tanaman menjadi tidak tahan kekeringan.
Bakalan stek diambil dari batang atau cabang pohon induk yang akan diperbanyak
dan pemotongan sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Gunting stek yang digunakan harus
tajam agar bekas potongan rapi. Bila kurang tajam batang akan rusak atau memar. Hal ini
mengundang bibit penyakit masuk ke bagian yang memar, sehingga bisa menyebabkan
pembusukkan pangkal stek.Pada saat mengambil stek batang, pohon induk harus dalam
keadaan sehat dan tidak sedang bertunas.
Bahan tanam yang dijadikan stek biasanya adalah bagian pangkal dari cabang.
Pemotongan cabang diatur kira-kira 0.5cm di bawah mata tunas yang paling bawah dan
untuk ujung bagian atas sejauh 1 cm dari mata tunas yang paling atas. Kondisi daun pada
cabang yang hendak diambil sebaiknya berwarna hijau tua. Dengan demikian seluruh
daun dapat melakukan fotosintesis yang akan menghasilkan zat makanan dan
karbohidrat. Zat hasil fotosintesis akan disimpan dalam organ penyimpanan, antara lain di
batang. Karbohidrat pada batang berperan sangat penting yaitu sebagai sumber energi
yang dibutuhkan pada waktu pembentukan akar baru.
Kondisi batang pada saat pengambilan berada dalam keadaan setengah tua
dengan warna kulit batang biasanya coklat muda.Pada saat ini kandungan karbohidrat
dan auxin (hormon pertumbuhan akar) pada batang cukup memadai untuk menunjang
terjadinya perakaran stek.Pada batang yang masih muda, kandungan karbohidrat rendah
tetapi hormonnya cukup tinggi. Biasanya pada kasus ini hasil stekan akan tumbuh tunas
terlebih dahulu, padahal stek yang baik harus tumbuh akar dulu. Oleh karena itu, stek
yang berasal dari batang yang muda sering gagal.
8
Stek tanaman ada yang mudah berakar dan ada juga yang sulit berakar.Untuk
tanaman yang mudah berakarseperti pada anggur, maka stek bisa langsung disemaikan
setelah dipotong dari pohon induknya.Tetapi untuk tanaman yang sulit berakar, sebaiknya
sebelum stek disemai dilakukan dulu pengeratan batang.Selain itu, pemberian hormon
tumbuh dapat membantu pertumbuhan akar.
2.5 Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Pengaruh pemberian berbagai urine kambing yang difermentasi terhadap
pertumbuhan vegetatif lada (Piper Nigrum L), menunjukan bahwa konsentrasi 200cc/ltr
menghasilkan pertumbuhan terbaik dengan peningkatan berat tanaman lada serta
memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif lada. (Hayati 2016).
Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi pupuk organik cair urine kambing
terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis (zea mays saccharata sturt). Diketahui
bahwa pemberian berbagai konsentrasi pupuk organik cair urine kambing berpengaruh
nyata meningkatkan tinggi tanaman (cm), diameter batang (mm), dan produksi tongkol
tanpa kelobot per plot (gram), bobot tongkol berkelobot per plot (g), bobot tongkol
berkelobot per tanaman (g), bobot tongkol tanpa kelobot (g), diameter tongkol (mm), dan
produksi tongkol berkelobot per hektar (ton). Pemberian berbagai konsentrasi pupuk
organik cair urine kambing berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun (helai), dan
persentasi panjang tongkol berisi (%). Hasil terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman jagung manis adalah pada perlakuan P3 yaitu pada konsentrasi 15 %
pupuk organik cair urine kambing (Nanda, 2013).
Pengaruh jarak tanam dan pemberian pupuk cair urine kambing terhadap
pertumbuhan awal manglid (Magnolia ChampacaL), menunjukan bahwa penanaman
manglid terbaik ditunjukkan oleh perlakuan jarak tanam 2 x 2 m dengan pemberian pupuk
urine kambing sebanyak 240 ml per tanaman yang menghasilkan tinggi 191,5 cm dan
diameter 3,83 cm sampai pada umur 19 bulan. (AdityadanLevina, 2016)
Respon pertumbuhan dan produksi tanaman selada (Lactuca sativa L) terhadap
pemberian pupuk organik cair urine kambing pada beberapa jarak tanam menunjukan
perlakuan 0, 200, 400, 600 cc/liter air dan jarak tanam dengan perlakuan 20x20 cm,
25x20 cm dan 30x20cm bahwa pemberian pupuk organik cair urine kambing tidak
berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang ada. Perlakuan jarak tanam
berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar total
per sampel, bobot segar jual per sampel, dan bobot segar akar per sampel. Interaksi
pemberian urine kambing dan perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata pada
seluruh parameter pengamatan yang ada (Immanuel et al, 2015)
Perendaman benih kedelai dalam urine kambing dan zat pengatur tumbuh
sintetik untuk perbaikan mutu fisiologis menunjukan, benih kedelai yang disimpan selama
9
enam bulan sudah menunjukkan penurunan mutu fisiologi yang cukup tinggi.Invigorasi
priming GA3 100 ppm +NAA 50 ppm mampu memperbaiki daya tumbuh, kecepatan
tumbuh, tinggi kecambah, berat kering kecambah, indeks vigor tanaman, dan berat kering
tanaman umur empat minggu, tetapi pemanfaatan urine kambing 300 ppm dapat menjadi
alternative cara invigorasi priming. Interaksi invigorasi priming GA3 100 ppm +NAA 50
ppm dengan lama simpan dua dan enam bulan memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap indeks vigor tanaman (Bambang, 2011).
Pengaruh konsentrasi zat pengatur tumbuh alamidan buatanpada perbedaan
masa simpan benih kedelai terhadap viabilitas dan pertumbuhan vegetatif awal
menunjukkan interaksi antara perlakuan masa simpan dengan konsentrasi ZPT alami dan
buatan tidak menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada semua variable pengamatan
kecuali indeks kecepatan tumbuh, perlakuan masa simpan benih menunjukkan hasil yang
berbeda nyata pada variable pengamatan daya tumbuh benih, indeks kecepatan tumbuh,
berat kering kecambah, tinggi kecambah, dan tinggi tanaman. Perlakuan masa simpan
benih terbaik terhadap semua variable pengamatan ditunjukkan pada benih masa simpan
1 bulan, perlakuan konsentrasi ZPT alami dan buatan menunjukkan hasil yang berbeda
nyata pada variable pengamatan daya tumbuh, indeks kecepatan tumbuh, tinggi
kecambah benih, dan laju pertambahan berat kering tanaman. Perlakuan konsentrasi ZPT
alami dan buatan terbaik pada variable pengamatan daya tumbuh, indeks kecepatan
tumbuh, dan tinggi kecambah terdapat pada perlakuan GA3 100 ppm + NAA 50 ppm (K4)
(Anggono, 2012).
Pertumbuhan stek pucuk tanaman jabon putih (AnthocephalusCadambaRoxb
Miq.), setelah direndam dalam urine kambing menunjukkan penelitian ini menggunakan
desain faktorial acak lengkap (RAL) yaitu dengan faktor konsentrasi (A) yang terdiri dari 4
level 0%, 6%, 8%, 10%, 12% dan faktor waktu perendaman (B) yang terdiri dari empat
tingkat, yaitu 0 menit, 5 menit, 10 menit dan 15 menit. Pengobatan diulang tiga waktu.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi kambing urine dari
12% dan 15 menit berendam waktu yang dihasilkan rata-rata jumlah akar 29 buah, tinggi
tanaman dari 20,33 cm, dan berat kering 3,46 gram, dan rata-rata jumlah daun 9 buah,
yang diperoleh dari pengobatan konsentrasi 10% dan waktu perendaman 15 menit
(Widiana,2016).
Pertumbuhan kembali (Regrowth) rumput gajah mini (Pennisetum purpureum
Cv.Mott) melalui pemberian pupuk organik cair pada lahan kering kritis menunjukkan
rumput gajah mini yang diberi pupuk organik cair sedarisa pada lahan kering kritis
berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah klorofil dan luas daun.
Kesimpulannya bahwa penggunaan pupuk organik cair sedarisa dapat memperbaiki
pertumbuhan rumput gajah mini pada lahan kering kritis. Perlakuan T3 (120 ml)
10
merupakan perlakuan terbaik diantara semua perlakuan, Semakin tinggi dosis
pemupukan maka pertumbuhan yang dihasilkan semakin meningkat (Syamsuddin, 2016).
Pengaruh pemberian urine kambing, air kelapa, dan RootoneF terhadap
pertumbuhan stek tanaman markisa (Passiflora edulis Var.Flavicarpa) menunjukkan taraf
perlakuan yang diberikan yaitu tanpa perlakuan 0%, urine kambing konsentrasi 25%, air
kelapamudakonsentrasi 25% danRootone F 100 mg /stek. Variabel yang diamati meliputi
waktu muncul tunas pertama (hari), panjang tunas terpanjang (cm), jumlah akar per stek
(buah), panjang akar terpanjang (cm), berat segar tunas (g) , beratkering tunas (g) , berat
segar akar (g), berat kering akar (g). Hasil penelitian menunjukkan bahwa urine kambing
konsentrasi 25% dan Rootone-F100 mg memberikan hasil terbaik dalam merangsang
pertumbuhan akar stek batang markisa(Yunita, 2011).
III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Masalah Umum
11
4.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cangkul, parang, pisau stek, tali
raffia, polybag ukuran 10x15 cm, kamera, jangka sorong dan alat tulis. Sedangkan bahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah stek batang tanaman alpukat, pupuk kandang
dan ZPT urine kambing.
4.3. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) non factorial dengan 4 taraf perlakuan yang diulang sebanyak 6 kali ulangan.
Perlakuan ZPT (A) yaitu :
A0 = tanpa perlakuan (kontrol)
A1 = konsentrasi urine kambing 100 cc.L-1
A2 = konsentrasi urine kambing 200 cc.L-1
A3 = konsentrasi urine kambing 300 cc.L-1
4.4. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
4.4.1. Fermentasi urine kambing
Fermentasi urine kambing dilakukan dengan cara menambahkan 1 liter air kelapa,
tetes tebu ½ liter, rebung ½ liter, nanas ½ kg dan urine kambing tersebut dijadikan satu
kedalam ember dan didiamkan selama 1 minggu.
4.4.2. Persiapan lahan
Lahan yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma, dengan
menggunakan cangkul dan parang.
4.4.3. Persiapan media tanam
Menyiapkan media tanam yang akan digunakan yaitu tanah top soil dan pupuk
kandang (kotoran ayam) dengan perbandingan 1:1.
4.4.4. Persiapan stek alpukat
Pilih bahan tanam yang akan di stek dengan Kriteria berasal dari pohon induk
yang sehat terhindar dari hama dan penyakit, produksi baik, batang stek yang diambil
berbentuk lurus, memiliki 3-4 calon mata tunas, dan batang tidak terlalu tua dan tidak
terlalu muda. Panjang stek yang digunakan yaitu 20 cm.
4.4.5. Perendaman stek
Perendaman stek tanaman alpukat dengan ZPT urine kambing masing-masing
dilakukan selama 1 jam. Konsentrasi yang digunakan berbeda-beda sesuai dengan
perlakuan masing-masing. Perlakuan A0 (tanpa perlakuan kontrol), perlakuan A1
(konsentrasi 100 cc.L-1), perlakuan A2 (konsentrasi 200 cc.L-1),dan perlakuan A3
(konsentrasi 300 cc.L-1).
12
4.4.6. Penanaman dalam polybag
Penanaman stek alpukat dilakukan secara langsung didalam media tanam yang
telah disiapkan sedalam 5 cm.
4.4.7. Penyemprotan zpt urine kambing
Penyemprotan zpt urine kambing dilakukan pada tanaman berumur 13, 28, 43
HST.
4.4.8. Pemeliharaan
Pemeliharaan stek alpukat meliputi :
a. Tanaman yang mati atau pertumbuhannya tidak normal segera diganti atau
disulam dengan bibit yang baru yang telah disiapkan pada 15 hari setelah tanam.
Hal tersebut dilakukan agar tanaman seragam dan mudah perawatannya.
b. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore, penyiraman tidak
dilakukan apabila hujan.
4.5. Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan meliputi :
4.5.1. Persentase tumbuh tunas (%)
Persentase tumbuh tunas dihitung pada umur 30 HST dengan menghitung jumlah
stek yang bertunas pada setiap petak dengan rumus :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑏𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ
Persentase tumbuh = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑏𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 𝑥 100%
(Soetopo, 2005).
4.5.2. Waktu tumbuh tunas pertama (hari)
Waktu tumbuh tunas dihitung dengan menghitung jumlah hari yang diperlukan
bagian stek tanaman alpukat untuk mengeluarkan tunas pertama kali.
4.5.3. Jumlah tunas
Jumlah tunas dihitung dengan menghitung jumlah tunas yang muncul pada setiap
stek tanaman alpukat. Jumlah tunas dihitung pada umur 30 dan 60 HST.
4.5.4. Panjang tunas (cm)
Panjang tunas dihitung dengan menghitung panjang tunas yang telah terbentuk
pada setiap stek tanaman alpukat. Panjang tunas diukur dari pangkal tunas sampai ujung
tunas. Panjang tunas dihitung pada umur 30 dan 60 HST.
13
4.6. Analisis Data
Untuk menentukan pengaruh kombinasi perlakuan dari masing-masing perlakuan
dilakukan Uji Analisis Ragam (ANSIRA). Rumus sebagaimana tertera pada Tabel 1.
Tabel 1.Tabel analisis sidik ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL)
SK dB JK KT F Hit F Tab 5% F Tab 1%
Perlakuan t-1=v1 JKH JKH/V1 KTH/KTG F (V1,V2)
Galat (r-1)-(t-1)=v2 JKG JKG/V2
Total rt-1=vt JKT
Sumber :Hanafiah, 2002
Bila hasil sidik ragam berbeda nyata (F hitung> F tabel 5 %) atau sangat berbeda
nyata (F hitung> F tabel1 %), maka dilakukan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5 %
(Hanafiah, 2012).
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Persentase Tumbuh Tunas (%)
Berdasarkan hasil sidik ragam uji daya tumbuh tanaman alpukat dengan
pemberian dosis urine kambing menunjukkan sangat berbeda nyata terhadap persentase
tumbuh tanaman alpukat.Hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran Tabel 1. Hasil
penelitian uji daya tumbuh tanaman alpukat dengan pemberian dosis urine kambing
terhadap parameter persentase tumbuh tunas dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Uji daya tumbuh tanaman alpukat dengan pemberian ZPT urine kambing terhadap
parameter persentase tumbuh tunas (%)
Perlakuan Persentase tumbuh tunas (%)
A0 (kontrol) 52,78 ab
A1 (100 cc.L-1) 63,88 b
A2 (200 cc.L-1) 100,00 c
A3 (300 cc.L-1) 36,11 a
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama berarti menunjukkan tidak berbeda
nyata pada uji BNT taraf 5% (BNT 20,32)
14
penelitian uji daya tumbuh tanaman alpukat dengan pemberian dosis urine kambing
terhadap parameter waktu tumbuh tunas dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3. Uji daya tumbuh tanaman alpukat dengan pemberian ZPT urine kambing terhadap
parameter waktu tumbuh tunas (hari)
Perlakuan Waktu tumbuh tunas (hari)
A0 (kontrol) 16,57 b
A1 (100 cc.L-1) 14,11 b
A2 (200 cc.L-1) 6,61 a
A3 (300 cc.L-1) 10,33 a
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama berarti menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji BNT taraf 5% (BNT 7,24)
Tabel 4. Uji daya tumbuh tanaman alpukat dengan pemberian ZPT urine kambing terhadap
jumlah tunas
15
Perlakuan Jumlah tunas
A0 (kontrol) 7,14 b
A1 (100 cc.L-1) 7,18 b
A2 (200 cc.L-1) 8,50 b
A3 (300 cc.L-1) 1,25 a
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama berarti menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji BNT taraf 5% (BNT 2,29)
16
sel di ujung batang untu segera mengadakan pembelahan dan pembesaran sel terutama
di daerah meristem. Hal ini sesuai dengan pendapat Bonner dan Galston dalam
Zainuddin (2012) yang mengatakan bahwa pemberian urine kambing yang mengandung
unsur N, P, K, Mg, dan Ca, akan menyebabkan terpacunya sintesis dan pembelahan
dinding sel secara vertical sehingga akan mempercapat pertambahan tinggi tanaman atau
mempercepat pertambahan panjang tunas.
Ditambahkan oleh Salisbury dan Ross (1995) mengatakan bahwa ZPT selain
mengandung nitrogen yang menyusun dari semua protein, juga mengandung unsur hara
mikro antara lain unsur Mn, Zn, Fe, S, B, Ca dan Mg. Unsur hara mikro tersebut berperan
sebagai katalisator dalam proses sintesis protein dan pembentukan klorofil.
Poerwowidodo (2007), menyatakan bahwa protein merupakan penyusun utama
protoplasma yang berfungsi sebagai pusat proses metabolisme dalam tanaman yang
selanjutnya akan memacu pembelahan dan pemanjangan sel. Unsur hara nitrogen dan
unsur hara mikro tersebut berperan sebagai penyusun klorofil sehingga meningkatkan
aktivitas fotosintesis tersebut dan akan mengakibatkan perkembangan pada jaringan
meristem pada tunas.
5.5. Jumlah Daun (helai)
Berdasarkan hasil sidik ragam uji daya tumbuh tanaman alpukat dengan
pemberian dosis urine kambing menunjukkan sangat berbeda nyata terhadap jumlah
daun umur 30 HST dan menunjukkan berbeda nyata pada jumlah daun umur 60 HST dari
tanaman alpukat.Hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran Tabel 6 dan 7.Hasil
penelitian uji daya tumbuh tanaman alpukat dengan pemberian dosis urine kambing
terhadap parameter jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini.
Tabel 6. Uji daya tumbuh tanaman alpukat dengan pemberian ZPT urine kambing terhadap
parameter jumlah daun (helai)
Perlakuan Jumlah daum 30 HST Jumlah daum 60 HST
A0 (kontrol) 2,58 ab 5,42 ab
A1 (100 cc.L-1) 3,50 b 5,81 ab
A2 (200 cc.L-1) 4,78 c 7,00 b
A3 (300 cc.L-1) 2,00 a 4,33 a
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama berarti menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji BNT taraf 5% (BNT 30 HST = 1,27 dan BNT 60 HST =
1,73)
Berdasarkan hasil uji BNT taraf 5% terhadap parameter jumlah daun umur 30 HST
menunjukkan bahwa perlakuan A0 tidak berbeda nyata dengan perlakuan A1 dan
A3.Perlakuan A1 berbeda nyata dengan perlakuan A2 dan A3.Perlakuan A2 berbeda
nyata dengan perlakuan A3. Perlakuan yang terbaik terhadap parameter jumlah daun
umur 30 HST adalah perlakuan A2 yaitu sebesar 4,78 helai.
Berdasarkan hasil uji BNT taraf 5% terhadap parameter jumlah daun umur 60 HST
menunjukkan bahwa perlakuan A0 tidak berbeda nyata dengan semua
17
perlakuan.Perlakuan A1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan A2 dan A3.Perlakuan A2
berbeda nyata dengan perlakuan A3. Perlakuan yang terbaik terhadap parameter jumlah
daun umur 60 HST adalah perlakuan A2 yaitu sebesar 7,00 helai.
Perlakuan A2 menunjukkan hasil yang terbaik terhadap parameter jumlah daun
umur 30 dan 60 HST.Hal ini diduga karena urine kambing mengandung unsur hara makro
yaitu N, P, dan K, dimana unsur tersebut merupakan unsur hara bagi tanaman sehingga
dapat menunjang pertumbuhan dari tanaman. Sebagaimana menurut Budi (2010) yang
menyatakan bahwa Nitrogen berperan dalam proses pertumbuhan, sintesis asam amino,
dan protein. Peran utama nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan
tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun.Lebih lanjut Driyani
(2015) menyatakan bahwa secara fisiologis unsur kalium berfungsi sebagai aktivasi
berbagai enzim, percepatan pertumbuhan dan perkembangan jaringan meristem.
Pemberian urine kambing dengan konsentrasi 200 cc.L-1 memberikan
pertumbuhan jumlah daun yang meningkat pada tanaman alpukat.Hal tersebut
mendukung pertumbuhan tanaman karena daun merupakan salah satu organ tumbuhan
yang paling penting bagi tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat terjadnya fotosintesis.
Sesuai dengan pernyataan Syukron (2000) bahwa daun merupakan organ produsen
fotosintat paling utama, pertambahan jumlah daun akan memberikan hasil fotosintat yang
lebih banyak.
Peningkatan jumlah daun merupakan salah satu bentuk pertumbuhan yang
merupakan hasil dari aktivitas pembelahan dan pemanjangan sel. Pembelahan dan
pemanjangan sel ini salah satunya dipengaruhi oleh adanya peran dari hormone giberelin
yang terdapat dalam urine kambing sehingga hormone tersebut bekerja mengatur
pertumbuhan daun (Fisher dalam Lestari, 2008).
Perlakuan A3 yaitu pemberian ZPT urine kambing dengan konsentrasi 300 cc.L-1
menunjukkan hasil yang terendah pada parameter persentase tumbuh tunas (sebesar
36,11%), jumlah tunas (sebesar 1,25), panjang tunas umur 60 HST (sebesar 2,18 cm),
jumlah daun umur 30 dan 60 HST (berturut-turut sebesar 2,00 helai dan 4,33 helai). Hal
ini diduga konsentrasi yang diberikan terlalu tinggi sehingg akan mengganggu
pertumbuhan pada tanaman. Seperti yang dikemukakan oleh Rosmarkam dan Nasih
(2002) bahwa pemupukan dengan dosis sangat tinggi mengakibatkan keracunan
tanaman karena kadar garam yang melebihi ambang batas toleransi tanaman. Lebih
lanjut McCauley dalamSarah, dkk (2016) menyatakan bahwa toksisitas unsur hara dapat
menyebabkan kerusakan visual pada tanaman. Toksisitas unsur hara menyebabkan daun
yang lebih tua akan muncul hangus dan jatuh sebelum waktunya.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
18
Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1. Pemberian ZPT urine kambing menunjukkan pengaruh sangat berbeda nyata pada
parameter persentase tumbuh tunas (%), jumlah tunas, dan jumlah daun umur 30
HST, namun menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada umur 60 HST, sedangkan
pada parameter panjang tunas memperoleh pengaruh tidak berbeda nyata pada
umur 30 dan 60 HST.
2. Perlakuan A2 (konsentrasi urine kambing 200 cc.L-1) menunjukkan hasil terbaikpada
persentase tumbuh tunas (100,00%), waktu tumbuh tunas (6,61 hari), jumlah tunas
(8,50), dan jumlah daun umur 30 dan 60 HST (4,78 helai dan 7,00 helai).
6.2. Saran
Saran dari penelitian ini adalah dalam melakukan perbanyakan tanaman alpukat
yang berasal dari stek batang, dapat mengaplikasikan urine kambing dengan konsentrasi
urine kambing 200 cc.L-1.
Sebaiknya dibuat nursery agar binatang atau hama tidak dapat merusak stek
tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Anggono, S. 2012. Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Alami Dan Buatan Pada
Beberapa Masa Simpan Benih Kedelai Terhadap Viabilitas Dan
Pertumbuhan Vegetative Awal. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Jember.
Bambang.2011. Perendaman Benih Kedelai Dalam Urine Kambing Dan Zat Pengatur
Tumbuh Sintetik Untuk Perbaikan Mutu Fisiologis Setelah Disimpan. Jurusan
Budidaya Fakultas Pertanian Universitas Jember.
Budi, DDS. 2010. Aplikasi Urine Kambing Peranakan Etawa dan Nasa Sebagai Pupuk
Organik Cair Untuk Pemacu Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakan
LegumIndegofera Sp. Skrps. Bogor. Fakultas Peternakan IPB.
Dasuki, U. 2001. Sistematika Tumbuhan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati ITB.
Bandung.
Driyani, L.W. 2015. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Sintetik Auksin,
Sitokinin, dan Giberelin Terhadap Pertumbuhan Tanaman Saw Pakcoy
(Brassica chnensis). Skripsi.Yogyakarta; MIPA Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
19
Gan Y, Liu C, da Broun. 2007. Intergration Of Cytokinin and Gibberelin Signalling
ByArabidopsis Transcription Factors GIS, ZFP8, dan GS2 in The Regulation
Of Epidermis Cell Fate. Development 134-2073-2081.
Hanafiah. 2012. Rancangan Percobaan : Teori Dan Aplikasi. Rajawali Pers. Jakarta.
Hayati.2016. Pengaruh Pemberian Berbagai Urine Kambing Yang Difermentasikan
Terhadap Pertumbuhan. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Hidayatul, Lilik, Putri Al Asna, dan FridaKunti Setiyowati. 2016. Pengaruh Pemberian
Giberellin dan Air Kelapa Terhadap Perkecambahan Biji Anggrek Bulan
(Phalaenopsis sp). Jurnal Bioeksperimen Volume 2 No. 2 (September 2016)
Imanuel Hans Alexander Subakti, Ratna Rosanty Lahay, T. Irmansyah. 2015. Respon
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativaL) Terhadap
Pemberian Pupuk Organik Cair Urine Kambing Pada Beberapa Jarak
Tanam. Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. USU. Medan.
Lestari, P. 2008. Pertumbuhan Klorofil dan Karetenoid Serta Aktivitas Nitrat Reduktase
Raufolvia verticillata Lour.Pada Ketersediaan Air Yang Berbeda.Skripsi.
UNS. Surakarta.
Salisbury, B.F. dan C.C.W Ross. 1995. Fisiologis Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung.
Syukron. 2000. Pengaruh Perlakuan Pupuk Hijau Terhadap Bibit Stek Cabang Buah
Tanaman Lada (Piper nigrum L). Skripsi. Bogor: Fakultas Pertanian IPB.
Tersono dan Lukas.2008. Tanaman Obat dan Jus Untuk Mengatasi Penyakit Jantung,
Hipertensi, Kolesterol dan Stroke.Agromedia. Jakarta
20
Van Steenis. 2003. Flora. Jakarta. Paramitha.
Widiana, E. 2016. Pertumbuhan Stek Pucuk Tanaman Jabon Putih Setelah Direndam
Dalam Urine Kambing. Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura.Kalimantan
Barat
Yunita, 2011. Pengaruh Pemberian Urine Kambing, Air Kelapa dan Rootone F Terhadap
Pertumbuhan Stek Tanaman Marksisa (Passiflora edulis va. Flapircapra).
Universitas Andalas. Padang. Sumatera Barat.
Zainuddin, Ohorella. 2012. Pengaruh Dosis Pupuk Organik Cair (POC) Kotoran Sapi
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi Hijau (Brassica
sinensis L). Jurnal Agroforestri VII Nomor 1 Maret 2012.
21