0% found this document useful (0 votes)
198 views

BAB IV Dexa

This document analyzes the vitamin C content in several fruit juice samples (A-E) through absorbance measurements. It presents absorbance and concentration data in tables and calculates the percentage of vitamin C in each sample. The conclusion discusses the importance of vitamin C for metabolic processes and its role as an antioxidant, explaining why packaged fruit juices often fortify their products with additional vitamin C.

Uploaded by

Tira Usman
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
198 views

BAB IV Dexa

This document analyzes the vitamin C content in several fruit juice samples (A-E) through absorbance measurements. It presents absorbance and concentration data in tables and calculates the percentage of vitamin C in each sample. The conclusion discusses the importance of vitamin C for metabolic processes and its role as an antioxidant, explaining why packaged fruit juices often fortify their products with additional vitamin C.

Uploaded by

Tira Usman
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 14

BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Absorbansi Vitamin C Baku
No Sampel Absorbansi (nm)

1. 6 ppm 0,425
2. 8 ppm 0,519
3, 10 ppm 0,762
4. 12 ppm 0,976
5. 14 ppm 0,994

kurva bakuy = 0.0797x - 0.0623


1.5 R² = 0.947
absorbansi

0.5 a
Linear (a)
0
0 5 10 15
Axis Title

4.1.2Absorbansi dan Konsentrasi Sampel A (Buavita Jeruk)


No Sampel Absorbansi (nm)

1. 10 ppm 0,053
2. 20 ppm 0,054
3, 30 ppm 0,059
4. 40 ppm 0,064
5. 50 ppm 0,069
1. Konsentrasi 10 ppm
Y = a + bx
0,053 = 0,0623 + 0,0797x
X = -0,126
2. Konsentrasi 20 ppm
Y = a + bx
0,054 = 0,0623 + 0,0797x
X = -0,104
3. Konsentrasi 30 ppm
Y = a + bx
0,059 = 0,0623 + 0,0797x
X = -0,041
4. Konsentrasi 40 ppm
Y = a + bx
0,064 = 0,0623 + 0,0797x
X = 0,02
5. Konsentrasi 50 ppm
Y = a + bx
0,069 = 0,0623 + 0,0797x
X =0,08
Persen Kadar
1. Konsentrasi 10 ppm
-0,126
%kadar = x 100%
10

= -1,26%
2. Konsentrasi 20 ppm
-0,104
%kadar = x 100%
20

= -0,52%
3. Konsentrasi 30 ppm
-0,041
%kadar = x 100%
30

= -0,14%
4. Konsentrasi 40 ppm
0,02
%kadar = x 100%
40

= 0,05%
5. Konsentrasi 50 ppm
0,08
%kadar = x 100%
50

= 0,16%
4.1.3Absorbansi dan Konsentrasi Sampel B (Pulpy Orange)
No Sampel Absorbansi (nm)

1. 10 ppm 0,079
2. 20 ppm 0,221
3, 30 ppm 0,183
4. 40 ppm 0,102
5. 50 ppm 0,149

1. Konsentrasi 10 ppm
Y = a + bx
0,079 = 0,0623 + 0,0797x
X = 0,21
2. Konsentrasi 20 ppm
Y = a + bx
0,221 = 0,0623 + 0,0797x
X = 1,99
3. Konsentrasi 30 ppm
Y = a + bx
0,183 = 0,0623 + 0,0797x
X = 1,51
4. Konsentrasi 40 ppm
Y = a + bx
0,102 = 0,0623 + 0,0797x
X = 0,49
5. Konsentrasi 50 ppm
Y = a + bx
0,149 = 0,0623 + 0,0797x
X = 1,09
Persen Kadar
1. Konsentrasi 10 ppm
0,21
%kadar = x 100%
10

= 2,1%
2. Konsentrasi 20 ppm
1,99
%kadar = x 100%
20

= 9,95%
3. Konsentrasi 30 ppm
1,51
%kadar = x 100%
30

= 5,03%
4. Konsentrasi 40 ppm
0,49
%kadar = x 100%
40

= 1,23%
5. Konsentrasi 50 ppm
1,09
%kadar = x 100%
50

= 2,18%
4.1.4 Absorbansi dan Konsentrasi Sampel C (Nutrisari Jeruk)
No Sampel Absorbansi (nm)

1. 10 ppm 0,067
2. 20 ppm 0,128
3, 30 ppm 0,148
4. 40 ppm 0,139
5. 50 ppm 0,161

1. Konsentrasi 10 ppm
Y = a + bx
0,067 = 0,0623 + 0,0797x
X = 0,058
2. Konsentrasi 20 ppm
Y = a + bx
0,128 = 0,0623 + 0,0797x
X = 0,82
3. Konsentrasi 30 ppm
Y = a + bx
0,148 = 0,0623 + 0,0797x
X = 1,08
4. Konsentrasi 40 ppm
Y = a + bx
0,139 = 0,0623 + 0,0797x
X = 0,96
5. Konsentrasi 10 ppm
Y = a + bx
0,161 = 0,0623 + 0,0797x
X = 1,24
Persen Kadar
1. Konsentrasi 10 ppm
0,058
%kadar = x 100%
10

= 0,58%
2. Konsentrasi 20 ppm
0,82
%kadar = x 100%
20

= 4,1%
3. Konsentrasi 30 ppm
1,08
%kadar = x 100%
30

= 3,6%
4. Konsentrasi 40 ppm
0,96
%kadar = x 100%
40

= 2,4%
5. Konsentrasi 50 ppm
1,24
%kadar = x 100%
50

= 2,48%
4.1.5 Absorbansi dan Konsentrasi Sampel D (UC 1000)
No Sampel Absorbansi (nm)

1. 10 ppm 0,085
2. 20 ppm 0,113
3, 30 ppm 0,114
4. 40 ppm 0,105
5. 50 ppm 0,110
1. Konsenrasi 10 ppm
Y = a + bx
0,085 = 0,0623 + 0,0797x
X = 0,28
2. Konsenrasi 20 ppm
Y = a + bx
0,113 = 0,0623 + 0,0797x
X = 0,64
3. Konsenrasi 30 ppm
Y = a + bx
0,114 = 0,0623 + 0,0797x
X = 0,65
4. Konsenrasi 40 ppm
Y = a + bx
0,105 = 0,0623 + 0,0797x
X = 0,54
5. Konsenrasi 50 ppm
Y = a + bx
0,110 = 0,0623 + 0,0797x
X = 0,59
Persen Kadar
1. Konsentrasi 10 ppm
0,28
%kadar = x 100%
10

= 2,8%
2. Konsentrasi 20 ppm
0,64
%kadar = x 100%
20

= 3,2%
3. Konsentrasi 30 ppm
0,65
%kadar = x 100%
30

= 2,17%
4. Konsentrasi 40 ppm
0,54
%kadar = x 100%
40

= 1,35%
5. Konsentrasi 50 ppm
0,59
%kadar = x 100%
50

= 1,18%
4.1.5 Absorbansi dan Konsentrasi Sampel E (Floridina Jeruk)
No Sampel Absorbansi (nm)

1. 10 ppm 0,075
2. 20 ppm 0,082
3, 30 ppm 0,101
4. 40 ppm 0,130
5. 50 ppm 0,166

1. Konsentrasi pada 10 ppm


Y = a + bx
0,075 = 0,0623 + 0,0797x
X = 0,16
2. Konsentrasi pada 20 ppm
Y = a + bx
0,082 = 0,0623 + 0,0797x
X = 0,25
3. Konsentrasi pada 30 ppm
Y = a + bx
0,101 = 0,0623 + 0,0797x
X = 0,49
4. Konsentrasi pada 40 ppm
Y = a + bx
0,130 = 0,0623 + 0,0797x
X = 0,85
5. Konsentrasi pada 50 ppm
Y = a + bx
0,166 = 0,0623 + 0,0797x
X = 1,3
Persen Kadar
1. Konsentrasi 10 ppm
0,16
%kadar = x 100%
10

= 1,6%
2. Konsentrasi 20 ppm
0,25
%kadar = x 100%
20

= 1,25%
3. Konsentrasi 30 ppm
0,49
%kadar = x 100%
30

= 1,63%
4. Konsentrasi 40 ppm
0,85
%kadar = x 100%
40

= 2,13%
5. Konsentrasi 50 ppm
1,3
%kadar = x 100%
50

= 2,6%
4.2 Pembahasan
Vitamin C merupakan salah satu senyawa yang sangat dibutuhkan pada reaksi
metabolisme tubuh, dimana menurut Andarwulan N, dkk., (2012) ; Ruiz, dkk., (2016)
senyawa yang terkandung di dalam vitamin C adalah asam askorbat yang memiliki
banyak fungsi, diantaranya adalah berperan dalam biosintesis kolagen, norepiperin,
hormon peptida dan tirosin. Selain itu, juga berperan dalam absorbsi Fe, aktivitas
respon imun, penyembuhan luka dan osteogenesis. Asam askorbat juga dapat
berperan sebagai antioksidan yang merupakan satu mekanisme pertahanan yang
paling penting untuk melawan radikal bebas. Oleh karena itu, banyak pabrik mulai
mengelola dan membuat minuman-minuman kemasan yang mengandung vitamin C
sebagai zat gizi.
Pada percobaan kali ini, dilakukan analisis kandungan vitamin C pada 5 sampel
minuman (A, B, C, D, E) yang beredar dipasaran dengan menggunakan
spektrofotometer UV-VIS. Menurut Cairns (2009), Prinsip dari spektrofotometer UV-
Vis yaitu mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang
gelombang tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian
dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari
cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet.
Adapun hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan semua alat dan bahan yang
akan digunakan, kemudian dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%, karena menurut
Parjatmo (1987), alkohol 70% dapat berfungsi sebagai desinfektan yaitu untuk
membunuh mikroorganisme yang ada pada benda mati dan sebagai antiseptic yaitu
untuk membunuh mikroorganisme yang ada pada jaringan hidup. Setelah itu
dilakukan pengenceran bertingkat, dimana dibuat larutan 1000 ppm dengan cara
melarutkan 0,01 ml sampel ke dalam 10 ml air. Pelarut yang digunakan berupa air,
karena menurut Guyton (2007), Vitamin C merupakan vitamin larut dalam air.
Setelah larutan 1000 ppm dibuat, selanjutnya dibuat larutan stok 100 ppm
dengan cara melarutkan 1 ml sampel 1000 ppm ke dalam 10 ml air. Selanjutnya
larutan sampel dibuat dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm dalam 10 ml air,
sehingga total untuk keseluruhan sampel berjumlah 25 sampel. Menurut (Wasteson
and Hornes, 2009) tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau
mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau
banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam
sampel.
Adapun lagkah selanjutnya adalah dimasukan masing-masing larutan sampel ke
dalam botol vial. Selain larutan sampel, dibuat pula larutan blangko dimana larutan
tersebut hanya berisi pelarut yang digunakan, yaitu alkohol. Larutan blangko menurut
Laksi (2000), adalah larutan tidak berisi analit dan biasanya digunakan untuk tujuan
kalibrasi sebagai larutan pembanding.
Langkah selanjutnya adalah memasukan larutan blangko ke dalam kuvet dan
diletakan dalam spektrofotometer UV-VIS. Menurut Basset (1994), larutan blanko
digunakan sebagai kontrol dalam suatu percobaan sebagai nilai 100% transmittans.
Kemudian diukur nilai absorbansi dari larutan sampel, dimana larutan sampel
dimasukan ke dalam kuvet terlebih dahulu dan kemudian dimasukkan ke dalam
spektrofotometer sehingga dapat diukur nilai absorbanya. Menurut Damayanti
(2017), panjang gelombang asam askorbat adalah 265 nm.
Dari pembacaan spektrometri UV-VIS didapat bahwa semakin tinggi
konsentrasi sampel, maka semakin tinggi pula nilai absorbansi yang dihasilkan. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Tulandi (2015), dimana semakin besar konsentrasi
larutan, maka semakin besar pula absorbansinya.
Selanjutnya dilakukan perhitungan kadar vitamin C, didapatkan hasil
pengukuran konsentrasi kadar sampel A yaitu pada 10 ppm = -1,26% ; 20 ppm = -
0,52% ; 30 ppm = -0,14%, 40 ppm = 0,05%, dan 50 ppm = 0,16%. Selain itu, pada
sampel B didapatkan hasil yaitu 10 ppm = 2,1% ; 20 ppm = 9,95%; 30 ppm = 5,03%,
40 ppm = 1,23%, dan 50 ppm = 2,18%. Kemudian untuk sampel C didapatkan hasil
yaitu 10 ppm = 0,58%; 20 ppm = 4,1% ; 30 ppm = 3,6%, 40 ppm = 2,4%, dan 50
ppm = 2,48%. Selanjutnya pada sampel D didapatkan hasil yaitu 10 ppm = 2,8% ; 20
ppm = 3,2%; 30 ppm = 2,17%, 40 ppm = 1,35%, dan 50 ppm = 1,18%. Dan pada
sampel E didapatkan hasil yaitu 10 ppm = 1,6% ; 20 ppm = 1,25%; 30 ppm = 1,63%,
40 ppm = 2,13%, dan 50 ppm = 2,6%. Berdasarkan hasil tersebut, menurut Putri
(2015), semakin tinggi kadar vitamin C maka semakin banyak molekul yang akan
menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu.
Adapun kemungkinan kesalahan dalam percobaan ini adalah kurangnya
ketelitian dalam penimbangan dan pengukuran, sehingga larutan yang dibuat tidak
sepenuhnya dengan konsentrasi tersebut. Selain itu karena kurang memadainya
spektrofotometer UV-VIS yang digunakan, sehingga menghasilkan nilai absorbansi
yang tidak sesuai.
Referensi
Andarwulan N, Kurniasih D, Apriady R. A, Rahmat H, Roto A. V dan Bolling B. W.
2012. Polyphenols, Carotenoids, and Ascorbic Acid in Underutilized Medicinal
Vegetables. Journal of Functional Foods.

Basset, J. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. EGC. Jakarta.

Cairns D. 2009. Essentials of Pharmaceutical Chemistry Second Edition (Intisari


Kimia Farmasi Edisi Kedua). Penerjemah : Puspita Rini. Jakarta :Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Damayanti, E., dkk,. 2017. Perbandingan Metode Penentuan Vitamin C pada


Minuman Kemasan Menggunakan Metode Spektrofotometer UV-Vis dan
Iodimetri. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC.

Laksi, M. 2000. Kimia Analitik Dasar. Bandung: Grafindo Media Utama.

Parjatmo. 1987. BiologiJilid 1(Edisikedelapan). Jakarta :Erlangga.

Putri. 2015. Analisis Kadar Vitamin C pada Buah Nanas Segar (Ananas comosus (L.)
Merr) dan Buah Nanas Kaleng dengan Metode Spektrofotometri UV-VIS.
Kediri: Bhakti Wiyata.

Ruiz B.G, Roux S, Courtois F dan Bonazzi C. 2016. Spectrophotometric Method for
Fast Quantification of Ascorbic Acid and Dehydroascorbic Acid in Simple
Matrix for Kinetics Measurements. Food Chemistry.
Tulandi, dkk. 2015. Validasi Metode Analisis Untuk penetapan Kadar Paracetamol
Dalam Wadah Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet. Manado :
FMIPA Universitas Samratulangi.

Wasteson, Y, and Hornes, E. 2009. Pathogenic Escherichia Coli Found in Food.


International Journal Of Food Microbiology.

You might also like