0% found this document useful (0 votes)
105 views9 pages

Abortus Spontan Pada Pernikahan Usia Dini: Andrian Dan Kuntoro

This document summarizes a study that examined the relationship between early marriage and the incidence of spontaneous abortion in Tembokrejo Village, Muncar Subdistrict, Banyuwangi Regency. The study used a cross-sectional design with 130 married women as subjects, 65 who married early (<20 years old) and 65 who married as adults. The results found a significant relationship between early marriage and spontaneous abortion incidence, with early marriage posing greater risks. The study concludes that educating people about the health effects of early marriage is needed.

Uploaded by

sang ayu
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
105 views9 pages

Abortus Spontan Pada Pernikahan Usia Dini: Andrian Dan Kuntoro

This document summarizes a study that examined the relationship between early marriage and the incidence of spontaneous abortion in Tembokrejo Village, Muncar Subdistrict, Banyuwangi Regency. The study used a cross-sectional design with 130 married women as subjects, 65 who married early (<20 years old) and 65 who married as adults. The results found a significant relationship between early marriage and spontaneous abortion incidence, with early marriage posing greater risks. The study concludes that educating people about the health effects of early marriage is needed.

Uploaded by

sang ayu
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 9

Abortus Spontan pada Pernikahan Usia Dini

Andrian dan Kuntoro


Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Alamat korespondensi:
Andrian
E-mail: [email protected]
Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Kampus C Unair Mulyorejo Surabaya 60115

ABSTRACT
Best age to get married is 20–30 years old. Marriage at an early age has a greater risk of the occurrence
of complications in pregnancy and childbirth. In the village Tembokrejo Muncar, district Banyuwangi have
marriage rates at an early age is very high. In the village Tembokrejo married women aged < 20 years at 70%
of the total wedding going on. This study was conducted to determine the relationship between early marriage
with spontaneous abortion incidence in the region. This study uses cross-sectional study design, the collection
of primary data through interviews using questionnaires, a sample of 130 married women with 65 women who
got married at an early age and 65 women who marry in adulthood. Subjects drawn from a population with a
simple random sampling technique. Research variable is the age of marriage, age at first pregnancy, education,
knowledge, and content inspection. Count the results, χ2 = 8.876 p-value = 0.003 (α < 0.05) means that there is a
relationship between early marriage with the incidence of spontaneous abortion. Conclusions drawn from studies
on women who do marriage at an early age have a greater risk of the incidence of complications in pregnancy
compared to women who marry in adulthood. Giving an understanding of the effects of marriage on health at
an early age is necessary.

Keywords: marriage, early marriage, abortus, abortus spontaneous

ABSTRAK
Usia yang paling baik untuk menikah adalah 20–30 tahun. Pernikahan pada usia dini memiliki risiko lebih besar
terhadap terjadinya komplikasi pada kehamilan dan kelahiran. Di Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar Kabupaten
Banyuwangi memiliki angka pernikahan pada usia dini yang sangat tinggi. Di Desa Tembokrejo perempuan yang
menikah pada usia < 20 tahun sebesar 70% dari total pernikahan yang terjadi. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara pernikahan usia dini dengan kejadian abortus spontan di wilayah tersebut. Penelitian
ini menggunakan desain penelitian cross sectional, pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara
menggunakan kuesioner, sampel sebanyak 130 wanita yang sudah menikah di mana 65 wanita yang menikah
pada usia dini dan 65 wanita yang menikah pada usia dewasa. Subjek ditarik dari populasi dengan teknik simple
random sampling. Variabel penelitian adalah usia pernikahan, usia kehamilan pertama, pendidikan, pengetahuan,
serta pemeriksaan kandungan. Hasil penelitian didapatkan χ2 = 8,876 p = 0,003 (α < 0,05) artinya ada hubungan
antara pernikahan usia dini dengan kejadian abortus spontan. Kesimpulan yang diambil dari penelitian pada
wanita yang melakukan pernikahan pada usia dini memiliki risiko lebih besar terhadap kejadian komplikasi pada
kehamilan dibandingkan dengan wanita yang menikah pada usia dewasa. Pemberian pemahaman tentang efek
pernikahan pada usia dini terhadap kesehatan sangat diperlukan.

Kata kunci: pernikahan, pernikahan usia dini, abortus, abortus spontan

PENDAHULUAN sebesar tiga perempat antara tahun 1990 dan 2015


Salah satu dari tujuan MDG’s adalah serta menyukseskan pencapaian akses terhadap
meningkatkan kesehatan ibu yang tercantum kesehatan reproduksi secara universal pada
dalam tujuan yang kelima berupa meningkatkan tahun 2015. Penyebab kematian ibu yang paling
kesehatan ibu, dengan target penurunan AKI tinggi berasal dari kasus obstetri, yaitu penyulit
kehamilan, persalinan dan masa nifas lain yakni

1
2 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 2, No. 1 Juli 2013: 1–9

sebesar 47,3%, kemudian diikuti oleh kehamilan tinggi pada remaja perempuan usia 15–19 tahun
yang berakhir abortus sebesar 31,5%. Selain itu, dibandingkan dengan perempuan usia 20–24
tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, faktor tahun (WHO, 2011). Seorang wanita yang
budaya, serta akses terhadap sarana kesehatan melahirkan sebelum berusia 15 tahun berisiko
dan transportasi juga berkontribusi secara tidak 5 kali lebih tinggi meninggal saat melahirkan
langsung terhadap kematian ibu (Depkes RI, dibandingkan dengan perempuan yang berusia
2007). 20 tahun ke atas (UNICEF, 2008).
Terdapat lima masalah penting dalam Di seluruh provinsi di Indonesia masih
kesehatan reproduksi remaja, yaitu masalah terdapat pernikahan pada usia dini, dengan
gizi, masalah pendidikan, masalah lingkungan, persentase yang sangat bervariasi. Pernikahan
masalah seks dan seksualitas, serta masalah dini pada remaja merupakan salah satu masalah
perkawinan dan kehamilan dini (BPS, 2010 kesehatan reproduksi remaja. Dibandingkan
dan Wijono, 2001). Menurut UNICEF dengan implikasi positif, pernikahan dini
(2008) Pernikahan di usia muda disebut juga memiliki lebih banyak implikasi negatif terhadap
dengan child marriage, merupakan bentuk kelangsungan hidup remaja yang mengalaminya.
pelanggaran terhadap hak-hak anak dan hak Implikasi negatif tersebut diantaranya risiko
asasi manusia, yaitu hak penuh untuk bebas kematian ibu dan bayi, meningkatkan kerentanan
menentukan pernikahan. Lebih lanjut UNICEF terhadap HIV dan penyakit menular seksual
mendefinisikan early marriage (pernikahan dini) lainnya, berat bayi lahir rendah (BBLR), bayi
sebagai pernikahan yang dilakukan pada usia lahir prematur, menderita gangguan pertumbuhan
kurang dari 18 tahun (UNICEF, 2001). Batasan atau kecacatan, pendidikan yang rendah, hingga
pernikahan dini di Indonesia masih sulit untuk tidak dapat memiliki akses yang cukup terhadap
ditentukan. Hal ini disebabkan karena adanya dukungan sosial.
perbedaan kebijakan mengenai usia pernikahan Salah satu dari beberapa Kabupaten yang
yang tidak kunjung menemui kata sepakat. Lebih memiliki angka pernikahan usia dini yang
lanjut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun melebihi dari angka pernikahan usia dini
1974 menyatakan usia minimal pernikahan di Propinsi Jawa Timur adalah Kabupaten
bagi perempuan adalah 16 tahun, sedangkan Banyuwangi. Sedangkan di Banyuwangi sendiri
untuk pria adalah 19 tahun sementara BKKBN angka pernikahan yang paling tinggi terjadi di
memberikan standar usia minimal seseorang Kecamatan Muncar. Hal ini disebabkan oleh
menikah adalah 20 tahun. banyak faktor diantaranya budaya, pendidikan,
MDG’S memasukkan angka kelahiran ekonomi, teknologi, dan lain-lain.
pada remaja sebagai salah satu indikator dari Desa di Kecamatan Muncar yang memiliki
tujuan kelima dikarenakan pernikahan usia angka pernikahan pada usia dini paling besar
dini akan memicu aktifnya proses reproduksi adalah Desa Tembokrejo. Desa Tembokrejo
pasangan muda yang ditandai dengan peristiwa memiliki jumlah penduduk terpadat dibandingkan
kehamilan dan kelahiran. Angka kelahiran pada dengan desa yang lain di kecamatan Muncar,
remaja merupakan salah satu faktor penyebab yaitu 5.280 jiwa per km2. Hal ini dipicu karena
terjadinya ledakan penduduk yang berimplikasi tingginya angka kelahiran di desa tersebut yang
pada kesejahteraan suatu negara. disebabkan oleh pernikahan usia dini yang
Wanita yang menikah pada usia dini dilakukan oleh masyarakat di desa tersebut.
memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan Perumusan masalah dalam penelitian ini
dengan wanita yang menikah pada usia yang lebih adalah “Adakah hubungan pernikahan dini
dewasa. Pernikahan dini berkaitan erat dengan dengan kejadian Abortus Spontan di Desa
kehamilan dan kelahiran pada usia muda. Wanita Tembokrejo Kecamatan Muncar Kabupaten
yang menikah di usia muda mempunyai waktu Banyuwangi?” Sedangkan tujuan dalam
yang lebih panjang terhadap risiko kehamilan. penelitian ini adalah untuk menganalisis
Semakin rendah usia seseorang wanita menjadi hubungan pernikahan usia dini dengan kejadian
hamil, semakin besar risiko kesehatannya, abortus spontan di Desa Tembokrejo Kecamatan
risiko kematian akibat kehamilan dua kali lebih Muncar Kabupaten Banyuwangi.
Andrian dan Kuntoro, Abortus Spontan pada Pernikahan… 3

METODE PENELITIAN Karakteristik responden


Desain Penelitian yang digunakan adalah Distribusi frekuensi umur responden
desain penelitian analitik kuantitatif dengan terbanyak pada selang 25–29 tahun sebanyak
menggunakan pendekatan cross sectional study. 34 (26,15%) orang. Kelompok umur < 20 tahun
Populasi penelitian ini adalah seluruh wanita adalah kelompok umur dengan jumlah responden
yang sudah menikah yang bertempat tinggal di paling sedikit yaitu 5 orang (3,85%). Distribusi
Desa Tembokrejo yaitu sebanyak 8951 orang. umur berdasarkan kehamilan pertama responden
Populasi ini kemudian dikelompokkan menjadi diuraikan pada Tabel 2. Dari tabel 2 dapat diketahui
dua kelompok berdasarkan usia pernikahan bahwa usia kehamilan paling rendah adalah usia
pertama responden, yaitu kelompok wanita yang 13 tahun (2,31%) dan yang tertinggi usia 27 tahun
menikah pada usia dini dan kelompok wanita yang (0,77%). Usia kehamilan pertama yang paling
menikah pada usia dewasa. Pada kelompok wanita besar adalah usia 16 tahun (13,85%), disusul usia
yang menikah pada usia dini terdapat 6266 orang, 17 tahun (10,77%), dan yang ke tiga usia 24 tahun
pada kelompok wanita yang menikah pada usia (10%).
dewasa terdapat 2685 orang. Penghitungan sampel Tabel 2 dapat diketahui bahwa pada
menggunakan metode simple random sampling. kelompok wanita yang menikah pada usia dewasa
Setelah melakukan penghitungan dengan minimal mereka adalah lulusan SMP, sedangkan
menggunakan metode simple random sampling pada kelompok wanita yang menikah pada usia
didapatkan sampel untuk kelompok wanita yang dini masih ada yang tidak tamat SD.
menikah pada usia dini sejumlah 65 orang dan Tabel 3 dapat diketahui bahwa hanya sekitar
pada kelompok wanita yang menikah pada usia 5% remaja putri yang mengetahui efek kesehatan
dewasa sejumlah 65 orang. dari pernikahan usia dini. Responden yang
Penelitian ini dilakukan di Desa Tembokrejo lulusan perguruan tinggi saja yang mengetahui
Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi dampak kesehatan dari pernikahan usia dini.
pada bulan Maret sampai April 2013. Data Menurut hasil wawancara dengan responden,
hasil wawancara diolah dengan menggunakan di Desa Tembokrejo belum pernah dilakukan
komputer dengan menggunakan statistik uji Chi sosialisasi mengenai dampak dari pernikahan
Square Yate’s Correction for Continuity. usia dini pada kesehatan oleh petugas terkait baik
itu petugas kesehatan maupun petugas KUA.
Pemeriksaan kandungan adalah kewajiban
HASIL PENELITIAN
yang harus dilakukan oleh seorang ibu hamil.
Desa Tembokrejo terdapat 32.580 KK Dengan memeriksakan kandungan ibu hamil
dengan jumlah penduduk sebanyak 130.319 jiwa. tersebut dapat mengetahui bagaimana kondisi dari
Luas wilayah Desa Tembokrejo adalah 5,48 km2. kandungannya, sehingga dapat meminimalisir
Penduduk di Desa Tembokrejo didominasi oleh terjadinya komplikasi pada saat mengandung.
suku Madura. Dari data KUA Kecamatan Muncar Tabel 4 dapat diketahui hanya 44,62% wanita
diketahui bahwa remaja putri di Desa Tembokrejo yang menikah pada usia dini yang memeriksakan
yang menikah pada usia dini sebanyak 6266 kandungannya, sedangkan pada wanita yang
(70%) dari 8951 orang. menikah pada usia dewasa adalah 76,92%.
Desa Tembokrejo terdapat 8 SD, 6 sekolah Kondisi ini seiring dengan tingginya
berstatus negeri dan 2 sekolah berstatus swasta. kejadian komplikasi kehamilan pada kelompok
Selain itu juga terdapat 2 SMP yang berstatus wanita yang menikah di usia dini. Tabel 5 dapat
swasta dan hanya ada satu SMA yang juga diketahui angka kejadian komplikasi pada wanita
merupakan SMA swasta. yang menikah pada usia dewasa hanya sebesar
Fasilitas kesehatan di Desa Tembokrejo 6 orang (9,23%) sedangkan pada wanita yang
terdapat 1 buah polindes, 1 buah puskesmas, menikah pada usia dini sebesar 23 orang (35,38).
1 buah Puskesmas pembantu, dan 35 buah Tabel 5 diketahui bahwa risiko komplikasi pada
posyandu dengan tenaga kesehatan 7 orang wanita yang menikah pada usia dini hampir 4 kali
dokter, 4 orang bidan, dan 6 orang tenaga medis lipat lebih besar dari pada wanita yang menikah
lainnya. pada usia dewasa.
4 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 2, No. 1 Juli 2013: 1–9

Tabel 6 dapat diketahui jenis komplikasi 43,14% yang tidak mengalami komplikasi dan
paling banyak adalah keguguran 17 orang sebesar 56,86% mengalami komplikasi pada saat
(13,08%). Pada kelompok wanita yang menikah kehamilan maupun pada saat melahirkan. Pada
pada usia dini terdapat 14 orang yang mengalami ibu hamil yang memeriksakan kandungannya
keguguran, sedangkan pada wanita yang menikah tidak ada yang mengalami komplikasi pada saat
pada usia dewasa hanya 3 orang. mengandung atau pada saat melahirkan.
Tabel 7 dapat diketahui bahwa pada ibu hamil Dari hasil penghitungan menggunakan
yang tidak memeriksakan kandungan terdapat uji statistik Chi Square Yate’s Correction for
Continuity dihasilkan χ 2 = 8,876 p = 0,003
Tabel 1. Distribusi frekuensi umur pertama < (α = 0,05) yang berarti ada hubungan antara
kehamilan responden pernikahan dini dengan angka kejadian abortus
spontan.
No. Umur Frekuensi Persentase
1. 13 tahun 3 2,31
2. 14 tahun 5 3,85 PEMBAHASAN
3. 15 tahun 12 9,23
Menurut Abdurrahman (2008) early
4. 16 tahun 18 13,85
marriage (pernikahan dini) didefinisikan sebagai
5. 17 tahun 14 10,77
6. 18 tahun 10 7,69 pernikahan formal maupun kesatuan informal
7. 19 tahun 3 2,31 yang dilakukan pada usia kurang dari 18 tahun,
8. 20 tahun 7 5,38 yang dianggap sebagai usia seorang perempuan
9. 21 tahun 17 13,08 belum siap secara fisik, fisiologis dan psikologis
10. 22 tahun 8 6,15 untuk menerima tanggung jawab pernikahan dan
11. 23 tahun 11 8,46 memiliki anak. Pernikahan dini (child marriage)
12. 24 tahun 13 10,00 didefinisikan sebagai penyatuan dua orang
13. 25 tahun 6 4,62 dengan salah satu pasangan berada di bawah
14. 26 tahun 2 1,54 usia 18 tahun.
15. 27 tahun 1 0,77 Usia pertama menikah bagi perempuan
Total 130 100 adalah 20 tahun dan 25 tahun bagi laki-laki

Tabel 2. Distribusi frekuensi kategori usia pernikahan menurut pendidikan responden


Menikah usia dini Menikah usia dewasa
No. Pendidikan Total %
Frekensi % Frekuensi %
1. Tidak tamat SD 11 16,9 0 0 11 8,46
2. SD 27 41,5 0 0 27 20,77
3. SMP 25 38,5 14 21,5 39 30,00
4. SMA 2 3,1 44 67,7 46 35,38
5. PT 0 0 7 10,8 7 5,39
Total 65 100 65 100 130 100

Tabel 3. Distribusi frekuensi pengetahuan responden terhadap efek pernikahan usia dini pada
kesehatan
No. Pengetahuan Menikah usia dini Menikah usia dewasa Total %
Frekuensi % Frekuensi %
1. Tahu 0 0 7 10,77 7 5,39
2. Tidak tahu 65 100 58 89,23 123 94,61
Total 65 100 65 100 130 100
Andrian dan Kuntoro, Abortus Spontan pada Pernikahan… 5

Tabel 4. Distribusi frekuensi pemeriksaan kandungan responden


Pemeriksaan Menikah usia dini Menikah usia dewasa
No. Frekuensi %
Kandungan Frekuensi % Frekuensi %
1. Ya 29 44,6 50 76,9 79 60,8
2. Tidak 36 55,4 15 23,1 51 39,2
Total 65 65 100 65 100 130

Tabel 5. Distribusi frekuensi kejadian komplikasi kehamilan pertama responden


Kejadian Menikah usia dini Menikah usia dewasa
No. Frekuensi %
Komplikasi Frekuensi % Frekuensi %
1. Ya 23 35,4 6 9,2 29 22,3
2. Tidak 42 64,6 59 90,8 101 77,7
Total 65 65 100 65 100 130

Tabel 6. Distribusi frekuensi jenis komplikasi yang dialami responden


Menikah usia dini Menikah usia dewasa
No. Jenis Komplikasi Frekuensi %
Frekuensi % Frekuensi %
1. Tidak ada 42 64,62 59 90,77 101 77,69
2. Keguguran Spontan 14 21,54 3 4,61 17 13,08
3. Prematur 6 9,23 2 3,08 8 6,15
4. BBLR 3 4,61 1 1,54 4 3,08
5. Cacat 0 0 0 0 0 0
6. Meninggal 0 0 0 0 0 0
Total 65 100 65 100 130 100

(BKKBN, 2010), sehingga pernikahan di bawah Nor ma budaya sangat ber pengar u h
usia 20 tahun dinyatakan sebagai pernikahan dini. terhadap kejadian pernikahan usia dini. Di Desa
Hal ini berkaitan dengan upaya yang dilakukan Tembokrejo mayoritas penduduknya adalah Suku
BKKBN untuk mendewasakan usia pernikahan Madura. Salah satu budaya dari Suku Madura
bagi remaja. adalah menikahkan anak perempuannya pada
Kur un waktu reproduksi sehat pada usia dini. Hal tersebut juga masih terjadi di Desa
perempuan adalah usia 20–30 tahun sehingga Tembokrejo.
perempuan yang mengalami kehamilan pada Di bidang pendidikan dapat diketahui bahwa
usia kurang dari 20 tahun akan mengalami para wanita di Desa Tembokrejo Kecamatan
komplikasi pada proses kehamilan atau Muncar ini masih ada 8,46% penduduk
persalinannya (Manuaba, 1998), sehingga perempuannya yang tidak tamat SD dan hanya
batasan umur pernikahan dini yang dipakai 35,38% hanya yang lulus SMA. Padahal menurut
pada penelitian ini adalah kurang dari BPS (2007) pendidikan merupakan salah satu
20 tahun. sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan
Dari data sekunder yang didapatkan dari keterampilan manusia. Oleh karena itu, kualitas
KUA Kecamatan Muncar diketahui bahwa remaja sumber daya manusia sangat ditentukan oleh
putri di Desa Tembokrejo yang telah menikah kualitas pendidikannya.
sebanyak 8951 orang, dan sebanyak 6266 (70%) Penyebab rendahnya tingkat pendidikan
remaja putri di Desa Tembokrejo menikah di Desa Tembokrejo tersebut dikarenakan oleh
pada usia dini. Angka tersebut lebih besar 3 beberapa faktor, salah satunya adalah kurangnya
kali lipat dari pada angka prevalensi kabupaten ketersediaan fasilitas pendidikan di Desa tersebut.
Banyuwangi sendiri. Hal ini dapat disebabkan Dari hasil observasi didapatkan bahwa di Desa
oleh banyak faktor. Tembokrejo terdapat 8 Sekolah Dasar yang terdiri
6 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 2, No. 1 Juli 2013: 1–9

Tabel 7. Distribusi frekuensi komplikasi berdasarkan pemeriksaan kandungan


Memeriksakan Tidak memeriksakan
No. Jenis komplikasi kandungan kandungan Frekuensi %
Frekuensi % Frekuensi %
1. Tidak ada 79 100 22 43,14 101 77,69
2. Keguguran Spontan 0 0 17 33,33 17 13,08
3. Prematur 0 0 8 15,69 8 6,15
4. BBLR 0 0 4 7,84 4 3,08
5. Cacat 0 0 0 0 0 0
6. Meninggal 0 0 0 0 0 0
Total 79 100 51 100 130 100

dari 6 sekolah berstatus negeri dan 2 sekolah pada tingginya angka kejadian pernikahan pada
swasta, sedangkan untuk SMP/Mts dan SMA/ usia dini di Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar
MA/SMK yang ada hanya sekolah berstatus yaitu sebesar 70,00% melebihi angka prevalensi
swasta. Mayoritas penduduk Desa Tembokrejo dari Kabupaten Banyuwangi itu sendiri (61,27%).
adalah keluarga dengan ekonomi menengah ke Padahal dampak negatif dari pernikahan dini
bawah, sehingga penduduk desa Tembokrejo sangat banyak.
merasa berat untuk masuk ke sekolah swasta Faktor perkembangan teknologi juga bisa
karena tidak punya biaya. Karena Pemerintah menjadi pemicu terjadinya pernikahan usia
Kabupaten Banyuwangi hanya menggratiskan dini. Dengan perkembangan teknologi, maka
biaya pendidikan dari tingkat SD hingga SMA masyarakat akan lebih mudah mengakses internet
untuk sekolah yang berstatus negeri saja. dan semakin berkembangnya gadget seperti
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap handphone, tablet, laptop, dan lain-lain juga bisa
dan tata laku seseorang untuk kelompok orang berpengaruh dalam perubahan perilaku remaja.
dalam usaha mendewasakan manusia melalui Dengan adanya akses internet remaja di desa
upaya pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi tersebut dapat mengakses berbagai informasi
tingkat pendidikan seseorang, diharapkan akan yang mereka butuhkan. Perkembangan teknologi
meningkatkan kemampuan mengembangkan akan menimbulkan dampak negatif apabila
potensi diri, perubahan sikap dan tata laku tidak ada pengawasan dalam penggunaannya.
sehingga meningkatkan kedewasaan. Pendidikan Efek negatif dari perkembangan teknologi salah
merupakan faktor penentu gaya hidup dan status satunya adalah mudahnya para remaja mengakses
seseorang dalam masyarakat. Penelitian secara konten pornografi dari dunia maya. Hal tersebut
konsisten membuktikan bahwa pendidikan yang dapat memicu perubahan perilaku seksual dari
telah ditamatkan seorang individu berpengaruh remaja. Sehingga perkembangan teknologi
kuat terhadap pengetahuan, selanjutnya pada memerlukan proses bimbingan dan pengawasan
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan agar bias berdampak positif bagi masyarakat.
reproduksi (BPS, 2008). Remaja cenderung berkeinginan kuat untuk
Dari kurangnya pendidikan yang didapatkan, mandiri, bebas dari aturan, dan memiliki rasa
maka berdampak pada rendahnya pengetahuan ingin tahu yang besar, termasuk mengenai seks.
dari para wanita di daerah tersebut. Hal ini Menurut Santrock (2007) masa remaja merupakan
dibuktikan dengan hasil survey yang dilakukan masa eksplorasi seksual dan mengintegrasikan
dan hanya didapatkan sekitar 5,39% saja seksualitas ke dalam identitas seseorang, sehingga
perempuan yang mengetahui dampak negatif dari apabila remaja tersebut mendapatkan informasi
pernikahan usia dini terhadap kesehatan mereka, yang salah mengenai pendidikan seksual maka
khususnya kesehatan reproduksi mereka. akan berakibat terjadinya penyimpangan perilaku
Kurangnya pengetahuan mengenai dampak seksual pada remaja tersebut.
pernikahan usia dini pada kesehatan ini juga Keguguran dalam istilah medis lebih
semakin diperparah lagi dengan tidak adanya dikenal dengan abortus. Istilah ini menunjukkan
sosialisasi dari petugas terkait. Sehingga berakibat pengeluaran hasil konsepsi/ pembuahan sebelum
Andrian dan Kuntoro, Abortus Spontan pada Pernikahan… 7

umur kehamilan 20 minggu atau berat badan diketahui pada ibu yang sudah dinyatakan positif
kurang dari 500 gram. Keguguran adalah hamil, dan 60–75% angka abortus terjadi sebelum
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat usia kehamilan mencapai 12 minggu.
hidup di luar kandungan (Mochtar, 2002). Menurut Manuaba (2001) di Indonesia,
Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut diperkirakan sekitar 2–2,5% juga mengalami
abortus spontan. keguguran setiap tahun, sehingga secara nyata
Menurut Glasier et al. (2005) kehamilan pada dapat menurunkan angka kelahiran menjadi
usia muda sangat berisiko terhadap keguguran 1,7 per tahunnya. Kejadian abortus diduga
yang disebabkan karena belum matangnya mempunyai efek terhadap kehamilan berikutnya,
alat reproduksi. Keguguran pada usia muda baik pada timbulnya penyulit kehamilan maupun
dapat terjadi secara tidak disengaja. Misalnya: pada hasil kehamilan itu sendiri. Selain itu
karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga menurut Cunningham (2005) wanita dengan
Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja riwayat abortus mempunyai risiko yang lebih
untuk menghilangkan kehamilan yang tidak tinggi untuk terjadinya persalinan prematur,
dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan abortus berulang, dan berat badan lahir rendah
oleh tenaga non profesional dapat menimbulkan (BBLR).
akibat samping yang serius seperti tingginya Angka kejadian abortus spontan pada
angka kematian dan infeksi alat reproduksi kehamilan pertama di Desa Tembokrejo
yang pada akhirnya dapat menimbulkan Kecamatan Muncar adalah 13,08%. Angka
kemandulan. tersebut hanya untuk kejadian abortus spontan
Sebagian besar kejadian abortus tidak pada kehamilan pertama, sehingga untuk total
dilaporkan dan banyak dilakukan atas permintaan angka kejadian abortus spontan yang terjadi di
sehingga kejadian abortus sulit diketahui. Desa Tembokrejo bisa lebih besar lagi. Mengingat
Keguguran spontan diperkirakan sebesar 10% kejadian abortus tersebut mempunyai efek pada
sampai 15% (Manuaba, 1998). Biasanya kejadian kehamilan selanjutnya, diantaranya risiko yang
keguguran dilaporkan dalam angka keguguran lebih tinggi untuk terjadinya persalinan prematur,
(abortion rate). Angka keguguran ialah jumlah abortus berulang, dan berat badan lahir rendah
keguguran dalam setiap 1000 kelahiran hidup. (BBLR).
Dilaporkan besar angka keguguran berkisar Kurangnya kesadaran masyarakat untuk
antara 8,3 sampai 15%. Angka ini diperkirakan memeriksakan kandungan menjadi salah satu
lebih kecil daripada yang sebenarnya berdasarkan faktor pemicu kejadian abortus spontan pada ibu
alasan-alasan di atas. Angka keguguran ini hamil di Desa Tembokrejo tersebut bisa terjadi
bersifat umum dan tidak memperhitungkan karena. Selain itu memang banyak sekali hal lain
semua keguguran yang terjadi sejak kehamilan yang bisa memicu terjadinya abortus spontan
yang pertama. Angka keguguran yang spesifiklah diantaranya, kurangnya asupan gizi pada ibu
jumlah keguguran dalam setiap 1000 kehamilan hamil tersebut, aktivitas fisik yang berlebihan
dihitung sejak kehamilan yang pertama pada yang dilakukan oleh ibu hamil tersebut, serta
setiap wanita yang pernah hamil pada satu masih banyak lagi penyebab dari kejadian abortus
populasi tertentu. spontan.
Diperkirakan frekuensi keguguran spontan Dari hasil penghitungan menggunakan
berkisar antara 10–15%. Namun demikian, uji statistik Chi Square Yate’s Correction for
frekuensi seluruh keguguran yang pasti sukar Continuity dihasilkan χ2 = 8,876 p = 0,003 <
ditentukan, karena abortus buatan banyak (α = 0,05) yang berarti ada hubungan antara
yang tidak dilaporkan, kecuali bila telah terjadi pernikahan dini dengan angka kejadian abortus
komplikasi. Juga karena sebagian keguguran spontan di Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar
spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, Kabupaten Banyuwangi.
sehingga wanita tidak datang ke dokter atau Pernikahan yang dilakukan pada usia kurang
rumah sakit (Mochtar, 1998). Menurut data WHO dari 20 tahun pada wanita atau kurang dari 25
persentase kemungkinan terjadinya abortus tahun pada pria (BKKBN, 2010). Pernikahan pada
cukup tinggi. Sekitar 15–40% angka kejadian, usia dini memiliki risiko yang besar dari segi
8 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 2, No. 1 Juli 2013: 1–9

kesehatan, sosial, ekonomi dan kependudukan. risiko terjadinya keguguran sangat tinggi. Selain
Penyebab tingginya risiko yang dialami wanita itu masa pertumbuhan wanita sampai usia 20
yang menikah pada usia dini dikarenakan wanita tahun, sehingga apabila terjadi kehamilan pada
yang menikah pada usia dini belum siap secara usia di bawah 20 tahun. Sehingga akan terjadi
fisik, fisiologis dan psikologis untuk menerima kebutuhan nutrisi yang meningkat dua kali lipat
tanggung jawab pernikahan dan memiliki anak. lebih besar dari yang dibutuhkan karena janin
Pada wanita yang menikah pada usia dini yang dikandung juga memerlukan nutrisi yang
memiliki risiko 2 hingga 5 kali lipat lebih besar besar untuk tumbuh. Jika kebutuhan nutrisi
terjadinya komplikasi pada saat kehamilan tersebut tidak terpenuhi akan terjadi komplikasi
ataupun pada saat melahirkan. Hal ini disebabkan pada kehamilannya antara lain bisa terjadi
karena organ reproduksi pada wanita yang keguguran, bayi lahir prematur, BBLR, bayi lahir
berusia di bawah 20 tahun belum siap untuk dengan kondisi cacat (fisik maupun mental), dan
berhubungan seksual atau mengandung, sehingga bisa menyebabkan kematian bayi.
jika terjadi komplikasi pada kehamilan ataupun Selain itu faktor mental juga berpengaruh
proses kelahirannya. terhadap terjadinya komplikasi pada kehamilan.
Wanita yang menikah pada usia dini juga Remaja adalah masa untuk pencarian jati diri,
berisiko mengalami kanker serviks, karena sehingga pola pikir mereka masih labil. Apabila
semakin muda usia pertama kali seseorang ibu hamil tersebut mentalnya belum siap
berhubungan seks, maka semakin besar risiko untuk hamil maupun mempunyai anak, juga
daerah reproduksi terkontaminasi virus. Selain akan bisa memicu terjadinya keguguran pada
itu kondisi sel telur pada wanita yang berusia kandungannya.
kurang dari 20 tahun belum begitu sempurna,
sehingga dikhawatirkan bayi yang dilahirkan
SIMPULAN DAN SARAN
akan mengalami cacat fisik.
Karena kurangnya pengetahuan, remaja Kesimpulan
perempuan yang menikah pada usia dini berisiko 1. Angka pernikahan pada usia dini di Desa
tidak mendapat atau kurangnya perawatan ketika Tembokrejo Kecamatan Muncar Kabupaten
masa kehamilan. Hal ini dikarenakan semakin Banyuwangi masih sangat tinggi yaitu sebesar
muda usia pernikahan maka semakin rendah 70%.
juga jenjang pendidikan yang didapat, sehingga 2. Pengetahuan masyarakat Desa Tembokrejo
pengetahuan yang diperoleh juga sedikit. mengenai dampak dari pernikahan usia dini
Angka kejadian keguguran pada kelompok pada kesehatan masih rendah yaitu hanya
wanita yang menikah di usia dini di Desa sebesar 5,39%. Tidak pernah ada sosialisasi
Tembokrejo sebesar 21,54%, sedangkan pada yang dilakukan oleh dinas terkait pada warga
kelompok wanita yang menikah pada usia dewasa desa Tembokrejo mengenai dampak negatif
hanya sebesar 4,62%. Dari angka tersebut dapat dari pernikahan usia dini pada kesehatan.
diketahui bahwa pada kelompok wanita yang 3. Angka prevalensi kejadian abortus spontan
menikah di usia dini, risiko mengalami keguguran di Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar
5 kali lebih besar daripada kelompok wanita yang Kabupaten Banyuwangi sebesar 13,08%.
menikah pada usia dewasa. Angka prevalensi kejadian abortus pada
Penyebab tingginya angka keguguran pada kelompok wanita yang menikah pada usia dini
wanita yang menikah pada usia dini dikarenakan sebesar 21,54%. Angka prevalensi kejadian
banyak faktor, diantaranya faktor fisik, rahim abortus pada kelompok wanita yang menikah
dari wanita yang hamil pada usia dini masih pada usia dewasa sebesar 4,62%.
belum siap untuk tempat tumbuhnya janin. 4. Terdapat hubungan antara pernikahan usia
Dinding rahim pada wanita yang menikah di dini dengan angka kejadian abortus spontan
usia dini masih kurang kuat untuk menyangga di Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar
janin yang berkembang di dalamnya, sehingga Kabupaten Banyuwangi.
Andrian dan Kuntoro, Abortus Spontan pada Pernikahan… 9

Saran Badan Pusat Statistik. 2007. Survei Demografi


1. Institusi yang berkaitan dengan kesehatan dan Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: Badan
reproduksi remaja lebih aktif untuk Pusat Statistik Indonesia.
menjalankan perannya mengingat angka Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Kesejahteraan
pernikahan dini masih sangat tinggi khususnya Rakyat 2006. Jakarta: Badan Pusat Statistik
di Desa Tembokrejo Muncar, dan juga masih Indonesia.
rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai Cunningham, F.G. 2005. Obstetri Williams.
dampak dari pernikahan usia dini. Jakarta: EGC.
2. Tenaga kesehatan khususnya di Desa Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007.
Tembokrejo memberikan sosialisasi atau Profil Kesehatan Indonesia 2006. Jakarta:
penyuluhan kepada masyarakat serta Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
memberikan contoh nyata kepada remaja putri Glasier, A. & Gebbie, A. 2005. Keluarga
di wilayahnya. Berencana & Kesehatan Reproduksi. EGC:
3. M e n g a m a n d e m e n U n d a n g - U n d a n g Jakarta.
Perkawinan No. 1 tahun 1974 mengenai usia Manuaba, I.B.G. 2001. Ilmu Kebidanan Penyakit
minimal pernikahan karena masih sangat Kandungan & Keluarga Berencana. Jakarta.
rendah. EGC.
Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan & Keluarga Berencana untuk
DAFTAR PUSTAKA Pendidikan Bidan. Jakarta: ECG.
Abdurrahman, E.H. 2008. Pola Perkawinan dan Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Edisi.
Perceraian di Jawa Barat. Warta Demografi, Jakarta: EGC.
Vol. 38, No. 4, 21–23. Mochtar, R. 2002. Sinopsis Obstetri Edisi 2.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Jakarta: EGC.
2010. Pendewasaan Usia Perkawinan & Santrock, J.W. 2007. Remaja, Edisi 11
Hak-hak Reproduksi bagi Remaja Indonesia. (Bennedictine Widyasinta, Penerjemah). Jilid 1.
Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Jakarta: Erlangga.
Nasional. UNICEF. 2001. Early Marriage Child Spouses.
Badan Pusat Statistik. 2010. Sensus Penduduk Innocenti Digest, No. 1, Maret 2001. 17
2010. Januari 5, 2013. www.bps.go.id. Desember 2012.
Badan Pusat Statistik. 2008. Profil Kesehatan http://www.unicef-irc.org/publications/pdf/
Indonesia 2006. Jakarta: Departemen digest7e.pdf
Kesehatan RI. UNICEF. 2008. The State of the World’s Children
Badan Pusat Statistik. 2008. Survei Kesehatan 2009. New York: United Nations Children’s
Reproduksi Remaja Indonesia 2007. Jakarta: Fund.
Badan Pusat Statistik Indonesia. Wijono, W. 2001. Implementasi Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial. Majalah
Kesehatan Perkotaan, VIII, No. 2, 21–32.

You might also like