0% found this document useful (0 votes)
183 views9 pages

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Puskesmas Jatidatar Kec. Bandar Mataram Kab. Lampung Tengah Herlina

This document summarizes a study on factors related to diarrhea occurrences in toddlers in Jatidadar Health Center, Bandar Mataram district, Lampung Tengah Regency. The study found that 31.43% of toddlers had experienced diarrhea, with those under age 2 at highest risk at 38.10%. Toddlers who did not receive exclusive breastfeeding were at 67.62% risk and those with poor nutrition status or who did not receive vitamin A supplementation had higher risks as well. Statistical tests found relationships between age, breastfeeding, nutrition status, and vitamin A provision with toddler diarrhea occurrences. The conclusion was that efforts are needed to increase exclusive breastfeeding coverage and raise public awareness about diarrhea's impacts.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
183 views9 pages

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Puskesmas Jatidatar Kec. Bandar Mataram Kab. Lampung Tengah Herlina

This document summarizes a study on factors related to diarrhea occurrences in toddlers in Jatidadar Health Center, Bandar Mataram district, Lampung Tengah Regency. The study found that 31.43% of toddlers had experienced diarrhea, with those under age 2 at highest risk at 38.10%. Toddlers who did not receive exclusive breastfeeding were at 67.62% risk and those with poor nutrition status or who did not receive vitamin A supplementation had higher risks as well. Statistical tests found relationships between age, breastfeeding, nutrition status, and vitamin A provision with toddler diarrhea occurrences. The conclusion was that efforts are needed to increase exclusive breastfeeding coverage and raise public awareness about diarrhea's impacts.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 9

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VII No.

1 Edisi Juni 2014, ISSN: 19779-469X

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE


PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIDATAR KEC. BANDAR MATARAM
KAB. LAMPUNG TENGAH

Herlina
Program Studi Kebidanan Metro Poltekkes Kemenkes Tajungkarang
e-mail: [email protected]
Abstract.
In 2012, toddler’s mortality caused by diarrhea was 10% from 7.614.000 and is the third leading
cause of toddlers death in the world. In Indonesia, diarrhea is the leading cause of death ranked 13th
with a proportion of 12% by 3003 diarrheal cases. The main factors are bacterial and viral infection,
child factors such as age, exclusive breast milk, and vitamin A, and the other factors such as maternal
and environmental factors. The purpose of this research is to determine the factors related to the
diarrhea occurence of toddlers in Jatidadar Health Center, Bandar Mataram district Lampung Tengah
Regency. The type of this analytical research is cross sectional. The population of the research was the
634 toddlers who have visited Jatidadar Health Center which is 105 respondents becoming samples,
using the quota sampling. The way to measure is by using checklist sheet which is analyzed as
univariate and bivariate with chi square test. The results of the data processing on the toddler diarrhea
occurrence proportions is 31, 43%, with age at risk (< 2 years) amounting to 38,10%, which does not
get breast milk exclusively is 67,62%, with poor nutritional status as much as 22,86%, not getting the
vitamin A is 41,90%. The results of statistical tests indicated that there is a relationship between age,
exclusive breast feeding, nutritional status, provision of vitamin A with diarrhea occurence of
toddlers. The conclusion of the research was that there was a relationship between age, exclusive
breast feeding, nutritional status, provision of vitamin A with diarrhea occurence of toddlers. Efforts
are needed to increase coverage of breast milk exclusively, as well as increase public awareness about
the impact of diarrheal disease.

Abstrak.
Kematian balita yang disebabkan oleh diare sebesar 10% dari 7.614.000 pada tahun 2012 dan
merupakan penyebab kematian ketiga di dunia pada balita. Diare di Indonesia merupakan penyebab
kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 12% dengan angka kejadian 3.003 kasus diare.Faktor
utama penyebab diare pada balita adalah faktor infeksi bakteri dan virus, faktor anak seperti usia, ASI
Eksklsuif dan vitamin A dan faktor lain yaitu faktor ibu dan faktor lingkungan. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas
Jatidatar Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah. Jenis penelitian analitik dengan
rancangan croos sectional. Populasi penelitian adalah seluruh balita yang melakukan kunjungan ke
puskesmas Jatidatar sebanyak 634 dan sampel sebanyak 105 responden dengan menggunakan tehnik
kuota sampling. Cara ukur menggunakan lembar checklist yang dianalisa secara univariat dan bivariat
dengan analisa chi square. Hasil pengolahan data proporsi kejadian diare pada balita sebesar 31,43%,
dengan usia yang berisiko (<2 tahun) sebesar 38,10%, yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif sebesar
67,62%, dengan gizi kurang sebanyak 22,86%, yang tidak mendapatkan Vitamin A sebesar 41,90%.
Hasil uji statistik ada hubungan antara usia (p value: 0,000), pemberian ASI Eksklusif (p value:
0,001), status gizi (p value: 0,000), pemberian Vitamin A (p value: 0,001) dengan kejadian diare pada
balita. Kesimpulan penelitian bahwa terdapat hubungan antara usia, ASI eksklsuif, status gizi dan
vitamin A dengan kejadian diare pada balita. Perlu upaya peningkatan cakupan ASI Eksklusif, serta
meningkatkan penyuluhan mengenai dampak dari penyakit diare

Kata kunci: Diare, Balita, usia.

Pendahuluan Berdasarkan laporan kesehatan dunia tahun


2012 yang dipublikasikan oleh WHO, disebutkan
Penyakit diare masih menjadi masalah bahwa penyebab kematian balita yang
kesehatan di dunia terutama di negara disebabkan oleh diare adalah sebesar 10% dari
berkembang seperti di Asia, Afrika dan Amerika 7.614.000 kematian balita dan merupakan
latin. Diare merupakan salah satu faktor yang penyebab kematian nomor tiga di dunia pada
menyebabkan kematian bayi dan balita termasuk balita, setelah kematian pneumonia (19%) dan
negara Indonesia sebagai negara berkembang. prematuritas (17%). Pada tahun yang sama, diare
di Asia Tenggara juga menempati urutan nomor

Herlina: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita ...102
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VII No.1 Edisi Juni 2014, ISSN: 19779-469X

tiga penyebab kematian pada anak di bawah usia ekonomi, dan faktor lingkungan seperti sumber
lima tahun dengan Proportional Mortality Rate air minum, keadaan jamban, air limbah,
(PMR) sebesar 11% (WHO, 2012). pembuangan sampah (Adisasmito, 2007).
Diare di Indonesia merupakan penyebab Distribusi kelompok usia diare tersebar di
kematian peringkat ke-13 dengan proporsi semua kelompok usia dengan prevalensi tertinggi
12% dengan angka kejadian 3.003 kasus diare pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%.
(Kemenkes, 2012).Sedangkan berdasarkan Prevalensi diare terbanyak pada anak usia < 2
penyakit menular, diare merupakan penyebab tahun, diikuti usia > 2 tahun bulan Sedangkan
kematian peringkat ke-3.Hasil Riset Kesehatan menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan
(Kemenkes, 2012) .Sedangkan berdasarkan perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada laki-
penyakit menular, diare merupakan penyebab laki dan 9,1% pada perempuan, dengan demikian
kematian peringkat ke-3. Hasil Riset Kesehatan seperti yang diprediksi, diare banyak diderita
Dasar (Riskesdas) tahun 2010, diare menjadi oleh kelompok usia < 2 tahun (Kemenkes, 2011).
penyebab kematian 31,4% bayi berusiakurang Hasil penelitian Nabilla (2011) dengan
dari 1 tahun dan menyebabkan kematian 25,2% hasil bahwa terdapat hubungan antara ASI
anak usia satu tahun hingga empat tahun eksklusif dengan kejadian diare pada balita
(Riskesdas, 2010). Provinsi Lampung tahun 2011 dengan p value 0,002. Hasil penelitian Ekayanti
menyebabkan kematian urutan pertama dari (2011) dengan hasil bahwa terdapat hubungan
seluruh Indonesia sebanyak 33 kasus (Kemenkes antar status gizi dengan kejadian diare pada balita
RI, 2012). dengan p value: 0,000. Hasil penelitian
Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga Nikmawati (2006) dengaan hasil bawha terdapat
masih sering terjadi, dengan CFR yang masih hubungan antara pemberian Vitamin A dengan
tinggi. Pada tahun 2011 terjadi KLB diare di 33 kejadian diare dengan p value 0,000.
propinsi dengan jumlah penderita Kejadian diare pada dua tahun terakhir di
3.003(Kemenkes RI, 2012). Provinsi Lampung Puskesmas Jatidatar Kecamatan Bandar Mataram
tahun 2010 frekuensi kejadian diare sebesar 50% Kabupaten Lampung Tengah cenderung
dan Kabupaten Lampung Tengah, kurun waktu mengalami kenaikan diperoleh, pada tahun 2010
tahun 2008-2009 terjadi peningkatan kejadian data angka kejadian diare sebanyak 306 (22,83%)
diare dari 13,65% meningkat menjadi 14,5% kasus dari 1340 kunjungan balita dan pada tahun
pada tahun 2009, proporsi kasus diare menurut 2011 sebanyak 394 (27,72%) kasus dari 1421
usia untuk tahun 2009 pada kelompok usia< 5 kunjungan balita dan merupakan penyakit
tahun (38,77 %) (Dinkes Lampung Tengah, terbanyak kedua (Puskesmas Jatidatar, 2011).
2009).
Diare dapat menimbulkan dehidrasi, Metode
gangguan keseimbangan asam-basa,
hypoglikemia, gangguan gizi dan gangguan Jenis penelitian survey analitik dengan
sirkulasi berupa renjatan atau shock hipovolemik rancangan cross secsional. Populasi penelitian
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi adalah seluruh balita yang melakukan kunjungan
hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat ke puskesmas Jatidatar pada tahun 2012
menengakibatkan perdarahan dalam otak, sebanyak 634 dan hasil perhitungan besar sampel
kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong menurut slovin (Notoatmodjo, 2010) sebanyak
penderita dapat meninggal (Kemenkes, 2010). 105 responden. Teknik pengambilan sampel
Faktor utama penyebab diare pada balita menggunakan tehnik kuota sampling. Cara ukur
adalah faktor infeksi bakteri dan virus seperti menggunakan angket pada variabel kejadian
Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, diare, usia balita, pemberian ASI ekslusif dan
Poliomyelitis) Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus vitamin A sedangkan variabel status balita
(Depkes RI, 2007). Faktor lain adalah faktor menggunakan observasi. Alat ukur yang
anak, faktor ibu dan faktor lingkungan. Diare digunakan berupa kuesionar dan lembar checklist
juga disebabkan oleh faktor ibu yang meliputi: yang dianalisa secara univariat dan bivariat
pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, faktor anak dengan analisa chi square.
seperti : usia, jenis kelamin, status gizi,
pemberian asi eksklusif, imunisasi, faktor sosial

Herlina: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita ...103
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VII No.1 Edisi Juni 2014, ISSN: 19779-469X

Hasil
1. Analisis Univariat
Tabel 1
Distribusi Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Diare

Variabel Penelitian Jumlah %


Kejadian Diare
a. Diare 33 31,43
b. Tidak Diare 72 68,57
Usia Balita
a. Berisiko (< 2 tahun) 40 38,10
b. Tidak Berisiko (2-5 tahun) 65 61,90
Pemberian ASI Eksklusif
a. Beresiko (tidak eksklusif) 71 67,62
b. Tidak Beresiko (Ekslusif) 34 32,38
Status Giizi Balita
a. Berisiko (kurang) 24 22,86
b. Tidak berisiko (baik) 81 77,14
Pemberian Vitamin A
a. Tidak diberikan 44 41,90
b. Diberikan 60 57,14

Tabel 1, dari 105 responden diketahui 31,43% beresiko (tidak diberi ASI Ekslusif(, 22,86%
balita mengalami diare, 38,10% balita dengan ststus gizi balita beresiko (kurang) dan 41,90%
usia beresiko (< 2 tahun), 67,62% balita balita tidak diberi vitamin A.

2. Analisis Bivariat
Tabel 2
Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Diare

Kejadian Diare
Total OR
Variabel Diare Tidak Diare Nilai P
(95% CI)
n % n % n %
Usia Balita
Beresiko (<2 tahun) 26 65 14 35 40 100 15,388 0,000
Tidak Beresiko (≥ 2 tahun) 7 10,8 58 89,2 65 100 (5.558-42,605)
Jumlah 33 31,4 72 68,6 105 100
Pemberian ASI Eksklusif
Berisiko (tidak diberi ASI
30 42,3 41 57,7 71 100 0,001
Eksklusif) 7,561
Tidak Berisiko (diberi ASI
3 8,8 31 91,2 34 100 (2,112-27,064)
Eksklusif)
Jumlah 33 31,4 72 68,6 105 100
Status Gizi
Berisiko (gizi kurang) 17 70,8 7 20,2 24 100 9,866 0,000
Tidak Berisiko (Gizi
16 19,8 65 80,2 65 100 (3.500-27,810)
baik)
Jumlah 33 21,4 72 68,6 105 100
Pemberian vitamin A
Tidak diberikan 22 50 22 50 44 100 4,545 0,001
Diberikan 11 18 50 82 61 100 (1,884-10,968)
Jumlah 33 21,4 72 68,6 105 100

Herlina: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita ...104
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VII No.1 Edisi Juni 2014, ISSN: 19779-469X

Tabel 2, dari 105 balita berusia beresiko (< Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah
2 tahun) dan mengalami diare sebanyak 65% Tahun 2012 terdapat 31,43% (33 balita) yang
(26), sedangkan yang Balita yang berusia tidak mengalami diare. Hasil penelitian ini juga
berisiko mengalami diare sebanyak 10,8% (7). memiliki kesamaan dengan hasil penelitian oleh
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,000 Setyaningrum (2011) di Kampung Bina Karya
(p value ≤ α), maka Ho ditolak yang berarti ada Utama Kecamatan Putra Rumbia Lampung
hubungan usia balita dengan kejadian diare. Tengah dengan hasil bahwa terdapat 26,86%
Hasil analisis diperoleh nilai OR 15,388 balita yang mengalami kejadian diare.
artinya balita yang mempunyai usia beresiko (< Balita dinyatakan diare bila frekuensi
2 tahun) berpeluang terjadi diare sebesar 15 kali buang air lebih dari 3 kali. Kejadian diare pada
dibanding dengan balita yang berusia tidak balita disebabkan karena masuknya jasad renik
beresiko (≥ 2 tahun). yang masih hidup ke dalam usus halus dan
Dari 105 balita yang berisiko (tidak diberi berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus
ASI Eksklusif) dan mengalami diare sebanyak halus yang toksin (toksindiaregenik) sehingga
42,3% (30), sedangkan yang tidak berisiko terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
mengalami diare hanya 8,8% (3). Hasil uji menimbulkan diare (Hasan dan Alatas, 2007)
statistik diperoleh nilai p value 0,001 (p value ≤ Hasil yang diperoleh tentang proporsi
α), maka Ho ditolok yang berarti ada hubungan balita yang mengalami kejadian diare tersebut
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare. kemungkinan dapat disebabkan pada balita
Hasil analisis diperoleh nilai OR 7,561 artinya terjadi infeksi kuman, virus dan malabsorbsi
balita yang berisiko (tidak diberi ASI Eksklusif) makan akibat dari perilaku kesehatan yang
berpeluang terjadi diare sebesar 7 kali lebih kurang baik serta faktor resiko lain seperti
dibanding dengan balita yang tidak berisiko lingkungan sekitar anak, tidak diberikan ASI
(diberi ASI eksklusif). secara eksklusif dan tidak diberikannyavitamin
Dari 105 balita dengan status gizi A pada balita.
berisiko (gizi kurang) dan mengalami diare Berdasarkan keadaan tersebut maka
sebanyak 70,8% (17), sedangkan yang tidak diperlukan upaya untuk menurunkan angka
berisiko mengalami diare sebanyak 19,8% (16). kejadian diare dengan pencegahan diare melalui
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,000 penerapan perilaku hidup bersih dan sehat,
(p value ≤ α), maka Ho ditolak yang berarti ada pemberian ASI Eksklusif, vitamin A, serta
hubungan ststus gizi balita dengan penyuluhan mengenai pertolongan diare di
kejadian diare. Hasil analisis diperoleh nilai OR rumah agar dampak buruk dari diare dapat
9,866 artinya balita yang memiliki status gizi dicegah sebelum mendapatkan pertolongan
berisiko (gizi kurang) berpeluang terjadi diare lebih lanjut di sarana kesehatan.
sebesar 9 kali lebih dibanding dengan balita
yang memiliki status gizi tidak beresiko (gizi 2. Proporsi Usia Balita
baik). Hasil analisa proporsi usia balita di
Dari 105 balita yang tidak diberikan Puskesmas Jatidatar Kecamatan Bandar
vitamin A dan mengalami diare sebanyak 50% Mataram Kabupaten Lampung Tengah pada
(22), sedangkan yang diberi vitamin A yang tahun 2012 diperoleh hasil sebanyak 38,10%
mengalami diare sebanyak 18% (11). Hasil uji (40 balita) dengan usia yang berisiko (< 2
statistik diperoleh nilai p value 0,001 (p value ≤ tahun). Hasil penelitian ini memiliki hasil yang
α), maka Ho ditolak yang berarti ada sejenis dengan hasil penelitian oleh Shinta
hubungan pemberian vitamin A dengan Murniwati (2005) di Kabupaten Semarang
kejadian diare. Hasil analisis juga diperoleh dengan hasil bawah terdapat 38,86% balita
nilai OR 4,545 artinya balita yang tidak diberi dengan usia yang berisiko (< 2 tahun).
vitamin A berpeluang terjadi diare sebesar 4 Klasifikasi usia anak yang berisiko atau
kali lebih dibanding dengan balita yang diberi usia kurang dari 2 tahun berkaitan dengan daya
vitamin A. tahan tubuh anak yang lemah serta aktivitas
anak yang mulai memasukkan segala sesuai ke
Pembahasan dalam mulutnya sehingga berisiko terkena
infeksi kuman yang menyebabkan diare
1. Proporsi Kejadian Diare (Kemenkes, 2010).
Hasil analisa proporsi kejadian diare pada Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
balita di Puskesmas Jatidatar Kecamatan menunjukkan bahwa proporsi usia anak yang

Herlina: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita ...105
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VII No.1 Edisi Juni 2014, ISSN: 19779-469X

kurang dari 2 tahun tersebut berkaitan dengan 4. Proporsi Status Gizi Balita
hasil yang diperoleh dari pengumpulan data dan Hasil analisa proporsi status gizi balita di
keadaan yang ada di lokasi penelitian. Puskesmas Jatidatar Kecamatan Bandar
Berdasarkan hasil tersebut maka perlu Mataram Kabupaten Lampung TengahTahun
penyuluhan pada ibu untuk lebih 2012 sebanyak 22,86% (24 balita) dengan
memperhatikan hygiene anak balitanya status gizi kurang. Hasil penelitian ini sejenis
khususnya yang berusia kurang dari 2 tahun dengan hasil penelitian Ekayanti (2011) di
serta dengan melakukan pengawasan lebih RSUD Demang Sepulau Raya tentang faktor-
dengan menjaga kebersihan benda-benda yang faktor yang berhubungan dengan kejadian diare
ada di sekitar anak agar terhindar dari kuman dengan hasil terdapat 41.2% balita dengan
dan virus yang anak terinfeksi kuman penyakit status gizi kurang.
Status gizi menunjukkan keadaan tubuh
3. Proporsi Pemberian ASI Eksklusif. sebagai akibat konsumsi makanan dan
Hasil analisa proporsi pemberian ASI penggunaan zat-zat gizi (Almatsier,
Ekslusif di Puskesmas Jatidatar Kecamatan 2009).Ekspresi dari keadaan keseimbangan
Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah dalam bentuk variabel tertentu, merupakan
Tahun 2012 sebanyak 67,62% (81 balita) yang indek yang statis dan agregatif sifatnya kurang
tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Angka peka untuk melihat terjadinya perubahan dalam
kurangnya balita yang mendapatkan ASI secara waktu pendek misalnya bulanan (Supariasa
eksklusif tersebut berkaitan dengan cakupan dkk, 2002).
pemberian ASI eksklusif dis wilayah kerja Berdasarkan hasil yang diperoleh
puskesmas Jatidatar yang hanya mencapai keadaan status gizi yang kurang pada balita
54,63%, dimana angka ini masih jauh dari tersebut dapat dimungkinkan karena berkaitan
target sebesar 80%, dan angka ini dengan hasil dengan karakteristik ibu dengan pendidikan
yang sejenis dengan hasil penelitian Wijayanti yang rendah serta ekonomi ibu yang berkaitan
(2010) di Desa Puskesmas Gilingan dengan pekerjaan ibu yang sebagian besar
Kecamatan Banjarsari Surakarta dengan hasil sebagai ibu rumah tangga dan dapat dikaitkan
bahwa terdapat 50% balita yang mendapatkan dengan cakupan pemberian ASI eksklusif yang
ASI eksklusif. rendah (32,38%).
ASI eksklusif merupakan sumber gizi Berdasarkan hasil tersebut maka perlu
yang sangat ideal dengan komposisi yang dilakukan penyuluhan mengenai peningkatan
seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan gizi balita dengan memberikan makanan
pertumbuhan bayi.ASI adalah makanan bayi dengan gizi seimbang serta diawali dengan
yang paling sempurna, baik kualitas maupun pemberian ASI secara ekslusif dan diteruskan
kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui dengan pemberian MP ASI dengan gizi yang
yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan seimbang.
cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi
normal sampai usia 6 bulan (Roesli, 2000). 5. Proporsi Pemberian Vitamin A
Proporsi pemberian ASI eksklusif Hasil analisa proporsi pemberian Vitamin
tersebut dapat dimungkinkan karena kurangnya A pada balita di Puskesmas Jatidatar
kesadaran ibu akan pentingnya pemberian ASI Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten
eksklusif juga ketidaktahuan ibu mengenai usia Lampung TengahTahun 2012 sebanyak 41,90%
berapa sebaiknya bayi sudah dapat diberikan (44 balita) yang tidak diberikan vitamin A.
makanan tambahan. Hasil peneltiian sama dengan hasil penelitian
Berdasarkan hasil tersebut maka perlu Nikmawati (2006) di Kelurahan Maccini Baji
dilakukan penyuluhan mengenai manfaat ASI Kecamatan Lau Kabupaten Maros dengan hasil
eksklusif serta penundaan pemberian makanan terdapat 33.21% balita yang tidak mendapatkan
pendamping ASI ataupun susu formula vitamin A.
sehingga cakupan pemberian ASI eksklusi Vitamin A merupakan zat gizi yang
meningkat serta bayi dapat mendapatkan zat penting (essensial) bagi manusia karena zat gizi
penting bagi pertumbuhan dan ini tidak dapat dibuat oleh tubuh sehingga harus
perkembangannya dalam upaya peningkatan dipenuhi dari luar.Vitamin A merupakan zat
daya tahan tubuh bayi dari kuman penyebab gizi yang penting (essensial) bagi manusia
diare. karena zat gizi ini tidak dapat dibuat oleh tubuh

Herlina: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita ...106
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VII No.1 Edisi Juni 2014, ISSN: 19779-469X

sehingga harus dipenuhi dari luar. Secara luas memasukkan segala sesuatu ke dalam
vitamin A merupakan namagenerik yang mulutnya.
menyatakan semua retinoid dan prekursor atau Berdasarkan hasil tersebut maka
provitamin A atau karotenoid yang mempunyai diperlukan upaya untuk memberikan
aktivitas biologik sebagai retinol (Almatsier, penyuluhan kepada ibu mengenai kondisi daya
2009) tahan tubuh balita dengan usia kurang dari 2
Hasilyang diperoleh mengenai pemberian tahun serta melakukan pengawasan dan
vitamin A yang masih kurang tersebut dapat menjaga kebersihan benda-benda yang ada di
disebabkan oleh usia balita yang belum sekitar anak, membiasakan anak mencuci
mendapatkan vitamin A berkaitan dengan tangan agar tidak menjadi media penyebaran
program pemberian vitamin A setiap 6 bulan penyakit diare serta peningkatan penyuluhan
sekali sehingga bayi belum mendapatkan mengenai pelaksanaan PHBS dalam rumah
vitamin A. tangga sebagai salah satu upaya peningkatan
Berdasarkan hasil tersebut maka perlu penyebaran penyakit diare.
dilakukan penyuluhan mengenai manfaat
vitamin A dan penyuluhan pada ibu untuk rutin 7. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif
mamawa balitanya ke posyandu agar dengan Kejadian Diare
mendapatkan vitamin A secara rutin serta Hasil analisa data didapatkan bahwa nilai
peningkatan pengetahuan ibu mengenai jenis- p value adalah 0,001< α: 0,05, yang berarti
jenis makanan yang mengandung vitamin A terdapat hubungan antara ASI Eksklusif dengan
untuk memenuhi kebutuhan balita. kejadian diare pada balita di Puskesmas
Jatidatar Kecamatan Bandar Mataram
6. Hubungan Usia Balita dengan Kejadian Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012.
Diare Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
Hasil analisa data didapatkan bahwa nilai penelitian Nabilla (2011) di Puskesmas Duren
p value adalah 0,000< α: 0,05, yang berarti Sawit Jakarta Timur dengan hasil bahwa
terdapat hubungan antara usia dengan kejadian terdapat hubungan antara ASI eksklusif dengan
diare pada balita di Puskesmas Jatidatar kejadian diare pada balita dengan p value 0,002.
Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Pada anak yang tidak mendapatkan ASI
Lampung Tengah Tahun 2012. Hasil penelitian eksklusif tidak memperoleh zat kekebalan pada
ini sama dengan hasil penelitian Shinta Air Susu Ibu (ASI) akan rentan terinfeksi
Murniwati (2005) di Kabupaten Semarang kuman penyakit. ASI mampu memberi
dengan hasil bawah Balita usia< 24 bulan perlindungan baik secara aktif maupun pasif.
mempunyai risiko 3,18 kali terkena diare ASI tidak saja menyediakan perlindungan yang
dibanding balita berusia > 24 bulan (OR: 3,183, unik terhadap infeksi dan alergi, tetapi juga
dan p value: 0,001). merangsang perkembangan sistem kekebalan
Usia anak yang berisiko mengalami diare bayi itu sendiri. ASI memberikan zat kekebalan
menurut Kemenkes (2010) adalah < 2 tahun yang belum dapat dibuat oleh bayi. AS1 yang
karena daya tahan tubuh anak yang masih mengandung beberapa unsur dan dengan
lemah serta anak mulai aktif memasukkan adanya zat anti-infeksi dan ASI maka bayi yang
benda-benda ke dalam mulutnya sehingga diberi ASI akanterlindung dan berbagai macam
berisiko terkena infeksi. Hal ini juga berkaitan infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri,
dengan infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian virus, jamur, atau parasit. AS1 juga ternyata
tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis mengandung zat anti-infeksi (Roesli, 2000)
media akut (OMA), tonsilofaringitis, sehingga bayi yang tidak mendapatkan ASI
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya Eksklusif akan lebih berisiko terkena diare.
dimana keadaan ini terutama terdapat pada bayi Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
dan anak berusia di bawah 2 tahun. menunjukkan bahwa balita yang tidak
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini mendapatkan ASI secara eksklusif memiliki
menunjukkan bahwa usia balita berkaitan hubungan dengan kejadian diare, dimana hal
dengan kejadian diare dimana hal tersebut tersebut berkaitan dengan kurangnya zat
dimungkinkan berkaitan dengan usia anak yang kekebalan yang diterima anak melalui ASI serta
kurang dari 2 tahun memiliki resiko terkena gizi anak yang kurang, sehingga anak lebih
diare berkaitan dengan daya tahan tubuh bayi mudah terinfeksi kuman penyebab diare. Dalam
dan aktivitas anak pada masa oral yang sering penelitian ini juga terdapat balita yang

Herlina: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita ...107
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VII No.1 Edisi Juni 2014, ISSN: 19779-469X

mendapatkan ASI Eksklusif yang menderita sukar diputuskan, karena keduanya saling
diare (3 balita) dimana hal tersebut dapat terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi
dimungkinkan karena tidak diberikan ASI kronik akan menyebabkan kurang gizi dan
Eksklusif bukan satu-satunya penyebab dari kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan
kejadian diare namun dapat disebabkan oleh dampak buruk pada sistem pertahanan sehingga
faktor lain seperti usia, status gizi, pemberian memudahkan terjadinya infeksi. Kekurangan
vitamin dan faktor lainnya. gizi merupakan suatu keadaan dimana terjadi
Berdasarkan hasil tersebut maka kekurangan zat-zat gizi ensensial.Status gizi
diperlukan penyuluhan meningkatnya cakupan berhubungan dengan kejadian diara karena pada
pemberian ASI esklusif pada balita oleh tenaga anak dengan status gizi kurang daya tahan
kesehatan melalui kegiatan posyandu kepada terhadap tekanan atau stress menurun, sistem
ibu akan pentingnya pemberian ASI secara imunitas dan antibodi berkurang, sehingga anak
eksklusif berdasarkan manfaat yang terkandung mudah terserang infeksi seperti diare
dalam ASI sejak ibu dalam masa kehamilan (Almatsier, 2009).
sehingga cakupan pemberian ASI eksklusif Berdasarkan hasil tersebut maka
dapat meningkat serta bayi mendapatkan diperlukan upaya peningkatan pelaksanaan
seluruh nutrisi yang terkandung di dalam air keluarga sadar gizi (KADARZI) dengan
susu ibu. melakukan penyuluhan kepada ibu akan
pentingnya menjaga asupan nutrisi pada balita
8. Hubungan Status Gizi Balita dengan dengan memberikan makanan yang bergizi dan
Kejadian Diare mengandung zat gizi seimbang seperti
Hasil analisa data didapatkan bahwa nilai karbohidrat, protein, vitamin dan mineral yang
p value adalah 0,000< α: 0,05, yang berarti terkandung dalam nasi, sayuran hijau, lauk
terdapat hubungan antara status gizi balita pauk daging, ikan dan serta anjuran untuk
dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas melakukan kunjungan ke posyandu guna
Jatidatar Kecamatan Bandar Mataram memantau pertumbuhan balita melalui kegiatan
Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012. penimbangan dan pemberian makanan
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil tambahan secara rutin setiap bulannya.
penelitian Ekayanti (2011) di RSUD Demang
Sepulau Raya tentang faktor-faktor yang 9. Hubungan Pemberian Vitamin A dengan
berhubungan dengan kejadian diare dengan Kejadian Diare
hasil bahwa terdapat hubungan antar status gizi Hasil analisa data didapatkan nilai p
dengan kejadian diare pada balita dengan p value 0,00<α:0,05, berarti terdapat hubungan
value: 0,000. antara pemberian vitamin A dengan kejadian
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diare pada balita di Puskesmas Jatidatar
menunjukkan bahwa balita dengan status gizi Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten
memiliki hubungannya dengan kejadian diare, Lampung TengahTahun 2012.
dimana hal tersebut berkaitan dengan daya Hasil penelitian ini sesuai dengan
tahan tubuh balitaterhadap kuman penyakit penelitian Nikmawati (2006) di Kec. Lau Kab.
yang menginfeksinya sehingga pada anak Maros tentang hubungan asupan vitamin A
dengan status gizi kurang lebih rentanterinfeksi dengan kejadian Diare di Kel. Maccini Baji
kuman. Kec. Lau Kab. Maros dengaan hasil bahwa
Beberapa aspek yang diteliti status gizi terdapat hubungan antara pemberian Vitamin A
memiliki faktor risiko yang signifikan dalam dengan kejadian diare dengan p value 0,000.
menyebabkan penyakit diare pada anak, Hasil penelitian ini menunjukkan
rendahnya status gizi pada anak merupakan pemberian vitamin A berhubungan dengan
faktor risiko yang rentan untuk menyebabkan kejadian diare karena daya tahan tubuh anak
penyakit diare. Keadaan gizi yang buruk dapat terhadap penyakit yang rendah dibanding
menyebabkan proses metabolisme di dalam dengan Anak yang cukup mendapat vitamin A,
tubuh menjadi terganggu karena tubuh sehingga tidak mudah menjadi parah dan tidak
mengalami kekurangan zat-zat penting guna membahayakan jiwa anak.
meningkat daya tahan tubuh dan dapat Kekurangan vitamin A meningkatkan
menyebabkan bayi menjadi rentan terinfeksi risiko anak terhadap penyakit infeksi seperti
kuman penyakit. Kaitan kurang gizi dan penyakit diare, serta menyebabkan
kejadian diare seperti layaknya lingkaran yang keterlambatan pertumbuhan. Kaitan antara

Herlina: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita ...108
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VII No.1 Edisi Juni 2014, ISSN: 19779-469X

kejadian infeksi kuman diare dengan pemberian resiko seperti usia balita, ASI eksklusif, status
Vitamin A adalah berdasarkan kandungan dari gizi dan pemberian vitamin A.
vitamin A yang dapat berfungsi sebagai katalis
reaksi biokimia dalam tubuh, menjaga fungsi
sel epitel yang dalam meningkatkan status Daftar Pustaka.
kekebalan atau daya tahan tubuh. Retinol
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan Adisasmito, Wiku, 2007, Faktor Resiko Bayi
deferensiasi limfosit B leukosit yang berperan dan Balita di Indonesia: Systematic
dalam proses kekebalanhumoral (Almatsier, Review Penelitian Akademik Bidang
2009). Kesehatan Masyarakat, Makaran
Penelitian dua puluh tahun terakhir Kesehatan Vol. 11, FKMUI, Jakarta.
memberikan bukti-bukti nyata bahwa Almatsier, 2009, Prinsip dasar ilmu Gizi, PT.
kekurangan vitamin A berdampak buruk Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
terhadap kesehatan anak dan kelangsungan Depkes RI, 2007, Buku Saku Rumah Tangga
hidup anak secara keseluruhan. Penelitian di Sehat dengan PHBS, Pusat Promosi
Propinsi Aceh dan Jawa Barat menunjukkan Kesehatan. Jakarta.
bahwa anak-anak yang tidak mendapatkan Dinkes Lampung, 2008, Profil Kesehatan
vitamin A mempunyai risiko lebih tinggi Lampung Tahun 2007, Dinkes,
sebesar 2-3 kali untuk menderita penyakit Lampung.
infeksi seperti diare (Almatsier, 2009). Ekayanti, 2011 Faktor-faktor yang berhubungan
Berdasarkan hasil tersebut maka dengan kejadian diare pada anak yang
diperlukan peningkatan cakupan pemberian dirawat di RSUD Demang Sepulau Raya
vitamin A secara gratis melalui kegiatan Tahun 2011, Skripsi, Stike Aisiyah
posyandu serta peningkatan pengetahuan ibu Peringsewu.
tentang janis-jenis makanan yang banyak Hasan dan Alatas, 2007, Ilmu kesehatan Anak,
mengandung vitamin A seperti sayur-sayuran Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI,
hijau serta dapat juga ditambah dengan Jakarta.
suplement vitamin guna memenuhi kebutuhan Kemenkes RI, 2010, Profil Kesehatan Indonesia
balita terhadap vitamin A. Tahun 2009, Jakarta.
Kemenkes RI, 2011, Riskesdas, Profil
Simpulan Kesehatan Indonesia Tahun 2011,
Jakarta.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Kemenkes RI, 2012, Situasi Diare di Indonesia,
terhadap 105 responden, diketahui proporsi Kemenkes RI, Jakarta.
kejadian diare sebesar 31,43%, proporsi usia Nabilla, 2011, Hubungan Pemberian ASI
balita yang beresiko (<2 tahun) sebesar 38,10%, Eksklusif terhadap Kejadian Diare di
proporsi balita yang tidak mendapatkan ASI Puskesmas Kecamatan Duren Sawit
Eksklusif sebesar 67,62%, proporsi status gizi Jakarta Timur, Skripsi, Universitas
balita dengan gizi kurang sebanyak 22,86%, Veteran, Jakarta.
proporsi balita yang tidak mendapatkan Nikmawati (2006). Faktor-Faktor yang
Vitamin A sebesar 41,90%. Ada hubungan berhubungan dengan kejadian diare di
antara usia balita (p value: 0,000), pemberian Kelurahan Baji Kec. Lau Kab. Maros.
ASI Eksklusif (p value: 0,001), status gizi Skripsi. Universitas Diponegoro.
balita (p value: 0,000) dan pemberian Vitamin Semarang.
A (p value: 0,001). Notoatmodjo, Seokidjo, 2010, Metodologi
Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta,
Saran Jakarta.
Tenaga kesehatan yang ada Puskesmas Roesli,Utami, 2000, Asi Eksklusif, Pustaka
Jatidatar untuk dapat menurunkan angka Bunda, Jakarta.
kejadian diare melalui beberapa langkah Setyaningrum (2011). Hubungan Faktor Usia
penting seperti peningkatan cakupan ASI balita, status gizi balita dengan kejadian
Eksklusif, PHBS dalam rumah tangga dan diare di Kampung Bina Karya Utama
keluarga sadar gizi meningkatkan penyuluhan Kec. Putra Rumbia Lampung Tengah
mengenai dampak dari penyakit diare Tahun 2010. Skripsi STIKES Umitra
khususnya pada ibu dengan balita dengan faktor Lampung.

Herlina: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita ...109
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VII No.1 Edisi Juni 2014, ISSN: 19779-469X

Sintha Murniwaty, 2006, Faktor-faktor Diare


Akut Pada balita: Syudi Kasus di
Kabupaten Semarang, Tesis, Universita
Diponegoro . Semarang.
Supariasa, 2002, Penilaian Status Gizi, EGC,
Jakarta.
WHO, 2012, The World Health Statistic 2012.
Jeneva.
Wijayanti, 2010, Hubungan Antara Pemberian
Asi Eksklusif dengan Angka Kejadian
Diare pada Bayi Umur 0-6 Bulan di
Puskesmas Gilingan Kecamatan
Banjarsari Surakarta, Skripsi, Fakulta
Kedokteran Universitas Sebelas Maret,
Solo.

Herlina: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita ...110

You might also like