ID Pengembangan Media Poster Dan Strategi Edukasi Gizi Untuk Pengguna Posyandu Dan
ID Pengembangan Media Poster Dan Strategi Edukasi Gizi Untuk Pengguna Posyandu Dan
Abstract
The results of study Nutrition Awareness Family (Kadarzi) in six provinces showed that nutrition
knowledge and behavior of adults group is still low. The study of Kadarzi focused on the development of
nutrition education strategies which was adjusted to the problems found in the community. The goal is to
develop a media strategy posters and nutrition education for mothers of posyandu users and the future
brides in an effort to achieve Kadarzi. The type of study was operational research. The study design was
cross-sectional, with qualitative and quantitative methods. The study was conducted in three provinces:
West Java, West Sumatra and East Kalimantan. The Samples taken for messenger is posyandu cadres and
marriage-guidance counsellors. The Samples taken for nutritional education is the mothers of posyandu
users and the bride. Educational messages developed were advice to eat vegetables and fruits, weighing
for children under five, pregnant women anemia, exclusive breastfeeding and malnutrition. The results
from the test of implementation nutrition education using posters media Kadarzi showing >70 % of
targeted education increased their nutrition knowledge better than before, and generally the posyandu
cadres were able to convey the message properly as well as the marriage-guidance counsellors in the
Office of Religious Affairs. This study concluded that nutrition education posters which were made fairly
simple, easy to understand, universal and also effective were able to improve the nutritional knowledge
of mothers of posyandu users and future brides.
Keywords : Nutrition Education, poster, aware family nutrition, posyandu users, future brides.
Abstrak
Hasil Studi Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) di enam provinsi menunjukkan bahwa pengetahuan dan
perilaku gizi kelompok usia dewasa masih rendah. Penelitian ini memfokuskan pada pengembangan
strategi edukasi gizi yang disesuaikan dengan permasalahan yang ditemukan di masyarakat. Tujuannya
mengembangkan media poster dan strategi edukasi gizi untuk ibu-ibu pengguna posyandu dan calon
pengantin dalam upaya pencapaian Keluarga Sadar Gizi. Jenis penelitian adalah penelitian operasional
dengan desain penelitian potong lintang (Cross-sectional) menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian dilakukan di tiga provinsi: Jawa Barat, Sumatera Barat dan Kalimantan Timur. Sampel
penyampai pesan adalah kader posyandu dan penyuluh perkawinan. Sampel sasaran edukasi gizi adalah
ibu-bu pengguna posyandu dan calon pengantin (catin). Pesan edukasi yang dikembangkan yaitu anjuran
makan sayur dan buah, penimbangan berat badan anak balita, anemia ibu hamil, ASI eksklusif dan
gizi buruk. Hasil uji implementasi edukasi gizi dengan menggunakan media poster Kadarzi yang dibuat,
menunjukkan bahwa >70 % sasaran edukasi pengetahuan gizinya meningkat menjadi lebih baik dari
sebelumnya, dan kader posyandu mampu menyampaikan pesan dengan baik begitu juga petugas penyuluh
perkawinan di Kantor Urusan Agama (KUA). Dari studi ini disimpulkan bahwa poster edukasi gizi yang
dibuat cukup sederhana, mudah dipahami dan bersifat universal serta cukup efektif untuk meningkatkan
pengetahuan gizi ibu-ibu pengguna posyandu dan calon pengantin.
Kata kunci : Edukasi gizi, Poster, Keluarga sadar gizi, Pengguna posyandu, Calon-pengantin
195
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 43, No. 3, September 2015 : 195-206
196
Pengembangan Media Poster dan Strategi Edukasi Gizi untuk ... (Hermina, Sri Prihatini)
dilakukan di tiga provinsi yaitu Jawa Barat, dengan jawaban terbuka. Hal yang sama dilakukan
Sumatera Barat dan Kalimantan Timur (di 6 terhadap buku pedoman.
kabupaten/kota dan 12 kecamatan). Di masing- Setelah proses uji coba kelayakan
masing kecamatan dipilih 1-2 Posyandu. Saluran dilakukan, semua kritik saran dan masukan dari
edukasi gizi adalah Posyandu dan Kantor Urusan penyampai pesan direkap dan menjadi bahan
Agama (KUA) di tingkat kecamatan dengan untuk perbaikan media poster. Perbaikan media
bantuan dan pengawasan dari Puskesmas setempat. dilakukan di Pusat Teknologi Terapan Kesehatan
Penelitian dilakukan pada tahun 2011 dari DIPA dan Epidemiologi Klinik, sub bidang Teknologi
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Terapan Gizi dan Makanan di Bogor, melalui
Kementerian Kesehatan RI. diskusi semua tim peneliti, pakar KIE dan design
Populasi penelitian adalah perempuan grafhis.
usia dewasa (>15 tahun). Sampel adalah ibu- Kelima poster Kadarzi dan buku
ibu pengguna posyandu dan calon pengantin pedoman yang sudah diperbaiki selanjutnya diuji
perempuan dan laki-laki (Catin). Sampel terdiri implementasinya di lapangan. Uji coba dilakukan
dari dua kelompok, yaitu sampel uji coba kelayakan dengan pengamatan terhadap penyampai pesan dan
poster dan sampel uji coba implementasi edukasi penilaian terhadap perubahan pengetahuan serta
Kadarzi dengan menggunakan poster. Sampel uji respon sasaran edukasi gizi selama penyuluhan.
coba kelayakan media adalah calon penyampai Tahapan uji implementasi adalah sebagai berikut:
pesan sebagai provider yaitu para kader posyandu a) Persiapan dan proses penyampaian pesan, b)
(n=62); penyuluh perkawinan di kantor urusan Pengamatan dan penilaian oleh peneliti, c) Pre dan
agama (KUA) serta pengurus majelis taqlim post test untuk mengetahui perubahan pengetahuan
(n=54). Pengurus majelis taqlim ikut dilibatkan sasaran edukasi, sebelum dan sesudah dilakukan
dalam penelitian untuk membantu memberi edukasi.
masukan perbaikan poster. Persiapan dan proses penyampaian pesan
Sedangkan sampel uji coba implementasi (penyuluhan) dilakukan diluar jadwal Posyandu.
edukasi gizi adalah pengguna posyandu yaitu ibu- Sedangkan di KUA dilakukan setelah calon
ibu balita/baduta, ibu hamil dan ibu menyusui pengantin terkumpul dalam periode 1-2 minggu
(n= 121) dan para calon pengantin di KUA (n pendaftaran nikah (5-6 pasang). Persiapan
=69). Mereka adalah sebagai sasaran edukasi gizi dilakukan oleh peneliti beberapa hari sebelum
yang diharapkan menjadi agent of change bagi dilakukan uji coba berupa pelatihan singkat untuk
keluarganya. Sebagai penyampai pesan/penyuluh menjelaskan materi dan pesan Kadarzi dalam
adalah kader posyandu (n=24) dan petugas KUA poster dan buku pedoman Kadarzi.
(n=12) sebagai penyuluh perkawinan. Pada saat penyuluhan, baik di posyandu
Tahapan kegiatan penelitian adalah: a) maupun di KUA penyampai pesan menjelaskan
Pengembangan media poster; b) Uji Kelayakan tujuan pertemuan kepada sasaran edukasi gizi.
poster dan c) Uji implementasi edukasi gizi. Kemudian para undangan yang hadir diminta
Cara uji kelayakan poster dilakukan di posyandu untuk mengisi kuesioner secara tertutup (pre test).
dan KUA. Peserta yang diundang adalah para Pertanyaan yang diajukan adalah mengenai isi
calon penyampai pesan yaitu kader posyandu pesan dalam poster. Setelah dilakukan pre test,
dan penyuluh perkawinan yang biasa memberi semua poster dipasang dalam ruangan yang dapat
penyuluhan di KUA. Semua poster dipasang di dilihat jelas oleh semua sasaran edukasi. Sebelum
dinding pertemuan sehingga semua peserta yang penyuluhan dimulai semua sasaran edukasi
hadir dapat melihatnya dengan jelas. Selain poster, dipersilahkan untuk melihat dan memperhatikan
para penyampai pesan diberi buku pedoman lima buah poster Kadarzi yang sudah terpasang.
sebagai bahan penyuluhan Kadarzi. Semua bahan Selanjutnya penyampai pesan menjelaskan tentang
yang akan dibahas diberikan beberapa hari sebelum pentingnya makanan yang beraneka ragam dan gizi
ujicoba, sehingga mereka diberi kesempatan untuk seimbang bagi tubuh, serta kelima pesan Kadarzi
membacanya terlebih dahulu. Pada saat uji coba, dalam poster yaitu: a) Konsumsi sayuran dan
setiap sampel diminta memberikan komentar/ buah; b) Pemantauan pertumbuhan anak balita;
masukan untuk perbaikan poster yaitu terhadap c) Anemia gizi pada ibu hamil; d) ASI Eksklusif;
gambar, tulisan, ukuran, warna, dan pesan yang e) Gizi Buruk pada anak balita. Setelah proses
tertulis dalam poster, dengan mengisi kuesioner penyampaian pesan, respon sasaran edukasi
197
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 43, No. 3, September 2015 : 195-206
cukup seru karena masalah Kadarzi yang dibahas yg berpendidikan SD (17,7%). Sedangkan sampel
tidak jauh dari masalah ibu dan anak. Kemudian petugas KUA dan majelis taklim yang menilai
dilanjutkan dengan diskusi dan tanya-jawab poster Kadarzi sebagian besar adalah laki-laki
seputar gizi keluarga termasuk makanan anak dan (63,3%) dan sudah berumur lebih dari 40 tahun
ibu hamil/menyusui agar anaknya kelak menjadi (75,9%). Pendidikan mereka sebagian besar adalah
sehat dan pintar. Post test dilakukan setelah proses SMA (57,4%) bahkan petugas KUA ada yang
penyampaian pesan selesai. sudah sarjana (7,4%) (Tabel 1).
Data uji kelayakan media dianalisis Sampel uji implementasi poster terdiri
secara kualitatif tentang masukan-masukan yang dari penerima pesan atau sasaran edukasi yaitu
diberikan untuk perbaikan media, meliputi warna, pengguna posyandu dan calon pengantin (catin),
latar belakang gambar, foto, tata letak, tulisan dan dan penyuluhnya atau penyampai pesan yaitu
penjelasan materi. Sedangkan data uji implementasi kader posyandu dan petugas penyuluh perkawinan
media dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui di KUA. Secara umum ibu-ibu pengguna
perubahan pengetahuan sasaran edukasi Kadarzi, posyandu berusia antara 20-40 tahun (85,1%) dan
sebelum dan setelah penyampaian pesan. berpendidikan SMP (45,4%) dan SMA (28,1%).
Penelitian ini telah mendapat persetujuan Sedangkan catin terdiri dari calon mempelai
Etik Penelitian (ethical Approval) dari Komisi Etik perempuan (56,5%) dan laki-laki (43,5%) yang
Penelitian, Badan Penelitian dan Pengembangan sebagian besar di atas usia 20 tahun (73,9%). Secara
Kesehatan Kementerian Kesehatan dengan Nomor: umum para catin berpendidikan SMA (56,4%) dan
KE.01.05/EC/292/2011. SMP (39,1%). Nampaknya para catin lebih banyak
yang sudah menyelesaikan pendidikan sampai
HASIL jenjang sekolah menengah atas.
Sementara itu pada uji implementasi
Karakteristik sampel poster, sampel kader posyandu dan penyuluh
Sampel penelitian adalah kader posyandu perkawinan di KUA lebih sedikit dibandingkan
dan ibu-ibu pengguna posyandu serta penyuluh pada saat uji kelayakan poster karena mereka
perkawinan di KUA dan pasangan calon pengantin dibatasi hanya yang bertugas sebagai penyampai
yang sudah terdaftar di KUA. Kader posyandu dan pesan (penyuluh). Secara umum kader posyandu
petugas KUA sebagai sampel uji kelayakan poster, yang bertugas sebagai penyuluh berusia lebih dari
sedangkan ibu-ibu pengguna posyandu dan catin 40 tahun, dan sebagian besar berpendidikan SMA
sebagai sampel uji implementasi poster. Sampel (54,1%). Demikian juga petugas KUA umumnya
uji kelayakan poster umumnya adalah perempuan berusia lebih dari 40 tahun (66,7%) dan umumnya
dan sebagian besar kader posyandu berumur adalah laki-laki (83,3%). Mereka sebagian besar
antara 20-40 tahun (56,5%). Sebagian besar kader berpendidikan SMA (50,0%) dan sarjana (33,3%)
berpendidikan SMA (51,6%), namun masih ada (Tabel 2).
Tabel 1. Sebaran sampel uji kelayakan poster Kadarzi menurut umur, jenis kelamin dan pendidikan
198
Pengembangan Media Poster dan Strategi Edukasi Gizi untuk ... (Hermina, Sri Prihatini)
Tabel 2. Sebaran sampel uji implementasi poster Kadarzi menurut umur, jenis kelamin dan pendidikan
Penerima pesan Penyampai pesan
Karakteristik Pengguna posyandu Calon pengantin Kader posyandu Petugas KUA
n== 121 n=69 n=24 n=12
n (%) n (%) n (%) n (%)
Kelompok umur
< 20 tahun 7 5,8 18 26,1 - - - -
20 – 40 tahun 103 85,1 51 73,9 10 41,7 4 33,3
> 40 tahun 11 9,1 - 14 58,3 9 66,7
Jenis kelamin
Laki-laki - - 30 43,5 1 4,2 10 83,3
Perempuan 121 100 39 56,5 23 95,8 2 16,7
Tingkat pendidikan
SD 29 24,0 8 11,6 - - - -
SMP 55 45,4 27 39,1 10 41,7 - -
SMA 34 28,1 32 46,4 13 54,1 6 50,0
D1-D3 3 2,5 2 2,9 1 4,2 2 16,7
S1 - - - - 4 33,3
Media poster Kadarzi yang dikembangkan “Makanlah sayur dan buah setiap hari”. Materi
makanan beraneka ragam dan gizi seimbang
Materi pesan edukasi Kadarzi dalam dijelaskan secara rinci dalam buku pedoman
poster yang dikembangkan adalah berdasarkan Kadarzi, yang digunakan sebagai penjelasan
masalah pengetahuan, sikap dan perilaku berbagai umum penyuluhan gizi sebelum menjelaskan
aspek gizi pada kelompok umur dewasa yang materi Kadarzi di dalam poster.
masih rendah yang ditemukan pada Studi Kadarzi Dari lima aspek gizi yang dikembangkan
pendahuluan (2009/2010). Materi Kadarzi yang dalam “Poster” Kadarzi, didesain dengan ukuran
dikembangkan untuk poster meliputi lima aspek: 60 x 85 cm, jenis poster yang dikembangkan dapat
a) Konsumsi sayuran dan buah; b) Pemantauan dilihat pada Tabel 3.
pertumbuhan anak balita; c) Anemia gizi pada ibu
hamil; d) ASI Eksklusif; e) Gizi Buruk pada anak Hasil uji coba kelayakan media
balita.
Sedangkan materi Kadarzi untuk para Poster yang dikembangkan semuanya
penyampai pesan sebagai bahan pegangan berjumlah sembilan. Namun, setelah dilakukan
dalam penyuluhan, selengkapnya ada pada uji kelayakan, diperoleh lima jenis poster. Hasil
buku pedoman Kadarzi, meliputi tujuh aspek: a) perbaikan dari uji kelayakan berupa perubahan
Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang; b) pada gambar dan pesan dalam poster. Berikut ini
Makan pagi; c) Suplemen Gizi; d) Yodium dan adalah poster yang sudah diujicobakan kepada
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY); para calon penyampai pesan:
e) ASI Eksklusif; f) Gizi Buruk; g) Penimbangan
berat badan dan pengukuran tinggi badan. 1. Poster “Sayur dan Buah”
Dalam aspek makanan beraneka ragam,
konsumsi ‘sayuran dan buah’ adalah yang Poster “Sayur dan Buah” yang diuji
terpenting dikampanyekan ke seluruh anggota kelayakannya ditujukan untuk ibu-ibu balita, ibu
keluarga. Hal ini didasarkan pada studi Kadarzi hamil dan ibu menyusui pengguna posyandu dan
tahap pendahuluan yang menunjukkan masih calon pengantin sebagai calon ibu. Tujuannya
rendahnya masyarakat yang biasa mengonsumsi untuk memberi pengetahuan kepada ibu-ibu balita
sayuran dan buah pada semua kelompok umur. dan calon ibu tentang pentingnya makan sayuran
Sehingga poster yang dibuat mengandung pesan dan buah setiap hari sebagai sumber vitamin yang
199
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 43, No. 3, September 2015 : 195-206
baik untuk mencapai gizi yang seimbang. kurang cocok, sebaiknya pakai kerudung
Masukan dan saran perbaikan dari karena penduduk sekitar mayoritas adalah
sampel penyampai pesan, kemudian dibahas dan muslim
diperbaiki setelah dari lapangan oleh tim peneliti • Warna baju kader kurang cocok, sebaiknya
yang hasilnya disimpulkan sebagai berikut: yang cerah
• Anak balita yang ditimbang sebaiknya diganti
• Poster menggunakan gambar sayur dan buah karena umurnya terlalu tua (seperti >5 tahun)
asli Indonesia • Tempat penimbangan tidak menggambarkan
• Gambar sayuran dikelompokkan menjadi satu, Posyandu, kurang ramai
demikian juga gambar buah. • Poster “Penimbangan Anak Balita” sebelum
• Poster sayur dan buah tidak perlu dibedakan dan sesudah uji kelayakan dapat dilihat pada
untuk berbagai kelompok umur. Gambar 2.
• Pesan yang tertulis menjadi “Sayur dan buah
POSTER SEBELUM UJI KELAYAKAN POSTER SESUDAH UJI KELAYAKAN
sumber vitamin yang baik”.
Poster “Sayur dan Buah” sebelum dan
sesudah uji kelayakan dapat dilihat pada Gambar
1.
POSTER SEBELUM UJI KELAYAKAN POSTER SESUDAH UJI KELAYAKAN
a b
200
Pengembangan Media Poster dan Strategi Edukasi Gizi untuk ... (Hermina, Sri Prihatini)
POSTER SEBELUM UJI KELAYAKAN POSTER SESUDAH UJI KELAYAKAN 5. Poster “Gizi Buruk”
dan sesudah uji kelayakan • Contoh gambar anak balita gizi buruk perlu
ditambah agar lebih menarik
4. Poster “ASI Eksklusif” • Foto anak balita yang telungkup kurang
menarik, seperti cecak merayap di dinding
Poster “ASI Eksklusif” bertujuan sebaiknya diganti dengan gambar yang lebih
memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang jelas
pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif • Tanda-tanda gizi buruk jangan dalam kotak
kepada bayi umur 0-6 bulan. Bayi baru boleh • Warna poster kurang cerah, semua tulisan
diberi makanan pendamping ASI setelah berumur instansi berlatar putih
5 bulan 29 hari, jadi tepat umur 6 bulan. • Mata anak balita Gizi Buruk harus ditutup
Masukan dan saran perbaikan disimpulkan • Judul poster “Gizi burukkah anakku?” diganti
sebagai berikut: menjadi “Kenali Anak Gizi Buruk”
• Warna kurang terang sehingga kurang menarik Poster “Gizi Buruk” sebelum dan sesudah
• Gambar ibu dan bayi terlalu abstrak, lebih uji kelayakan dilihat pada Gambar 5.
baik gambar biasa
• Gambar sebaiknya seorang ibu yang sedang POSTER SEBELUM UJI KELAYAKAN POSTER SESUDAH UJI KELAYAKAN
duduk sambil menyusui bayinya
22
201
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 43, No. 3, September 2015 : 195-206
posyandu di tiga propinsi (di 6 kabupaten/kota, sebagai sasaran edukasi gizi lebih dapat menerima
12 kecamatan dan di 12 posyandu) menunjukkan dan merespon dengan baik materi pesan Kadarzi
bahwa setelah penyampaian pesan Kadarzi oleh yang disampaikan oleh kader penyuluhan di
kader posyandu dengan bantuan alat edukasi gizi posyandu dengan adanya bantuan alat peraga
berupa media poster Kadarzi, terjadi perubahan berupa poster sehingga sangat membantu para
pengetahuan Kadarzi pada sasaran edukasi menjadi kader untuk melakukan penyuluhan gizi di
lebih baik dari sebelumnya, yaitu sebanyak posyandu. Atau kemungkinan juga karena
76,9% (93 orang). Artinya yang sebelumnya cara atau metode penyampaian pesan Kadarzi
skor pengetahuan ibu-ibu di posyandu tentang dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi
Kadarzi, tidak tahu (skor nilai <50) atau kurang sehingga menarik untuk dibahas lebih lanjut.
tahu (skor nilai 51-60) seputar Kadarzi menjadi Hasil uji coba implementasi media (media
tahu (skor nilai >60). Atau yang sebelumnya tidak implementation) kepada calon pengantin di tiga
tahu menjadi kurang tahu (belum tahu dengan propinsi menunjukkan bahwa setelah penyampaian
benar). Namun ada juga sebagian kecil responden pesan Kadarzi oleh penyuluh perkawinan di KUA,
pengetahuannya tidak ada perubahan atau tetap terjadi perubahan pengetahuan tentang Kadarzi
(15,7%) dan malah menurun (7,4%) (Tabel 4). menjadi lebih baik pada sasaran edukasi, yaitu
Hal ini berarti pesan yang dikembangkan sebanyak 73,9% (51 orang). Namun sebagian
melalui media poster Kadarzi, pada umumnya kecil responden pengetahuannya tetap belum ada
dapat dipahami dan disampaikan dengan baik perubahan (21,7 %) dan malah menurun (4,3 %)
oleh penyampai pesan, dan dapat dimengerti oleh (Tabel 5). Dari hasil pengamatan peneliti, ternyata
sebagian besar sasaran edukasi. Walaupun masih penyuluhan di KUA dalam diskusi dan tanya
terlihat ada sebagian kecil sasaran yang tidak jawab tidak seramai di posyandu karena mungkin
mengalami perubahan pengetahuan (tetap) atau para calon pengantin masih muda usia dan belum
mempunyai nilai yang turun. Hal ini kemungkinan berpengalaman dan mengerti seputar permasalahn
karena penyampaian pesan dilaksanakan hanya pada masa kehamilan atau kelahiran bayi serta
sekali sehingga beberapa responden masih belum mengurus anak balita. Namun demikian mereka
dapat memahami materi secara keseluruhan. Dari cukup antusias dengan penyuluhan Kadarzi,
hasil pengamatan tim peneliti, selama proses sebagai bekal mereka berumahtangga.
penyuluhan berlangsung ternyata responden
Tabel 4. Hasil uji coba implementasi media edukasi gizi di posyandu kepada ibu-ibu pengguna posyandu di
tiga propinsi
Perubahan Pengetahuan
Provinsi
Jumlah Membaik Tetap Menurun
n % n % n % n %
Kalimantan Timur 41 100 29 70,7 12 29,3 - -
Sumatera Barat 40 100 32 80,0 3 7,5 5 12,5
Jawa Barat 40 100 32 80,0 4 10,0 4 10,0
Jumlah 121 100 93 76,9 19 15,7 9 7,4
Tabel 5. Hasil uji coba implementasi media edukasi gizi di Kantor Urusan Agama (KUA) kepada calon
pengantin di tiga propinsi.
202
Pengembangan Media Poster dan Strategi Edukasi Gizi untuk ... (Hermina, Sri Prihatini)
prevalensi kurus (wasting) anak balita dari 13,6 lahir sampai umur 6 bulan (ASI Eklusif), (3)
% (2007) menjadi 13,3 % (2010) dan menurun Makan beraneka ragam, (4) Menggunakan garam
pada tahun 2013 menjadi 12,1 %, sedangkan beryodium dan (5) Minum suplemen gizi (Tablet
kecenderungan prevalensi anak balita pendek tambah darah, kapsul Vitamin A dosis tinggi)
(stunting) sebesar 36,8% (2007) dan menurun sesuai anjuran.3
pada tahun 2010 (35,6 %) dan menjadi 37,2 % Namun dalam penelitian ini, dari aspek
(2013). Prevalensi gizi kurang (underweight) makanan beraneka ragam, konsumsi ‘sayuran dan
berturut-turut 18,4 % (2007) 17,9 % (2010) dan buah’ adalah yang terpenting dikampanyekan ke
19,6 % (2013).7-9 Demikian juga kondisi gizi pada seluruh anggota keluarga. Hal ini didasarkan pada
anak usia sekolah dan remaja dari data Riskesdas studi Kadarzi pendahuluan yang menunjukkan
2010 dan 2013 prevalensi yang pendek masih masih rendahnya konsumsi sayur dan buah pada
cukup tinggi, yaitu 34,0 % (2010) dan menurun sebagian besar penduduk Indonesia, sehingga
sedikit menjadi 32,4 % (2013).8,9 poster yang dibuat salah satunya adalah “Makanlah
Masalah gizi lainnya adalah “Kurang sayur dan buah setiap hari”.
Vitamin A” sebesar 50 % (kadar vitamin A dalam Rendahnya konsumsi sayuran dan buah
serum kurang dari 20mcg/dl), “Anemia Gizi Besi” pada penduduk Indonesia, tercermin juga dari
berkisar 50 % dari berbagai kelompok umur, dan hasil survey konsumsi makanan individu (SKMI)
Gangguan Akibat kekurangan Yodium berdasarkan dalam Studi Diet Total (SDT) 2014. Hasil SKMI
Total Goitre Rate (TGR) 9,8 %. Penyebab utama 2014 mengungkapkan bahwa konsumsi penduduk
lamanya penurunan prevalensi masalah gizi, pada kelompok sayuran dan olahannya serta buah-
karena “rendahnya kasadaran masyarakat terhadap buahan dan olahannya masih rendah yaitu 57,1
upaya perbaikan gizi”.10 Rendahnya pengetahuan, gram per orang per hari dan 33,5 gram per orang
sikap dan perilaku gizi pada kelompok ibu-ibu per hari.13 Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan,
posyandu ini sejalan dengan hasil penelitian yang karena konsumsi sayur dan buah penduduk
dilakukan Sukandar, D. dkk di Kabupaten Bogor Indonesia terlalu rendah bila dibandingkan dengan
(2009)11 dan temuan dari penelitian yang dilakukan anjuran pedoman gizi seimbang (PGS 2014) yang
Sudiman, H. dkk di enam provinsi (2009/2010) di menyebutkan bahwa konsumsi sayuran dan buah
semua kelompok umur yaitu kelompok usia anak adalah minimal sebanyak lima porsi sehari, setara
sekolah, remaja, dewasa dan lansia.5 Kondisi ini dengan 300 gram sayuran dan olahannya serta 200
terlihat mulai dari masa remaja sebagai calon gram buah-buahan dan hasil olahannya (Kemenkes
orang dewasa yaitu sebagai calon ibu dan calon 2014).10 Rendahnya konsumsi sayuran dan buah
bapak, pengetahuannya tentang berbagai hal yang ini sejalan dengan hasil Riskesdas 2013 yang
berkaitan dengan manfaat makanan bagi tubuh mengungkapkan bahwa penduduk berusia 10 tahun
(manfaat makanan pokok, lauk hewani dan nabati, atau lebih, yang kurang mengonsumsi sayuran dan
sayuran dan buah) masih rendah (35,2%). Demikian buah mencapai 93,5% (2013) dan hampir sama di
pula pengetahuannya tentang ASI eksklusif masih tahun 2007 (93,6%).9 Masih rendahnya konsumsi
rendah (7,1%) dan yang tahu manfaat vitamin dan sayuran dan buah pada penduduk tercermin dari
mineral juga masih rendah (44,3%).12 masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang
Menteri Kesehatan telah menerbitkan manfaat sayuran dan buah pada semua kelompok
strategi 17 sasaran prioritas dalam memperbaiki umur termasuk pada kelompok dewasa (35,4%)
kesehatan masyarakat melalui Desa Siaga, dan remaja (39,9%).5,12
sasaran ke 3 adalah perbaikan gizi masyarakat Berdasarkan berbagai sumber data yang
melalui Kadarzi yang diupayakan atas dasar menunjukkan masih rendahnya konsumsi sayur
pemberdayaan masyarakat. Sasaran Kadarzi dan buah pada semua kelompok umur, maka poster
adalah seluruh keluarga menjadi Keluarga Sadar yang dibuat dalam penelitian ini mengandung
Gizi (Kadarzi).4 Untuk mengetahui tingkat pesan “Makanlah sayur dan buah setiap hari”.
keberhasilannya dilihat dari “minimal” 5 indikator Selain itu pesan yang terkandung dalam poster
yang dapat dengan mudah dilaksanakan keluarga, yang dibuat adalah “Sayur dan buah, sebagai
yaitu (1) Menimbang berat badan secara teratur, sumber vitamin yang baik”. Sedangkan materi
(2) Memberikan ASI saja kepada bayi sejak makanan beraneka ragam dan gizi seimbang
203
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 43, No. 3, September 2015 : 195-206
dijelaskan secara rinci di dalam buku pedoman peningkatan pengetahuan gizi ibu balita setelah
Kadarzi, yang digunakan sebagai bahan edukasi mendapat intervensi pendidikan gizi terhadap
bagi penyampai pesan, dalam memberikan pengetahuan, sikap dan praktik gizi ibu terhadap
penyuluhan kepada sasarannya. Buku pedoman status gizi anak balitanya. Selain pengetahuan,
Kadarzi hanya ditujukan untuk penyampai pesan sikap dan praktik gizi ibu meningkat, status gizi
sebagai alat bantu untuk menyampaikan pesan anak balitanya juga meningkat.11 Kondisi ini tentu
Kadarzi. memerlukan alat peraga yang tepat sebagai alat
Selain poster sayuran dan buah (poster edukasi untuk penyuluhan gizinya.
nomer 1); empat poster Kadarzi lainnya adalah: Aspek garam beryodium dalam penelitian
Poster nomer 2 yaitu “Penimbangan anak Balita ini tidak dibuat posternya karena dari hasil penelitian
untuk pemantauan pertumbuhan” yang berisi terdahulu yang dilakukan oleh Sudiman, H. et.al.5
pesan: Anak Sehat, tambah umur tambah berat, diperoleh data bahwa pengetahuan orang dewasa
tambah tinggi, tambah pandai. Selain itu pesannya terhadap garam beryodium dan makan pagi sudah
mengandung anjuran agar ibu-ibu Balita rajin cukup baik yaitu sekitar 70-80%. Tetapi karena
menimbang berat badan dan mengukur tinggi sasaran edukasi adalah ibu atau calon ibu dari
badan anaknya secara teratur. Poster nomer 3 anak-anaknya, maka dalam buku pedoman tetap
adalah “Anemia gizi pada ibu hamil” yang berisi dilengkapi dengan pesan kedua aspek tersebut.
pesan: Selama hamil minumlah tablet tambah Dengan harapan bila ada pertanyaan dari sasaran
darah, agar ibu dan bayi sehat. Poster nomer 4 edukasi gizi, maka penyampai pesan bisa melihat
adalah “ASI Eksklusif” yang berisi pesan: “Air di buku pedoman Kadarzi yang telah dibuat dalam
susu ibu (ASI) terbaik untuk daya tahan tubuh penelitian ini.
bayi” dan “Berilah ASI saja sampai 6 bulan agar Posyandu dan puskesmas sebagai ujung
bayi tetap sehat”. Poster nomer 5 adalah tenatang tombak dalam melakukan deteksi dini berbagai
Gizi Buruk pada anak balita yang berisi pesan: masalah kesehatan masyarakat serta merupakan
“Kenali gizi buruk” dan “Segera laporkan ke pelayanan terdepan di masyarakat, menjadi vital
petugas kesehatan bila menemukan balita dengan dalam pencegahan berbagai kasus masalah gizi
tanda-tanda di atas (lihat gambar)”. Kelima poster saat ini. Dalam pelaksanaan kegiatan posyandu,
yang dikembangkan tersebut, setelah diujicoba hambatan yang sering terjadi adalah lemahnya
implementasinya di posyandu, ternyata dapat KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) yang
meningkatkan pengetahuan gizi ibu-ibu pengguna merupakan salah satu tumpuan dalam program
posyandu dan calon pengantin sebanyak lebih dari gizi di posyandu. Kondisi ini sejalan dengan hasil
70% menjadi lebih baik dari sebelumnya. Artinya penelitian Fatmah di Jakarta Utara (2010) yang
pengetahuan ibu-ibu dan calon ibu yang sebelum mengungkapkan bahwa konseling dan KIE tentang
penyuluhan tidak tahu atau kurang tahu tentang Kadarzi pada masyarakat luas belum dilakukan
lima aspek Kadarzi menjadi tahu. Atau yang oleh puskesmas setempat. Petugas puskesmas dan
sebelumnya tidak tahu menjadi kurang tahu (belum kader posyandu belum menyebarluaskan informasi
tahu dengan benar). Namun demikian, ada juga Kadarzi secara utuh, tetapi hanya sepotong-
sebagian kecil dari mereka masih tetap belum ada sepotong.15 Dari hasil studi ini diharapkan kelima
peningkatan pengetahuan, yaitu pengetahuannya poster yang sudah dikembangkan dapat melengkapi
tentang kelima aspek Kadarzi adalah tetap (15,7- bahan untuk KIE Kadarzi pada masyarakat luas
21,7%) atau malah menurun setelah penyuluhan melalui program promosi kesehatan dan gizi di
(4,3-7,4%). Hal ini mungkin karena baru sekali Puskesmas dan posyandu.
dilakukan penyuluhan pesan Kadarzi. Oleh karena Petugas puskesmas, tokoh masyarakat
itu selain poster, sebaiknya bisa dilengkapi dengan dan kader posyandu perlu dilibatkan untuk
leaflet atau buku saku Kadarzi yang bisa dibawa mempercepat perubahan perilaku masyarakat
pulang ke rumah oleh sasaran edukasi, sehingga dalam mewujudkan Kadarzi.14 Namun dari studi
bisa dibaca di rumah. yang dilakukan Fatmah (2010) menemukan bahwa
Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian tokoh masyarakat dan kader posyandu sebagian
yang dilakukan oleh Sukandar, D. dkk. di dua besar belum tahu istilah dan tujuan Kadarzi.
kecamatan di Bogor yang menemukan adanya Praktek tokoh masyarakat dalam sosialisasi
204
Pengembangan Media Poster dan Strategi Edukasi Gizi untuk ... (Hermina, Sri Prihatini)
Kadarzi masih rendah mungkin karena belum ada Seperti yang dikemukakan dalam scaling up
sosialisasi Kadarzi dari puskesmas. Mereka belum nutrition, bahwa untuk mengatasi berbagai
familiar dengan istilah Kadarzi, mereka masih permasalahan gizi dibutuhkan kerjasama lintas
menganggap Kadarzi identik dengan makanan program dan lintas sektor untuk menempatkan gizi
“4 sehat 5 sempurna” untuk meningkatkan status (nutrition) ke dalam semua upaya pembangunan di
gizi dan kesehatan balita dan ibu hamil.15 Hal yang suatu negara.18
sama ditemukan pada penelitian Sudiman, H. dkk
(2009) dari hasil wawancara mendalam dengan KESIMPULAN
para tokoh masyarakat, kader posyandu, kepala
desa/Lurah dan jajarannya, pada umumnya mereka Untuk mencapai keluarga sadar gizi
belum tahu istilah dan tujuan Kadarzi.5 (Kadarzi), dari studi ini telah berhasil dibuat media
KIE merupakan gabungan dari tiga edukasi gizi berupa lima buah poster Kadarzi
konsep yaitu Komunikasi, Informasi dan sebagai alat edukasi gizi yang mencakup kelima
Edukasi. Pengertian ketiga konsep tersebut aspek Kadarzi. Pesan Kadarzi dapat dilakukan
memiliki keterkaitan satu sama lain. Komunikasi di saluran edukasi non formal yang ditujukan
sebagai suatu proses penyampaian isi pesan dari bagi ibu-ibu pengguna posyandu atau yang biasa
seseorang kepada pihak lain untuk mendapatkan datang ke posyandu yaitu ibu balita, ibu hamil
tanggapan. Informasi sebagai data dan fakta dan ibu menyusui, serta calon pengantin di kantor
untuk diketahui dan dimanfaatkan oleh siapa saja. urusan agama (KUA) tingkat kecamatan yang
Sementara edukasi didefinisikan sebagai sesuatu akan mendapat penyuluhan perkawinan dari
kegiatan yang mendorong terjadinya perubahan petugas KUA. Media edukasi gizi yang dibuat
(pengetahuan, sikap, perilaku dan keterampilan) cukup sederhana dan mudah untuk dipahami
seseorang, kelompok dan masyarakat. KIE juga oleh penyampai pesan yaitu kader posyandu dan
biasa disebut dengan istilah “penyuluhan”, adalah penyuluh perkawinan di KUA, maupun oleh
suatu kegiatan dimana terjadi proses komunikasi sasaran edukasinya sebagai alat bantu dalam
dan edukasi dengan penyebaran informasi.16 melakukan KIE Kadarzi yang sudah teruji
Diharapkan di masa mendatang, KIE Kadarzi kelayakannya.
bisa diterapkan untuk meningkatkan pengetahuan, Media poster dan buku pedoman Kadarzi
sikap dan praktik Kadarzi di masyarakat, terutama yang dikembangkan bersifat universal, karena
ibu-ibu pengguna posyandu dan calon pengantin. dapat diterima di ketiga provinsi wilayah penelitian.
Penyuluhan gizi di posyandu belum Dapat diartikan bahwa media yang dikembangkan
dapat dilaksanakan oleh kader dengan baik, dapat dipergunakan di daerah mana saja sesuai
karena dari uraian di atas kader Posyandu dan dengan saluran edukasi dan peruntukannya, yaitu
tokoh masyarakat belum dibekali materi pesan di posyandu dan di KUA tingkat kecamatan.
Kadarzi secara maksimal.15 Oleh sebab itu
kader posyandu perlu ditingkatkan wawasannya UCAPAN TERIMA KASIH
secara berkesinambungan melalui pelatihan dan
kelengkapan alat edukasi di posyandu, terutama Terima kasih yang sebesar-besarnya kami
berbagai media tentang Kadarzi. Selain itu sampaikan kepada Bapak DR. Abas Basuni Jahari
sebaiknya dilakukan pendampingan kader di dan Ibu Ir. Trintrin Tjukarni, MKes yang sudah
posyandu dan penyuluh perkawinan oleh tenaga memberikan pengarahan dan waktu sepenuhnya
pelaksana gizi/bidan di desa/kelurahan yang dalam pelaksanaan penelitian sampai kami bisa
dikoordinir oleh Puskesmas. Demikian juga menyelesaikan makalah ini. Terimakasih yang
secara berjenjang petugas Puskesmas mendapat sebesar-besarnya kami sampaikan juga kepada
pendampingan dari Dinas Kesehatan kabupaten/ pemerintah daerah dan Kepala Dinas Kesehatan
kota agar promosi Kadarzi bisa berjalan sesuai Provinsi dan Kabupaten/Kota beserta jajarannya
dengan acuan formulir isian pemantauan dan di tiga provinsi (Jawa Barat, Sumatera Barat dan
penilaian strategi promosi Kadarzi menurut wilayah Kalimantan Timur) yang telah membantu dalam
kabupaten/kota di masing-masing provinsi.17 pelaksanaan penelitian ini.
205
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 43, No. 3, September 2015 : 195-206
206