94 182 1 SM
94 182 1 SM
ABSTRACT
This article aims at deepening the possibility of utilizing the art of photography that is rich of sig-
nificance of the socio-cultural representation. The visual ethnographic field or photo-ethnography,
which is relatively new, can provide assistance and answer for this. Therefore, the author has tried a
form of collaboration between the photo-ethnographic approach and the sense approach in doing his
research on the subject in order to obtain the deep understanding and the truth significance attached
to them. The method of digital photography art creation which is intuitively the basis of the art cre-
ation in digital domain, then was tried to be formulated, based on heuristics research in the process of
the art of digital photography. This concept was developed from the experience in the field of digital
photography and visual anthropology, guided by the basic theories of creativity, quantum theory in
art, and theory of artistic creation that has existed before. Through emotional approach as a method,
along with the structured systematic approach of photo-ethnography and with the deep awareness of
the environment and social life of the subject leads to the creation of the image that tends to be better
and more meaningful, more productive in a social sense, and offers a credible empiric documentation.
ABSTRAK
Artikel ini dibuat dalam upaya melakukan pendalaman mengenai kemungkinan peman-
faatan seni fotografi yang kaya makna representasi sosio-kultural. Bidang etnografi visual
atau foto-etnografi yang relatif masih baru, dapat memberikan bantuan dan jawaban un-
tuk hal ini. Oleh karena itu penulis mencoba suatu bentuk kolaborasi antara pendekatan
foto-etnografi dengan pendekatan rasa ketika melakukan penelitian terhadap subjek agar
diperoleh pemahaman mendalam serta makna kebenaran yang menyertainya. Metode
penciptaan seni fotografi digital yang merupakan dasar dari penciptaan seni secara intu-
itif dalam domain digital, kemudian dicoba dirumuskan, berdasarkan penelaahan heu-
ristik dalam proses seni fotografi digital. Konsep ini dikembangkan dari pengalaman di
bidang fotografi digital dan antropologi visual, dipandu oleh teori-teori dasar kreativitas,
teori kuantum dalam seni, dan teori penciptaan seni yang telah ada sebelumnya. Melalui
pendekatan emosional sebagai metode, disertai dengan pendekatan sistematis yang ter-
struktur dari foto-etnografi dan dengan kesadaran yang mendalam mengenai lingkungan
dan kehidupan sosial subjek mengarah pada penciptaan gambaran yang cenderung lebih
baik dan lebih bermakna, lebih produktif dalam arti sosial, dan menawarkan dokumentasi
empiris yang kredibel.
melalui telaah wacana dari sisi teks, inter- visual dalam kegiatan observasi, catatan
tekstualitas, dan konteks. Menurut Rose lapangan, wawancara mendalam, dan
(2007: 170), hal ini penting untuk menge yang paling penting adalah hasil obser-
tahui lebih lanjut mengenai tempat ke- vasi dan partisipasi (Collier Jr. & Collier,
beradaan gambar/foto, selain itu acuan 1989: 161-173); (Collier Jr., 2003: 235-252);
dapat dikaitkan dengan tempat pembuat (Banks, 2001: 111-137).
an gambar/foto tersebut dalam konteks Hal tersebut sangat sepadan dengan
budayanya. Selanjutnya Rose (2007: 171) suatu metode pendekatan kreatif yang
mengemukakan bahwa analisis wacana dikemukakan oleh Sumandiyo Hadi (2006:
berdasarkan pada teks, intertekstuali- 78-80), pada bagian analisis data di dalam
tas, dan konteks, akan sangat efektif un- bukunya berjudul Seni Dalam Ritual Agama
tuk melihat gambar/foto secara seksama mengenai pertanyaan-pertanyaan tentang
serta merta menerjemahkan pengaruh isu spesifik pada saat penelitian ternyata
keberadaan gambar/foto tersebut, khu- dapat diperoleh melalui wa wancara be-
susnya yang terkait dengan konstruksi bas atau observasi partisipatoris untuk
perbedaan sosial disekitarnya. Menurut mendapatkan pengertian tentang ung-
Rose, foto juga dapat menjadi bagian in- kapan-ungkapan kognitif, maupun emo-
tegral dalam sebuah penelitian; foto disini sional atau intuisi dari subjek yang diteli-
tidak hanya menjadi representasi visual ti. Bohm (2004: 79-82) dalam bukunya
yang sudah dijelaskan dalam teks seperti On Dialogue menjelaskan bahwa seorang
dikatakan Banks (2001: 144), tetapi juga se- pengamat yang sangat memen tingkan
cara aktif digunakan dalam proses peneli- pengamatan melalui mata dan telinga
tian. Mengenai hal ini Rose (2007: 240-245) merangkum segala sesuatu yang terlihat
secara lebih rinci menjelaskan bahwa ada dan terdengar yang dia terima sebagai in-
dua metode dasar dalam pendekatannya formasi berkaitan yang kemudian diolah
yaitu foto yang ada atau dibuat untuk dan dan disusun dalam sebuah gambaran dan
pada saat wawancara (photo-elicitation) pengertian melalui pemikirannya. Selan-
dan foto yang dibuat untuk kepentingan jutnya dalam pembahasan yang sama ten-
dokumentasi (photo-documentation). Da- tang pengamat dan yang diamati Bohm
lam metode ini cara pandang peneliti da- menegaskan bahwa seorang pengamat
lam melakukan pemotretan akan sangat akan menggunakan asumsinya dalam
mempengaruhi hasil pemotretannya. Pe- memperhatikan yang diamati, dan yang
makaian pendekatan etno-metodologi an- diamati akan memberikan reaksi emosion-
tropologi visual (Grenfell & Hardy, 2007: al kepada pengamat yang akan mempen-
137-170); (Ball & Smith, 2001: 302-315); da- garuhi cara pandang pengamat; kondisi
lam konteks antropologis, secara fotogra seperti ini menurut Bohm adalah wajar,
fis foto-etnografi dimaksudkan sebagai sangat alamiah dan memberikan gam-
cara untuk memahami gaya hidup, visi baran bahwa apabila asumsi dan emosi
dan esensi pandangan hidup dalam suatu tidak menjadi satu, atau pengamat dan
komunitas tertentu, melalui ranah peng yang diamati tidak didudukan dalam satu
amatan temuan artifak, pengamatan eks tempat, maka semuanya akan menjadi
presi tubuh, pengamatan makna ruang, salah. Deskripsi ini kemudian dapat mem-
dan pengamatan budaya maupun analisis berikan dasar untuk melakukan analisis
Datoem: Foto-Etnografi dalam Proses Penciptaan 156
artefak hasil dari suatu konstruk sosial tahun penelitian mereka di Bali. Dari jum-
yang merepresentasikan sebuah bentuk lah tersebut, mereka memanfaatkan 759
budaya tak terkecuali juga merepresenta- foto dalam 100 halaman pada buku yang
sikan budaya pemotretnya. Penelitian se mereka buat Balinese Character - A Photo-
perti ini terkonsentrasi lebih pada konteks graphic Analysis. Foto-foto dalam buku
sosial dan tentang pembuatan dan peman- tersebut dimuat sepadan dengan tulisan
faatan foto daripada tentang foto sebagai yang menyertainya dan diklasifikasikan
teks. dalam kategori-kategori berupa topik-
Antropologi dapat dikatakan sebagai topik yang terkait dengan budaya Bali; be-
bidang keilmuan yang mempelajari kema- berapa dari topik tersebut menunjukkan
nusiaan (Wehmeier, 2005: 55). Antropolog adanya suatu pengorganisasian secara
adalah ilmuwan yang meneliti dan mem- sosial (Capovilla, 2003: 5). Sampai saat ini
pelajari manusia termasuk asal usulnya, metode pendekatan fotografis yang digu-
peredaran dan perkembangannya, mau- nakan Mead dan Bateson banyak dipakai
pun hubungan-hubungannya. Antropolo- dalam penelitian-penelitian etnografis
gi mempunyai fokus yang lebih holistik dan menjadi cikal bakal pendekatan fo-
ketimbang sosiologi; sebuah penelitian to-etnografi dalam ranah sosiologi visual,
antropologis akan lebih menitikberatkan meskipun metoda ini masih sedikit di-
perhatiannya pada budaya manusia se- manfaatkan dalam bidang antropologi.
cara keseluruhan, sedangkan penelitian Dalam proses penciptaan seni fotogra-
sosiologis akan memberikan perhatian fi, penting untuk tidak melibatkan diri
khusus pada fenomena yang lebih kecil dengan masalah label, apakah sebuah foto
yang terjadi dalam sebuah budaya ter- merupakan bagian dari fotografi doku-
tentu. Akibatnya, fotografi antropologis menter atau bagian dari sosiologi visual,
sebagai metode sosiologi visual menca fotografi sosial atau bagian dari foto jur-
kup skala dan waktu yang lebih banyak nalisme, yang paling penting dari semua
ketimbang penelitian yang menggunakan ini adalah persoalan konteks dimana hasil
metode fotografi sosiologis. pemotretan dan penelitian tersebut disa-
Secara konseptual ranah ini dapat jikan. Jon Prosser (Prosser & Schwartz,
menjadi sangat luas, akan tetapi pada 1998: 115-130) dalam bukunya Image-based
prakteknya antropologi visual terutama Research: A Source Book for Qualitative Re-
sangat didominasi oleh ketertarikan ter- searchers, menjelaskan dengan sangat in-
hadap media gambar (piktorial) sebagai formatif tentang konsep foto dokumenter
alat komunikasi ilmu dan pengetahuan dalam sosiologi visual ini. Pengamatan
antropologis, seperti film etnografis dan mendalam dilakukan terhadap hasil foto
foto-etnografis, maupun penelitian ten- yang terfokus pada makna sosiologisnya,
tang manifestasi gambar (piktorial) dalam yang berarti juga tentang keadaan fisik
suatu kebudayaan. tempat dimana foto tersebut diambil. Kon-
Antropologi sempat mengalami krisis teks spiritualitas dari foto yang dihasilkan
yang sama dengan sosiologi ketika visual merupakan bonus yang muncul dari sifat
dipakai dalam lingkup penelitian, demiki- dualitas genre foto dokumenter.
an pula ketika Mead dan Bateson membuat Foto esai, atau gambar cerita, adalah
sekitar 25000 foto dalam jangka waktu dua suatu media atau alat komunikasi. Istilah
„mood‟ menurut The New Oxford American Dictionary dan Kamus Besar Bahasa
Indonesia) dalam ranah digital (terkait dengan komputasi elektronis, lihat gambar 1)
yang dipakai melalui bentuk atau kemampuan intuisi manusia, yang apabila
dipertajam melalui suatu proses kristalisasi yang didorong oleh bergeraknya
fakultas iman, fakultas rasa, dan fakultas rasio (Gustami, 2008: 311-312) dapat segera
Datoem: Foto-Etnografi dalam Proses Penciptaan 158
berhubungan dengan ilham atau saat estetik, dalam bentuk inspirasi artistik.
menemani gagasan estetik, meskipun di baik itu bahan-bahan dan data penelitian
sini kita tidak akan pernah mendapat- maupun bahan-bahan dan data pencip-
kan intuisi yang memadai. Selanjutnya, taan, khususnya terhadap bahan-bahan
pada tatanan meditatif gagasan-gagasan atau data visual, juga disertai dengan pe-
tersebut diterjemahkan ke dalam bentuk mikiran kontemplatif dan perenungan
kegiatan berekspresi; dan dalam tata imajinatif. Di samping dapat menghasil-
nan media fotografi, kegiatan berekspresi kan sebuah pemahaman yang mendalam
tersebut dapat diwujudkan menjadi ben- atas subjek penelitian atau penciptaan,
tuk ekspresi estetik fotografis melalui po- dalam tahap ini juga dapat dihasilkan
ros-poros intuisi yang digunakan untuk konsep pemahaman nilai-nilai yang ter-
mengungkapkan kembali nilai-nilai haki- kandung di dalam subjek penelitian atau
ki dari emosi naluriah secara sadar seper- penciptaan serta konsep dan rancangan
ti ditekankan oleh Henri Cartier-Bresson kekaryaan. 3) konsep perancangan serta
bahwa: konsep pemahaman atas nilai-nilai yang
terkandung dalam subjek penelitian dan
‘There is a creative fraction of a second when
you are taking a picture, your eye must see penciptaan inilah yang kemudian dapat
a composition or an expression that life it- digelombangkan dan diejawantahkan,
self offers you, and you must know with serta dinyatakan ke bentuk karya seni fo-
intuition when to click the camera. That is
tografi dalam tahapan ketiga yaitu tahap
the moment the photographer is creative.’
perwujudan karya.
(Cartier-Bresson, 1999: 44).
Sependapat dengan apa yang dikemu-
Ada tiga tahapan kegiatan yang harus kakan oleh Soeprapto Soedjono (2006)
dilalui dalam proses penciptaan karya seni bahwa pada umumnya proses pencipta-
fotografi ini (Gambar 1) yaitu: 1) kegiatan an dan penghadiran karya seni fotografi
pengamatan dan pemahaman subjek foto. mempunyai tiga proses tahapan, yaitu:
Oleh karena pada saat melakukan kegiat pertama adalah proses pemotretan yang
an pengamatan maupun kegiatan peng dipadu-padankan dengan proses peng
amatan partisipatif seorang peneliti atau amatan dan pemahaman subjek fotografi;
pengamat juga bekerja sebagai seorang kedua adalah proses kamar-gelap mau-
fotografer, maka dalam proses pendekat- pun ‘kamar-terang’ (digital darkroom) yang
annya faktor empati maupun simpati se- dipadu-padankan dengan proses analisis
cara alamiah akan menyertainya. Kondisi dan perenungan; dan yang ketiga ada-
ini merupakan hal yang sangat wajar ter- lah proses penampilan akhir yang dipa-
jadi dan justru merupakan kondisi yang du-padankan dengan proses perwujudan
sangat memungkinkan munculnya intuisi karya.
melalui tiga fakultas pembentuk manusia Secara formal foto yang diambil oleh
pencipta. 2) tahap analisis dan perenungan seorang antropolog tidak bisa dibedakan
terhadap bahan atau data yang diperoleh dari sebuah foto biasa yang diambil untuk
dari hasil pengamatan dalam tahap perta- kepentingan pribadi maupun kepentingan
ma. Pada tahapan ini selain analisis pene- artistik, seperti juga foto-foto yang diambil
litian fenomenologis, sosiologis maupun oleh seorang turis, tidak ada satu fotopun
antropologis melalui data empiris terha- yang dapat diketahui sebagai foto dengan
dap bahan atau data yang dikumpulkan, gaya antropologis. Meskipun fotografi et-
anak, maupun kematian. Tidak lama setelah pameran di New York, The Family of
Man kemudian dipamerkan juga di 6 benua, 38 tempat di dunia, selama 8 tahun.
Pameran Steichen, seperti yang sudah dicatat, menekankan kesinambungan
Datoem: Foto-Etnografi dalam Proses Penciptaan 160
sejarah medium fotografi yang sangat sarat dengan kekuatan visualnya. Melalui
nografi mempunyai beberapa kesamaan menempatkan karya fotografi sebagai
pameran inidokumenter,
dengan foto Steichen memberikan motivasi
muatan estetik sertadan
simbol arahan kepada
harapan fotografer
ke depan muda,
bagi semua
dan politik
melalui yang
karya ditampilkan
fotografi para dalam se-prinsip-prinsip
master, fotografer yang ingin melihat
kreativitas dengansenikamera,
fotogra- dan
bagian besar foto dokumenter memisah- fi ditempatkan pada tatanan seni tingkat
karya-karya fotografi
kan-nya dari fotografi dari individu-individu
etnografi. terpilih
tinggi yang
seperti keseriusan
halnya karya senikerjanya
lainnya. sama
The Family
dengan of Man (Museum ofdalam
seniman-seniman Modern media Hal
seniini rupa
tidak lepas dari reputasi
lainnya. Stei juga
Steichen
Art, Pameran, 24 January – 8 Mei, 1955) chen yang luar biasa ketika berpameran
menempatkan karya fotografi sebagai simbol
adalah judul pameran instalasi fotogra-
dan harapan ke depan bagi semua
di Museum of Modern Art, sebelum tahun
fotografer yang
fi di Museum ingin Art
of Modern melihat seni
di New fotografi
York ditempatkan
1955. Pada saat itupada tatanan
pengamat seniseni tingkat
melihat
pada tahun 1955 (Foto 1), terdiri atas 503 sosok Steichen sebagai seseorang yang
tinggi seperti halnya karya seni lainnya.
foto yang secara tematis dikelompokkan memberi perhatian penuh pada foto se-
Hal ini tidak lepas dari reputasi
dalam tema-tema yang terkait dengan ber Steichen
bagaiyang
Seni,luar biasa ketika
dan sebagai seorangberpameran
fotografer di
bagai aktifitas budaya seperti tema cinta, yang serius, berkomitmen, kreatif, serta
Museum of Modern Art, sebelum tahun 1955. Pada saat itu pengamat seni melihat
anak-anak, maupun kematian. Tidak lama mempunyai peringkat yang sama dengan
sosok
setelah Steichen
pameran sebagai seseorang
di New York, yang memberi
The Fami- senimanperhatian penuh
lainnya, baik pada
dalam foto sebagai
lukisan, pa-
ly of Man
Seni, dankemudian
sebagaidipamerkan
seorang juga di 6
fotografer tung, serius,
yang musik atau puisi (Jay, 1989).
berkomitmen, kreatif, serta
benua, 38 tempat di dunia, selama 8 tahun. Dalam pameran ini Steichen memberi
mempunyai peringkat yang sama
Pameran Steichen, seperti yang sudah
dengan seniman lainnya, baik dalam lukisan,
kan konsep yang sangat erat hubungan-
dicatat, menekankan
patung, musik atau kesinambungan
puisi (Jay, 1989).se- nya dengan sosiologi yaitu mencari dan
jarah medium fotografi yang sangat sarat mengumpulkan foto-foto yang mencakup
Dalam pameran ini Steichen memberikan konsep yang sangat erat hubungannya
dengan kekuatan visualnya. Melalui pa- keseluruhan tentang hubungan manusia,
dengan sosiologi yaitu mencari
meran ini Steichen memberikan motiva- dan mengumpulkan
terutama foto-foto foto-foto yang tentang
keseharian mencakup
si serta arahan kepada fotografer muda,
keseluruhan tentang hubungan manusia,hubungan terutama manusia dengan dirinya sendi-
foto-foto keseharian tentang
melalui karya fotografi para master, prin- ri yang sangat sulit dicari, juga hubungan
hubungan
sip-prinsip manusia
kreativitasdengan
dengandirinya
kamera,sendirimanusia
yang sangat
dengan sulit dicari, jugahubung
keluarganya, hubungan
dan karya-karya
manusia dengan fotografi dari indivi-
keluarganya, hubungannya annya dengan
dengan masyarakatsekitarnya,
masyarakat sekitarnya,serta
du-individu terpilih yang keseriusan ker- serta hubungannya dengan dunia secara
hubungannya dengan dunia secara
janya sama dengan seniman-seniman da-
umum. umum.
lam media seni rupa lainnya. Steichen juga
Foto 1, Instalasi Fotografi Edward Steichen dalam Foto 2. Instalasi fotografi Edward Steichen dalam
The Family of Man, New York 1955 (Foto disalin- The Family of Man, Luxembourg 2009. (Foto dis-
pindahkan dari http://www.luxembourg.co.uk/cler- alinpindahkan dari http://www.luxembourg.co.uk/
vaux.html) clervaux.html)
Foto 1, Instalasi Fotografi Edward Steichen Foto 2. Instalasi fotografi Edward Steichen
dalam The Family of Man, New York 1955 dalam The Family of Man, Luxembourg 2009.
(FotoJurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 23, No. 2, Juni 2013: 109 - 209
disalinpindahkan dari (Foto disalinpindahkan dari 161
http://www.luxembourg.co.uk/clervaux.html) http://www.luxembourg.co.uk/clervaux.html)
Karya-karya fotografi yang ditampil- yang dimulai pada 1 Maret 2009 sampai
kan pun mencakup bidang yang sangat dengan 31 December 2009 (Foto 2).
luas, mulai dari bayi sampai filsafat, dari Lain halnya dengan Robert Frank yang
taman kanak-kanak
Karya-karya sampai
fotografi yang universitas,
ditampilkandikenal sebagai seorang
pun mencakup foto-jurnalis,
bidang da-
yang sangat luas,
dari mainan anak-anak sampai peneli- lam melakukan pemotretan selalu meng-
mulai dari bayi sampai
tian ilmiah, maupun dari dewan sukufilsafat, dari taman Luxembourg
kanak-kanak
gunakan
yangsampai
dimulai
fokus, pencahayaan
padadan 1 Maret
universitas,
rendah dari2009 sam
dalam masyarakat primitif sampai ke ‘cropping’
(Foto 2). yang agak keluar dan melenceng
mainan anak-anak sampai penelitian ilmiah, maupun dari dewan suku dalam
dewan Perserikatan Bangsa-Bangsa. De- dari teknik-teknik fotografi yang umum.
masyarakat primitif sampai kemanusia dewan Perserikatan Lain halnya dengan Robert Frank pula
yang dikena
mikian pula aspek spiritualitas Penggunaan Bangsa-Bangsa. Demikian
teknik yang keluar dari stan-
dalam melakukan
mulai dari pemotretan
kelahiran, selalu
tidak ditinggalkan, mulai dari kelahiran, dar fotografi kontemporer pada waktu itu menggunakan f
aspek spiritualitas manusia tidak ditinggalkan, perkawinan,
perkawinan, sampai kematian, juga ber sangat menyulitkan Robert Frank dalam
„cropping‟ yang agak keluar dan melenceng dari tekn
sampai
bagaikematian,
bentuk upacara jugaritual
berbagai
dari berbagaibentuk upacara melakukanritual dari berbagai
pendekatan agama. Ada
dengan pener-
agama. Ada pula aktivitas manusia dalam Penggunaan
bit-penerbit fototeknik yang
Amerika keluar dari standar fotogra
Serikat.
pulapeperangan,
aktivitas perdamaian,
manusia percintaan,
dalam peperangan,ke-
perdamaian, percintaan,
Robert Frank mendapatkan hibah pada
kebaikan
sangat menyulitkan Robert Frank dalam melakukan
maupunbaikan kejahatan,
maupun kejahatan, termasuk
termasuk ung
ungkapan-ungkapan tahun 1955 untuk melakukan
emosional perjalanan
seperti kesedihan
kapan-ungkapan emosional seperti kese penerbit
ke seluruhfoto Amerika
Amerika Serikat.
Serikat dan memo-
maupun kegembiraan. Salah
dihan maupun kegembiraan. Salah satu satu foto emosional yang dipamerkan dalam instalasi
tret semua strata masyarakat Amerika.
Robert Frank mendapatkan hibah pada tahun 19
foto emosional yang dipamerkan dalam Dia membawa keluarganya untuk ber-
fotografi „The Family of Man‟ ini dapat dilihat pada foto 3.
instalasi fotografi ‘The Family of Man’ ini ke seluruhdengan
sama-sama Amerika Serikat dan
dia melakukan memotret semua s
rang-
dapat dilihat pada foto 3. kaian perjalanan selama dua tahun, selama
membawa keluarganya untuk bersama-sama deng
waktu tersebut, Frank mengambil hampir
perjalanan selama
28.000 foto. Hanya duafoto-foto
83 dari tahun, terse-
selama waktu terse
but yang akhirnya dipilih oleh dia untuk
28.000 foto. Hanya 83 dari foto-foto tersebut yang a
dipublikasikan dalam buku Les Americains
dipublikasikan dalampada
pertama kali diterbitkan Les Americains
bukutahun 1958 pertama k
oleh Robert Delpire di Paris, dan kemu-
oleh Robert Delpire di Paris, dan kemudian di Am
dian di Amerika Serikat tahun 1959 oleh
Grove Tekan.
Grove Tekan. Buku
Buku tersebut
tersebut padapada awalnya banyak m
awalnya
banyak
foto di mendapat
Amerika kritikan dari pengamat
oleh karena representasi emosionaln
foto di Amerika oleh karena representasi
emosionalnya yang sangat kental.
Foto 3. Salah satu karya yang dipamerkan dalam
Foto 3 Foto 4,
The Family of Man Japan © Unosuke Gamou
Salah satu karya yang dipamerkan dalam The Parade
Disalinpindahkan dari http://www.luxembourg.
Family of Man Frank (
co.uk/clervaux.html
Japan © Unosuke Gamou Disalin
Kesuksesan pameran
Disalinpindahkan dari instalasi fotogra- http://w
http://www.luxembourg.co.uk/clervaux.html index.s
fi Steichen ditanggapi dengan dilak-
sanakannya pameran-pameran lanjutan
di beberapa kota besar
Kesuksesan lainnya dari
pameran waktu
instalasi fotografi Steichen ditanggapi dengan
ke waktu, sampai akhirnya pameran ‘The
dilaksanakannya
Family of Man’ denganpameran-pameran
konfigurasi yanglanjutan
Foto 4,diParade
beberapa kota
- Hoboken, New besar
Jersey © lainnya
Robert dari
Frank (1955) Americans 1. Disalinpindahkan dari
sama
waktu kedengan
waktu, aslinya diselenggarakan
sampai di
akhirnya pameran „The Family of Man‟ dengan konfigurasi
http://www.nga.gov/exhibitions/2009/frank/index.
tempat kelahiran Steichen di Luxembourg shtm Dari sisi sosiologi, Robert Frank berinisiatif
yang sama dengan aslinya diselenggarakan di tempat
representatif kelahiranAmerika
atas penduduk SteichenSerikat.
di Pada
sebagai karya fotografi memang masih subjektif dan
atas pandangan pribadinya. Howard Becker berp
era ini, karya Robert Frank keberadaanya sebagai
pantas hanya karena menggunakan teknik
konvensional. Robert Frank dengan sengaja meng
Datoem: Foto-Etnografi dalam Proses Penciptaan 162sudut pandan
dan kasar, banyak „cropping‟ dan
Dari sisi sosiologi, Robert Frank berini aturan agar dapat
melanggar jujur
aturan pada
agar persepsi
dapat dan
jujur pada persepsi d
siatif untuk menampilkan sampel re visinya tentang Amerika yang ia rasakan
ia rasakan dalam perjalanannya mengelilingi negar
presentatif atas penduduk Amerika Se dalam perjalanannya mengelilingi negara
rikat. Pada dasarnya karya Robert Frank ini pada tahun 1955 dan 1956.
sebagai karya fotografi memang masih
subjektif dan sarat dengan muatan emosi
Foto 5,
onal atas pandangan pribadinya. Howard "Elevato
Becker berpendapat bahwa Robert Frank Frank, P
courtesy
memang menampilkan pandangan yang
Disalinp
sangat pribadi atas masyarakat Amerika http://ww
Serikat, oleh karena masih banyak aspek shtm
kehidupan masyarakat Amerika yang te
lah diabaikannya (1995: 9).
Meskipun demikian, dalam Visual So-
ciology, Documentary Photography, and Pho- Foto 4, Parade - Hoboken, New Jersey © Robert
tojournalism: Its (Almost) All a Matter of Frank (1955) Americans 1. Disalinpindahkan dari
http://www.nga.gov/exhibitions/2009/frank/index.
Context, Becker (1995: 89-92) mempertim- shtm Pada dasarnya seorang fotografer merupakan
bangkan foto esai Robert Frank sebagai
bagian dari sosiologi visual. Berbeda dari dapat melakukan
Pada dasarnya pendekatan
seorang melalui
fotografer me penel
pendekatan foto dokumenter dan foto esai rupakan wahana cipta yang canggih, yang
pada umumnya, Robert Frank dalam The dapat melakukan pendekatan melalui
Americans menawarkan pendekatan de penelaahan, penghayatan, perasaan,
ngan cara yang lebih halus dalam melaku- pengkajian, dan selanjutnya dituangkan
kan survei budaya visualnya. Sementara dalam rancang bentuk yang artistik ser-
itu pernyataannya tentang masyarakat ta tepat-guna. Fotografi kemudian ber-
dan politik Amerika tidak dibuat eksplisit, fungsi sebagai salah satu medium untuk
namun pernyataan tersebut tertanam da- mencipta, yang bertitik berat bukan pada
lam foto-fotonya terutama bila dilihat se- aspek teknis perangkat keras, melainkan
bagai satu rangkaian (Foto 4). terkonsentrasi pada penglihatan (melalui
Foto esai Robert Frank menawarkan kamera). Seorang fotografer harus dapat
alternatif tentang budaya Amerika pada merasakan jendela bidik kamera sebagai
sebuah era dimana fotografi optimistis kanvas bagi seorang pelukis. Untuk mem-
merupakan sebuah norma yang banyak di- pertajam daya melihat inilah diperlukan
anut oleh fotografer yang lainnya, seperti penghayatan terhadap elemen-elemen
misalnya pada The Family of Man. Pada dasar penampilan sebuah subjek. Kualitas
era ini, karya Robert Frank keberadaanya yang paling dasar yang harus dipunyai
sebagai foto dokumenter dianggap tidak untuk pembuatan foto adalah kemampuan
pantas hanya karena menggunakan teknik dalam melihat secara multi-perspektif dan
kamera subjektif yang tidak konvensional. punya rasa menikmati secara positif da-
Robert Frank dengan sengaja menghilang lam berkreasi dan berkomunikasi melalui
kan fokus, karyanya suram dan kasar, gambar. Sebuah kamera bisa mempunyai
banyak ‘cropping’ dan sudut pandang banyak kelemahan untuk menciptakan
yang tidak biasa (Foto 5). Dia melanggar karya fotografi sesuai dengan apa yang
Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 23, No. 2, Juni 2013: 109 - 209 163
dalam bentuk empati dan intuisi, dimana terstruktur. Kedua, tataran artistik yang
kemudian subjek tersebut menjadi sebuah dapat berupa reaksi maupun emosi yang
entitas yang hadir secara alamiah mena muncul terhadap proses terjadinya pen-
warkan kebenaran kosmik yang universal. jabaran kembali dari kejadian dalam ob-
Subjek tersebut kemudian menjelma men- servasi dan pemahaman subjek dalam
jadi suatu kondisi yang dialogis antara bentuk gejolak perasaan yang kuat diser-
kenyataan yang virtual dan virtualitas tai dengan ramuan pengalaman estetik.
yang nyata, seperti halnya sebuah karya Gejolak perasaan yang timbul dapat beru-
fotografi. Tanpa meninggalkan paradigma pa perasaan-perasaan ketakutan, kenge-
yang disebut Nachmanovitch, fotografer rian, keheranan, kekagetan, keheningan,
di era digital dapat terus menerus mem- kekaguman, atau yang lainnya, tentang
perhatikan subjek sambil terus menerus suatu keadaan atau suasana sebagai aki-
melakukan pemotretan melalui mata hati bat kejadian luar biasa dalam memahami
nya sekalian melalui kameranya. subjek.
Kedua hal tersebut dapat berupa run-
tunan kejadian yang bersamaan maupun
berlainan waktu, akan tetapi baik itu wak-
tunya bersamaan atau berlainan, pengu
asaan atau dominasi salah satu di antara-
nya dapat lebih besar dari yang lainnya.
Apabila gejolak perasaan lebih kuat peng
aruhnya dibandingkan penjabaran ben-
tuk pemahaman subjeknya maka bentuk
perwujudannya dapat berubah dari ben-
Gambar 2, Kedudukan Foto-Etnografi dalam proses
Gambar 2, Kedudukan Foto-Etnografi dalam proses penciptaan Seni Fotografi
tuk aslinya, atau sama sekali menjadi ba-
penciptaan Seni Fotografi
Dalam proses berkarya fotografi, ada dua tataran yang menyertainya (Gambar
gian dalam subjek yang lainnya. Dengan
2). Pertama, tataran foto-etnografis di mana proses pengendapan, demikian,
proses apabila pada keadaan tertentu
Dalam proses berkarya fotografi, ada
penghayatan, dan proses pengangkatan pengalaman empiris mengenaigejolak peristiwa perasaan besar sekali dominasi
dua tataran yang menyertainya (Gam-
yang terjadi pada saat melakukan observasi terhadap subjek, dapat nya, munculmaka
ke bentuk yang ditampilkan dapat
bar 2). alam
permukaan Pertama,
sadar. Dalam tataran
hal ini seorangfoto-etnogra
fotografer seolah-olah mengalami
menjadi sangat imajinatif. Sebaliknya, bila
fis di serta
kembali mana proses
meresapi pengendapan,
kejadian-kejadian tersebut. Pada proses
saat itu pengalaman rupa
pernjabaran bentuk kejadian lebih besar
penghayatan,
diejawantahkan kembali dan
dalamproses pengangkatan
bentuk kesadaran yang memuat suatu pemahaman
yang sangat mendalam atas subjek yang diamati melalui proses analisis pengaruhnya
yang dari gejolak perasaan, maka
pengalaman empiris mengenai peristiwa
terstruktur. Kedua, tataran artistik yang dapat berupa reaksi maupun emosi bentukyang yang ditampilkan masih dapat ter-
yang terjadi pada saat melakukan obser-
muncul terhadap proses terjadinya penjabaran kembali dari kejadian lihat seperti bentuk aslinya.
dalam
vasi terhadap
observasi dan pemahaman subjek,
subjek dalamdapat bentukmuncul
gejolak perasaanke yang kuat disertai
Pada saat berada di Perth, Austra-
permukaan
dengan alam sadar.
ramuan pengalaman estetik. Dalam hal ini
Gejolak perasaan yangsetimbul dapat berupa
lia, penulis sempat berkolaborasi den-
orang fotografer
perasaan-perasaan seolah-olah
ketakutan, mengalami
kengerian, keheranan, kekagetan, keheningan,
kekaguman, atau yang lainnya, tentang suatu keadaan atau suasana sebagai ganakibat
seniman setempat bernama Alysha
kembali serta meresapi kejadian-kejadian
kejadian luar biasa dalam memahami subjek. Worth dan secara bersama-sama berkarya
tersebut. Pada saat itu pengalaman rupa
Kedua hal tersebut dapat berupa runtunan kejadian yang bersamaan Fotografi
maupun dengan disertai rekaman su-
diejawantahkan kembali dalam bentuk
berlainan waktu, akan tetapi baik itu waktunya bersamaan atau berlainan,
ara. Alysha Worth adalah seorang seni-
kesadaran yang memuat suatu pemaham
wati multi-media yang menitikberatkan
an yang sangat mendalam atas subjek
karya-kar yanya melalui sajian instalatif.
yang diamati melalui proses analisis yang
Salah satu karya instalasinya Circle pada
Perth di Western Australia, menuju ke
kota Northam, dan diakhiri di kota Yo
Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 23, No. 2, Juni 2013: 109 - 209 165
air bagi distrik Mundaring. Hubungan Berbagai barang, mulai dari barang
antara alam dengan bendungan ini tidak bekas sampai barang elektronik yang ter-
selalu menjadi harmonis, bisa juga terja- baru ada di kota ini, memberikan kesan
di hal kontras yang terlihat disekitarnya, bahwa meskipun kota ini terlihat sebagai
ini dapat dilihat dari adanya sisa-sisa ja kota tua, akan tetapi sebenarnya kota ini
lur kereta api yang sudah rusak direndam tidak ketinggalan zaman. Banyak bangun
air (Foto 6). Begitu juga banyak bebatuan an tua yang masih dipertahankan dan ter-
yang tersisihkan oleh konstruksi beton lihat dirawat dengan baik, memberikan
dan terlihat adanya hubungan yang kon- kesan pada penulis seperti kembali ke
tras antara alam dan buatan manusia. masa lampau. Selain itu penduduk kota
Kota Northam merupakan sebuah kota ini juga terdiri atas berbagai suku dan ras
kecil yang terlihat baru namun kering, de yang terlihat melalui beberapa nama toko
ngan suasana yang sangat sepi. Kota yang yang memakai huruf dan bahasa di luar
tampak bersih ini ternyata juga berdebu, bahasa Inggris (Foto 8). Melalui rekoleksi
namun debu ini tidak terlalu mengganggu dan refleksi sesuai dengan metode jurnal
oleh karena karakter debunya yang berat dalam foto-etnografi, penulis memilah
seperti pasir tetapi agak halus. Ada kejut dan memilih foto yang layak tampil da-
an artistik yang ditampilkan oleh tempat lam reepresentasi visual sesuai dengan
ini yaitu berupa patung-patung kecil yang temuan, konteks dan suasana dimana
memperlihatkan orang dan
Kota Northam merupakan benda
sebuah kota dari foto tersebut
kecil yang terlihat baru namundiperoleh.
kering, Metode dalam
masa
denganlalu kota ini
suasana yang (Foto 7). sepi. Kota yang tampak
sangat melaksanakan sebuah
bersih ini ternyata juga penelaahan men-
Berikutnya
berdebu, namun adalah
debu inikota
tidakYork yang
terlalu sama
mengganggu dalam
oleh karenaatas subjek
karakter foto dan proses pen-
debunya
kecilnya
yang berat dengan tempat
seperti pasir sebelumnya
tetapi agak halus. Adana- ciptaan
kejutan artistik yangkarya fotografi
ditampilkan olehtidak selalu sesuai
mun memberikan pengalaman batin yang dengan beberapa metode yang dijelas-
tempat ini yaitu berupa patung-patung kecil yang memperlihatkan orang dan benda
berbeda dari dua tempat sebelumnya. Be- kan sebelumnya dalam tulisan ini, tetapi
dari masa lalu kota ini (Foto 7).
berapa orang yang saling bertemu di jalan dapat menjadi bentuk pendekatan yang
Berikutnya adalah kota York yang sama kecilnya dengan tempat sebelumnya
hampir selalu memberikan sapaan yang mencair dan bersinergi. Sambil melaku-
namun memberikan pengalaman batin yang berbeda dari dua tempat sebelumnya.
akrab dan karena itu pula penulis mera- kan pendekatan fotografis maupun ob-
Beberapa orang yang saling bertemu di jalan hampir selalu memberikan sapaan yang
sakan adanya suasana kehidupan yang servatif layaknya sebuah pendekatan fo-
akrab dan karena itu pula penulis
bersahabat. Di pusat kota terlihat orang- merasakan adanya suasana kehidupan
to-etnografi, yang
baik itu pendekatan tertutup
bersahabat. Di pusat kota terlihat
orang hilir mudik melakukan berbagai ke- orang-orang hilir mudik melakukan berbagai
maupun terbuka, terhadap subjek, melalui
giatan, tampak pertokoannya sibuk oleh
kegiatan, tampak pertokoannya sibuk oleh kunjungan bentuk pengamatan,
orang-orang partisipasi, maupun
yang berbelanja.
kunjungan orang-orang yang berbelanja. wawancara, di lain sisi juga serta merta
melakukan pendekatan estetis dan kreatif
atas subjek yang diangkat.
Foto 7,
Trip To The Noteworthy,
Northam 5 © Arif Datoem
(2009). Northam, Western
Foto 7, Trip To The Noteworthy, Northam 5 © Arif
Australia.
Datoem (2009). Northam, Western Australia.
Berbagai barang, mulai dari barang bekas sampai barang elektronik yang terbaru
ada di kota ini, memberikan kesan bahwa meskipun kota ini terlihat sebagai kota
tua, akan tetapi sebenarnya kota ini tidak ketinggalan zaman. Banyak bangunan tua
foto tersebut, dapat digambarkan sebagai sebuah metode foto-etnografi (dalam
ranah sosiologi visual), akan tetapi di sisi yang lain juga dilihat sisi estetik yang
terkandung dalam setiap pilihan foto, yang dapat dianggap sebagai suatu metode
Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 23, No. 2, Juni 2013: 109 - 209
representasi seni visual. 167
Foto 8, Trip
Foto 8, TripTo
ToThe
TheNoteworthy,
Noteworthy,York
York2 2and
and1616© © Arif
Arif Datoem (2009).
penciptaan
Datoem York,
karya seni
(2009). York, Western
fotografi
Western Australia.
ini adalah wahana fotografi
Australia.
digital, maka harus
disadari bahwa segala aspek teknis digital akan sangat mempengaruhi hasil akhir
yang dicapai.
Seluruh
Disatu sisi,pemikiran
penelitian ini
yangterjadi atas dasar objektivitas (rasional) maupun atas dasar
dilakukan
melalui pendekatan pada sejumlah foto
subjektivitas (emosional) yang melebur ke dalam suatu ranah metodologis yang
yang dihasilkan dengan penjelasan subjek
mengedepankan
secara tertulis tentang subjek sebagai
maksud pemahaman intuitif yang mendalam. Pemahaman
dibuatnya
foto kemudian
ini tersebut, dapat digambarkan sebagai
digelombangkan dalam sifat dualitas medium fotografi menjadi
sebuah metode foto-etnografi (dalam
sebuah karya visual),
ranah sosiologi seni. Ketika kedua
akan tetapi di pendekatan
sisi ini dilakukan secara bersama-sama,
yang lain
maka juga yang
proses dilihatterjadi
sisi estetik yang ter-sangat selaras dengan suatu proses penciptaan
tampaknya
kandung dalam setiap pilihan foto, yang
karya seni fotografi. Oleh karena wahana yang dipergunakan dalam proses
dapat dianggap sebagai suatu metode re
Gambar 3, Peranan Foto-Etnografi dalam proses penciptaan seni fotografi.
presentasi seni visual. Gambar 3, Peranan Foto-Etnografi dalam proses
Seluruh pemikiran ini terjadi atas dasar penciptaan senifoto-foto
Di akhir proses, fotografi. yang ditampilkan tidak disertai dengan keterangan
objektivitas (rasional) maupun atas dasar tekstual panjang lebar, melainkan hanya disertai dengan suatu bentuk indeks yang
sederhana. Secara empirik terlihat bahwa karya-karya foto yang ditampilkan dapat
subjektivitas (emosional) yang melebur Di akhir
dianggap proses,
sebagai suatu tampilanfoto-foto
sosiologi visual yang
denganditam
sentuhan seni visual.
ke dalam suatu ranah metodologis yang pilkan tidak disertai dengan keterangan
Keberadaan subjek dalam foto-foto ini bergerak diantara seni dengan sains, ia
mengedepankan subjek sebagai pemaham menjadi kaya makna selain karena sifat dualitasnya, juga sebagai akibat dari
tekstual panjang lebar, melainkan hanya
meleburnya dua pendekatan (emosional dan rasional) dalam satu ranah metodologis
an intuitif yang mendalam. Pemahaman disertai dengandansuatu
yang saling memperkaya bentuk
saling mengisi indeks
satu dengan yang(Gambar 3).
yang lainnya
ini kemudian digelombangkan dalam si- sederhana. Secara empirik terlihat bah-
PENUTUP
fat dualitas medium fotografi menjadi se- waBeberapa
karya-karya foto yang ditampilkan
foto bersejarah karya-karya yang ditampilkan pada bagian pertama
buah karya seni. Ketika kedua pendekatan dapat
tulisan ini dianggap sebagai
merupakan contoh-contoh kunci suatu tampilan
foto penyelidikan yang substantisial.
ini dilakukan secara bersama-sama, maka Tingkatan dimana foto-foto tersebut dapat dianggap sebagai bagian yang „valid' dari
sosiologi visual dengan sentuhan seni vi-
proses yang terjadi tampaknya sangat sual. Keberadaan subjek dalam foto-foto
selaras dengan suatu proses penciptaan ini bergerak diantara seni dengan sains,
karya seni fotografi. Oleh karena wahana ia menjadi kaya makna selain karena si-
yang dipergunakan dalam proses pencip- fat dualitasnya, juga sebagai akibat dari
taan karya seni fotografi ini adalah wahana meleburnya dua pendekatan (emosional
fotografi digital, maka harus disadari bah- dan rasional) dalam satu ranah metodo
wa segala aspek teknis digital akan sangat logis yang saling memperkaya dan saling
mempengaruhi hasil akhir yang dicapai. mengisi satu dengan yang lainnya (Gam-
bar 3).
Datoem: Foto-Etnografi dalam Proses Penciptaan 168
Rader, Melvin
1973 A Modern Book of Esthetics. New
York: Holt, Rinehart and Winston,
Inc.
Rose, Gillian
2007 Visual Methodologies: An Introduc-
tion to the Interpretation of Visual
Materials (2nd Edition). London:
SAGE Publications.
Soedjono, Soeprapto
2006 Pot-Pourri Fotografi. Jakarta:
Penerbit Universitas Trisakti.