0% found this document useful (0 votes)
96 views18 pages

94 182 1 SM

Gg
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
96 views18 pages

94 182 1 SM

Gg
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 18

Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 23, No.

2, Juni 2013: 109 - 209 153

Foto-Etnografi dalam Proses Penciptaan


Karya Seni Fotografi
Oleh
Arif Datoem
Universitas Trisakti

ABSTRACT

This article aims at deepening the possibility of utilizing the art of photography that is rich of sig-
nificance of the socio-cultural representation. The visual ethnographic field or photo-ethnography,
which is relatively new, can provide assistance and answer for this. Therefore, the author has tried a
form of collaboration between the photo-ethnographic approach and the sense approach in doing his
research on the subject in order to obtain the deep understanding and the truth significance attached
to them. The method of digital photography art creation which is intuitively the basis of the art cre-
ation in digital domain, then was tried to be formulated, based on heuristics research in the process of
the art of digital photography. This concept was developed from the experience in the field of digital
photography and visual anthropology, guided by the basic theories of creativity, quantum theory in
art, and theory of artistic creation that has existed before. Through emotional approach as a method,
along with the structured systematic approach of photo-ethnography and with the deep awareness of
the environment and social life of the subject leads to the creation of the image that tends to be better
and more meaningful, more productive in a social sense, and offers a credible empiric documentation.

Keywords: photo-ethnography, photography art works

ABSTRAK

Artikel ini dibuat dalam upaya melakukan pendalaman mengenai kemungkinan peman-
faatan seni fotografi yang kaya makna representasi sosio-kultural. Bidang etnografi visual
atau foto-etnografi yang relatif masih baru, dapat memberikan bantuan dan jawaban un-
tuk hal ini. Oleh karena itu penulis mencoba suatu bentuk kolaborasi antara pendekatan
foto-etnografi dengan pendekatan rasa ketika melakukan penelitian terhadap subjek agar
diperoleh pemahaman mendalam serta makna kebenaran yang menyertainya. Metode
penciptaan seni fotografi digital yang merupakan dasar dari penciptaan seni secara intu-
itif dalam domain digital, kemudian dicoba dirumuskan, berdasarkan penelaahan heu-
ristik dalam proses seni fotografi digital. Konsep ini dikembangkan dari pengalaman di
bidang fotografi digital dan antropologi visual, dipandu oleh teori-teori dasar kreativitas,
teori kuantum dalam seni, dan teori penciptaan seni yang telah ada sebelumnya. Melalui
pendekatan emosional sebagai metode, disertai dengan pendekatan sistematis yang ter-
struktur dari foto-etnografi dan dengan kesadaran yang mendalam mengenai lingkungan
dan kehidupan sosial subjek mengarah pada penciptaan gambaran yang cenderung lebih
baik dan lebih bermakna, lebih produktif dalam arti sosial, dan menawarkan dokumentasi
empiris yang kredibel.

Kata kunci: foto-etnografi, karya seni fotografi


Datoem: Foto-Etnografi dalam Proses Penciptaan 154

PENDAHULUAN dapat menampilkan kekuatan pendekatan


subjeknya serta ekspresinya dalam seni fo-
Sebagai seorang yang mempraktek- tografi seiring dengan gambaran refleksi
kan fotografi sebagai medium karya seni, sosial yang kuat?
melalui penelaahan ini saya bermaksud Proses penciptaan seni fotografi pada
melakukan pendalaman mengenai ber­ tulisan ini dimulai dari tinjauan kepus-
bagai kemungkinan pemanfaatan fotogra- takaan tentang sejarah fotografi sosial-­
fi yang lebih kaya akan makna represen- dokumenter lebih khususnya proyek fo-
tasi sosio-kulturalnya. Mungkin sekali tografi yang dianggap telah menawarkan
foto-­etnografi yang masih dianggap relatif suatu bentuk analisa sosiologis termasuk
baru, dapat memberikan jawaban untuk juga yang tidak atau belum tergolong se-
hal ini. Penelitian ini berawal dari keter- bagai karya-karya sosiologi visual atau
tarikan terhadap ilmu etnografi sebagai antropologi visual. Telaah literatur yang
suatu metode penelitian akademik yang terutama terkait dengan pengumpulan
sudah mapan dalam keterkaitan dengan data visual dalam bidang sosiologi visual
ilmu perilaku sosial dan budaya manu- maupun antropologi visual, serta penyeli-
sia dengan bantuan perekaman visual. dikan melalui etnografi budaya pedesaan
Fotografi dalam konteks etnografi dapat sebagai sub-disiplinnya melalui pendekat­
lebih memberikan nuansa yang lebih jelas an kreatif dalam representasi visualnya
dalam penarikan kesimpulan sebuah pe- sebagai bentuk pengejawantahan sebuah
nelitian yang menggunakan metode et- ekspresi artistik. Namun demikian, da-
nografi. lam ruang-ruang kreatif antropologi vi-
Jenis foto seperti ini dalam industri sual (Grenfell & Hardy, 2007: 165-169);
foto jurnalistik, kemunculannya diterima (Pink S. , 2006: 100-101) sebisa mungkin
sebagai jenis foto dokumenter dan mung­ melalui keputusan intuitif diusahakan
kin masih memiliki hubungan dengan untuk selalu menghindari segala bentuk
karakteristik foto sosial dokumenter yang penetrasi maupun intervensi terhadap ha-
hampir selalu hendak membuat gambar­ sil pemotretan yang dilakukan, serta tetap
an yang bertujuan untuk menampilkan menginginkan subjek yang benar-benar
kenyataan sosial melalui gaya pandang berbicara apa adanya secara alamiah ten-
kebenaran dan kejujuran visual. Tentu tang keberadaannya (Bohm, 2004: 56-57);
saja, patut disadari akan luasnya berbagai (Klein, 2002: 31-34); (Rader, 1973: 84-90);
gaya fotografi dokumenter kontemporer, berikut gelombang makna visual yang
tetapi dari perspektif fotografi seni, gaya dikandungnya, dalam medium fotografis
seperti ini sudah dianggap mempunyai yang dipergunakan. Keadaan ini sedikit
kelebihan dalam hal ekspresi artistik. Foto banyak mengacu pada prinsip dasar fo-
dokumenter kontemporer seperti ini, se- to-etnografi yang selalu mengedepan­kan
cara epistemologis, lebih memberikan fakta visual sebagai data visual untuk
kontribusi terhadap ilmu pengetahuan ke- kemudian ditelaah dan dipelajari di dalam
masyarakatan daripada terhadap proses tahapan observasi.
berkesenian. Pertanyaannya adalah dima- Analisis dilakukan dengan meman-
na peranan foto-etnografi yang menampil- faatkan metode pendekatan foto-­etnografi
kan pola perilaku manusia sehari-hari ini sebagai bagian dari antropologi visual
Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 23, No. 2, Juni 2013: 109 - 209 155

melalui telaah wacana dari sisi teks, inter- visual dalam kegiatan observasi, catatan
tekstualitas, dan konteks. Menurut Rose lapangan, wawancara mendalam, dan
(2007: 170), hal ini penting untuk menge­ yang paling penting adalah hasil obser-
tahui lebih lanjut mengenai tempat ke- vasi dan partisipasi (Collier Jr. & ­Collier,
beradaan gambar/foto, selain itu acuan 1989: 161-173); (Collier Jr., 2003: 235-252);
dapat dikaitkan dengan tempat pembuat­ (Banks, 2001: 111-137).
an gambar/foto tersebut dalam konteks Hal tersebut sangat sepadan dengan
budayanya. Selanjutnya Rose (2007: 171) suatu metode pendekatan kreatif yang
mengemukakan bahwa analisis wacana dikemukakan oleh Sumandiyo Hadi (2006:
berdasarkan pada teks, intertekstuali- 78-80), pada bagian analisis data di dalam
tas, dan konteks, akan sangat efektif un- bukunya berjudul Seni Dalam Ritual Agama
tuk melihat gambar/foto secara seksama mengenai pertanyaan-pertanyaan tentang
serta merta menerjemahkan pengaruh isu spesifik pada saat penelitian ternyata
keberadaan gambar/foto tersebut, khu- dapat diperoleh melalui wa­ wancara be-
susnya yang terkait dengan konstruksi bas atau observasi partisipatoris untuk
perbedaan sosial disekitarnya. Menurut mendapatkan pengertian tentang ung-
Rose, foto juga dapat menjadi bagian in- kapan-ungkapan kognitif, maupun emo-
tegral dalam sebuah penelitian; foto disini sional atau intuisi dari subjek yang diteli-
tidak hanya menjadi representasi visual ti. Bohm (2004: 79-82) dalam bukunya
yang sudah dijelaskan dalam teks seperti On Dialogue menjelaskan bahwa seorang
dikatakan Banks (2001: 144), tetapi juga se- pengamat yang sangat memen­ tingkan
cara aktif digunakan dalam proses peneli- pengamatan melalui mata dan telinga
tian. Mengenai hal ini Rose (2007: 240-245) merangkum segala sesuatu yang terlihat
secara lebih rinci menjelaskan bahwa ada dan terdengar yang dia terima sebagai in-
dua metode dasar dalam pendekatan­nya formasi berkaitan yang kemudian diolah
yaitu foto yang ada atau dibuat untuk dan dan disusun dalam sebuah gambar­an dan
pada saat wawancara (photo-elicitation) pengertian melalui pemikiran­nya. Selan-
dan foto yang dibuat untuk kepen­tingan jutnya dalam pembahasan yang sama ten-
dokumentasi (photo-documentation). Da- tang pengamat dan yang di­amati Bohm
lam metode ini cara pandang peneliti da- menegaskan bahwa seorang pengamat
lam melakukan pemotretan akan sa­ngat akan menggunakan asumsinya dalam
mempengaruhi hasil pemotretannya. Pe- memperhatikan yang diamati, dan yang
makaian pendekatan etno-metodologi an- diamati akan memberikan reaksi emosion-
tropologi visual (Grenfell & Hardy, 2007: al kepada pengamat yang akan mempen-
137-170); (Ball & Smith, 2001: 302-315); da- garuhi cara pandang pengamat; kondisi
lam konteks antropologis, secara fotogra­ seperti ini menurut Bohm adalah wajar,
fis foto-etnografi dimaksudkan sebagai sangat alamiah dan memberikan gam-
cara untuk memahami gaya hidup, visi baran bahwa apabila asumsi dan emosi
dan esensi pandangan hidup dalam suatu tidak menjadi satu, atau pengamat dan
komunitas tertentu, melalui ranah peng­ yang diamati tidak didudukan dalam satu
amatan temuan artifak, pengamatan eks­ tempat, maka semuanya akan menjadi
presi tubuh, pengamatan makna ruang, salah. Deskripsi ini kemudian dapat mem-
dan pengamatan budaya maupun analisis berikan dasar untuk melakukan ana­lisis
Datoem: Foto-Etnografi dalam Proses Penciptaan 156

struktural reflektif yang menggambar- Menurut Becker sosiologi visual, fo-


kan esensi atas pengalaman-pengalam­an tografi dokumenter, dan foto-jurnalisme
tersebut. Peneliti menggambarkan struk- adalah konstruksi-konstruksi sosial yang
tur dari ­pengalaman berdasarkan metode pengertiannya muncul dalam konteks
refleksi dan interpretasi melalui proses kesejarahan serta pengorganisasian ber­
mengingat dan mengalami kembali sega- bagai bidang karya fotografi. Hal ini ber-
la pengalaman yang dirasakan pada saat kaitan dengan kontekstualitas arti sebuah
melakukan observasi dan partisipasi di foto melalui pembacaan foto-foto sebagai
lapangan (Moutakas, 1994: 103-119). sebuah aliran atau gaya yang seolah-olah
Kebersamaan antara foto-etnografi dan dibuat dalam aliran atau gaya yang lain­
seni fotografi dalam dua kasus spesifik nya (1995: 5-14). Pada saat itu para ilmu-
yaitu kasus karya instalasi Edward Stei­ wan sosiologi percaya bahwa secara ala-
chen dan kasus karya fotografi Robert miah karakteristik gambaran fotografis
Frank sebagai tinjauan terhadap bauran hanyalah merupakan bentuk pengulang­
foto-etnografi dan seni fotografi. Selain an informasi atas suatu metode penelitian
itu komponen pelaksanaan dalam pene- naturalistik. Sebaliknya Becker sadar akan
litian ini juga mencakup penyelidikan potensi sebuah gambar sebagai sumber in-
fotografis selama satu hari di kota York, formasi penelitian sosial.
kota Northam, dan kota Mundaring, Antropologi visual secara logis meru­
Western Australia. Gambaran fotografis pakan hasil dari suatu keyakinan bahwa
yang dihasilkan berjudul ‘A Trip to The kebudayaan terwujud melalui simbol-sim-
Noteworthy’, menawarkan survei visual bol yang terdapat dalam gerak-gerik,
tiga kota kecil berdasarkan pada informasi upacara ritual, dan artefak-artefak yang
yang diperoleh dari kerangka konseptu- terdapat di lingkungan bentukannya
al dan metode pengumpulan data visual maupun lingkungan alamnya. Meskipun
kualitatif yang diwujudkan dalam acuan asal dari antropologi visual secara historis
foto-etnografi sebagai bagian dari metode dapat ditemukan dalam asumsi positiv-
antropologi visual namun tetap dalam is bahwa suatu realitas objektif itu dapat
wadah seni fotografi. di­amati, sebagian besar ilmuwan kebu-
dayaan kontemporer tetap menitikbe­
ratkan pentingnya realitas budaya yang
PEMBAHASAN secara sosial berkembang alami sambil
melakukan pemahaman terhadap sifat
Sosiologi Visual dan Antropologi Visual dari setiap kebudayaan. Penelitian ilmiah
dalam Seni Fotografi tentang fotografi hampir selalu didomina-
Sesuai dengan namanya, istilah sosiolo- si oleh para sejarawan seni yang mencari
gi visual muncul dari bidang sosiologi. Is- keistimewaan para seniman dan pelukis
tilah ini mengacu pada pemanfaatan atau yang karya-karyanya mempunyai arti
pemakaian media visual dalam penyeli- penting bagi perkembangan kesenian khu-
dikan atau penelitian fenomena sosial. susnya seni lukis. Dalam beberapa dekade
Alat bantu visual yang dipergunakan terakhir, pendekatan sosial terhadap seja-
mencakup berbagai jenis media visual rah fotografi mulai muncul kepermukaan,
seperti video, gambar, dan fotografi. dimana foto-foto dilihat sebagai bentuk
Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 23, No. 2, Juni 2013: 109 - 209 157

artefak hasil dari suatu konstruk sosial tahun penelitian mereka di Bali. Dari jum-
yang merepresentasikan sebuah bentuk lah tersebut, mereka memanfaatkan 759
budaya tak terkecuali juga merepresenta- foto dalam 100 halaman pada buku yang
sikan budaya pemotretnya. Penelitian se­ mereka buat Balinese Character - A Photo-
perti ini terkonsentrasi lebih pada konteks graphic Analysis. Foto-foto dalam buku
sosial dan tentang pembuatan dan peman- tersebut dimuat sepadan dengan tulisan
faatan foto daripada tentang foto sebagai yang menyertainya dan diklasifikasikan
teks. dalam kategori-kategori berupa topik-
Antropologi dapat dikatakan sebagai topik yang terkait dengan budaya Bali; be-
bidang keilmuan yang mempelajari kema- berapa dari topik tersebut menunjukkan
nusiaan (Wehmeier, 2005: 55). Antropolog adanya suatu pengorganisasian secara
adalah ilmuwan yang meneliti dan mem- sosial (Capovilla, 2003: 5). Sampai saat ini
pelajari manusia termasuk asal usulnya, metode pendekatan fotografis yang digu-
peredaran dan perkembangannya, mau- nakan Mead dan Bateson banyak dipakai
pun hubungan-hubungannya. Antropolo- dalam penelitian-penelitian etnografis
gi mempunyai fokus yang lebih holistik dan menjadi cikal bakal pendekatan fo-
ketimbang sosiologi; sebuah penelitian to-etnografi dalam ranah sosiologi visual,
antropologis akan lebih menitikberatkan meskipun metoda ini masih sedikit di-
perhatiannya pada budaya manusia se- manfaatkan dalam bidang antropologi.
cara keseluruhan, sedangkan penelitian Dalam proses penciptaan seni fotogra-
sosiologis akan memberikan perhatian fi, penting untuk tidak melibatkan diri
khusus pada fenomena yang lebih kecil dengan masalah label, apakah sebuah foto
yang terjadi dalam sebuah budaya ter- merupakan bagian dari fotografi doku-
tentu. Akibatnya, fotografi antropologis menter atau bagian dari sosiologi visual,
sebagai metode sosiologi visual menca­ fotografi sosial atau bagian dari foto jur-
kup skala dan waktu yang lebih banyak nalisme, yang paling penting dari semua
ketimbang penelitian yang menggunakan ini adalah persoalan konteks dimana hasil
metode fotografi sosiologis. pemotretan dan penelitian tersebut disa-
Secara konseptual ranah ini dapat jikan. Jon Prosser (Prosser & Schwartz,
menjadi sangat luas, akan tetapi pada 1998: 115-130) dalam bukunya Image-based
prakteknya antropologi visual terutama Research: A Source Book for Qualitative Re-
sangat didominasi oleh ketertarikan ter- searchers, menjelaskan dengan sangat in-
hadap media gambar (piktorial) sebagai formatif tentang konsep foto dokumenter
alat komunikasi ilmu dan pengetahuan dalam sosiologi visual ini. Pengamatan
antropologis, seperti film etnografis dan mendalam dilakukan terhadap hasil foto
foto-etnografis, maupun penelitian ten- yang terfokus pada makna sosiologisnya,
tang manifestasi gambar (piktorial) dalam yang berarti juga tentang keadaan fisik
suatu kebudayaan. tempat dimana foto tersebut diambil. Kon-
Antropologi sempat mengalami krisis teks spiritualitas dari foto yang dihasilkan
yang sama dengan sosiologi ketika visual merupakan bonus yang muncul dari sifat
dipakai dalam lingkup penelitian, demiki- dualitas genre foto dokumenter.
an pula ketika Mead dan Bateson membuat Foto esai, atau gambar cerita, adalah
sekitar 25000 foto dalam jangka waktu dua suatu media atau alat komunikasi. Istilah
„mood‟ menurut The New Oxford American Dictionary dan Kamus Besar Bahasa
Indonesia) dalam ranah digital (terkait dengan komputasi elektronis, lihat gambar 1)
yang dipakai melalui bentuk atau kemampuan intuisi manusia, yang apabila
dipertajam melalui suatu proses kristalisasi yang didorong oleh bergeraknya
fakultas iman, fakultas rasa, dan fakultas rasio (Gustami, 2008: 311-312) dapat segera
Datoem: Foto-Etnografi dalam Proses Penciptaan 158
berhubungan dengan ilham atau saat estetik, dalam bentuk inspirasi artistik.

foto esai merujuk pada presentasi dari


serangkaian foto-foto bersama-sama de­
ngan kata-kata tertulis. Tujuan foto esai
adalah untuk menyampaikan pokok-
pokok naratif dari suatu gagasan atau
pemikiran, sebuah cerita yang menunjuk-
kan pengertian yang mendalam tentang
aspek-aspek realitas kehidupan. Bahkan Gambar 1. Tahapan Penciptaan Karya Seni Fotografi.
Gambar 1. Tahapan Penciptaan Karya Seni Fotografi.
serangkaian foto-foto tanpa teks pun ma-
Bentuk subjek yang tertuang pada laluan fenomena yang menyertainya, baik itu
sih dapat dianggap sebagai foto esai. Da- fenomena fisik, fenomena psikis, maupun fenomena spiritualnya, merupakan
Bentuk subjek yang tertuang pada lalu-
lam menjelaskan metode foto esai, Eliza- stimulus kreativitas yang ditangkap secara fisiologis dan dicerna oleh Rasa, Rasio,
an fenomena yang menyertainya, baik itu
beth Chaplin (1995: 97) mengemukakan
fenomena fisik, fenomena psikis, maupun
bahwa rangkaian foto dan tulisan dapat
fenomena spiritualnya, merupakan stimu­
memberikan kontribusi penting bagi
lus kreativitas yang ditangkap secara fisio­
suatu kritik atau suatu pemikiran. Esai
logis dan dicerna oleh Rasa, Rasio, dan
merupakan hubungan antar foto, sese­
Iman sebagai tiga fakultas pembentuk
orang harus mengembangkan kesadaran
manusia pencipta. Masing-masing fakul-
tentang hubungan yang ada, bukan hanya
tas tersebut digerakkan oleh munculnya
mengambil gambar saja.
konflik intrinsik berupa reaksi alamiah
terhadap segala sesuatu yang sifatnya
Metode Penciptaan Seni Fotografi dan
sensasional dalam bentuk emosi, logika,
Foto-Etnografi
dan keyakinan. Keadaan ini mengakibat-
Metode penciptaan seni fotografi da-
kan terciptanya gelombang meditatif yang
lam tulisan ini dikembangkan dari bebe­
patut dan perlu ditangkap oleh mata batin
rapa teori dasar kreativitas, teori quantum
serta pengalaman estetik seorang seniman
dalam seni, dan teori penciptaan seni yang
atau seorang fotografer untuk mencapai
telah dikembangkan, dalam konsep yang
ruang intuitif demi mendapatkan inspira-
meniitikberatkan suasana kejiwaan (Latin
si artistik atau dapat juga disebut sebagai
modus=‘measure’ yang artinya juga se-
saat-saat estetik yang diharapkan.
padan dengan ‘mode’, ‘manner’, maupun
Menurut Bohm (2004: 52-61, 104-108)
‘mood’ menurut The New Oxford American
dalam bukunya On Creativity supaya ke-
Dictionary dan Kamus Besar Bahasa Indone-
giatan berkarya cipta tetap berada pada
sia) dalam ranah digital (terkait dengan
jalur inspirasi artistik yang layak olah,
komputasi elektronis, lihat gambar 1) yang
ada dua sisi gagasan yang mutlak dibu-
dipakai melalui bentuk atau kemampuan
tuhkan, yaitu: (1) gagasan estetik; dan (2)
intuisi manusia, yang apabila dipertajam
gagasan nalar atau gagasan formal. Ga-
melalui suatu proses kristalisasi yang di-
gasan estetik adalah suatu bentuk intuisi
dorong oleh bergeraknya fakultas iman,
dari perilaku imajinasi kreatif; akan tetapi,
fakultas rasa, dan fakultas rasio (Gustami,
kita tidak akan pernah memperoleh kon-
2008: 311-312) dapat segera berhubungan
sep yang cukup dalam gagasan seperti ini,
dengan ilham atau saat estetik, dalam ben-
untuk itu gagasan formal sebagai pasa­
tuk inspirasi artistik.
ngannya menjadi sangat penting dalam
Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 23, No. 2, Juni 2013: 109 - 209 159

menemani gagasan estetik, meskipun di baik itu bahan-bahan dan data penelitian
sini kita tidak akan pernah mendapat- maupun bahan-bahan dan data pencip-
kan intuisi yang memadai. Selanjutnya, taan, khususnya terhadap bahan-bahan
pada tatanan meditatif gagasan-gagasan atau data visual, juga disertai dengan pe-
tersebut diterjemahkan ke dalam bentuk mikiran kontemplatif dan perenungan
kegiat­an berekspresi; dan dalam tata­ imajinatif. Di samping dapat menghasil-
nan media fotografi, kegiatan berekspresi kan sebuah pemahaman yang mendalam
tersebut dapat diwujudkan menjadi ben- atas subjek penelitian atau penciptaan,
tuk ekspresi estetik fotografis melalui po- dalam tahap ini juga dapat dihasilkan
ros-poros intuisi yang digunakan untuk konsep pemahaman nilai-nilai yang ter-
mengungkapkan kembali nilai-nilai haki- kandung di dalam subjek penelitian atau
ki dari emosi naluriah secara sadar seper- penciptaan serta konsep dan rancangan
ti ditekankan oleh Henri Cartier-Bresson kekaryaan. 3) konsep perancangan serta
bahwa: konsep pemahaman atas nilai-nilai yang
terkandung dalam subjek penelitian dan
‘There is a creative fraction of a second when
you are taking a picture, your eye must see penciptaan inilah yang kemudian dapat
a composition or an expression that life it- digelombangkan dan diejawantahkan,
self offers you, and you must know with serta dinyatakan ke bentuk karya seni fo-
intuition when to click the camera. That is
tografi dalam tahapan ketiga yaitu tahap
the moment the photographer is creative.’
perwujudan karya.
(Cartier-Bresson, 1999: 44).
Sependapat dengan apa yang dikemu-
Ada tiga tahapan kegiatan yang harus kakan oleh Soeprapto Soedjono (2006)
dilalui dalam proses penciptaan karya seni bahwa pada umumnya proses pencipta-
fotografi ini (Gambar 1) yaitu: 1) kegiatan an dan penghadiran karya seni fotografi
pengamatan dan pemahaman subjek foto. mempunyai tiga proses tahapan, yaitu:
Oleh karena pada saat melakukan kegiat­ pertama adalah proses pemotretan yang
an pengamatan maupun kegiatan peng­ dipadu-padankan dengan proses peng­
amatan partisipatif seorang peneliti atau amatan dan pemahaman subjek fotografi;
pengamat juga bekerja sebagai seorang kedua adalah proses kamar-gelap mau-
fotografer, maka dalam proses pendekat- pun ‘kamar-terang’ (digital darkroom) yang
annya faktor empati maupun simpati se- dipadu-padankan dengan proses analisis
cara alamiah akan menyertainya. Kondisi dan perenungan; dan yang ketiga ada-
ini merupakan hal yang sangat wajar ter- lah proses penampilan akhir yang dipa-
jadi dan justru merupakan kondisi yang du-padankan dengan proses perwujudan
sangat memungkinkan munculnya intuisi karya.
melalui tiga fakultas pembentuk manusia Secara formal foto yang diambil oleh
pencipta. 2) tahap analisis dan perenungan seorang antropolog tidak bisa dibedakan
terhadap bahan atau data yang diperoleh dari sebuah foto biasa yang diambil untuk
dari hasil pengamatan dalam tahap perta- kepentingan pribadi maupun kepentingan
ma. Pada tahapan ini selain analisis pene- artistik, seperti juga foto-foto yang diambil
litian fenomenologis, sosiologis maupun oleh seorang turis, tidak ada satu fotopun
antropologis melalui data empiris terha- yang dapat diketahui sebagai foto dengan
dap bahan atau data yang dikumpulkan, gaya antropologis. Meskipun fotografi et-
anak, maupun kematian. Tidak lama setelah pameran di New York, The Family of
Man kemudian dipamerkan juga di 6 benua, 38 tempat di dunia, selama 8 tahun.
Pameran Steichen, seperti yang sudah dicatat, menekankan kesinambungan
Datoem: Foto-Etnografi dalam Proses Penciptaan 160
sejarah medium fotografi yang sangat sarat dengan kekuatan visualnya. Melalui
nografi mempunyai beberapa kesamaan menempatkan karya fotografi sebagai
pameran inidokumenter,
dengan foto Steichen memberikan motivasi
muatan estetik sertadan
simbol arahan kepada
harapan fotografer
ke depan muda,
bagi semua
dan politik
melalui yang
karya ditampilkan
fotografi para dalam se-prinsip-prinsip
master, fotografer yang ingin melihat
kreativitas dengansenikamera,
fotogra- dan
bagian besar foto dokumenter memisah- fi ditempatkan pada tatanan seni tingkat
karya-karya fotografi
kan-nya dari fotografi dari individu-individu
etnografi. terpilih
tinggi yang
seperti keseriusan
halnya karya senikerjanya
lainnya. sama
The Family
dengan of Man (Museum ofdalam
seniman-seniman Modern media Hal
seniini rupa
tidak lepas dari reputasi
lainnya. Stei­ juga
Steichen
Art, Pameran, 24 January – 8 Mei, 1955) chen yang luar biasa ketika berpameran
menempatkan karya fotografi sebagai simbol
adalah judul pameran instalasi fotogra-
dan harapan ke depan bagi semua
di Museum of Modern Art, sebelum tahun
fotografer yang
fi di Museum ingin Art
of Modern melihat seni
di New fotografi
York ditempatkan
1955. Pada saat itupada tatanan
pengamat seniseni tingkat
melihat
pada tahun 1955 (Foto 1), terdiri atas 503 sosok Steichen sebagai seseorang yang
tinggi seperti halnya karya seni lainnya.
foto yang secara tematis dikelompokkan memberi perhatian penuh pada foto se-
Hal ini tidak lepas dari reputasi
dalam tema-tema yang terkait dengan ber­ Steichen
bagaiyang
Seni,luar biasa ketika
dan sebagai seorangberpameran
fotografer di
bagai aktifitas budaya seperti tema cinta, yang serius, berkomitmen, kreatif, serta
Museum of Modern Art, sebelum tahun 1955. Pada saat itu pengamat seni melihat
anak-anak, maupun kematian. Tidak lama mempunyai peringkat yang sama dengan
sosok
setelah Steichen
pameran sebagai seseorang
di New York, yang memberi
The Fami- senimanperhatian penuh
lainnya, baik pada
dalam foto sebagai
lukisan, pa-
ly of Man
Seni, dankemudian
sebagaidipamerkan
seorang juga di 6
fotografer tung, serius,
yang musik atau puisi (Jay, 1989).
berkomitmen, kreatif, serta
benua, 38 tempat di dunia, selama 8 tahun. Dalam pameran ini Steichen memberi­
mempunyai peringkat yang sama
Pameran Steichen, seperti yang sudah
dengan seniman lainnya, baik dalam lukisan,
kan konsep yang sangat erat hubungan-
dicatat, menekankan
patung, musik atau kesinambungan
puisi (Jay, 1989).se- nya dengan sosiologi yaitu mencari dan
jarah medium fotografi yang sangat sarat mengumpulkan foto-foto yang mencakup
Dalam pameran ini Steichen memberikan konsep yang sangat erat hubungannya
dengan kekuatan visualnya. Melalui pa- keseluruhan tentang hubungan manusia,
dengan sosiologi yaitu mencari
meran ini Steichen memberikan motiva- dan mengumpulkan
terutama foto-foto foto-foto yang tentang
keseharian mencakup
si serta arahan kepada fotografer muda,
keseluruhan tentang hubungan manusia,hubungan terutama manusia dengan dirinya sendi-
foto-foto keseharian tentang
melalui karya fotografi para master, prin- ri yang sangat sulit dicari, juga hubungan
hubungan
sip-prinsip manusia
kreativitasdengan
dengandirinya
kamera,sendirimanusia
yang sangat
dengan sulit dicari, jugahubung­
keluarganya, hubungan
dan karya-karya
manusia dengan fotografi dari indivi-
keluarganya, hubungannya annya dengan
dengan masyarakatsekitarnya,
masyarakat sekitarnya,serta
du-individu terpilih yang keseriusan ker- serta hubungannya dengan dunia secara
hubungannya dengan dunia secara
janya sama dengan seniman-seniman da-
umum. umum.
lam media seni rupa lainnya. Steichen juga

Foto 1, Instalasi Fotografi Edward Steichen dalam Foto 2. Instalasi fotografi Edward Steichen dalam
The Family of Man, New York 1955 (Foto disalin- The Family of Man, Luxembourg 2009. (Foto dis-
pindahkan dari http://www.luxembourg.co.uk/cler- alinpindahkan dari http://www.luxembourg.co.uk/
vaux.html) clervaux.html)
Foto 1, Instalasi Fotografi Edward Steichen Foto 2. Instalasi fotografi Edward Steichen
dalam The Family of Man, New York 1955 dalam The Family of Man, Luxembourg 2009.
(FotoJurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 23, No. 2, Juni 2013: 109 - 209
disalinpindahkan dari (Foto disalinpindahkan dari 161
http://www.luxembourg.co.uk/clervaux.html) http://www.luxembourg.co.uk/clervaux.html)
Karya-karya fotografi yang ditampil- yang dimulai pada 1 Maret 2009 sampai
kan pun mencakup bidang yang sangat dengan 31 December 2009 (Foto 2).
luas, mulai dari bayi sampai filsafat, dari Lain halnya dengan Robert Frank yang
taman kanak-kanak
Karya-karya sampai
fotografi yang universitas,
ditampilkandikenal sebagai seorang
pun mencakup foto-jurnalis,
bidang da-
yang sangat luas,
dari mainan anak-anak sampai peneli- lam melakukan pemotretan selalu meng-
mulai dari bayi sampai
tian ilmiah, maupun dari dewan sukufilsafat, dari taman Luxembourg
kanak-kanak
gunakan
yangsampai
dimulai
fokus, pencahayaan
padadan 1 Maret
universitas,
rendah dari2009 sam
dalam masyarakat primitif sampai ke ‘cropping’
(Foto 2). yang agak keluar dan melenceng
mainan anak-anak sampai penelitian ilmiah, maupun dari dewan suku dalam
dewan Perserikatan Bangsa-Bangsa. De- dari teknik-teknik fotografi yang umum.
masyarakat primitif sampai kemanusia dewan Perserikatan Lain halnya dengan Robert Frank pula
yang dikena
mikian pula aspek spiritualitas Penggunaan Bangsa-Bangsa. Demikian
teknik yang keluar dari stan-
dalam melakukan
mulai dari pemotretan
kelahiran, selalu
tidak ditinggalkan, mulai dari kelahiran, dar fotografi kontemporer pada waktu itu menggunakan f
aspek spiritualitas manusia tidak ditinggalkan, perkawinan,
perkawinan, sampai kematian, juga ber­ sangat menyulitkan Robert Frank dalam
„cropping‟ yang agak keluar dan melenceng dari tekn
sampai
bagaikematian,
bentuk upacara jugaritual
berbagai
dari berbagaibentuk upacara melakukanritual dari berbagai
pendekatan agama. Ada
dengan pener-
­agama. Ada pula aktivitas manusia dalam Penggunaan
bit-penerbit fototeknik yang
Amerika keluar dari standar fotogra
Serikat.
pulapeperangan,
aktivitas perdamaian,
manusia percintaan,
dalam peperangan,ke-
perdamaian, percintaan,
Robert Frank mendapatkan hibah pada
kebaikan
sangat menyulitkan Robert Frank dalam melakukan
maupunbaikan kejahatan,
maupun kejahatan, termasuk
termasuk ung­
ungkapan-ungkapan tahun 1955 untuk melakukan
emosional perjalanan
seperti kesedihan
kapan-ungkapan emosional seperti kese­ penerbit
ke seluruhfoto Amerika
Amerika Serikat.
Serikat dan memo-
maupun kegembiraan. Salah
dihan maupun kegembiraan. Salah satu satu foto emosional yang dipamerkan dalam instalasi
tret semua strata masyarakat Amerika.
Robert Frank mendapatkan hibah pada tahun 19
foto emosional yang dipamerkan dalam Dia membawa keluarganya untuk ber-
fotografi „The Family of Man‟ ini dapat dilihat pada foto 3.
instalasi fotografi ‘The Family of Man’ ini ke seluruhdengan
sama-sama Amerika Serikat dan
dia melakukan memotret semua s
rang-
dapat dilihat pada foto 3. kaian perjalanan selama dua tahun, selama
membawa keluarganya untuk bersama-sama deng
waktu tersebut, Frank mengambil hampir
perjalanan selama
28.000 foto. Hanya duafoto-foto
83 dari tahun, terse-
selama waktu terse
but yang akhirnya dipilih oleh dia untuk
28.000 foto. Hanya 83 dari foto-foto tersebut yang a
dipu­blikasikan dalam buku Les Americains
dipublikasikan dalampada
pertama kali diterbitkan Les Americains
bukutahun 1958 pertama k
oleh Robert Delpire di Paris, dan kemu-
oleh Robert Delpire di Paris, dan kemudian di Am
dian di Amerika Serikat tahun 1959 oleh
Grove Tekan.
Grove Tekan. Buku
Buku tersebut
tersebut padapada awalnya banyak m
awalnya
banyak
foto di mendapat
Amerika kritikan dari pengamat
oleh karena representasi emosionaln
foto di Amerika oleh karena representasi
emosionalnya yang sangat kental.
Foto 3. Salah satu karya yang dipamerkan dalam
Foto 3 Foto 4,
The Family of Man Japan © Unosuke Gamou
Salah satu karya yang dipamerkan dalam The Parade
Disalinpindahkan dari http://www.luxembourg.
Family of Man Frank (
co.uk/clervaux.html
Japan © Unosuke Gamou Disalin
Kesuksesan pameran
Disalinpindahkan dari instalasi fotogra- http://w
http://www.luxembourg.co.uk/clervaux.html index.s
fi Steichen ditanggapi dengan dilak-
sanakannya pameran-pameran lanjutan
di beberapa kota besar
Kesuksesan lainnya dari
pameran waktu
instalasi fotografi Steichen ditanggapi dengan
ke waktu, sampai akhirnya pameran ‘The
dilaksanakannya
Family of Man’ denganpameran-pameran
konfigurasi yanglanjutan
Foto 4,diParade
beberapa kota
- Hoboken, New besar
Jersey © lainnya
Robert dari
Frank (1955) Americans 1. Disalinpindahkan dari
sama
waktu kedengan
waktu, aslinya diselenggarakan
sampai di
akhirnya pameran „The Family of Man‟ dengan konfigurasi
http://www.nga.gov/exhibitions/2009/frank/index.
tempat kelahiran Steichen di Luxembourg shtm Dari sisi sosiologi, Robert Frank berinisiatif
yang sama dengan aslinya diselenggarakan di tempat
representatif kelahiranAmerika
atas penduduk SteichenSerikat.
di Pada
sebagai karya fotografi memang masih subjektif dan
atas pandangan pribadinya. Howard Becker berp
era ini, karya Robert Frank keberadaanya sebagai
pantas hanya karena menggunakan teknik
konvensional. Robert Frank dengan sengaja meng
Datoem: Foto-Etnografi dalam Proses Penciptaan 162sudut pandan
dan kasar, banyak „cropping‟ dan
Dari sisi sosiologi, Robert Frank berini­ aturan agar dapat
melanggar jujur
aturan pada
agar persepsi
dapat dan
jujur pada persepsi d
siatif untuk menampilkan sampel re­ visinya tentang Amerika yang ia rasakan
ia rasakan dalam perjalanannya mengelilingi negar
presentatif atas penduduk Amerika Se­ dalam perjalanannya mengelilingi negara
rikat. Pada dasarnya karya Robert Frank ini pada tahun 1955 dan 1956.
sebagai karya fotografi memang masih
subjektif dan sarat dengan muatan emosi­
Foto 5,
o­nal atas pandangan pribadinya. Howard "Elevato
Becker berpendapat bahwa Robert Frank Frank, P
courtesy
memang menampilkan pandangan yang
Disalinp
sangat pribadi atas masyarakat Amerika http://ww
Serikat, oleh karena masih banyak aspek shtm
kehidupan masyarakat Amerika yang te­
lah diabaikannya (1995: 9).
Meskipun demikian, dalam Visual So-
ciology, Documentary Photography, and Pho- Foto 4, Parade - Hoboken, New Jersey © Robert
tojournalism: Its (Almost) All a Matter of Frank (1955) Americans 1. Disalinpindahkan dari
http://www.nga.gov/exhibitions/2009/frank/index.
Context, Becker (1995: 89-92) mempertim- shtm Pada dasarnya seorang fotografer merupakan
bangkan foto esai Robert Frank sebagai
bagian dari sosiologi visual. Berbeda dari dapat melakukan
Pada dasarnya pendekatan
seorang melalui
fotografer me­ penel
pendekatan foto dokumenter dan foto esai rupakan wahana cipta yang canggih, yang
pada umumnya, Robert Frank dalam The dapat melakukan pendekatan melalui
Americans menawarkan pendekatan de­ penelaahan, penghayatan, perasaan,
ngan cara yang lebih halus dalam melaku- pengkajian, dan selanjutnya dituangkan
kan survei budaya visualnya. Sementara dalam rancang bentuk yang artistik ser-
itu pernyataannya tentang masyarakat ta tepat-guna. Fotografi kemudian ber-
dan politik Amerika tidak dibuat eksplisit, fungsi sebagai salah satu medium untuk
namun pernyataan tersebut tertanam da- mencipta, yang bertitik berat bukan pada
lam foto-fotonya terutama bila dilihat se- aspek teknis perangkat keras, melainkan
bagai satu rangkaian (Foto 4). terkonsentrasi pada penglihatan (melalui
Foto esai Robert Frank menawarkan kamera). Seorang fotografer harus dapat
alternatif tentang budaya Amerika pada merasakan jendela bidik kamera sebagai
sebuah era dimana fotografi optimistis kanvas bagi seorang pelukis. Untuk mem-
merupakan sebuah norma yang banyak di- pertajam daya melihat inilah diperlukan
anut oleh fotografer yang lainnya, se­perti penghayatan terhadap elemen-elemen
misalnya pada The Family of Man. Pada dasar penampilan sebuah subjek. Kualitas
era ini, karya Robert Frank keberadaanya yang paling dasar yang harus dipunyai
sebagai foto dokumenter dianggap tidak untuk pembuatan foto adalah kemampuan
pantas hanya karena menggunakan teknik dalam melihat secara multi-perspektif dan
kamera subjektif yang tidak konvensional. punya rasa menikmati secara positif da-
Robert Frank dengan sengaja menghilang­ lam berkreasi dan berkomunikasi melalui
kan fokus, karyanya suram dan kasar, gambar. Sebuah kamera bisa mempunyai
banyak ‘cropping’ dan sudut pandang banyak kelemahan untuk menciptakan
yang tidak biasa (Foto 5). Dia melanggar karya fotografi sesuai de­ngan apa yang
Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 23, No. 2, Juni 2013: 109 - 209 163

kita inginkan, meskipun demikian tan- terhadap teknik pembuatan fotografi


pa penghayatan terhadap kualitas subjek akan menjadikan seorang fotografer sang-
yang akan diambil gambarnya, peker- gup berkonsentrasi dalam mencipta dan
jaan membuat foto kemudian hanya akan menghayati subjek melalui pendekatan vi-
menjadi pekerjaan memotret yang tidak sual serta pengelolaan ide yang lebih ter-
­berarti. arah tanpa harus dibebani oleh problema-
Kemampuan melihat dan membuat tik teknis yang mendasar. Seperti halnya
gambar serta rasa seni bukanlah bakat keterampilan teknis serta estetis secara
bawaan yang sulit dipunyai atau dica- umum, sekali seseorang menguasai teknik
pai oleh setiap orang, pada dasarnya se­ pembuatan foto maka secara refleks dan
tiap orang mampu mengembangkan atau intuitif ia akan sanggup melakukan pemo-
mempertajam kemampuan melihatnya tretan secara tepat guna sesuai dengan apa
sejauh ada waktu, kemauan, dan keter- yang diinginkannnya.
tarikan dalam berkarya (melihat) melalui Seperti diutarakan sebelumnya, kom-
kamera. Ada beberapa aspek yang perlu ponen pelaksanaan dalam penelitian ini
diperhatikan dalam melihat serta men- mencakup penyelidikan fotografis secara
cipta melalui fotografi yaitu: bahasa rupa luas menghasilkan gambaran fotografis
dan komposisi, pentingnya cahaya, sub- yang menawarkan informasi yang diper-
jek, dan keterkaitan dengan teknik pem- oleh dari kerangka konseptual dan metode
buatan. Kualitas visual subjek tetap ter- pengumpulan data visual kualitatif yang
kait dengan elemen-elemen rupa yang diwujudkan dalam acuan foto-etnografi
ada, seorang fotografer bisa mengurangi sebagai bagian dari metode penciptaan
tekanan dalam beberapa elemen serta karya seni fotografi. Namun realitas yang
menambah tekanan pada elemen-elemen kita lihat tidak selalu menampilkan suatu
lainnya. Dia juga bisa memilih di antara realitas sebenarnya. Seorang fotografer
subjek yang bergerak (hidup) dan subjek harus sabar melihat, memperhatikan, dan
yang diam (mati) atau kombinasi kedua­ menunggu beberapa waktu untuk sam-
nya. Karakteristik subjek penting untuk pai pada keadaan dimana suatu kejadian
dihayati oleh karena berdasarkan karakter kemudian muncul secara alamiah, seperti
itulah seorang fotografer bisa menentukan disampaikan oleh Nachmanovitch:
serta mengeksploitir suasana atau kejadi- “The photographer as ethnologist (watcher
an pada gambaran foto yang diangkat. of other cultures) or as ethologist (watcher
Teknik pembuatan fotografi meru­ of other species) must cultivate the skills of
using his eyes, of sitting quietly to watch
pakan kunci keberhasilan dalam me-
and wait, for hours or months if need be,
mindahkan apa yang ‘dilihat’ ke dalam until the event he wants to study occurs
gambaran foto. Di satu sisi, peralatan fo- naturally. These are the virtues of the 19th
tografi bisa berfungsi hanya sebagai alat century naturalist, as opposed to modern
untuk merekam subjek menjadi gambar, lab scientist. They are also Zen virtues”
(Nachmanovitch, 2001: 9).
akan tetapi di sisi yang lain peralatan fo-
tografi juga bisa bertindak sebagai instru- Nachmanovitch tidak semata-mata
men untuk menginterpretasikan subjek menyebut seorang fotografer sebagai se­
menjadi suatu gambar foto yang bernilai orang Zen yang bijak, seorang fotografer
tambah. Penghayatan yang mendalam dapat melihat subjek dengan mata hati,
Datoem: Foto-Etnografi dalam Proses Penciptaan 164

dalam bentuk empati dan intuisi, dimana terstruktur. Kedua, tataran artistik yang
kemudian subjek tersebut menjadi sebuah dapat berupa reaksi maupun emosi yang
entitas yang hadir secara alamiah mena­ muncul terhadap proses terjadinya pen-
warkan kebenaran kosmik yang universal. jabaran kembali dari kejadian dalam ob-
Subjek tersebut kemudian menjelma men- servasi dan pemahaman subjek dalam
jadi suatu kondisi yang dialogis antara bentuk gejolak perasaan yang kuat diser-
kenyataan yang virtual dan virtualitas tai dengan ramuan pengalaman estetik.
yang nyata, seperti halnya sebuah karya Gejolak perasaan yang timbul dapat beru-
fotografi. Tanpa meninggalkan paradigma pa perasaan-perasaan ketakutan, kenge-
yang disebut Nachmanovitch, fotografer rian, keheranan, kekagetan, keheningan,
di era digital dapat terus menerus mem- kekaguman, atau yang lainnya, tentang
perhatikan subjek sambil terus menerus suatu keadaan atau suasana sebagai aki-
melakukan pemotretan melalui mata hati­ bat kejadian luar biasa dalam memahami
nya sekalian melalui kameranya. subjek.
Kedua hal tersebut dapat berupa run-
tunan kejadian yang bersamaan maupun
berlainan waktu, akan tetapi baik itu wak-
tunya bersamaan atau berlainan, pengu­
asaan atau dominasi salah satu di antara-
nya dapat lebih besar dari yang lainnya.
Apabila gejolak perasaan lebih kuat peng­
aruhnya dibandingkan penjabaran ben-
tuk pemahaman subjeknya maka bentuk
perwujudannya dapat berubah dari ben-
Gambar 2, Kedudukan Foto-Etnografi dalam proses
Gambar 2, Kedudukan Foto-Etnografi dalam proses penciptaan Seni Fotografi
tuk aslinya, atau sama sekali menjadi ba-
penciptaan Seni Fotografi
Dalam proses berkarya fotografi, ada dua tataran yang menyertainya (Gambar
gian dalam subjek yang lainnya. Dengan
2). Pertama, tataran foto-etnografis di mana proses pengendapan, demikian,
proses apabila pada keadaan tertentu
Dalam proses berkarya fotografi, ada
penghayatan, dan proses pengangkatan pengalaman empiris mengenaigejolak peristiwa perasaan besar sekali dominasi­
dua tataran yang menyertainya (Gam-
yang terjadi pada saat melakukan observasi terhadap subjek, dapat nya, munculmaka
ke bentuk yang ditampilkan dapat
bar 2). alam
permukaan Pertama,
sadar. Dalam tataran
hal ini seorangfoto-etnogra­
fotografer seolah-olah mengalami
menjadi sangat imajinatif. Sebaliknya, bila
fis di serta
kembali mana proses
meresapi pengendapan,
kejadian-kejadian tersebut. Pada proses
saat itu pengalaman rupa
pernjabaran bentuk kejadian lebih besar
penghayatan,
diejawantahkan kembali dan
dalamproses pengangkatan
bentuk kesadaran yang memuat suatu pemahaman
yang sangat mendalam atas subjek yang diamati melalui proses analisis pengaruhnya
yang dari gejolak perasaan, maka
pengalaman empiris mengenai peristiwa
terstruktur. Kedua, tataran artistik yang dapat berupa reaksi maupun emosi bentukyang yang ditampilkan masih dapat ter-
yang terjadi pada saat melakukan obser-
muncul terhadap proses terjadinya penjabaran kembali dari kejadian lihat seperti bentuk aslinya.
dalam
vasi terhadap
observasi dan pemahaman subjek,
subjek dalamdapat bentukmuncul
gejolak perasaanke yang kuat disertai
Pada saat berada di Perth, Austra-
permukaan
dengan alam sadar.
ramuan pengalaman estetik. Dalam hal ini
Gejolak perasaan yangse­timbul dapat berupa
lia, penulis sempat berkolaborasi den-
orang fotografer
perasaan-perasaan seolah-olah
ketakutan, mengalami
kengerian, keheranan, kekagetan, keheningan,
kekaguman, atau yang lainnya, tentang suatu keadaan atau suasana sebagai ganakibat
seniman setempat bernama Alysha
kembali serta meresapi kejadian-kejadian
kejadian luar biasa dalam memahami subjek. Worth dan secara bersama-sama berkarya
tersebut. Pada saat itu pengalaman rupa
Kedua hal tersebut dapat berupa runtunan kejadian yang bersamaan Fotografi
maupun dengan disertai rekaman su-
diejawantahkan kembali dalam bentuk
berlainan waktu, akan tetapi baik itu waktunya bersamaan atau berlainan,
ara. Alysha Worth adalah seorang seni-
kesadaran yang memuat suatu pemaham­
wati multi-media yang menitikberatkan
an yang sangat mendalam atas subjek
karya-kar­ yanya melalui sajian instalatif.
yang diamati melalui proses analisis yang
Salah satu karya instalasinya Circle pada
Perth di Western Australia, menuju ke
kota Northam, dan diakhiri di kota Yo
Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 23, No. 2, Juni 2013: 109 - 209 165

tahun 2008 mendapat perhatian khusus


satu tempat ke tempat lainnya ditempu
nan dari satu tempat ke tempat lainnya di-
dari Curtin University of Technology dan tempuh dalam waktu masing-masing ku-
dia kemudian mendapat penghormatan
1 jam dalam keadaan panas dan kerin
rang lebih 1 jam dalam keadaan panas dan
‘Highest Honor’ dari universitas tersebut. kering. Foto yang dihasilkan dari peng­
Serupa dengan yang pernah dilakukan
jumlahnya mendekati 2000 foto dalam
amatan ini jumlahnya mendekati 2000 foto
Mead dan Bateson, pelaksanaan proyek dalam bentuk file digital dan film nega­
kolaborasi foto-etnografi dalam seni fo-
tetapi kemudian diseleksi dan diklasifik
tif 35mm, tetapi kemudian diseleksi dan
tografi ini, berpijak dari kesamaan visi da- diklasifikasi menjadi hanya 48 foto yang
lam ber­karya terutama dalam menyikapi
dibagi menjadi tiga kelompok berdas
terpilih, yang dibagi menjadi tiga kelom-
karakter subjek berdasarkan suasana yang pok berdasarkan jumlah tempatnya. Dari
dialami pada saat melakukan pendekat­
terpilih, hanya 28 foto yang kemudia
48 foto yang terpilih, hanya 28 foto yang
an ter­ hadap subjek tersebut. Kami kemudian kami putuskan untuk disajikan
sependapat bahwa pengalaman empiris
berpameran.
pada saat berpameran.
adalah sentral segala kegiatan seni, latar
belakang seorang fotografer akan tersirat
dari segala sesuatu yang pernah dialami
dalam kehidupannya. Seorang seniman
dapat mengembangkan intuisinya hingga
mencapai kemampuan untuk melihat in-
tisari dari sebuah kejadian, melalui peng­
alamannya. Aktifitas artistik yang selalu
ha­dir dalam kegiatan para seniman ber-
samaan dengan eksistensi pengalaman
intelektual maupun pengalaman fisik­
nya, dan berpusar pada peluang-peluang
yang tersirat dan terselubung di dalam
kehidupan.
Proyek The Trip To The Noteworthy
dilakukan dengan cara atau metode ‘first
impression’ yang hampir sama dengan apa
yang dilakukan oleh Robert Frank dalam
The Americans, tetapi dalam skala yang
Foto 6, Trip To The Noteworthy, Mundaring 8 ©
lebih kecil. Perbedaannya adalah pada Arif Datoem (2009). Mundaring, Western Australia.
waktu melakukan penyelidikan fotogra­
fis kami juga serta merta merekam suara Penyelidikan fotografis yang dilakukan
disekitar tempat kami berada. Perjalanan
Penyelidikan
di Mundaring, memberikanfotografis
suatu fakta yang dilak
dilaksanakan pada tanggal 11 Januari 2009 adanya hubungan antara alam dengan
dalam waktu satu hari penuh ke tiga kota
adanya
benda hubungan
atau objek antara
buatan manusia. Hal ini alam denga
yang berdekatan, berangkat pagi-pagi dari mengemuka ketika penulis mendapatkan
kota Perth di Western Australia, menuju
mengemuka
sebuah tempat berupaketika penulis
bendungan besar mendapat
ke distrik Mundaring, kemudian dilanjut- yang cukup tua, yang selain berfungsi se-
kan ke kota Northam, dan diakhiri di kota
yangpembangkit
bagai cukup listrik,
tua, juga
yang selain berfungsi
bendung­
York sebelum kembali ke Perth. Perjala- an ini berfungsi sebagai pengatur irigasi
ini berfungsi sebagai pengatur irigasi a
alam dengan bendungan ini tidak se
kontras yang terlihat disekitarnya, ini d
Datoem: Foto-Etnografi dalam Proses Penciptaan 166

air bagi distrik Mundaring. Hubungan Berbagai barang, mulai dari barang
antara alam dengan bendungan ini tidak bekas sampai barang elektronik yang ter-
selalu menjadi harmonis, bisa juga terja- baru ada di kota ini, memberikan kesan
di hal kontras yang terlihat disekitarnya, bahwa meskipun kota ini terlihat sebagai
ini dapat dilihat dari adanya sisa-sisa ja­ kota tua, akan tetapi sebenarnya kota ini
lur kereta api yang sudah rusak direndam tidak ketinggalan zaman. Banyak bangun­
air (Foto 6). Begitu juga banyak bebatuan an tua yang masih dipertahankan dan ter-
yang tersisihkan oleh konstruksi beton lihat dirawat dengan baik, memberikan
dan terlihat adanya hubungan yang kon- kesan pada penulis seperti kembali ke
tras antara alam dan buatan manusia. masa lampau. Selain itu penduduk kota
Kota Northam merupakan sebuah kota ini juga terdiri atas berbagai suku dan ras
kecil yang terlihat baru namun kering, de­ yang terlihat melalui beberapa nama toko
ngan suasana yang sangat sepi. Kota yang yang memakai huruf dan bahasa di luar
tampak bersih ini ternyata juga berdebu, bahasa Inggris (Foto 8). Melalui rekoleksi
namun debu ini tidak terlalu mengganggu dan refleksi sesuai dengan metode jurnal
oleh karena karakter debunya yang berat dalam foto-etnografi, penulis memilah
seperti pasir tetapi agak halus. Ada kejut­ dan memilih foto yang layak tampil da-
an artistik yang ditampilkan oleh tempat lam reepresentasi visual sesuai dengan
ini yaitu berupa patung-patung kecil yang temuan, konteks dan suasana dimana
memperlihatkan orang dan
Kota Northam merupakan benda
sebuah kota dari foto tersebut
kecil yang terlihat baru namundiperoleh.
kering, Metode dalam
masa
denganlalu kota ini
suasana yang (Foto 7). sepi. Kota yang tampak
sangat melaksanakan sebuah
bersih ini ternyata juga penelaahan men-
Berikutnya
berdebu, namun adalah
debu inikota
tidakYork yang
terlalu sama
mengganggu dalam
oleh karenaatas subjek
karakter foto dan proses pen-
debunya
kecilnya
yang berat dengan tempat
seperti pasir sebelumnya
tetapi agak halus. Adana- ciptaan
kejutan artistik yangkarya fotografi
ditampilkan olehtidak selalu sesuai
mun memberikan pengalaman batin yang dengan beberapa metode yang dijelas-
tempat ini yaitu berupa patung-patung kecil yang memperlihatkan orang dan benda
berbeda dari dua tempat sebelumnya. Be- kan sebelumnya dalam tulisan ini, tetapi
dari masa lalu kota ini (Foto 7).
berapa orang yang saling bertemu di jalan dapat menjadi bentuk pendekatan yang
Berikutnya adalah kota York yang sama kecilnya dengan tempat sebelumnya
hampir selalu memberikan sapaan yang mencair dan bersinergi. Sambil melaku-
namun memberikan pengalaman batin yang berbeda dari dua tempat sebelumnya.
akrab dan karena itu pula penulis mera- kan pendekatan fotografis maupun ob-
Beberapa orang yang saling bertemu di jalan hampir selalu memberikan sapaan yang
sakan adanya suasana kehidupan yang servatif layaknya sebuah pendekatan fo-
akrab dan karena itu pula penulis
bersahabat. Di pusat kota terlihat orang- merasakan adanya suasana kehidupan
to-etnografi, yang
baik itu pendekatan tertutup
bersahabat. Di pusat kota terlihat
orang hilir mudik melakukan berbagai ke- orang-orang hilir mudik melakukan berbagai
maupun terbuka, terhadap subjek, melalui
giatan, tampak pertokoannya sibuk oleh
kegiatan, tampak pertokoannya sibuk oleh kunjungan bentuk pengamatan,
orang-orang partisipasi, maupun
yang berbelanja.
kunjungan orang-orang yang berbelanja. wawancara, di lain sisi juga serta merta
melakukan pendekatan estetis dan kreatif
atas subjek yang diangkat.

Foto 7,
Trip To The Noteworthy,
Northam 5 © Arif Datoem
(2009). Northam, Western
Foto 7, Trip To The Noteworthy, Northam 5 © Arif
Australia.
Datoem (2009). Northam, Western Australia.

Berbagai barang, mulai dari barang bekas sampai barang elektronik yang terbaru
ada di kota ini, memberikan kesan bahwa meskipun kota ini terlihat sebagai kota
tua, akan tetapi sebenarnya kota ini tidak ketinggalan zaman. Banyak bangunan tua
foto tersebut, dapat digambarkan sebagai sebuah metode foto-etnografi (dalam
ranah sosiologi visual), akan tetapi di sisi yang lain juga dilihat sisi estetik yang
terkandung dalam setiap pilihan foto, yang dapat dianggap sebagai suatu metode
Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 23, No. 2, Juni 2013: 109 - 209
representasi seni visual. 167

Foto 8, Trip
Foto 8, TripTo
ToThe
TheNoteworthy,
Noteworthy,York
York2 2and
and1616© © Arif
Arif Datoem (2009).
penciptaan
Datoem York,
karya seni
(2009). York, Western
fotografi
Western Australia.
ini adalah wahana fotografi
Australia.
digital, maka harus
disadari bahwa segala aspek teknis digital akan sangat mempengaruhi hasil akhir
yang dicapai.
Seluruh
Disatu sisi,pemikiran
penelitian ini
yangterjadi atas dasar objektivitas (rasional) maupun atas dasar
dilakukan
melalui pendekatan pada sejumlah foto
subjektivitas (emosional) yang melebur ke dalam suatu ranah metodologis yang
yang dihasilkan dengan penjelasan subjek
mengedepankan
secara tertulis tentang subjek sebagai
maksud pemahaman intuitif yang mendalam. Pemahaman
dibuatnya
foto kemudian
ini tersebut, dapat digambarkan sebagai
digelombangkan dalam sifat dualitas medium fotografi menjadi
sebuah metode foto-etnografi (dalam
sebuah karya visual),
ranah sosiologi seni. Ketika kedua
akan tetapi di pendekatan
sisi ini dilakukan secara bersama-sama,
yang lain
maka juga yang
proses dilihatterjadi
sisi estetik yang ter-sangat selaras dengan suatu proses penciptaan
tampaknya
kandung dalam setiap pilihan foto, yang
karya seni fotografi. Oleh karena wahana yang dipergunakan dalam proses
dapat dianggap sebagai suatu metode re­
Gambar 3, Peranan Foto-Etnografi dalam proses penciptaan seni fotografi.
presentasi seni visual. Gambar 3, Peranan Foto-Etnografi dalam proses
Seluruh pemikiran ini terjadi atas dasar penciptaan senifoto-foto
Di akhir proses, fotografi. yang ditampilkan tidak disertai dengan keterangan

objektivitas (rasional) maupun atas dasar tekstual panjang lebar, melainkan hanya disertai dengan suatu bentuk indeks yang
sederhana. Secara empirik terlihat bahwa karya-karya foto yang ditampilkan dapat
subjektivitas (emosional) yang melebur Di akhir
dianggap proses,
sebagai suatu tampilanfoto-foto
sosiologi visual yang
denganditam­
sentuhan seni visual.
ke dalam suatu ranah metodologis yang pilkan tidak disertai dengan keterangan
Keberadaan subjek dalam foto-foto ini bergerak diantara seni dengan sains, ia

mengedepankan subjek sebagai pemaham­ menjadi kaya makna selain karena sifat dualitasnya, juga sebagai akibat dari
tekstual panjang lebar, melainkan hanya
meleburnya dua pendekatan (emosional dan rasional) dalam satu ranah metodologis
an intuitif yang mendalam. Pemahaman disertai dengandansuatu
yang saling memperkaya bentuk
saling mengisi indeks
satu dengan yang(Gambar 3).
yang lainnya

ini kemudian digelombangkan dalam si- sederhana. Secara empirik terlihat bah-
PENUTUP
fat dualitas medium fotografi menjadi se- waBeberapa
karya-karya foto yang ditampilkan
foto bersejarah karya-karya yang ditampilkan pada bagian pertama
buah karya seni. Ketika kedua pendekatan dapat
tulisan ini dianggap sebagai
merupakan contoh-contoh kunci suatu tampilan
foto penyelidikan yang substantisial.

ini dilakukan secara bersama-sama, maka Tingkatan dimana foto-foto tersebut dapat dianggap sebagai bagian yang „valid' dari
sosiologi visual dengan sentuhan seni vi-
proses yang terjadi tampaknya sangat sual. Keberadaan subjek dalam foto-foto
selaras dengan suatu proses penciptaan ini bergerak diantara seni dengan sains,
karya seni fotografi. Oleh karena wahana ia menjadi kaya makna selain karena si-
yang dipergunakan dalam proses pencip- fat dualitasnya, juga sebagai akibat dari
taan karya seni fotografi ini adalah wahana meleburnya dua pendekatan (emosional
fotografi digital, maka harus disadari bah- dan rasional) dalam satu ranah metodo­
wa segala aspek teknis digital akan sangat logis yang saling memperkaya dan saling
mempengaruhi hasil akhir yang dicapai. mengisi satu dengan yang lainnya (Gam-
bar 3).
Datoem: Foto-Etnografi dalam Proses Penciptaan 168

PENUTUP hatian terhadap penciptaan karya seni fo-


tografi dengan muatan isu sosial, sa­ngat
Beberapa foto bersejarah karya-karya perlu untuk memahami subjek dalam
yang ditampilkan pada bagian pertama suatu kelompok masyarakat, termasuk
tulisan ini merupakan contoh-contoh kun- juga aspek-aspek kehidupannya, sebagai
ci foto penyelidikan yang substantisial. sasaran pemotretan. Pengertian dan pema-
Tingkatan dimana foto-foto tersebut dapat haman tentang proses dan metode foto-et-
dianggap sebagai bagian yang ‘valid’ dari nografi yang digunakan menjadi sangat
sosiologi visual sangat bergantung pada penting dalam membuat karya foto do-
sejauh mana foto-foto yang disajikan terse- kumentasi. Dengan suatu pendekatan et-
but disertai oleh teks yang membungkus­ nografis yang sistematis yang terstruktur,
nya, sehingga membuat makna yang yang diramu dengan pendekatan fotogra­
disandangnya, melalui pengungkapan fis yang bermuatan estetik dan artistik,
kembali yang komprehensif atas konteks dengan suatu kesadaran yang mendalam
disekelilingnya, menjadi jelas. Bagaimana- akan kehidupan sosial subjeknya, ser-
pun juga foto-foto tersebut sudah mem- ta niat yang sangat jelas, semuanya akan
bentuk sejarah dimana para ahli teori kon- mengarahkan pada penciptaan citra yang
temporer dalam bidang sosiologi visual cenderung menjadi lebih baik, dan menja-
kemudian mengembangkan metodologi di lebih kaya. Dengan begitu akan dihasil-
dan praktek penelitiannya. Mungkin ma- kan dokumentasi empirik yang kredibel
sih tetap ada tanggapan atas sejauh mana tentang suatu fenomena dalam kehidupan
kemampuan foto-foto yang digunakan sehari-hari, tanpa mengura­ngi ruang-ru-
dalam suatu penelitian sosiologi visual di- ang artistik didalamnya. Jelas pendekatan
anggap dapat mewakili kebenaran dan ke- foto-etnografi dalam sosiologi visual se­
jujuran subjek yang disandangnya, yang perti tersebut di atas mempunyai potensi
secara tradisi sesuai dengan sifat-sifat kreatif yang luar biasa dalam memberikan
dasar foto dokumenter. Foto-foto tersebut bobot karya penciptaan seni fotografi.
dapat dilihat dan dicerna, namun tetap
tidak sanggup menyampaikan kejujuran
seutuhnya, hanya sebagian kebenaran DAFTAR PUSTAKA
yang bisa dilihat, memancarkan arti dan
makna yang berlapis-lapis, baik dalam Ball, Mike, dan Greg Smith
arti sosialnya maupun arti komunikasi­ 2001 “Technologies of Realism? Ethno-
nya. Sejarah menyatakan bahwa foto esai graphic Uses of Photography and
sebagai alat atau media tradisional da- Film”, dalam Paul Atkinson,
lam menampilkan gambaran yang terkait Amanda Coffey, Sara Delamont,
dengan berbagai kepentingan sosial lebih John Lofland, dan Lyn Lofland,
banyak dimanfaatkan oleh para peneliti Editor. Handbook of Ethnography.
sosiologi visual untuk memberikan va­ London: SAGE Publications.
lidasi terhadap hasil-hasil penelitiannya,
terutama ketika bersentuhan dengan re­ Becker, Howard S.
presentasi sosial yang ingin disampaikan. 1995 “Visual sociology, documentary pho-
Seorang fotografer yang memberi per- tography, and photojournalism: It’s
Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 23, No. 2, Juni 2013: 109 - 209 169

(almost) all a matter of context”. Grenfell, Michael, dan Cheryl Hardy


Journal of Visual Studies , 10 [1 & 2007 Art Rules: Pierre Bourdieu and Vi-
2], 5-14. sual Arts. Oxford: Berg Publisher.

Banks, Marcus Hadi, Sumandiyo


2001 Visual Methods in Social Research. 2006 Seni Dalam Ritual Agama. Yogya-
London: SAGE Publications. karta: Penerbit Buku Pustaka.

Bohm, David Jay, Bill


2004 On Creativity. Lee Nichol (ed.) 1989 “The Family of Man: A Reap-
London dan New York: Rout- praisal of The Greatest Exhibition
ledge. of All Time”, dalam Insight (No.
1, 1989). Rhode Island: Bristol
Bohm, David Workshops in Photography.
2004 On Dialogue. London dan New
York: Routledge. Klein, Gary
2002 The Power of Intuition, Sudar­madji
Cartier-Bresson, Henri (tr.). Jakarta: PT Bhuana Ilmu
2005 The Mind’s Eye: Writings on Pho- Populer.
tography and Photographers. New
York: Aperture. Moutakas, Clark
1994 Phenomenological Research
Chaplin, Elizabeth ­Methods, Thousand Oaks, Lon-
1994 Sociology and Visual Represen- don, New Delhi: SAGE Publica-
tation. London dan New York: tions Inc.
Routledge.
Nachmanovitch, Stephen
Colliers, Jr., John, 1981 Gregory Bateson: Old Man Ought
2003 “Photography and Visual Anthropo­ to be Explorers. Free Play Produc-
logy”, dalam Paul Hockings (Ed.). tions (www.freeplay.com)
Principles of Visual Anthropology.
Berlin dan New York: Mouton de Pink, Sarah
Gruyter. 2006 The Future of Visual Anthropology:
Engaging The Senses. Oxon: Rout-
Collier, John Jr dan Malcolm Collier ledge.
1989 Visual Anthropology: Photography
as a Research Method. Albuquer- Pink, Sarah, Laszlo Kurti, dan Ana Isabel
que: University of New Mexico Afonso (Eds.).
Press. 2004 Working Images. London dan New
York: Routledge.
Frank, Robert
1998 The Americans. 3rd Edition. Zu- Prosser, Jon
rich: Scalo. 1998 Image-based Research: A Source
Datoem: Foto-Etnografi dalam Proses Penciptaan 170

Book for Qualitative Researchers


(ed.). London dan New York:
Routledge.

Rader, Melvin
1973 A Modern Book of Esthetics. New
York: Holt, Rinehart and ­Winston,
Inc.

Rose, Gillian
2007 Visual Methodologies: An Introduc-
tion to the Interpretation of Visual
Materials (2nd Edition). London:
SAGE Publications.

Soedjono, Soeprapto
2006 Pot-Pourri Fotografi. Jakarta:
­Penerbit Universitas Trisakti.

Wehmeier, Sally (Ed.).


2005 Oxford Advanced Learner’s Dic-
tionary (7th Edition ed.). Oxford:
Oxford University Press.

You might also like