Strategi Pengembangan Desa Wisata Di Kawasan Hinterland Gunung Bromo Jawa Timur
Strategi Pengembangan Desa Wisata Di Kawasan Hinterland Gunung Bromo Jawa Timur
Abstract
1. PENDAHULUAN
33
Strategi Pengembangan Desa Wisata Di Kawasan Hinterland Gunung Bromo Jawa Timur
Untuk itu Pemerintah Jawa Timur telah mengembangkan desa wisata sejumlah 757 objek
yang terdiri dari wisata alam, budaya dan wisata minat khusus dengan harapan dapat
meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke Jawa Timur. Pengembangan pariwisata di Jawa
Timur ini sangat tepat karena dengan banyaknya kunjungan wisata terutama di desa sebagai
penyangga obyek wisata akan berdampak pada kegiatan ekonomi masyarakat desa dan hal ini
tentu dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar obyek wisata. Di samping itu
Pengembangan desa wisata memang merupakan salah satu program pemerintah Indonesia saat
ini yaitu pengembangan desa dengan suatu model yang tepat. Model pengembangan desa wisata
yang tepat adalah model dimana dalam pelaksanaan kegiatan wisata dilakukan dengan cara
melibatkan atau adanya partisipasi masyarakat setempat, dengan pembinaan dan pemberdayaan
masyarakat di sekitar lokasi wisata.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam Model kepariwisataan kerakyatan yaitu: a).
berskala kecil, b). meningkatkan peranan masyarakat lokal sebagai pemilik dan pengelola, dan
c). memanfaatkan potensi dan keindahan alam serta budaya setempat. Berskala kecil artinya
bahwa perkembangan Objek Wisata dengan memperhatikan masalah carrying capacity/daya
dukung objek. Pengembangan suatu objek secara tidak terkendali mengakibatkan musibah
terhadap objek itu sendiri dan musibah terhadap masyarakat sekitarnya. Meningkatkan peranan
masyarakat lokal sebagai pemilik dan pengelola (Putra, 2012)
Hasil penelitian Mujanah dkk (2014) menunjukkan bahwa model Strategi Pengembangan
Desa Wisata yang dapat di rumuskan adalah model dimana dalam pengembangan desa wisata
dapat berkembang apabila ada keterlibatan atau peran aktif dari masyarakat dan diperlukan
dukungan dari berbagai pihak antara lain dukungan dari Pemerintahan yaitu melibatkan semua
dinas-dinas terkait yang berkoordinasi dibawah koordinator Balai Besar Taman Nasional BTS
(TNBTS), selain dukungan pemerintah juga dukungan Swasta dalam hal ini Pelaku UMKM dan
Investor local, dan dukungan lembaga pendidikan yaitu Perguruan tinggi dan lembaga
masyarakat lainnya.
Salah satu Daerah wisata yang sangat berpotensi untuk dikembangkan di Daerah Jawa
Timur adalah pengembangan desa wisata di kawasan Hinterland Gunung Bromo, dimana
Tempat Wisata Gunung Bromo sangat banyak dikunjungi oleh wistawan local dari berbagai
daerah maupun wisatawan asing dari berbagai Negara, dan untuk menuju lokasi Gunung Bromo
diperlukan perjalanan yang cukup rumit, untuk itu seringkali wisatawan singgah terlebih dahulu
di desa yang terletak di kawasan Hinterland Gunung Bromo yang memiliki pemandangan yang
sangat indah dan udara yang sangat dingin merupakan suatu hal yang menarik tersendiri untuk
di kunjungi untuk itu agar wisatawan merasa nyaman dan betah tinggal di Desa tersebut maka
harus diberikan sarana dan fasilitas sebelum mereka naik ke Gunung Bromo, untuk itu
penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan strategi terutama Rencana Pengambangan
Jangka Panjang, yang dalam pelaksanaanya dapat dijabarkan kedalam Rencana Strategi dan
dijabarkan menjadi lebih rinci lagi kedalam Rencana Operasional, sehingga arah pengembangan
desa wisata menjadi jelas.
Tinjauan Pustaka
Manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan,
mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang memampukan
sebuah organisasi untuk mencapai tujuan (Fred R. David, 2010). Berdasarkan definisi diatas
maka tersirat bahwa manajemen strategi berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan
manajemen, pemasaran, keuangan/akuntasi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan,
serta system informasi computer untuk mencapai keberhasilan organisasional.
Menurut Ketchen (2009) manajemen strategi merupakan analisis, keputusan, dan aksi yang
dilakukan perusahaan untuk menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif. Definisi
ini menggambarkan dua elemen utama manajemen strategis. Pertama, manajemen strategis
dalam sebuah perusahaan berkaitan dengan proses yang berjalan (ongoing processes): analisis,
keputusan, dan tindakan. Manajemen strategis berkaitan dengan bagaimana manajemen
34
Siti Mujanah; Tri Ratnawati; Sri Andayani
menganalisis sasaran strategis (visi, misi, tujuan) serta kondisi internal dan eksternal yang
dihadapi perusahaan. Selanjutnya, perusahaan harus menciptakan keputusan strategis.
Keputusan ini harus mampu menjawab dua pertanyaan utama: (1) industri apa yang digeluti
perusahaan dan (2) bagaimana perusahaan harus bersaing di industri tersebut. Terakhir, tindakan
diambil untuk menjalankan keputusan tersebut. Tindakan yang perlu dilakukan akan mendorong
manajer untuk mengalokasikan sumber daya dan merancang organisasi untuk mengubah
rencana menjadi kenyataan.
35
Strategi Pengembangan Desa Wisata Di Kawasan Hinterland Gunung Bromo Jawa Timur
workplace, the activities undertaken during the stay and the facilities created to cater for the
needs of tourist‖ (Cooper, et al, 1993).
Menurut Jackson (dalam Gde Pitana, 2005: 101 ) suatu daerah yang berkembang menjadi
sebuah destinasi wisata dipengaruhi oleh beberapa hal yang penting, seperti. a. Menarik untuk
klien. b. Fasilitas-fasilitas dan atraksi. c. Lokasi geografis. d. Jalur transportasi. e. Stabilitas
politik. f. Lingkungan yang sehat. g. Tidak ada larangan/batasan pemerintah. Suatu destinasi
harus memiliki berbagai fasilitas kebutuhan yang diperlukan oleh wisatawan agar kunjungan
seorang wisatawan dapat terpenuhi dan merasa nyaman. Berbagai kebutuhan wisatawan tersebut
antara lain, fasilitas transportasi, akomodasi, biro perjalanan, atraksi (kebudayaan, rekreasi, dan
hiburan), pelayanan makanan, dan barangbarang cinderamata (Gde Pitana, 2005: 101).
Tersedianya berbagai fasilitas kebutuhan yang diperlukan akan membuat wisatawan
merasa nyaman, sehingga semakin banyak wisatawan yang berkunjung. Salah satu yang
menjadi suatu daya tarik terbesar pada suatu destinasi wisata adalah sebuah atraksi, baik itu
berupa pertunjukan kesenian, rekreasi, atau penyajian suatu paket kebudayaan lokal yang khas
dan dilestarikan. Atraksi dapat berupa keseluruhan aktifitas keseharian penduduk setempat
beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai
partisipasi aktif seperti belajar tari, bahasa, membatik seperti yang ada di Desa Wisata Krebet,
memainkan alat musik tradisional, membajak sawah, menanam padi, melihat kegiatan budaya
masyarakat setempat, dan lain-lain (Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, 2011: 13).
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang
kepariwisataan, menjelaskan beberapa pengertian istilah kepariwisataan, antara lain. a. Wisata
adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh individu atau kelompok mengunjungi
suatu tempat dan bertujuan untuk rekreasi, pengembangan pribadi, atau untuk mempelajari
keunikan daya tarik suatu tempat wisata yang dikunjungi dalam waktu sementara. 14 b.
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai layanan
fasilitas yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. c.
Daerah tujuan wisata dapat disebut juga dengan destinasi pariwisata adalah kawasan geografis
yang berada dalam satu atau lebih wilayah administrasi yang di dalamnya terdapat daya tarik
wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesbilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
36
Siti Mujanah; Tri Ratnawati; Sri Andayani
5. Menyediakan toko souvenir yang menjual hasil pertanian, hasil membatik ataupun
cinderamata yang berciri khas kawasan desa wisata sehingga dapat dikenal oleh masyarakat
luar.
6. Penyediaan fasilitas rumah makan yang memberikan suasana pedesaan, terjaga
kebersihannya dan menyajikan menu berciri khas Desa Bandungan yaitu rujak, kaldu kokot
dan minuman khas Desa Bandungan.
7. Menyediakan tempat rekreasi yang masih memanfaatkan kondisi eksisting yang ada di Desa
Bandungan.
37
Strategi Pengembangan Desa Wisata Di Kawasan Hinterland Gunung Bromo Jawa Timur
3. Dari sisi pengembangan sarana prasarana wisata, perencanaan awal dari pemerintah perlu
diarahkan ke pengembangan sarana prasarana wisata yang baru seperti: alat-alat outbound,
pembangunan gapura, gedung khusus pengelola desa wisata, cinderamata khas setempat,
dan rumah makan bernuansa alami pedesaan. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya perlu
menjalin kemitraan dengan pemerintah dan pengusaha/pihak swasta.
Hasil penelitian dari Widyanto, Dodi dkk (2010:205) menunjukkan bahwa dalam
pengembangan desa wisata hendaknya dikembangkan secara umum antara lain dengan
meningkatkan strategi pemasaran, kualitas SDM, kualitas pelayanan, dan memelihara mutu dari
apa yang menarik dan ditawarkan oleh obyek wisata tersebut. Selain itu dukungan masyarakat
sekitar tempat tinggal perlu lebih dioptimalkan, peranan organisasi dan dukungan modal usaha.
Pemodelan desa wisata bagi pembangunan pedesaan yang berkelanjutan harus terus secara
kreatif mengembangkan identitas atau ciri khas yang baru bagi desa untuk memenuhi tujuan
pemecahan masalah yang berkaitan dengan krisis ekonomi daerah pedesaan, semakin
bertambah akibat adanya berbagai kekuatan yang rumit, yang menyebabkan baik berkurangnya
kesempatan kerja maupun peningkatan kekayaan masyarakat desa, salah satu jalan keluar yang
dapat mengatasi krisis tersebut adalah melalui pembangunan industri desa wisata skala kecil,
sehingga mampu bersaing dan unggul dalam pembangunan daerah pedesaan, dan dalam
penciptaan lapangan kerja baru serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Hasil penelitian Mujanah dkk. (2014) yang berjudul tentang Strategi Pengembangan Desa
Wisata di Hinterland Gunung Bromo yang mengemukakan bahwa dalam pengembangan desa
wisata di hinterland Gunung Bromo diperlukan strategi pertumbuhan/ agresif dimana dalam
mengembangkan desa wisata di hinterland gunung bromo diperlukan Perluasan pasar dengan
melakukan promosi yang dapat dilakukan melalui bekerjasama dengan biro-biro perjalanan dan
melalui internet, selain itu juga menambah berbagai obyek wisata di sekitar desa berdasarkan
jenis tanaman misalnya mengoptimalkan kebun kubis, kebun wortel, kebun kentang, dan atraksi
budaya dan upacara adat yang menarik sebagai obyek wisata. Selain itu perlunya membangun
kegiatan ekonomi masyarakat dengan membuat pusat oleh-oleh misalnya kripik kentang karena
di hinterland Gunung Bromo memiliki potensi yang luar biasa di bidang pertanian terutama
sayuran; Membangun pusat kuliner dan pusat souvenir., Memotivasi dan memberdayakan
masyarakat seperti Pemandu wisata dengan diberi pelatihan agar mampu memberikan pelayanan
yang baik. Meningkatkan kapasitas homestay yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan.
Model Strategi Pengembangan Desa Wisata yang bisa di gunakan dalam pengembangan
desa wisata di hinterland gunung bromo menurut hasil penelitianya Mujanah dkk. (2014)
adalah model dimana dalam pengembangan desa wisata memerlukan dukungan dari 4 (empat)
pilar yaitu pemerintah dengan melibatkan semua dinas-dinas terkait yang berkoordinasi dibawah
koordinator Balai Besar Taman Nasional BTS (TNBTS), selain dukungan pemerintah juga
dukungan Swasta sebagai Pelaku UMKM dan Investor lokal, Masyarakat dan lembaga
masyarakat serta dukungan lembaga pendidikan seperti yang dapat kita lihat pada Gambar 1 .
38
Siti Mujanah; Tri Ratnawati; Sri Andayani
Dukungan
Masyarakat
Kebijakan yang Desa
Pro Desa Perangkat
Wisataa Desa
UMKM Souvenir/
Kuliner/Agro
Investor
Homestay/
setempat
Penyew Jeep
Setelah di ketemukannya model yang sesuai dengan daerah dimana desa wisata akan
dikembangkan maka strategi untuk merencanakan dalam pelaksanaanya perlu di rumuskan,
untuk itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk merumuskan perencanaan jangka
panjang, jangka menengah dan jangka pendek.
2. METODE PENELITIAN
Rancangan Kegiatan
Penelitian ini dilakukan dengan mengali informasi melalui wawancara dan Focus Group
Discussion tentang berbagai potensi wisata yang dapat dikembangkan di desa lokasi penelitian,
disamping juga potensi dukungan dari pemerintah, masyarakat desa, perusahaan, dan potensi
SDA/SDM, infrastruktur dan sarana prasarana yang kemungkinanya dapat dikembangkan lebih
lanjut dan dirumuskan dalam Rencana Jangka panjang maupun jangka pendek.
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian Descriptive Explanatory research yaitu merupakan
penelitian untuk mengali informasi terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari
suatu objek penelitian, dan penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yang dilakukan
dengan wawncara dan Fociss Group Discussion (FGD) terhadap pihak terkait dalam
pengembangan desa wisata.
Populasi dan Sample
Obyek dari penelitian ini adalah salah satu desa yang berpotensi untuk dikembangkan
sebagai Desa Wisata di kawasan Gunung Bromo yaitu Desa Wonokitri Kecamatan Tosari,
Kabupaten Pasuruan. Sedangkan penggalian data dilakukan terhadap informan dari berbagai
aspes sesuai dengan model yang telah di hasilkan pada penelitian sebelumnya (Mujanah dkk
2014) yaitu dari Masyarakat pelaku pengembangan desa wisata, aparatur pemerintaha desa,
kecamatan dan Kabupaten Pasuruan.
39
Strategi Pengembangan Desa Wisata Di Kawasan Hinterland Gunung Bromo Jawa Timur
Analisis Data
Analisis data dilakukan terhadap hasil pengumpulan data kualitatif yaitu wawancara dan
FGDU terhadap Masyarakat pelaku pengembangan desa wisata, aparatur pemerintaha desa,
kecamatan dan Kabupaten Pasuruan tentang pandangan, masukan dan dukungan terhadap
pengembangan desa wisata di Desa Wonokitri Pasuruan.
Faktor Pendukung
Desa Wonokitri merupakan salah satu Desa Konservasi dengan beberapa yang memiliki
berbagai potensi sebagai berikut :
1. Memiliki potensi wisata yang cukup baik yang diharapkan mampu menciptakan lapangan
pekerjaan, serta meningkatkan taraf dan kualitas hidup masyarakat setempat.
2. Memiliki koperasi simpan pinjam.
3. Sarana dan prasarana lingkungan cukup baik.
4. Telah terbentuknya Kelompok Tani, dengan usaha pokok pertanian sayur mayur, seperti
kentang, kubis dan bawang prey, paguyuban pemandu wisata, penyewaan kuda, penyewaan
jeep dan foto polaroid.
5. Telah terbentuknya Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata)
6. Dukungan masyarakat setempat terhadap pengembangan Desa Wisata cukup baik.
7. Memiliki Pos Information Center (pos sebelum loket masuk Bromo di entrance sini) disitu
informasi terkait Gunung Bromo serta peta wisatanya bisa diperoleh, petugasnya pun
40
Siti Mujanah; Tri Ratnawati; Sri Andayani
ramah. Ketika pengunjung turun dari kendaran biasanya langsung dihampiri pemuda/ warga
asli Wonokitri, mereka menawarkan penginapan, jasa pemandu wisata, ada mobil Hardtop.
8. Paguyuban Jeep sebagai sarana transportasi dari desa wonokitri menuju Gunung Bromom
Sejak th 2010 diberlakukan aturan baru oleh desa, kendaraan roda 4 dilarang memasuki
kawasan wisata jadi pengunjung yang mambawa mobil pribadi harus memarkir kendaraan
mereka di parkir area yang telah disediakan di pos terakhir kemudian Hardtop siap
mengantar dari Wonokitri ke Pananjakan-Lautan pasir Bromo tanpa terbatas waktu, dengan
membayar 600 ribu rupiah per Hardtop yang berkapasitas 6 orang (termasuk 1 sopir) sampai
kembali ke tempat parkir mobil semula (tarif Hardtop di entrance lain berbeda).
9. Paguyuban Ojek, kendaraan roda 2 diperbolehkan memasuki kawasan wisata dengan
10. Desa Wonokriti memiliki adat istiadat di yang sangat unik, penduduknya beragama Hindu,
menurut Mereka disinilah mereka menghabiskan hidup hanya dengan bertani dan
menggantungkan harapan dari pariwisata. Merantau tidak ada dalam kamus perjalanan
hidup penduduk Wonokitri. Mereka lahir, hanya disini mereka belajar hingga disini pula
mereka kembali kepada Sang Hyang Widi. Kehidupan masyarakat suku Tengger serasa
damai, menyatu.,
11. Desa Wonokitri memiliki panorama pegunungan dengan kemerlip cahaya lampu kota
Pasuruan di bawahnya bak manik manikam yang tertata rapi, hamburan cahaya bintang pun
ikut memberikan kehangatan yang teduh di desa ini.. Perjalanan ke Gunung Bromo dari
Desa Wonokitri melalui puncak Pananjakan waktu tempuhnya hanya sekitar 30 menit,
dengan ketinggian 2.770 mdpl merupakan puncak tertinggi di kawasan Tengger, jika pagi
hari maka di Penanjakan ini bisa disaksikan keindahan sunrise yang terlihat mulai pukul
4.30.
12. Di Pananjakan banyak penjual oleh-oleh dan cinderamata, yang khas yakni bunga edelwise
& T-Shirt bertuliskan Gunung Bromo, Magnit bergambar gunung bromo. Rute dari
Pananjakan ke Gunung Bromo sekitar dapat ditempuh hanya sekitar 30 menit, disini rambu-
rambunya jelas (hanya ada 1 pertigaan, yakni lurus ke Lautan Pasir dan arah kanan ke
Wonokitri) namun medan cukup ekstrim, harus super ekstra, jalannya menurun curam dan
licin dengan tekstur aspal yang kurang mulus disertai batu kerikil yang berserakan dan
beberapa titik berlobang cukup dalam
13. Potensi Pengembangan Desa Wisata di Desa Wonokitri Pasuruan adalah sebagai berikut:
14. Perencanaan pembagunan pengembangan ekowisata dan desa wisata harus lebih cepat
dilakukan dan disempurnakan terus menerus seiring dengan perkembangan ekowisata
termasuk juga menginventaris komponen - komponen yang ada di taman nasional terutama
yang berpengaruh terhadap kebutuhan wisatawan
41
Strategi Pengembangan Desa Wisata Di Kawasan Hinterland Gunung Bromo Jawa Timur
15. Pengembangan konsep ekowisata pada kawasan taman nasional terkait dengan
pengembangan desa wisata dapat berjalan dengan baik aapabila dilaksanakan dengan cara
pengembangan pariwisata yang mengarah pada :
a. Menjaga dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan
budaya.
b. Pendidikan konservasi lingkungan.
c. Pendapatan langsung untuk kawasan.
d. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan.
e. Penghasilan masyarakat
f. Menjaga keharmonisan dengan alam
g. Daya dukung lingkungan
h. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap Negara
- Dalam usaha mengembangkan pembangunan kepariwisataan, maka kebijakan-
kebijakan dalam menggerakkan usaha-usaha meningkatkan arus kunjungan wisatawan
domestik maupun mancanegara perlu didukung oleh Peningkatan pemasaran dan
promosi kepariwisataan, dan Meningkatkan mutu pelayanan, kenyamanan, kebersihan
dan keindahan disekitar obyek daya tarik wisata
16. Potensi Alam di Desa Wonokriti Kecamatan Tosari Kab Pasuruan antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Potensi Alam yang bagus dengan Pemandagan Bromo View yang dapat dilihat di
sepanjang jalan di Desa Wonokitri dengan tanaman pinus dan cemara yang sangat
bagus walaupun tidak teratur
b. Potensi lahan pertanian yang subur yang bisa ditanami berbagai macam sayuran seperti
Kentang, Wortel, Kol, daun Prei dan Holtikultura lainnya
c. Potensi Budaya yang sangat unik yang tidak di miliki oleh daerah lain selain suku
Tengger. Adat istiadat di Desa Wonokitri ini sangat unik, penduduknya beragama
Hindu, menurut mereka disinilah mereka menghabiskan hidup hanya dengan bertani
dan menggantungkan harapan dari pariwisata. Merantau tidak ada dalam kamus
perjalanan hidup mereka. Hanya disini mereka lahir, hanya disini mereka belajar hingga
disini pula mereka kembali kepada Sang Hyang Widi
d. Forum Komunikasi Masyarakat Tengger telah dibentuk dengan menyusun ADART dan
dilakukannya pertemuan setiap bulan dengan diskusi guna menyatukan suku tengger
seutuhnya yang tidak membedakan desa/kecamatan maupun agama.
1) Untuk menjaga kelestarian budaya dibuat aturan bahwa orang luar tidak boleh
membeli tanah kecuali kawin dengan warga setempat
2) Orang yang menikah dengan penduduk setempat diharuskan membuat surat
pernyataan wajib mengikuti adat-istiadat setempat yang diberikan kepada ketua
suku.
3) Ada beberapa Upacara yang wajib diikuti oleh setiap warga antara lain:
a) Pujaan Barisan : dilakukan 4 (empat) kali dalam satu tahun dengan upacara sesaji
di rumah Sanggar Sesepuh Desa
b) Hari Raya Karo : Hari raya adat (bukan Agama) yang dilakukan sekali alam satu
tahun dan semua warga wajib ikut merayakan
c) Hari raya Kasodo : Dirayakan sekali dalam satu tahun yang dipusatkan di Desa
Wonokitri dan diikuti oleh seluruh masyarakat Tengger membawa sesaji ke
Gunung Bromo
17. Potensi Ekonomi yang telah di kembangkan selama ini adalah berupa Jasa Pelayanan
Wisata ke Bromo berupa :
a) Tourist guide
b) Lahan Parkir pengunjung Bromo
42
Siti Mujanah; Tri Ratnawati; Sri Andayani
c) Membentuk Paguyuban angkutan wisata dan menyediakan jasa angkutan berupa Jeep
untuk di Desa atau pengangkut penumpang wisatawan ke Gunung Bromo dengan tariff
sekitar Rp. 300.000,- isi 6 orang
d) Menyediakan Homestay oleh Masyarakat setempat dengan tarif sekitar Rp. 150.000 –
Rp. 200.000 tanpa air hangat dan sekitar Rp. 200,000 dengan fasilitas air hanyat.
e) Penjualan pakaian dingin seperti Syal, sarung tangan, topi hangat namun bukan buatan
penduduk setempat melainkan kulakan dari kota
18. Bantuan Pemerintah selama ini yang sudah diberikan adalah:
a) Sumbangan uang setiap ada kegiatan upacara Kasodo atau hari raya Karo
b) Bantuan ADD sebesar Rp. 84 juta pertahun
c) Pelatihan Service excellence atau Pelayanan terhadap Wisatawan oleh Dinas Pariwisata
d) Pelatihan Kursus Mengemudi oleh Dinas Pariwisata
e) Pelatihan Kursus Bahasa Inggris selama 1 bulan oleh Dinas Pariwisata
19. Harapan Masyarakat setempat adalah di perbaikinya infrastruktur berupa jalan yang sudah
rusak dan batu-batuan yang sangat sulit di lalui
20. Potensi yang Kemungkinan masih bisa di Kembangkan
a) Pemberdayaan masyarakat Desa dalam ekonomi kreatif dengan produksi makanan kecil
kerajinan tangan sehingga adanya souvenir bagi pengunjung wisata Bromo yang selama
ini belum ada sama sekali
b) Pakaian dingin dan sarung yang seringkali di cari wisatawan dan mereka menginginkan
produk2 tersebut buatan lokal desa
c) Wisata Kuliner yang juga belum dikembangkan sama sekali
d) Penambahan fasilitas umum seperti Toilet dan tempat-tempat Istirahat dengan jualan
makanan dan minuman di sepanjang jalan ke Bromo
e) Menambah ketrampilan menanam sayuran dan buah-buahan yang lebih produktif
f) Menambah ketrampilan masyarakat dalam mengolah hasil pertanian untuk
meningkatkan nilai jual produk
g) Menghidupkan pasar sayur yang sudah mati
21. Kendala yang di hadapi
a. Pemilikan lahan sangat sempit dari setiap penduduk Wonokitri,
b. Tingkat pendidikan yang masih rendah terutama penduduk angkatan lama
c. Tingkat pendapatan rendah.
d. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional yang akan
berpengaruh langsung terhadap upaya pelestarian sumberdaya alam.
e. Pengamanan kawasan dan intervensi masyarakat yang kurang memahami aturan yang
berlaku menjadikan ketertiban yang kurang,
f. Kepentingan ekonomi dan permasalahan lahan yang berkembang di sekitar taman
nasional menyebabkan pembangunan daerah penyangga menjadi permasalahan yang
sangat penting untuk dapat diselesaikan dengan baik.
g. Pembangunan daerah penyangga merupakan bagian integral dari pembangunan daerah
secara terpadu
43
Strategi Pengembangan Desa Wisata Di Kawasan Hinterland Gunung Bromo Jawa Timur
44
Siti Mujanah; Tri Ratnawati; Sri Andayani
daerah tujuan Wisata dan Budaya khas Kabupaten Pasuruan ― sedangka Misi Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Pasuruan adalah:
1) Menumbuhkembangkan seni apresiasi dan kecintaan masyarakat terhadap budaya lokal.
2) Meningkatkan pembangunan destinasi yang berwawasan ekowisata
3) Meningkatkan kualitas Produk dan pemasaran Wisata
(Sumber : Renstra DISBUDPAR Kab. Pasuruan 2013-2018)
Pada Isu –isu Strategis dari Renstra Renstra DISBUDPAR Kab. Pasuruan 2013-2018 pada
identifikasi permasalahan TUPOKSI Pelayanan DISBUDPAR Kab. Pasuruan disebutkan :
Berdasarkan pengamatan terhadap kondisi internal dan kondisi eksternal identifikasi
permasalahan adalah sebagai berikut :
1. Sarana di Obyek Wisata yang kurang memadai
2. Infrastruktur menuju obyek wisata kurang terpelihara
3. Kualitas SDM masyarakat sekitar obyek wisata yang masih terbatas
4. Belum Optimalnya Penasaran
Berdasarkan informasi –informasi tersebut diatas didukung oleh hasil penelitian Tahun
sebelumnya maka Rumusan Rencana Induk Pariwisata Desa Wonokitri adalah seperti yang
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Rumusan rencana induk pengembangan pariwisata kawasan wisata hinterland gunung bromo
di desa wonokitri kab. Pasuruan jawa timur
Pemerintah/Swasta/
Target
No Program Kegiatan Masyarakat yang
Capaian
mendukung
Rencana 1. Pembangunan infrastruktur, 1.TNBTS
Pembangunan jalan, dll 2. PU. Binamarga
2. Pembangunan prasarana, TK I (Jalan Propinsi)
1 3 PU. Binamarga
sarana & utilitas
3. Penambahan jaringan Kabupaten Pasuruan
2016-2025
telekomunikasi Fasilitas Jalan Kab. &
4. Pembangunan fisik ODTW Desa)
4.TELKOM
5. INFOKOM
6. Desa & Kecamatan
Rencana 5. Penambahan ODTW buatan 1. 1.TNBTS
2015-2025
Destinasi 6. Penambahan sarana 2. 2.DISBUDPAR. Kab.
transportasi Pasuruan
2 3. BAPEDA . Kab.
7. Penambahan & peningkatan
kualitas sarana & prasarana Pasuruan
pada ODTW (toilet,restorasi) 4. Pihak Swasta/
2016-2025 5. Masyarakat Desa
6. Setempat dg kel.
7. Jip,Homestay
8. 4.Perusahaan (CSR)
1. Pembangunan jaringan 1. DISBUDPAR dan
pemasaran nasional & 2. PEMDA
internasional 3. KOMINFO
2. Kerjasama dengan tour & 4. Perguruan Tinggi
3 travel, sekolah, pemerintah, 5. Sekolah
2015-2025
asosiasi 6. Asosiasi Pariwisata
3. Pembangunan SDM 7. Perhotelan
Rencana berkelanjutan 8. Desa Perangkatnya/
Pemasaran 4. Penambahan paket-paket Kecamatan Perangkat
45
Strategi Pengembangan Desa Wisata Di Kawasan Hinterland Gunung Bromo Jawa Timur
46
Siti Mujanah; Tri Ratnawati; Sri Andayani
masukan atau rekomendasi untuk program kerja di bidang pariwisata yang sudah di programkan
oleh Bupati Pemerintah Daerah Pasuruan pada tahun 2018 nanti.
Sedangkan Rencana strategi dan rencana jangka pendek atau rencana operasional dari
pengembangan desa wisata di hinterland gunung bromo khususnya yang masuk wilayah daerah
Pemerintah Kabupaten Pasuruan ini dalam pelaksanaanya lebih di tekankan campur tangan yang
lebih intensip dan kreatif oleh Perangkat Desa dan pelaku wisata di desa Wonokitri serta peran
serta dari Perguruan tinggi seperti yang dapat di lihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Rencana Strategi dan Rencana Operasional Pengembangan Desa Wisata Wonokitri
47
Strategi Pengembangan Desa Wisata Di Kawasan Hinterland Gunung Bromo Jawa Timur
48
Siti Mujanah; Tri Ratnawati; Sri Andayani
dilakukan sekali
dalam satu tahun dan
semua warga wajib
ikut merayakan
c. Hari raya Kasodo :
Dirayakan sekali
dalam satu tahun yang
dipusatkan di Desa
Wonokitri dan diikuti
oleh seluruh
masyarakat Tengger
membawa sesaji
keGunung Bromo
5 Pengendalian 1. Pelestarian 1. Penyuluhan dan 1. Bapedal
Bencana lingkungan Pelatihan 2. Perangkat desa
rawan bencana pengendalian bencana 3. Kecamatan
2. Pembangunan terutama longsor 4. Perizinan IMb
Rumah 2. Pengawasan
pembangunan rumah
hunian
6 Pendanaan dan Mendapatkan Mencari, dukungan dana 1. PEMDA
Kerjasama dukungan dana dari dalam dan luar 2. PERTI
atau kemitraan dari berbagai negeri
pihak, baik
pemerintah,
Swasta baik
dalam maupun
luar negeri
7 MONEV Mengukur 1. Pengukuran Dari semua Lembaga
kegiatan keberhasilan keberhasilan secara pelaksana
secara Program dan kualitas dengan
berkesinam Kegiatan dari Indikator terukur :
bungan berbagai a. Pengembangan SDM
Aspek peningkatan
Kegiatan ( kemampuan teknis
Aspek b. Motivasi kerja
kegiatan baik c. Kemauan berusaha
Fisik dan non dan Keberlangsungan
fisik) usaha
d. Komoditas/
Infrastruktur menjadi
lebh baik dari semula
, dari yang belum ada
menjadi ada
2. Pengukuran secara
Kuantitas: Baik
sapras/ SDM Maupun
komoditas/barang
/produk/jasa
49
Strategi Pengembangan Desa Wisata Di Kawasan Hinterland Gunung Bromo Jawa Timur
4. SIMPULAN
Simpulan
Berdasarkan hasil survey dan Focus Group Discussion dapata di simpulkan antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Rumusan Rencana Induk pengembangan Desa Wisata di Wonokitri lebih di tekankan pada
pembangunan Infrasrtuktur, yaitu pembanguan di bidang jalan, sarana dan prasarana
transportasi, telekomunikasi, Penginapan, Koperasi, Bank, agen atau biro wisata, sarana
promosi dan perluasan pasar, peningkatan kualitas Sumberdaya Manusia dan pembangunan
fisik ODTW (Obyek Destinasi Tujuan Wisata) , dan pembangunan ini lebih mendapatkan
perhatian dari pemerintah daerah melalui SKPD terkait di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Pasuruan.
2. Sedangkan Rencana Strategi yang di rumuskan adalah selain perhatian dari pemerintah
melalui SKPD terkait juga lebih menekankan pada pembenahan pengelolaan desa wisata dan
pengembangan obyek wisata berbasis pemberdayaan masyarakat seperti mengintensifkan
Pokdarwis, meningkatkan kualitas SDM, meningkatkan kualitas obyek wisata yang ada
dengan menambah berbagai seni dan budaya serta potensi alam yang luar biasa sebagi obyek
wisata yang menarik, disamping juga menambah beberapa fasilitas umum seperti tempat
beribadah (masjidm gereja dll), manajemen homestay, transportasi yang memenuhi standart,
kuliner yang memiliki khas daerah, ucara-upara adat yang menarik, seni dan budaya lain
yang menarik, dimana dalam pelakasanaanya lebih mendapatkan perhatian dari Pemerintah
desam tokoh masyarakat, pelaku penyedia dan jasa wisata.
3. Rencana operasional dalam pengembangan desa wisata ini sifatnya adalah jangka pendek
yaitu di rumuskan lebih menekankan pada pengembangan SDM sebagai pelaku utama dalam
memberikan pelayanan dan produk-produk yang dapat dijual terhadap wisata. Maka dalam
hal ini bisa di lakukan dengan pelatihan-pelatihan, pendampingan dan konsultasi dalam
pengembangan desa wisata yang hasil secara cepat dapat langsung di lihat.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat disampaikan beberapa saran antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Pemerintah daerah hendaknya dalam melaksanakan pembangunan disertai dengan
kontinuitasnya sehingga pemeliharaan pembangunan tetap terjaga.
2. Diperlukan kerjasama dengan pihak swasta maupun perguruan tinggi dalam mengelola
dan meningkatkan kualitas SDM serta sarana dan prasarana wisata.
5. DAFTAR PUSTAKA
Cooper, C., and Buhalis, D., 1993, The Future of Tourism, in Cooper, C., Fletcher, J., Gilbert,
D., and Wanhill, S., (Eds), Tourism: Principles and Practice, www.buhalis.com/
Publications.htm
Dadan Rosana, Dr., M.Si (2012) ―Model Akselerasi Pengembangan Sambi Sebagai Desa
Wisata Internasional Melalui Strategi Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat dalam
Penerapan Literasi Sains dan Teknologi dengan dukungan Kompetensi Komunikasi
Bahasa Global‖.Yojakarta, Universitas Negeri Yogjakarta, http://eprints.uny.ac.id/id/
eprint/402 download 3 April 2013
David, Fred R. (2004). Manajemen Strategis: Konsep-konsep (Edisi Kesembilan). PT Indeks
Kelompok Gramedia. ISBN 979-683-700-5.
50
Siti Mujanah; Tri Ratnawati; Sri Andayani
David, F. R., 2011, Strategic Management (13th ed.), New Jersey: Prentice Hall.
Dwi Wahyu, Indra (2010) ―Pengembangan Desa Wisata Untuk Meningkatkan Pembangauanan
Sektor Pariwisata di Kabupaten Magetan: Studi Kasus di Desa Sumberdodol Kec. Panekan
Kab. Magetan. Unpublish Thesis, University of Muhammadiyah Malang
Gumelar S. Sastrayuda (2010), ―Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata‖ (Handout Mata
Kuliah Consept Resort and Leisure, Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort and
Leisure‖
Ketchen Jr. D. et all. 2009. "Strategy 2008-2009". New York: McGraw-Hill
Muliartha, 2011, ―Indonesia Harus Maksimalkan Potensi Desa Wisata” Bali Monday,
Kontributor KBR68H
Nuryanti, Wiendu. 1993. “Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian dari Laporan
Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Hal. 2-3)
Porter, Michael. 1996. "What is Strategy?". Harvard Business Review hal .61-79
Thomas L. Saaty, 315 pp., RWS Publ., 2001 (new ed.). ISBN 0-9620317-8-X
Tjokrowinoto, Moelyanto, 1987, ―Politik pembangunan : sebuah analisis konsep, arah, dan
strategi‖, Yogyakarta : Penerbit Tiara Wacana
Widyanto, dodi, Handoyo, Joni Purwo, dan Fajarwati, Alia, 2008. Pengembangan Pariwisa
Perdesaan (Suatu Usulan Strategi Bagi Desa Ketingan), Jogjakarta Universitas
Gajahmada, Jurnal Bumi Lestari Vol 8 No. 2 bulan Agustus 2008
………Buku Pedoman PNPM Mandiri Pariwisata (2011), “Pengembangan Pariwisata Melalui
PNPM Mandiri” kppo.bappenas.go.id/. di download tanggal 10 April 2013 jam 10.30
Sugiyono, 2007:6, Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta.
Wheelen, Thomas L. & Hunger, J. D., 2012, Strategic Management and Business Policy
Achieving Sustainability (13nd ed.), New Jersey: Prentice Hall.
………. Pendekatan Pengembangan Desa Wisata ((UNDP and WTO. 1981. Tourism Development
Plan for Nusa Tenggara, Indonesia. Madrid: World Tourism Organization. Hal. 69)
http://id.wikipedia.org
……. ―Komponen Utama Desa Wisata, http://id.wikipedia.org di download tanggal 28 Maret
2013 jam 11.30.
Jogjakarta Universitas Gajahmada, Jurnal Bumi Lestari Vol 8 No. 2 bulan Agustus 2008
………Buku Pedoman PNPM Mandiri Pariwisata (2011), “Pengembangan Pariwisata Melalui
PNPM Mandiri” kppo.bappenas.go.id/. di download tanggal 10 April 2013 jam 10.30
Sugiyono, 2007:6, Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta.
………. Pendekatan Pengembangan Desa Wisata ((UNDP and WTO. 1981. Tourism Development
Plan for Nusa Tenggara, Indonesia. Madrid: World Tourism Organization. Hal. 69)
http://id.wikipedia.org
……. ―Komponen Utama Desa Wisata, http://id.wikipedia.org di download tanggal 28 Maret
2013 jam 11.30.
51
Strategi Pengembangan Desa Wisata Di Kawasan Hinterland Gunung Bromo Jawa Timur
52