0% found this document useful (0 votes)
73 views4 pages

Pemanfaatan Bakteri Pereduksi Sulfat Untuk Bioremediasi Tanah Bekas Tambang Batubara

The document discusses using sulphate-reducing bacteria (SRB) isolated from paper mill sludge to bioremediate ex-coal mining soil. SRB was able to reduce 84.25% of the sulphate content in the soil over 20 days. This decreased the soil pH from 4.15 to 6.66, improving soil quality. SRB shows potential for developing bioremediation of ex-coal mining soils.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
73 views4 pages

Pemanfaatan Bakteri Pereduksi Sulfat Untuk Bioremediasi Tanah Bekas Tambang Batubara

The document discusses using sulphate-reducing bacteria (SRB) isolated from paper mill sludge to bioremediate ex-coal mining soil. SRB was able to reduce 84.25% of the sulphate content in the soil over 20 days. This decreased the soil pH from 4.15 to 6.66, improving soil quality. SRB shows potential for developing bioremediation of ex-coal mining soils.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 4

BI ODI V E RS I TAS ISSN: 1412-033X

Volume 8, Nomor 4 Oktober 2007


Halaman: 283-286 DOI: 10.13057/biodiv/d080408

Pemanfaatan Bakteri Pereduksi Sulfat untuk Bioremediasi Tanah


Bekas Tambang Batubara
The use of sulphate-reducing bacteria in bioremediation of ex-coal mining soil

ENNY WIDYATI
Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor 16118

Diterima: 17 Juni 2007. Disetujui: 26 September 2007.

ABSTRACT

The most serious impact after exploiting coal by opened peat mining is acid mine drainage phenomenon. This is an oxidation of sulphide
minerals by releasing sulphate that generate the environment acidity. This study was aimed to observe the ability of sulphate reducing
bacteria (SRB) isolated of sludge paper mills in decreasing the ex-coal mining sulphate content. Before inoculating onto the soil, SRB was
incubated in the sterilized organic matter for 4 days. Organic matter inhabited SRB mix with ex-coal mining soil (1:3 v/v). As a control was
a series ex-coal mining mixed with non inoculated organic matter (1:3 v/v). The experiment is carried out in randomized complete design in
3 replications, each consist of 5 buckets. All buckets were maintained in saturated water content. Every 5 days for 20 days the sulphate
content, pH and Eh were assessed to observe the bioremediation progress. The result shown that SRB was able to reduce 84.25% ex-
coal mining sulphate content in 20 days. In consequence, the soil pH was increased from 4.15 to 6.66 during the process. It is
recommended that SRB is prospective to be further developed as a sulphate bioremediation agents on ex-coal mining soil.
© 2007 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

Key words: bioremediation, ex-coal mining, sulphate reducing bacteria

PENDAHULUAN et al., 1999). Hasil penelitian Widyati (2006) menunjukkan


bahwa kandungan sulfat pada tanah bekas tambang batubara
Indonesia memegang peranan yang sangat penting dalam PT. Bukit Asam di Sumatera Selatan mencapai 60.000 ppm,
industri batubara dan mineral dunia. Tahun 2005 Indonesia pH 2,8 dan kandungan logam-logam jauh di atas ambang
menduduki peringkat ke-2 sebagai negara pengekspor batas untuk air bersih. Kualitas lingkungan perairan yang
batubara uap. Untuk pertambangan mineral, Indonesia demikian dapat mengganggu kesehatan manusia dan
merupakan negara penghasil timah peringkat ke-2, tembaga kehidupan lainnya. Disamping itu, kondisi tanah yang
peringkat ke-3, nikel peringkat ke-4 dan emas peringkat ke-8 demikian degraded, mengakibatkan kegiatan revegetasi
dunia (Gautama, 2007). Namun demikian, pertambangan memerlukan biaya yang mahal.
selalu mempunyai dua sisi yang saling berlawanan, sebagai Dengan demikian masalah yang harus diatasi terlebih
sumber kemakmuran sekaligus perusak lingkungan yang dahulu dalam mengendalikan AMD adalah memperbaiki
sangat potensial. Sebagai sumber kemakmuran sudah tidak kondisi tanah. Salah satu metode yang ramah lingkungan
diragukan lagi bahwa sektor ini merupakan salah satu tulang adalah bioremediasi, yaitu suatu proses dengan menggunakan
punggung pendapatan negara selama bertahun-tahun. mikroorganisme, fungi, tanaman hijau atau ensim yang
Sebagai perusak lingkungan, praktek pertambangan terbuka dihasilkan untuk mengembalikan kondisi lingkungan dengan
(open pit mining) yang paling banyak diterapkan pada cara mengeliminasi kontaminan (Wilkipedia, 2006). Kelompok
penambangan batubara dapat mengubah iklim mikro dan mikrobaa yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki
tanah akibat seluruh lapisan tanah di atas deposit batubara kualitas tanah bekas tambang batubara adalah bakteri
disingkirkan. pereduksi sulfat (BPS). Dalam aktivitas metabolismenya BPS
Permasalahan yang paling berat akibat penambangan dapat mereduksi sulfat menjadi H2S. Gas ini akan segera
terbuka adalah terjadinya fenomena acid mine drainage (AMD) berikatan dengan logam-logam yang banyak terdapat pada
atau acid rock drainage (ARD) akibat teroksidasinya mineral lahan bekas tambang dan dipresipitasikan dalam bentuk
bersulfur (Untung, 1993) dengan ditandai berubahnya warna logam sulfida yang reduktif (Hards and Higgins, 2004).
air menjadi merah jingga. AMD akan memberikan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan BPS
serangkaian dampak yang saling berkaitan, yaitu menurunnya yang diisolasi dari limbah industri kertas untuk menurunkan
pH, ketersediaan dan keseimbangan unsur hara dalam tanah kadar sulfat pada lahan bekas tambang batubara.
terganggu, serta kelarutan unsur-unsur mikro yang umumnya
merupakan unsur logam meningkat (Marschner, 1995; Havlin
BAHAN DAN METODE

Bakteri pereduksi sulfat (BPS) diisolasi dari limbah


 Alamat Korespondensi:
Jl. Gunung Batu no. 5 Bogor 16118
industri kertas (sludge) PT. Indah Kiat Pulp and Paper di
Telp.: +62-251-633234, Fax. +62-251-633234 Riau sedangkan tanah bekas tambang batubara diambil
Email : [email protected]
284 BIOD IV ERSI T AS Vol. 8, No. 3, Oktober 2007, hal. 283-286

dari PT. Bukit Asam di Sumatra Selatan. Bakteri diisolasi HASIL DAN PEMBAHASAN
pada media Postgate (Atlas and Park, 1993) yang
mengandung (g/l) Na laktat (3,5), Mg.SO4 (2,0), NH4Cl Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pada perlakuan
(0,2), KH2PO4 (0,5), FeSO4. 7 H2O (0,5) dan Agar (16,0) yang tidak diinokulasi dengan BPS konsentrasi sulfat dalam
dan pH 4 kemudian disterilkan pada suhu 121○C tekanan 1 larutan tersebut relatif tidak mengalami perubahan (Gambar
atmosfir selama 15 menit. Pertumbuhan BPS ditandai 1). Sedangkan pada perlakuan yang diinokulasi dengan
dengan timbulnya koloni berwarna coklat tua sampai hitam BPS terjadi penurunan dari konsentrasi sulfat sebesar
pada dasar tabung. 48.400 ppm pada hari ke-0 menjadi 9.300 ppm pada hari
ke-20 setelah inkubasi. Pada percobaan ini BPS mulai
Uji aktivitas bakteri pereduksi sulfat pada media Postgate menurunkan sulfat setelah hari ke-5 inkubasi.
cair Isolat murni BPS yang diisolasi dari limbah industri
Isolat BPS yang digunakan pada penelitian ini kertas dapat mereduksi sulfat yang ditambahkan ke dalam
merupakan hasil seleksi berdasarkan kecepatan media Postgate (Gambar 1). Penurunan tersebut apabila
tumbuhnya (Widyati, 2003). Komposisi isolat yang dihitung dengan rumus efisiensi (Widyati, 2006) didapatkan
digunakan merupakan campuran 4 isolat yang berdasarkan nilai efisiensi sebesar 83,88%, sedangkan kontrol yang
identifikasi awal keempatnya termasuk genus Desulfovibrio tidak diinokulasi dengan BPS hanya mengalami penurunan
(Widyati, 2006). Masing-masing isolat dipelihara pada dengan efisiensi sebesar 0,81% dalam waktu 20 hari.
media Postgate. Penurunan konsentrasi sulfat pada penelitian ini karena
Masing-masing isolat murni BPS tersebut (0,25 ml) BPS dapat menggunakan sulfat sebagai akseptor elektron
diinokulasi ke media Postgate cair yang diperkaya dengan untuk aktivitas metabolismenya (Higgins et al., 2003).
larutan asam sulfat 2 N sebanyak 5% (v/v) jika populasi Karena sulfat menerima elektron maka senyawa ini akan
telah mencapai 105 cfu/ml media. Kultur diinkubasi dalam mengalami reduksi menjadi sulfida sehingga
tabung ulir volume 25 ml sampai penuh. Percobaan konsentrasinya dalam kultur tersebut mengalami
dilakukan dalam rancangan acak lengkap dengan 3 kali penurunan.
ulangan, masing-masing ulangan terdiri atas 3 tabung ulir. Ujicoba pemanfaatan BPS juga dilakukan untuk
Setiap lima hari sampai hari keduapuluh dilakukan menurunkan kandungan sulfat pada tanah bekas tambang
pengukuran sulfat. Sebagai kontrol adalah perlakuan batubara. Hasil pengukuran perubahan kadar sulfat pada
media postgate B yang diperkaya dengan larutan asam tanah bekas tambang batubara oleh aktivitas BPS
sulfat 2 N sebanyak 5% (v/v) tetapi tidak diinokulasi ditunjukkan pada Gambar 2. Hasil penelitian ini
dengan BPS. menunjukkan bahwa perlakuan bioremediasi dengan BPS
dapat menurunkan konsentrasi sulfat dalam tanah bekas
Uji aktivitas bakteri pereduksi sulfat untuk bioremediasi tambang batubara secara signifikan (P<0,05), dengan
tanah bekas tambang batubara efisiensi 91,28% dibanding kontrol.
Komposisi bakteri yang digunakan pada percobaan ini
sama dengan pada percobaan uji BPS pada media 60000
Postgate cair. Sebelum diinokulasikan pada tanah bekas
tambang batubara, biakan BPS sebanyak 1% dicampurkan
konsentrasi sulfat pada media (ppm)

50000
pada bahan organik steril kemudian diinkubasi selama 4
hari. Setelah bakteri tumbuh yang ditandai dengan
terbentuknya gelembung dipermukaan bahan organik 40000
segera dimasukkan ke dalam tanah bekas tambang
batubara dengan perbandingan 1 : 3 (v/v). Selanjutnya 30000
tanah ditambah dengan air steril sampai jenuh (berbentuk
pasta/lumpur). Percobaan dilakukan dalam rancangan
acak lengkap dengan 3 kali ulangan, masing-masing 20000

ulangan terdiri atas 5 ember. Sebagai kontrol diberikan


tanah bekas tambang batubara yang diberi bahan organik 10000
steril dan dilumpurkan. Setiap 5 hari sampai hari ke-20
dilakukan pengukuran sulfat, pH dan Eh tanah. Untuk
0
mengetahui pertumbuhan BPS setiap 5 hari selama 20 hari BPS
pada perlakuan BPS dilakukan re-isolasi pada media
0 5 hari ke- 10 15 20
Kontrol
Postgate agar kemudian dihitung jumlah koloni yang
Gambar 1. Uji aktivitas BPS pada medium Postgate cair yang
tumbuh. Efisiensi bioremediasi dihitung untuk mengetahui diperkaya dengan larutan asam sulfat 2N 5%; K: kontrol; BPS:
berapa persen polutan yang dapat diturunkan selama bakteri pereduksi
perlakuan. Efisiensi dihitung dengan rumus Widyati (2006),
sebagai berikut: Dalam melakukan reduksi sulfat, BPS menggunakan
sulfat sebagai sumber energi yaitu sebagai akseptor
1. Efisiensi masing-masing perlakuan elektron dan menggunakan bahan organik sebagai sumber
karbon (C). Karbon tersebut berperan selain sebagai donor
(konsentrasi sulfat awal) – (konsentrasi sulfat akhir) x 100% elekton dalam metabolisme juga merupakan bahan
(konsentrasi awal) penyusun selnya (Groudev et al., 2001). Sedangkan
menurut Djurle (2004) BPS menggunakan donor elektron
2. Efisiensi perlakuan terhadap kontrol dihitung dengan H2 dan sumber C (CO2) yang dapat diperoleh dari bahan
rumus: organik. Reaksi reduksi sulfat oleh BPS menurut Van
(kons. sulfat akhir kontrol) – (kons. sulfat akhir perlakuan) x100% Houten (2003) dalam Djurle (2004) adalah sebagai berikut:
(konsentrasi sulfat akhir kontrol)
SO42- + H2 + 2 H+  H2S + 4H2O
WIDYATI – Bakteri pereduksi sulfat untuk bioremediasi tanah bekas tambang batubara 285

Gambar 2 menunjukkan bahwa pada perlakuan kontrol meningkat 195 kali lipat. Hal ini sejalan dengan hasil
(bahan organik + penggenangan) juga mengalami penelitian Alexander (1977), bahwa ketika terjadi defisiensi
penurunan. Penurunan yang terjadi pada perlakuan kontrol O2 karena penggenangan (flooding) maka akan
ini karena pada perlakuan ini ke dalam tanah bekas meningkatkan populasi BPS ribuan kali lipat dalam waktu
tambang batubara ditambahkan bahan organik dan kurang lebih 2 minggu. Populasi mikroba ini berkembang
ditambahkan air sampai jenuh. Penjenuhan air menjadi 23.000% dalam waktu 20 hari. Dalam tanah
mengakibatkan tanah menjadi anaerob yang ditandai bekas tambang batubara banyak mengandung sulfat yang
dengan perubahan potensial redoks (Eh) menjadi negatif sangat diperlukan oleh BPS sebagai sumber energi untuk
(Gambar 3). Penurunan Eh menunjukkan adanya menerima elektron selama aktivitas metabolik dalam
perubahan kondisi lingkungan dari aerob (positif) menjadi selnya. Karena menurut Hards and Higgins (2004), bahwa
anaerob (negatif) karena oksigen yang mengisi pori-pori BPS dalam hidupnya memerlukan sulfat sebagai akseptor
tanah terdesak dan digantikan oleh air. Pada kondisi elektron dan bahan organik sebagai sumber C. Sehingga
anaerob bahan organik akan berperan sebagai donor ketika mereka dimasukkan ke dalam lingkungan tanah
elektron (Groudev et al., 2001). Ketika sulfat menerima bekas tambang batubara yang banyak mengandung sulfat,
elektron dari bahan organik maka akan mengalami reduksi sudah barang tentu dapat meningkatkan aktivitas
membentuk senyawa sulfida seperti yang digambarkan oleh metaboliknya dan mengakibatkan populasinya berkembang
Foth (1990) dalam persamaan reaksi sebagai berikut: baik.

SO42- + H2O + 2 e-  SO32- + 2 OH- 60000


SO32- + H2O + 6 e-  S2- + 6 OH-
50000
Menurunnya konsentrasi sulfat pada perlakuan kontrol
terjadi karena dalam kondisi anaerob akseptor elektron
Konsentrasi sulfat tanah (ppm)

yang pada kondisi aerob dilakukan oleh oksigen bebas 40000


akan digantikan oleh molekul lain (Foth, 1990), seperti nitrat
dan sulfat (Foth, 1990; Groudev et al., 2001). Pada
30000
penelitian ini yang berperan sebagai akseptor elektron
adalah sulfat yang konsentrasinya pada tanah bekas
tambang batubara berkisar antara 32.000 – 60.000 ppm 20000
(Widyati 2006).
Pada penelitian ini, penurunan konsentrasi sulfat
10000
(termasuk asam kuat) akan meningkatkan pH tanah
(Gambar 4). Hal ini terjadi karena beberapa proses yang
saling berkaitan, yaitu karena penggenangan, penambahan 0
bahan organik dan aktivitas BPS. Pada proses BPS 0 5 10 15 20
penggenangan seperti yang ditunjukkan oleh reaksi (Foth, Kontrol Hare ke-

1990) dilepaskan ion-ion hidroksil yang akan mengikat ion


H+. Disamping itu peningkatan pH juga terjadi karena Gambar 2. Perubahan konsentrasi sulfat selama proses
bioremediasi tanah bekas tambang batubara
pemberian bahan organik. Bahan organik mempunyai
buffering capacity sehingga dapat meningkatkan atau 300
menurunkan pH lingkungannya (Stevenson, 1994). 200
Apabila dibandingkan antara perlakuan kontrol dengan
100
perlakuan BPS, meskipun kedua perlakuan memberikan
suasana anaerob yang tidak berbeda nyata (P>0,05) 0
Eh (mvolt)

(Gambar 3), tetapi memberikan hasil yang berbeda nyata -100


0 5 10 15 20
dalam menurunkan sulfat dan meningkatkan pH tanah
-200
bekas tambang batubara. Perlakuan BPS menurunkan
sulfat dan meningkatkan pH secara signifikan sedangkan -300
perlakuan kontrol tidak. Perlakuan BPS dapat mereduksi -400
sulfat tanah >80% (Gambar 2) sehingga dapat
meningkatkan pH mendekati netral (Gambar 5). Hal ini -500
menunjukkan bahwa reaksi reduksi sulfat yang dikatalis -600
oleh BPS lebih efisien daripada proses reduksi secara kimia BPS

karena penjenuhan dan penambahan bahan organik. Kontrol hari ke-


Namun demikian, penambahan bahan organik dan
penjenuhan tetap diperlukan karena menurut Alexander Gambar 3. Perubahan potensial redoks (Eh) tanah bekas tambang
batubara selama proses biorememediasi
(1977) bahwa reaksi reduksi sulfat oleh BPS menjadi
sulfida dapat ditingkatkan melalui penambahan kadar air
dan penambahan bahan organik tanah. Proses ini Menurut Alexander (1977) BPS terdiri dari 2 genus,
yaitu Desulfovibrio dan Desulfotomaculum. Desulfovibrio
memerlukan Eh yang rendah (anaerob) dan umumnya
dibatasi oleh pH di atas 6. hidup pada kisaran pH 6 sampai netral, sedangkan
Desulfotomaculum merupakan kelompok BPS yang termofil
Untuk menguji apakah BPS yang diinokulasikan dapat
hidup dan berperan aktif dalam proses bioremediasi tanah (menyukai suhu yang tinggi). Dari hasil penelitian
lingkungan tanah bekas tambang batubara setelah diberi
bekas tambang batubara, maka setiap 5 hari selama 20
hari dilakukan re-isolasi BPS. Hasil re-isolasi ditunjukkan perlakuan bioremediasi mempunyai pH sekitar 6 (Gambar
pada Gambar 5, dimana BPS yang diinokulasikan dapat 5) dan suhunya berkisar pada suhu ruangan (25C – 30C)
tumbuh dengan baik, sehingga pada hari ke-15 jumlahnya tidak termofil (>55C) sehingga kuat dugaan bahwa BPS
286 BIOD IV ERSI T AS Vol. 8, No. 3, Oktober 2007, hal. 283-286

yang ditemukan sangat dekat sifat-sifatnya dengan genus KESIMPULAN


Desulfovibrio. Sedangkan menurut Feio et al. (1998) media
Postgate yang digunakan merupakan media selektif yang Bakteri pereduksi sulfat (BPS) efektif digunakan dalam
paling cocok untuk mengisolasi BPS dari genus proses bioremediasi tanah bekas tambang batubara
Desulfovibrio. dengan waktu inkubasi 20 hari. Aktivitas BPS dapat
menurunkan konsentrasi sulfat pada tanah bekas tambang
batubara dengan efisiensi 89,76% dalam waktu inkubasi 20
8.00 hari. Penurunan sulfat tersebut dapat meningkatkan pH
7.00 tanah bekas tambang batubara dari 4,15 menjadi 6,66
dalam waktu yang sama. Nilai pH tersebut merupakan pH
6.00
yang ideal untuk pertumbuhan sebagian besar tanaman,
5.00 sehingga bioremediasi tanah dengan BPS akan sangat
membantu kegiatan rehabilitasi lahan bekas tambang
pH

4.00
batubara.
3.00
2.00
1.00 DAFTAR PUSTAKA
0.00
0 5 10 15 20 Alexander, M. 1977. Introduction to Soil Microbiology. 2nd ed. John Willey
BPS & Son. New York
hari ke- Atlas, M.R. and L.C. Parks. 1993. Handbook of Microbiological Media.
Kontrol
CRC Press. Boca Raton.
Djurle, C. 2004. Development of a Model for Simulation of Biological
Gambar 4. Perubahan pH tanah bekas tambang batubara selama Sulphate Reduction with Hidrogen as Energy Source. Master Thesis.
Department of Chemical Engineering. Lund Institute of Technology. The
proses bioremediasi
Netherlands.
Feio, M.J., H.B. Beech, M. Carepo, J.M. Lopes, C.W.S. Cheung, R. Franco,
J. Guezennec,J.R. Smith, J.I. Mitchell, J.J.G. Moura and A.R. Lino.
5 1998. Isolation and characterization of a novel sulphate-reducing
4.6
4.5 bacterium of the Desulfovibrio genus. Anaerobe (4): 117 – 130.
3.9 Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8th ed. John Willey&son.
4 New York.
3.5 Gautama RS. 2007. Pidato Guru Besar ITB: Pengelolaan air asam tambang:
aspek penting menuju pertambangan berwawasan lingkungan.
3 www.itb.ac.id/favicon.ico[20 Mei 2007]
2.5 Groudev, S.N., K. Komnitsas, I.I. Spasova and I. Paspaliaris. 2001.
2.4 Treatment of AMD by a natural wetland. Minerals Engineering 12: 261-
2 270.
1.5 Hards, B.C. and J.P. Higgins. 2004. Bioremediation of Acid Rock
Drainage Using SRB. Jacques Whit Environment Limited. Ontario.
1 Havlin, J.L., J.B. Beaton, S.L. Tisdale SL and W.L. Nelson. 1999. Soil
0.9
0.5 0.02 Fertility and Fertilizers. An Introduction to Nutrient Management.
Prentice Hall. New Jersey.
0
Higgins, J.P., B.C. Hards and A.I. Mattes. 2003. Biremediation of Acid
0 5 10 15 20 Rock Drainage Using Sulfate Reducing Bacteria.
www.Jacqueswhitford.com/site_jw/ media/ 1_4SC_
Gambar 5. Pertumbuhan BPS setelah diinokulasikan pada tanah sudburrypapers2003mayHiggins10_8_pdf [16 Juli 2004]
nd
bekas tambang batubara; spk : satuan pembentuk koloni Marschner, H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. 2 ed. Academic
Press. London.
Stevenson FJ. 1994. Humus Chemistry: Genesis, Composition,
Kemampuan BPS dalam menurunkan kandungan sulfat Reaction. John Willey&son. New York.
sehingga dapat meningkatkan pH tanah bekas tambang Untung, S.R. 1993. Dampak Air Asam Tambang dan Upaya
Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tambang Batubara dan Mineral.
batubara ini sangat bermanfaat pada kegiatan rehabilitasi
Bandung (Tidak dipublikasikan).
lahan bekas tambang batubara. Peningkatan pH yang Widyati, E. 2003. Isolasi dan seleksi bakteri pengasimilasi sulfur. Laporan
dicapai hampir mendekati netral (6,66) sehingga sangat tahunan Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Tidak
baik untuk mendukung pertumbuhan tanaman revegetasi dipublikasikan.
Widyati, E. 2006. Bioremediasi Tanah Bekas tambang Batubara dengan
maupun kehidupan biota lainnya. Sludge Industri Kertas untuk Memacu Revegetasi Lahan. Disertasi
Doktor. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor
www.wilkipedia.com.thefreeencyclopedia/bioremediation.htm. Bioremediation.
[18 Juni 2006]

You might also like