0% found this document useful (0 votes)
144 views

Pencitraan Brightness Mode Ultrasonografi Untuk Deteksi Kebuntingan Dan Pengamatan Perkembangan Fetus Kucing (Felis Catus)

This document summarizes a study that used B-mode ultrasonography to detect pregnancy and observe fetal development in cats. The study measured gestational sac size and fetal head diameter in 9 pregnant cats between days 17-37 of pregnancy. It also observed fetal organ development between days 25-63. Key findings include detecting the first signs of pregnancy on day 7 and observing fetal heartbeat on day 20 via ultrasonography.

Uploaded by

Pa lam
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
144 views

Pencitraan Brightness Mode Ultrasonografi Untuk Deteksi Kebuntingan Dan Pengamatan Perkembangan Fetus Kucing (Felis Catus)

This document summarizes a study that used B-mode ultrasonography to detect pregnancy and observe fetal development in cats. The study measured gestational sac size and fetal head diameter in 9 pregnant cats between days 17-37 of pregnancy. It also observed fetal organ development between days 25-63. Key findings include detecting the first signs of pregnancy on day 7 and observing fetal heartbeat on day 20 via ultrasonography.

Uploaded by

Pa lam
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 54

PENCITRAAN BRIGHTNESS MODE (B-MODE)

ULTRASONOGRAFI UNTUK DETEKSI


KEBUNTINGAN DAN PENGAMATAN
PERKEMBANGAN FETUS KUCING
(Felis catus)

KLACIPTA DAMELKA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
ABSTRACT
KLACIPTA DAMELKA. Brightness Mode (B-Mode) Ultrasonography Imaging
to Detect Pregnancy and Fetal Development of Feline (Felis catus). Supervised by
DENI NOVIANA and SABDI HASAN ALIAMBAR.

The purpose of this research was to determine the age of pregnancy using
gestational sacs size and fetal head diameter, furthermore to observe and study the
organogenesis of fetal using the imaging of B-Mode ultrasonography (USG). The
study was performed by using transducer 3-5 Mega Hertz (MHz) sector scanners
with curved type and using 5 MHz linear array scanner type in dorsal or lateral
recumbency position. The results confirmed variety alteration of shape and
structure according to their gradually echogenocity i.e. from anechoic (black) to
hyperechoic (white). The length and width of gestational sacs and fetal head
diameter of nine pregnant cats were measured along with observed of fetal
organogenesis. On the 17th days of pregnancy, the average length of gestational
sacs was 1.97 ± 0.579 cm and became 4.52 ± 0.929 cm on the 37th days of
pregnancy. On the 17th days of pregnancy the average width of gestational sacs
was 1.68 ± 0.385 cm and became 3.84 ± 0.146 cm on the 37th days of pregnancy.
On the 25th days, fetal head diameter average was 0.76 ± 0.107 cm and increased
on the 63rd days of pregnancy (2.33 ± 0.106 cm). The first pregnancy sign can be
observed on day 7th through the imaging of B-Mode USG indicated by the
appearance of gestational sacs. The first fetal heart beat can be seen and calculated
on day 20th. The development of vertebrae, stomach, and liver that will dominate
the abdominal cavity can be observed between day 25th and 26th of pregnancy. On
the 27th days of pregnancy, fetal movement can be observed. Between day 33rd
and 36th of pregnancy, os vertebrae and os costae can be seen clearly. On the same
period the stomach size is increase, front and hind limb fingers had formed and
urinary bladder can be seen. The size of stomach, liver and urinary bladder were
increase along with the increase of the age of pregnancy.

Keywords: feline, fetus, pregnancy, ultrasonography.


ABSTRAK

KLACIPTA DAMELKA. Pencitraan Brightness Mode (B-Mode) Ultrasonografi


untuk Deteksi Kebuntingan dan Pengamatan Perkembangan Fetus Kucing (Felis
catus). Dibimbing oleh DENI NOVIANA dan SABDI HASAN ALIAMBAR.

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk memperkirakan umur


kebuntingan kucing yang dideteksi melalui ukuran kantung kebuntingan dan
diameter kepala fetus serta melihat dan mempelajari perkembangan organ dalam
fetus dengan menggunakan tampilan Brightness Mode (B-Mode) Ultrasonografi
(USG). Diagnosa USG ditampilkan dengan menggunakan transducer/probe tipe
sector scanner dengan frekuensi 3-5 Mega Hertz (MHz) berbentuk kurva dan tipe
linear-array scanner dengan frekuensi 5 MHz melalui posisi pemeriksaan dorsal
atau lateral recumbency. Hasil USG memperlihatkan adanya berbagai jenis
perubahan bentuk dan struktur berdasarkan derajat echogenisitas yakni anechoic
(hitam) sampai hyperechoic (putih). Sembilan kucing betina yang dideteksi
bunting diukur dengan menggunakan parameter panjang dan lebar kantung
kebuntingan dan parameter diameter kepala fetus serta diamati perkembangan
organ fetusnya. Pada hari ke-17 kebuntingan, rata-rata panjang kantung
kebuntingan 1.97 ± 0.579 cm dan menjadi 4.52 ± 0.929 cm pada hari ke-37. Rata-
rata lebar kantung kebuntingan pada hari ke-17 sebesar 1.68 ± 0.385 cm dan
menjadi 3.84 ± 0.146 cm pada hari ke-37. Pada hari ke-25, rata-rata diameter
kepala fetus 0.76 ± 0.107 cm dan meningkat pada umur kebuntingan ke-63
menjadi 2.33 ± 0.106 cm. Melalui tampilan B-Mode USG, tanda kebuntingan
pertama kali dapat diamati pada hari ke-7 yaitu terlihatnya kantung kebuntingan.
Denyut jantung fetus dapat dilihat dan dihitung pertama kali pada hari ke-20
kebuntingan. Bakal tulang punggung, lambung dan hati yang mendominasi
rongga abdomen dapat diamati antara hari ke-25 dan 26 kebuntingan. Pada hari
ke-27, dapat diamati pergerakan fetus. Antara hari ke-33 dan 36, tulang punggung
dan costae terlihat lebih jelas, lambung membesar, jari jemari kaki depan dan
belakang sudah terbentuk, dan terlihat bakal vesika urinaria pertama kali pada hari
ke-33 masa kebuntingan. Ukuran lambung, hati dan vesika urinaria akan semakin
membesar seiring dengan bertambahnya umur kebuntingan.

Kata kunci: bunting, fetus, kucing, ultrasonografi


PENCITRAAN BRIGHTNESS MODE (B-MODE)
ULTRASONOGRAFI UNTUK DETEKSI
KEBUNTINGAN DAN PENGAMATAN
PERKEMBANGAN FETUS KUCING
(Felis catus)

KLACIPTA DAMELKA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Judul : Pencitraan Brightness Mode (B-Mode) Ultrasonografi
untuk Deteksi Kebuntingan dan Pengamatan
Perkembangan Fetus Kucing (Felis catus)
Nama : Klacipta Damelka
NRP : B04104071

Disetujui

Dr. Drh. Deni Noviana Dr. Drh. Sabdi Hasan Aliambar, MS


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui

Dr. Nastiti Kusumorini


Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Tanggal Lulus:
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 22 Januari 1986 sebagai anak


pertama dari pasangan bernama Syafrizal dan Hj.Syahrinurmi.
Pada tahun 1992, penulis memasuki Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Guguk,
Padang Tujuh, Sumatera Barat. Pada tahun 1995, penulis pindah sekolah dan
melanjutkan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Pagi Jakarta Selatan. Pendidikan
selanjutnya ditempuh di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 245
Jakarta Selatan. Pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Umum Negeri (SMUN) 90 Jakarta Selatan. Kemudian tahun 2004,
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI) pada Fakultas Kedokteran Hewan.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan dan kepengurusan
organisasi Himpunan Minat dan Profesi (HIMPRO) Hewan Kesayangan dan
Satwa Akuatik, Komunitas Seni Teater Ilmiah (STERIL). Penulis juga aktif
menjadi panitia kegiatan dalam maupun luar kampus.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
Hewan, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi yang berjudul:
“Pencitraan Brightness Mode (B-Mode) Ultrasonografi untuk Deteksi
Kebuntingan dan Pengamatan Perkembangan Fetus Kucing (Felis catus)” dengan
bimbingan dari Dr. Drh. Deni Noviana dan Dr. Drh. Sabdi Hasan Aliambar, MS.
KATA PENGANTAR

Tak ada kata yang terucap selain Alhamdulillahirabbil’alamin atas segala


petunjuk-Nya sehingga karya kecil ini dapat penulis selesaikan.
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan karunia, lindungan, bimbingan, kasih sayang serta limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berupa
penulisan skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada:
1 Dr. Drh. Deni Noviana dan Dr. Drh. Sabdi Hasan Aliambar, MS sebagai
dosen pembimbing atas segala bimbingan, nasehat dan pengarahannya.
2 Dr. Drh. Agus Wijaya, MSc selaku dosen penilai dan Dr. Drh. Muhammad
Agil, MSc, Agr selaku dosen penguji atas saran, kritik dan penilaiannya.
3 Direktur Rumah Sakit Hewan Pendidikan IPB atas segala bantuan dalam
peminjaman alat USG yang digunakan untuk penelitian ini.
4 Drh. Henny Endah A, MSc selaku pemilik Kawai Cat Lovers atas segala
bantuan, keramahan serta kucing-kucing bunting yang digunakan untuk
penelitian.
5 Drh. Dudung Abdullah selaku dosen pembimbing akademik atas nasehat
dan bimbingannya selama penulis menjadi mahasiswa.
6 Kedua orang tua: Bapak Syafrizal dan Ibu Hj. Syahrinurmi serta seluruh
keluarga besar atas doa dan dukungan yang selalu diberikan baik moril
maupun materi.
7 Drh. Ulum, Drh. Yoli, Kak Riki dan staf-staf klinik yang telah banyak
membantu terselesaikannya penelitian ini.
8 Teman-teman seperjuangan di Lab. Bagian Bedah dan Radiologi Iya,
Bibin, Dimut atas bantuan dan kebersamaannya.
9 Vet Angel’s (Inge, Ay2, Dhe, Chamut, Iya, Na) untuk bantuan dan
dorongan semangatnya sehingga penulis berusaha menyelesaikan sidang
dengan sebaik-baiknya.
10 Teman-teman Asteroidea’41 yang terus berjuang untuk wisudanya.
Penulis sadar dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan.
Walaupun demikian penulis mengharapkan semoga penelitian ini bermanfaat bagi
para pembaca.

Bogor, Agustus 2008

Klacipta Damelka
DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xi

PENDAHULUAN .................................................................................... 1
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4


Klasifikasi Kucing (Felis catus) .......................................................... 4
Karakteristik Kucing ............................................................................ 4
Anatomi Sistem Reproduksi Betina ..................................................... 6
a. Ovarium ...................................................................................... 6
b. Oviduct ....................................................................................... 7
c. Uterus ......................................................................................... 8
d. Cervix ........................................................................................ 9
e. Vagina ........................................................................................ 9
f. Organ Kelamin Luar ................................................................... 10
Ultrasonografi ...................................................................................... 10
A. Pengertian Dasar Ultrasonografi ............................................... 10
B. Interaksi Ultrasound dengan Jaringan ....................................... 12
C. Karakteristik Transducer ........................................................... 13
D. Interpretasi Gambar ................................................................... 14
Brightness Mode (B-Mode) .................................................................. 14
Normal Ultrasonografi Organ Genital pada Hewan Kecil ................... 15
Teknik Pengambilan Gambar ............................................................... 16
a. Posisi Hewan dalam Pengambilan Gambar ................................ 16
b. Daerah Orientasi ......................................................................... 17
c. Arah Probe ................................................................................. 17
Kebuntingan ......................................................................................... 17
a. Periode Kebuntingan .................................................................. 18
b. Penentuan Umur Kebuntingan ................................................... 18
c. Diagnosis Kebuntingan .............................................................. 19
d. Perkiraan Jumlah Fetus .............................................................. 19

BAHAN DAN METODE ......................................................................... 20


Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 20
Bahan dan Alat Penelitian .................................................................... 20
Metode Penelitian ................................................................................. 22

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 24


KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 39
Kesimpulan ........................................................................................... 39
Saran ..................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 41


DAFTAR TABEL
Halaman

1 Perkembangan ukuran kantung kebuntingan


fetus kucing (Felis catus) dengan pencitraan B-Mode USG pada
hari ke-17 sampai ke-37 masa kebuntingan ................................... 25

2 Perkembangan diameter kepala fetus kucing (Felis catus)


dengan pencitraan B-Mode USG pada
hari ke-25 sampai ke-63 masa kebuntingan ................................... 27

3 Identifikasi dan perkembangan organ-organ fetus kucing


melalui pemeriksaan USG pada
hari ke-0 sampai ke-20 masa kebuntingan ...................................... 29

4 Identifikasi dan perkembangan organ-organ fetus kucing


melalui pemeriksaan USG pada
hari ke-21 sampai ke-41 masa kebuntingan .................................... 33

5 Identifikasi dan perkembangan organ-organ fetus kucing


melalui pemeriksaan USG pada
hari ke-42 sampai ke-63 masa kebuntingan .................................... 36
DAFTAR GAMBAR
Halaman

1 Sistem reproduksi kucing betina dilihat dari arah ventral ............. 6

2 Area penerimaan frekuensi pada sonogram ................................... 13

3 Sonogram dari organ abdomen bagian hipogastrikus normal ....... 16

4 Macam-macam alat USG: Kaixin KX 5100V, Aloka SSD-550,


Aloka Pro Sound SSD 4000 .......................................................... 21

5 Jenis-jenis probe: linear array scanner dan sector scanner


berbentuk kurva .............................................................................. 21

6 Preparasi hewan .............................................................................. 22

7 Pengambilan gambar dengan arah probe


longitudinal dan transversal pada
posisi hewan dorsal dan lateral recumbency ................................. 23

8 Hubungan antara rata-rata panjang kantung kebuntingan dengan


hari kebuntingan serta standar deviasi pada
umur ke-17 sampai ke-37 masa kebuntingan dengan
menggunakan analisis regresi linear ............................................... 26

9 Hubungan antara rata-rata lebar kantung kebuntingan dengan


hari kebuntingan serta standar deviasi pada
umur ke-17 sampai ke-37 masa kebuntingan dengan
menggunakan analisis regresi linear ............................................... 26

10 Hubungan antara rata-rata diameter kepala dengan


hari kebuntingan serta standar deviasi pada
umur ke-25 sampai ke-63 masa kebuntingan dengan
menggunakan analisis regresi linear ............................................... 28

11 Sonogram dari kantung kebuntingan pada hari ke-7, 14, 17,


dan 20 masa kebuntingan ................................................................ 30

12 Sonogram dari organ fetus pada hari ke-27, 33, 35,


dan 37 masa kebuntingan ................................................................ 35

13 Sonogram dari organ fetus pada hari ke-45, 50, 51,


dan 59 masa kebuntingan ................................................................ 38
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kucing (Felis catus) merupakan hewan yang sangat digemari oleh manusia
karena memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan baik, mempunyai daya
reproduksi yang tinggi dan perawatannya mudah. Dalam kehidupan sehari-hari
kucing dikenal sebagai hewan peliharaan yang jinak dan selalu dekat dengan
manusia sehingga pemilik memberikan perhatian yang lebih kepada kesehatan dan
kesejahteraan hewan. Daya bereproduksi kucing yang tinggi disebabkan karena
kucing merupakan hewan polyestrus (Zambelli dan Prati 2006). Periode estrus
dapat bertahan sekitar 4-6 hari bahkan lebih lama bila ada perkawinan, diikuti
oleh refleks ovulasi yang dikeluarkan kucing pada hari ketiga. Ovulasi pada
kucing betina diinduksi oleh koitus dan beberapa perkawinan mungkin diperlukan
sebelum ovulasi terjadi. Estrus sering berakhir secara mendadak 24 jam setelah
koitus, sehingga tidak memungkinkan terjadinya perkawinan lebih lanjut (Jackson
2004).
Periode kebuntingan kucing antara 58-70 hari dan rata-rata 63 hari (Plumb
2005). Beberapa metode untuk mendeteksi kebuntingan dapat dilakukan dengan
palpasi abdominal, tes ELISA, radiografi abdominal dan scanning ultrasonografi
abdomen. Metode diagnosa dengan palpasi abdominal paling baik dilakukan pada
umur 3-4 minggu kebuntingan ketika kantung kebuntingan dari fetus terpalpasi
dalam kornua uteri. Pada tahap ini kantung kebuntingan berdiameter 1-2 cm
(Jackson 2004). Menurut Broaddus dan Albert (2005) kelebihan dari palpasi
abdominal yaitu metode yang cepat dilakukan, akurat, dan relatif lebih murah
walaupun harus memerlukan latihan dan pengalaman. Kekurangan dari metode ini
yaitu palpasi sulit dilakukan bila induk gelisah, tegang dan memiliki kelebihan
berat badan (obesitas). Palpasi kurang memuaskan setelah kebuntingan 4 minggu
karena kantung kebuntingan membesar secara cepat dan menjadi kurang tegang
setelah tahap kebuntingan ini. Pada akhir kebuntingan (umur 6 minggu ke atas)
masing-masing fetus dapat dipalpasi dan gerakan fetus terdeteksi. Fetus sangat
mudah untuk dikelirukan dengan uterus kosong yang berkontraksi keras (Jackson
2004). Diagnosa dengan tes ELISA menggunakan hormon relaksin yang
dihasilkan oleh setiap fetus sehingga dapat diperkirakan jumlah fetus yang ada.
Hormon relaksin ditemukan dalam darah hewan bunting pada hari ke-25 dari
kebuntingan (Jackson 2004). Radiografi abdominal hanya dapat dilakukan setelah
35 hari kebuntingan ketika pembentukan organ fetus sudah lengkap. Stuktur
tulang fetus menggunakan x-Ray terlihat sekitar umur 40 hari kebuntingan.
Pencitraan ultrasonografi real-time B-Mode memberikan metode deteksi
kebuntingan yang sangat akurat. Pada kebuntingan 5 minggu fetus-fetus dapat
segera terdeteksi, jantung fetus dapat dilihat, dan denyut jantung dapat dihitung
(Jackson 2004). Pencitraan USG pada sistem reproduksi selama kebuntingan
memberikan informasi tentang tahapan perkembangan embrio dan fetus.
Keuntungan lain dari USG yaitu dapat mendeteksi kebuntingan dini. Metode
menggunakan USG lebih akurat untuk mendeteksi kebuntingan dibandingkan
metode palpasi abdominal atau x-Ray walaupun tidak terlalu akurat dalam
memperkirakan jumlah fetus (Zambelli dan Prati 2006). Ultrasonografi aman
digunakan karena tidak membahayakan dokter maupun pasien. Deteksi
kebuntingan menggunakan USG dapat memperkirakan umur kebuntingan, jumlah
fetus yang berkembang dan dapat melihat perkembangan organ-organ fetus.
Perkiraan umur kebuntingan dapat dilakukan dengan mengukur diameter kantung
kebuntingan, diameter kepala, dan perkembangan organ-organ fetus yang
terbentuk.
Di Indonesia, penggunaan USG pada hewan untuk pemeriksaan kebuntingan
tidak terlalu banyak karena alat USG yang khusus untuk hewan memiliki harga
yang lebih mahal dibandingkan alat USG khusus manusia. Beberapa praktisi
menggunakan alat USG untuk manusia sehingga bila digunakan untuk
memperkirakan umur kebuntingan hewan tidak bisa dikalkulasi secara otomatis
oleh mesin. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian terhadap ukuran kantung
kebuntingan dan diameter kepala fetus sehingga didapatkan persamaan linear
yang dapat diaplikasikan untuk penghitungan umur kebuntingan menggunakan
alat USG yang tidak khusus untuk hewan. Penelitian ini juga mengamati
perkembangan organ-organ fetus sebagai parameter dalam menentukan umur
kebuntingan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan umur kebuntingan kucing
yang dideteksi melalui ukuran kantung kebuntingan dan kepala fetus serta melihat
dan mempelajari perkembangan organ dalam fetus dengan menggunakan tampilan
B-Mode USG.
TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Kucing (Felis catus)


Kucing (Felis catus) adalah sejenis karnivora kecil yang telah dijinakkan
selama ribuan tahun, termasuk dalam keluarga Felidae dan dekat dengan manusia
karena memiliki daya adaptasi yang cukup baik dan kemampuan untuk berburu
binatang kecil pengganggu. Keluarga Felidae terdiri dari 3 subkeluarga yaitu
Nimravinae dan Acinonychinae yang sudah punah serta Felinae yang
dikelompokkan menjadi kucing besar (genus Panthera) dan kucing kecil (genus
Felis) (Royal Canin 2004). Taksonomi kucing menurut Linnaeus (1758) yaitu
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Superphylum : Deuterostomia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Infraphylum : Gnathostomata
Superclass : Tetrapoda
Class : Mamalia
Ordo : Carnivora
Subordo : Feliformia
Family : Felidae
Subfamily : Felinae
Genus : Felis
Species : Felis catus

Karakteristik Kucing (Felis catus)


Keturunan kucing yang sering disebut sebagai kucing ras atau galur murni
seperti Siam, Turkish Angora, Manx, Chartreux yang benar-benar mengalami
pencatatan antara 30 dan 40 keturunan (Anonim 2007).
Kucing dibedakan menjadi kucing berambut pendek (domestic shorthair
cats) dan kucing berambut panjang (domestic longhair cats). Kucing berambut
pendek lebih aktif dan memiliki masa pubertas lebih awal dibandingkan kucing
berambut panjang (Nash 2007). Pubertas kucing umumnya terjadi pada umur 4-12
bulan (Plumb 2005). Kucing berambut pendek (Siam, Birman, Abyssinian),
dewasa kelamin lebih cepat yaitu 4-6 bulan sedangkan kucing berambut panjang
(Persia) dewasa kelamin terjadi pada umur 1 tahun (Royal Canin 2004).
Kucing jantan biasanya memiliki berat badan sekitar 4,1-6,4 kg sedangkan
kucing betina sekitar 2,2-4,5 kg. Kucing memiliki berbagai macam warna seperti
warna hitam atau putih dan banyak corak tambahan dari warna kuning, coklat,
abu-abu, dan merah (Anonim 2007).
Indra penciuman kucing tajam dan memiliki alat khusus disebut organ
vomeronasal yang digunakan untuk mendeteksi bau. Bau adalah cara
berkomunikasi yang penting dan digunakan untuk menyebarkan informasi
mengenai identitas, status sosial, dan status reproduksi dari kucing. Kucing sangat
sensitif pada bunyi berfrekuensi tinggi yaitu 60 kilo Hertz (kHz) yang membuat
kucing dapat mendeteksi suara ultrasonik rodensia. Kucing juga mampu
mendeteksi bunyi 200 sampai 400 Hertz (Hz) hanya untuk periode waktu yang
pendek. Kucing memiliki penglihatan stereoskopis yang baik, mampu melihat dan
mendeteksi gerakan dalam gelap karena memiliki struktur tapetum cellulosum
yang memantulkan cahaya kembali ke dalam retina. Rentang penglihatan kucing
dari 25 cm sampai 2 m (Meadows dan Flint 2006). Pada siang hari, mata kucing
terlindung oleh suatu diafragma iris (selaput pelangi) yang membantu untuk
meniadakan cahaya siang hari dengan menjadikan pupil lebih kecil, sampai hanya
merupakan celah vertikal saja (Redaksi Ensiklopedia Indonesia 2003).
Kucing yang pertama kali mengalami masa subur akan menunjukkan
perubahan khas dalam tingkah laku yaitu menjadi jinak secara berlebihan,
mengguling-gulingkan badan dilantai dan mengeong panjang. Kucing termasuk
kelompok ovulator yang dirangsang, artinya proses kawin akan merangsang
ovulasi yaitu pelepasan telur dari indung telur. Kucing betina sering kawin dengan
beberapa kucing jantan sehingga anak yang dilahirkan memiliki warna yang
berbeda-beda. Sekitar 12 jam sebelum melahirkan, kucing tampak tidak tenang,
gelisah, nafsu makan berkurang, lebih banyak mengeong dan meminta untuk
ditemani manusia (Meadows dan Flint 2006).
Anatomi Sistem Reproduksi Betina
Sistem reproduksi betina lebih kompleks dari jantan karena memiliki lebih
banyak fungsi yang harus dilakukan dalam kegiatan reproduksi (Colville dan
Bassert 2002). Organ reproduksi betina terdiri dari 2 ovarium dan saluran
reproduksi betina yang terbentuk dari 2 tuba uterina (oviduct/tuba fallopi), uterus,
vagina, dan organ kelamin bagian luar (Reece 2006). Saluran reproduksi posterior
terdiri dari vagina, vestibulum, dan vulva sebagai organ kopulatoris dan jalan
kelahiran (Kahn et al. 2005).

Gambar 1. Sistem reproduksi kucing betina dilihat dari arah ventral.


1. Aorta ; 2. Vena cava kaudal; 3. Ginjal kanan; 4. Ureter; 5. Ovarium;
6. Mesovarium; 7. Cornua uterus; 8. Corpus uterus; 9. Rektum;
10. Vesika urinaria (dari Dyce et al: Textbook of Vaterinary Anatomy,
2002)

a. Ovarium
Ovarium terletak pada bagian dorsal dari ruang abdomen di dekat ginjal kiri
dan kanan, memiliki 2 fungsi utama yaitu menghasilkan sel reproduksi (ovum)
untuk perkembangan oocyte setelah aktivitas dari siklus ovarium dan
memproduksi hormon yang terdiri dari estrogen dan progesteron (Colville dan
Bassert 2002). Mesovarium adalah ligamentum lata yang menggantung setiap
ovarium yang terdiri dari medula dan korteks. Lapisan paling luar korteks ovari
disebut surface epithelium, tersusun dari selapis sel kuboid yang disebut germinal
epithelium. Germinal epithelium yaitu penebalan lapisan epitel peritoneum yang
membungkus gonad sejak awal perkembangannya. Korteks atau zona
parenkimatosa dibungkus oleh tunica albuginea yang secara langsung berada di
bawah peritoneum dan berfungsi sebagai tempat perkembangan dan regresi
berbagai tahapan folikel (Dyce et al. 2002).
Folikel yang terdapat didalam korteks ovari diklasifikasikan menjadi folikel
primordial, folikel primer, folikel sekunder dan folikel de Graaf. Medula ovari
atau zona vaskulosa terletak ditengah dan berisi jaringan ikat longgar, pembuluh
darah, pembuluh limfe, dan syaraf (Reece 2006).
Ovarium kucing berbentuk oval dan memiliki panjang 8-9 mm. Folikel yang
matang berdiameter 2-3 mm. Berbeda dengan anjing, mesosalpinx kucing tidak
mengandung jaringan lemak (adiposa) dan hanya melapisi lateral permukaan
ovarium. Hilus mengandung rete ovarii (McEnte 1990).

b. Oviduct
Oviduct juga dikenal sebagai tuba fallopi dan tuba uterin yaitu saluran kecil,
berliku-liku yang merupakan perpanjangan dari ujung cornua uteri. Fungsi
oviduct adalah menerima dan menyalurkan ovum dari ovarium ke cornua uteri
dan sebagai tempat fertilisasi antara ovum dan sperma. Oviduct terbagi menjadi
tiga bagian yaitu infundibulum, ampula, dan isthmus. Infundibulum terletak dekat
ovarium di ujung dari setiap oviduct. Otot yang membentuk struktur berupa
corong seperti jari di tepi infundibulum dan tidak bertaut atau menempel pada
ovarium disebut fimbrae. Fimbrae berfungsi menangkap ovum hasil ovulasi.
Lumen oviduct terdiri dari sel sekretori dan silia. Sel-sel tersebut merupakan otot
licin sirkular dan longitudinal yang berfungsi menyediakan lingkungan sesuai
untuk transportasi ovum dan sperma agar terjadi fertilisasi (Colville dan Bassert
2002; Reece 2006). Mesosalphinx adalah alat penggantung berupa ligamentum
lata yang merupakan lanjutan dari mesovarium ditutupi oleh lapisan serosa (Reece
2006).
Ampula adalah saluran yang terletak di bagian proksimal setelah
infundibulum, berfungsi sebagai tempat terjadinya fertilisasi antara ovum dan
sperma. Isthmus merupakan saluran yang lebih berliku-liku, sempit dan bergabung
dengan apeks cornua uteri disebut utero-tubal junction atau salpingouterine
junction (Dyce et al. 2002). Rata-rata panjang oviduct sekitar 5-8 cm. Kranial dari
masing-masing oviduct merupakan bagian lateral bursa ovarium dan ke kaudal
adalah bagian medial mesosalphinx (Getty 1975). Dinding oviduct terdiri dari
lapis mukosa, muskularis, dan serosa. Lapis mukosa mengandung lamina
epithelial dan lamina propria yang tidak berkelenjar. Lapis muskularis terdiri dari
lapis sirkuler pada bagian dalam dan lapis longitudinal di bagian luar (McEnte
1990).

c. Uterus
Uterus atau rahim adalah organ muskuler, memiliki rongga dan berbentuk
seperti huruf Y berfungsi menyediakan tempat untuk melakukan implantasi dan
perkembangan fetus jika terjadi fertilisasi, melindungi dan memberi makan fetus
sampai fetus dilahirkan serta membantu mendorong kelahiran melewati jalan
kelahiran keluar tubuh. Uterus terdiri dari corpus, cervix, dan dua cornua
(Colville dan Bassert 2002; Dyce et al. 2002; Reece 2006). Bagian kaudal dari
corpus uteri bergabung dengan cervix dan bagian kranial bercabang menjadi dua
disebut cornua uteri. Mesometrium adalah lapisan serosa yang dilanjutkan dengan
ligamentum lata berfungsi menggantung semua organ uterus pada bagian dorsal
abdomen (Colville dan Bassert 2002).
Dinding tebal uterus dibentuk oleh tiga lapisan yaitu perimetrium,
myometrium, dan endometrium. Perimetrium merupakan lapisan serosa yang
terletak paling luar dari uterus dan ditutupi oleh lapisan visceral peritoneum.
Lapisan muskuler tebal yang terdiri dari sel-sel otot licin longitudinal dan sirkular
yang dipisahkan oleh stratum vascular jaringan ikat disebut dengan myometrium
(Colville dan Bassert 2002; Dyce et al. 2002). Myometrium mengalami hipertrofi
selama kebuntingan dengan meningkatkan jumlah dan ukuran sel. Fungsi
myometrium yaitu membantu mendorong fetus saat terjadi proses kelahiran
(Reece 2006). Endometrium adalah lapisan mukosa, tersusun atas columnar
epithelium dan tubular glands yang mensekresikan mukus. Endometrium
memiliki ketebalan dan vaskularisasi yang bervariasi sesuai dengan perubahan
hormonal ovarium dan kebuntingan. Sekresi kelenjar endometrium berfungsi
menyediakan nutrisi untuk embrio sebelum plasentasi (perkembangan membran
plasenta), setelah terjadi plasentasi nutrisi disediakan oleh darah yang berasal dari
induk (Reece 2006).

d. Cervix
Bagian uterus yang sering disebut leher uterus yang memiliki dinding tebal,
terletak di kaudal, dan merupakan otot spincter licin yang mengatur keluar masuk
organisme dari dan ke dalam vagina atau uterus disebut cervix. Cervix umumnya
terletak di dalam rongga pelvis di antara rektum dan kantung kemih/vesica
urinaria. Sedangkan corpus dan cornua uteri terletak diantara massa intestine di
daerah abdomen (Dyce et al. 2002). Cervix uteri lebih tebal dibandingkan dengan
vagina. Ventral cervix berbentuk silinder hilang karena tekanan dari dinding
vagina (Getty 1975). Cervix memiliki otot spincter licin yang sangat kuat dan
menutup erat kecuali saat estrus dan melahirkan. Mukus yang terlihat saat estrus
merupakan sekresi sel goblet cervical. Sel goblet mensekresi mukus selama
kebuntingan dan mencegah terjadinya infeksi bakteri yang masuk melalui vagina
(Reece 2006).

e. Vagina
Vagina adalah bagian dari saluran kelamin betina yang terletak di dalam
pelvis antara uterus (kranial) dan vulva (kaudal), berfungsi sebagai alat kopulatoris
dan saluran kelahiran saat partus. Selaput lendir vagina terdiri dari sel-sel epitel
squamos berlapis dan memiliki sedikit kelenjar. Legokan yang dibentuk oleh
penonjolan bagian kranial cervix ke dalam vagina disebut fornix. Pada beberapa
binatang, fornix hanya tampak secara dorsal dan pada hewan lain tampak lengkap
melingkari cervix (Reece 2006). Lapisan muskularis vagina tebal dan terdiri dari
serabut sirkular (Getty 1975).
Vagina terdiri dari dua bagian yaitu portio vaginalis cervicis (kranial) dan
vestibulum vaginae (kaudal). Portio vaginalis cervicis merupakan bagian cervix
uteri yang menonjol ke dalam vagina dan dibatasi oleh epitel squamosa berlapis.
Sedangkan vestibulum vaginae adalah perpanjangan dari orificium urethralis ke
vulva bagian luar merupakan kombinasi fungsi reproduksi dan urinarius (Dyce et
al. 2002). Dinding vagina terdiri dari tunika mukosa-submukosa, tunika
muskularis, dan tunika adventisia atau serosa. Epitel squamosa berlapis
mengalami perubahan selama terjadi siklus estrus. Tunika muskularis terdiri dari
selapis sirkuler tebal dan selapis tipis longitudinal luar otot polos. Tunika
adventisia terdiri dari jaringan ikat longgar, pembuluh darah, syaraf, dan ganglia.
Vagina dan vestibulum memiliki panjang 4 cm (McEnte 1990).

f. Organ Kelamin Luar


Organ kelamin luar terdiri dari vulva/feminine pudendum, labia, dan clitoris.
Vulva merupakan bagian kaudal alat kelamin betina yang mengalami perluasan
dari vagina hingga keluar. Vestibulum vagina merupakan bagian dari vulva yaitu
organ kelamin luar antara vagina dan labia /bibir vulva (Reece 2006). Vulva
memiliki tepi tebal yang merupakan ujung dari ventral commissura. Ada dua otot
sirkuler yang dihubungkan dengan vestibulum dan vulva. Constrictor vestibule
muscle terdapat di kranial, kuat dan tidak lengkap pada permukaan dorsal
vestibulum tetapi bersatu di batas kaudal spincter ani externus. Serabut
diagonalnya mengelilingi urethra, vestibulum, dan kaudal vagina. Weak
constrictor vulvae terdapat di kaudal vestibulum berlanjut ke dorsal dengan
spincter ani externus sama-sama mengelilingi vulva dan vestibulum (Getty 1975).
Vestibulum lebih pendek dan memiliki dinding yang kurang elastis daripada
vagina (Dyce et al. 2002). Vestibulum berkembang dari sinus urogenital
embryonic dan mirip dengan urethra jantan. Urethra merupakan saluran yang
membawa keluar urin dari vesika urinaria terletak didasar vestibulum. Pada
kucing, kelenjar vestibular major kecil dan terletak dilateral dinding vestibulum.
Sedangkan kelenjar vestibular minor lebih sering terlihat dan salurannya terbuka
(Getty 1975). Kedua kelenjar tersebut menghasilkan sekresi mukosa untuk
lubrikasi saat koitus dan parturasi. Dinding vestibular memiliki vaskularisasi yang
baik dengan konsentrasi vena dari potongan lateral jaringan erectile yang disebut
bulbus vestibular. Vulva dilindungi oleh labia yang bertemu di dorsal dan ventral
commisura yang dinamakan labia mayor dan minor (Dyce et al. 2002).
Clitoris homolog dengan penis pada jantan karena memiliki struktur dasar
yang sama dan hanya terletak di dalam commisura ventralis. Clitoris memiliki
jaringan erektil dan kelenjar yang disuplai oleh akhir syaraf sensoris (Colville dan
Bassert 2002).

Ultrasonografi
A. Pengertian Dasar Ultrasonografi
Ultrasound ialah gelombang suara yang memiliki frekuensi lebih besar
daripada suara yang didengar manusia (20 Hz-20 kHz) yaitu antara 2-10 MHz dan
panjang gelombang yang pendek kurang dari 1 mm. Diagnostik ultrasound adalah
suatu teknik mendiagnosa gambaran organ yang dihasilkan oleh interaksi antara
gelombang suara berfrekuensi tinggi dengan organ (Barr 1990).
Alat bantu yang digunakan untuk mentransmisikan gelombang suara
tersebut disebut probe atau transducer. Teknik USG tergantung dari kapasitas
piezoelektrik yaitu kristal yang terdapat dalam transducer (scan head) yang dapat
mengubah aliran listrik bertegangan tinggi menjadi gelombang suara berfrekuensi
tinggi. Besarnya perubahan bentuk dari listrik sebanding dengan besarnya voltase
dan menghasilkan kekuatan dari ultrasound. Intensitas dari ultrasound (dalam
watt per unit area) berhubungan dengan area tempat daya berada dan begitu
kegunaan persilangan area penampang sinar menjadi maksimal pada penentuan
panjang focal zone (Goddard 1995). Efisiensi konversi transducer yaitu
mengubah energi listrik menjadi energi suara/accoustic power (England dan Allen
1990). Frekuensi getaran gelombang ultrasound dihubungkan ke kristal meskipun
akan terpengaruh dengan listrik. Frekuensi gema kristal tergantung dari
ketebalannya. Frekuensi yang dikeluarkan dan panjang gelombang berbanding
terbalik, misal pada frekuensi 2 MHz akan memiliki panjang gelombang sekitar
0,8 mm (Goddard 1995).
Ultrasound ditransmisikan ke pasien dari transducer dan disebarkan melalui
jaringan-jaringan. Kecepatan penyebaran gelombang ke jaringan tergantung pada
karakteristik jaringan. Refleksi yang dihasilkan akan kembali ke transducer,
kemudian dibentuk satu signal listrik dan ditampilkan berupa kumpulan titik-titik
pada layar yang disebut sonogram dalam dua dimensi (England dan Allen 1990).
Diagnostik ultrasound menggunakan prinsip pulse-echo yang dapat
menghasilkan gambar pada tayangan scanner yang berhubungan dengan
“accoustic impedance” atau resistensi jaringan yang dijumpai oleh gelombang
ultrasound. Ultrasound tidak dapat berpindah melalui udara (accoustic barrier).
Medium terbaik untuk penghantaran ultrasound adalah cairan dan dihantarkan
melalui kompresi atau penghalusan gelombang-gelombang (Goddard 1995).

B. Interaksi Ultrasound dengan Jaringan


Menurut Goddard (1995) kontak yang terjadi antara transducer dan
permukaan tubuh mengakibatkan gelombang suara segera dilepaskan menuju
jaringan. Kekuatan refleksi gelombang tergantung dari beberapa faktor, tetapi
yang utama ialah perbedaan accoustic impedance pada jaringan. Dengan kata lain,
setiap jaringan memiliki derajat resistensi yang berbeda untuk dapat dilalui
gelombang suara atau accoustic impedance. Gelombang suara yang bertemu
dengan suatu interface (jarak) antar 2 buah jaringan dengan accoustic impedance
yang berbeda, sebagian dari gelombang tersebut direfleksikan dan sebagian akan
diteruskan.
Kecepatan rata-rata dari gelombang suara melewati jaringan lunak 1540 m/s;
melewati tulang 4000 m/s dan melewati udara 300 m/s (Barr 1990). Karakter dari
refleksi signal tergantung atas rasio ukuran reflector dan panjang gelombang.
Pada interface (jarak) jaringan, gradient densitas mungkin terlihat oleh beberapa
area echo yang dihasilkan. Kecepatan ultrasound pada beragam jaringan memiliki
densitas 1500-1600 m/s (Goddard 1995).
Sentuhan yang baik antara transducer dan pasien sangat penting untuk
mentransmisikan gelombang suara. Hal ini diperoleh melalui pencukuran rambut
pada area yang akan digunakan, pembersihan kulit dan penggunaan gel (England
dan Allen 1990).
C. Karakteristik Transducer
Kristal pada transducer menghasilkan gelombang suara yang memiliki
frekuensi. Semakin tinggi frekuensi ultrasound yang dihasilkan oleh transducer,
resolusi gambar yang didapat akan semakin tinggi tetapi atenuasi (kehilangan
intensitasnya) semakin besar sehingga daya penetrasi rendah. Gelombang suara
dari transducer diubah menjadi gelombang listrik dan membentuk kumpulan titik-
titik pada sonogram, memiliki tiga zona antara lain Fresnel zone, focal zone, dan
Fraunhofer zone. Fresnel zone merupakan bagian yang paling dekat dengan
jaringan, terjadi pola-pola difraksi komplek, gambaran area yang memiliki
frekuensi gelombang suara yang paling besar sehingga terlihat kurang fokus.
Focal zone merupakan gambaran area sonogram dimana gelombang suara paling
fokus pada jaringan sehingga resolusi gambar yang dihasilkan juga paling bagus.
Fraunhofer zone ialah gambaran area yang memperoleh sedikit frekuensi
gelombang suara sehingga resolusi gambar yang dihasilkan semakin berkurang
(Barr 1990).

Gambar 2. Area penerimaan frekuensi pada sonogram (dari Barr: Diagnostic


Ultrasound in the Dog and Cat, 1990)
D. Interpretasi Gambar
Menurut Barr (1990) dan Widmer et al (2004) ada tiga jenis echo yang dapat
dilihat pada sonogram, yaitu:
1. Hyperechoic / Echogenic : echo yang dihasilkan terang/cerah, memperlihat-
kan warna putih pada hasil scan (sonogram), menunjukkan echo yang lebih
tinggi dibandingkan sekelilingnya (highly-reflective interface), seperti tulang,
udara, kolagen dan lemak.
2. Hypoechoic / Echopoor : echo yang dihasilkan sedikit atau lebih rendah
daripada sekelilingnya (intermediate reflection/transmission), memperlihatkan
warna abu-abu hitam pada hasil scan, seperti pada jaringan lunak.
3. Anechoic / Echolucent : tidak ada echo yang dihasilkan, memperlihatkan
warna hitam pada hasil scan dan menunjukkan complete transmission dari
suara, seperti cairan pada kantung kemih.
Tulang dan udara menghasilkan gambar yang bersifat hyperechoic karena
menghambat laju gelombang suara. Pada interface antara jaringan lunak-udara,
sekitar 99% gelombang suara akan direfleksikan, sedangkan antara jaringan
lunak-tulang, sekitar 30% gelombang suara direfleksikan dan sisanya diserap oleh
tulang (Barr 1990).

Brightness Mode (B-Mode)


B-Mode menggunakan gelombang ultrasound multiple dan pantulan (echo)
yang kembali dari setiap gelombang dianalisa. Kemudian hasil analisa echo yang
kembali direpresentasikan sebagai titik-titik/dot pada layar monitor, posisi pada
layar monitor merepresentasikan posisi dari struktur bagian dalam tubuh yang
direfleksikan. Derajat kekuatan echo ditunjukkan oleh brightness dot pada layar
monitor. Real-time scanning, paparan gelombang suara dipancarkan secara
berurutan baik oleh sekelompok kristal piezoelektrik maupun sebuah kristal
piezoelektrik yang bergerak. Gambaran potongan melintang didapat dan
ditampilkan dengan sangat cepat dan diperbaharui secara terus menerus sehingga
memungkinkan pergerakan struktur organ terlihat. Real time B-mode merupakan
model ultrasound yang umum digunakan pada kedokteran manusia maupun
kedokteran hewan (Barr 1990).
Normal Ultrasonografi Organ Genital pada Hewan Kecil
Ultrasonografi (USG) pertama kali digunakan untuk mendiagnosa
kebuntingan, tetapi saat ini sudah sering digunakan untuk mendiagnosa sejumlah
besar penyakit abdominal (Lamb dalam Goddard 1995).
Ovarium yang normal sulit diidentifikasi pada anjing dan kucing
menggunakan ultrasonografi. Hewan yang diperiksa dalam posisi berdiri, ovarium
cenderung turun secara ventral bergantung dengan mesovarium. Hal ini membantu
mengidentifikasi ginjal pertama dan kemudian bergerak secara ventral dan kaudal
untuk mencari ovarium (Barr 1990).
Menurut England dan Allen (1990) pemeriksaan uterus menggunakan USG
lebih mudah dalam posisi dorsal atau lateral recumbency. Uterus nongravid
normal pada anjing dan kucing biasanya tidak tampak bila dideteksi menggunakan
ultrasonografi. Pada anjing, ovum yang hypoechoic menggambarkan cervix
terkadang dapat diidentifikasi berada antar dinding dorsal dari vesika urinaria dan
colon descendens. Tanduk uterus yang terletak di kranial vesika urinaria tidak
dapat diidentifikasi dengan mudah karena tidak dapat dibedakan dengan putaran
usus besar (Barr 1990).
Corpus uterus terletak di dorsal vesika urinaria dan di ventral dari kolon.
Cornua uterus sulit dilihat bila tidak terjadi pembesaran dan lumen uterus
biasanya tidak dapat dibedakan bila diperiksa dengan USG (Luther 2008).
Pada kucing dan anjing yang berukuran kecil, disarankan menggunakan
transducer berfrekuensi 7,5 MHz untuk memeriksa struktur superfisial.
Transducer yang berfrekuensi 3,5-5 MHz diperlukan untuk memeriksa rongga
thorax dan abdominal anjing berukuran medium dan besar (Barr 1990).
Pada sonogram di bawah ini, area hyperechoic (stuktur putih) pada bagian
ventral merupakan gambaran colon. Area anechoic (struktur hitam) pada bagian
dorsal merupakan gambaran dari vesika urinaria. Uterus normal biasanya terletak
di sebelah dorsal vesika urinaria dan disebelah ventral colon atau terletak diantara
kedua organ tersebut. Ukuran diameter uterus kucing yang kecil dan diapit oleh
dua organ menyebabkan uterus normal tidak terlihat dengan menggunakan USG
(Barr 1990).
Gambar 3. Sonogram dari organ abdomen bagian hipogastrikus normal yang tidak
memperlihatkan adanya uterus. Tanda panah putih menunjukkan
bentukan vesika urinaria dan tanda panah hitam menunjukkan
bentukan colon. Bar (garis putih) = 1 cm.

Teknik Pengambilan Gambar


a. Posisi Hewan dalam Pengambilan Gambar
Menurut Barr (1990) pemeriksaan uterus menggunakan USG lebih mudah
dilakukan dalam posisi dorsal atau lateral recumbency, tetapi dapat juga
dilakukan dalam posisi berdiri. Beberapa kucing melakukannya dengan
menaikkan kaki depannya dan dipegang sedangkan kaki belakang dijadikan
tumpuan di meja. Pada anjing dan kucing, vesika urinaria yang penuh dapat
berfungsi sebagai tanda sehingga transducer harus digerakkan ke arah kranial
sampai vesika urinaria teridentifikasi. Cervix, corpus uterus, dan bifurcation
biasanya terletak di sebelah dorsal vesika urinaria dan ventral dari colon.
Beberapa ultrasonografer memilih untuk memeriksa organ daerah abdomen
dengan USG dalam posisi dorsal recumbency.

b. Daerah Orientasi
Pemeriksaan menggunakan USG terlebih dahulu harus mengetahui anatomi
dari hewan yang akan diperiksa. Pemeriksaan uterus memiliki daerah orientasi
yang serupa dengan pemeriksaan vesika urinaria. Vesika urinaria berlokasi di
daerah ventral flank terhadap tuber coxae. Sedangkan uterus terletak di sebelah
dorsal vesika urinaria (Widmer et al 2004). Menurut Goddard (1995) uterus yang
dapat teridentifikasi terletak di dorsal atau dorso-lateral terhadap vesika urinaria
dan terlihat seperti pipa. Pada saat melakukan pemeriksaan, terlebih dahulu
dilakukan pencukuran rambut terhadap daerah orientasi yang telah ditentukan
untuk memberikan gambaran sonogram yang lebih jelas.
Dyce et al (2002) menyatakan bahwa corpus dan cornua uteri biasanya
hilang tertutup akibat massa intestine di dalam abdomen. Corpus uterus saat
prepubertas dan keadaan tidak bunting, memiliki diameter kurang dari 1 cm. Oleh
sebab itu, uterus jarang terlihat di dalam gambaran sonogram.

c. Arah probe
Menurut Widmer et al (2004) arah probe dalam pemeriksaan USG terhadap
ginjal maupun organ yang memiliki bentuk tiga dimensi terdapat tiga arah dalam
penggunaan probe yakni dorsal, sagital, dan transversal. Arah dorsal membagi dua
tubuh sama besar kanan dan kiri serta sejajar sumbu tubuh. Arah sagital membagi
organ menjadi dua bagian yang tidak sama besar dan 90o terhadap arah dorsal.
Arah transversal membagi organ menjadi dua bagian dengan cara berlawanan
sumbu tubuh atau posisi menyilang 90o terhadap sagital dan dorsal. Pada uterus,
arah probe yang digunakan yaitu arah sagital dan transversal karena uterus
berbentuk tubular atau pipa.

Kebuntingan
Kebuntingan adalah dimulai dari ovum yang mengalami fertilisasi hingga
melahirkan termasuk implantasi dan plasentasi (Barr 1990). Menurut Jackson
(2004), kebuntingan bukan merupakan suatu penyakit tetapi fungsi reproduksi
alami tubuh. Kebuntingan atau gestasi adalah ovum yang mengalami fertilisasi,
akhirnya berkembang menjadi fetus (Reece 2006). Umur kebuntingan dapat
diperkirakan dari struktur fetus seperti pengukuran kantung kebuntingan
(Gestational sacs diameter/GSD), diameter kepala fetus (Head diameter/HD), dan
diameter badan fetus (Body diameter/BD). Umumnya ultrasonografi merupakan
metode yang tidak akurat dalam menentukan jumlah anak (fetus) yang akan
dihasilkan (Luther 2008).
a. Periode Kebuntingan
Periode kebuntingan berkisar antara 63-65 hari tetapi rata-rata 63 hari atau 9
minggu (Dyce et al 2002). Umur kebuntingan yang lebih dari 63 atau 64 hari
harus berhati-hati dan dilaporkan kepada dokter hewan, pasien yang terlambat
melahirkan harus diperiksa setiap hari khususnya mendekati hari ke-70 karena
berkaitan dengan batas maksimum waktu yang aman dari kebuntingan normal
(Jackson 2004). Lama kebuntingan kurang dari 60 hari menunjukan terjadinya
penurunan daya hidup dari keturunannya. Adanya variasi lama kebuntingan dapat
disebabkan oleh jenis kucingnya, pada kucing Siam rata-rata 63 hari dan pada
kucing Persia adalah 65 hari. Selain itu lama kebuntingan juga dapat disebabkan
oleh variasi spesies dan secara umum lama kebuntingan ada hubungannya dengan
ukuran badan dari kucing. Umumnya anak yang dihasilkan dari setiap
kebuntingan adalah 4-6 ekor anak dan rata-rata 3 ekor anak per tahun (Plumb
2005). Banyaknya perkawinan tidak ada hubungannya dengan banyak keturunan
yang dihasilkan

b. Penentuan Umur Kebuntingan


Penampakan ultrasonografi dari suatu organ fetus dapat berguna untuk
memperkirakan umur kebuntingan, contohnya vesika urinaria fetus yang mulai
dapat terlihat pada hari ke-20 menjelang akhir kebuntingan. Pada kucing, panjang
dari tulang punggung (crown-rump) tidak dapat dijadikan sebagai dasar dalam
menentukan umur kebuntingan. Pengukuran diameter tubuh dan kepala fetus
memiliki keakuratan yang tinggi dalam memperkirakan umur kebuntingan dan
menentukan kelahiran. Kebuntingan pada kucing mulai dapat didiagnosa 11 hari
setelah kawin. Pemeriksaan negatif palsu dapat terjadi akibat mengabaikan fetus
karena adanya gas atau feses yang menimbulkan bayangan. Pemeriksaan positif
palsu terjadi karena melihat lengkung dari usus halus yang kosong tetapi bila
dilakukan pemeriksaan kembali usus halus bisa terlihat tubular, sedangkan
kantung kebuntingan tidak seperti itu (Goddard 1995).
c. Diagnosis Kebuntingan
Menurut Zambelli et al (2002a) kantung kebuntingan pertama kali terdeteksi
menggunakan USG pada hari ke-10 setelah kawin sedangkan menurut Goddard
(1995) kantung kebuntingan mulai dapat terlihat pada hari ke-17 setelah kawin,
akan berbentuk bulat, struktur anechoic, rata-rata memiliki diameter 2 mm.
Kantung kebuntingan berisi fetal pada cairan amniotik yang pertama kali terlihat
antara 24–28 umur kebuntingan. Sebelum ini terjadi tidak mungkin bisa
membedakan uterus dari cairan isi perut. Plasenta dapat diidentifikasi dari bentuk
cincin hypoechoic yang terdapat disekeliling kantung. Dengan adanya cairan
maka janin kelihatan sebagai echogenic, struktur yang berbentuk koma. Ukuran
dan perkembangan fetus pada tahap ini sangat mungkin berubah karena adanya
perbedaan waktu kawin dan konseptus (Goddard 1995). Pada hari ke-28 dalam
jaringan fetus dapat terdeteksi denyut jantung yang berdenyut antara 120-140
x/menit dan umumnya pergerakan fetus terlihat (Barr 1990).
Menurut Barr (1990) saat umur 38 - 45 hari kebuntingan, perkembangan
organ dapat diketahui menggunakan ultrasonografi, jantung lebih mudah dilihat
dan terdapat struktur anechoic dengan dinding yang echogenic sebagai pembagian
kamar dan katup jantung. Hari ke-45 dari kebuntingan, 90% fetus dapat
diidentifikasi lambung (struktur anechoic) yang berada di kaudal hati (Goddard
1995).

d. Perkiraan Jumlah Fetus


Penetapan jumlah fetus dilakukan pada awal kebuntingan, paling mudah
pada 28-35 hari kebuntingan ketika fetus masih kecil. Bila fetus sudah cukup
besar perhitungan bisa sangat membingungkan karena hanya penampang tubuh
fetus yang terlihat dan dapat juga terjadi penghitungan ganda pada fetus yang
sama atau ada fetus yang tidak terhitung (Barr 1990).
BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Laboratorium Bagian Bedah dan Radiologi
Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor, Kawai Cat Lovers di Komplek Laladon Permai dan di Rumah
Sakit Hewan Pendidikan IPB. Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2007
sampai dengan Juni 2008.

Bahan Penelitian
Hewan Percobaan
Hewan yang diamati pada penelitian kali ini adalah berjumlah sembilan
(n=9) ekor kucing betina yang telah dikawinkan, dicatat waktu kawinnya dan
didiagnosa mengalami kebuntingan.

Media USG (Gel Accoustic)


Gel ini digunakan sebagai media dalam perpindahan/penghantaran
gelombang ultrasound yang dikeluarkan oleh alat Ultrasonografi (USG). Gel ini
terbuat dari bahan polimer, air, approved food color, humectants, parfum dan
pengawet yang tidak memberikan efek negatif pada pasien.

Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan yaitu alat USG tampilan B-Mode (Kaixin KX
5100V, Aloka SSD-550, Aloka Pro Sound SSD-4000), transducer/probe dengan
frekuensi 3-5 MHz tipe sector scanner berbentuk kurva dan 5 MHz tipe linear-
array scanner, video printer, video recorder yang digunakan untuk
mendokumentasikan hasil gambar USG yang diam maupun bergerak, gunting,
tissue, sisir, clipper.
A B

C X Y

Gambar 4. Macam-macam alat USG: Gambar 5. Jenis-jenis probe: X. Linear


A. Kaixin KX 5100V array scanner, Y. Sector
B. Aloka SSD-550 scanner berbentuk kurva
C. Aloka Pro Sound SSD 4000
Metode Penelitian
Pengambilan Gambar
Kucing betina dikawinkan terlebih dahulu kemudian dicatat tanggal kawin
untuk menentukan umur kebuntingannya. Kucing yang sudah dikawinkan
diperiksa menggunakan USG. Sebelum dilakukan pemeriksaan, tentukan terlebih
dahulu daerah orientasi dan lakukan pencukuran rambut untuk memberikan
gambaran sonogram yang lebih jelas (Gambar 6). Pengambilan gambar dapat
dilakukan dengan posisi baik dorsal maupun lateral recumbency dan dilanjutkan
pemberian gel USG di daerah yang akan diletakkan probe (Gambar 7).
Interpretasi bentukan dan perubahan ukuran serta organ apa saja yang terdeteksi
dilakukan saat itu juga (real time). Ukuran diameter kantung kebuntingan dan
kepala fetus kucing dicari yang benar-benar maksimal kemudian lakukan
pengukuran yang secara otomatis angka akan muncul pada monitor USG.
Sonogram disimpan dalam bentuk gambar digital, bentuk video dengan handycam
dan hewan didokumentasikan melalui kamera digital.

A B

Gambar 6. Preparasi Hewan: A. Pencukuran Rambut, B. Pemberian Gel.


A B

C D

Gambar 7. Pengambilan gambar dengan arah dan posisi: A. Dorsal recumbency


dengan arah probe longitudinal, B. Dorsal recumbency dengan arah
probe transversal, C. Lateral recumbency dengan arah probe
longitudinal dan D. Lateral recumbency dengan arah probe transversal.

Interpretasi Sonogram
Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan ultrasonografi diamati
langsung berdasarkan parameter pergerakan yang terjadi, perubahan ukuran,
perubahan bentuk, dan perubahan echogenisitas yang terdapat pada sonogram.

Analisa Data
Hasil penelitian pengukuran panjang dan lebar kantung kebuntingan serta
diameter kepala fetus menggunakan nilai rata-rata dan ditampilkan dalam bentuk
tabel dan grafik yang disertai analisa persamaan regresi linear. Sedangkan
perkembangan organ-organ dalam fetus kucing ditampilkan dengan analisa
deskriptif untuk setiap perkembangan umur kebuntingan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanda kebuntingan yang pertama kali diamati adalah kantung kebuntingan


dengan struktur anechoic, berbentuk bulat pada hari ke-7 kebuntingan. Data
kantung kebuntingan yang didapat hanya pada satu ekor kucing karena posisi dan
peletakkan probe sangat mempengaruhi terlihat atau tidaknya kantung
kebuntingan sehingga harus tepat pada daerah yang akan diperiksa. Ukuran
diameter kantung kebuntingan yang sangat kecil dapat juga mempengaruhi
sulitnya deteksi kantung kebuntingan dan dalam beberapa kondisi sering
dikelirukan dengan loop dari usus. Data rata-rata panjang dan lebar kantung
kebuntingan pada hari ke-7 tidak dapat ditampilkan pada gambar grafik karena
hanya satu yang teridentifikasi. Pada hari ke-14, data rata-rata diameter kantung
kebuntingan hanya didapatkan pada dua kucing sehingga belum bisa mewakili
semua kucing. Pengukuran baru dapat dilakukan pada hari ke-17 kebuntingan
karena kebuntingan sudah teridentifikasi dengan jelas dan tidak dikelirukan lagi
dengan loop dari usus, ukuran kantung kebuntingan lebih besar dibandingkan loop
usus dan terlihat adanya massa yang berbentuk ”koma” di dalam kantung
kebuntingan tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan, hubungan antara panjang dan lebar kantung
kebuntingan dengan umur kebuntingan serta adanya nilai standar deviasi dapat
dilihat pada tabel 1. Pada umur kebuntingan awal yaitu hari ke-17 dengan rata-rata
panjang kantung kebuntingan dan standar deviasi sebesar 1.97 ± 0.579 cm
sedangkan pada hari ke-37 ukuran panjang kantung kebuntingan meningkat lebih
dari 2 kali lipat yaitu menjadi 4.52 ± 0.929 cm. Rata-rata lebar kantung
kebuntingan dan standar deviasi pada hari ke-17 sebesar 1.68 ± 0.385 cm. Ukuran
lebar kantung kebuntingan juga meningkat lebih dari 2 kali lipat pada hari ke-37
yaitu sebesar 3.84 ± 0.146 cm. Pada hari ke-37 kebuntingan terlihat standar
deviasi yang cukup besar yaitu 4.52 ± 0.929 cm untuk rata-rata panjang kantung
kebuntingan dan 3.05 ± 0.760 cm pada hari ke-31 kebuntingan untuk rata-rata
lebar kantung kebuntingan. Penyimpangan yang besar ini dapat dipengaruhi oleh
faktor fetus karena pengamatan tidak selalu pada fetus yang sama sehingga
mendapatkan ukuran kantung kebuntingan yang berbeda-beda serta dimungkinkan
juga karena teknik pengukuran dengan posisi dan arah probe saat pengambilan
data yang kurang tepat.
Pada gambar 8, hubungan antara rata-rata panjang kantung kebuntingan
dengan hari kebuntingan serta standar deviasi dengan menggunakan analisis
regresi linear didapat persamaan linear yang dapat memperkirakan umur
kebuntingan yaitu x = (y + 0.6674)/0.1431, dimana x adalah hari kebuntingan dan
y adalah rata-rata panjang kantung kebuntingan dan hubungan antara rata-rata
lebar kantung kebuntingan dengan umur kebuntingan serta standar deviasi yang
ditentukan dengan menggunakan analisis regresi linear yaitu didapatkan
persamaan linear x = (y + 0.2798)/0.1075, dimana x adalah hari kebuntingan dan
y adalah rata-rata lebar kantung kebuntingan (Gambar 9). Persamaan linear
panjang dan lebar kantung kebuntingan ini dapat digunakan untuk mengetahui
umur kebuntingan dini yaitu umur kebuntingan yang kurang dari 40 hari dengan
menghitung panjang dan lebar dari kantung kebuntingan. Kelebihan dari
pengukuran kantung kebuntingan yaitu dapat mengetahui umur kebuntingan dini.
Menurut Zambelli et al (2002a), kekurangan dari pengukuran kantung
kebuntingan setelah 30 hari kebuntingan yaitu kantung kebuntingan yang mudah
berubah bentuk karena adanya tekanan dari probe sehingga ukuran tidak dapat
dipercaya. Pengukuran kantung kebuntingan harus memperhatikan posisi hewan
dan arah probe yang tepat pada daerah yang akan diperiksa serta harus konsisten
dalam pengukuran panjang dan lebar kantung kebuntingan.
Tabel 1. Perkembangan ukuran kantung kebuntingan fetus kucing (Felis catus)
dengan pencitraan B-Mode USG pada hari ke-17 sampai ke-37 masa
kebuntingan
Umur kebuntingan Diameter kantung kebuntingan
Panjang (cm) Lebar (cm)
17 hari 1.97 ± 0.579 1.68 ± 0.385
19 hari 2.03 + 0.099 1.70 ± 0.283
21 hari 2.01 + 0.219 1.84 ± 0.212
23 hari 2.55 + 0.464 2.23 ± 0.223
25 hari 3.02 + 0.479 2.46 ± 0.443
27 hari 3.41 + 0.296 2.57 ± 0.300
29 hari 3.36 + 0.474 2.90 ± 0.215
31 hari 3.72 + 0.104 3.05 ± 0.760
33 hari 4.11 + 0.426 3.23 ± 0.492
35 hari 4.47 + 0.589 3.35 ± 0.501
37 hari 4.52 + 0.929 3.84 ± 0.146
Rata-rata Persamaan

6
x = (y + 0.6674)/ 0.1431

Rata-rata Panjang Kantung


5

Kebuntingan (cm)
4

0
15 20 25 30 35 40
Hari Kebuntingan (hari)

Gambar 8. Hubungan antara rata-rata panjang kantung kebuntingan dengan hari


kebuntingan serta standar deviasi pada umur ke-17 sampai ke-37 masa
kebuntingan dengan menggunakan analisis regresi linear.

Rata-rata Persamaan

6
x = (y + 0.2798)/ 0.1075
Rata-rata Lebar Kantung

5
Kebuntingan (cm)

0
15 20 25 30 35 40
Hari Kebuntingan (hari)

Gambar 9. Hubungan antara rata-rata lebar kantung kebuntingan dengan hari


kebuntingan serta standar deviasi pada umur ke-17 sampai ke-37 masa
kebuntingan dengan menggunakan analisis regresi linear.

Pada tabel 2 dapat dilihat perkembangan ukuran kepala fetus kucing dengan
pemeriksaan B-Mode USG. Pada hari ke-25, rata-rata diameter kepala fetus dan
standar deviasi yaitu 0.76 ± 0.107 cm sedangkan pada umur kebuntingan ke-63
diameter kepala fetus meningkatan lebih dari 2 kali lipat menjadi 2.33 ± 0.106 cm.
Kebuntingan ke-31 hari sebesar 0.91 ± 0.050 cm sedangkan pada hari ke-43
terlihat standar deviasi yang cukup besar yaitu 1.57 ± 0.204 cm. Penyimpangan
yang besar ini dapat dipengaruhi oleh faktor fetus karena pengamatan tidak selalu
pada fetus yang sama sehingga mendapatkan ukuran diameter kepala fetus yang
berbeda-beda serta dimungkinkan juga karena teknik pengukuran dengan posisi
dan arah probe saat pengambilan data yang kurang tepat.
Tabel 2. Perkembangan diameter kepala fetus kucing (Felis catus) dengan
pencitraan B-Mode USG pada hari ke-25 sampai ke-63 masa kebuntingan
Umur kebuntingan Diameter kepala (cm)
25 hari 0.76 ± 0.107
27 hari 0.82 ± 0.112
29 hari 0.90 ± 0.112
31 hari 0.91 ± 0.050
33 hari 1.07 ± 0.155
35 hari 1.29 ± 0.061
37 hari 1.33 ± 0.066
39 hari 1.44 ± 0.084
41 hari 1.50 ± 0.183
43 hari 1.57 ± 0.204
45 hari 1.61 ± 0.120
47 hari 1.69 ± 0.130
49 hari 1.77 ± 0.078
51 hari 1.86 ± 0.073
53 hari 1.92 ± 0.125
55 hari 2.02 ± 0.148
57 hari 2.05 ± 0.071
59 hari 2.16 ± 0.104
61 hari 2.28 ± 0.068
63 hari 2.33 ± 0.106

Hubungan antara diameter kepala fetus dengan umur kebuntingan serta


standar deviasi yang ditentukan dengan menggunakan analisis regresi linear
didapatkan persamaan untuk memperkirakan umur kebuntingan
x = (y + 0.2625)/0.0415, dimana x adalah hari kebuntingan dan y adalah rata-rata
diameter kepala fetus (Gambar 10). Persamaan ini dapat digunakan untuk
mengetahui umur kebuntingan lebih dari 30 hari dengan menghitung diameter
kepala fetus. Kelebihan dari pengukuran diameter kepala fetus yaitu dapat
mengetahui umur kebuntingan lebih dari 30 hari sedangkan kekurangan dari
pengukuran ini karena adanya perbedaan ukuran kepala fetus yang terdapat di
dalam satu kebuntingan menyebabkan penyimpangan yang besar atau kecil pada
standar deviasi.
Rata-rata Persamaan

Diameter Kepala Fetus (cm)


y = 0.0415x - 0.2625
2.5

1.5

0.5

0
20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
Hari Kebuntingan (hari)

Gambar 10. Hubungan antara rata-rata diameter kepala fetus dengan hari
kebuntingan serta standar deviasi pada umur ke-25 sampai ke-63
masa kebuntingan dengan menggunakan analisis regresi linear.

Pada tabel 3 dapat dilihat organ fetus yang teridentifikasi dan


perkembangannya, fungsi serta perbedaan derajat echogenisitas dari organ yang
terbentuk pada hari ke-0 sampai ke-20 masa kebuntingan. Tanda kebuntingan
yang dapat diamati pertama kali adalah kantung kebuntingan dengan struktur
normal anechoic, berbentuk bulatan kecil pada hari ke-7 dari umur kebuntingan
(Gambar 11 A). Data yang didapat hanya pada satu ekor kucing karena posisi dan
peletakkan probe sangat mempengaruhi terlihat atau tidaknya kantung
kebuntingan sehingga harus tepat pada daerah yang akan diperiksa. Ukuran
diameter kantung kebuntingan yang sangat kecil dapat juga mempengaruhi
sulitnya deteksi kantung kebuntingan dan dalam beberapa kondisi sering
dikelirukan dengan loop dari usus. Antara hari ke-14 dan 20 masa kebuntingan,
fetus tidak terlihat dengan baik bila menggunakan USG, yang terlihat hanya
bentukan seperti “koma” (hypoechoic) yang dikelilingi oleh cairan amnion dan
belum dapat dibedakan bagian kepala dan badan fetus. Organ jantung
(hypoechoic) dan lumen jantung (anechoic) dapat terlihat pada umur kebuntingan
20 hari dan denyut jantung sudah dapat dihitung tetapi batas antara kepala dan
badan (isoehoic) belum terlihat jelas.
Pada hari kebuntingan ke-7, embrio dan plasenta masih belum terlihat dan
kantung kebuntingan berisi kantung kuning telur. Kantung kebuntingan dapat
terlihat lebih dini bila posisi hewan dan probe yang digunakan tepat berada pada
bagian uterus yang terdapat kantung kebuntingan. Ukuran panjang dan lebar
kantung kebuntingan makin meningkat dari 8.3 mm dan 7.4 mm pada hari ke-7
masa kebuntingan menjadi 45.2 mm dan 38.4 mm pada hari ke-37. Hal ini
merupakan akibat bentuk bulat kantung kebuntingan mengalami sedikit
pemanjangan sehingga memperlihatkan bentuk oval seperti lemon (Zambelli dan
Prati 2006). Pemanjangan kantung kebuntingan bisa diakibatkan karena
pertumbuhan dan perkembangan embrio menjadi fetus serta adanya
perkembangan organ-organ (organogenesis) fetus yang semakin membesar.
Pada hari ke-14 dari kebuntingan, kantung kebuntingan masih berbentuk
bulat dengan dinding hyperechoic. Pada hari yang sama, perkembangan plasenta
dapat terlihat di dalam kantung kebuntingan sebagai dua garis hyperechoic yang
terpisah oleh sebuah garis hypoechoic. Embrio pertama kali dapat dideteksi sekitar
hari ke-14 dari kebuntingan sebagai benda padat yang menempel pada dinding
kantung kebuntingan yang menonjol ke dalam ruang kantung kebuntingan,
berbentuk ”koma” dan dikelilingi oleh cairan amnion tetapi organ embrio belum
terbentuk (Gambar 11 B).
Tabel 3. Identifikasi dan perkembangan organ-organ fetus kucing melalui
pemeriksaan USG pada hari ke-0 sampai ke-20 masa kebuntingan
Umur Organ yang Teridentifikasi dan Derajat Echogenisitas Keterangan
Kebuntingan Perkembangannya
0–13 hari Gestational sacs Anechoic

14–20 hari Gestational sacs Anechoic

Fetus yang berbentuk “koma” Hipoechoic


Jantung Hypoechoic dengan Berdenyut
lumen anechoic

Batas antara kepala dan badan belum Kepala dan badan


terlihat isoechoic
A B

C D

Gambar 11: A. Sonogram dari kantung kebuntingan pada hari ke-7 dari
kebuntingan dengan probe arah longitudinal. Huruf gs1 dan
gs2 menunjukkan kantung kebuntingan. Tanda panah putih
menunjukkan vesika urinaria.
B. Sonogram dari kantung kebuntingan pada hari ke-14 dari
kebuntingan dengan probe arah transversal. Perkembangan
plasenta dapat terlihat di dalam kantung kebuntingan sebagai
dua garis hyperechoic yang terpisah oleh sebuah garis
hypoechoic. Tanda panah putih tebal merupakan embrio
(hyperechoic) yang menonjol ke dalam ruang kantung
kebuntingan. Tanda panah putih biasa menunjukkan cairan
amnion.
C. Sonogram dari kantung kebuntingan pada hari ke-17 dari
kebuntingan dengan probe arah transversal. Panah putih
merupakan embrio yang berada ditengah dan terpisah dari
dinding kantung kebuntingan.
D. Sonogram dari kantung kebuntingan pada hari ke-20 dari
kebuntinga dengan probe arah transversal. Tanda panah putih
tebal menunjukkan embrio yang berada ditengah kantung
kebuntingan. Tanda panah putih biasa menunjukkan cairan
amnion.
Bar (garis putih) = 1 cm.
Pada hari ke-17 sampai ke-20 kebuntingan, embrio dengan struktur
hypoechoic terlihat terpisah dari dinding kantung kebuntingan tetapi belum
terlihat pembagian-pembagian daerah kepala dan badan sehingga derajat echo
yang dihasilkan sama (isoechoic). Kemudian, embrio akan bergerak ke tengah
kantung kebuntingan pada hari ke-17 kebuntingan (Gambar 11 C). Denyut
jantung dapat terdeteksi dan dihitung pada hari ke-20 ditandai dengan adanya
kerlap-kerlip di bagian tengah massa fetus. Jantung memiliki struktur hypoechoic
dengan lumen berstruktur anechoic karena lumen berisi darah. Batas kepala dan
badan fetus belum terlihat pada hari ke-20 kebuntingan sehingga struktur kepala
dan badan isoechoic yaitu derajat echo yang dihasilkan sama (Gambar 11 D).
Menurut Goddard (1995) denyut jantung dapat dideteksi pada umur
kebuntingan ke-24 hari, ditandai dengan kerlap-kerlip yang cepat di bagian tengah
massa fetus. Denyut jantung fetus biasanya dua kali denyut jantung induk antara
150-220 x/menit (Jackson 2004). Penetapan jumlah fetus dilakukan pada awal
kebuntingan, paling mudah pada 28-35 hari kebuntingan ketika fetus masih kecil.
Bila fetus sudah cukup besar perhitungan bisa sangat membingungkan karena
hanya penampang tubuh fetus yang terlihat dan dapat juga terjadi penghitungan
ganda pada fetus yang sama atau ada fetus yang tidak terhitung (Barr 1990).
Pada tabel 4 dapat terlihat perkembangan organ-organ fetus pada hari ke-21
sampai ke-41 kebuntingan. Pada umur kebuntingan 25-26 hari selain denyut
jantung yang sudah konsisten, batas kepala, leher, dan badan mulai terlihat jelas
serta bakal tulang punggung (hyperechoic) dan bakal lambung (anechoic) juga
mulai terlihat tetapi belum ada pergerakan dari fetus. Umur 27-32 hari
kebuntingan fetus sudah mulai bergerak aktif, aorta terlihat dengan struktur
anechoic dan bakal kaki depan dan belakang terlihat (hypoechoic). Bentuk tulang
punggung (hyperechoic) lebih jelas dan jari jemari kaki depan-belakang fetus
terlihat. Organ hati terlihat, berfungsi melakukan sistem sirkulasi melalui vena
porta dan lambung belum berfungsi dalam metabolisme tubuh fetus.
Pada umur kebuntingan antara 33-36 hari terlihat bakal vesika urinaria
(anechoic), katup jantung (hyperechoic), orbita (anechoic) dan cerebrum
(hypoechoic) terlihat jelas. Pada hari ke-35, paru-paru terlihat dengan struktur
hypoechoic. Batas antara atrium dan ventrikel jantung terlihat karena adanya kerja
katup jantung yang membuka dan menutup saat darah di pompa dari atrium ke
ventrikel. Tulang punggung dan costae terlihat lebih jelas, hati mendominasi
rongga abdomen fetus terlihat pada umur kebuntingan antara 37-41 hari.
Lambung pertama kali terlihat sebagai anechoic karena penuh berisi cairan
pada hari ke-25 kebuntingan tetapi belum melakukan fungsi sebagai sistem
pencernaan karena fetus mendapatkan makanan dari induk selama fetus masih di
dalam kandungan. Hari yang sama terlihat juga bakal tulang belakang dengan
struktur hyperechoic tetapi belum ada pergerakan dari fetus.
Antara hari ke-27 dan 32 kebuntingan, aorta terlihat lebih jelas dan sudah
berfungsi melakukan sistem peredaran darah. Aorta terlihat sebagai struktur
anechoic karena berisi darah yang akan diedarkan ke seluruh tubuh fetus.
Pergerakan fetus sudah dapat terlihat pada hari ke-27 kebuntingan dan bentukan
bakal kaki depan dan belakang terlihat sebagai struktur hypoechoic karena
struktur masih berupa jaringan lunak (Gambar 12 A). Menurut Barr (1990) antara
umur kebuntingan 34-37 hari (terkadang lebih awal), perbedaan kepala dan tubuh
fetus dapat diidentifikasi dan terlihat pergerakan yang aktif dari fetus tersebut.
Aorta terlihat sebagai struktur anechoic yang berbentuk tubular berada di ventral
columna spinalis dan berhubungan dengan jantung dan hati. Pembuluh darah
umbilikus terlihat sebagai penghubung dinding umbilikal dengan hati.
Menurut Zambelli et al (2002b) sebelum hari ke-30 kebuntingan perbedaan
organ fetus masih sulit untuk dilihat karena derajat echogenisitas yang sama, agar
perbedaan mudah diamati maka penggunaan probe dengan arah longitudinal pada
fetus dapat dilakukan sehingga semua organ terlihat secara bersamaan. Hal ini,
memudahkan untuk membedakan organ-organ tersebut. Pemeriksaan dengan
USG, struktur organ tubuh fetus akan lebih jelas diidentifikasi setelah hari ke-30
kebuntingan. Pada hari yang sama, bagian dada dan kepala fetus merupakan area
hyperechoic tanpa adanya accoustic shadow yang terlihat karena struktur tersebut
hanya terdiri dari beberapa tulang muka dan diapysis tulang dada. Membran fetus
dapat sangat mudah terlihat sampai umur kebuntingan ke-30 dan sangat sulit
sampai umur ke-45 kebuntingan.
Tabel 4. Identifikasi dan perkembangan organ-organ fetus kucing melalui
pemeriksaan USG pada hari ke-21 sampai ke-41 masa kebuntingan
Umur Organ yang Teridentifikasi dan Derajat Keterangan
Kebuntingan Perkembangannya Echogenisitas
21–24 hari Jantung Hypoechoic Berdenyut
dengan lumen
anechoic
Bentuk fetus teramati Hypoechoic

Batas antara kepala dan badan Kepala dan


belum terlihat badan isoechoic
25–26 hari Jantung Hypoechoic Berdenyut
Bakal tulang punggung Hyperechoic

Lambung Anechoic Belum berfungsi

Batas antara kepala, leher dan


badan terlihat jelas
Fetus belum ada pergerakan
27–32 hari Jantung Hypoechoic Berdenyut
Aorta terlihat jelas Anechoic Melakukan sistem sirkulasi
darah
Bakal tulang punggung dan Hyperechoic
costae
Lambung Anechoic Belum berfungsi

Batas antara
kepala, leher dan badan terlihat
lebih jelas
Ada pergerakan fetus

Bakal kaki depan dan belakang Hypoechoic


33–36 hari Jantung Hypoechoic Berdenyut
Katup jantung Hyperechoic Membuka dan menutup
pada saat terjadi sistem
sirkulasi darah di jantung
Tulang punggung sudah Hyperechoic
terbentuk dan jelas
Lambung membesar Anechoic Belum berfungsi
Hati Hypoechoic Melakukan sistem sirkulasi
melalui vena porta
Paru-paru Hypoechoic Belum berfungsi
Jari jemari kaki depan dan Hyperechoic
belakang terlihat
Orbita Anechoic
Bakal vesika urinaria Anechoic Menampung urin

Cerebrum Hypoechoic
37–41 hari Jantung (batas atrium dan Hypoechoic Berdenyut
ventrikel)
Tulang punggung lebih jelas Hyperechoic
Costae Hyperechoic
Hati (dominan) Hypoechoic Melakukan sistem sirkulasi
melalui vena porta
Antara hari ke-33 dan 36 kebuntingan, vesika urinaria dapat diidentifikasi
dengan struktur anechoic di daerah kaudal abdomen di dekat tali pusar, lambung
dan hati yang berisi cairan. Vesika urinaria juga dapat diidentifikasi lebih awal
pada hari ke-29 dan 30 kebuntingan dengan struktur anechoic yang terletak
dibagian kranial pelvis dan di dekat tali pusar/umbilical cord (Zambelli dan Prati
2006). Stuktur anechoic vesika urinaria karena berisi cairan urin yang berasal dari
ginjal. Pada hari ke-33 kebuntingan, jari jemari terlihat jelas karena memiliki
struktur hyperechoic dan cerebrum terlihat jelas dengan struktur hypoechoic
karena berupa jaringan lunak (Gambar 12 B).
Cerebral choroid plexi terlihat sebagai dua struktur hyperechoic simetris
yang mengelilingi otak (Zambelli et al. 2002b). Pada hari ke-35 katup jantung
terlihat lebih jelas dengan struktur hyperechoic karena katup terdiri dari jaringan
ikat kolagen dan bakal orbita terlihat dengan struktur anechoic berbentuk bulat.
Katup jantung berfungsi untuk membuka dan menutup saat darah di pompa dari
atrium ke ventrikel jantung tetapi antara atrium dan ventrikel jantung masih sulit
untuk dibedakan. Pada hari yang sama, paru-paru terlihat dengan struktur
hypoechoic karena tidak berisi udara (Gambar 12 C dan D). Penampakan
ultrasonografi dari suatu organ fetus dapat berguna untuk memperkirakan umur
kebuntingan, contohnya vesika urinaria fetus yang mulai dapat terlihat pada hari
ke-20 menjelang akhir kebuntingan (Goddard 1995).
Menurut Zambelli dan Prati (2006) ginjal terlihat pertama kali pada umur
kebuntingan ke-39 hari, berbentuk ellip yang terletak di ventro-lateral columna
spinalis dan isoechoic dengan hati. Pada hari ke-50 mungkin dapat dibedakan
korteks dan medulla. Menurut Goddard (1995) tulang rangka (skeletal) fetus
menjadi jelas pada umur kebuntingan 40 hari ketika tulang fetus terlihat
hyperechoic dan membentuk accoustic shadows. Tulang rangka (skeletal), kepala,
columna spinalis dan costae fetus menghasilkan refleksi yang kuat sehingga lebih
jelas terlihat dan lebih mudah diidentifikasi.
A B

C D

Gambar 12: A. Sonogram dari organ fetus pada hari ke-27 kebuntingan dengan
probe arah longitudinal. Tanda panah putih tebal menunjukkan
bakal kaki depan, tanda panah putih tipis menunjukkan kepala
fetus dan tanda panah putih sedang menunjukkan badan fetus.
B. Sonogram dari organ fetus pada hari ke-33 kebuntingan dengan
arah probe longitudinal. Tanda panah putih menunjukkan jari
jemari fetus, tanda panah putih tebal merupakan cairan amnion.
C. Sonogram dari organ fetus pada hari ke-35 kebuntingan dengan
arah probe longitudinal. Tanda kepala panah putih menunjukkan
paru-paru fetus, tanda panah putih tebal menunjukkan cerebrum
dan tanda panah putih biasa menunjukkan bakal orbita.
D. Sonogram dari organ fetus hari ke-37 kebuntingan dengan arah
probe longitudinal. Terlihat organ jantung, lambung, hati yang
mendominasi, vesika urinaria, tulang punggung serta cairan
amnion yang berkurang (panah putih). Tanda panah putih tebal
menunjukkan paru-paru.
Bar (garis putih) = 1 cm
Pada tabel 5 dapat dilihat perkembangan organ fetus pada hari ke-42 sampai
ke-63 kebuntingan. Pada kebuntingan antara 42-44 hari, batas antara atrium dan
ventrikel jantung terlihat karena adanya kerja katup jantung yang membuka dan
menutup saat darah di pompa dari atrium ke ventrikel. Tulang punggung dan
costae terlihat lebih jelas, hati mendominasi rongga abdomen fetus, diameter
kantung kebuntingan membesar tetapi cairan amnion mulai berkurang. Pada
kebuntingan 45-49 hari, ukuran lambung membesar dan hati tetap mendominasi
rongga abdomen fetus. Tulang tengkorak dan vesika urinaria terlihat lebih jelas.
Pada akhir umur kebuntingan yaitu 50-63 hari, cerebrum terlihat jelas, vesika
urinaria membesar dan lambung membesar dengan hati tetap mendominasi tubuh
fetus.
Tabel 5. Identifikasi dan perkembangan organ-organ fetus kucing melalui
pemeriksaan USG pada hari ke-42 sampai ke-63 masa kebuntingan
Umur Organ yang Teridentifikasi Derajat Keterangan
Kebuntingan dan Perkembangannya Echogenisitas
42–44 hari Jantung (batas atrium dan Hypoechoic Berdenyut
ventrikel)
Katup jantung Hyperechoic Membuka dan
menutup saat terjadi
sistem sirkulasi darah
di jantung
Tulang punggung lebih jelas Hyperechoic
Costae Hyperechoic
Lambung Anechoic Belum berfungsi
Hati (dominan) Hypoechoic Melakukan sistem
sirkulasi melalui vena
porta
Tulang kaki depan dan Hyperechoic
belakang terbentuk (jari
jemari)
Diameter gestational sacs Anechoic
lebih besar
Cairan amnion berkurang Anechoic
45–49 hari Jantung Hypoechoic Berdenyut
Ukuran lambung lebih besar Anechoic Belum berfungsi
Hati lebih jelas Hypoechoic Melakukan sistem
sirkulasi melalui vena
porta
Vesika urinaria Anechoic Belum berfungsi
50–63 hari Jantung Hypoechoic Berdenyut
Ukuran hati membesar Hypoechoic Melakukan sistem
(mendominasi) sirkulasi melalui vena
porta
Cerebrum terlihat jelas Hypoechoic

Vesika urinaria membesar Anechoic Belum berfungsi


Lambung (ukuran membesar) Anechoic Belum berfungsi
Bagian jantung yaitu atrium dan ventrikel mulai dapat dibedakan antara hari
ke-37 dan 44 dari kebuntingan. Costae terlihat lebih jelas sebagai struktur
hyperechoic dan hati mendominasi bagian tubuh fetus karena hati sudah berfungsi
melakukan sistem sirkulasi darah melalui vena porta. Hati memiliki struktur
hypoechoic karena berupa jaringan lunak. Cairan amnion berkurang karena
perkembangan dari fetus yang semakin lama mendominasi kantung kebuntingan
sehingga ukuran kantung kebuntingan juga semakin besar (Gambar 13 A). Tulang
rangka (skeletal) juga sudah terlihat jelas antara umur ke-37 dan 44 kebuntingan.
Ukuran lambung terlihat semakin besar antara umur kebuntingan ke-45 dan
49 dan hati juga semakin mendominasi (Gambar 13 B). Menurut Zambelli et al
(2002b) usus halus dan usus besar sulit terlihat karena ukuran hati yang besar
sehingga mendominasi rongga perut. Menurut Goddard (1995) hari ke-45 dari
kebuntingan, 90% fetus dapat diidentifikasi lambung (struktur anechoic) yang
berada di kaudal hati.
Umur kebuntingan antara hari ke-50 dan 63, ukuran vesika urinaria
membesar karena ginjal yang sudah berfungsi dengan optimal sedangkan ukuran
lambung semakin membesar. Dengan bertambahnya umur dan perkembangan
fetus selama kebuntingan maka diameter kepala fetus akan semakin besar juga
(Gambar 13 C dan D).
Menurut Zambelli dan Prati (2006) setelah kebuntingan ke-50, cairan
allantois terlihat sangat sedikit mengelilingi fetus. Hati tetap mendominasi bagian
tubuh fetus. Pada 20 hari akhir kebuntingan, ginjal dapat terlihat dan lebih
echogenic dari ginjal hewan dewasa. Vaskularisasi fetus lebih jelas, usus mungkin
dapat terdeteksi (Goddard 1995). Rata-rata diameter lambung pada hari ke-30
kebuntingan sebesar 0.36 ± 0.010 akan semakin membesar dan berkembang
menjadi 1.18 ± 0.016 pada hari ke-60 kebuntingan (Zambelli dan Prati 2006).
A B

C D

Gambar 13: A. Sonogram dari organ fetus hari ke-45 kebuntingan dengan arah
probe longitudinal. Terlihat lambung yang membesar, jantung,
sternum dan tulang belakang.
B. Sonogram dari organ fetus hari ke-50 kebuntingan dengan arah
probe longitudinal. Pengukuran diameter kepala fetus. Tanda
panah putih tipis menunjukkan mulut fetus, tanda panah putih
sedang menunjukkan cerebrum dan tanda panah putih tebal
menunjukkan tengkorak fetus.
C. Sonogram dari organ fetus hari ke-51 kebuntingan dengan arah
probe longitudinal. Terlihat orbita, tengkorak dan mulut fetus.
D. Sonogram dari organ fetus hari ke-59 kebuntingan dengan arah
probe longitudinal. Os vertebrae dan jantung fetus yang terlihat
sangat jelas.
Bar (garis putih) = 1 cm
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
• Perkembangan ukuran kantung kebuntingan dan diameter kepala fetus
kucing (Felis catus) dengan pencitraan B-Mode USG dapat digunakan
untuk mengetahui umur kebuntingan dengan persamaan linear. Persamaan
linear panjang dan lebar kantung kebuntingan untuk memperkirakan umur
kebuntingan yaitu x = (y + 0.6674)/0.1431 dan x = (y + 0.2798)/0.1075,
dimana x adalah hari kebuntingan dan y adalah rata-rata panjang dan lebar
kantung kebuntingan. Persamaan ini dapat digunakan untuk mengetahui
umur kebuntingan di bawah umur 40 hari. Sedangkan persamaan linear
diameter kepala fetus yang digunakan untuk memperkirakan umur
kebuntingan x = (y – 0.2625)/0.0415, dimana x adalah hari kebuntingan dan
y adalah diameter kepala fetus. Persamaan ini dapat digunakan untuk
mengetahui umur kebuntingan di atas umur 30 hari.
• Tanda kebuntingan pertama kali yang dapat diamati dengan tampilan B-
Mode USG adalah kantung kebuntingan pada hari ke-7 kebuntingan. Denyut
jantung dapat dilihat dan dihitung pertama kali pada hari ke-20 kebuntingan.
Bakal tulang punggung, lambung dan hati yang mendominasi rongga
abdomen dapat diamati antar hari ke-25 dan 26 kebuntingan tetapi
pergerakan fetus belum teramati. Pada hari ke-27 kebuntingan, pergerakan
fetus terlihat aktif. Antara hari ke-33 dan 36 kebuntingan, tulang punggung
dan costae terlihat lebih jelas, lambung membesar, jari jemari kaki depan
dan belakang sudah terbentuk serta bakal vesika urinaria pertama kali
teramati pada hari ke-33 kebuntingan. Pada akhir kebuntingan (umur > 40
hari), semua organ dalam fetus terbentuk dan ukuran lambung, hati serta
vesika urinaria akan semakin membesar seiring dengan bertambahnya umur
kebuntingan.
Saran
• Pengembangan yang lebih luas diperlukan terhadap penggunaan USG pada
sistem organ lainnya selain pemeriksaan kebuntingan hewan.
• Penelitian lebih lanjut dibutuhkan dalam penggunaan teknik echo-Doppler
untuk memberikan informasi kesehatan fetus dan perkembangan plasenta.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Kucing. http://en.wikipedia.org/wiki/Kucing. [30 Desember 2007]

Barr F. 1990. Diagnostic Ultrasound in the Dog and Cat. Oxford: Blackwell
Scientific Publications. hlm. 1-12 dan 78-88.

Broaddus B, Albert DV. 2005. A Comparison of Methods for Early Pregnancy


Diagnosis. Proceedings 2nd. Florida Dairy Road Show.

Colville T, Bassert JM. 2002. Clinical Anatomy and Physiology for Veterinary
Technicians. USA: MOSBY. hlm. 329-334.

Dyce KM, Sack WO, Wensing CJG. 2002. Textbook of Veterinary Anatomy. Ed
ke-3. USA: Saunders. hlm. 192-197 dan 438-442.

England GCW, Allen WE. 1990. The veterinary Annual 30. London:
Butterworth&Co.

Getty R. 1975. The Anatomy of the Domestic Animals. Ed ke-5. Philadelphia: WB


Saunders. hlm. 1584-1588.

Goddard PJ. 1995. Veterinary Ultrasonography. England: CAB International.


hlm. 1-17 dan 60-70.

Jackson PGG. 2004. Handbook of Veterinary Obstetrics. Ed ke-2. London:


Elsevier. hlm. 141-165.

Kahn CM, et al. 2005. The Merck Veterinary Manual. Ed ke-9. USA:
Merck&Co., Inc.

Luther LE. 2008. The Ultrasonographic Diagnosis of Pregnancy in the Dog and
Cat.
http://www.soundveteducation.com/assets/The%20ultrasonographic%20dia
gnosis%20of%20pregnancy%20in%20the%20dog%20and%20cat_notes.pdf
[26 Maret 2008]

McEnte K. 1990. Reproductive Pathology of Domestic Animals. California:


Academic Press,Inc.

Meadows G, Flint E. 2006. Buku Pegangan bagi Pemilik Kucing. Batam: Karisma
Publishing Group. hlm. 56-60.

Nash H. 2007. FAQs on Reproduction (Heats and Pregnancies).


http://www.peteducation.com/article_cfm?cls=1cat=1314&articleid=922 [1
April 2008]
Plumb DC. 2005. Veterinary Drug Handbook. Ed ke-5. USA: Blackwell
Publishing. hlm. 1243.

Redaksi Ensiklopedia Indonesia. 2003. Ensiklopedia Indonesia Seri Fauna


Mammalia 2. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.

Royal Canin. 2004. The Cat Encyclopedia. Paris: Aniwa Publishing.

Reece WO. 2006. Functional Anatomy and Physiology of Domestic Animals. Ed


ke-3. Australia: Blackwell Publishing Asia. hlm. 404-409 dan 424-425.

Widmer WR, David SB, Larry GA. 2004. Ultrasonography of the Urinary Tract
in Small Animals. JAVMA. 225(1): 46-54.

Zambelli D, Castagnetti C, Belluzzi S, Bassi S. 2002a. Correlation Between the


Age of the Conceptus and Various Ultrasonographic Measurements During
the First 30 Days of Pregnancy in Domestic Cats (Felis catus).
Theriogenology 57: 1981-1987.

Zambelli D, Caneppelle B, Bassi S, Paladini C. 2002b. Ultrasound Aspects of


Fetal and Extrafetal Structures in Pregnant Cats. Journal of Feline
Medicine and Surgery. 4: 95-106.

Zambelli D, Prati F. 2006. Ultrasonography for Pregnancy Diagnosis and


Evaluation in Queens. Theriogenology 66: 135-144.

You might also like