Pengolahan Air Limbah Pewarna Tekstil Dengan Metode Elektrokoagulasi
Pengolahan Air Limbah Pewarna Tekstil Dengan Metode Elektrokoagulasi
ELEKTROKOAGULASI
WASTE WATER TREATMENT WITH ELECTROCOAGULATION METHOD
Akh. Ifan Fitril Fadilah1), Elang Pancaran Shafira Imani2), Ganang Setyo Nugroho3), Mauliya Lailatul
Umro4), Salsabila Putri Romadhan5), dan Yusuf Fajar Setyawan6).
Program Studi D3 Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang, Malang
ABSTRACT
Nowadays, Environmental problems have become a global issue and need serious attention. Not only
solid waste, wastewater have negative effects on the environment and human health. This issue needs to be
balanced with the development of wastewater treatment technologies, both for waste water from factories,
hospitals, and other sources. Various methods have been applied to solve the issues of waste water, mostly
using chemical reactions process. Purification of waste water with chemical processes has various
disadvantages. The alternative is use the electrocoagulation method. Electrocoagulation is the process of
coagulation or clumping with electric power through an electrolysis process to reduce metal ions and particles
in the water. The basic principles of electrocoagulation are reduction and oxidation (redox). This experiment
use to determine the efficient process of wastewater treatment using electrocoagulation method, to determine
the factors of the influence in the process and determine the effect of various volts on electrocoagulation. The
type of waste water used is tofu waste water and sewage sludge water waste. The electrodes used are Al
(Aluminum) and Fe (iron). The experimental results found that the best results were found in tofu waste water
with TSS (Total Suspended Solid) value of) 200 ppm and a turbidity value of 412 NTU.
Keywords : Waste water, Electrocoagulation, Aluminum Electrodes, TSS (Total Suspended Solid)
and Turbidity.
1
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengurangi Elektrokoagulasi adalah proses kompleks
kadar limbah cair pewarna tekstil yang diolah yang melibatkan fenomena kimia dan fisika
berupa TSS, pH, dan turbidity. dengan menggunakan elektroda untuk
menghasilkan ion yang digunakan untuk
1.2. TEORI mengolah air limbah (Naswir, 2009). Saat ini
1.2.1 Metode Elektrokoagulasi penggunaan teknologi elektrokoagulasi
Elektrokoagulasi adalah suatu teknik dikembangkan untuk meningkatkan kualitas
pemisahan yang menggunakan sel efluen air limbah. Elektrokoagulasi mampu
elektrokimia yang biasa digunakan untuk mengolah berbagai polutan termasuk padatan
menangani air (Gameissa 2012). Proses tersuspensi, logam berat, tinta, bahan organik
elektrokoagulasi merupakan gabungan dari (seperti limbah domestik), minyak dan lemak,
proses elektrokimia dan proses flokulasi- ion, dan radionuklida. Karakteristik polutan
koagulasi (Susetyaningsih et al. 2008). Ketiga mempengaruhi mekanisme pengolahan,
proses dasar ini saling berinteraksi dan misalnya polutan berbentuk ion akan
berhubungan untuk menjalankan diturunkan melalui proses presipitasi,
elektrokoagulasi. Proses elektrokoagualasi sedangkan padatan tersuspensi yang
diduga dapat menjadi pilihan metode bermuatan akan diabsorbsi ke koagulan yang
pengolahan limbah radioaktif dan limbah B3 bermuatan (Samosir, 2009).
cair fase air alternatif mendampingi metode-
metode pengolahan yang lain yang telah
dilaksanakan.
Kelebihan proses pengolahan limbah
dengan elektrokoagulasi antara lain
(Purwaningsih, 2008): flok yang dihasilkan
elektrokoagulasi ini sama dengan flok yang
dihasilkan koagulasi biasa, lebih cepat
Tambain rangkaian alat
mereduksi kandungan koloid/partikel yang
paling kecil, hal ini disebabkan
pengaplikasian listrik kedalam air akan
mempercepat pergerakan mereka didalam air
Gambar 1.2.1 Rangkaian alat
dengan demikian akan memudahkan proses,
elektrokoagulasi
gelembung-gelembung gas yang dihasilkan 1.2.2 Limbah Cair Pewarna Tekstil
pada proses elektrokoagulasi ini dapat Pewarna tekstil menghasilkan limbah
membawa polutan ke atas air sehingga dapat yang masih berwarna dan sulit terdegradasi.
dengan mudah dihilangkan, mampu Limbah ini harus diolah terlebih dahulu
memberikan efisiensi proses yang cukup sebelum dibuang ke saluran air. Ini
tinggi untuk berbagai kondisi, dikarenakan disebabkan karena sekitar 10% hingga 15%
tidak dipengaruhi temperatur, tidak zat pewarna yang sudah dipakai tidak dapat
memerlukan pengaturan pH, serta tidak perlu digunakan ulang dan harus dibuang (Ruzicka
menggunakan bahan kimia tambahan. dkk. 2014).
Kekurangan dari proses pengolahan limbah
dengan Metode Elektrokoagulasi adalah
(Purwaningsih, 2008): tidak dapat digunakan
untuk mengolah limbah cair yang mempunyai Kasi gambar limbah pewarna tekstil
sifat elektrolit cukup tinggi dikarenakan akan
terjadi hubungan singkat antar elektroda,
besarnya reduksi logam berat dalam limbah
cair dipengaruhi oleh besar kecilnya arus
voltase listrik searah pada elektroda, luas
sempitnya bidang kontak elektroda dan jarak Gambar 1.2.2 Limbah cair
antar elektroda, penggunaan listrik yang
mungkin mahal, dan batangan anoda yang 1.2.3 Total Suspended Solid (TSS)
mudah mengalami korosi sehingga harus TSS adalah residu dari padatan total yang
selalu diganti. tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel
2
maksimal 2 mikrometer atau lebih besar dari Tingginya efisiensi penyisihan TSS pada
ukuran koloid (Isnani 2010). dua pola elektroda tersebut menandakan
jumlah koagulan dan hidrogen yang
dihasilkan seimbang dengan jumlah padatan
tersuspensi yang terdapat pada limbah cair,
Kasi gambar kertas + isi sehingga padatan tersuspensi dapat terikat
dan mengapung ke permukaan limbah.
1.2.4 Kekeruhan
Kekeruhan disebabkan oleh adanya
bahan organik dan bahan anorganik yang
tersuspensi dan terlarut.
3
ditunjukkan pada tabel berikut (Vemi listrik dan mengamati proses
Ridantami dkk, 2016) Hal ini dikarenakan elektrokoagulasi. Setelah itu melakukan
pada elektrokoagulasi terjadi oksidasi sampling dan mengambil larutan tiap 10
elektroda anoda, juga terbentuk hidrogen menit, menganalisa kadar kekeruhan dan pH.
pada katoda, ion alumunium yang terlepas Terakhir mengakhiri percobaan dan menekan
berinteraksi membentuk kompleks hidroksida tombol “OFF”.
yang dapat mempengaruhi pH air Melakukan analisa TSS, hal pertama
limbah(Harif dkk, 2012). Ion hidroksil yang yang harus dilakukan yaitu meninmbang
dihasilkan dari elektroda katoda dan terlarut kertas saring hingga konstan kemudian
dalam air limbah akan menyebabkan pH meletakkan ke dalam corong buncher
limbah meningkat seiring berjalannya waktu .Setelah itu menyalakan pompa dan
(Kobya dkk, 2015) menuangkan air limbah ke dalam corong
1.3. TUJUAN buncher. Setelah itu memasukkan kertas
1. Mampu mengetahui proses pengolahan saring yang berisi sampel kedalam oven.
air limbah menggunakan metode Kemudia menimbangnya hingga konstan .
elektrokoagulasi Melakukan analisa turbidity, hal pertama
2. Mengetahui faktor faktor yang yang harus dilakukan yaitu menekan tombol
mempengaruhi pada proses pengolahan power, kemudian menekan tombol signal
limbah metode elektrokoagulasi average dan menekan tombol range hingga
3. Mengetahui pengaruh besarnya volt pada muncul tanda autorange. Kemudian
elektrokoagulasi memasukkan kuvet berisi sampel hingga
batas kemudian mengusapnya dengan tisu.
2. METODOLOGI Setelah itu letakkan kuvet kedalam
2.1. ALAT DAN BAHAN turbidimeter dan tekan tombol read.
Alat yang digunakan adalah plat
aluminium, besi, seperangkat alat listrik
(jepitan, kabel), power supply dengan merk
Universal AC-DC Adaptor, turbidimeter
dengan merk HACH, seperangkat alat TSS,
beaker glass dengan merk schott duran, labu
ukur 100 ml dengan merk iwaki, botol
semprot, bak penampung, pipet ukur 10 mL
merk iwaki, bulb pipet, kertas saring, pompa
vakum merk Krissbow, gelas ukur 50 ml
merk witeg, pH meter, kuvet, desikator dan
neraca analitik merk Mettler. Bahan yang
digunakan adalah Limbah pewarna Tekstil,
aquades dan tisu.
4
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 3.1.4 Hasil percobaan IV
3.1 HASIL PERCOBAAN 4
Kelompok 1
Tabel 3.1.1 Hasil percobaan I Waktu Tegangan Kuat TSS
(menit) 7,5 V Arus (ppm)
PERCOBAAN 1 2A
Turbidity pH
Waktu Tegangan Kuat TSS (NTU) sampel
(menit) 3V Arus (ppm) 0 323 7 0
2A 10 389 7 0
Turbidity pH 20 594 7 0
(NTU) sampel 30 856 7 0
0 338 7 0 40 975 7 222,2
10 355 7 222,2 50 117 7 222,2
20 407 7 222,2 60 145 7 0
30 432 7 222,2
40 491 7 222,2 Kelompok 2
50 539 7 0 Tabel 3.1.1 Hasil percobaan I
60 690 7 222,2
PERCOBAAN 1
Tabel 3.1.2 Hasil percobaan II
PERCOBAAN 2 Waktu Tegangan Kuat TSS
(menit) 3V Arus (ppm)
Waktu Tegangan Kuat TSS 2A
(menit) 4,5 V Arus (ppm) Turbidity pH
2A (NTU) sampel
Turbidity pH 0 221 7 266,6
(NTU) sampel 10 217 7 175
0 323 7 222,2 20 211 7 175
10 389 7 0 30 206 7 50
20 594 7 222,2 40 200 7 175
30 856 7 0 50 199 7 75
40 975 7 0 60 198 7 100
50 117 7 222,2 Tabel 3.1.2 Hasil percobaan II
60 145 7 222,2
5
Tabel 3.1.3 Hasil percobaan III
6
Kelompok 4 Tabel 3.1.4 Hasil percobaan IV
Tabel 3.1.3 Hasil percobaan I PERCOBAAN 4
7
Process, Thesis, Chemical Engineering, Susetyaningsih R, Kismolo E, Prayitno. 2008.
University of Sydney, Sydney. Kajian Proses Elektrokoagulasi untuk
Pengolahan Limbah Cair. Seminar
Isnani MN, Puspasari F, Setyaningsih L, Nasional IV SDM Teknologi Nuklir.
Rianti I. 2010. Pengaruh Waktu pada Yogyakarta, Indonesia. Yogyakarta (ID).
Elektrokoagulasi berelektroda Multiplate
Fe-Al terhadap Limbah Cair Industri Sutanto, dkk. 2011. Penurunan Kadar Logam
Tahu ditinjau dari Nilai BOD dan TSS. Berat dan Kekeruhan Air Limbah
[Proposal]. Surakarta: Universitas Menggunakan Proses Elektrokoagulasi.
Sebelas Maret. Jurnal Ilmiah Elite Elektro Vol.2.
Politeknik Negeri Jakarta. Depok
Kobya, M., Demirbas, E., “Evaluations of Vemi Ridantami, dkk. 2016. Pengaruh
Operating parameters on Treatment of tegangan dan waktu pada
can manufacturing wastewater by pengolahanlimbah radioaktif uranium
Electrocoagulation”, Journal of Water dan torium denganproses
Process Engineering 64, 2015, Turkey elektrokoagulasi. Yogyakarta : STTN-
Batan
Purwaningsih, Indah: Pengolahan Limbah
Cair Industri Batik CV. Batik Indah Widjajanti, Endang. 2009. Penanganan
Raradjonggrang Yogyakarta Dengan Limbah Laboratorium Kimia. [Makalah].
Metode Elektrokoagulasi Ditinjau dari Yogyakarta: Universitas Negeri
Parameter COD dan Warna.Tugas Akhir Yogyakarta.
Jurusan Teknik Lingungan Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Islam Indonesia.Yogyakarta.
2008. LAMPIRAN
GAMBAR ALAT
8
(Neraca analitik) (Desikator)
(Kompresor)
(corong buchner)
(Oven)
(Plat)
9
(Turbidimeter)
10