0% found this document useful (0 votes)
97 views

Prayekti Universitas Terbuka, Jalan Cabe Raya Pondok Cabe Ciputat Tangerang Selatan 15418 E-Mail: Prayekti@ut - Ac.id

This document discusses a study that examines the effect of STAD cooperative learning strategy versus expository learning strategy and cognitive style on physics concept learning outcomes among 10th grade students. Specifically, it aims to analyze: 1) Differences in understanding and application of physics concepts between students learning through STAD vs expository, 2) Differences based on field-dependent or field-independent cognitive styles, 3) Interactions between learning strategy and cognitive style on physics comprehension, 4) Interactions on physics application. The study used a quasi-experimental design involving 144 students across 4 classes, with 2 experimental classes using STAD and 2 control classes using expository learning. Data was collected through pre-tests and post-tests and analyzed using statistical tests to

Uploaded by

Jauharin Insiyah
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
97 views

Prayekti Universitas Terbuka, Jalan Cabe Raya Pondok Cabe Ciputat Tangerang Selatan 15418 E-Mail: Prayekti@ut - Ac.id

This document discusses a study that examines the effect of STAD cooperative learning strategy versus expository learning strategy and cognitive style on physics concept learning outcomes among 10th grade students. Specifically, it aims to analyze: 1) Differences in understanding and application of physics concepts between students learning through STAD vs expository, 2) Differences based on field-dependent or field-independent cognitive styles, 3) Interactions between learning strategy and cognitive style on physics comprehension, 4) Interactions on physics application. The study used a quasi-experimental design involving 144 students across 4 classes, with 2 experimental classes using STAD and 2 control classes using expository learning. Data was collected through pre-tests and post-tests and analyzed using statistical tests to

Uploaded by

Jauharin Insiyah
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 19

Prayekti, Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD versus Ekspositori dan Gaya Kognitif terhadap Hasil Belajar

Konsep Fisika
Siswa Kelas X SMA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD VERSUS


EKSPOSITORI DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR KONSEP FISIKA
SISWA KELAS X SMA

THE INFLUENCES OF STAD COOPERATIVE LEARNING VS EXPOSITORY AND


COGNITIVE STYLE ON LEARNING OUTCOMES OF PHYSICS CONCEPT
GRADE X SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT

Prayekti
Universitas Terbuka, Jalan Cabe Raya Pondok Cabe Ciputat Tangerang Selatan 15418
e-mail: [email protected]

Naskah diterima tanggal: 13/10/2014; Dikembalikan untuk revisi tanggal: 09/12/2014; Disetujui tanggal: 01/12/2014

Abstract: This research aims to examining: 1) The learning outcomes differences on the
understanding and application of physics concept between groups of students who learned
through STAD cooperative learning and expository learning; 2) The learning outcome differences
on physics concept understanding and application among students with different cognitive styles;
3) The learning outcome influences of physics comprehension; 4) The interaction effect between
learning and cognitive style on learning outcomes of physics. This research used a quasi-
experimental research with factorial of non-equivalent control group design, which is implemented
in four classes, determined by lottery, such as XMIA A class, XMIA B class, XMIA C class, XMIA
D class at SMAN 58 Jakarta Timur with 144 students altogether. Two classes were as the
experimental classes and two other class were as the control classes. Learning outcomes data
were collected through pretes and pos tes and analyzed by using statistical MANCOVA test
helped by SPSS 15. The result showed that: 1) STAD learning strategy demonstrate learning
outcomes of comprehension and application of physics concept is better than expository learning
strategies; 2) students who have field independent cognitive styles demonstrate learning
outcomes of comprehension physics concepts is better than students who have a field dependent
cognitive style; 3) there is an interaction between learning strategies and cognitive style on
learning outcomes of comprehension physics concepts; and 4) there is no interaction between
learning strategies and cognitive style on learning outcomes of physics concepts application.
STAD learning strategy demonstrate learning outcomes of comprehension and application of
physics concept is better than expository learning strategies.

Keywords: learning strategy, STAD, expository, cognitive style, concept application.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji: 1) perbedaan hasil belajar pemahaman dan
aplikasi konsep fisika antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kooperatif
tipe STAD dan pembelajaran ekspositori; 2) perbedaan hasil belajar pemahaman dan aplikasi
konsep fisika antara siswa yang memiliki gaya kognitif berbeda;3) pengaruh interaksi antara
strategi pembelajaran tipe STAD versus ekspositori dan gaya kognitif terhadap hasil belajar
pemahaman fisika;dan 4) pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya kognitif
terhadap hasil belajarfisika.Metode yang digunakan quasi eksperimen dengan rancangan faktorial
nonequivalent control group design, yang dilaksanakan pada empat kelas, ditentukan melalui
undian yaitu kelas A dan B sebagai kelas control sedangkan kelas C dan D sebagai kelas
eksperimen di SMA Negeri 58 Jakarta Timur berjumlah 144 orang. Data hasil belajar dikumpulkan
dengan pretes dan postes, dianalisis dengan menggunakan uji statistik MANCOVA berbantuan
program SPSS 15. Hasil penelitian: 1) strategi pembelajaran tipe STAD menunjukkan hasil
belajar pemahaman dan aplikasi konsep fisika yang lebih baik daripada strategi pembelajaran
ekspositori; 2) siswa yang memilikigaya kognitif field independent menunjukkan hasil belajar

535
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014

pemahaman dan aplikasi konsep fisika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki gaya
kognitif field dependent; 3) terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya kognitif
terhadap hasil belajar pemahaman konsep fisika; dan 4) tidak ada interaksi antara strategi
pembelajaran dan gaya kognitif terhadap hasil belajar aplikasi konsep fisika. Strategi
pembelajaran kooperatif tipe STAD menunjukkan hasil belajar pemahaman konsep fisika yang
lebih baik daripada strategi pembelajaran ekspositori, dan Terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap hasil belajar pemahaman konsep fisika pada kedua kelompok gaya kognitif.

Kata kunci: pembelajaran kooperatif tipe STAD, ekspositori, gaya kognitif, aplikasi konsep.

Pendahuluan Dengan memperhatikan gaya kognitif siswa


Penerap an Kurik ulum 201 3 (K-13) dal am saat menerima pembelajaran dari guru dalam
pembelajaran fisika di Sekolah Menengah Atas pembelajaran kooperatif tipe STAD dan eks-
(SMA) masih dijumpai pembelajaran yang berpusat positori, dapat diketahui apakah siswa memiliki
pada guru. Guru menjelaskan konsep fisika dan gaya kognitif independen ataupun dependen.
siswa menyimaknya dengan tekun, dan sesekali Gaya kognitif merupakan gaya atau cara yang
guru mencatatnya di papan tulis. Munandar (2004) digunakan seseorang dalam belajar memiliki
mengemukakan bahwa pembelajaran ekspositori kek hasa n te rsendiri . Ha l ini se suai dengan
merupakan salah satu pendekatan yang paling pendapat Winkel (2009) yang mengemukakan,
lazim digunakan guru dalam kegiatan pem- bahwa gaya kognitif merupakan cara belajar yang
belajaran pada hampir semua bidang studi. khas bagi siswa. Bagaimana siswa mengolah
Pembelajaran ekspositori adalah guru menyam- informasi yang masuk kepada dirinya, apakah
pai kan baha n, m embe rika n ce rama h, a tau diterima tanpa menghiraukan lingkungan se-
me nera ngka n ma teri . Peranan siswa dal am kitarnya atau bertanya kepada teman-temannya
pembelajaran ekspositori menjadi pendengar dan atau langsung diolah dan diproses secara sendiri.
pencatat materi, duduk di kursi yang tetap, kondisi Materi pelajaran yang diterima siswa yaitu materi
bel ajar siswa m enja di p asif. Pe mbel ajaran fisika sesuai dengan Kurikulum 2013 semester
ekspositori lebih mengutamakan aktivitas guru satu setelah peminatan, yaitu tentang dinamika
dalam pencapaian tujuan belajar yang ditetapkan, partikel, membahas tentang gerak, hukum 1
dan mengabaikan keaktifan siswa dalam proses Newton, hukum 2 Newton, hukum 3 Newton, gaya
be laja r, sehingga kem ampuan siswa tid ak gesekan, dan gerak melingkar yang dibahas dan
berkembang secara maksimal, karena sedikit dipelajari secara pemahaman dan aplikasi konsep
sekali kesempatan siswa untuk aktif terlibat dalam fisika bagi siswa kelas X SMA.
pembelajaran. Menurut Hsiung (2010) efektivitas belajar
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team kooperatif lebih baik dari belajar konvesional,
Achievement Division (STAD) memfokuskan pada ka rena siswa d alam kondisi pe mbel ajar an
kerja sama siswa (siswa saling membantu, saling kooperatif mendapat perhatian lebih. Hal tersebut
menghar gai, dan sali ng m endukung ) da lam menjelaskan terjadi peningkatan kinerja secara
pembelajaran, sehingga ketika pembelajaran bertahap, dan pembelajaran kooperatif dengan
selesai semua siswa memahami materi yang kerja sama mengalami peningkatan. Dari aspek
diberikan oleh guru. Pemb elajaran te rsebut psikol ogi pemb elaj ara n kooper atif dap at
memang agak sulit dilakukan di kota besar seperti me ning katk an p emahaman pem bela jara n.
Jakarta, karena terbiasa bekerja sendiri, di mana Selanjutnya, Fareed (2010) mengeksplorasi efek
setiap orang menjadi individu yang sibuk dengan pembelajaran kooperatif pada prestasi akademik
dirinya sendiri tanpa memperdulikan orang lain. siswa dan temuan penelitiannya, kedua kelompok
Pembelajaran kooperatif STAD memfokuskan pada sama di awal percobaan dan berbeda signifikan
kemampuan siswa dalam pemahaman konsep dan pada saat postes.
aplikasi konsep fisika di kelas X Sekolah Menengah Shimazoe & Aldrich (2010), menerapkan
Atas. pembelajaran kooperatif dengan merujuk pada

536
Prayekti, Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD versus Ekspositori dan Gaya Kognitif terhadap Hasil Belajar Konsep Fisika
Siswa Kelas X SMA

instruksi kerja kelompok kecil yang diatur sesuai dan apakah pengaruh variabel gaya kognitif
dengan lima prinsip, yaitu 1) outcome saling terhadap hasil belajar pemahaman dan aplikasi
ketergantungan antara anggota, 2) akuntabilitas konsep fisika pada semester 1 di kelas X SMAN
individu, 3) interaksi face to face, 4) pengembangan 58 Jakarta Timur.
dan peningkatan keterampilan interpersonal, 5) Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk
reg ular sel f assessme nt f ung si k elompok. menganalisis: 1) perbedaan hasil belajar pe-
Selanjutnya, Sheng (2010) berpendapat bahwa mahaman dan aplikasi konsep fisika antara
pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai ke lomp ok siswa yang d ibel ajar kan deng an
sit uasi bel ajar kel ompok si swa dari sem ua pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pem-
tingkatan kinerja, kerja sama dalam kelompok belajaran ekspositori; 2) perbedaan hasil belajar
menuju tujuan bersama, berbagi masalah umum pemahaman dan aplikasi konsep fisika antara
atau tugas sedemikian rupa, sehingga mereka siswa yang memiliki gaya kognitif berbeda; 3)
ha nya dapa t be rhasil jika menyele saik an pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran
pekerjaan secara kelompok. kooperatif tipe STAD vs ekspositori dan gaya
Pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat kognitif terhadap hasil belajar pemahaman konsep
sesuai dengan sikap gotong royong, siswa bekerja fisika; dan 4) pengaruh interaksi antara strategi
sama untuk mengikuti pembelajaran maupun pembelajaran dan gaya kognitif terhadap hasil
untuk mencapai hasil belajar yang baik. STAD belajar fisika. Manfaat dari penelitian ini, sebagai
sangat cocok digunakan apabila materi pelajaran masukan bagi guru dalam memberikan alternatif
mengharuskan melakukan percobaan/praktikum. penggunaan strategi pembelajaran.
Siswa memiliki tanggung jawab yang besar atas
prestasi belajarnya sendiri. Langkah inti dalam Kajian Literatur
pem belaj aran koop erati f tip e STAD d ap at Teori Pembelajaran Kooperatif
meningkatkan penguasaan konsep siswa dalam Pe mbel ajar an k oope rat if m enek anka n pa da
tahap penyajian kelas, diskusi kelompok, kuis, tujuan dan kesuksesan kelompok, tugas yang
skor ke majuan, dan peng harg aan. Dal am diberikan dikerjakan secara bersama-sama dalam
penyajian di kelas, guru memberikan motivasi kelom pok. Hal p enting dal am pembela jaran
untuk menggali pengetahuan awal siswa dan kooperatif yaitu penghargaan kelompok, tanggung
melakukan demonstrasi, membagi kelas menjadi jawab individu, dan kesempatan berhasil yang
beberapa kelompok yang heterogen; diskusi sam a. Selai n it u, p embe laja ran koop erat if
kelompok, membagi lembar kerja kelompok menunjukkan, bahwa penghargaan kelompok dan
kepada setiap anggota kelompok, dan menger- ta nggung j awab ind ivi dual penting unt uk
jakannya secara kelompok serta hasil kerja meningkatkan prestasi. Siswa tidak cukup hanya
ke lomp ok d ipre sent asik an d i de pan kela s, bekerja sama, tetapi harus memiliki alasan untuk
sehingga terjadi diskusi kelas; siswa mengerjakan sal ing mend ukung pe ncap aian pre stasi.
kuis secara individu; skor kemajuan individu, dari Pembelajaran kooperatif memberikan arahan
hasil tes yang diperoleh, guru menghitung skor apabila siswa memperoleh penghargaan karena
kemajuan siswa; penghargaan, guru memberikan telah melakukan hal lebih baik dari yang dilakukan
penghargaan bagi kelompok yang mendapat skor sebelumnya, siswa akan lebih termotivasi untuk
paling tinggi. Hasil penelitian telah membuktikan memperoleh penghargaan dalam tugas belajar,
bahwa STAD dapat meningkatkan penguasaan kare na pengharga an atas kemaj uan me raih
konsep fisika siswa. Berdasarkan kesiapan guru sukses bukanlah sesuatu yang sulit dilakukan.
fi sika kel as X unt uk m elak ukan per baik an Pembelajaran kooperatif, praktik, dan filo-
pembelajarannya, peneliti bekerja sama dengan sofinya adalah kerja sama. Praktiknya tentu
guru melakukan penelitian kuasi eksperimen. sejalan dengan sifat manusia yang harus bekerja
Dengan demikian, perumusan masalahnya yaitu sama dengan manusia lainnya. ”Strategi pem-
apakah pengaruh pembelajaran kooperatif tipe belajaran dapat diartikan sebagai perencanaan,
STAD memberikan hasil yang lebih baik, jika berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain
dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”

537
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014

(Sanjaya, 2008). Pembelajaran kooperatif meru- pikirannya, apa yang dilihat, dan diingatnya.
pakan bentuk kolaborasi dalam kelompok kecil Indivi du a kan memi liki car a be rbed a ya ng
yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Siswa dilakukan terhadap situasi belajar. Cara yang
da lam kelompok kecil beke rja sama unt uk diterimanya, mengorganisasikan, serta meng-
me nyel esai kan tuga s ya ng d iber ikan ser ta hubungkan pengalamannya dalam merespon
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan me tode pem bela jara n t erte ntu. Per beda an
kelompok. Pentingnya penggunaan pembelajaran bukanlah merupakan suatu tingkat kemampuan
kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar jika seseorang, namun merupakan suatu bentuk
dibandingkan dengan pembelajaran yang bersifat kemampuan individu memproses dan menyusun
individual atau kompetitif (Susilo, 2007). informasi serta cara individu untuk tanggap
Pembelajaran kooperatif menjelaskan cara- terhadap stimulus yang ada di lingkungannya.
cara memecahkan masalah, mengajarkan penge- Perbedaan yang menetap pada individu dalam
tahuan anggota kelompok, memeriksa pema- mengola h inform asi dan meny usun penga-
ham an, m embaha s konsep-k onsep yang di- lamannya dikenal dengan gaya kognitif. Menurut
pelajari, dan menghubungkannya dengan konsep Cha rles (19 80) gaya kog niti f ad alah sua tu
yang lalu. Melalui peningkatkan pembelajaran konstruk yang merupakan cara-cara berbeda dari
secara langsung, anggota kelompok memberikan seseorang dalam menghadapi dan mengambil
komitm en secar a pe rsonal kepa da a nggota strategi situasi belajar. Pendapat senada di-
kelompok dan tujuan bersama. Akuntabilitas jelaskan bahwa gaya kognitif merupakan cara yang
individual dan kelompok, pendukung pembe- digunakan seseorang untuk mendapatkan pe-
la jara n kooper atif me nyat akan bahwa d ua ngetahuan. Pendapat lebih rinci tentang karak-
tingkatan akuntabilitas disusun menjadi pem- teristik yang mempengaruhi bagaimana belajar
belajaran kooperatif. Kelompok bertanggung dikemukakan oleh Jerold (1990), bahwa gaya
ja wab atas pencapa ian tuj uannya, seti ap kognitif merupakan karakteristik cara seseorang
anggota bertanggung jawab dalam memberikan dalam memproses informasi, merasakan, dan
kontribusi pekerjaannya. Guru dapat mening- berperilaku dalam situasi belajar.
katkan akuntabilitas individual dengan menilai Gaya kognitif, dideskripsikan sebagai cara
prestasi masing-masing individu siswa, agar dapat seseorang mengolah informasi dan kemampuan
memastikan siapa yang membutuhkan lebih intelektual (kognitif). Gaya kognitif adalah suatu
banyak bantuan, dukungan, dan anjuran dalam konstruk yang merupakan cara-cara berbeda dari
pembelajaran. seseorang dalam menghadapi dan mengambil
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikem- strategi situasi belajar. Cara yang digunakan
bangkan oleh Slavin di Universitas John Hopkins seseorang untuk mendapatkan pengetahuan,
Amerika Serikat. STAD merupakan salah satu tipe mempengaruhi belajar, dan cara seseorang dalam
yang paling sederhana dan banyak digunakan memproses informasi, merasakan, dan berperilaku
dari semua pembelajaran kooperatif, untuk siswa dal am situa si b elaj ar. Cara konsist en yang
yang baru mengenal tentang belajar kooperatif dilakukan oleh seseorang dalam menangkap
(Slavin, 1995). Kegiatan pembelajaran kooperatif stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir,
tipe STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu: dan memecahkan masalah, serta merupakan pola
a) penyajian kelas; b) kegiatan kelompok; c) tes; ba ku seseorang dal am mela kuka n ke giat an
d) menentukan skor peningkatan individual; dan belajar siswa yang dirasa nyaman, sesuai, mantap
e) penghargaan kelompok. dan membuatnya lebih senang dalam belajar.

Gaya Kognitif Gaya Kognitif Field Independent


Setiap individu mempunyai karakteristik berbeda, Pendapat yang mengemukakan tentang karak-
oleh karena itu cara seseorang dalam bertingkah teristik gaya kognitif field independent di antaranya
laku, menilai, dan berpikir akan berbeda pula. Nasution (1997) menjelaskan, bahwa “siswa yang
Setiap individu memiliki cara-cara tersendiri memiliki gaya kognitif field independent bersifat:
dengan apa yang dilakukan dalam menyusun 1) tidak peduli akan norma-norma orang lain dan

538
Prayekti, Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD versus Ekspositori dan Gaya Kognitif terhadap Hasil Belajar Konsep Fisika
Siswa Kelas X SMA

be rbicara cepa t ta npa menghir auka n da ya persepsi yang dimilikinya sendiri dan lebih analisis.
tangkap orang lain; 2) kurang mementingkan Kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa
hubungan sosial dan; tidak memerlukan petunjuk memiliki gaya kognitif field independent belajar
terperinci; dan 3) dapat menerima kritik demi secara maksimal antara lain: pembelajaran yang
perbaikan”. Seseorang yang memiliki gaya kognitif menyediakan lingkungan belajar secara indi-
field independent lebih suka mengamati pemro- vidual; disediakan lebih banyak kesempatan untuk
sesan i nfor masi nya send iri. Kel ompok fie ld belajar dan menemukan sendiri suatu konsep
independent dapat bekerja dengan baik dalam atau prinsip; disediakan lebih banyak sumber dan
lingkup matematika dan ilmu pengetahuan alam, materi belajar; pembelajaran yang hanya sedikit
karena kemampuan analisisnya sangat diper- memberikan petunjuk dan tujuan; mengutamakan
lukan. instruksi dan tujuan secara individual; disediakan
Karakteristik siswa yang memiliki gaya kognitif kesempatan untuk membuat ringkasan, pola, atau
field independent yaitu: 1) memfokuskan pada peta konsep berdasarkan pemikirannya. Sese-
detail-detail materi dan fakta-fakta serta prinsip- orang dengan gaya kognitif field independent
prinsip; 2) jarang mengadakan kontak fisik dan cenderung menyatakan suatu gambaran lepas
interaksi dengan guru terbatas pada tugas yang dar i la tar bela kang ter sebut, serta mam pu
sedang dikerjakan, mencari pujian yang sifatnya membedakan objek dari konteks sekitarnya.
nonsosial; 3) menyukai bekerja sendiri dan
kompetisiserta dapat mengorganisasikan dengan Gaya Kognitif Field Dependent
dirinya sendiri. Menurut Winkel (2009), bahwa ciri- Gaya kognitif field dependent didefinisikan sebagai
ciri siswa yang memiliki gaya kogni tif fie ld persepsi siswa untuk memperoleh informasi yang
independent adalah cenderung lebih memper- dipengaruhi lingkungan sekitarnya. Seseorang
hatikan bagian dan komponen dalam suatu pola yang memiliki gaya kognitif field dependent
dan kerap pula lebih berorientasi pada penye- cenderung menerima suatu pola informasi secara
lesaian tugas daripada hubungan sosial. Siswa menyeluruh, tidak memisahkan satu bagian
tergolong kelompok ini lebih mudah menganalisis dengan bagian lainnya. Siswa memiliki kesulitan
problem dan mengatur kembali bagian-bagiannya untuk fokus pada satu aspek situasi, mengambil
serta lebih tekun dalam mencari penyelesaian hal-hal rinci, menganalisis suatu pola ke dalam
sendiri, namun kurang peka terhadap materi bagian berbeda. Siswa bekerja dengan baik dalam
pelajaran yang mengandung komplikasi sosial. kelompok, memiliki daya ingat yang baik untuk
Berdasarkan analisis teori di atas, maka yang informasi sosial, dan lebih menyenangi bidang
dimaksud dengan gaya kognitif field independent bahasa dan sejarah. Gaya kognitif dapat mem-
adalah cara-cara dalam kegiatan belajar yang pengaruhi individu adalah gaya kognitif field
tidak dipengaruhi lingkungan. Salah satu gaya dependent.
kognitif yang mempengaruhi karakteristik individu Beberapa karakteristik individu yang memiliki
adalah gaya kognitif field independent. Beberapa gay a kog niti f fi eld depe ndent , ant ara lai n:
karakteristik individu yang memiliki gaya kognitif cenderung berpikir global, memandang objek
field independent antara lain: memiliki kemampuan sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya,
menganalisis untuk memisahkan objek dengan sehingga persepsinya mudah terpengaruh oleh
lingkungan dan mempunyai kemampuan meng- perubahan lingkungan; cenderung menerima
organisasikan objek; cenderung kurang sensitif, struktur yang ada, karena memiliki kemampuan
dingin, menjaga jarak dengan orang lain, dan merestrukturisasi; memiliki orientasi sosial,
individualistis dan memilih profesi yang dilakukan sehingga tampak baik hati, ramah bijaksana, baik
secara individu; cenderung mendefinisikan tujuan budi dan penuh kasih sayang terhadap individu;
sendiri; dan bekerja dengan mementingkan cenderung memilih profesi yang menekankan
motivasi intrinsik. Dari karakteristik tersebut dapat pada keterampilan sosial; mengikuti tujuan yang
diketahui bahwa individu yang memiliki gaya ada; dan cenderung bekerja mengutamakan
kognitif field independent mempunyai kecen- mot ivasi ek ster nal dan lebi h te rtar ik p ada
derungan dalam respon stimulus menggunakan penguatan eksternal, berupa hadiah, pujian, atau

539
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014

dorongan dari orang lain. Menurut Winkel (2009) Pembelajaran Fisika


bahwa ciri-ciri orang yang memiliki gaya kognitif Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu
field dependent adalah cenderung memandang Pengetahuan Alam atau dikenal dengan sains.
suatu pola sebagai keseluruhan dan berorientasi Sains merupakan cabang pengetahuan yang
pada sesama manusia serta hubungan sosial, berawal dari fenomena alam. Fisika didefinisikan
orang tersebut cepat memperoleh kesan global sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek
dan mudah mengingat informasi berkaitan dengan dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil
hubungan sosial, tetapi sulit mengolah materi pe miki ran dan peny eli dika n il muwa n ya ng
pelajaran yang tidak berstruktur dan lebih peka di lakukan deng an k eter ampi lan dala m be r-
terhadap kritik negatif”. eksperimen. Definisi ini memberi pengertian,
Dari karakteristik tersebut tampak bahwa bahwa fisika merupakan cabang pengetahuan
individu field dependent mempunyai kecenderungan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan
dalam merespon suatu stimulus menggunakan klasifikasi data, biasanya disusun dan diverifikasi
syarat lingkungan sebagai dasar persepsinya, dan dalam hukum bersifat kuantitatif, melibatkan
cenderung memandang suatu pola sebagai suatu aplikasi penalaran matematis dan analisis data
keseluruhan dengan tidak memisahkan bagian- terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian,
bagiannya. Seseorang yang memiliki gaya kognitif pada hakikatnya fisika merupakan ilmu penge-
field dependent menerima sesuatu secara global tahuan tentang gejala alam yang dituangkan
mengalami kesulitan dalam memisahkan diri dari berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang
keadaan sekitarnya. Gaya kognitif bersifat bipolar ter uji kebe nara nnya dan mel alui rangkai an
yaitu memiliki dua kutub, namun tidak menun- kegiatan dalam metode ilmiah. Fisika memiliki dua
jukkan adanya keunggulan salah satu kutub sisi, yaitu sebagai proses dan sisi lain sebagai
terhadap kutub yang lainnya. Masing-masing produk. Proses fisika merupakan upaya pengum-
kutub cenderung memiliki nilai positif pada situasi pulan, penggunaan bukti menguji dan mengem-
tertentu, atau sebaliknya memiliki nilai negatif bangkan gagasan. Suatu teori pada mulanya
pada situasi yang lain, sehingga dalam beberapa berupa gagasan imajinatif akan tetap sebagai
model pembelajaran terdapat keunggulan yang gagasan imajinatif selama belum bisa menyajikan
dim ilik i si swa sela ma p rose s be laja r at as sejumlah bukti.
perbedaan karakteristiknya. Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata
Ciri-ciri gaya kognitif field dependent sebagai pelajaran dalam rumpun sains. Hakikat fisika
berikut : menerima se cara global; membuat adalah ilmu pengetahuan yang objek penga-
perbedaan-perbedaan global di antara konsep- matannya alam dengan segala isinya termasuk
konsep; mempunyai orientasi sosial; memerlukan bumi, tumbuhan, hewan, dan manusia. Fisika
faktor eksternal yakni tujuan dan penguatan; dan adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan
dimotivasi baik oleh pujian verbal, bantuan guru, menggunakan met ode- metode b erda sark an
ganjaran eksternal, dan dengan melihat nilai observasi. Fisika berkaitan dengan cara mencari
tugas-tugas orang lain. Selain faktor lingkungan tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
dan pembawaan ada faktor lain yang menye- sains bukan hanya penguasaan kumpulan pe-
babkan terjadinya perbedaan individual pada ngetahuan yang berupa fakta, konsep, atau
orang dewasa yaitu faktor pengalaman, mak- prinsip melainkan juga merupakan suatu proses
sudny a penerima an orang dewasa ter hadap penemuan. Ilmu fisika adalah aktivitas manusia
pengaruh li ngkungan dal am p embe ntuk an yang telah berkembang sebagai sebuah pe-
pengalaman yang dimiliki orang dewasa bisa rangkat intelektual untuk memudahkan meng-
menilai diri dan lingkungannya. Jadi perbedaan gambarkan dan mengatur lingkungan. Sesekali
individual pada orang dewasa yang memiliki diterima akal, bahwa fisika tidak terdapat dalam
kesamaan pembawaan dan lingkungan dise- real yang lain kecuali ingatan yang mengendap
babkan oleh faktor pengalaman dirinya. menjadi sesuatu, sebuah kesatuan yang muncul
dengan eksistensinya. Kebenaran ilmiah atau
fakta adalah sasaran yang diharapkan, meru-

540
Prayekti, Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD versus Ekspositori dan Gaya Kognitif terhadap Hasil Belajar Konsep Fisika
Siswa Kelas X SMA

pakan dasar bagi persepsi dan logika manusia. karena baginya pelajaran itu menyenangkan.
Sebagai metode, fisika relatif stabil dan berlaku Mempelajari fisika adalah suatu petualangan yang
universal, dan sebagai bangunan pengetahuan menggairahkan dan menantang. Menjadi seorang
fi sika mengala mi p erub ahan secara terus- fisikawan profesional, lebih menggairahkan. Di
menerus. antara kegiatan intele ktual manusia, paling
Fisika merupakan ilmu yang lahir dan di- banyak menyerap energi adalah mempelajari
kembangkan melalui langkah-langkah observasi, dunia tempat hidup dan mencoba membuka tabir
perumusan masalah, pengujian hipotesis lewat rahasia alam, tepatnya merupakan tujuan ilmu
eksperimen, pengajuan kesimpulan, dan penga- fisika.
juan teori atau konsep. Konsep fisika dapat
dibangun sendiri secara kontruktivis oleh siswa Pengaruh Interaksi Pembelajaran Kooperatif
melalui diskusi dan percobaan yang dilakukannya. Tipe STAD terhadap Hasil Belajar
Ilmu fisika selalu berkaitan dengan kehidupan Pembelajaran di kelas eksperimen yang mene-
sehari-hari, maka lebih mudah siswa mema- rapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD telah
haminya. Sebenarnya tanpa sadar, tiap orang berjalan dengan baik. Pada saat kerja kelompok
selalu menerapkan hukum-hukum fisika, misalnya berlangsung nampak anggota saling membantu
mengapa berjalan di tempat yang licin itu lebih teman anggota kelompok yang masih mengalami
sulit dibandingkan di tempat yang kasar. Di situlah kesulitan dalam memahami materi yang sedang
ilmu fisika bekerja, bahwa jalan yang licin itu gaya dibahas dan dipraktikkan. Siswa sebagai ketua
geseknya lebih kecil dibandingkan dengan jalan kelompok memperagakan kepada teman lainnya,
yang kasar, sehingga gaya penahan kaki lebih bagaimana cara melakukan gaya gesekan dan
kecil. Seseorang sering terpeleset ketika berjalan percobaan gaya sentripetal dengan benar dan
di jalan yang licin, hal tersebut membuktikan, fisika ang gota kel ompok la inny a me mper hati kan
selalu dekat dengan peristiwa yang dialami. dengan seksama. Apabila merasa ragu atau rasa
Berpikirlah positif terhadap fisika, maka akan tidak benar, maka siswa dapat menanyakan
muncul hasil yang positif. Jika berpikir belajar fisika kepada guru. Siswa selalu bersama-sama dalam
itu asyik dan menarik, maka otakpun akan mencari mempelajari dan membahas materi fisika.
alasan mengapa fisika itu menyenangkan dan Pem anfa atan buk u fi sika , si swa sena ng
mengapa perlu mempelajarinya. mendapatkan buku fisika, karena dengan memiliki
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpul- buku tersebut berarti siswa tidak perlu lagi
kan, bahwa fisika merupakan bagian dari sains membawa buku fisika yang lainnya atau tidak
ya ng m emungkinkan manusia memp erol eh perlu mendownload materi fisika melalui internet.
kebenaran ilmiah dari fenomena-fenomena alam, Ungkapan yang dikemukakan siswa “boleh saya
sehingga memudahkan menggambarkan dan tulis nama bu di buku ini” atau “asyik saya punya
mengatur alam. Selain itu, mata pelajaran fisika buku fisika bagus lagi” dan membuat siswa
me rupa kan mata pel aja ran yang ber fung si bersemangat belajar dengan berdiskusi bersama
mengembangkan semua aspek belajar yang tem an sekel ompoknya ata upun pad a sa at
dimiliki siswa baik kognitif, afektif, dan psikomotor, me lakukan percobaa n fi sika . Se tiap akhir
sehingga mempunyai sikap percaya diri untuk pembelajaran kooperatif tipe STAD guru selalu
bekal hidup di masyarakat. Tidak dapat dipungkiri, mengingatkan kepada siswa untuk membaca
bahwa pelajaran paling menjadi momok bagi buku fisika yang diberikan dan mempelajarinya
siswa adalah fisika. Banyak siswa yang merasa untuk pertem uan beri kutnya sesuai de ngan
tidak memiliki kemampuan yang cukup ketika kelompoknya. Pembelajaran yang dikelola oleh
mendengar kata pelajaran fisika. Dalam benaknya, guru menghasilkan pemahaman konsep yang baik
belajar fisika selalu berkaitan dengan rumus yang bag i si swa, dap at b erta han lama dan leb ih
menakutkan. Di dalam kelas pun, siswa selalu memungkinkan siswa mengkaitkan konsep yang
diajarkan rumus yang memusingkan, dan setiap di mili ki d ibanding kan deng an k onse p ya ng
siswa membayangkan betapa sulitnya belajar diterima. Siswa sudah terbiasa membaca buku
fisika. Seseorang yang senang belajar fisika, fi sika dan mengerj aka n pe rcob aan seca ra

541
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014

bersama dan berdiskusi, sehingga saat pelak- Pemahaman Konsep Fisika


sanaan kuis secara individu, siswa dengan tekun Kata paham sebagai asal kata dari pemahaman
mengerjakannya sendiri, dengan baik dan benar diartikan sebagai mengerti benar atau tahu
serta tidak saling diskusi atau membahas soal. be nar. Ole h ka rena it u, p emahaman dap at
Pembelajaran kooperatif, merupakan sekum- diartikan sebagai proses, perbuatan, cara untuk
pulan strategi pembelajaran dirancang untuk mengerti benar atau mengetahui benar. Sese-
mendidik kerja sama kelompok dan interaksi orang dapat dikatakan paham mengenai sesuatu
antarsiswa. Strategi ini berlandaskan pada teori apabila orang tersebut sudah mengerti benar
belajar yang menekankan pada interaksi sosial mengenai hal tersebut.
sebagai sebuah mekanisme yang mendukung per- Pemahaman siswa akan materi fisika disadari
kembangan kognitif. Keuntungan pembelajaran tidak mudah untuk dicapai karena banyak hal yang
kooperatif adalah mengajarkan siswa menjadi mempengaruhi. Selama ini masih ditemukan
percaya kepada guru, kemampuan untuk berpikir, kenyataan bahwa mata pelajaran fisika oleh
mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari banyak siswa diyakini sebagai mata pelajaran
siswa lain, mendorong siswa mengungkapkan yang sulit. Hal tersebut tentunya berpengaruh
idenya secara verbal dan membandingkannya terhadap minat belajar siswa. Untuk itu, se-
dengan ide temannya, dan membantu siswa rangkaian upaya telah dilakukan agar siswa dapat
belajar menghormati siswa yang pintar/lemah, belajar dengan baik tanpa terbebani oleh pikiran
dan juga menerima perbedaan. Kooperatif adalah akan sulitnya pelajaran fisika. Pemahaman baru
suatu gambaran kerja sama antara individu yang dapat diperoleh bila siswa telah melalui proses
satu dengan lainnya dalam suatu ikatan tertentu. belajar. Dalam proses belajar ditemui hambatan-
Ikatan tersebut menyebabkan antara seorang hambatan yang mengakibatkan siswa mengalami
dengan yang lainnya merasa berada dalam satu kesulitan belajar. Bila hal tersebut terjadi tanpa
tempat dengan tujuan bersama, diharapkan ada penanganan lanjut akan mengakibatkan
setiap orang berada dalam ikatan itu. prestasi belajar siswa menjadi rendah. Pema-
hama n siswa akan materi fisika yang t elah
Hasil Belajar diajarkan, baru dapat diketahui oleh guru setelah
Kemampuan yang diperoleh seseorang setelah diadakan evaluasi. Dalam mengevaluasi pema-
melakukan kegiatan belajar dinamakan hasil haman siswa, guru memerlukan tes. Tes menjadi
belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang tolak ukur apakah siswa sudah memahami secara
dimiliki seseorang setelah ia menerima penga- jelas konsep yang telah diajarkan.
laman belajarnya. Kemampuan tersebut bersifat
relatif permanen dan bermanfaat bagi dirinya. Aplikasi Konsep Fisika
Ke mamp uan yang dip eroleh kare na b elaj ar Ilmu fisika dapat diterapkan dalam kehidupan
dikelompokkan menjadi tiga ranah. Hal ini sesuai untuk digunakan oleh manusia. Ilmu fisika akan
dengan pendapat Bloom (1981) yang menge- berguna bagi manusia apabila sudah diwujudkan
lompokkan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu dalam bentuk hasil teknologi. Beberapa konsep
ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psiko- fi sika dap at t erga bung dal am satu bent uk
motor. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil peralatan sebagai hasil teknologi. Dalam arti ada
belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek peralatan yang hanya menggunakan satu konsep
yakni: 1) pengetahuan atau ingatan; 2) pema- fisika dan ada yang lebih dari satu konsep fisika.
haman; 3) aplikasi; 4) analisis; 5) sintesis; dan 6) Il mu f isik a ak an m end asar i pe rkem bang an
evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap peralatan yang digunakan manusia. Penemuan-
yang terdiri lima aspek, yakni: 1) minat; 2) sikap; penemuan terbaru dalam bidang fisika akan
3) penghargaan; 4) nilai-nilai; dan 5) pengendalian memperbaiki teknologi yang sudah ada. Konsep
emosi. yang disampaikan disesuaikan dengan materi
pelajaran fisika untuk SMA. Beberapa contoh
penerapan ilmu fisika yang sesuai dengan materi
di SMA kelas X dapat memberikan bekal siswa

542
Prayekti, Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD versus Ekspositori dan Gaya Kognitif terhadap Hasil Belajar Konsep Fisika
Siswa Kelas X SMA

untuk memahami pentingnya dan membuat ilmu eksperimen maupun kelas kontrol. Kemudian guru
fisika lebih dek at dengan siswa. Penerapan memberikan angket gaya kognitif kepada siswa
konsep fisika pada bidang olahraga, bahwa gaya dan memand u seca ra keta t dala m pela ksa-
gerak yang terjadi saat melakukan aktivitas ritmik na anny a te rkai t de nga n pe nggunaan wak tu
yang terjadi secara spontan. Gaya gerak yang pengerjaannya oleh siswa.
dipelajari juga bisa terjadi pada saat bermain Guru memberikan pembelajaran kooperatif
sepak bola, sepatu yang digunakan memiliki bahan tipe STAD dengan memberikan buku siswa kepada
yang membuat gaya gesek tinggi dan akan terjadi dua kelas matematika – sains C dan D sebagai
jika berlari sekuat tenaga dan berhenti secara kel as e kspe rime n. G uru juga mem beri kan
mendadak. pem bela jara n di kel as k ontr ol y aitu kel as
matematika – sains A dan B dengan pembelajaran
Metodologi ekspositori. Setiap akhir pembelajaran guru
Penelit ian d imul ai de ngan taha p per siap an, memberikan evaluasi baik di kelas eksperimen
menyamakan persepsi antara guru dan peneliti maupun di kelas kontrol. Penelitian ini menggu-
mengena i be ntuk pemb elaj aran yang dil ak- nakan model rancangan Nonequivalent Kontrol
sanakan, dan menyiapkan siswa untuk pem- Group Design, dalam hal ini subjek penelitian
belajaran kooperatif tipe STAD agar berlangsung sebanyak 4 kelas siswa semester X.
secara benar. Sampel penelitian adalah empat Subyek penelitian adalah sasaran yang dicari
kelas siswa kelas X. Uji validitas soal hasil belajar inform asinya d an m enga mbil sim pula n da ri
siswa dilakukan di kelas XI IPA dengan pertim- informasi (Tuckman, 1999). Subyek penelitian
bangan: siswa telah belajar materi yang dibahas; mempunyai kualitas tertentu yang ditetapkan
dapat melihat keterbacaan soal dan menilai untuk dipelajari dan kemudian ditarik simpulannya
tingkat kesulitan soal mulai jenjang mudah, (Sugiyono, 2006). Penelitian ini dilaksanakan di
sedang, dan sukar; serta urutan penyajiannya, SMA Negeri 58 Jakarta Timur pada siswa kelas X
sehingga soal tersebut dapat dipakai di kelas. pada tahun ajaran 2013/2014. Sampel sebanyak
Kemudian dilakukan analisis soal, berapa banyak 4 kelas yang masing-masing kelas berjumlah 36
soal y ang bisa dig unak an a tau yang har us siswa, sehingga jumlah sampel menjadi 144
dibuang. Setelah itu, guru memberikan soal yang siswa. Untuk menentukan kelompok eksperimen
sudah dianalisis kepada siswa kelas X sebagai dan kelompok kontrol dengan diundi. Perlakuan
soa l pr etes, untuk semua si swa baik kel as pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Tabel 1 Rancangan Pre test-Post testControl Group Design

Variabel bebas Strategi Pembelajaran (A)


Kooperatif tipeSTAD (A1) Ekspositori (A2)

Variabel moderator
Gaya Kognitif Field independent (B1) A 1 B1 A2B1
(B) Field dependent (B2) A 1 B2 A2B2

Keterangan:
1) A1 B1: Hasil belajarsiswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipeSTAD, dengan gaya kognitif
field independent
2) A1 B2: Hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipeSTAD, dengan gaya kognitif
field dependent
3) A2B1: Hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori dengan gaya kognitif field
independent
4) A2B2 : Hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori, dengan gaya kognitif field
dependent.

543
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014

ber pedoman pada per angk at p embe laja ran lihat homogenitas siswa yang diteliti; 4) alokasi
koopera tif yang dituangk an da lam Rencana waktu pembelajaran dan perbedaan waktu untuk
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kegiatan belajar dan tes.
siswa (LKS), dan lembar penilaian (LP). Kelas XMIA Kondisi awal siswa antara kelompok eks-
C, dan XMIA D adalah kelas eksperimen kelas XMIA perimen dan kelompok kontrol, perlakuan ter-
A, dan XMIA B sebagai kelompok kontrol. hadap siswa kelas X. Berdasarkan perkenalan dan
Penelitian ini dimulai dengan melakukan uji pendeka tan pene liti dengan piha k se kola h,
coba instrumen, melakukan pretes, dilanjutkan sehingga bersedia untuk melakukan pengundian
dengan memberikan angket gaya kognitif untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
menentukan posisi yang dimiliki siswa ber- Untuk menjamin homogenitas subjek penelitian
dasarkan gaya kognitif field dependent ataupun dan validitas hasil penelitian.
gaya kognitif field independent. Pada kelompok Bahan pelajaran fisika menggunakan bahan
eksperimen dilakukan pembelajaran kooperatif pelajaran yang sudah diterbitkan dan diakui oleh
tipe STAD, sedangkan kelompok kontrol dengan Kementerian Pendidikan Nasional, yaitu (1)
pembelajaran ekspositori. RPP tipe STAD disusun Marthen Kanginan. 1997. Fisika SMU Edisi Kedua
peneliti diadaptasi dari contoh rencana pem- jilid 1A catur wulan 1, Jakarta: Penerbit Erlangga.
belajaran kooperatif (Nur, 2008). Akhir pem- (2) Mc Graw Hill. 2007. Focus On Physical Science.
belajaran siswa diberi tes formatif, dan pada akhir Glencoe Science California Grade 8. National
kegiatan penelitian diberikan soal postes yang Geographic Interactive Student Edition. (3)
sama dengan soal pretes. Berdasarkan peranan Nursyamsuddin. Panduan Praktikum Terpilih:
dan fungsi variabel dalam penelitian menggunakan Fisika SMA untuk Kelas X jilid 1. Jakarta: Penerbit
dua variabel yaitu: 1) variabel bebas atau variabel Erlangga.
penyebab (independent variabels) dan 2) variabel Buku fisika tersebut berisi tentang materi
terikat atau variabel tergantung ( dependent fisika tentang hukum Newton, gerak melingkar,
variabels). dan gaya sentripetal secara teori dan praktikum
yang diperuntukkan bagi siswa kelas eksperimen
Variabel Moderator atau kelas X MIA C dan D yang mengalami pembe-
Mendesk ripsikan jenis v aria bel inde pend en lajaran kooperatif tipe STAD. Buku fisika terdiri
khusus atau variabel independen kedua yang dari enam buah buku, setiap pertemuan mem-
dipilih oleh peneliti untuk kepentingan penelitian, bahas satu materi.
yaitu untuk menentukan apakah variabel tersebut Soal pretes dan postes digunakan untuk
dapat mempengaruhi hubungan antara variabel menguji siswa sebagai pengukur kemampuan
independen utama dan variabel terikat. Variabel awal siswa untuk melihat homogenitas yang
moderator adalah faktor-faktor atau aspek-aspek diteliti, menggunakan soal yang dikembangkan
yang diukur, dimanipulasi, dipilih peneliti untuk ber dasa rkan kisi-ki si soal yang disepak ati
menentukan apakah variabel tersebut mengubah bersama antara peneliti dan guru. Soal dikaji
hubungan antara variabel bebas dan variabel kembali oleh peneliti dan guru fisika dan diketahui
terikat (Vockell & Asher, 1995 dalam Setyosari ole h wa kil kepa la sekol ah. Soal pre tes di-
2012). kembangkan secara khusus, sedangkan untuk
soal postes sama dengan soal pretes, sehingga
Variabel Kontrol di hara pkan soa l pr ete s da n postes tid ak
Variabel dikendalikan atau yang dibuat konstan, mempengaruhi validitas data penelitian.
sehingga hubungan variabel bebas terhadap Waktu belajar antara kelas ekperimen dengan
variabel tergantung tidak terpengaruh oleh faktor kelas kontrol diusahakan dalam hari yang sama,
yang tidak diteliti. Untuk penelitian variabel kontrol dan pelaksanaan tes pada waktu pembelajaran.
antara lain: 1) kondisi awal siswa antara kelompok Ha l ini di laksanak an untuk menghil angk an
eksperimen dan kelompok kontrol; 2) bahan kemungkinan soal yang diketahui oleh kelompok
pelajaran sebagai materi ajar; 3) soal pretes siswa kontrol dan untuk menghindari berkurangnya
sebagai pengukur kemampuan awal untuk me- ketepatan data penelitian.

544
Prayekti, Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD versus Ekspositori dan Gaya Kognitif terhadap Hasil Belajar Konsep Fisika
Siswa Kelas X SMA

Tahap pelaksanaan eksperimen meliputi: 1) agar alat tes sesuai dengan materi pelajaran. Tes
memberikan tes gaya kognitif siswa; 2) melakukan objektif berupa tes pilihan ganda digunakan
pretes, 3) melakukan perlakuan, 4) melaksanakan sebagai usaha melihat persamaan hasil pretes
postes. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan antara kedua kelompok eksperimen dan kontrol,
September 2013 sampai dengan bulan Januari dan postes untuk menguji perbedaan hasil belajar
2014, dengan rincian kegiatan sebanyak 16 kali siswa yang diajarkan dengan perlakuan yang
pertemuan dan 1 kali postes. Jadwal perlakuan berbeda pada kelas yang diteliti.
mengikuti jadwal pembelajaran di sekolah yakni Validitas yang digunakan dalam penelitian ini
1 kali dalam seminggu dengan alokasi waktu 2 adalah validitas isi. Untuk mendapatkan validitas
kali 45 menit. isi, instrumen dikonsultasikan kepada para ahli
Berdasarkan hasil analisis deskriptif terlihat, ( expert judgment) untuk diperiksa dan dievaluasi
bahwa skor total gaya kognitif berkisar antara 0 secara sistematis, apakah butir-butir instrumen
hingga 25, dengan rata-rata 15,47 dan median tersebut telah mewakili apa yang akan diukur, ahli
15,00. Siswa yang memiliki skor rendah meng- yang dimaksud adalah dosen pembimbing 3 dan
indikasikan, bahwa siswa tersebut memiliki gaya guru/dosen fisika. Pengujian validitas instrumen
kognitif field dependent. Dengan demikian, siswa ya ng b erjumlah 50 ite m di lakukan deng an
dikatakan memiliki gaya kognitif field dependent, menggunakan koefisien korelasi Pearson Product
jika nilai skor gaya kognitif  15,00. Di sisi lain, Moment. Instrumen bisa dikatakan valid jika item
siswa dikatakan memiliki gaya kognitif field pertanyaan memiliki koefisien korelasi yang positif,
independent, jika nilai skor gaya kognitif di atas lebih besar dari 0,3, dan nilai signifikansi hasil
15,00. Dalam penelitian ini, gaya kognitif siswa analisis kurang dari = 0,05. Terdapat korelasi
terbagi dalam dua kategori, yakni field independent yang signifikan antara item pertanyaan dengan
dan field dependent. Pengelompokan siswa dengan nilai totalnya. Sebaliknya, jika hasil analisis
gaya kognitifnya dilakukan berdasarkan skor hasil diperoleh nilai signifikansi lebih besar daripada 
tes gaya kognitif. Pada masing-masing kelas, skor = 0,05, item pertanyaan tersebut tidak valid dan
gaya kognitif siswa diurutkan dari skor terendah tidak diikutkan dalam analisis berikutnya.
ke skor tertinggi. Kemudian diambil 27% siswa Pengujian validitas instrumen menggunakan
dengan urutan terendah untuk mewakili siswa bantuan sof twar e SPSS. Inst rume n da lam
yang memiliki gaya kognitif field dependent dan 27% pe neli tian ini ada lah soal tes. Te s pr esta si
siswa dengan urutan tertinggi untuk mewakili (achievement test) adalah tes yang digunakan
siswa yang memiliki gaya kognitif field independent. untuk mengukur pencapaian seseorang setelah
Penggunaan tes sebagai usaha untuk melihat mempelajari sesuatu (Arikunto, 2006). Hasil uji
persamaan hasil antara kedua kelompok eks- validitas, terdapat beberapa item pertanyaan yang
perimen dan kontrol, dan postes untuk menguji memi liki p- value l ebih da ri =0,05. Hal ini
perbedaan hasil belajar siswa dengan perlakuan mengindikasikan bahwa item-item pertanyaan
berbeda pada kelas-kelas yang diteliti. Sebelum tersebut tidak valid. Item pertanyaan yang
dit erap kan, instrum en t es t erle bih dahulu memiliki p-value kurang dari =0,05 sebanyak 33
dilakukan ujicoba untuk menguji validitas dan item pertanyaan, sehingga dapat disimpulkan
rel iabi lita s al at t es ( Tuck man, 199 9 da lam bahwa instrumen penelitian sudah valid dengan
(Sugiyono, 2006). Bahan perlakuan merupakan menggunakan 33 item pertanyaan.
perangkat pembelajaran terdiri dari RPP, materi
pembelajaran, lembar kerja siswa (LKS) dan Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
lembar evaluasi. Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen
Tes merupakan alat untuk memperoleh data cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai
hasil belajar, dan mengukur tingkat pencapaian alat pengumpul data karena instrumen tersebut
hasil siswa setelah diberikan perlakuan dengan sudah baik. Salah satu teknik pengujian reli-
metode atau pendekatan tertentu (Tuckman, abilitas adalah dengan menggunakan Split-Half
19 99 d an G alle t (2 003) . Al at t es d isusun Guttman. Kriteria pengambilan keputusan adalah
berdasarkan kisi-kisi yang dibuat sebagai panduan apabila nilai dari koefisien Split-Half Guttman lebih

545
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014

besar dari 0,6, maka instrumen penelitian tersebut ditambahkan, sehingga dapat mengurangi ke-
sudah reliabel (handal). Hasil pengujian reliabilitas salahan istilah. Dalam MANCOVA dapat menam-
menggunakan software SPSS. Variabel pema- bahkan lebih dari satu kovariat dan tergantung
haman konsep fisika menurut Split-Half Guttman, pada ukuran sampel dan digunakan untuk menguji
koefisien 0,721 adalah lebih dari 0,6, sehingga perbedaan nilai mean antarkedua atau lebih grup/
dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian kelompok berdasarkan atas dua variabel pene-
sudah reliabel. litian, variabel diukur dalam skala interval/rasio
Tingkat kesukaran butir soal adalah proporsi (Winarsunu, 2007). Menurut Widaryono (2010) Uji
peserta tes menjawab benar butir soal tersebut. signifikansi multivariat untuk mengetahui adanya
Semakin besar proporsi yang menjawab benar perbedaan centroid dua kelompok atau lebih dapat
butir soal, maka semakin rendah tingkat kesu- dievaluasi dengan uji statistika, yaitu: (1) Pilla‘s;
kar an b utir soa l te rseb ut. Arik unto (20 10) (2) Hotelling‘s Trace; (3) Wilks‘Lambda; dan (4)
mengemukakan bahwa soal yang baik adalah soal Roy‘s Larges Root. Formula uji statistika dapat
yang berada pada kategori sedang, yaitu soal ditulis sebagai berikut.
yang mempunyai tingkat kesukaran berkisar k k
i
antara 0,31 sampai dengan 0,70. Pengujian Pillai’s Trace = 
i  1 1  i
; Hotelling’s Trace = 
i 1
i

tingkat kesukaran butir soal, terdapat 12 buah


butir soal yang memiliki proporsi jawaban benar k
1
< 30%. Hal ini mengindikasikan bahwa butir soal Wilk’s Lambda= 
i 1 1  i ; Roy’s Largest root
tersebut berada pada kategori sukar. Selain itu, max
terdapat butir soal yang memiliki proporsi jawaban =
1  max
benar > 70%. Hal ini mengindikasikan bahwa butir
soal tersebut berada pada kategori mudah, Dimana  merupakan eigenvalue dan k adalah
sehingga 20 butir soal tersebut tidak digunakan jumlah eigenvalue
dalam mengukur pemahaman siswa. Berdasarkan
pengujian daya beda, 20 butir soal yang di- Hasil Penelitian dan Pembahasan
gunakan untuk mengukur pemahaman siswa 1. Untuk menganalisis perbedaan hasil belajar
berada pada kategori baik, sehingga, jumlah butir pemahaman dan aplikasi konsep fisika antara
soal yang digunakan dalam penelitian sebanyak kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
20 butir soal. pem belaja ran kooperat if tip e STAD d an
Dat a ha sil bela jar dikumpul kan mela lui pembelajaran ekspositori dianalisis dengan
kegiatan pretes, evaluasi, dan postes dengan uji statistik menggunakan MANCOVA. Terdapat
menggunakan tes yang telah divalidasi. Pengujian dua asumsi yang ha rus dipe nuhi dal am
perbedaan hasil perlakuan dengan memper- MAN COVA, ya itu: asumsi homogeni tas
gunakan analisis teknik seperti analisis multivariat covarian dan asumsi normalitas multivariat
kovarians (MANCOVA) yang memiliki dua kovariat, residual. Tabel 2 menyajikan hasil pengujian
yaitu pretes dan evaluasi dua faktor, yaitu strategi asumsi dalam MANCOVA.
pembelajaran kooperatif dan ekspositori, dan dua Asumsi pertama adalah asumsi homogenitas
variabel terikat, yaitu hasil pemahaman dan covarian, yang mengindikasikan, bahwa ragam
aplikasi konsep fisika. Dengan mempergunakan multivariat antarkelompok yang diuji harus sama
program SPSS 15, taraf signifikansi (sig)= 5% atau (homogen). Pengujian asumsi ini menggunakan
=0,05 (Winarsunu, 2007). MANCOVA adalah Box’s M Test. Covarian disebut homogen atau
teknik statistik yang merupakan perpanjangan sama jika nilai P-value>0.05. Hasil pengujian pada
dari analisis kovarians (ANCOVA). Jika ingin Tabel 2 memperlihatkan nilai P-value sebesar
membandingkan lebih dari dua kelompok dengan 0,429, karena nilai P-value>0.05 (0,429>0.05)
dua atau lebih dari dua variabel dependen, maka mengindikasikan bahwa covarian antarkelompok
digunakan kasus MANOVA. Ketika menambahkan homogen, maka asumsi homogenitas covarian ter-
kovariat di MANOVA, menggunakan kasus analisis penuhi.
mul tivar iat k ovari ans ( MANCO VA). Kovar iat

546
Prayekti, Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD versus Ekspositori dan Gaya Kognitif terhadap Hasil Belajar Konsep Fisika
Siswa Kelas X SMA

Tabel 2 Pengujian Asumsi MANCOVA

Asumsi Nilai Pengujian P-value Keterangan

Homogenitas Covarian 9,541 0,429 Terpenuhi

Normalitas Residual
0,971 0,303 Terpenuhi
Pemahaman Konsep Fisika
Normalitas Residual Aplikasi
0,806 0,535 Terpenuhi
Konsep Fisika

Asumsi kedua adalah asumsi normalitas STAD. Nilai rata-rata hasil belajar pemahaman
multivariat residual, artinya bahwa residual (galat) konsep fisika menunjukkan perbedaan yang
model MANCOVA diharapkan menyebar normal. signifikan, nilai rata-rata pada kelompok tipe
Pengujian asumsi ini menggunakan Kolmogorov- STAD lebih tinggi daripada kelompok eks-
Smirnov Test. Residual menyebar normal jika nilai positori, sehingga strategi pembelajaran
P-value>0.05. Hasil pengujian pada Tabel 2 kooperatif tipe STAD menunjukkan hasil
memperlihatkan bahwa nilai P-value 0,303 dan belajar pemahaman konsep fisika yang lebih
0,535. Karena nilai P-value > 0.05 (0,303 dan baik daripada strategi pembelajaran ekspo-
0,535 > 0.05) mengindikasikan bahwa asumsi sitori.
normalitas residual terpenuhi. Dengan demikian, Secara univariat, hasil belajar pemahaman
kedua asumsi MANCOVA terpenuhi, oleh karena konsep fisika didapatkan nilai F-hitung sebesar
itu hasil MANCOVA layak untuk digunakan dan 23,592 dengan p-value sebesar 0,000. Nilai p-
diinterpretasikan. value < 0,05 menunjukkan bahwa hasil belajar
pemahaman konsep fisika kelompok ekspositori
2. Me nganalisis p erbe daan hasil b elaj ar berbeda signifikan dengan kelompok tipe STAD.
pemahaman dan aplikasi konsep fisika antara Nilai rata-rata hasil belajar pemahaman konsep
siswa yang memiliki gaya kognitif berbeda. fisika menunjukkan perbedaan yang signifikan,
Alat analisis yang digunakan adalah Analisis nilai rata-rata pada kelompok kooperatif tipe STAD
Multivariat Kovarians (MANCOVA) dengan leb ih ti nggi d aripa da ke lompok eksp ositori,
memiliki dua kovariat meliputi pretes dan sehingga, strategi pembelajaran kooperatif tipe
evaluasi, dua faktor strategi pembelajaran STAD menunjukkan hasil belajar pemahaman
kooperatif dan ekspositori dan dua variabel konsep fisika yang lebih baik daripada strategi
terikat berupa hasil pemahaman dan aplikasi pembelajaran ekspositori.
konsep fisika. Strategi pembelajaran dibagi Gaya kognitif dibagi pada dua kelompok, yaitu
menjadi dua kelompok, yaitu ekspositori dan field dependent dan field independent. Sebanyak 36
kooperatif tipe STAD. Sebanyak 36 siswa yang siswa memiliki gaya kognitif field dependent, dan
diberikan strategi pembelajaran ekspositori, 36 siswa memiliki gaya kognitif field independent.
dan 36 siswa yang diberikan strategi pem- Rata-rata nilai pemahaman konsep fisika ke-
belajaran tipe STAD. Rata-rata nilai pema- lompok field dependent sebesar 5,209 dengan
haman konsep fisika kelompok ekspositori standar deviasi sebesar 2,040 dan rata-rata nilai
se besa r 4,908 deng an stand ar d evia si pem aham an k onse p fi sika kel ompok fie ld
sebesar 1,894 dan rata-rata nilai pemahaman independen sebesar 6,249 dengan standar deviasi
konsep fisika kelompok tipe STAD sebesar sebesar 1,768. Secara multivariat didapatkan nilai
6,55 dengan standar deviasi sebesar 1,694. F-hitung sebesar 9,268 dengan p-value sebesar
Pengujian secara multivariat, didapatkan nilai 0,000. Nilai p-value < 0,05 menunjukkan bahwa
F-hitung sebesar 13,821 dengan p-value hasil belajar pemahaman konsep fisika pada
sebesar 0,000. Nilai p-value < 0,05 menun- kelompok field dependent berbeda signifikan
jukk an bahw a hasil belaja r pemahaman dengan kelompok field independent, sehingga,
konsep fisika pada kelompok ekspositori secara keseluruhan, gaya kognitif menunjukkan
berbeda signifikan dengan kelompok tipe perbedaan yang signifikan hasil belajar pema-

547
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014

haman konsep fisika dimana gaya kognitif field rata-rata nilai pemahaman konsep fisika
independent menunjukkan hasil belajar pema- kelompok field independent sebesar 6,70
haman konsep fisika yang lebih baik daripada dengan standar devi asi sebe sar 1,86 7.
gaya kognitif field dependent. Pengujian secara multivariat didapatkan nilai
Secara univariat hasil belajar pemahaman F-hi tung sebesar 4,119 denga n p-va lue
konsep fisika didapatkan nilai F-hitung sebesar sebesar 0,020. Nilai p-value<0,05 menun-
6,227 dengan p-value sebesar 0,015. Nilai p- jukkan, bahwa terdapat pengaruh interaksi
value< 0,05 menunjukkan bahwa hasil belajar yang signifikan antara strategi pembelajaran
pemahaman konsep fisika pada kelompok field dengan gaya kognitif terhadap hasil belajar
dependent berbeda signifikan dengan kelompok pemahaman konsep fisika. Kombinasi antara
field independent. Nilai rata-rata pada kelompok strategi pembelajaran dengan gaya kognitif
dependent lebih tinggi daripada kelompok field menunjukkan perbedaan yang signifikan hasil
independent, sehingga dari hasil analisis tersebut, belajar pemahaman konsep fisika. Hasil
terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengujian secara univariat hasil belajar
pemahaman konsep fisika pada kedua kelompok pemahaman konsep fisika, didapatkan nilai
gay a kognit if d i ma na g aya kognitif fie ld F-hi tung sebesar 4,555 denga n p-va lue
independent menunjukkan hasil belajar pema- sebesar 0,036. Nilai p-value <0,05 menun-
haman konsep fisika yang lebih baik daripada jukkan secara univariat interaksi antara
gaya kognitif field dependent. strategi pembelajaran dengan gaya kognitif
dan memberikan pengaruh yang signifikan ter-
3. Unt uk m enga nali sis peng aruh int erak si hadap hasil belajar pemahaman konsep fisika.
antara strategi pembelajaran kooperatif tipe Hasil analisis, rata-rata nilai aplikasi konsep
STAD vs eksposi tori dan gay a kognit if fisika kelompok eksp ositori sebe sar 3,9
terhadap hasil belajar pemahaman konsep dengan standar deviasi sebesar 1,823 dan
fisika digunakan uji statistik secara univariat rata-rata nilai aplikasi konsep fisika kelompok
dan multivariat. Interaksi antara strategi kooperatif tipe STAD sebesar 5,625 dengan
belajar dan gaya kognitif digolongkan dalam standar deviasi sebesar 1,580. Pada pengu-
empat kelompok, yaitu pertama kelompok jian secara multivariat, didapatkan nilai F-
siswa dengan strategi pembelajaran ekspo- hi tung seb esar 13,821 deng an p -val ue
sit ori yang memi liki gaya kog niti f fi el d sebesar 0,000. Nilai p-value<0,05 menun-
dependent, kedua kelompok siswa dengan jukkan bahwa secara multivariat, hasil belajar
str ateg i pe mbel ajar an e kspositori y ang ap lika si k onse p fi sika pad a ke lomp ok
memiliki gaya kognitif field independent, ketiga eksposi tori ber beda sig nifi kan deng an
kelompok siswa dengan strategi pembela- kelompok STAD. Nilai rata-rata hasil belajar
jaran kooperatif tipe STAD yang memiliki gaya pemahaman dan aplikasi konsep fisika secara
kognitif field dependent, dan keempat kelom- ber sama -sam a me nunj ukka n pe rbed aan
pok siswa dengan strategi pembelajaran yang signifikan, nilai rata-rata pada kelompok
kooperatif tipe STAD yang memiliki gaya STAD lebih tinggi daripada kelompok ekspo-
kognitif field independent. Pada kelompok sitori. Secara keseluruhan, strategi pembe-
eksposi tori , ra ta-r ata nila i pe maha man lajaran STAD menunjukkan hasil belajar
konsep fisika kelompok fiel d dependent aplikasi konsep fisika yang lebih baik daripada
se besa r 4,018 deng an stand ar d evia si strategi pembelajaran ekspositori.
sebesar 1,787. Rata-rata nilai pemahaman Secara univariat hasil belajar aplikasi konsep
konsep fisika kelompok field independent fisika, didapatkan nilai F-hitung sebesar 4,625
se besa r 5,798 deng an stand ar d evia si dengan p-value sebesar 0,035. Nilai p-value< 0,05
sebesar 1,582. Pada kelompok kooperatif tipe menunjukkan, bahwa secara univariat, hasil
STAD, rata-rata nilai pemahaman konsep belajar aplikasi konsep fisika pada kelompok
fisika kelompok field dependent sebesar 6,40 ekspositori berbeda signifikan dengan kelompok
dengan standar deviasi sebesar 1,536 dan kooperatif tipe STAD. Nilai rata-rata hasil belajar

548
Prayekti, Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD versus Ekspositori dan Gaya Kognitif terhadap Hasil Belajar Konsep Fisika
Siswa Kelas X SMA

aplikasi konsep fisika menunjukkan perbedaan Rata-rata nilai aplikasi konsep fisika kelompok field
yang signifikan, nilai rata-rata pada kelompok dependent sebesar 4,138 dengan standar deviasi
STAD lebih tinggi daripada kelompok ekspositori, sebesar 1,536 dan rata-rata nilai aplikasi konsep
sehingga strategi pembelajaran koordinator tipe fisika kelompok field independent sebesar 5,388
STAD menunjukkan hasil belajar aplikasi konsep dengan standar deviasi sebesar 2,046, sehingga
fisika yang lebih baik daripada strategi pem- gaya kognitif field independent menunjukkan hasil
belajaran ekspositori. Rata-rata nilai aplikasi belajar aplikasi konsep fisika yang lebih baik
konsep fisika kelompok ekspositori sebesar 3,9 daripada gaya kognitif field dependent.
dengan standar deviasi sebesar 1,823 dan rata- Hasil pengujian secara univariat, hasil belajar
rat a ni lai apli kasi konsep fisi ka k elom pok aplikasi konsep fisika didapatkan nilai F-hitung
kooperatif tipe STAD sebesar 5,625 dengan sebesar 12,729 dengan p-value sebesar 0,001.
standar deviasi sebesar 1,580. Pengujian secara Nilai p-value<0,05 menunjukkan bahwa hasil
multivariat, didapatkan nilai F-hitung sebesar belajar aplikasi konsep fisika pada kelompok field
13,821 dengan p-value sebesar 0,000. Nilai p- dependent berbeda signifikan dengan kelompok
value<0,05 menunjukkan bahwa hasil belajar field independent. Nilai rata-rata pada kelompok
aplikasi konsep fisika pada kelompok ekspositori field independent lebih tinggi daripada kelompok
berbeda signifikan dengan kelompok kooperatif fie ld de pende nt . Terd apa t pe rbe daa n ya ng
tip e STAD. Nila i ra ta-r ata pad a ke lomp ok signifikan hasil belajar aplikasi konsep fisika pada
kooperati f tip e STAD l ebih ti nggi da ripa da kedua kelompok gaya kognitif. Gaya kognitif field
kelompok ekspositori, sehingga, strategi pem- independent menunjukkan hasil belajar aplikasi
belajaran kooperatif tipe STAD menunjukkan hasil konsep fisika yang lebih baik daripada gaya kognitif
belajar aplikasi konsep fisika yang lebih baik field dependent. Grafik 1 menggambarkan per-
daripada strategi pembelajaran ekspositori. bedaan nilai rata-rata hasil belajar pemahaman
dan aplikasi konsep pada kelompok gaya kognitif.
4. Untuk menganalisis pengaruh interaksi antara Interaksi strategi belajar dengan gaya kognitif
strategi pembelajaran dan gaya kognitif memberikan 4 kelompok, yaitu kelompok siswa
terhadap hasil belajar fisika digunakan uji dengan strategi pembelajaran ekspositori dengan
statistik dengan memfokuskan pada per- gaya kognitif field dependent, dan kelompok siswa
bedaan gaya kognitif field independent dan dengan strategi pembelajaran ekspositori dengan
gaya kognitif field dependent. Hasil pengujian, gaya kognitif field independent. Kelompok siswa
secara univariat hasil belajar aplikasi konsep strategi pembelajaran tipe STAD dengan gaya
fisika, didapatkan nilai F-hitung sebesar 4,625 kognitif field dependent, dan kelompok siswa
dengan p-value sebesar 0,035. Nilai p-value< dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe
0,05 m enunjukk an b ahwa hasil b elaj ar STAD dengan gaya kognitif field independent. Pada
aplikasi konsep fisika pada kelompok eks- kelompok ekspositori, rata-rata nilai aplikasi
positori berbeda signifikan dengan kelompok konsep fisika kelompok field dependent sebesar
kooperatiftipeSTAD. Nilai rata-rata hasil 3,575 dengan standar deviasi sebesar 1,641 dan
belajar aplikasi konsep fisika menunjukkan rata-rata nilai aplikasi konsep fisika kelompok field
perbedaan yang signifikan, nilai rata-rata indepe ndent seb esar 4,225 dengan sta ndar
pada kelompok kooperatif tipe STAD lebih deviasi sebesar 1,977. Pada kelompok kooperatif
tinggi daripada kelompok ekspositori. Strategi tipe STAD, rata-rata nilai aplikasi konsep fisika
pembelajaran kooperatif tipe STAD me- kelompok field dependent sebesar 4,70 dengan
nunjukkan hasil belajar aplikasi konsep fisika standar deviasi sebesar 1,218 dan rata-rata nilai
yang lebih baik daripada strategi pembe- aplikasi konsep fisika kelompok field independent
lajaran ekspositori. sebesar 6,550 dengan standar deviasi sebesar
Gaya Kognitif dibagi pada dua kelompok, yaitu 1,356. Pengujian secara multivariat didapatkan
field dependent dan field independent. Sebanyak 36 nilai F-hitung sebesar 4,119 dengan p-value
siswa memiliki gaya kognitif field dependent dan sebesar 0,020. Nilai p-value<0,05 menunjukkan,
36 siswa memiliki gaya kognitif field independent. bahwa terdapat pengaruh interaksi yang signifikan

549
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014

Gambar 1 Perbandingan Hasil Belajar pada Kelompok Gaya Kognitif

antara str ateg i pe mbel ajar an d enga n ga ya pembelajaran kooperatif tipe STAD, bahwa hasil
kognitif terhadap hasil belajar aplikasi konsep belajar pemahaman konsep fisika lebih baik
fisika. Kombinasi antara strategi pembelajaran daripada strategi pembelajaran ekspositori.
dengan gaya kognitif menunjukkan perbedaan Perbedaan hasil belajar pemahaman konsep
yang signifikan pada hasil belajar aplikasi konsep fisika antara siswa yang memiliki gaya kognitif
fisika. Pengujian secara univariat hasil belajar berbeda hasil analisis.
aplikasi konsep fisika, diperoleh nilai F-hitung Rata-rata nilai pemahaman konsep fisika
sebesar 3,717 dengan p-value sebesar 0,058. Nilai kelompok field dependent sebesar 5,209 dengan
p-value>0,05 menunjukkan interaksi antara standar deviasi sebesar 2,040 dan rata-rata nilai
strategi pembelajaran dengan gaya kognitif tidak pem aham an k onse p fi sika kel ompok fie ld
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap indepe ndent seb esar 6,249 dengan sta ndar
hasil belajar aplikasi konsep fisika. deviasi sebesar 1,768. Pengujian menggunakan
MANCOVA, didapatkan nilai F-hitung sebesar 6,227
Pembahasan dengan p-value sebesar 0,015. Nilai p-value<0,05
Perbedaan hasil belajar pemahaman konsep fisika menunjukk an bahwa secara univari at, ha sil
antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan belajar pemahaman konsep fisika pada kelompok
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pem- fie ld de pende nt b erbe da signifik an deng an
belajaran ekspositori. Berdasarkan hasil analisis, kelom pok field independent . N ilai r ata-r ata
rata-rata nilai pemahaman konsep fisika kelompok kelompok field dependent lebih tinggi daripada
ekspositori sebesar 4,908 dengan standar deviasi kelompok field independent, sehingga dari hasil
sebesar 1,894 dan rata-rata nilai pemahaman ana lisi s te rseb ut t erda pat perb edaa n ya ng
konsep fisika kelompok kooperatif tipe STAD signifikan pada hasil belajar pemahaman konsep
sebesar 6,55 dengan standar deviasi sebesar fisika di kedua kelompok gaya kognitif. Gaya
1,6 94. Hasi l pe nguj ian deng an M ANCO VA, kognitif field independent, menunjukkan hasil
didapatkan nilai F-hitung sebesar 23,592 dengan belajar pemahaman konsep fisika yang lebih baik
p-v alue seb esar 0,0 00. Nila i p- value<0,05 daripada gaya kognitif field dependent. Gaya
menunjukk an bahwa secara univari at, ha sil kognitif merupakan pola yang terbentuk dengan
belajar pemahaman konsep fisika pada kelompok cara memproses informasi yang cenderung stabil.
ekspositori berbeda signifikan dengan kelompok Untuk pengaruh interaksi antara strategi
kooperatif tipe STAD. Nilai rata-rata hasil belajar pembelajaran kooporatif tipe STAD vs ekspositori
pemahaman konsep fisika menunjukkan per- dan gaya kognitif terhadap hasil belajar pema-
bedaan yang signifikan dan nilai rata-rata pada haman fisika digunakan analisis MANCOVA. Hasil
kelompok k oopera tif ti pe STAD le bih ting gi analisisnya bahwa pada kelompok ekspositori,
daripada kelompok ekspositori. Pada strategi rata-rata nilai pemahaman konsep fisika kelompok

550
Prayekti, Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD versus Ekspositori dan Gaya Kognitif terhadap Hasil Belajar Konsep Fisika
Siswa Kelas X SMA

field dependent sebesar 4,018 dengan standar dependent sebesar 4,138 dengan standar deviasi
deviasi sebesar 1,787 dan rata-rata nilai pema- sebesar 1,536 dan rata-rata nilai aplikasi konsep
haman konsep fisika kelompok field independent fisika kelompok field independent sebesar 5,388
sebesar 5,798 dengan standar deviasi sebesar dengan standar deviasi sebesar 2,046. Dari hasil
1,582. Pada kelompok kooperatif tipe STAD, dapat penguji an de ngan meng guna kan M ANCO VA,
dijelaskan bahwa rata-rata nilai pemahaman diperoleh nilai F-hitung sebesar 12,729 dengan
konsep fisika kelompok field dependent sebesar p-v alue seb esar 0,0 01. Nila i p- value<0,05
6,40 dengan standar deviasi sebesar 1,536 dan menunjukkan bahwa hasil belajar aplikasi konsep
rata-rata nilai pemahaman konsep fisika kelompok fisika pada kelompok field dependent berbeda
field independent sebesar 6,70 dengan standar signifikan dengan kelompok field independent. Nilai
deviasi sebesar 1,867. Analisis menggunakan rata-rata pada kelompok independent lebih tinggi
MANCOVA, diperoleh nilai F-hitung sebesar 4,555 daripada kelompok field dependent. Dari hasil
dengan p-value sebesar 0,036. Nilai p-value<0,05 ana lisi s te rseb ut t erda pat perb edaa n ya ng
menunjukkan bahwa secara univariat, interaksi signifikan pada hasil belajar aplikasi konsep fisika
antara str ateg i pe mbel ajar an d enga n ga ya pada kedua kelompok gaya kognitif di mana gaya
kognitif memberikan pengaruh yang signifikan kognitif field independent menunjukkan hasil belajar
terhadap hasil belajar pemahaman konsep fisika. aplikasi konsep fisika yang lebih baik daripada
Perbedaan hasil belajar aplikasi konsep fisika gaya kognitif field dependent.
antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan Pengaruh interaksi antara strategi pem-
menggunakan strategi pembelajaran kooperatif belajaran dan gaya kognitif terhadap hasil belajar
tipe STAD vs Ekspositori. Hasil analisis, rata-rata fisika. Hasil analisisnya, kelompok ekspositori rata-
nilai aplikasi konsep fisika kelompok ekspositori rata nilai aplikasi konsep fisika kelompok field
sebesar 3,9 dengan standar deviasi sebesar dependent sebesar 3,575 dengan standar deviasi
1,823 dan rata-rata nilai aplikasi konsep fisika sebesar 1,641 dan rata-rata nilai aplikasi konsep
kelompok kooperatif tipe STAD sebesar 5,625 fisika kelompok field independent sebesar 4,225
dengan standar deviasi sebesar 1,580. Dari hasil dengan standar deviasi sebesar 1,977. Pada
pengujian dengan MANCOVA, didapatkan nilai F- kelompok kooperatif tipe STAD, rata-rata nilai
hitung sebesar 4,625 dengan p-value sebesar aplikasi konsep fisika kelompok field dependent
0,035. Nilai p-value<0,05 menunjukkan bahwa sebesar 4,70 dengan standar deviasi sebesar
secara univariat, hasil belajar aplikasi konsep 1,218 dan rata-rata nilai aplikasi konsep fisika
fi sika pad a ke lomp ok e kspositori b erbe da kelompok field independent sebesar 6,550 dengan
signifikan dengan kelompok kooperatif tipe STAD. standar deviasi sebesar 1,356. Pengujian dengan
Nilai rata-rata hasil belajar aplikasi konsep fisika MANCOVA didapatkan nilai F-hitung sebesar 3,717
menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan dan p-value sebesar 0,058. Nilai p-value>0,05
nilai rata-rata pada kelompok kooperatif tipe STAD menunjukkan bahwa interaksi antara strategi
leb ih ti nggi d aripa da ke lompok eksp ositori, pe mbel ajar an d enga n g aya kognitif tid ak
sehingga strategi pembelajaran kooperatif tipe memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
STAD menunjukkan hasil belajar aplikasi konsep hasil belajar aplikasi konsep fisika.
fisika yang lebih baik daripada strategi pem-
belajaran ekspositori. Simpulan dan Saran
Perbedaan hasil belajar aplikasi konsep fisika Simpulan
antara kelompok siswa yang memiliki gaya kognitif 1. Strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD
berbeda. Berdasarkan hasil analisisnya, rata-rata me nunj ukka n ha sil bel ajar pem aham an
nilai aplikasi konsep fisika kelompok field dependent konsep fisika yang lebih baik daripada strategi
sebesar 4,138 dengan standar deviasi sebesar pembelajaran ekspositori.
1,536 dan rata-rata nilai aplikasi konsep fisika 2. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap
kelompok field independent sebesar 5,388 dengan hasil belajar pemahaman konsep fisika pada
standar deviasi sebesar 2,046. Hasil analisisnya, kedua kelompok gaya kognitif. Gaya kognitif
rata-rata nilai aplikasi konsep fisika kelompok field field independent menunjukkan hasil belajar

551
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014

pemahaman konsep fisika yang lebih baik aplikasi konsep fisika yang lebih baik daripada
daripada gaya kognitif field dependent. strategi pembelajaran ekspositori, sebaiknya
3. Pada kelompok kooperatif tipe STAD maupun frekuensi pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih
ekspositori, terdapat interaksi antara strategi ditingkatkan lagi oleh guru, untuk memberikan
pembelajaran dengan gaya kognitif mem- variasi pembelajaran dan upaya untuk mening-
berikan pengaruh yang signifikan terhadap katkan hasil belajar fisika. Sebaiknya siswa yang
hasil belajar pemahaman konsep fisika. memiliki gaya kognitif field dependent diberi
4. Interaksi antara strategi pembelajaran dan pembelajaran kooperatif tipe STAD sedangkan
gaya kognitif tidak memberikan pengaruh siswa memiliki gaya kognitif field independent diajar
yang signifikan terhadap hasil belajar aplikasi de ngan str ateg i pe mbel ajar an e kspositori
konsep fisika. terutama dalam pemahaman fisika. Guru lebih
sering melakukan pembelajaran kooperatif tipe
Saran STAD sebag ai v aria si d ala m pe mbel ajar an
Str ateg i pe mbel ajar an k oope rati f ti pe ST AD tentunya dengan memperhatikan gaya kognitif
menunjukkan hasil belaja r pemahama n dan siswa.

Pustaka Acuan

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Bloom, B. S. 1981. Taxonomy of Education Objectives.New York: Longman.

Charles, C.M. 1980. Individualizing Instruction.St. Louis: The C.V. Mosby Company.

Fareed. A. 2010. Effect of Cooperative Learning on Students’ Achievement at Elementary Level.


Pakistan International Journal of Learning ISSN 1447-9494.(online)(17),3, hlm 127-140. (http://
www.Learning-Journal.com), diakses 19 Maret 2012.

Gall, M. D., Gall, J. P., & Borg, W. R. 2003. Educational Research An Introduction.Seventh Edition. Boston:
United Press of America.

Hsiung. C.M. 2010. An Experimental Investigation Into the Efficiency of Cooperative Learning with
Consideration of Multiple Grouping Criteria. European Journal of Engineering Education. Vol 35
(6). hlm. 679–692

Jerold, W. APPS. 1990. Study Skill for Today’s College Student (USA: McGraw-Hill,Inc).

Kanginan, M. 1997. Fisika SMU Edisi Kedua jilid 1A catur wulan 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mc GrawHill. 2007. Focus On Physical Science. Glencoe Science California Grade 8. National Geographic
Interactive Student Edition.

Munandar, U. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Nasution, S. 1997. Berbagai Strategi dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Nur, M. 2008. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA.

Nursyamsuddin. Panduan Praktikum Terpilih: Fisika SMA untuk Kelas X jilid 1. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Pranada Media.

Sheng. W. X. 2010. Promoting Language Learners Autonomy in Cooperative Learning. (7), 2 (serial
No 74), p. 1-6. Sino –US English Teaching.

552
Prayekti, Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD versus Ekspositori dan Gaya Kognitif terhadap Hasil Belajar Konsep Fisika
Siswa Kelas X SMA

Shimazoe. J & Aldrich. H. 2010. Group work can be Gratifying: Understanding & Overcoming Resistance
to Cooperative Learning. College Teaching, 58: 52-57.

Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning, Theory Research and Practice. Edisi II. Massachusetts: Allyn
and Bacon.

Setyosari, P. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Pranada Media
Group.

Sugiyono. 2006. Metoda Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.

Susilo, H. 2007. Pengembangan Kemampuan Berpikir dan Assessmen dalam Strategi Kooperatif. Makalah
disajikan dalam Pelatihan Pengembangan Asesmen Autentik dan Kemampuan Berpikir serta
Implementasinya dalam Pembelajaran Kooperatif. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Tuckman, B. W. 1999. Conducting Educational Research 5th . Orlando: Harcourt Brace College Publisher.

Widarjono, A. 2010. Analisis Multivariat Terapan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen.

Winarsunu. T. 2007. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: UPT Penerbitan
Universitas Muhammadiyah Malang.

Winkel, W. S. 2009. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

553

You might also like