0% found this document useful (0 votes)
52 views7 pages

Varian Kualitatif Kacang Tanah Hasil Kultur in Vitro Dan Hasil Seleksi in Vitro

This document summarizes a study on qualitative variants of peanut plants obtained from in vitro culture and in vitro selection. Somaclonal variation was induced in peanut callus tissue by subculturing for six months in MS medium containing picloram. Some somatic embryos were selected in medium containing PEG to induce drought tolerance. Regenerated R0 plants showed phenotypic variation in qualitative traits like branching, leaf shape and number, sterility. Variation was heritable in R1 and R2 generations. Wide branching, excessive branching, leaf number abnormality and sterility were genetically controlled, while other traits like variegated leaves were epigenetically controlled. The study identified qualitative variants induced by in vitro culture and selection and the factors controlling the

Uploaded by

M Mahardika
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
52 views7 pages

Varian Kualitatif Kacang Tanah Hasil Kultur in Vitro Dan Hasil Seleksi in Vitro

This document summarizes a study on qualitative variants of peanut plants obtained from in vitro culture and in vitro selection. Somaclonal variation was induced in peanut callus tissue by subculturing for six months in MS medium containing picloram. Some somatic embryos were selected in medium containing PEG to induce drought tolerance. Regenerated R0 plants showed phenotypic variation in qualitative traits like branching, leaf shape and number, sterility. Variation was heritable in R1 and R2 generations. Wide branching, excessive branching, leaf number abnormality and sterility were genetically controlled, while other traits like variegated leaves were epigenetically controlled. The study identified qualitative variants induced by in vitro culture and selection and the factors controlling the

Uploaded by

M Mahardika
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 7

BIOSAINTIFIKA ISSN xxxx-xxxx

Volume 1, Nomor 1 Maret 2009


Halaman 33 - 40

Varian Kualitatif Kacang Tanah Hasil Kultur in Vitro


dan Hasil Seleksi in Vitro
(Qualitative Variants of Peanut Plants Obtained from in-Vitro Culture
and in-Vitro Selection)

ENNI SUWARSI RAHAYU, SUDARSONO


*Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Lt 1 Jl. Raya Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telp. (024) 8508033
** Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta Institut Pertanian Bogor
Jalan Meranti Kampus IPB Darmaga Bogor

ABSTRACT

Tissue cultures that have passed callus phase can induce somaclonal variation, of which the intensity
was influenced by the addition of selective agents to culture media. Somaclonal variations of peanut plant
obtained from in-vitro cultured and in-vitro selected somatic embryos using PEG was not yet understood.
The objectives of this research were 1) to identify the qualitative variants of peanut plant var. Kelinci
obtained from in-vitro cultured and in-vitro selected somatic embryos using PEG, 2) to estimate the factors
that control the qualitative variants. The non-selected and the selected variant somatic embryos of peanut
were germinated and cultured. From fertile R0 lines, sufficient number of R1 and R2 progenies were grown
for evaluation. The results showed that phenotypic variations of qualitative characters can be observed
among R0, R1 and R2 generations of somaclonal lines. Variant phenotypes of qualitative characters can be
observed, these include wide branching, excessive branching, leaf variegation, leaflet number abnormality,
leaf pointed tip, ‘rosette’ leaf, complete sterility and partial sterility. The data indicated that wide branching,
excessive branching, leaflet number abnormality, partial sterility and complete sterility were genetically
controlled, while variant phenotypes of ‘rosette‘ leaf, leaf variegation, and leaf pointed tip were
epigenetically controlled.

Key words: somaclonal variant, qualitative characters, in vitro selection, in vitro culture

PENDAHULUAN (Rahayu 2006).


Teknik kultur jaringan, terutama yang
Penggunaan teknik in vitro untuk melibatkan fase kalus, dapat menginduksi
mendapatkan plasma nutfah tanaman kacang terjadinya variasi somaklonal, yaitu perubahan
tanah dengan karakter unggul baru memerlukan yang terjadi pada tanaman yang diregenerasikan
tersedianya teknik kultur jaringan yang efektif dan dari kultur in vitro dan pada umumnya bersifat
bahan penyeleksi yang tepat (Mohammed et al. heritable. Variasi somaklonal dapat diketahui
2000). Teknik kultur jaringan diperlukan untuk dengan menganalisis fenotip, protein, jumlah dan
menghasilkan embrio somatik (ES), menginduksi struktur kromosom, serta DNA. Selain variasi
variasi somaklonal dan meregenerasikan ES somaklonal, sumber variasi lain yang dapat
varian menjadi tanaman dalam jumlah banyak. diamati pada tanaman regeneran adalah variasi
Bahan penyeleksi yang tepat diperlukan untuk epigenetik yang merupakan modifikasi ekspresi
menapis ES varian dengan karakter unggul yang genetik, biasanya bersifat reversibel (Henikoff &
diinginkan di antara ES varian dengan karakter Matzke 1997). Tipe dan intensitas variasi sering
yang tidak diinginkan. Berdasar penelitian berbeda antar spesies atau kultivar maupun antar
sebelumnya telah dikembangkan metode baku perlakuan. Dalam suatu percobaan mungkin
seleksi in vitro menggunakan PEG-6000 yang terjadi perubahan yang sangat besar sehingga
dapat digunakan untuk mengisolasi jaringan tanaman tampak abnormal, namun mungkin pula
kacang tanah yang toleran cekaman kekeringan hanya sebagian kecil sedangkan sebagian besar
34 BIOSAINTIFIKA Vol. 1, No.1, Maret 2009, hal. 33 - 40

karakter lain tetap menyerupai induknya eksplan per botol) ditanam dalam media kultur
(Seliskar & Gallagher 2000). dan disubkultur setiap bulan ke dalam media
Keragaman karakter kualitatif akibat variasi kultur yang masih segar, dalam kondisi gelap 24
somaklonal pada tanaman kacang tanah hasil jam. Setelah tiga bulan, ES yang masih hidup
kultur in vitro dan hasil seleksi in vitro belum diisolasi dan ditanam dalam media MS-P16 padat
diketahui sehingga perlu dievaluasi. Masalah yang selama dua bulan agar terjadi proliferasi. ES hasil
perlu diteliti adalah 1) bagaimanakah varian proliferasi kemudian diregenerasikan menjadi
kualitatif tanaman kacang tanah hasil kultur in tanaman R0.
vitro dan hasil seleksi in vitro, 2) faktor-faktor Regenerasi dimulai dengan menanam ES
apakah yang mengendalikan varian kualitatif. dalam media MS yang ditambah arang aktif 2 g/l
Pada penelitian ini tanaman hasil kultur in vitro (media MSAC), kemudian dilakukan subkultur
adalah tanaman yang diregenerasikan dari ES setiap bulan sampai berkembang sempurna, dan
yang berkembang dalam media in vitro (media dikecambahkan dalam media MS yang ditambah
MS + pikloram 16 μΜ), sedang tanaman hasil BAP (6-benzylamino purine) sebanyak 22 µM
seleksi in vitro diregenerasikan dari ES yang sampai terbentuk tunas. Tunas yang tumbuh
berkembang dalam media selektif (media MS + dipilih yang mempunyai panjang 2–3 cm,
pikloram 16 μΜ + PEG- 6000 15%). dipindahkan ke media pengakaran yang tersusun
Kultur jaringan kacang tanah yang dari media MS ditambah NAA (naphtalene acetic
menginduksi terbentuknya ES dan variasi acid) sebanyak 10 mg/l selama satu minggu.
somaklonal, serta meregenerasikan tanaman Setelah itu dipindahkan lagi ke media MSAC dan
varian secara efisien telah dibakukan. Teknik ditumbuhkan sampai terbentuk akar yang
yang dikembangkan terbukti mampu menginduksi sempurna. Pada semua tahap regenerasi, kultur
keragaman karakter kualitatif dan kuantitatif serta diinkubasikan dalam ruang dengan temperatur
toleransi terhadap toksin yang disekresikan konstan 25o C dan kondisi terang dengan
cendawan Sclerotium rolfsii (Yusnita et al. 2005). pencahayaan lampu 1000 lux terus menerus.
Keragaman di antara kultur ES kacang tanah Tunas yang telah berakar berkembang
diduga juga berpotensi untuk menghasilkan varian menjadi plantlet. Plantlet dengan 3-4 daun dan
ES dengan karakter toleran terhadap cekaman perakaran yang normal dipindahkan dari media in
kekeringan. vitro ke media tanah melalui proses aklimatisasi.
Akar plantlet dicuci bersih dari agar yang
BAHAN DAN METODE menempel, direndam dalam suspensi fungisida
Dithane M45 (2 g/l), dan ditanam dalam pot
Bahan Tanaman dan Induksi Variasi plastik dengan volume 200 ml berisi media tanam
Somaklonal steril campuran tanah:kompos:pasir (2:1:1, v/v).
Dalam penelitian ini digunakan kalus Plantlet disungkup dengan botol kultur untuk
embriogen dengan ES sekunder kacang tanah menjaga kelembaban dan diletakkan selama dua
kultivar Kelinci. Kalus embriogen yang berumur minggu pada rak kultur dalam kondisi terang terus
satu bulan di sub-kultur setiap bulan selama enam menerus selama 24 jam. Plantlet disiram dengan
bulan dalam media MS-P16 (MS ditambah larutan MS (½ konsentrasi) jika permukaan media
pikloram 16 μM) padat untuk menginduksi tanam mengering.
terjadinya variasi somaklonal. Setelah menghasilkan daun dan perakaran
baru, plantlet dipindahkan ke rumah kaca dan
Pertumbuhan ES Varian dalam Media Kultur sungkup botol dibuka secara bertahap. Tanaman
dan Media Selektif serta Regenerasinya yang berhasil tumbuh dipindahkan ke dalam pot
menjadi Tanaman R0 dengan diameter 50 cm dan tinggi 40 cm yang
Pada sebagian percobaan kalus embriogen berisi 10 kg campuran tanah:kompos:pasir (1:1:1,
dengan ES varian diseleksi dalam media selektif v/v). Selanjutnya tanaman dipelihara di rumah
yang mengandung PEG-6000 15%. Pada sebagian kaca untuk menghasilkan benih R0:1 dan untuk
percobaan yang lain kalus embriogen dengan ES pengamatan pertumbuhan tanaman.
varian ditumbuhkan dalam media kultur non-
selektif, yaitu MS-P16 cair tanpa penambahan Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman R0,
PEG. Untuk setiap bagian percobaan tersebut, R1 dan R2
pada awal percobaan ditanam 500 kalus Benih R0:1 yang dihasilkan oleh tanaman
embriogen, masing-masing dengan 8–10 ES R0 yang diregenerasikan dari ES hasil seleksi in
sehingga jumlah total ES yang ditumbuhkan vitro dalam media PEG 15% (yang selanjutnya
mencapai 4000–5000 ES. Kalus embriogen (lima disebut populasi R0-K15) dan yang
ENNI SUWARSI RAHAYU – Varian Kualitatif Kacang Tanah
BIOSAINTIFIKA Vol. 1, No.1, Maret 2009, hal. 33 - 40 35

diregenerasikan dari ES hasil kultur in vitro tanpa serta dipelihara dalam kondisi yang sama seperti
seleksi PEG (yang selanjutnya disebut populasi penanaman R1. Pemeliharaan yang meliputi
R0-K0) ditanam untuk memperoleh tanaman pemupukan, penyiraman, pengendalian gulma dan
generasi R1. Masing-masing nomor tanaman R0 hama dilakukan seperti dijelaskan sebelumnya.
ditumbuhkan 5–10 tanaman R1 tergantung pada Tanaman R2 dipelihara hingga panen, benih R2-3
jumlah polong bernas yang dihasilkan. Tanaman dipanen secara terpisah dari setiap nomor. Sebagai
R1 ditumbuhkan dalam polybag berukuran 45 x kontrol adalah tanaman kacang tanah kultivar
45 cm yang diisi 10 kg media tanam campuran Kelinci yang ditumbuhkan dari benih yang
tanah kebun, kompos dan pasir dengan diperoleh dari Balitbiogen, Bogor. Tanaman
perbandingan 2:1:1 (v/v) dan dipelihara di rumah tersebut ditanam dan dipelihara dengan cara yang
kaca di Balitbiogen, Bogor. Pemeliharaan yang sama dengan tanaman yang berasal dari kultur.
meliputi pemupukan, penyiraman, pengendalian
gulma dan hama dilakukan seperti budidaya Penentuan Varian
kacang tanah pada umumnya. Tanaman R1 Karakter yang diamati adalah karakter
dipelihara hingga panen, benih R1-2 dipanen kualitatif yang meliputi pola percabangan,
secara terpisah dari setiap nomor. intensitas percabangan, filotaksis (jumlah daun
Benih R1-2 yang berasal dari nomor yang tumbuh pada satu buku), jumlah leaflet
tanaman R1 terpilih, yaitu beberapa nomor yang (anak daun) dalam satu daun majemuk, bentuk
menghasilkan polong bernas paling banyak, ujung daun, dan fertilitas. Pola percabangan
ditanam untuk memperoleh tanaman generasi R2. dibedakan berdasarkan sudut antara batang
Masing-masing nomor R1 terpilih tersebut dengan cabang primer menjadi tiga yaitu pola
ditanam 10 benih R1-2. Tanaman R2 melebar (>60o), medium (30o–60o) dan meninggi
ditumbuhkan dalam polybag yang berisi media (<30o) (Setiawan 1998; Gambar 1).
tanam dengan komposisi dan jumlah yang sama

a b c
Gambar 1. Pola percabangan pada tanaman kacang tanah yang diregenerasikan dari ES hasil kultur
dan seleksi in vitro. a. pola percabangan melebar, b. pola medium, c. pola meninggi

Intensitas percabangan ditentukan steril partial (membentuk polong 1–5 per


berdasarkan jumlah cabang primer yang tumbuh tanaman) dan steril total (tidak membentuk bunga
pada batang, jika ≥ 8 dinyatakan sebagai atau polong sama sekali).
percabangan berlebihan. Filotaksis ditentukan Keberadaan varian kualitatif ditentukan
berdasarkan jumlah daun majemuk yang tumbuh dengan mengamati suatu karakter pada tanaman
per buku pada sebagian besar buku yang terdapat hasil kultur dan membandingkannya dengan
pada suatu tanaman. Jika pada satu buku tumbuh karakter sejenis pada tanaman standar yang
lebih dari satu daun majemuk disebut daun roset. berasal dari benih. Karakter pada tanaman hasil
Jumlah anak daun ditentukan dengan menghitung kultur atau seleksi in vitro yang berbeda dengan
jumlah anak daun dalam setiap daun majemuk, karakter pada tanaman standar ditetapkan sebagai
yang dalam satu individu mungkin tidak seragam. varian, kemudian dihitung frekuensinya.
Bentuk ujung daun dibedakan menjadi dua Varian yang teramati pada generasi R0
macam, yaitu membulat dan meruncing. Daun dicatat dan diamati kembali pada generasi R1 dan
dinyatakan abnormal bila mempunyai jumlah R2 turunannya. Bila suatu varian muncul pada
anak daun selain 4, ukuran anak-anak daun tidak generasi R0 tetapi tidak muncul lagi pada generasi
sama, ujung meruncing Dalam penelitian ini R1 maupun R2, maka varian tersebut diduga
fertilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu fertil dikendalikan secara epigenetik. Sebaliknya bila
(membentuk lebih dari lima polong per tanaman), suatu varian selalu tampak pada generasi R0, R1
ENNI SUWARSI RAHAYU – Varian Kualitatif Kacang Tanah
36 BIOSAINTIFIKA Vol. 1, No.1, Maret 2009, hal. 33 - 40

dan R2 turunannya, atau tidak muncul


pada R0 tetapi muncul pada R1 dan R2 diduga Varian Kualitatif
merupakan karakter genetik. Tanaman standar yang ditumbuhkan dari
benih mempunyai pola percabangan medium;
percabangan normal (3-5 cabang primer);
HASIL DAN PEMBAHASAN filotaksis tersebar (dalam satu buku tumbuh satu
daun majemuk), daun majemuk tetrafoliat (empat
Tanaman R0, R1 dan R2 anak daun), ujung daun membulat, dan fertil.
Regenerasi ES kacang tanah cv. Kelinci Karakter-karakter kualitatif pada populasi
menghasilkan 38 tanaman hasil kultur in vitro R0-K15 yang berbeda dengan tanaman standar
(tanaman R0-K0) dan 24 tanaman hasil seleksi in meliputi percabangan melebar (Gambar 1.a),
vitro (tanaman R0-K15) yang mencapai umur percabangan berlebihan (Gambar 2.j), daun
reproduktif. Sepuluh tanaman R0-K0 tidak pentafoliat (Gambar 2.e, 2.f), steril partial dan
menghasilkan bunga, delapan tanaman steril total. Pada populasi R0-K0, selain beberapa
membentuk benih yang tidak viabel, sehingga karakter tersebut teridentifikasi pula daun roset
hanya zuriat dari 20 tanaman R0-K0 yang (Gambar 2.a dan 2.b), varigata (Gambar 2.c) dan
dievaluasi lebih lanjut. Pada R0-K15, hanya ujung daun meruncing (Gambar 2.d). Karakter
sembilan tanaman yang dapat membentuk benih kualitatif pada populasi R1-K15 yang berbeda
yang viabel, sedangkan delapan tanaman tidak dengan tanaman standar meliputi percabangan
berbunga dan tujuh tanaman menghasilkan bunga melebar, daun pentafoliat dan steril partial.
namun biji tidak viabel. Zuriat dari sembilan
tanaman tersebut dievaluasi lebih lanjut.

a b c d

e i

f g h j
Gambar 2. Varian kualitatif pada tanaman kacang tanah hasil kultur dan seleksi in vitro. a. Daun roset
(pada satu buku tumbuh ≥2 daun majemuk), b. daun roset (pada satu buku tumbuh dua daun
majemuk), c. varigata pada tepi ujung daun, d. bentuk ujung daun meruncing, e. daun majemuk
dengan lima leaflet; ukuran leaflet sama , f. ukuran leaflet tidak sama, g. daun majemuk dengan
enam leaflet, h. daun majemuk dengan 8 leaflet, i. daun majemuk dengan 4, 5, dan 6 leaflet
pada yang tumbuh pada satu ranting, j. percabangan berlebihan

Pada populasi R1-K0, selain ketiga karakter generasi ke generasi berikutnya, kecuali varian
tersebut teramati pula percabangan berlebihan dan daun hexafoliat pada populasi K-0. Varian
daun hexafoliat atau oktafoliat (Gambar 2.g dan percabangan melebar dan daun pentafoliat muncul
2.h). Pada generasi berikutnya variasi kualitatif pada generasi R0, R1 dan R2 baik pada populasi
pada populasi R2-K15 hanyalah percabangan tanaman hasil kultur maupun hasil seleksi in vitro.
melebar dan daun pentafoliat, sedangkan pada Varian percabangan berlebihan teridentifikasi
populasi R2-K0 tampak daun hexafoliat dan steril dalam persentase yang cukup tinggi pada generasi
parsial. Perbedaan-perbedaan tersebut merupakan R0, pada populasi tanaman hasil kultur sebesar
varian somaklonal. 71% dan hasil seleksi in vitro sebesar 75%. Pada
Persentase keberadaan varian suatu karakter generasi selanjutnya (R1) varian tersebut hanya
berbeda antar populasi dan antar generasi. Pada muncul pada tanaman hasil kultur in vitro sebesar
umumnya persentase varian berkurang dari satu 5% (Tabel 1, Tabel 2).
ENNI SUWARSI RAHAYU – Varian Kualitatif Kacang Tanah
BIOSAINTIFIKA Vol. 1, No.1, Maret 2009, hal. 33 - 40 37

Tabel 1. Jenis, frekuensi dan persentase varian kualitatif pada tanaman hasil kultur in vitro (K0) generasi
R0, R1 zuriat R0 dan R2 zuriat R1
Frekuensi dan persentase varian
Jenis Varian pada generasi
R0 R1 R2
Percabangan melebar 38/38 (100) 16/20 (80) 2/20 (10)
Percabangan berlebihan 27/38 (71) 1/20 (5) 0/20 (0)
Filotaksis daun roset 4/38 (10) 0/20 (0) 0/20 (0)
Daun pentafoliat 10/38 (26) 10/20 (50) 5/20 (25)
Daun hexafoliat atau lebih 0/38 (0) 7/20 (35) 5/20 (25)
Ujung daun meruncing 6/38 (16) 0/20 (0) 0/20 (0)
Varigata pada ujung daun 3/38 (8) 0/20 (0) 0/20 (0)
Steril partial 8/38 (21) 4/20 (20) 4/20 (20)
Steril total 10/38 (26) 0/20 (0) 0/20 (0)
Keterangan:
Frekuensi dan persentase varian x/y (z) : x menunjukkan banyaknya nomor tanaman R0/R1/R2 yang mempunyai
karakter varian, y menunjukkan banyaknya nomor tanaman R0/R1/R2 total yang dievaluasi, z merupakan angka
persentase (x/y x 100%)

Varian filotaksis daun roset, ujung daun seleksi in vitro, tidak ada satupun tanaman yang
meruncing, dan daun varigata hanya tampak pada menunjukkan varian tersebut (Tabel 2).
populasi tanaman hasil kultur in vitro generasi R0, Evaluasi keragaman varian kualitatif juga
masing-masing sebesar 10%, 16% dan 8%. Pada menunjukkan bahwa varian steril partial muncul
generasi selanjutnya dan pada populasi tanaman pada generasi R0, R1 dan R2 pada populasi
hasil seleksi in vitro varian tersebut tidak tanaman hasil kultur in vitro, sedangkan pada
terdeteksi. Pada tanaman hasil kultur in vitro, tanaman hasil seleksi in vitro hanya muncul pada
varian daun hexafoliat tidak teridentifikasi pada generasi R1 dan R2. Varian steril total hanya
generasi R0, namun muncul pada R1 (35%) dan terdeteksi pada generasi R0 pada dua populasi
R2 (25%) (Tabel 1). Pada populasi tanaman hasil yang dievaluasi (Tabel 1).

Tabel 2. Jenis, frekuensi dan persentase varian kualitatif pada tanaman hasil seleksi in vitro (K15) generasi
R0, R1 zuriat R0 dan R2 zuriat R1
Frekuensi dan persentase varian pada generasi
Jenis Varian
R0 R1 R2
Percabangan melebar 24/24 (100) 8/9 (88) 1/9 (11)
Percabangan berlebihan 18/24 (75) 0/9 (0) 0/9 (0)
Filotaksis daun roset 0/24 (0) 0/9 (0) 0/9 (0)
Daun pentafoliat 10/24 (42) 7/9 (77) 4/9 (44)
Daun hexafoliat atau lebih 0/24 (0) 0/9 (0) 0/9 (0)
Ujung daun meruncing 0/24 (0) 0/9 (0) 0/9 (0)
Varigata pada ujung daun 0/24 (0) 0/9 (0) 0/9 (0)
Steril partial 7/24 (29) 1/9 (11) 0/9 (0)
Steril total 8/24 (33) 0/9 (0) 0/9 (0)
Keterangan:
Frekuensi dan persentase varian x/y (z): x menunjukkan banyaknya nomor tanaman R0/R1/R2 yang mempunyai
karakter varian, y menunjukkan banyaknya nomor tanaman R0/R1/R2 total yang dievaluasi, z merupakan angka
persentase (x/y x 100%)

Varian kualitatif yang muncul pada sedangkan pada populasi K0, selain lima karakter
tanaman hasil seleksi in vitro dalam media dengan tersebut teridentifikasi pula munculnya daun
PEG 15% (populasi K15) lebih rendah tingkat roset, daun varigata, ujung daun meruncing, daun
keragamannya dibanding yang muncul pada hexafoliat, dan daun oktafoliat.
tanaman hasil kultur in vitro (populasi K0). Pada Perbedaan intensitas variasi tersebut diduga
populasi K15 muncul varian berupa percabangan sebagai akibat perbedaan perlakuan yang dialami
melebar, percabangan berlebihan, daun embrio somatik (ES) yang menghasilkan tanaman
pentafoliat, steril partial dan steril total; K0 dan K15. ES yang diregenerasikan menjadi
ENNI SUWARSI RAHAYU – Varian Kualitatif Kacang Tanah
38 BIOSAINTIFIKA Vol. 1, No.1, Maret 2009, hal. 33 - 40

tanaman K0 mengalami subkultur tetapi cenderung reversibel akibat perubahan


sebanyak enam kali, sedangkan yang struktur kromatin dan atau metilasi DNA, atau
diregenerasikan menjadi tanaman K15 selain amplifikasi gen (Tremblay et al. 1999, Wikipedia
mengalami subkultur enam kali juga mengalami 2006). Pada generasi lanjut perubahan pada
seleksi dalam media selektif PEG 15% selama mekanisme epigenetik makin berkurang sehingga
tiga bulan dengan tiga kali subkultur. Dengan keragaan tanaman yang diregenerasikan melalui
demikian variasi yang muncul pada tanaman K0 tahap kultur in vitro lebih mendekati keragaan
terjadi akibat pengaruh subkultur berulang tanaman standar (Henikoff & Matzke 1997).
terhadap perubahan materi atau ekspresi genetik Varian steril total tidak dapat dianalisis lebih
pada jaringan eksplan atau kalus. Pikloram (asam lanjut karena tidak menghasilkan benih.
4-amina.3.5.6. trikhloro-pikolinat, suatu herbisida Varian percabangan melebar dan daun
yang dalam konsentrasi rendah berperan sebagai pentafoliat muncul pada generasi R0, R1 dan R2
fitohormon auksin) yang ditambahkan dalam baik pada populasi tanaman K0 maupun K15.
media kultur menginduksi pembelahan sel terus Varian steril partial muncul pada generasi R0, R1
menerus dengan kecepatan yang tinggi. dan R2 untuk populasi tanaman K0. Varian
Pembelahan sel yang cepat tersebut dapat karakter-karakter tersebut diturunkan dari satu
mengakibatkan perubahan dalam proses replikasi generasi ke generasi berikutnya. Hal ini berarti
materi genetik atau pada faktor-faktor pengendali variasi somaklonal untuk tiga karakter tersebut
ekspresi genetik, sehingga juga mengakibatkan diduga dikendalikan oleh faktor genetik, yang
perubahan pada fenotipe tanaman (Wikipedia mungkin diakibatkan oleh perubahan dalam
2006). Perubahan yang terjadi bersifat acak pada struktur gen-gen yang terlibat pada pola
berbagai karakter. percabangan dan jumlah anak daun dalam satu
Hasil tersebut sejalan dengan hasil daun majemuk. Varian genetik juga ditemukan
penelitian pada kedelai. Frekuensi variasi pada tanaman gandum. Pada tanaman regeneran
somaklonal pada tanaman kedelai antara lain gandum terjadi variasi somaklonal sebesar 5%
dipengaruhi oleh konsentrasi auksin dalam media untuk sifat morfologi dan biokimia. Karakter
tumbuh. Pada media dengan 22,5 μM 2.4.D tersebut, baik yang dikendalikan secara
terbentuk varian sebesar 40%, sedangkan dengan monogenik maupun poligenik, terbukti diturunkan
18 μM terbentuk 3 % dari tanaman regeneran sampai dua generasi (Larkin et al. 1984).
(Shoemaker et al. 1991). Pada tanaman hasil kultur in vitro, varian
Variasi yang muncul pada populasi K15 daun hexafoliat dan oktafoliat tidak teridentifikasi
terjadi bukan hanya akibat pengaruh sub-kultur pada generasi R0, namun muncul pada R1 dan
seperti di atas, melainkan juga pengaruh tekanan R2. Varian karakter tersebut diduga dikendalikan
seleksi dari bahan penyeleksi PEG. Oleh karena oleh gen resesif. Semua tanaman generasi R0
itu variasi yang muncul akibat pengaruh subkultur diduga mempunyai genotip heterozigot sehingga
ada kemungkinan tereliminasi oleh tekanan fenotip varian tersebut tidak muncul. Pada
seleksi, sehingga keragaman yang muncul pada generasi selanjutnya mungkin terjadi rekombinasi
tanaman hasil seleksi lebih rendah dibandingkan gen yang mengakibatkan susunan genotip
tanaman hasil kultur in vitro (Skirvin et al. 2000). homozigot dan fenotip varian muncul pada
Pada umumnya persentase munculnya beberapa tanaman.
varian kualitatif berkurang dari satu generasi ke Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
generasi berikutnya. Varian percabangan regenerasi tanaman yang melalui tahap kultur in
berlebihan teridentifikasi dalam persentase yang vitro dan penggunaan fitohormon dalam kultur in
cukup tinggi pada generasi R0, namun menurun vitro dapat menginduksi variasi somaklonal. Pada
tajam pada generasi R1. Varian filotaksis daun Picea mariana dan P. glauca yang
roset, ujung daun meruncing, dan daun varigata diregenerasikan melaui embriogenesis somatik
hanya tampak pada populasi tanaman hasil kultur teridentifikasi ada sembilan kelompok varian
in vitro generasi R0 dengan persentase yang untuk karakter kualitatif. Beberapa tipe varian
relatif kecil. Pada generasi selanjutnya dan pada terbentuk akibat instabilitas kromosom,
populasi tanaman hasil seleksi in vitro varian khususnya aneuploid. Dalam penelitian tersebut
tersebut tidak terdeteksi. Persentase varian yang instabilitas kromosom diakibatkan oleh perbedaan
tinggi pada generasi R0 mungkin disebabkan oleh klon dan lama waktu dalam kultur (Tremblay et
pengaruh kondisi kultur yang mampu mengubah al. 1999). Induksi kalus dengan pikloram dan BA
fenotip tanaman, namun perubahan tersebut tidak dapat menghasilkan variasi genetik pada
permanen atau bersifat epigenetik. Epigenetik Lycopersicon esculentum Mill. Koefisien
merupakan modifikasi dalam ekspresi genetik, kesamaan genetik menunjukkan bahwa semua
ENNI SUWARSI RAHAYU – Varian Kualitatif Kacang Tanah
BIOSAINTIFIKA Vol. 1, No.1, Maret 2009, hal. 33 - 40 39

tanaman regeneran mempunyai tingkat perbedaan drought tolerant clone of Tagetes erecta.
genetik yang bervariasi dengan tanaman induk Plant Sci 159:213 – 222.
(Soniya et al. 2001).
Rahayu ES, Ilyas S, Guhardja E dan Sudarsono.
Adanya variasi somaklonal karakter
2005. Polietilena glikol (PEG) dalam media
kualitatif pada tanaman hasil kultur in vitro dan
in vitro menyebabkan kondisi cekaman
hasil seleksi in vitro mengindikasikan adanya
yang menghambat perkembangan tunas
peluang untuk mendapatkan tanaman yang lebih
kacang tanah (Arachis hypogaea L.).
toleran terhadap kekeringan, atau sama tingkat
Berkala Penelitian Hayati. 11 (1):39-48.
toleransinya tetapi dengan mekanisme yang
berbeda dengan tanaman awal. Tanaman awal Rahayu ES, Ilyas S, Sudarsono. 2006. Seleksi in
dalam penelitian ini adalah kacang tanah kultivar vitro embrio somatic kacang tanah pada
Kelinci yang selama ini diidentifikasi merupakan medium dengan polietilen glikol untuk
kultivar dengan tingkat toleransi medium. Untuk stimulasi kondisi cekaman kekeringan.
menguji peluang tersebut perlu dilakukan evaluasi Biosfera 23 (1):15-23.
toleransi tanaman varian terhadap cekaman Seliskar DM dan Gallagher JL. 2000. Exploiting
kekeringan melalui berbagai pendekatan. wild population diversity and somaclonal
variation in the salt marsh grass Distichlis
spicata (Poaceae) for marsh creation and
PENUTUP restoration. Am J Bot 87:141-146.
Varian somaklonal kualitatif yang muncul Setiawan K. 1998. Study on varietal differences
pada tanaman kacang tanah hasil seleksi in vitro of drought tolerance in peanut. Disertasi.
berupa percabangan melebar, percabangan Tokyo: Tokyo University of Agriculture,
berlebihan, daun pentafoliat, steril partial dan Graduate School of Agriculture
steril total. Varian somaklonal yang muncul pada
tanaman hasil kultur in vitro lebih beragam, yaitu Shoumaker RC, Amberger LA, Palmer RG,
percabangan melebar, percabangan berlebihan, Oglesby L, Ranch JP. 1991. Effect of 2.4-
daun pentafoliat, steril partial, steril total, daun Dichlorophenoxyacetic acid concentration
roset, daun varigata, ujung daun meruncing, daun on somatic embryogenesis and heritable
hexafoliat, dan daun oktafoliat. variation in soybean [Glycine max (L.)
Varian kualitatif yang diduga dikendalikan Merr]. In vitro Cell Dev Biol 27: 84 – 88
secara genetik adalah percabangan melebar, Skirvin RM, Coyner M, Norton MA, Motoike S,
percabangan berlebihan, daun pentafoliat, daun Gorvin D. 2000. Somaclonal variation: do
hexafoliat, daun oktafoliat dan steril partial. we know what causes it?. Ag Biotech Net.
Varian daun hexafoliat, oktafoliat dan steril partial 2: ABN 048.
(pada populasi hasil seleksi in vitro) diduga
dikendalikan oleh gen resesif. Varian yang Soniya EV, Banerjee NS, Das MR. 2001. Genetic
dikendalikan secara epigenetik adalah daun roset, analysis of somaclonal variation among
daun varigata dan ujung daun meruncing. callus-derived plants of potato. Current Sci
80(9):1213-1215.
Tremblay L, Levasseur C, Tremblay FM. 1999.
DAFTAR PUSTAKA Frequency somaclonal variation in plants of
black spruce (Picea mariana, Pinaceae) and
Henikoff S & Matzke MA. 1997. Exploring and white spruce (P. glauca, Pinaceae) derived
explaining epigenetic effects. Trends from somatic embyogenesis and
Genetics 13: 293-295. identification of some factors involved in
genetic instability. Am J Bot 86:1373.
Larkin PJ, Ryan SA, Brettell RIS, Scowcroft WR. Wikipedia. 2006. “http://en.wikipedia.org/wiki/
1984. Heritable somaclonal variation in Somaclonal_ variation. [18 Apr 2006].
wheat. Theor Appl Genet 67:443 – 455. Yusnita, Widodo, Sudarsono. 2005. In vitro
Mohamed MAH, Harris PJC, Henderson J. 2000. selection of peanut somatic embryos on
In vitro selection and characterisation of a medium containing culture filtrates of
Sclerotium rolfsii and plantlet regeneration.
Hayati 12:50-56.

ENNI SUWARSI RAHAYU – Varian Kualitatif Kacang Tanah

You might also like