0% found this document useful (0 votes)
3K views23 pages

Laporan Kurva Sigmoid Acara 1 Annisa Fitri Ananda

This document summarizes a lab report on measuring the sigmoid growth curve of corn plants. The lab used materials like corn seeds, sand, pots, and measuring tools. There were four treatments: destructive with fertilizer, destructive without fertilizer, non-destructive with fertilizer, and non-destructive without fertilizer. Observations of plant growth over time formed a sigmoid curve on a graph. Destructive treatment with fertilizer showed the best growth. Factors like plant density, nutrients, temperature, and water availability influence the growth and development of corn plants.

Uploaded by

Annisa Fitri
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOC, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
3K views23 pages

Laporan Kurva Sigmoid Acara 1 Annisa Fitri Ananda

This document summarizes a lab report on measuring the sigmoid growth curve of corn plants. The lab used materials like corn seeds, sand, pots, and measuring tools. There were four treatments: destructive with fertilizer, destructive without fertilizer, non-destructive with fertilizer, and non-destructive without fertilizer. Observations of plant growth over time formed a sigmoid curve on a graph. Destructive treatment with fertilizer showed the best growth. Factors like plant density, nutrients, temperature, and water availability influence the growth and development of corn plants.

Uploaded by

Annisa Fitri
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOC, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 23

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN

PRAKTIKUM 1

KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN

NAMA : ANNISA FITRI ANANDA

NIM : F1071171012

KELOMPOK: 3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2019
Abstract

Practicum of the sigmoid curve aims to measure the growth rate of


growing corn. The tools used in the lab for supporting this lab is plotting paper
blocks, knives, pots, ruler, oven, and scales. While the material is corn grain and
sand media. This experiment was carried out destructive and non destructive. In
each treatment was given two treatments again that there are fertilizers and there
is no fertilizer. So, there are four different treatment that is non-destructive with
manure and fertilizers as well as with non-destructive and non-destructive non
manure fertilizer. Of all the treatments, the best growth is destructive and fertilizer
for the plants are not too tight and nutrition are also adequate for fertilizers as a
source of nutrition. Observations obtained will form a sigmoid curve. The sigmoid
curve is if the rate of growth is illustrated by a graph, with the rate of growth
ordinate and time on abscission will form a shaped curve S. Based on
observations, and can also be seen from the graph that the longer, the higher the
corn crop. This happens because do growth and development of corn. Because the
vegetative growth phase, there are three important aspects to keep in mind, that is
cell division, cell enlargement and cell differentiation. And the corn crop has not
happened linear phase and the phase of aging. Factors that influence growth and
development is the density of plants, nutrients, air temperature, soil temperature,
humidity, light, wind, precipitation and water availability.

Keywords: sigmoid curve, destructive, non-destructive, growth.

Abstrak

Praktikum mengenai kurva sigmoid pertumbuhan bertujuan untuk


mengukur laju tumbuh tanaman jagung. Alat yang digunakan dalam praktikum
untuk mendukung praktikum ini yaitu kertas milimeter blok, pisau, pot, penggaris,
oven, dan timbangan. Sedangkan bahannya yaitu biji jagung dan media pasir.
Percobaan ini dilakukan secara destruktif dan non destruktif. Pada masing-masing
perlakuan diberikan 2 perlakuan lagi yaitu ada yang diberi pupuk dan ada yang
tidak diberi pupuk. Jadi, ada empat perlakuan berbeda yaitu destruktif dengan
pupuk dan non pupuk serta nondestruktif dengan pupuk dan non destruktif non
pupuk. Dari semua perlakuan, pertumbuhan yang paling baik yaitu secara
destruktif dan diberi pupuk karena tanaman tidak terlalu rapat dan nutrisinya juga
tercukupi karena diberi pupuk sebagai sumber nutrisinya. Hasil pengamatan yang
diperoleh akan membentuk kurva sigmoid. Kurva sigmoid adalah jika laju tumbuh
yang digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat dan waktu
pada absisi akan membentuk kurva berbentuk S. Berdasarkan hasil pengamatan,
dan dapat juga dilihat dari grafiknya bahwa semakin lama, tanaman jagung
semakin tinggi. Hal ini terjadi karena jagung melakukan pertumbuhan dan
perkembangan. Karena pada fase pertumbuhan vegetatif ini ada tiga aspek penting
yang perlu diketahui, yaitu pembelahan sel, pembesaran sel, dan diferensiasi sel.
Dan pada tanaman jagung tersebut belum terjadi fase linier dan fase penuaan.
Factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah
kerapatan tanaman, nutrisi, suhu udara, suhu tanah, kelembapan, cahaya, angin,
curah hujan dan ketersediaan air.
Kata kunci : kurva sigmoid, destruktif, nondestruktif, pertumbuhan.

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pertumbuhan merupakan hal yang mencirikan suatu perkembangan


bagi makhluk hidup; baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dalam proses
pertumbuhan terjadi penambahan dan perubahan volume sel secara signifikan
seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya umur tanaman. Banyak
sekali faktor yang mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman, baik yang
merupakan faktor dalam maupun faktor luar. Untuk mendapatkan tanaman yang
baik dan sesuai yang diharapkan maka sangat penting bagi kita terutama para
peneliti untuk mengetahui dan memperhatikan fakor-faktor penting yang
mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman.
Jagung merupakan suatu jenis tanaman yang sangat mudah tumbuh dan
merupakan kelompok tumbuhan berumu pendek sehingga pada praktikum kali ini
digunakan tanaman jagung untuk melihat berbagai faktor yang mempengaruhi
suatu pertumbuhan tanaman serta membandingkan tingkat pertumbuhan antara
tanaman jagung dengan perlakuan destruktif maupun non destruktif. Selanjutnya
data pengamatan yang didapatkan tersebut dibuat dalam bentuk kurva sigmoid
pertumbuhan. Proses pertumbuhan merupakan hal lazim bagi setiap tumbuhan.
Dalam proses pertumbuhan terjadi pertambahan volume yang signifikan. Seiring
berjalannya waktu pertumbuhan suatu tanaman terus bertambah. Proses tumbuh
sendiri dapat dilihat pada selang waktu tertentu. Di mana setiap pertumbuhan
tanaman akan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk
kurva/diagram pertumbuhan.
Besarnya pertumbuhan per satuan waktu disebut laju tumbuh. Laju tumbuh
suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena itu, bila laju
tumbuhan digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh pada koordinat
dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva berbentuk S atau
kurva sigmoid. Kurva sigmoid pertumbuhan ini berlaku bagi tumbuhan lengkap,
bagian-bagiannya ataupun sel-selnya.
Beberapa cara tersedia dalam pendekatan pada sistem seperti sistem
tanaman dengan produk biomassa yang meningkat secara sigmoid dengan waktu
untuk mendapatkan faktor-faktor dan proses hipotetik. Menerapkan fenomena
yang sudah dikenal cukup baik kepada suatu sistem yang sedang dipelajari
merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan. Pada suatu waktu, distribusi
zat dalam setiap tempat dalam ruangan akan menunjukkan hubungan yang
berbentuk sigmoid.
Banyak peneliti merajahkan ukuran atau bobot organisme terhadap waktu
dan ini menghasilkan kurva pertumbuhan. Sering, kurva tersebut dapat dijelaskan
dengan fungsi matematika yang sederhana misalnya garis lurus atau kurva
berbentuk S yang sederhana. Walaupun proses metabolik dan proses fisika yang
menghasilkan kurva pertumbuhan terlalu rumit untuk dijelaskan dengan
menggunakan model sederhana., kurva sederhana sering berguna berguna
dalamperujukan berbagai data yang terukur. Lagipula, koefisien yang harus
dimasukkan agar persamaan cocok dengan kurva dapat digunakan untuk
mengelompokkan efek suatu perlakuan dalam percobaan.

B. Dasar Teori
Jagung merupakan tanaman pangan biji-bijian yang memegang peranan
penting setelah padi di lndonesia. Jumlah produksinya pada tahun 1999 adalah
9.172.000 ton atau yang kedua terbesar untuk tanaman biji-bijian setelah padi
(Manalu, 2001). Pada tanaman jagung seperti halnya semua tanaman hibrida
selalu mempunyai apa yang disebut dengan batas genetis. Pada batasan tersebut
terdapat potensi genetic, dimana dengan memacu pertumbuhan seperti apapun
akan tetap tidak dapat melampaui batasangenetic tersebut, dan jumlah daun adalah
salah satu batasan genetik pada tanaman semusim (Budi, 2009).

Pertumbuhan adalah proses pertambahan volume yang irreversible (tidak


dapat balik) karena adanya pembelahan mitosis atau pembesaran sel; dapat pula
disebabkan keduanya. Pertumbuhan dapat di ukur dan dinyatakan secara
kuantitatif, contohnya pertumbuhan batang tanaman dapat diukur dengan busur
pertumbuhan atau auksanometer. Perkembangan adalah terspesialisasinya sel-sel
menjadi struktur dan fungsi tertentu. Perkembangan tidak dapat dinyatakan
dengan ukuran, tetapi dapat dinyatakan dengan perubahan bentuk dan tingkat
kedewasaan (Pratiwi D. A, dkk. 2007).

Pada setiap tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan, sensitivitas terhadap


lingkungan dan koordinasi respons sangat jelas terlihat. Tumbuhan dapat
mengindera gravitasi dan arah cahaya dan menanggapi stimulus-stimulus ini
dengan cara yang kelihatannya sangat wajar bagi kita. Seleksi alam lebih
menyukai mekanisme respons tumbuhan yang meningkatkan keberhasilan
reproduktif, namun ini mengimplikasikan tidak adanya perencanaan yang
disengaja pada bagian dari tumbuhan tersebut (Campbell, 2002).

Proses pertumbuhan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan


dalam bentuk kurva/diagram pertumbuhan. Laju pertumbuhan suatu tumbuhan
atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena itu, bila laju tumbuh
digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat dan waktu pada
absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva berbentuk huruf S atau kurva
sigmoid. Kurva sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya
ataupun sel-selnya (Latunra, dkk., 2009).
Suatu hasil pengamatan pertumbuhan tanaman yang paling sering
dijumpai khususnya pada tanaman setahun adalah biomassa tanaman yang
menunjukkan pertambahan mengikuti bentuk S dengan waktu, yang dikenal
dengan model sigmoid. Biomassa tanaman mula-mula (pada awal pertumbuhan)
meningkat perlahan, kemudian cepat dan akhirnya perlahan sampai konstan
dengan pertambahan umur tanaman. Liku demikian dapat simetris, yaitu setengah
bagian pangkal sebanding dengan setengah bagian ujung jika titik belok terletak
diantara dua asimtot. Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih
tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam
lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi
pengaruh faktor keturunan dan lingkungan (Tjitrosomo, 1999).
Pola pertumbuhan sepanjang suatu generasi secara khas dicirikan oleh
suatu fungsi pertumbuhan yang disebut kurva sigmoid. Jangka waktunya mungkin
bervariasi kurang dari beberapa hari sampai bertahun-tahun, tergantung pada
organisme tetapi pola kumpulan sigmoid tetap merupakan cirri semua organisme,
organ, jaringan, bahkan penyusun sel. Apabila massa tumbuhan, volume, luas
daun, tinggi atau penimbunan bahan kimia digambarkan dalam kurva berbernuk S
atau kurva sigmoid. Misalnya pertumbuhan kecambah, yang pertumbuhannya
lambat dinamakan fase eksponensial, fase ini relative pendek dalam tajuk
budidaya. Selanjutnya fase linear yaitu massa yang berlangsung cukup lama dan
pertumbuhan konstan. Fase yang terakhir adalah fase senescence, yaitu fase
pematangan tumbuhan atau fase penuaan (Gardner.F.P.1999).
Pada fase logaritmik ukuran (V) bertambah secara eksponensial sejalan
dengan waktu (t). Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada
awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan
organisme, semakin besar organisme, semakin cepat pula ia tumbuh. Pada fase
linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada laju
maksimum selama beberapa waktu lamanya. Tidak begitu jelas mengapa laju
pertumbuhan pada fase ini harus konstan, dna bukan sebanding dengan
peningkatan ukuran organisme. Tapi, pada batang tak bercabang, fase linier
tersebut disebabkan hanya oleh aktivitas yang konstan dari meristem apikalnya.
Fase penuaan dicirikan oleh pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah
mencapai kematangan dan mulai menua (Salisburry dan Ross. 1995).
Banyak faktor alasan atau penyebab yang mempengaruhi perkembangan
dan pertumbuhan tumbuh – tumbuahn, tanaman , pohon dll. Apabila factor
tersebut kebutuhannya tidak terpenuhi maka tanaman tersebut dapat mengalami
dormansi / dorman yaitu berhenti melakukan aktifitas hidup. Factor yang
mempengaruhi yaitu:
· Faktor suhu
Tinggi renah suhu menjadi salah satu factor yang menentukan tumbuh
kembang, reprouksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik
bagi tumbuhan adalah antara 22 derajat celcius samapai engan 37 derajat celcius
temperature yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut mengakibatkan
pertumbuhan yang lambat atau berhenti.
. Faktor kelembaban / kelembapan udara
Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta
perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan
dimana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya
penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.
· Faktor cahaya matahari
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan
fotosintesis(khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman itu kekuning-
kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat
proses pertumbuhan.
· Faktor hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses
perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu
perpanjang sel, hormongiberalin untuk pemanjangan dan pembelahan sel,
hormone sitokinin untuk mengiatkan pembelahan sel dan hormonetilen untuk
mempercepat pemayangan buah (Rudy, 2012)
Pengamatan non destruktif:
Non destrtructive testing (NDT) adalah aktivitas tes atau inspeksi terhadap
suatu benda untuk mengetahui adanya cacat, retak, atau discontinuity lain tanpa
merusak benda yang kita tes atau inspeksi. Pada dasarnya, tes ini dilakukan untuk
menjamin bahwa material yang kita gunakan masih aman dan belum melewati
damage tolerance
- Tinggi tanaman
Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman mulai dari permukaan
tanah sampai bagian tajuk tanaman paling tinggi.
- Jumlah daun
Pengamatan dilakukan dengan menghitung daun-daun yang sudah membuka
sempurna.
- Diameter batang
Pengamatan dilakukan dengan mengukur batang pada ketinggian 10 cm diatas
permukaan tanah dengan menggunakan jangka sorong.

Pengamatan destruktif:
Pengujian lapangan bersifat dekstruktif dilakukan dengan mencabut sampel
tanaman secara perminggu dengan mengukur :
- Luas daun
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode p x l, dengan rumus:
LD = p x l x k
Dimana p = panjang daun, l = lebar daun, dan k = konstanta. Nilai k di dapat dari
hasil bagi luas daun yang diukur dengan metode kertas millimeter dan luas daun p
x l.
- Bobot kering total tanaman
Pengamatan bobot kering total tanaman dilakukan dengan menimbang seluruh
bagian tanaman yang telah di oven pada suhu 800 C sampai diperoleh berat yang
konstan.
- Laju pertumbuhan tanaman (Crop Growth Rate = CGR)
Laju pertumbuhan tanaman ialah kemampuan menghasilkan bio massa persatuan
waktu. Dihitung berdasarkan pertambahan berat kering total tanaman diatas tanah
persatuan waktu.
Rumus: CGR = W2-W1 x 1 (g cm-2 hari-1)
T2-T1 GA
Keterangan : W1 dan W2 : Berat kering total tanaman pada saat dua
pengamatan destruktif T1 dan T2
T1 dan T2 : Umur tanaman (dalam hari)
T1 : saat pengamatan pertama
T2 : saat pengamatan kedua
GA : Luas tanah (jarak tanam)
Secara teoritis, apabila dalam suatu populasi yang terdiri dari dua spesies,
maka akan terjadi interaksi diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat
bermacam-macam, salah satunya adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang
luas ditujukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu
yang sama. Kompetisi antar spesies merupakan suatu interaksi antar dua atau
lebih populasi spesies yang mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secara
merugikan. Bentuk dari kompetisi dapat bermacam-macam. Kecenderungan
dalam kompetisi menimbulkan adanya pemisahan secara ekologi, spesies yang
berdekatan atau yang serupa dan hal tersebut di kenal sebagai azaz pengecualian
kompetitif ( competitive exclusion principles ) (Ewusie, 1990).
C. Rumusan Masalah
1. Faktor –faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman?
2. Bagaimanakah cara mengukur pertumbuhan jagung?
3. Bagaimana pertumbuhan jagung yang destruktif dan non-destruktif,
mana yang lebih cepat pertumbuhannya?
4. Bagaimana bentuk data pertumbuhan jagung bila digambar dalam
bentuk grafik garis?
D. Tujuan
Adapun tujuan praktikum jaringan daun pada tumbuhan ini ialah :
1. Mengukur laju tumbuh tanaman jagung

BAB II
METODOLOGI
Praktikum kurva sigmoid pertumbuhan dilaksanakan dari tanggal 3 Oktober 2019
hingga tanggal 21 November 2019. Praktikum ini dilaksanakan di lapangan
laboratorium Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Tanjungpura.
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum untuk mendukung
praktikum ini yaitu kertas milimeter blok, pisau, pot, penggaris, oven, dan
timbangan. Sedangkan bahannya yaitu biji jagung dan media pasir.
Cara kerja praktikum tentang kurva sigmoid pertumbuhan pertama-tama
adalah pasir dan tanah bakar dicampur hingga homogen dengan perbandingan 2:1,
kemudian media tanam disiapkan dan pot diisi dengan media tanah dan diberi
label pada setiap pot dan disolasi agar label tidak rusak terkena air. Jagung yang
digunakan yaitu jagung yang sebelumnya telah di rendam dan kemudian di tanam
pada lapangan terbuka dan di tanam sebanyak 10 biji pada pot. Pertumbuhan di
cek setiap minggu dengan cara dekstruktif dan non destruktif. Untuk cara
destruktif diukur tinggi tanaman, luas daun dan jumlah daun, berat basah dan
kering dari bagian atas (batang dan daun) dan bagian bawah akar setelah
dibersihkan terlebih dahulu (berat basah ditimbang tanaman dalam keadaan kering
dan sudah di“tapping”). Berat kering didapatkan dengan mengukur berat tanaman
yang telah dikeringkan dengan oven pada suhu 80 o C dimana berat tidak berubah
lagi (24 jam). Sedangkan cara nondestruktif tidak dicabut dan tidak ditimbang
berat keringnya maupun berat basah. Cara destruktif maupun non destruktif
masing-masing dicatat temperatur tanah dan udara,kelembaban relatif dan curah
hujan setiap hari sebagai data pendukung. Dibuat tabel pengamatan untuk
pertumbuhan dan faktor iklim dan grafik rerata dari pertumbuhan tanaman dan
faktor iklim dengan waktu sebagai absis.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Pengamatan Pertumbuhan Jagung Destruktif dengan Pupuk
1.1 Tabel tinggi tanaman,daun,berat kering dan basah tanaman.
Ming Tanggal Tinggi Daun Akar Batang
gu tanaman
Jumlah Luas BB BK BB BK(
ke- (gram gram)
(cm2) (gram (gram)
)
)
1 3 oktober 2019 11,2 cm 2 4×0,5 0,35 0,03 0,56 0,04
gram gram
gram gram
2 10 9ktober 43,7cm 3 25×1,7 0,31 0,02 2,31 0,17
gram gram
2019 gram gram
3 17 oktober 45 cm 4 42×2,8 0,72 0,01 5,61 0,36
gram gram
2019 gram gram
4 24 oktober 33 cm 2 23×1 0,15 0,01 0,89 0,06
gram gram
2019 gram gram
5 31 oktober 81 cm 4 54 × 2,57 0,75 14,15 5,60
gram gram
2019 3,5 gram gram
6 7 november 65 cm 5 53 ×3,7 1,17 0,16 21,11 6,40
gram gram
2019 gram gram
7 14 november 94 cm 6 56 ×3 1,88 0,68 18 43 10,73
gram gram
2019 gram gram
8 21 november 84 cm 6 54×3,3 3,09 0,50 19,96 2,79
gram gram
2019 gram gram

1.2 Tabel suhu, kelembaban, curah hujan, dry and wet dan evaporasi

Minggu Suhu Suhu Dry Wet Kelembaban Curah Evaporasi(ml)


ke- tanah udara (C0) (C0) (%) Hujan
(C0) (C0) (mm)
1 30,3 24,8 24,8 24,2 25,8 11,9 10,8
2 31,8 26,4 25,2 22,7 38,4 8,5 5,7
3 32 21,9 24,7 24,4 28,5 1 2,8
4 31,5 31,6 30,2 29,4 45,3 3,2 10,8
5 30,1 29,4 38,3 30,2 42,5 6,4 5,3
6 31,6 30,7 35,9 31,3 39,3 4,3 6,3
7 29,75 29,7 32,1 31,2 38,1 6,3 8,1
8 30,3 30,3 32,8 30,3 34,7 4,3 6,3

2. Pengamatan Pertumbuhan Jagung Destruktif dengan nonPupuk.


2.1 Tabel tinggi tanaman,daun,berat kering dan basah tanaman
Ming Tanggal Tinggi Daun Akar Batang
gu tanaman
Jumlah Luas BB BK BB BK(
ke- (gram gram)
(cm2) (gram (gram)
)
)
1 3 0ktober 2019 8,8 cm 2 5,5 × 0,39 0,04 0,43 0,04
gram gram
1,4 gram gram
2 10 oktober 26,5 cm 4 21,5×1, 0,27 0,02 0,08
1,05 gram
2019 8 gram gram
gram
3 17 oktober 30,5 cm 3 37 ×1,4 0,42 0,04 cm 2,41 0,23
gram gram
2019 gram
4 24 oktober 54 cm 4 39,5×2 0,50 0,08 2,8 0,34
gram gram
2019 gram gram
5 31 oktober 67 cm 4 43,5×2 0,69 0,12 4,43 0,57
gram gram
2019 gram gram
6 7 november 66 cm 4 45×1,6 0,68 0,14 3,46 0,49
gram gram
2019 gram gram
7 14 november 49,5 cm 5 28×1,2 0,26 0,12 2,29 0,49
gram gram
2019 gram gram
8 21 november 74 cm 7 32×2,6 1,86 0,34 9,92 1,28
gram gram
2019 gram gram

2.2 Tabel suhu, kelembaban, curah hujan, dry and wet dan evaporasi

Minggu Suhu Suhu Dry Wet Kelembaban Curah Evaporasi(ml)


ke- tanah udara (C0) (C0) (%) Hujan
(C0) (C0) (mm)
1 30,3 24,8 28,4 24,2 25,8 11,9 10,8
2 31,8 26,4 25,2 22,7 38,4 8,5 5,7
3 32 21,9 24,7 24,4 28,5 1 2,8
4 31,5 31,6 30,2 29,4 45,3 3,2 10,8
5 30,1 29,4 38,3 30,2 42,5 6,4 5,3
6 31,8 30,7 35,9 31,3 39,3 4,3 6,3
7 29,7 29,7 32,1 31,2 38,1 6,3 8,1
8 30,3 30,3 32,8 30,3 34,7 4,3 6,3
3. Pengamatan pertumbuhan Jagung non dekstruktif dengan pupuk

3.1 Tabel Pengamatan Pertumbuhan Jagung Nondestruktif dengan


Pupuk

Ming Tanggal Tinggi Daun Akar Batang


gu tanaman
Jumlah Luas BB BK BB BK(
ke- (gram gram)
(cm2) (gram (gram)
)
)
1 3 0ktober 2019 11,2 cm 2 7,9×1,5 0,19 0,02 0,46 0,05
gram gram
gram gram
2 10 oktober 44 cm 4 33×1,5 0,30 0,02 2,92 0,20
gram gram
2019 gram gram
3 17 oktober 50 cm 4 44×2,1 0,53 0,04 5,21 0,36
gram gram
2019 gram gram
4 24 oktober 65 cm 4 48 ×2,8 1,2 0,13 3,48 0,79
gram gram
2019 gram gram
5 31 oktober 83 cm 5 52×4,5 2,20 1,68 23,22 9,78
gram gram
2019 gram gram
6 7 november 93 cm 5 57×4 1,86 0,40 23,36 2,91
gram gram
2019 gram gram
7 14 november 97 cm 5 55×2,9 3,06 0,5 19,52 10,30
gram gram
2019 gram gram
8 21 november 75 cm 6 52×3,5 2,36 0,40 17,77 2,11
gram gram
2019 gram gram

Minggu Suhu Curah


Suhu Dry Wet Kelembaban Evaporasi
ke- udara( hujan(mm
tanah 0 (0C) (0C) (%) (ml)
C) )
(0C)
1 30,7 24,8 28,4 24,2 25,8 11,9 10,8
2 33,7 26,4 25,2 22,7 38,4 8,5 5,7
3 31,2 21,9 24,7 24,4 28,5 1 2,8
4 31,6 31,6 30,2 29,4 45,3 3,2 10,8
5 30,6 29,4 38,3 30,2 42,5 6,4 5,3
6 30,3 30,7 35,9 31,3 39,3 4,3 6,3
7 31,7 29,7 32,1 31,2 38,1 6,3 8,1
8 29,8 30,3 32,8 30,3 34,7 4,3 6,3

4. Pengamatan pertumbuhan jagung non dekstruktif dengan nonpupuk

4.1 Tabel pengamatan pertumbuhan jagung non-destruktif non-pupuk

Ming Tanggal Tinggi Daun Akar Batang


gu tanaman
Jumlah Luas BB BK BB BK(
ke- (gram gram)
(cm2) (gram (gram)
)
)
1 3 oktober 2019 8,6 cm 2 5,6×1,6 0,23 0,02 0,33 0,03
gram gram
gram gram
2 10 oktober 39 cm 3 27×1,8 0,13 0,02 1,91 0,17
gram gram
2019 gram gram
3 17 oktober 42 cm 3 31×1,8 0,30 0,04 2,21 0,21
gram gram
2019 gram gram
4 24 oktober 52,5 cm 4 34,5 ×2 0,26 0,04 2,96 0,27
gram gram
2019 gram gram
5 31 oktober 64 cm 7 42×2 1,17 0,16 6,35 0,62
gram gram
2019 gram gram
6 7 november 71 cm 4 46×1,8 0,69 0,15 5,12 0,67
gram gram
2019 gram gram
7 14 november 60 cm 5 38 ×2 0,61 0,52 3,39 2,80
gram gram
2019 gram gram
8 21 november 67 cm 6 44×2 0,84 0,19 5,92 0,89
gram
2019 gram gram gram

Suhu
Mingg Suhu Dry Wet Kelembab Evaporasi Curah
udara(0C
u ke- tanah (0C) (0C) an (%) (ml) hujan(mm)
)
(0C)
1. 30,25 24,8 28,4 24,2 25,8 11,9 10,8
2. 32,5 26,4 25,2 22,7 38,4 8,5 5,7
3. 30,37 21,9 24,7 24,4 28,5 1 2,8
4. 30,87 31,6 30,2 29,4 45,3 3,2 10,8
5. 28,37 29,4 38,3 30,2 42,5 6,4 5,3
6. 29,25 30,7 35,9 31,3 39,3 4,3 6,3
7. 28,62 29,7 32,1 31,2 38,1 6,3 8,1
8. 31,25 30,3 32,8 30,3 34,7 4,3 6,3

GRAFIK

1. Tinggi tanaman

destruktif pupuk

destruktif non pupuk

nondestruktif pupuk

nondestruktifnonpupuk

2. Jumlah daun
destruktif pupuk

destruktif non pupuk

nondestruktif pupuk

nondestruktif nonpupuk

3. Luas daun

4. Berat akar

a. Berat basah

b. Berat kering
5. Berat batang dan daun

a. Berat basah

b. Berat kering
B. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan dengan cara pertama-tama adalah


pasir dan tanah bakar dicampur hingga homogen dengan perbandingan 2:1,
kemudian media tanam disiapkan dan pot diisi dengan media tanah dan diberi
label pada setiap pot dan disolasi agar label tidak rusak terkena air. Jagung yang
digunakan yaitu jagung yang sebelumnya telah di rendam dan kemudian di tanam
pada lapangan terbuka dan di tanam sebanyak 10 biji pada pot. Pertumbuhan di
cek setiap minggu dengan cara dekstruktif dan non destruktif. Untuk cara
destruktif diukur tinggi tanaman, luas daun dan jumlah daun, berat basah dan
kering dari bagian atas (batang dan daun) dan bagian bawah akar setelah
dibersihkan terlebih dahulu (berat basah ditimbang tanaman dalam keadaan kering
dan sudah di“tapping”). Berat kering didapatkan dengan mengukur berat tanaman
yang telah dikeringkan dengan oven pada suhu 80 o C dimana berat tidak berubah
lagi (24 jam). Sedangkan cara nondestruktif tidak dicabut dan tidak ditimbang
berat keringnya maupun berat basah. Cara destruktif maupun non destruktif
masing-masing dicatat temperatur tanah dan udara,kelembaban relatif dan curah
hujan setiap hari sebagai data pendukung. Dibuat tabel pengamatan untuk
pertumbuhan dan faktor iklim dan grafik rerata dari pertumbuhan tanaman dan
faktor iklim dengan waktu sebagai absis.

Berdasarkan pada hasil pengamatan tinggi tanaman, jagung yang diberi


pupuk memiliki tinggi tanaman lebih tinggi dan batang yang lebih kokoh
dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi pupuk. Karena pertumbuhan
tersebut terbantu oleh pupuk, yang mana pupuk berfungsi sebagai penambah
nutrisi bagi tanaman. Diperoleh juga tinggi tanaman pada pengamatan kurva
sigmoid mulai minggu pertama sampai minggu kedelapan pertumbuhan tunggi
tanamannya logaritmik (Salisbury dan Ross, 1996), kurva pertumbuhan berbentuk
S (Sigmoid) yang ideal, yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan
beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahun, dengan
mengambil contoh tanaman jagung. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali:
fase logaritmik, fase linear, dan fase penuaan. Pada fase logaritmik laju
pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Pada fase
linier pertambahan ukuran berlangsung konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju
pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan.

Dari data percobaan dapat dilihat bahwa jagung mengalami pertambahan


tinggi dari minggu pertama hingga minggu kedelapan terjadi peningkatan.
Semakin lama, tanaman semakin tinggi. Hal ini terjadi karena jagung melakukan
pertumbuhan dan perkembangan. Pada fase pertumbuhan vegetatif ini ada tiga
aspek penting yang perlu diketahui, yaitu pembelahan sel (cell division),
pembesaran sel (cell enlargemen), dan diferensiasi (penggandaan) sel (cell
differentiation). Terjadinya perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman bisa
disebabkan beberapa faktor yakni volume, biomassa, dan diameter umur tanaman
mengikuti bentuk ideal pertumbuhan. Pola pertumbuhan tegakan antara lain dapat
dinyatakan dalam bentuk kurva pertumbuhan yang merupakan hubungan
fungsional antara sifat tertentu tegakan, antara lain volume, tinggi, bidang dasar,
biomassa, dan diameter dengan umur tegakan. Bentuk kurva pertumbuhan tegakan
yang ideal akan mengikuti bentuk ideal bagi pertumbuhan organisme yaitu
berbentuk kurva sigmoid. Pada pengamatan jumlah daun, terjadi juga
pertumbuhan dan perkembangan pada minggu pertama 2- 3 daun, pada minggu
kedelapan menjadi 5-6. Fase vegetatif terjadi pada perkembangan akar, batang,
daun dan batang yang baru, terutama saat awal pertumbuhan atau setelah massa
berbunga dan berbuah.

Terjadi penurunan jumlah daun dan kenaikan jumlah daun merupakan


suatu proses pertumbuhan dan perkembangan. Pada fase pertumbuhan vegetatif
ini ada tiga aspek penting yang perlu diketahui, yaitu pembelahan sel,
pembesaran sel, dan diferensiasi (penggandaan) sel. Pengamatan pada panjang
daun juga dilakukan, terjadi kenaikan pemanjangan daun setiap minggunya.

Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan merupakan hasil


interaksi antara dua faktor, yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor dalam adalah
faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan sendiri yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan yang dapat dibedakan menjadi faktor intrasel dan intersel.
Yang termasuk faktor intrasel adalah sifat menurun atau faktor hereditas,
sedangkan yang termasuk faktor intersel adalah hormone. Faktor luar yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah air tanah dan mineral,
kelembaban udara, suhu tanah, cahaya, dan evaporasi, serta curah hujan.

Berdasarkan kurva yang membentuk kurva sigmoid yang terdiri atas fase
logaritmik, fase linier dan fase penuaan di atas dapat diketahui bahwa laju
pertumbuhan paling tinggi terdapat pada tanaman jagung perlakuan non destruktif
pupuk, kemudian pada tanaman jagung perlakuan destruktif pupuk, lalu pada
tanaman jagung perlakuan destruktif non pupuk,dan yang terakhir pada tanaman
jagung perlakuan non destruktif non pupuk. Pada hasil percobaan menunjukkan
grafik kurva sigmoid pada semua hal yang diukur baik dari tinggi tanaman, daun,
berat basah dan berat kering akar dan batang tanaman jagung.

Dari kurva yang terbentuk menunjukan bahwa seiring berjalannya waktu,


terjadi pertambahan tinggi dan luas daun. Pertambahan tinggi atau pertumbuhan
ini berkaitan erat dengan pertambahan waktu yang merupakan ukuran kumulatif
dari waktu. Kurva menunujukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu.
Fase logaritmik berarti bahwa laju pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi
kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan ukuran organisme
(Salisbury,1992).Selain terjadinya pertumbuhan tanaman, jumlah daun juga
bertambah.Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa fase penuaan
dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai
kematangan dan mulai menua(Tjitrosomo,1999).
Tanaman yang diperlakukan secara dekstruktif, pertumbuhannya lebih
cepat daripada tanaman nondekstruktif karena pada tanaman destruktif dilakukan
pengurangan jumlah populasi pada pot, sehingga persaingan tanaman dalam
menerima unsur hara (menerima makanan) berkurang, dan tanaman lebih banyak
menerima unsur hara. Sedangkan pada tanaman nondestruktif, tidak dilakukan
pengurangan jumlah tanaman (jumlah tanaman tetap /tidak berkurang), sehingga
persaingan tanaman dalam menerima unsur hara meningkat. Hal ini menyebabkan
tanaman yang dilakuakan secara nondekstruktif pertumbuhan menjadi lambat.
Seharusnya tanaman yang diberi pupuk laju pertumbuhannya lebih cepat
dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi pupuk hal ini dikarenakan
tanaman pada perlakuan tersebut sangat sering diberi pupuk yang mengandung
nitrogen, meskipun tidak ada tumbuhan jagung yang dicabut pada perlakuan ini.
Seperti kita ketahui, nitrogen merupakan salah satu unsur yang dapat
mempercepat pertumbuhan tanaman, dan penggunaan pupuk yang mengandung
nitrogen sangat penting untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
Pada tanaman jagung perlakuan destruktif pupuk seharusnya laju
pertumbuhannya paling tinggi. Hal ini dikarenakan tanaman pada perlakuan
tersebut terdapat tanaman jagung yang dicabut sehingga mengurangi adanya
perebutan hara. Secara teoritis, apabila dalam suatu populasi yang terdiri dari dua
spesies, maka akan terjadi interaksi diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut
dapat bermacam-macam, salah satunya adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti
yang luas ditujukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan
sesuatu yang sama misalnya unsur hara. Kompetisi antar spesies merupakan suatu
interaksi antar dua atau lebih populasi spesies yang mempengaruhi
pertumbuhannya dan hidupnya secara merugikan (Ewusie, 1990).
Meskipun pada perlakuan ini dilakukan pencabutan dan pemberian pupuk,
tidak membuat tanaman perlakuan ini mempunyai laju pertumbuhan yang paling
tinggi. Hal ini dikarenakan pada perlakuan ini tanaman diberi pupuk tidak
sesignifikan pada perlakuan non destruktif pupuk. Sebenarnya, jika pada
perlakuan ini diberi pupuk sesignifikan dengan tanaman perlakuan non destruktif
pupuk akan menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan
tanaman perlakuan non destruktif pupuk. Pada perlakuan pupuk non distruktif
memliki rata-rata pertumbuhan paling tinggi dibandingkan dengan percobaan
lainnya yaitu dari tinggi tanaman yaitu pada minggu (1) 11,2 cm, minggu (2) 44
cm, minggu (3)50 cm, minggu (4) 65 cm, minggu (5) 83 cm, minggu (6) 93 cm,
minggu(7) 97 cm dan minggu (8) 75 cm dan selanjutnya disusul perlakuan pupuk
destruktif yaitu minggu (1) 11,2 cm, minggu (2) 43,7 cm, minggu (3) 45 cm,
minggu (4) 33 cm, minggu (5) 81 cm, minggu (6) 65 cm, minggu (7) 94 cm dan
minggu ( 8) 84 cm. seperti yang telah dikatakan di atas bahwa pemberian pupuk
pada perlakuan pupuk non destruktif lebih spesifik dibandingkan destruktif pupuk
sehingga menunjukkan hasil pertumbuhan yang lebih tinggi, baik dari segi tinggi
tanaman, berat basah, berat kering, jumlah dan luas daun.
Kurva sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik
tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya
menurun pada fase sense. Pada hasil pengamatan terlihat bahwa pertumbuhan
tanaman dalam kurva sigmoid menunjukkan adanya fase, dimana terjadi naik
turun pertumbuhan, dimana pada awalnya tanaman mengalami fase logaritmik
yaitu pertumbuhan pada awal masa perkembangan, lalu fase linier, kondisi dimana
pertumbuhan tanaman mencapai puncaknya dan mencapai kondisi stabil, dan fase
sense, kondisi dimana tanaman telah mengalami masa penuaan dan mengalami
pengkerdilan dan kematian. Dari fase tersebut maka dalam grafik akan terbentu
kurva yang berbentuk S.
Dari grafik hasil percobaan dapat dilihat bahwa semua data menunjukkan
kurva sigmoid dimulai dari tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat basah
dan kering akar serta berat basah dan kering yang berdasarkan angka yang tertera
dalam data pengamatan terlihat kurva berbentuk S yaitu sigmoid.

Kesimpilan dan Saran

Kurva sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik
tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya
menurun pada fase sense. Besarnya pertumbuhan persatuan waktu disebut laju
tumbuh. Laju tumbuh suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu.
Oleh karena itu, bila laju tumbuhan digambarkan dengan grafik, dengan laju
tumbuhan pada koordinat dan wktu pada absisi, maka grafik ini merupakan kurva
berbentuk S atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid pertumbuhan ini berlaku pada
tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel-selnya.

Berdasarkan dari hasil pengamatan yang dilakukan laju pertumbuhan tanaman


jagung terus meningkat mulai perkecambahan hingga tanaman dewasa. Dalam
proses pertumbuhan tersebut melalui 3 fase yaitu fase logaritmik: laju
pertumbuhan tanaman jagung berjalan lambat pada awal minggu pertama hingga
awal minggu ke 2, kemudian fase linear: laju pertumbuhan tanaman jagung terus
meningkat dan relative konstan yang berangsur memasuki fase penuaan/sense laju
pertumbuhan mulai menurun, fase-fase tersebut dapat terlihat pada gambaran laju
pertumbuhan tanaman jagung dalam grafik yang membentuk huruf S atau sering
disebut kurva sigmoid pertumbuhan.

pemberian pupuk pada perlakuan pupuk non destruktif lebih spesifik


dibandingkan destruktif pupuk sehingga menunjukkan hasil pertumbuhan yang
lebih tinggi, baik dari segi tinggi tanaman, berat basah, berat kering, jumlah dan
luas daun.

Sarannya: Dalam melakukan percobaan mengenai kurva sigmoid pertumbuhan


sebaiknya dilakukan perawatan dengan baik dan teliti agar hasilnya akurat

Daftar Pustaka

Budi, Mikael Adri S. 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan 4 Efektif
Organisme (EM4) pada Pertumbuhan Fase Vegetatif Tanaman Jagung
(Zea mays) var. sweet com. Jurnal FORMAS ISSN I 1978-8452. 2(3):
2256-263
Ewusie. 1990. Ekologi Tropika . Bandung: ITB
Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Latunra. 2009. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan II. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Latunra, A.I., (2012). Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan II. Makasar:
Universitas Hasanuddin.
Pratiwi D.A, dkk. 2007. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Rudy. 2012. Kuliah Laporan Kurva Sigmoid. (online) (http://rudybigbanguntil
whenever. blogspot.co.id/2012/07/kuliah-laporan-kurva-sigmoid.html, di
akses tanggal 13 Juli 2016).

Salisbury, Frank B. & Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
Susilo, W., (1991). Fisiologi Tanaman Budidaya . Jakarta : UI Press.

Tjitrosomo, G. 1999. Botani umum 2. Angkasa: Bandung

You might also like