ANALISIS PENGGUNAAN MAKNA DENOTATIF DAN MAKNA KONOTATIF
PADA SYAIR IMAM SYAFI’I
Sinta Salsabila , Dini Sirma Budi
Universitas KH Abdul Wahab Hasbullah
[email protected] , [email protected]
Abstrak
This study aims to describe the denitative and connotative meanings of the Shafi’i priest poems.
This type of reseaech is qualitive reseaech. The object of this research is the poetry weirren by
Imam Shafi’i. The technique of collecting data in this study uses library techniques,and note
taking. Data analysis for this study used the matching method. The results of this study are the
first, in many poems weitten by Shafi Imam there are words that contain denotative meanings.
Denotative meaning that is often used for everyday and easy to understand. Second, in the poem
written by Shafi’i the priest also finds words that contain connotative meaning. The connotative
meaning is divided into several, namely 1) high connotation, because of the words that contain
high taste value; 2) friendly connotation, worth saying or disclosed to the speaker, 3) dangerous
connotation, words that are often forbidden to be said in certain situations, 4) inappropriate
connotations, words that should not be spoken and have a value of inappropriate taste; 5)
connotations are not pleasant, words that are not pleasant to hear by the ear; 6) rough
connotations, words that have a value of rough taste to be said, 7) hard connotation like words
that have hyperbole meaning; 8) connotation that goes down, words that have meaning down
from previous meanings; 9) connotation that go up, words that have meaning up from the
previous meaning.
Keywords: denotative meaning, connotative meaning, connotation.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna denotatif dan makna konotatif pada syair
imam syafi’i. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Objek penelitian ini adalah syair
karangan imam syafi’i. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
pustaka, dan catat. Analisis data untuk penelitian ini menggunakan metode padan. Hasil
penelitian ini adalah pertama, dalam syair karangan imam syaf’i banyak dijumpai kata yang
mengandung makna denotatif. Makna denotatif yang sering digunakan untuk sehari-hari dan
mudah untuk dipahami. Kedua, dalam syair karangan imam syafi’i juga dijumpai kata yang
mengandung makna konotatif. Makna konotatif dibagi menjadi beberapa yaitu 1) konotasi tinggi,
karena adanya kata yang mengandung nilai rasa tinggi;2) konotasi ramah, pantas diucapkan atau
diungkapkan kepada lawan bicara;3) konotasi berbahaya, kata yang sering dilarang untuk
diucapkan dalam situasi tertentu;4) konotasi tidak pantas, kata yang seharusnya tidak diucapkan
dan memiliki nilai rasa tidak pantas;5) konotasi tidak enak, kata yang tidak enak didengar oleh
telinga;6) konotasi kasar, kata yang memiliki nilai rasa kasar untuk diucapkan;7) konotasi keras,
seperti kata yang memiliki arti hiperbola; 8) konotasi yang turun, kata yang memiliki makna
turun darimakna sebelumnya; dan 9) konotasi yang naik, kata yang memiliki makna naik dari
makna sebelumnya.
Kata Kunci :makna denotatif, makna konotatif, konotasi
1
PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk sosial yang diharuskan untuk berinteraksi dengan
sesama. Untuk dapat berinteraksi manuia menggunakan alat komunikasi yaitu
bahasa. Seiring berkembangnya teknologi masyarakat harus cerdas dan pintar dalam
menghadapi kemajuan zaman ini, salah satunya saat ingin berkomunikasi jarak jauh
masyarakat dapat menggunakan via sms, telepon, maupun media sosial yang lain.
Untuk mengungkapkan pendapat, kritik, saran, atau ingin menuangkan pikirannya
dapat menggunakan media sosial. Untuk mengungkapkannya mereka memerlukan
suatu tanda. Tanda kebahasaan yang terdiri atas bentuk dan makna ini memiliki
perbedaan dengan tanda-tanda yang lain seperti, ikon, indeks, dan simbol (Wijaya
dan Rohmadi, 2011:4). Kata dengan sesuatu yang ditandainya adalah simbol karena
hubungannya bersifat konvensional (Zoest dalam Wijaya dan Rohmadi, 2011:4).
Kata dan kalimat dapat dianalisis sesuai dengan yang ingin dipahami. Banyak
masyarakat menggunakan kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Mereka
menggunakan kata tersebut sesuai dengan konteks yang diperbincangakan. Pesan
atau meassage disebut berada pada sender karena pesan adalah isi komunikasi dalam
sender yang diwadahi oleh tataran lambang kebahasaan secara individual (Cherry
dalam Aminuddin, 2003:51). Berita merupakan salah satu informasi yang dapat
menjelaskan tentang suatu kejadian yang ingin disampaikan kepada masyarakat.
Suatu berita diberikan sesuai dengan kenyataan atau fakta yang dilihat sendiri atau
orang lain. Berita merupakan salah satu media yang digunakan oleh manusia sebagai
salah satu alat komunikasi. Komunikasi yang dilakukan bias melalui radio atau
televisi. Zaman modern sekarang banyak masyarakat yang menggunakan media
internet. Berita akan cepat menyebar dimasyarakat biasanya melalui internet. Ada
2
beberapa aspek yang diteliti 3 yaitu kata, frasa, klausa dan kalimat tetapi peneliti
menfokuskan pada makna konotatif dan makna denotatif pada karangan syair imam
syafi’i sesuai dengan kajian semantik. Kita bagaimana makna denotatif dan konotatif
yang terdapat dalam karangan syair tersebut.
Ada 2 tujuan penelitian ini (1) mendiskripsikan makna denotatif pada
penulisan syair karangan imam syafi’i (2) mendiskripsikan makna konotatif pada
penulisan syair karangan imam syafi’i.
Ada beberapa penellitian international yang dilakukan mengenai makna
denotatif dan makna knotatif. Penelitian Robert (2006) berjudul A Denotative and
Connotative Study in Communication. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari
kedua fase denotatif dan konotatif dari penelitian ini sangat menyarankan bahwa ada
banyak disparitas antara peringkat responden dari definisi komunikasi dan peringkat
dari konsep.
Penelitian Jungwon (2007) berjudul An Exploration of Needs for Connotative
Messages during Image Search Process. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa atribut
afektif dari suatu gambar dapat direpresentasikan dengan mengurangi dimensi
menggunakan skala Differential Semantik, dan yang mengurangi dimensi dapat
digunakan untuk menunjukkan gambar lebih bermakna dan relevan
Penelitian W. Jean., Lloyd and., Richard (2009) berjudul Measuring the
Connotative Meanings of Foods. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa instrumen
diukur perbedaan antara kelompok pendapatan dan makanan, kedua kelompok
makanan dan makanan tunggal. dimensi utama makna diidentifikasi dengan analisis
3
faktor. Atas dasar uji statistik, timbangan dipilih untuk retensi di instrumen untuk
digunakan dalam pengujian lebih lanjut dengan makanan lain dan populasi.
Hasil penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian
Yudho Priambodo (2015). Persamaan dari penelitian ini yaitu sama-sama meneliti
tentang 4 denotatif dan konotatif, sedangkan perbedaannya adalah objek yang diteliti
Kata merupakan objek dari penelitian ini, berbagai bentuk kata memiliki makna
tersendiri dalam sebuah kalimat yang digunakan. Sedangkan penelitian yang
dilakukan Yudho yaitu dengan objek fotojurnalistik, fotojurnalistik tersebut juga
dianalisis maknanya dengan menggunakan pemaknaan denotatif dan konotatif.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini syair karangan
imam syafi’i yang mengandung makna denotatif dan makna konotatif. Sumber data
dari penelitian ini adalah tulisan syair karangan imam syafi’i
Adapun data yang dibutuhkan dari penelitian ini adalah syair karangan imam
syafi’i dan mengandung makna konotatif dan makna denotatif
Penelitian ini menggunakan metode atau teknik pustaka, dan catat. Teknik
pustaka adalah teknik pemerolehan data dengan sumber data tertulis. Langkah
pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data dan
sumber data (1993:133) Teknik terakhir yang digunakan adalah teknik catat. Teknik
catat adalah mencatat data-data yang sudah diperoleh setelah itu dilanjutkan dengan
mengklasifikasikan data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu dengan menggunakan metode padan. Metode padan memiliki dua macam yaitu
padan intralingual dan ekstralingual. Metode padan intralingual adalah mengaitkan
4
atau menggabungkan bahasa dengan yang berada di dalam bahasa itu, sedangkan
padan ekstralingual yaitu metode yang alat penentunya diluar bahasa, terlepas dan
tidak menjadi bagian bahasa yang bersangkutan. Hubungan padan itu berupa
hubungan banding antara semua unsure penentu yang relevan dengan semua unsure
data yang ditentukan (Sudaryanto, 1993:27). Menggunakan teknik dasar dan teknik
lanjutan. Teknik dasar yang digunakan yaitu pilah unsur penentu (PUP), daya pilah
yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya (Sudaryanto, 1993:21).
Menggunakan teknik ini peneliti memilah kata sesuai dengan maknanya, seperti
memiliah kata yang bermakna denotative atau konotatif. Teknik lanjutan yang
digunakan adalah hubung banding memeprbedakan (HBB), teknik ini membedakan
suatu makna dari kata
HASIL DAN PEMBAHASAN
Makna Denotatif menurut Djajasudarma (1999:9) mengungkapkan makna
denotatif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan antara konsep dengan
dunia kenyataan. Makna denotatif ini memiliki arti yang sebenarnya atau sesuai
dengan yang dilihat, tidak mengandung makna yang tersembunyi
Soedjito menyatakan pendapatnya bahwa makna konotatif (evaluasi atau
emotif) adalah makna tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa nilai rasa
atau gambaran tertentu.
Berikut ini penggunaan makna denotatif dan konotatif dalam kalimat:
1)Anak-anak yang diaula itu sedang berebut kursi karena pertunjukkan segera
dimulai. 2)Siapapun yang bermaksud berebut kursi pimpinan perusahaan harus
memenuhi syarat yang telah ditentukkan formatur.(setyana, 1999:57) Contoh(2)
5
merupakan contoh penggunaan kata konotatif. Kata kursi memunyai arti jabatan,
kata kursi memunyai nilai rasa yang tinggi daripada kata jabatan.
Menurut Oka dan Soeparno (1994:235) menyatakan makna konotatif adalah
makna kata yang merupakan makna tambahan dan memiliki nilai rasa. Nilai rasa itu
dapat bersifat positif dan bersifat negatif. Maksud dari konotasi positif dan negative
menurut Chaer (dalam Oka dan Soeparno, 1994:235), dapat dilihat dalam contoh
berikut:
Wanita,Perempuan 1)Berpendidikan lebih/tinggi ,Berpendidikan kurang 2)Modern
dalam segala hal,Tidak atau kurang modern 3)Kurang berperasaan keibuan,
Berperasaan keibuan 4)Malas ke dapur, Rajin ke dapur .
Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa kata wanita mempunyai konotasi
positif karena memiliki nilai rasa lebih sopan dan tinggi dibandingkan kata
perempuan. “Makna konotatif meliputi aspek makna yang berkaitan dengan
perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi”. Ciri kata bemakna
konotasi yaitu: 1) Makna tidak sebenarnya 2) Makna tambahan yang dikenakan pada
sebuah makna konseptual 3) Makna tambahan berupa nilai rasa.
Analisis Denotatif Konotatif Dalam Syair Imam Syafi’i
ُ َالقلب ألنه يتقل
ب ُ ي
َ س ِ ِّم ُ س
ُ ان إِال ِلنَ ْسيِ ِه * َو َ ي اإل ْن ُ َو َما.1
َ س ِ ِّم
“ Tidak dinamakan insan melainkan kerana sifat lupanya, dan dinamakan hati qalbu kerana
ia berubah- ubah ”.
Teori: teori Balaghoh
Analisis:
6
1. Dilihat dari diksi pada syair ini , pada bait kesatu dan kedua terdapat
pengulangan kata yaitu pada kata ي
َ س ِ ِّم
ُ . Dan memiliki arti yang sama yaitu
dinamakan.
2. Dilihat dari harikat huruf akhir pada syair ini terdapt perbedaan huruf dan
bunyi. Pada bait pertama berkhir dengan huruf ha’ kasroh ( ( ِهsedangkan pada
bait kedua berakhiran dengan huruf ba’ dhommah (ب
ُ )
3. Dari segi makna. Lafadz يتقلبdi sini berarti berubah-ubah. Maksud disini
adalah hati itu mudah untuk di bolak-balikkan yang kadang bisa baik dan
kadang juga bisa buruk dan yang bisa merubah hal tersebut hanyalah Allah,
maka ketika ada seseorang yang jahat, memohonlah kapada Allah agar di
balikkan hatinya menjadi baik. Syair diatas menunjukkan makna denotatif
atau makna sebenarnya karena arti dan maksudnya sama, yaitu berubah-ubah.
Syiir diatas bersumber dari : Kitab untaian syair imam syafi`i
وعين الرضا عن كل عيب كليلة * كما أن عين السخط تبدىالمساويا.2
“ Pandangan simpati menutup segala cela , Sebagaimana pandangan benci menampakkan
segala cacat”.
Teori : teori Arudl
Analisis :
1. Dilihat dari diksi yang ada pada syair diatas ini, pada bait kedua menggunakan
kata yang sama tetapi bentuknya berbeda , yaitu pada syair عيب كليلةdengan عين
السخط. Akan tetapi dalam bait kesatu dan kedua ini juga terdapat diksi yang
sama yaitu pada kata عينyang sama-sama mempunyai arti pandangan.
7
2. Dilihat dari qofiyahnya, bait kesatu dan kedua ini berbeda qofiyah.
3. Dari segi makna, عين الرضا عن كل عيب كليلةdisini memiliki arti jika kita memandang
segala hal positif atas segala sesuatu yang buruk maka hal yang buruk tersebut
tidak akan terlihat walau keburukan tersebut sangat banyak. Sedangkan عين
السخط تبدىالمساوياdisini maksudnya adalah berbeda dengan orang yang selalu
memandang semuanya dengan keburukan maka setiap keburukan yang ada
akan terlihat sangat jelas walau keburukan tersebut sangatlah kecil. Syair
diatas menunjukkan makna denotatif atau makna sebenarnya karena arti dan
maksudnya sama.
Syair diatas bersumber dari: Kitab untaian syair imam syafi`i
إذالم يكن إال األسنة مركب * فماحيلة المضطر إال ر كوبها.3
“Apabila tidak ada yang lain melainkan hanya tombak untuk dikendarai, Maka tidak ada jalan
lain bagi yang terpaksa kecuali menaikinya”.
Teori: teori Balaghoh
Analisis:
1. Dilihat dari diksi pada syair diatas terdapat pengulangan kata yang sama tapi
bentuknya berbeda yaitu isim masdar ( ) مركبpada bait pertam dan isim fail
( )ر كوبpada bait kedua.
2. Qofiyah yang ada dalam syair ini adalah berbeda dalam segi harokat dan juga
bentuknya.
3. األسنةAdalah Sebuah benda yang tajam (tombak). Maksudnya Banyak cara
yang bisa digunakan untuk mencapai suatu tujuan bahkan kita pun bias saja
suatu saat akan di hadapkan dengan hal yang tidak kita (di umpamakan
8
dengan sebuah tombak yang tajam) namun harus tetap dilakukan Syair diatas
menunjukkan makna konotatif karena arti dan maksudnya berbeda. Yaitu
terdapat makna tersirat dibalik tombak.
Syair diatas bersumber dari : Kitab untaian syair imam syafh`i
قل بما شئت في مسبة عرضي فسكوتي عند اللئيم جواب ♯ ما أنا عادم الجواب ولكن ما من األسد.4
أن تجيب الكالب
“ Berkatalah sekehendakmu untuk menghina kehormatanku Toh, diamku dari orang hina
adalah suatu jawaban ♯ Bukanlah artinya aku tidak punya jawaban, tetapi Tidak pantas bagi
seekor singa meladeni anjing-anjing”.
Teori: teori Arudl dan teori balaghoh
Analisis:
1. Dilihat dari diksi yang ada pada syair diatas ini, pada bait kedua menggunakan
kata yang sama tetapi bentuknya berbeda , yaitu pada syair تجيب الكالبdengan
اللئيم جواب.
2. Dilihat qofiyahnya, mempunyai kesamaan qofiyah yaitu pada bait pertama
dan kedua sama-sama berakhiran huruf بberharokat dhommah.
3. في مسبة عرضيMaksud menghina kehormatan disini adalah menghina harga diri
األسدAdalah Orang yang memiliki harga diri yang tinggi . الكالبOrang yang
rendahan (tidak berpendidikan). Maka maksud kalimat diatas ialah: orang
yang berpendidikan dan memiliki harga diri tidak akan mendengarkan
perkataan yang tidak memiliki adab (orang yang suka menghina). Syair diatas
menunjukkan makna konotatif karena arti dan maksudnya berbeda. Yaitu
terdapat makna tersirat dibalik kata األسدdan الكالب.
Syair diatas bersumber dari: Kitab untaian syair imam syafi`i
9
إذا ما األصل ألفي غير زاك فما تزكو مدى الدهر الفروع.5
“ Apabila Pondasinya tidak kuat maka cabangnya pun akan demikian sepanjang masa”.
Teori: teori Arudl
Analisis:
1. Dilihat dari segi diksi pada syair diatas terdapat pengulangan kata tetapi
bentuknya berbeda, yaitu pada kata ل األصdengan الدهر.
2. Qofiyahnya berakhir dengan menggunakan huruf ain berharokat kasroh ( ِ)ع
3. Dilihat dari segi makna األصلdiartikan sebagai akidah , الفروعamalan-amalah
ibadah. Maksudnya ialah Orang yang tidak memiliki ketauhidan dengan
benar maka setiap amal ibadah yang ia lakukan sepanjang masapun akan sia-
sia. Syair diatas menunjukkan makna konotatif karena arti dan maksudnya
berbeda. Yaitu terdapat makna tersirat dibalik kata األصلdan الفروع.
Syair diatas bersumber dari : Kitab untaian syair imam syafi`i
وإذا الدعاوى لم تقم بدليلها بــ النص فهي على السفاه دليل.6
“ Jika para pendakwa tidak menopang dalilnya dengan argumentasi maka dia berada di atas
selemah-lemahnya dalil”.
Teori: teori Arudl
Analisis :
1. Pada sayair diatas terdapat persamman diksi yaitu pada kata دليل, kata دليل
diulang lagi pada kata terakhir dari bait tersebut, dan mempunyai arti yang
sama yaitu dalil.
2. Dilihat dari maknanya, kata الدعاوىmempunyai arti Para pendakwa atau
penyeru kebaikan. دليل السفاه Sebuah argument yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan . Maksudnya ialah: Seorang pendakwa harus
10
memiliki dalil yang kuat terhadap setiap apa yang ia katakan. karena jika ia
tidak memilikinya maka sama saja dengan omong kosong yang tidak memiliki
landasan teori. Syair diatas menunjukkan makna denotatif atau makna
sebenarnya karena arti dan maksudnya sama.
Syair diatas bersumber dari : Kitab untaian syair imam syafi`i
والحق منصور وممتحن فال تعجب فهذي سنة الرحمن.7
“ Kebenaran itu akan menang dan mendapat ujian, maka janganlah heran, sebab ini adalah
sunnah ar-Rahman (sunnatullah)”.
Teori: teori Hermeneutik
Analisis:
1. Dilihat dari artinya syair diatas di sini penyair menafsirkan sebuah kata الحق
2. سنة الرحمنMaksudnya ialah sunnatullah dimana Allah sunnatullah ini
merupakan sesuatu yang pasti terjadi. dan Ia akan mendatangkan sebuah
kebenaran namun sebelum hal tersebut datang Allah akan menguji kita semua
dengan kenikmatan serta cobaan agar kita menjadi hamba yang lebih taat.
Syair diatas menunjukkan makna denotatif atau makna sebenarnya karena
arti dan maksudnya sama .
Syair diatas berdumber dari : Kitab untaian syair imam syafi`i
وإذا لم تر الهالل فسلم ألناس رأوه باألبصار.8
“Apabila engkau tidak melihat bulan sabit maka serahkanlah Kepada manusia yang melihatnya
dengan mata kepala”.
Teori: teori Balaghoh
Analisis:
1. Dalam syair diatas penyair mengumpamakan رأوه باألبصارsebagai ahlin nujum.
11
2. الهاللmenentukan waktu. رأوه باألبصارArtinya ialah: Mata kepala, maksudnya
adalah ahli nujum, jadi jika kita ingin menentukan sesuatu berdasarkan hilal
akan tetapi kita tidak memahaminya maka lebih baik kita serahkan kepada ahli
nujum langsung karena ia yang mengetahui ilmu mengenai hal tersebut. Syair
diatas menunjukkan makna konotatif karena arti dan maksudnya berbeda.
Yaitu terdapat makna tersirat dibalik kata رأوه باألبصار.
Syair diatas bersumber dari : Kitab untaian syair imam syafi`i
سارت مشرقة وسرت مغربا شتان بين مشرق ومغرب.9
“ Dia berjalan ke timur dan aku berjalan ke barat Aduhai alangkah jauhnya timur dan barat”.
Teori: teori Balaghoh
Analisis:
1. Dilihat dari diksinya, pada syair diatas terdapat banyak persamaan kata. Yaitu
terdapat pada kata سارتdengan سرت, kata مشرقةdengan مشرقdan kata مغربا
dengan مغرب.
2. مشرقةDapat diartikan sebuah perbuatan baik dan مغرباdapat diartikan dengan
perbuatan jahat atau sebaliknya dan sesungguhnya setiap perbuatan baik dan
perbuatan jahat itu sangatlah jelas perbedaannya maka tidak seharusnya
manusia melakukan perbuatan jahat jika ia sudah memahami arti dari
perbuatan baik Syair diatas menunjukkan makna konotatif karena arti dan
maksudnya berbeda. Yaitu terdapat makna tersirat dibalik kata مشرقةdan مغربا
Syair diatas bersumber dari : Kitab untaian syair imam syafi`i
فالبهت عندكم رخيص سعره حثوا بال كيل وال ميزان.10
“ Di sisi kalian dusta itu sangat murah harganya Tanpa ditakar dan ditimbang mereka
menghamburkannya”.
12
Teori: teori Hermeneutik
Analisis.
1. Dilihat dari makna syair diatas , di sini penyair menafsirkan tentang dusta.
2. dilihat dari srdi artinya , kata رخيييس س ي رSudah menjadi hal yang biasa
dilakukan Maksudnya ialah mereka berbohong tanpa berfikir terlebih
dahulu, dilakukan dengan sesuka hati dan mereka tidak memikirkan
akibat dari berbohong tersebut sehingga berbohong sudah menjadi
bentuk keseharian yang mereka lakukan. Syair diatas menunjukkan
makna konotatif karena arti dan maksudnya berbeda. Yaitu terdapat
makna tersirat dibalik kata رخيس س ر
syair diatas bersumber dari : Kitab untaian syair imam syafi`i
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa analisis makna denotatif
dan konotatif pada syair Imam Syafii ini membahas dua point , yaitu tentang makna
denotatif dan konotatif. Makna denotatif yang ditemukan dalam syair Imam Syafii ini
terdapat 4 syair. Adapun makna konotatif yang ditemukan dalam syair Imam Syafii
ini terdapat 6 syair. Berdasarkan jumlah yang diperoleh dapat diketahui bahwa
makna denotatif yang ditemukan dalam syair Imam Syafii lebih sedikit daripada
makna konotatif. banyak sekali Makna konotatif yang kami temukan dalam syair
diatas, namun tetap kita kembalikan setiap orang pasti memiliki tanggapannya
masing-masing sehingga ketika kita sedang menganalisis sebauah karya sastra kita
harus berjiwa besar untuk menerima tanggapan-tanggapan dari orang lain.
Berkenaan dengan masalah konotasi, satu hal yang harus kita ingat. Bahwa konotasi
13
sebuah kata bisa berbeda seseorang dengan orang lain, antara satu daerah dengan
daerah lain. Ada kalanya bermakna konotasi posotif maupun negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Alfarisi, M. Zaka. 2011 . Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia. Bandung: Remaja
Rosdakarya,
As`ad Syamsul`Arifin. Untaian Syair Imam Syafi`i Terjemah Diwan al-Imam as-Syafi`i.
Yogyakarta. Pustaka Pelajar 2004
Minter, Robert L 2016. “ 11 november 2019
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1177/1077727X7300106/abstract
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Mahsun.Metodologi penelitian Bahasa. Jakarta:Grafindo, 2013
Sukron Kamil , Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Moderen, Jakarta: Rajawali Press, 2009.
Hal 222.
Nyoman Kutha Ratna, SU, Teori, Metode, dan Teknik penelitian sastra, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar 2004, hal 45.
14