0% found this document useful (0 votes)
113 views30 pages

Izin Penimbunan PLTU Rembang SK 922 Menlhk 2016

03. Izin Penimbunan PLTU Rembang SK 922 Menlhk 2016

Uploaded by

yudz
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
113 views30 pages

Izin Penimbunan PLTU Rembang SK 922 Menlhk 2016

03. Izin Penimbunan PLTU Rembang SK 922 Menlhk 2016

Uploaded by

yudz
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF or read online on Scribd
You are on page 1/ 30
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SK. 922/Menlhk/Setjen/PSLB.3/12/2016 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PADA FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR KELAS III ATAS NAMA PT. PLN (PERSERO) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 146 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 untuk dapat melakukan Penimbunan Limbah B3 wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun untuk —_Kegiatan Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; b. bahwa Kepala Divisi Operasi PT. PLN (Persero) Regional Jawa Bagian Tengah melalui surat Nomor: 4484 /KLH.01.02/DIVOR-JBT/2016 tanggal 24 Oktober 2016, mengajukan permohonan Izin Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun PLTU Rembang; c. bahwa berdasarkan: 1, hasil verifikasi administrasi oleh Unit Pelayanan Terpadu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan —sesuai__—Registrasi_~— Nomor: 201610140008 tanggal 28 Oktober 2016; 2. hasil verifikasi lapangan oleh staf Direktorat Verifikasi Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan Limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun sesuai Berita Acara tanggal 3 November 2016; permohonan izin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun untuk — kegiatan Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun atas nama PT. PLN (Persero) telah memenuhi persyaratan; d.bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Izin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun untuk Kegiatan Penimbunan Limbah Mengingat Memerhatikan Menetapkan Bahan Berbahaya dan Beracun pada Fasilitas Penimbusan Akhir Kelas Ill Atas Nama PT. PLN (Persero); :1,Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 2.Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan; 3.Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; 4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara; 5.Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 Tentang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; 7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah Daerah; 8.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.18/Menlhk-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 9.Peraturan Menteri__Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.63/Menlhk/Setjen/KUM.1/7/ 2016 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun di Fasilitas Penimbusan Akhir; : 1. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor: 660.1/17 Tahun 2016 tentang Izin Lingkungan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap-1 Jawa Tengah 2 X 400 MW di Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah; 2.Risalah Pengolahan Data Izin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun untuk Kegiatan Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun pada Fasilitas Penimbusan Akhir Kelas Ill Atas Nama PT. PLN (Persero) Nomor: RPD-203/PSLB3- VPLB3/2016, tanggal 18 November 2016; MEMUTUSKAN: :KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TENTANG IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH __ BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PADA _FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR KELAS III ATAS NAMA PT. PLN (PERSERO). KESATU KEDUA KETIGA KEEMPAT :Memberikan izin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun untuk Kegiatan Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang berasal dari kegiatan sendiri pada fasilitas penimbusan akhir kelas II, kepada: 1, Nama Badan : PT. PLN (Persero) Usaha dan/atau Kegiatan 2. Unit PLTU Rembang 3. Bidang Usaha Ketenagalistrikan dan/atau Kegiatan 4. Nama Penanggung : Sulaiman Daud Jawab Usaha dan/atau Kegiatan 5. Jabatan : Kepala Divisi Operasi PT. PLN (Persero) Regional Jawa Bagian Tengah 6. Alamat Kantor : Jalan Trunojoyo Blok M-I Pusat No. 135, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta Telp: 021-7261122 Fax: 021-72786247 7. Alamat Lokasi : Jalan Semarang - Usaha dan/atau Surabaya Km. 130 Desa Kegiatan Trahan dan Desa Leran Kecamatan Sluke Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah Telp: 0295-4552779 Fax: 0295-4552792 :Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3 yang ditimbun pada fasilitas penimbusan akhir kelas III sebagaimana dimaksud dalam Amar KESATU yaitu: 1. Fly ash dengan kode Limbah B3 B409; dan 2. Bottom ash dengan kode Limbah B3 B410. :Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Amar KEDUA ditimbun pada fasilitas penimbusan akhir kelas Ill yang berada di dalam area operasi PT. PLN (Persero) ~ Unit PLTU Rembang. : Dalam melaksanakan kegiatan Penimbunan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Amar KESATU, Penanggung Jawab Usaha dan/atau Kegiatan wajib: 1. melakukan pengujian terhadap Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Amar KEDUA; 2. melakukan Penimbunan Limbah B3 pada fasilitas penimbusan akhir kelas III; 3. memenuhi ketentuan tata cara Penimbunan 4. melakukan pengelolaan air lindi; KELIMA KEENAM 5. melakukan pemeriksaan _kebocoran _ sistem pelapisan; 6. melakukan pemantauan kualitas air tanah; 7. melakukan penanggulangan kebocoran sistem pelapisan; 8. melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan Penimbunan Limbah B3; 9. melaporkan tata kelola kegiatan Penimbunan Limbah B3 paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan kepada: a.Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya; b.Gubernur Jawa Tengah melalui Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah; dan c.Bupati Rembang melalui Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang. 10. melakukan penutupan fasilitas penimbusan akhir apabila jumlah Limbah B3 yang ditimbun telah mencapai kapasitas tampung fasilitas penimbusan akhir kelas Il dan/atau kegiatan Penimbunan Limbah BS dihentikan; 11. melakukan penanganan kondisi darurat; dan 12, melakukan penanggulangan dan pemulihan fungsi lingkungan hidup dalam hal terjadi pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. : Pengujian terhadap Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Amar KEEMPAT angka 1 dengan ketentuan: 1. dilakukan sebelum Limbah B3 ditimbun; 2. pengujian terhadap Limbah B3 meliputi: a. uji Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP); dan b. uji paint filter test sesuai dengan metode 9095B: Paint Filter Liquid Test US EPA. 3.hasil uji TCLP sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf a harus memenuhi baku mutu TCLP sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Keputusan Menteri ini; 4.hasil uji paint filter test sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf b harus memenuhi ketentuan tidak terdapat air bebas; 5.dalam hal hasil uji sebagaimana dimaksud pada angka 3 dan/atau angka 4 tidak dipenuhi wajib dilakukan pengolahan Limbah B3 terlebih dahulu dengan cara solidifikasi; dan 6. hasil Pengolahan Limbah B3 dengan cara solidifikasi sebagaimana dimaksud pada angka 5 memenuhi ketentuan hasil uji TCLP dan uji paint filter test. :Fasilitas penimbusan akhir sebagaimana dimaksud dalam Amar KEEMPAT angka 2 memenuhi ketentuan: 1. lokasi fasilitas penimbusan akhir kelas Ill sesuai dengan koordinat dalam Lampiran Il Keputusan Menteri ini; 2. fasilitas penimbusan akhir kelas III sebagaimana dimaksud pada angka 1 memiliki: a. luas fasilitas penimbusan akhir terdiri dari: 1) luas permukaan atas seluas 62.000 m? (enam puluh dua ribu meter persegi); 2) luas permukaan bawah seluas 52.000 m? (lima puluh dua ribu meter persegi); b. ketebalan dinding tanggul (embankment) sekeliling penimbusan bagian atas adalah 4 m (empat meter) dan bagian bawah adalah 22 m (dua puluh dua meter); c. kapasitas tampung sebesar 682.000 m? (enam ratus delapan puluh dua ribu meter kubik); d. ketinggian paling tinggi tumpukan limbah B3 dari dasar tanggul sebesar 11 m (sebelas meter); 3. rancang bangun fasilitas penimbusan akhir kelas Il memiliki: a. Lapisan dasar (sub base) berupa tanah lempung yang dipadatkan ulang yang — memiliki konduktivitas hidraulik jenuh maksimum 1x109 m/detik (satu kali sepuluh pangkat minus sembilan meter per detik) di atas lapisan tanah. Lapisan dasar terdiri lapisan-lapisan tipis dengan tebal 15 - 20 cm (lima belas sampai dua puluh sentimeter) dimana setiap lapisan dipadatkan hingga memiliki tebal minimum lapisan dasar satu meter. Pemadatan ini dilakukan untuk mendapatkan —_permeabilitas _(konduktivitas, hidraulik) dan daya dukung yang dibutuhkan untuk menopang iapisan diatasnya, Limbah B3 yang ditimbun dan lapisan penutup; b.Sistem Pengumpulan dan Pemindahan Lindi (SPPL) kedua pada dasar penimbusan akhir mempunyai kemiringan sedemikian rupa sehingga timbulan indi akan terkumpul dan dapat dipindahkan ke bak pengumpul lindi pertama. Air yang terkumpul di bak pengumpul lindi pertama akan dipindahkan ke bak pengumpul lindi kedua; c.Geotekstil yang berfungsi_ + memberikan peningkatan kemampuan menerima beban yang cukup besar sehingga dapat menampung abu dan air dengan volume yang besar. Hal tersebut dapat mengurangi terjadinya kebocoran _fasilitas penimbusan akhir. Geotekstil dipasang di atas lapisan tanah yang telah dipadatkan; d.Geomembrane dengan ketebalan 1,5 mm (satu koma lima milimeter) yang terbuat dari HDPE (High Density Poliethylene) yang ditempatkan di atas geotekstil yang berfungsi menahan air agar tidak meresap Ke tanah; dan e. Sistem Pengumpulan dan Pemindahan Lindi (SPPL) pertama pada dasar penimbusan akhir. SPPL harus mempunyai kemiringan sedemikian rupa sehingga timbulan lindi akan terkumpul dan KETUJUH KEDELAPAN KESEMBILAN dapat dipindahkan ke bak pengumpul lindi kedua; dan 4.tata letak (lay out) detail desain konstruksi penimbusan akhir, desain potongan bak pengumpul lindi, desain konstruksi pemipaan bak pengumpul lindi serta desain konstruksi sumur pantau sebagaimana tercantum dalam Lampiran IIL Keputusan Menteri it :Tata cara Penimbunan Limbah B3_ sebagaimana dimaksud dalam Amar KEEMPAT angka 3 dilakukan dengan ketentuan: 1. mengikuti instruksi kerja yang tercantum dalam instruksi kerja operasional Standard Operating Procedure (SOP) mengenai tata cara Penimbunan Limbah B3 pada fasilitas penimbusan akhir; 2.tata cara Penimbunan Limbah B3_ sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan melalui tahapan: a.penempatan lLimbah B3 pada fasilitas penimbusan akhir Limbah B3; b. pengelolaan air lindi pada kolam pengumpul air lindi; dan c. pemeriksaan sarana dan prasarana pendukung pada fasilitas penimbusan akhir; 3.tata cara penempatan Limbah B3 pada fasilitas penimbusan akhir kelas III sebagaimana dimaksud pada angka 2 tercantum dalam Lampiran IV Keputusan Menteri ini. : Air lindi sebagaimana dimaksud dalam Amar KEEMPAT angka 4 bersumber dari: l.air hujan yang merembes melalui Limbah B3 ke dasar fasilitas penimbusan akhir; 2.air hujan yang bersinggungan dengan Limbah B3 dan mengalir di permukaan Limbah B3 ke dasar tumpukan Limbah B3 pada fasilitas penimbusan akhir; dan 3. air limbah yang bersinggungan dengan Limbah B3 di lokasi fasilitas penimbusan akhir. : Pengelolaan air lindi sebagaimana dimaksud dalam Amar KEEMPAT angka 4 dilakukan dengan ketentuan: 1,melakukan pengendalian terhadap air hujan pada fasilitas penimbusan akhir; 2.memisahkan air limpasan yang bersinggungan dengan Limbah B3 dengan air limpasan yang tidal bersinggungan dengan Limbah B3; 3. air limpasan yang bersinggungan dengan Limbah B3 harus ditampung dan dikelola lebih lanjut; 4.air lindi dialirkan menuju fasilitas pengumpulan lindi; 5. fasilitas pengumpulan lindi sebagaimana dimaksud pada angka 4 terdiri dari: a. Bak Pengumpul Lindi Pertama (BPL1) merupakan bak tempat pengumpulan lindi yang berasal dari KESEPULUH KESEBELAS sistem pengumpulan dan pemindahan lindi kedua dengan ketentuan: 1). terdiri dari 4 (empat) unit dengan ukuran masing - masing unit 0,5 m x 0,5 mx 1 m (nol koma lima meter kali nol koma lima meter kali satu meter); dan 2). konstruksi terdiri dari pondasi, lantai, dan dinding bak pengumpul lindi terbuat dari beton (concrete) serta mempunyai tutup untuk menghindari masuknya air hujan; b. Bak Pengumpul Lindi Kedua (BPL2) merupakan bak tempat pengumpulan lindi yang berasal dari sistem pengumpulan dan pemindahan_ lindi pertama serta lindi yang berasal dari Bak Pengumpul Lindi Pertama (BPL1) dengan ketentuan: 1). terdiri dari 1 (satu) unit dengan ukuran 228,15 m x 44,05 m x 5,25 m (dua ratus dua puluh delapan koma lima belas meter kali empat puluh empat koma nol lima meter kali lima koma dua puluh lima meter); 2). dilengkapi dengan satu buah pompa; dan 3). konstruksi kedap air dan dilapisi HDPE (High Density Poliethylene); c. bak pengumpul lindi pertama dan bak pengumpul lindi kedua berada pada titik koordinat sebagaimana tercantum dalam Lampiran Il Keputusan Menteri ini; d.bak pengumpulan air lindi harus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu menampung lindi yang timbul selama 1 (satu) minggu; 6. air lindi dapat dibuang ke media lingkungan setelah memenuhi baku mutu kualitas air lindi sebagaimana dimaksud dalam Lampiran V Keputusan Menteri ini; 7.dalam hal air lindi tidak memenuhi ketentuan sebagimana dimaksud pada angka 6, air lindi diolah terlebih dahulu di Instalasi Pengolahan Air Limbah (PAL) sebelum dibuang ke media lingkungan; dan; 8. melakukan analisis kualitas air lindi paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan dengan mempergunakan laboratorium terakreditasi. : Pemeriksaan kebocoran sistem pelapisan sebagaimana dimaksud dalam Amar KEEMPAT angka 4 dilakukan melalui pemantauan kualitas air tanah di sumur pantau. : Pemantauan kualitas air tanah sebagaimana dimaksud dalam Amar KEEMPAT angka 6 dan Amar KESEPULUH dilakukan dengan ketentuan: l.air tanah yang diuji merupakan air tanah yang bersumber dari 4 (empat) sumur pantau yang meliputi: a. 2 (dua) sumur di hulu; dan b. 2 (dua) sumur di hilir; KEDUABELAS KETIGABELAS KEEMPATBELAS sesuai dengan koordinat sumur __pantau sebagaimana dimaksud dalam Lampiran VI Keputusan Menteri ini; 2. paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan selama kegiatan operasional penimbunan Limbah B3 pada fasilitas penimbusan akhir kelas Ill berlangsung; 3. uji kualitas air tanah pada sumur pantau harus memenuhi baku mutu sebagaimana dimaksud dalam Lampiran VII Keputusan Menteri ini; 4.uji kualitas air tanah pada sumur_pantau sebagaimana pada angka 3 (tiga) di atas dilakukan oleh laboratorium terakreditasi; dan 5. kebocoran sistem pelapisan diindikasikan dengan adanya parameter kualitas air tanah yang melampaui baku mutu sebagaimana dimaksud dalam Lampiran VII Keputusan Menteri ini. : Penanggulangan kebocoran sistem pelapisan sebagaimana dimaksud dalam Amar KEEMPAT angka 7 dilakukan apabila sistem pelapisan_terindikasi mengalami kebocoran, dengan ketentuan: l.menghentikan sementara kegiatan penimbunan Limbah B3; 2. mencari penyebab terjadinya kebocoran; dan 3.melakukan upaya perbaikan dan melaporkannya kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk — mendapatkan —_persetujuan —_kembali dimulainya kegiatan penimbunan Limbah B3 pada fasilitas penimbusan akhir. :Pencatatan kegiatan penimbunan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Amar KEEMPAT angka 8 dilakukan dengan pencatatan secara terus menerus terhadap jumlah: 1. Limbah B3 yang ditimbun ke dalam formulir neraca Limbah B3 sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII Keputusan Menteri ini; dan 2. air lindi yang dikelola pada bak pengumpulan air lindi ke dalam formulir neraca Limbah B3 sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII Keputusan Menteri ini, terdiri atas: a.volume air lindi yang masuk pada bak pengumpulan; b. volume air lindi yang masuk ke IPAL; dan c. volume air lindi yang dialirkan atau dibuang ke media lingkungan. : Dalam hal terjadi perubahan desain konstruksi, fungsi, dan/atau Pengelolaan Limbah B3 pada fasilitas penimbusan akhir kelas II, Penanggung Jawab Usaha dan/atau Kegiatan harus melaporkan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. KELIMABELAS :Penutupan fasilitas penimbusan akhir sebagaimana dimaksud dalam Amar KEEMPAT angka 10 dilakukan dengan ketentuan: i memberitahukan secara tertulis kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengenai rencana penutupan serta rencana pemeliharaan dan pemantauan pasca Penimbunan Limbah B3 pada fasilitas penimbusan akhir; .rencana penutupan sebagaimana dimaksud pada angka 1, meliputi: a. jadwal pelaksanaan penutupan; b. rancang bangun penutupan fasilitas penimbusan akhir, meliputi: 1). tanah penutup perantara (intermediate soil cover) berupa tanah dengan ketebalan paling rendah 15 cm (limabelas sentimeter) yang ditempatkan di atas Limbah B3; 2). lapisan tanah penghalang (cap soil barrier) berupa tanah lempung yang dipadatkan hingga mencapai konduktivitas hidraulik 107 cm/detik (sepuluh pangkat minus tujuh sentimeter per detik) dengan ketebalan 60 cm (enam puluh sentimeter) atau dengan lapisan Geosynthetic Clay Liner (GCL) ketebalan 6 cm (enam sentimeter); 3). tudung geomembran berupa HDPE dengan ketebalan paling rendah 1 mm (satu milimeter) dan konduktivitas hidraulik 107 cm/detik (sepuluh pangkat minus tujuh sentimeter per detik) dan harus dirancang tahan terhadap semua tekanan selama instalasi dan konstruksi lapisan atas; 4). pelapis untuk tudung drainase (cap drainage layer): a) berupa bahan butiran atau geonet dengan transmisivitas planar paling rendah sama dengan transmisivitas planar lapisan bahan atau tanah butiran setebal 30 cm (tiga puluh sentimeter) dengan konduktivitas hidraulik paling rendah 10? cm/detik (sepuluh pangkat minus dua sentimeter per detik); b) mampu mengumpulkan air permukaan yang meresap ke dalam lapisan tumbuhan yang ada di atasnya untuk kemudian menyalurkan ke —tepian _fasilitas penimbusan akhir; c) terpasang geotextile untuk memperkecil penyumbatan pada pelapis tudung drainase oleh lapisan tanah tumbuhan diatasnya; 5). lapisan tanah untuk tumbuhan berupa tanah pucuk (top soil) dengan ketebalan paling rendah 60 cm (enampuluh sentimeter); dan 6). tanaman penutup (cover crop) yang membutuhkan perawatan sederhana, cocok KEENAMBELAS -10- dengan daerah setempat dan tidak berpotensi merusak lapisan di bawahnya; 3.rencana pemeliharaan dan pemantauan pasca Penimbunan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada angka 1, meliputi: a. memasang tanda dilarang masuk bagi yang tidak berkepentingan; b.melakukan pemeliharaan secara_konsisten meliputi sistem kontrol drainase, penjagaan patok acuan koordinat, dan pencegahan kerusakan terkikisnya lapisan penutup; c. pemantauan kualitas air tanah dari sumur pantau dan air lindi harus dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan untuk 1 (satu) tahun pertama, paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan untuk 10 (sepuluh) tahun berikut, dan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan untuk 20 (dua puluh) tahun berikutnya; dan d.melaporkan hasil dari seluruh pekerjaan pada masa paska Penimbunan Limbah B3 kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan. :Dalam melaksanakan kegiatan Penimbunan Limbah B3, Penanggung Jawab Usaha dan/atau Kegiatan dilarang: 1. melakukan Penimbunan Limbah B3 selain Limbah BS sebagaimana dimaksud dalam Amar KEDUA; 2.melakukan Penimbunan Limbah B3 yang memiliki total konsentrasi zat pencemar melebihi baku mutu total konsentrasi zat pencemar sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX Keputusan Menteri ini; 3.melakukan Penimbunan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam amar KEDUA angka 1 dan angka 2 yang memiliki: a.tingkat kontaminasi radioaktif lebih besar dari atau sama dengan 1 Bq/cm2 (satu Becquerel per sentimeter persegi); dan/atau b. konsentrasi aktivitas sebesar: 1). 1 Ba/gr (satu Becquerel per gram) untuk tiap radionuklida anggota deret’ uranium dan thorium; atau 2). 10 Ba/gr (sepuluh Becquerel per gram) untuk kalium; c. radionuklida sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 1) meliputi: 1). Uranium-238 (U-238); 2). Plumbum-210 (Pb-210); 3). Radium-226 (Ra-226); 4). Radium-228 (Ra-228); 5). Thorium-228 (Th-228); 6). Thorium-230 (Th-230); dan 7). ‘Thorium-234 (Th-234). KETUJUHBELAS KEDELAPANBELAS KESEMBILANBELAS KEDUAPULUH KEDUAPULUH SATU KEDUAPULUH DUA “ne 4. melakukan Penimbunan Limbah B3 yang memiliki karakteristik: a. mudah meledak; b. mudah menyala; c. reaktif; 4. infeksius; ¢. mengandung zat organik lebih besar dari 10% (sepuluh persen); f. mengandung Polychlorinated Biphenyl (PCB); dan g. berbentuk cair atau lumpur; dan 5. mengalihkan peruntukan lahan untuk kepentingan umum, Dalam pelaksanaan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3 pada fasilitas penimbusan akhir kelas III sebagaimana dimaksud dalam Amar KEEMPAT, Menteri menugaskan kepada Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup untuk melakukan pengawasan. Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Amar KETUJUHBELAS dilaksanakan —sesuai__ dengan peraturan perundang-undangan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, atas semua pemenuhan Ruang lingkup pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Amar KEDELAPANBELAS dilakukan paling sedikit terhadap: 1. penaatan baku mutu sebagaimana dimaksud dalam Amar KELIMA angka 3, Amar KESEMBILAN angka 6, dan Amar KESEBELAS angka 3; 2.neraca limbah sebagaimana dimaksud dalam amar KETIGABELAS; dan 3. penerapan tata cara Penimbunan Limbah B3 pada fasilitas penimbusan akhir kelas II sebagaimana dimaksud dalam amar KETUJUH. : Dalam hal berdasarkan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Amar KEDELAPANBELAS ditemukan pelanggaran, dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. :Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Amar KEDUAPULUK tidak membebaskan Penanggung Jawab Usaha dan/atau Kegiatan dari tanggung jawab pemulihan fungsi lingkungan hidup. : Dalam hal terjadi pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan penanggulangan dan pemulihan fungsi lingkungan hidup. -R- KEDUAPULUH TIGA :Penanganan kondisi darurat sebagaimana dimaksud dalam Amar KEEMPAT angka 11 dilakukan dengan menerapkan prosedur penanganan kondisi darurat yang dimiliki oleh Penanggung Jawab Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana tercantum dalam Lampiran X Keputusan Menteri ini. KEDUAPULUH EMPAT —: Pemulihan fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Amar KEEMPAT angka 12 dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang- undangan dan/atau perkembangan teknologi.. KEDUAPULUH LIMA :Seluruh biaya penanggulangan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup serta pemulihan fungsi lingkungan hidup dibebankan kepada Penanggung Jawab Usaha dan/atau Kegiatan. KEDUAPULUH ENAM :Dalam hal usaha dan/atau kegiatan _berhenti beroperasi secara permanen, Penanggung Jawab Usaha dan/atau Kegiatan tetap diwajibkan: 1. melaporkan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 2. menyerahkan Limbah B3 yang dihasilkannya kepada pihak lain yang memiliki izin dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan; dan 3.melakukan pemulihan lokasi Penyimpanan dan Penimbunan Limbah B3, apabila telah terjadi pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. KEDUAPULUH TUJUH —: Keputusan Menteri ini berlaku sejak _ tanggal ditetapkan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang dengan — mengajukan permohonan perpanjangan izin kepada Menteri, paling lama 60 (enampuluh) hari sebelum jangka waktu izin berakhir. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 2016 Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEPALA BIRO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd SITI NURBAYA Tembusan: 1. Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 2, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya; 3, Direktur Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 4, Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan; 5. Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah; 6. Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang. LAMPIRAN 1 KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : SK. 922/Menlhk/Setjen/PSLB.3/12/2016 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PADA PENIMBUSAN AKHIR KELAS III ATAS NAMA PT. PLN (PERSERO) Baku Mutu Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) No. Zat Pencemar TCLP (mg/L) Parameter Wajib Anorganik 1__[Antimoni, Sb T 2 | Arsen, As 05 3__| Barium, Ba 35 4 | Berilium, Be 0,5 5__| Boron, B 25, 6__| Kadmium, Cd 0,15 7__| Krom valensi enam, Cro+ 2,5 8 | Tembaga, Cu 10. 9 | Timbal, Pb 0,5 10_[Merkuri, Hg 0,05 11_|Molibdenum, Mo 35 12 [Nikel, Ni 3,5 13 _[ Selenium, Se 05 14 Perak, Ag 5 15 _| Tributyltin oxide 0,05 16 | Seng, Zn 50 Anion 1__[Kiorida, Cr 12.500 2 _| Sianida (total), CN- 3,5 3__| Fluorida, F- 75 4 |Todida, F 5 35_| Nitrat, NOs 2.500 6 | Nitrit, NOs: 150 Organik 1__|Benzena os 2 | Benzofa)pirena 0,0005 3__| Karbon tetraklorida 0,2 4 | Klorobenzena 15 5__| Kloroform 3 6 | 2 Klorofenol 5 7 _| Kresol (total) 100 8__| Di 2 etitheksil) Ralat 0,4 9 | 1,2-Diklorobenzena 50 10_| 1,4-Diklorobenzena_ 15 11_[1,2-Dildoroetana 2,5 12 [1,1-Dikdoroetena 3 13 _[1-2-Dildoroetena 2.5 14 | Dildorometana (metilen Klorida) 1 15 | 2,4-Diklorofenol 10 16 | 2,4-Dinitrotoluena 0,065 17 | Btilbenzena 15. No. Zat Pencemar TCLP (mg/L) 18 _| Ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA) 30 19 | Formaldehida 25 20 | Heksaklorobutadiena 0,03 21 | Metil etil keton 100 22 | Nitrobenzena rE 23 | Fenol (total, non-terhalogenasi) 7 24 | Stirena 1 25 | 1,1,1,2-Tetrakloroetana 4 26 | 1,1,2,2-Tetrakloroetana 0,65 27_| Tetrakloroetena 2,5 28 | Toluena 35, 29 | Triklorobenzena (total) 15 30 | 1,1,1-Trikloroetana 15 31 1,1,2-Trikloroetana. 0,6. 32_| Trikloroetena 0,25 33_|2,4,5-Triklorofenol 200 34 | 2,4,6-Triklorofenol 1 35_| Vinil Klorida aes 0,015 36 | Ksilena (total) 25 Pestisida 1 Aldrin + dieldrin 0,0015) 2__| DDT + DDD + DDE 0,05 3 [24D 15 =! Klordana 0,01 5__| Heptaldlor 0,015 6 |Lindana 0,1 7 | Metoksiklor ze 1 8__| Pentaklorofenol 0,45 Parameter Tambahan = 1 __[Bndrin 0,02 2 Hexachlorobenzena 0,13 3 Hexachloroethana 3 4 | Pyridine 5 5 | Toxaphene 0.5) 6 |2,4,5-TP (Silvex) 1 ai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd SITI NURBAYA Qe RYA LAMPIRAN IL KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : SK.922/Menlhk/Setjen/PSLB.3/ 12/2016 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PADA FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR KELAS III ATAS NAMA PT. PLN (PERSERO) A. Titik Koordinat Penimbunan Limbah B3 di Fasilitas Penimbusan Akhir Nor Koondingt Kapasitas | 11s (ma) | Ketinagian Titik Lintang Selatan Bujur Timur (m3) limbah (m)} A |" 06 38'02,7" |" 1110 28' 35,2" B | 06°38 04,9" |" 111° 28" 37,1" C_| 062 38' 07,2 111° 28' 38,9 D | 06038 10,4" | 111° 28'41.6" | ge 009 | 62,000 i E | 06° 38'07,0" | 111° 28' 46,0" F 06° 38' 03,6" 111° 28' 43,5" G 06¢ 38' 00,2" 111° 28' 43,0" H_| 06 38' 58,0" | 111° 28' 40,9" B. Titik Koordinat Bak Pengumpul Lindi Pertama (BPL1) No Titik Koordinat Lintang Selatan I Bujur Timur BPl-a 06° 38' 05,6" LS 111° 28' 37,2" BT BP1-b 06° 38' 02,8" LS 111° 28' 34,9" BT BPl-c 06° 38' 02,9" LS 11 1e 28' 43, BPI-d 06° 38' 57,7" LS 111° 28' 41,2" BT C. Titik Koordinat Bak Pengumpul Lindi Kedua (BPL2) Nate Lolenall Titik : Koordinat a zs Kedalaman Lintang Selatan Bujur Timur (m) 1 06° 38' 01,5" LS 111° 28' 34,3" BT ‘Ash Run Off Pond| 2 06° 38'02,4"LS_| 1119 28' 35,0" BT ens (BP2) 3 06° 37' 57,8" LS 111° 28' 40,8" BT 4 06° 38' 56,7" LS 111°28' 39,9" BT. Salinan sésuai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN 7 KSPALASARO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SITI NURBAYA LAMPIRAN III KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : SK.922/Menlhk/Setjen/PSLB.3/ 12/2016 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PADA FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR KELAS III ATAS NAMA PT. PLN (PERSERO) Lokasi, Tata Letak (layout), Desain Konstruksi Fasilitas Penimbusan Akhir Kelas III dan Fasilitas Pendukung A. Lokasi Penimbunan Limbah B3 eq Yequiry ueunquitug Gnofin7) e191 BL “a etl fe yequiry weunquiuag Jsex{07 UeBUO}Og BuBduEUAY TIEG D. Desain Bak Pengumpul Lindi Penimbunan Limbah B3 E. Desain Tata Letak (Layout) Pemipaan Bak Pengumpul Lindi Penimbunan Limbah B3 F. Desain Konstruksi Sumur Pantau Penimbunan soem MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd SITI NURBAYA LAMPIRAN IV KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : SK.922/Menlhk/Setjen/PSLB.3/12/2016 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PADA FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR KELAS III ATAS NAMA PT. PLN (PERSERO) ‘Tata Cara Penempatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun pada Fasilitas Penimbusan Akhir Kelas III [ont pein i ot fruen etiam dipmaee fers favtngy dtm rmsd Jorermasmaratennentna smite frenteosintenonen laren enone stne ae ern faoronatee? Jeepontineatr ratte 2picamsn fen/seas sons saincoonse fenterswvenr ernie) pram naarnnennnan oie Lena tended Tahapan Kegiatan: 1. 7. Sebelum dibawa ke area landifill, fly ash dan bottom ash ditambahkan dan dicampurkan air dengan komposisi yang sesuai dengan jumlahnya dan dipadatkan. Setelah tercampur merata dilakukan pemadatan pada fly ash dan bottom ash agar tidak berdebu. Setelah dipadatkan fly ash dan bottom ash yang masih basah dibiarkan agar kandungan air berkurang dan menjadi lebih padat. Sebelum proses pengangkutan pastikan bak penutup tertutup dengan bail untuk menghindari tumpahan dijalan. Fly ash dan bottom ash ditimbun di landfill dengan penataan tempat yang berbeda atau terpisah (fly ash disisi barat dan bottom ash disisi timur). Di area landfill fly ash dan bottom ash dipadatkan dan diratakan dengan menggunakan alat berat untuk memadatkan volumenya dan menjaga housekeeping di area landfill. Secara berkala dilakukan penyiraman terhadap fly ash dan bottom ash yang ditimbun di landfill untuk mengurangi panas dan debu yang timbul pada saat musim kering. Ketika hujan air limpasan dari landfill akan tertampung dan overflow masuk ke run off pond. Dengan menggunakan pompa air dari run off pond di alirkan ke WWTP untuk diolah. Setelah land{fill penuh maka akan dilakukan penutupan akhir landfill Kegiatan lengkap tata cara penimbunan dilakukan sesuai dengan Instruksi Kerja Penimbunan Fly Ash dan Bottom Ash di Area Landfill Nomor Dokumen: IKE- 8.2.2.30. ‘Salinan sésuai dengan aslinya, MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEPALA BLO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd SITI NURBAYA LAMPIRAN V KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : SK.922/Menlhk/Setjen/PSLB.3/12/2016 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PADA FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR KELAS III ATAS NAMA PT. PLN (PERSERO) Baku Mutu Kualitas Air Lindi a pean Konsentrasi Parameter Maksimum, Nilai I Satuan, rise 1 Bahu 38 «% 2 [eat padat terlarut (TDS) 2000 mg/L. 3 [at padat tersuspensi (SS) 200 ‘mg/L IKimia 1H 69 2 [Besi, terlarut (Fe) 5 ‘mg/L '3_ Mangan terlarut (Map 2 mg/L 4 [Barium (Ba) 2 ‘mg/L 5_|Tembaga (Cu) 2 ‘mg/L 6 Seng (Zn) 5 mg/L 7_|kromvalensi enam (C™) Ot ‘mg/L 8 [Krom total (Cr) 05 ‘mg/L ] ‘9 |kadmium (Cd) 0,05 mg/L 10_[Merkuri (Hg) 0,002 mg/L. 11_[fimbal (Pb) OL gf 12__{Stanum (Sn) 2 mg/L 13 [Arsen (As) 0,1 mg/L 14 Selenium (Se) 0.05 mg/L 15 [Nikel (Ni) 0,2 mg/L. 16 [Kobal 0.4 mg/L 17 Sianida (CN) 0.05 mg/L. 18 Sulfida (H:S) 20 mg/L. 19 lourida (F) 2 mg/L | 20_[Klorin Bebas (C12) [ 1 mg/L 21 (Amoniak Bebas (NH-N) 8 is mg/L. 22 Nitrat (NOs-N) 20 mg/L 23 INitrit (NO:-N) 5 mg/L 24 Senyawa aktif biru metilen (MBAS) 5 mg/L 25._[Renol 05 mg/L 26 |Minyak dan lemak 10 ‘mg/L. 27_|NOx 05 mg/L 28 [PCBs 0,005 mg/L MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd SITI NURBAYA, LAMPIRAN VI KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : SK.922/Menlhk/Setjen/PSLB.3/ 12/2016 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PADA FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR KELAS III ATAS NAMA PT. PLN (PERSERO) Koordinat Sumur Pantau Penimbunan Limbah B3 A. Sumur Pantau Di Hulu (Up Stream) No Koordinat Kedalarnenita) Titik Lintang Selatan Bujur Timur SP 1 06°38" 07,74" LS 1110 28' 46,91" BT a sp4 06° 38° 09,1" LS 111° 28" 44,6" BT B. Sumur Pantau Di Hilir (Down Stream) No Koordinat Kedalaman (m) Titik Lintang Selatan Bujur Timur sP2 062 38' 55,43" LS 111¢ 28' 40,11" BT. 8 sP3 06° 37' 58,3" LS 111 28' 36,5" BT ai “ Salinan sesuai dengan aslinya, MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN -KEPALA BIRO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, td. SITI NURBAYA LAMPIRAN VII KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : SK.922/Menlhk/Setjen/PSLB.3/12/2016 ‘TENTANG IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PADA FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR KELAS III ATAS NAMA PT. PLN (PERSERO) Baku Mutu Kualitas Air Tanah Pada Sumur Pantau. No. _ | Parameter Satuan Hasil 1. | pH 7 65-9 2. _| Nilai Permanganat (KMnOs) mg/L 23, 3.__ | Zat Padat Tersuspensi (TSS) mg/L 860 4. _ | Zat Padat Terlarut (TDS) mg/L _3720 5. _ | Fluorida (F) mg/L | 14 6. _| Klorida (Cl) mg/L 867 7.__| Nitrat (NO3-N) mg/L 83 8._| Sulfat mg/L 389 9. _ | Kesadahan Total (CaCOs) mg/L 705 10._ | Nitrit (NO2-N) mg/L 0,6 11. | Sulfida mg/L 0,104 12, [Deterjen (MBAS) mg/L 0,04 13._| Sianida (CN) mg/L 0,005 14. | Minyak dan Lemak mg/L igs 15._| Arsen (As) mg/L 0,005 16. | Kadmium (Cd) mg/L 0,063 17._ | Tembaga (Cu) mg/L 0,049 18._ | Krom Total (Cr) mg/L 0,0204 19, | Besi (Fe) mg/L 3,207 20. | Raksa (Hg) mg/L 0,005 21. | Mangan (Mn) mg/L | 4,463 22, | Timbal (Pb) mg/L 0,044 23._ | Selenium (Se) 2 mg/L 0,002 24, | Seng (Zn) mg/L 0,269 25._| Krom heksavalen (Cr) mg/L 0,01 MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, td. SITI NURBAYA LAMPIRAN VII KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : SK.922/Menlhk/Setjen/PSLB.3/12/2016 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PADA FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR KELAS III ATAS NAMA PT. PLN (PERSERO) A. Format Neraca Pengelolaan Limbah B3 ‘Nama Perusahaan PT. PLN (PERSERO) - UNIT PLTU REMBANG Bidang usaha Periode waktu Umur penimbunan (pada kondisi normal operasi) Kapasitas penimbunan jENIS AWAL LIMBAH jUMLAH (TON) dan [CATATAN TOTAL TH i PERLAKUAN: jUMLAH (TON) dan [ENIS LIMBAH YANG [PERIZINAN LIMBAH BS fas IDIKELOLA IDARI KLHK ADA [TIDAK KADALUARSA Ir. DIOLAH DI STABILISAST DAN/ATAU SOLIDIFIKASI ‘DIMANFAATKAN ‘DINMBUN, | BERLAKUAN LAINNYA, ta.ccepyay* 100% = SETERANGAN: RESIDU adalah jumlah limbah tersisa dari proses perlalcuan ‘**_JUMLAH LIMBAH YANG BELUM TERKELOLA adalah limbah yang disimpan melebihi skala waktu penaatan. Data-data tersebut di atas diisi dengan sebenar benarnya sesuai dengan kondisi yang ada. B. Format Lembar Penimbunan Limbah B3 PT. PLN (PERSERO} 1. Umurpenimbunan = (pada kondisi normal operasi) 2. Kapasitas penimbunan No, flanggal Masuk Sumber terangan jLimbah ke Lokasi |Limbah B3 [dalam satuan ton dar [Penimbunant kn3) ton = T 2 Keterangan: 1, Dokumen dapat berupa: a. Manifest; b.Dokumen internal perusahaan jika limbah B3 diserahkan ke bagian lain (untuk dimanfaatkan /diolah dalam lingkungan perusahaan sendiri) 2. Setiap lembar harap di paraf oleh petugas yang bertanggung jawab. C. Format Lembar Pengelolaan Air/Lindi di Bak Pengumpul Lindi PT, PLN (PERSERO} - UNIT PLTU REMBANG Periode waktu Nama dan titik koordinat kolam pengumpul air/lindi Kapasitas kolam pengumpul air/lindi Titik Pemantauan/Penaatan TOLUME AIR/LINDI YANG MASUK PADA [JUMLAH m? [CATATAN ww ROTAL a IT [PERLAKUAN: jUMLAH m® [PERIZINAN BERDASARKAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAI /ANG BERLAKU, DA _ [TIDAK ADA |KADALUARSA I DI ALIRKAN KE BAK PENGUMPUL AIR/LINDI DIMANFAATKAN iS, DIALIRKAN KE IPAL JF DIBUANG/DIALIRKAN KE MEDIA LINGKUNGAN, TAL BO RESIDU* low. _m) /OLUME ATR/LINDI YANG BELUM (TERKELOLA D(H. m2, TOTAL VOLUME AIR/LINDI YANG TERSISA [C-D) m) KETERANGAN: RESIDU adalah jumlah volume air/lindi tersisa dari proses perlakuan. Keterangan: (1) Setiap lembar harap di paraf oleh petugas yang bertanggung jawab. (Q) Pengiriman laporan dapat melalui: Direktur Verifikasi Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jl DI, Panjaitan Kav. 24, Jakarta Timur No. Telp/Fax. (021}85911114/(021) 8514763 Salinan sesdai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEPALA payne. KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, y ve td. SITI NURBAYA LAMPIRAN IX KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : SK.922/Menlhk/Setjen/PSLB.3/ 12/2016 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PADA FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR KELAS III ATAS NAMA PT. PLN (PERSERO) Baku Mutu Total Kadar Zat Pencemar ("ie Zat Pencemar ‘Total Konsentrasi (mg/kg) 1. _[Arsen, As 30 2. |Kadmium, Cd a Sones 3.__|kromium, Cr 250 4. Pembaga, Cu 1 100 5. [Kobalt, Co EEE eal 50 | 6.__{Timbal, Pb I 300 | 7._|Merkuri, Hg 2 8._[Molibdenum, Mo 40 9. INikel, Ni 100 10. [Timah, Sn 50 1. Selenium, Se 10 12. Seng, Zn 500 13, Sianida, CN: 50 14. |Plorida, 450 15. jFenol: 1 Pentakdorofenol b,4,5-triklorofenol (2,4,6-triklorofenol 16. |Hidrokarbon Aromatik Monosiklik 7 IBenzena INitrobenzena 17. |Hidrokarbon Aromatik Monosiklik 20 lo-kresol Im-kresol ip-kresol {otal kresol | 2,4 dinitrotiuena | 'metil etil keton jridina 18. [Total Petroleum Hidrokarbon (TPH), Ce— C. 100 19. {Total Petroleum Hidrokarbon (TPH), >Co 1000 20. Senyawa organoklorin. 1 arbon tetraklorida Ikiorobenzena Ikioroform letrakloroetilena Irikloroetilena 1,4-dikdlorobenzena 1,2-dikloroetana 1)1-dikloroetilena Ineksaklorobenzena Ineksaklorobutadiena + Ineksakloroetena nilklorida Suai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN TRO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Salinan.se: ay KEPALAB a ta SITI NURBAYA LAMPIRAN X KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : SK.922/Menthk/Setjen/PSLB.3/12/2016 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PADA FASILITAS PENIMBUSAN KELAS III ATAS NAMA PT. PLN (PERSERO) STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) KEADAAN DARURAT A. Kebakaran Kebakaran dan/atau ledakan yang mungkin tejadi di area landfill dapat disebabkan oleh tumpahan bahan bakar, panas, pembakaran terbuka, peralatan yang bergesekan, dil. 1.Padamkan dengan alat pemadam kebakaran yang tersedia di dekat kawasan/area landfill. 2. Jika api tidak dapat ditangani dengan alat pemadam yang ada, hubungi tim tanggap darurat PLTU Rembang. B. Tanggul atau struktur landfill runtuh dan Geomembrane bocor atau rusak berat Struktur landfill dan Ash Yard Run Off Pond serta Geomembrane harus diperiksa secara berkala, jika menemukan kerusakan apapun pada landfill maka harus segera dilakukan perbaikan. 1.Jika tanggul atau struktur landfill runtuh dan Geomembrane bocor atau rusak berat sehingga mempengaruhi area di sekitarnya, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan area yang tercemar . 2. Air dan/atau tanah yang tercemar dikumpulkan dan akan dikembalikan ke area landfill. Setiap prosedur penanganan harus dilakukan untuk memastikan daerah sekitarnya bersih dan tidak ada kontaminasi limbah B3. 3.Tanggul atau struktur landfill runtuh dan Geomembrane yang rusak harus diperiksa, diperbaiki, dan memastikan tidak ada kebocoran atau kerusakan lagi. C. Pengendalian Penyebaran Debu 1.Meningkatkan penyiraman selama musim kemarau dan mengurangi kecepatan kendaraan agar meminimalkan debu berterbangan. Meminta tambahan truk air menggunakan truk pemadam kebakaran jika diperlukan. 2, Melakukan pemerataan agar fly ash dan bottom ash tidak berterbangan jika tertiup angin. 3.Mengurangi/stop pembuangan ash saat angin kencang, _serta mengoptimalkan pemanfaatan limbah fly ash dan bottom ash oleh pihak pemanfaat. 4.Penanaman pohon yang dapat menghalangi penyebaran debu saat tertiup angin kencang. D. Bencana Alam: Gempa, Longsor, Angin Topan l.Jika bencana alam terjadi, upaya pertama yang harus dilakukan yaitu membersihkan area landfill dan sekitamya dari kontaminasi limbah B3. 2.Melakukan pemeriksaan oleh pihak independen untuk memastikan tidak adanya kebocoran atau kerusakan pada struktur dan geomembran dari landfill yang menyebabkan pencernaran lingkungan. 3.Limbah kontaminasi Limbah B3 harus dikembalikan ke area landfill dan memastikan tidak adanya kontaminasi di daerah sekitar landfill. 4. Jika landfill mengalami kerusakan, perbaiki degan segera dan memastikan tidak ada kerusakan atau kebocoran yang mungkin terjadi. E. Tumpah/Lubernya Air Pada Ash Run Off Pond (Bak Pengumpul Lindi) Pada saat musim hujan dan diperkirakan curah hujan tinggi, maka akan dilakukan pemantauan level air lindi di ash run off pond / bak penampung air lindi setiap hari agar air tidak meluber. Tinggi air yang dijaga adalah kurang dari 80%. Apabila dilihat air lindi sudah melebihi 80% maka dilakukan pengecekan kualitas air lindi. Selain itu tetap harus menjaga agar air lindi tidak sampai melebihi 100%. SOP Keadaan Darurat secara lengkap tertera pada Instruksi Kerja Tanggap Darurat Area Landfill dengan Nomor Dokumen: IKE-08.2.4.04. MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd SITI NURBAYA

You might also like