We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF or read online on Scribd
You are on page 1/ 30
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: SK. 922/Menlhk/Setjen/PSLB.3/12/2016
TENTANG
IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
UNTUK KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
PADA FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR KELAS III ATAS NAMA PT. PLN (PERSERO)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 146 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun, Setiap Orang yang menghasilkan Limbah
B3 untuk dapat melakukan Penimbunan Limbah B3
wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun untuk —_Kegiatan
Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun;
b. bahwa Kepala Divisi Operasi PT. PLN (Persero)
Regional Jawa Bagian Tengah melalui surat Nomor:
4484 /KLH.01.02/DIVOR-JBT/2016 tanggal 24
Oktober 2016, mengajukan permohonan Izin
Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
PLTU Rembang;
c. bahwa berdasarkan:
1, hasil verifikasi administrasi oleh Unit Pelayanan
Terpadu Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan —sesuai__—Registrasi_~— Nomor:
201610140008 tanggal 28 Oktober 2016;
2. hasil verifikasi lapangan oleh staf Direktorat
Verifikasi Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun dan Limbah Non Bahan Berbahaya
dan Beracun sesuai Berita Acara tanggal 3
November 2016;
permohonan izin Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun untuk — kegiatan
Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
atas nama PT. PLN (Persero) telah memenuhi
persyaratan;
d.bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a sampai
dengan huruf c, perlu menetapkan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang
Izin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun untuk Kegiatan Penimbunan LimbahMengingat
Memerhatikan
Menetapkan
Bahan Berbahaya dan Beracun pada Fasilitas
Penimbusan Akhir Kelas Ill Atas Nama PT. PLN
(Persero);
:1,Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
2.Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan;
3.Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun;
4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara;
5.Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 Tentang
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan
Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun serta Pengawasan Pemulihan Akibat
Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
oleh Pemerintah Daerah;
8.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.18/Menlhk-II/2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan;
9.Peraturan Menteri__Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor: P.63/Menlhk/Setjen/KUM.1/7/
2016 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara
Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun di Fasilitas Penimbusan Akhir;
: 1. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor: 660.1/17
Tahun 2016 tentang Izin Lingkungan Pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap-1 Jawa Tengah 2 X
400 MW di Kabupaten Rembang Provinsi Jawa
Tengah;
2.Risalah Pengolahan Data Izin Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun untuk Kegiatan
Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
pada Fasilitas Penimbusan Akhir Kelas Ill Atas
Nama PT. PLN (Persero) Nomor: RPD-203/PSLB3-
VPLB3/2016, tanggal 18 November 2016;
MEMUTUSKAN:
:KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN TENTANG IZIN PENGELOLAAN LIMBAH
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK
KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH __ BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN PADA _FASILITAS
PENIMBUSAN AKHIR KELAS III ATAS NAMA PT. PLN
(PERSERO).KESATU
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
:Memberikan izin Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun untuk Kegiatan Penimbunan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang berasal
dari kegiatan sendiri pada fasilitas penimbusan akhir
kelas II, kepada:
1, Nama Badan : PT. PLN (Persero)
Usaha dan/atau
Kegiatan
2. Unit PLTU Rembang
3. Bidang Usaha Ketenagalistrikan
dan/atau Kegiatan
4. Nama Penanggung : Sulaiman Daud
Jawab Usaha
dan/atau Kegiatan
5. Jabatan : Kepala Divisi Operasi PT.
PLN (Persero) Regional
Jawa Bagian Tengah
6. Alamat Kantor : Jalan Trunojoyo Blok M-I
Pusat No. 135, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan, Provinsi
DKI Jakarta
Telp: 021-7261122
Fax: 021-72786247
7. Alamat Lokasi : Jalan Semarang -
Usaha dan/atau Surabaya Km. 130 Desa
Kegiatan Trahan dan Desa Leran
Kecamatan Sluke
Kabupaten Rembang
Provinsi Jawa Tengah
Telp: 0295-4552779
Fax: 0295-4552792
:Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang
selanjutnya disebut Limbah B3 yang ditimbun pada
fasilitas penimbusan akhir kelas III sebagaimana
dimaksud dalam Amar KESATU yaitu:
1. Fly ash dengan kode Limbah B3 B409; dan
2. Bottom ash dengan kode Limbah B3 B410.
:Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Amar
KEDUA ditimbun pada fasilitas penimbusan akhir
kelas Ill yang berada di dalam area operasi PT. PLN
(Persero) ~ Unit PLTU Rembang.
: Dalam melaksanakan kegiatan Penimbunan Limbah
B3 sebagaimana dimaksud dalam Amar KESATU,
Penanggung Jawab Usaha dan/atau Kegiatan wajib:
1. melakukan pengujian terhadap Limbah B3
sebagaimana dimaksud dalam Amar KEDUA;
2. melakukan Penimbunan Limbah B3 pada fasilitas
penimbusan akhir kelas III;
3. memenuhi ketentuan tata cara Penimbunan
4. melakukan pengelolaan air lindi;KELIMA
KEENAM
5. melakukan pemeriksaan _kebocoran _ sistem
pelapisan;
6. melakukan pemantauan kualitas air tanah;
7. melakukan penanggulangan kebocoran sistem
pelapisan;
8. melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan
Penimbunan Limbah B3;
9. melaporkan tata kelola kegiatan Penimbunan
Limbah B3 paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga)
bulan kepada:
a.Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
melalui Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah,
Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya;
b.Gubernur Jawa Tengah melalui Kepala Badan
Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah; dan
c.Bupati Rembang melalui Kepala Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang.
10. melakukan penutupan fasilitas penimbusan akhir
apabila jumlah Limbah B3 yang ditimbun telah
mencapai kapasitas tampung fasilitas penimbusan
akhir kelas Il dan/atau kegiatan Penimbunan
Limbah BS dihentikan;
11. melakukan penanganan kondisi darurat; dan
12, melakukan penanggulangan dan pemulihan fungsi
lingkungan hidup dalam hal terjadi pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup.
: Pengujian terhadap Limbah B3 sebagaimana dimaksud
dalam Amar KEEMPAT angka 1 dengan ketentuan:
1. dilakukan sebelum Limbah B3 ditimbun;
2. pengujian terhadap Limbah B3 meliputi:
a. uji Toxicity Characteristic Leaching Procedure
(TCLP); dan
b. uji paint filter test sesuai dengan metode 9095B:
Paint Filter Liquid Test US EPA.
3.hasil uji TCLP sebagaimana dimaksud pada angka 2
huruf a harus memenuhi baku mutu TCLP
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
Keputusan Menteri ini;
4.hasil uji paint filter test sebagaimana dimaksud pada
angka 2 huruf b harus memenuhi ketentuan tidak
terdapat air bebas;
5.dalam hal hasil uji sebagaimana dimaksud pada
angka 3 dan/atau angka 4 tidak dipenuhi wajib
dilakukan pengolahan Limbah B3 terlebih dahulu
dengan cara solidifikasi; dan
6. hasil Pengolahan Limbah B3 dengan cara solidifikasi
sebagaimana dimaksud pada angka 5 memenuhi
ketentuan hasil uji TCLP dan uji paint filter test.
:Fasilitas penimbusan akhir sebagaimana dimaksud
dalam Amar KEEMPAT angka 2 memenuhi ketentuan:
1. lokasi fasilitas penimbusan akhir kelas Ill sesuai
dengan koordinat dalam Lampiran Il Keputusan
Menteri ini;2. fasilitas penimbusan akhir kelas III sebagaimana
dimaksud pada angka 1 memiliki:
a. luas fasilitas penimbusan akhir terdiri dari:
1) luas permukaan atas seluas 62.000 m? (enam
puluh dua ribu meter persegi);
2) luas permukaan bawah seluas 52.000 m? (lima
puluh dua ribu meter persegi);
b. ketebalan dinding tanggul (embankment) sekeliling
penimbusan bagian atas adalah 4 m (empat meter)
dan bagian bawah adalah 22 m (dua puluh dua
meter);
c. kapasitas tampung sebesar 682.000 m? (enam
ratus delapan puluh dua ribu meter kubik);
d. ketinggian paling tinggi tumpukan limbah B3 dari
dasar tanggul sebesar 11 m (sebelas meter);
3. rancang bangun fasilitas penimbusan akhir kelas Il
memiliki:
a. Lapisan dasar (sub base) berupa tanah lempung
yang dipadatkan ulang yang — memiliki
konduktivitas hidraulik jenuh maksimum 1x109
m/detik (satu kali sepuluh pangkat minus
sembilan meter per detik) di atas lapisan tanah.
Lapisan dasar terdiri lapisan-lapisan tipis dengan
tebal 15 - 20 cm (lima belas sampai dua puluh
sentimeter) dimana setiap lapisan dipadatkan
hingga memiliki tebal minimum lapisan dasar
satu meter. Pemadatan ini dilakukan untuk
mendapatkan —_permeabilitas _(konduktivitas,
hidraulik) dan daya dukung yang dibutuhkan
untuk menopang iapisan diatasnya, Limbah B3
yang ditimbun dan lapisan penutup;
b.Sistem Pengumpulan dan Pemindahan Lindi
(SPPL) kedua pada dasar penimbusan akhir
mempunyai kemiringan sedemikian rupa sehingga
timbulan indi akan terkumpul dan dapat
dipindahkan ke bak pengumpul lindi pertama. Air
yang terkumpul di bak pengumpul lindi pertama
akan dipindahkan ke bak pengumpul lindi kedua;
c.Geotekstil yang berfungsi_ + memberikan
peningkatan kemampuan menerima beban yang
cukup besar sehingga dapat menampung abu dan
air dengan volume yang besar. Hal tersebut dapat
mengurangi terjadinya kebocoran _fasilitas
penimbusan akhir. Geotekstil dipasang di atas
lapisan tanah yang telah dipadatkan;
d.Geomembrane dengan ketebalan 1,5 mm (satu
koma lima milimeter) yang terbuat dari HDPE
(High Density Poliethylene) yang ditempatkan di
atas geotekstil yang berfungsi menahan air agar
tidak meresap Ke tanah; dan
e. Sistem Pengumpulan dan Pemindahan Lindi
(SPPL) pertama pada dasar penimbusan akhir.
SPPL harus mempunyai kemiringan sedemikian
rupa sehingga timbulan lindi akan terkumpul danKETUJUH
KEDELAPAN
KESEMBILAN
dapat dipindahkan ke bak pengumpul lindi kedua;
dan
4.tata letak (lay out) detail desain konstruksi
penimbusan akhir, desain potongan bak pengumpul
lindi, desain konstruksi pemipaan bak pengumpul
lindi serta desain konstruksi sumur pantau
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IIL
Keputusan Menteri it
:Tata cara Penimbunan Limbah B3_ sebagaimana
dimaksud dalam Amar KEEMPAT angka 3 dilakukan
dengan ketentuan:
1. mengikuti instruksi kerja yang tercantum dalam
instruksi kerja operasional Standard Operating
Procedure (SOP) mengenai tata cara Penimbunan
Limbah B3 pada fasilitas penimbusan akhir;
2.tata cara Penimbunan Limbah B3_ sebagaimana
dimaksud pada angka 1 dilakukan melalui tahapan:
a.penempatan lLimbah B3 pada fasilitas
penimbusan akhir Limbah B3;
b. pengelolaan air lindi pada kolam pengumpul air
lindi; dan
c. pemeriksaan sarana dan prasarana pendukung
pada fasilitas penimbusan akhir;
3.tata cara penempatan Limbah B3 pada fasilitas
penimbusan akhir kelas III sebagaimana dimaksud
pada angka 2 tercantum dalam Lampiran IV
Keputusan Menteri ini.
: Air lindi sebagaimana dimaksud dalam Amar
KEEMPAT angka 4 bersumber dari:
l.air hujan yang merembes melalui Limbah B3 ke
dasar fasilitas penimbusan akhir;
2.air hujan yang bersinggungan dengan Limbah B3
dan mengalir di permukaan Limbah B3 ke dasar
tumpukan Limbah B3 pada fasilitas penimbusan
akhir; dan
3. air limbah yang bersinggungan dengan Limbah B3 di
lokasi fasilitas penimbusan akhir.
: Pengelolaan air lindi sebagaimana dimaksud dalam
Amar KEEMPAT angka 4 dilakukan dengan ketentuan:
1,melakukan pengendalian terhadap air hujan pada
fasilitas penimbusan akhir;
2.memisahkan air limpasan yang bersinggungan
dengan Limbah B3 dengan air limpasan yang tidal
bersinggungan dengan Limbah B3;
3. air limpasan yang bersinggungan dengan Limbah B3
harus ditampung dan dikelola lebih lanjut;
4.air lindi dialirkan menuju fasilitas pengumpulan
lindi;
5. fasilitas pengumpulan lindi sebagaimana dimaksud
pada angka 4 terdiri dari:
a. Bak Pengumpul Lindi Pertama (BPL1) merupakan
bak tempat pengumpulan lindi yang berasal dariKESEPULUH
KESEBELAS
sistem pengumpulan dan pemindahan lindi kedua
dengan ketentuan:
1). terdiri dari 4 (empat) unit dengan ukuran
masing - masing unit 0,5 m x 0,5 mx 1 m (nol
koma lima meter kali nol koma lima meter kali
satu meter); dan
2). konstruksi terdiri dari pondasi, lantai, dan
dinding bak pengumpul lindi terbuat dari
beton (concrete) serta mempunyai tutup untuk
menghindari masuknya air hujan;
b. Bak Pengumpul Lindi Kedua (BPL2) merupakan
bak tempat pengumpulan lindi yang berasal dari
sistem pengumpulan dan pemindahan_ lindi
pertama serta lindi yang berasal dari Bak
Pengumpul Lindi Pertama (BPL1) dengan
ketentuan:
1). terdiri dari 1 (satu) unit dengan ukuran
228,15 m x 44,05 m x 5,25 m (dua ratus dua
puluh delapan koma lima belas meter kali
empat puluh empat koma nol lima meter kali
lima koma dua puluh lima meter);
2). dilengkapi dengan satu buah pompa; dan
3). konstruksi kedap air dan dilapisi HDPE (High
Density Poliethylene);
c. bak pengumpul lindi pertama dan bak pengumpul
lindi kedua berada pada titik koordinat
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Il
Keputusan Menteri ini;
d.bak pengumpulan air lindi harus dirancang
sedemikian rupa sehingga mampu menampung
lindi yang timbul selama 1 (satu) minggu;
6. air lindi dapat dibuang ke media lingkungan setelah
memenuhi baku mutu kualitas air lindi sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran V Keputusan Menteri ini;
7.dalam hal air lindi tidak memenuhi ketentuan
sebagimana dimaksud pada angka 6, air lindi diolah
terlebih dahulu di Instalasi Pengolahan Air Limbah
(PAL) sebelum dibuang ke media lingkungan; dan;
8. melakukan analisis kualitas air lindi paling sedikit 1
(satu) kali dalam 3 (tiga) bulan dengan
mempergunakan laboratorium terakreditasi.
: Pemeriksaan kebocoran sistem pelapisan sebagaimana
dimaksud dalam Amar KEEMPAT angka 4 dilakukan
melalui pemantauan kualitas air tanah di sumur
pantau.
: Pemantauan kualitas air tanah sebagaimana dimaksud
dalam Amar KEEMPAT angka 6 dan Amar
KESEPULUH dilakukan dengan ketentuan:
l.air tanah yang diuji merupakan air tanah yang
bersumber dari 4 (empat) sumur pantau yang
meliputi:
a. 2 (dua) sumur di hulu; dan
b. 2 (dua) sumur di hilir;KEDUABELAS
KETIGABELAS
KEEMPATBELAS
sesuai dengan koordinat sumur __pantau
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran VI
Keputusan Menteri ini;
2. paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan
selama kegiatan operasional penimbunan Limbah B3
pada fasilitas penimbusan akhir kelas Ill
berlangsung;
3. uji kualitas air tanah pada sumur pantau harus
memenuhi baku mutu sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran VII Keputusan Menteri ini;
4.uji kualitas air tanah pada sumur_pantau
sebagaimana pada angka 3 (tiga) di atas dilakukan
oleh laboratorium terakreditasi; dan
5. kebocoran sistem pelapisan diindikasikan dengan
adanya parameter kualitas air tanah yang
melampaui baku mutu sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran VII Keputusan Menteri ini.
: Penanggulangan kebocoran sistem pelapisan
sebagaimana dimaksud dalam Amar KEEMPAT angka
7 dilakukan apabila sistem pelapisan_terindikasi
mengalami kebocoran, dengan ketentuan:
l.menghentikan sementara kegiatan penimbunan
Limbah B3;
2. mencari penyebab terjadinya kebocoran; dan
3.melakukan upaya perbaikan dan melaporkannya
kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
untuk — mendapatkan —_persetujuan —_kembali
dimulainya kegiatan penimbunan Limbah B3 pada
fasilitas penimbusan akhir.
:Pencatatan kegiatan penimbunan Limbah B3
sebagaimana dimaksud dalam Amar KEEMPAT angka
8 dilakukan dengan pencatatan secara terus menerus
terhadap jumlah:
1. Limbah B3 yang ditimbun ke dalam formulir neraca
Limbah B3 sebagaimana tercantum dalam Lampiran
VIII Keputusan Menteri ini; dan
2. air lindi yang dikelola pada bak pengumpulan air
lindi ke dalam formulir neraca Limbah B3
sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII
Keputusan Menteri ini, terdiri atas:
a.volume air lindi yang masuk pada bak
pengumpulan;
b. volume air lindi yang masuk ke IPAL; dan
c. volume air lindi yang dialirkan atau dibuang ke
media lingkungan.
: Dalam hal terjadi perubahan desain konstruksi, fungsi,
dan/atau Pengelolaan Limbah B3 pada fasilitas
penimbusan akhir kelas II, Penanggung Jawab Usaha
dan/atau Kegiatan harus melaporkan kepada Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.KELIMABELAS
:Penutupan fasilitas penimbusan akhir sebagaimana
dimaksud dalam Amar KEEMPAT angka 10 dilakukan
dengan ketentuan:
i
memberitahukan secara tertulis kepada Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengenai
rencana penutupan serta rencana pemeliharaan dan
pemantauan pasca Penimbunan Limbah B3 pada
fasilitas penimbusan akhir;
.rencana penutupan sebagaimana dimaksud pada
angka 1, meliputi:
a. jadwal pelaksanaan penutupan;
b. rancang bangun penutupan fasilitas penimbusan
akhir, meliputi:
1). tanah penutup perantara (intermediate soil
cover) berupa tanah dengan ketebalan paling
rendah 15 cm (limabelas sentimeter) yang
ditempatkan di atas Limbah B3;
2). lapisan tanah penghalang (cap soil barrier)
berupa tanah lempung yang dipadatkan
hingga mencapai konduktivitas hidraulik 107
cm/detik (sepuluh pangkat minus tujuh
sentimeter per detik) dengan ketebalan 60 cm
(enam puluh sentimeter) atau dengan lapisan
Geosynthetic Clay Liner (GCL) ketebalan 6 cm
(enam sentimeter);
3). tudung geomembran berupa HDPE dengan
ketebalan paling rendah 1 mm (satu milimeter)
dan konduktivitas hidraulik 107 cm/detik
(sepuluh pangkat minus tujuh sentimeter per
detik) dan harus dirancang tahan terhadap
semua tekanan selama instalasi dan
konstruksi lapisan atas;
4). pelapis untuk tudung drainase (cap drainage
layer):
a) berupa bahan butiran atau geonet dengan
transmisivitas planar paling rendah sama
dengan transmisivitas planar lapisan bahan
atau tanah butiran setebal 30 cm (tiga
puluh sentimeter) dengan konduktivitas
hidraulik paling rendah 10? cm/detik
(sepuluh pangkat minus dua sentimeter per
detik);
b) mampu mengumpulkan air permukaan
yang meresap ke dalam lapisan tumbuhan
yang ada di atasnya untuk kemudian
menyalurkan ke —tepian _fasilitas
penimbusan akhir;
c) terpasang geotextile untuk memperkecil
penyumbatan pada pelapis tudung drainase
oleh lapisan tanah tumbuhan diatasnya;
5). lapisan tanah untuk tumbuhan berupa tanah
pucuk (top soil) dengan ketebalan paling
rendah 60 cm (enampuluh sentimeter); dan
6). tanaman penutup (cover crop) yang
membutuhkan perawatan sederhana, cocokKEENAMBELAS
-10-
dengan daerah setempat dan tidak berpotensi
merusak lapisan di bawahnya;
3.rencana pemeliharaan dan pemantauan pasca
Penimbunan Limbah B3 sebagaimana dimaksud
pada angka 1, meliputi:
a. memasang tanda dilarang masuk bagi yang tidak
berkepentingan;
b.melakukan pemeliharaan secara_konsisten
meliputi sistem kontrol drainase, penjagaan patok
acuan koordinat, dan pencegahan kerusakan
terkikisnya lapisan penutup;
c. pemantauan kualitas air tanah dari sumur pantau
dan air lindi harus dilakukan paling sedikit 1
(satu) kali dalam 1 (satu) bulan untuk 1 (satu)
tahun pertama, paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3
(tiga) bulan untuk 10 (sepuluh) tahun berikut, dan
paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan
untuk 20 (dua puluh) tahun berikutnya; dan
d.melaporkan hasil dari seluruh pekerjaan pada
masa paska Penimbunan Limbah B3 kepada
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
:Dalam melaksanakan kegiatan Penimbunan Limbah
B3, Penanggung Jawab Usaha dan/atau Kegiatan
dilarang:
1. melakukan Penimbunan Limbah B3 selain Limbah
BS sebagaimana dimaksud dalam Amar KEDUA;
2.melakukan Penimbunan Limbah B3 yang memiliki
total konsentrasi zat pencemar melebihi baku mutu
total konsentrasi zat pencemar sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IX Keputusan Menteri
ini;
3.melakukan Penimbunan Limbah B3 sebagaimana
dimaksud dalam amar KEDUA angka 1 dan angka 2
yang memiliki:
a.tingkat kontaminasi radioaktif lebih besar dari
atau sama dengan 1 Bq/cm2 (satu Becquerel per
sentimeter persegi); dan/atau
b. konsentrasi aktivitas sebesar:
1). 1 Ba/gr (satu Becquerel per gram) untuk tiap
radionuklida anggota deret’ uranium dan
thorium; atau
2). 10 Ba/gr (sepuluh Becquerel per gram) untuk
kalium;
c. radionuklida sebagaimana dimaksud pada huruf b
angka 1) meliputi:
1). Uranium-238 (U-238);
2). Plumbum-210 (Pb-210);
3). Radium-226 (Ra-226);
4). Radium-228 (Ra-228);
5). Thorium-228 (Th-228);
6). Thorium-230 (Th-230); dan
7). ‘Thorium-234 (Th-234).KETUJUHBELAS
KEDELAPANBELAS
KESEMBILANBELAS
KEDUAPULUH
KEDUAPULUH SATU
KEDUAPULUH DUA
“ne
4. melakukan Penimbunan Limbah B3 yang memiliki
karakteristik:
a. mudah meledak;
b. mudah menyala;
c. reaktif;
4. infeksius;
¢. mengandung zat organik lebih besar dari 10%
(sepuluh persen);
f. mengandung Polychlorinated Biphenyl (PCB); dan
g. berbentuk cair atau lumpur; dan
5. mengalihkan peruntukan lahan untuk kepentingan
umum,
Dalam pelaksanaan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk
kegiatan Penimbunan Limbah B3 pada fasilitas
penimbusan akhir kelas III sebagaimana dimaksud
dalam Amar KEEMPAT, Menteri menugaskan kepada
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup untuk melakukan
pengawasan.
Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Amar
KETUJUHBELAS dilaksanakan —sesuai__ dengan
peraturan perundang-undangan paling sedikit 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) tahun, atas semua pemenuhan
Ruang lingkup pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam Amar KEDELAPANBELAS dilakukan paling
sedikit terhadap:
1. penaatan baku mutu sebagaimana dimaksud dalam
Amar KELIMA angka 3, Amar KESEMBILAN angka 6,
dan Amar KESEBELAS angka 3;
2.neraca limbah sebagaimana dimaksud dalam amar
KETIGABELAS; dan
3. penerapan tata cara Penimbunan Limbah B3 pada
fasilitas penimbusan akhir kelas II sebagaimana
dimaksud dalam amar KETUJUH.
: Dalam hal berdasarkan hasil pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam Amar KEDELAPANBELAS ditemukan
pelanggaran, dikenakan sanksi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
:Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Amar
KEDUAPULUK tidak membebaskan Penanggung Jawab
Usaha dan/atau Kegiatan dari tanggung jawab
pemulihan fungsi lingkungan hidup.
: Dalam hal terjadi pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup, penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan wajib melakukan penanggulangan dan
pemulihan fungsi lingkungan hidup.-R-
KEDUAPULUH TIGA :Penanganan kondisi darurat sebagaimana dimaksud
dalam Amar KEEMPAT angka 11 dilakukan dengan
menerapkan prosedur penanganan kondisi darurat
yang dimiliki oleh Penanggung Jawab Usaha dan/atau
Kegiatan sebagaimana tercantum dalam Lampiran X
Keputusan Menteri ini.
KEDUAPULUH EMPAT —: Pemulihan fungsi lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud dalam Amar KEEMPAT angka 12
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan/atau perkembangan teknologi..
KEDUAPULUH LIMA :Seluruh biaya penanggulangan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup serta pemulihan fungsi
lingkungan hidup dibebankan kepada Penanggung
Jawab Usaha dan/atau Kegiatan.
KEDUAPULUH ENAM :Dalam hal usaha dan/atau kegiatan _berhenti
beroperasi secara permanen, Penanggung Jawab
Usaha dan/atau Kegiatan tetap diwajibkan:
1. melaporkan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan;
2. menyerahkan Limbah B3 yang dihasilkannya kepada
pihak lain yang memiliki izin dari Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan; dan
3.melakukan pemulihan lokasi Penyimpanan dan
Penimbunan Limbah B3, apabila telah terjadi
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
KEDUAPULUH TUJUH —: Keputusan Menteri ini berlaku sejak _ tanggal
ditetapkan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun
dan dapat diperpanjang dengan — mengajukan
permohonan perpanjangan izin kepada Menteri, paling
lama 60 (enampuluh) hari sebelum jangka waktu izin
berakhir.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 21 Desember 2016
Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEPALA BIRO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
SITI NURBAYA
Tembusan:
1. Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
2, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya;
3, Direktur Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
4, Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan;
5. Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah;
6. Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang.LAMPIRAN 1
KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA.
NOMOR : SK. 922/Menlhk/Setjen/PSLB.3/12/2016
TENTANG
IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK
KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PADA
PENIMBUSAN AKHIR KELAS III ATAS NAMA PT. PLN (PERSERO)
Baku Mutu Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP)
No. Zat Pencemar TCLP (mg/L)
Parameter Wajib
Anorganik
1__[Antimoni, Sb T
2 | Arsen, As 05
3__| Barium, Ba 35
4 | Berilium, Be 0,5
5__| Boron, B 25,
6__| Kadmium, Cd 0,15
7__| Krom valensi enam, Cro+ 2,5
8 | Tembaga, Cu 10.
9 | Timbal, Pb 0,5
10_[Merkuri, Hg 0,05
11_|Molibdenum, Mo 35
12 [Nikel, Ni 3,5
13 _[ Selenium, Se 05
14 Perak, Ag 5
15 _| Tributyltin oxide 0,05
16 | Seng, Zn 50
Anion
1__[Kiorida, Cr 12.500
2 _| Sianida (total), CN- 3,5
3__| Fluorida, F- 75
4 |Todida, F 5
35_| Nitrat, NOs 2.500
6 | Nitrit, NOs: 150
Organik
1__|Benzena os
2 | Benzofa)pirena 0,0005
3__| Karbon tetraklorida 0,2
4 | Klorobenzena 15
5__| Kloroform 3
6 | 2 Klorofenol 5
7 _| Kresol (total) 100
8__| Di 2 etitheksil) Ralat 0,4
9 | 1,2-Diklorobenzena 50
10_| 1,4-Diklorobenzena_ 15
11_[1,2-Dildoroetana 2,5
12 [1,1-Dikdoroetena 3
13 _[1-2-Dildoroetena 2.5
14 | Dildorometana (metilen Klorida) 1
15 | 2,4-Diklorofenol 10
16 | 2,4-Dinitrotoluena 0,065
17 | Btilbenzena 15.No. Zat Pencemar TCLP (mg/L)
18 _| Ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA) 30
19 | Formaldehida 25
20 | Heksaklorobutadiena 0,03
21 | Metil etil keton 100
22 | Nitrobenzena rE
23 | Fenol (total, non-terhalogenasi) 7
24 | Stirena 1
25 | 1,1,1,2-Tetrakloroetana 4
26 | 1,1,2,2-Tetrakloroetana 0,65
27_| Tetrakloroetena 2,5
28 | Toluena 35,
29 | Triklorobenzena (total) 15
30 | 1,1,1-Trikloroetana 15
31 1,1,2-Trikloroetana. 0,6.
32_| Trikloroetena 0,25
33_|2,4,5-Triklorofenol 200
34 | 2,4,6-Triklorofenol 1
35_| Vinil Klorida aes 0,015
36 | Ksilena (total) 25
Pestisida
1 Aldrin + dieldrin 0,0015)
2__| DDT + DDD + DDE 0,05
3 [24D 15
=! Klordana 0,01
5__| Heptaldlor 0,015
6 |Lindana 0,1
7 | Metoksiklor ze 1
8__| Pentaklorofenol 0,45
Parameter Tambahan =
1 __[Bndrin 0,02
2 Hexachlorobenzena 0,13
3 Hexachloroethana 3
4 | Pyridine 5
5 | Toxaphene 0.5)
6 |2,4,5-TP (Silvex) 1
ai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
SITI NURBAYA
Qe RYALAMPIRAN IL
KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : SK.922/Menlhk/Setjen/PSLB.3/ 12/2016
TENTANG
IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK
KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PADA
FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR KELAS III ATAS NAMA PT. PLN (PERSERO)
A. Titik Koordinat Penimbunan Limbah B3 di Fasilitas Penimbusan Akhir
Nor Koondingt Kapasitas | 11s (ma) | Ketinagian
Titik Lintang Selatan Bujur Timur (m3) limbah (m)}
A |" 06 38'02,7" |" 1110 28' 35,2"
B | 06°38 04,9" |" 111° 28" 37,1"
C_| 062 38' 07,2 111° 28' 38,9
D | 06038 10,4" | 111° 28'41.6" | ge 009 | 62,000 i
E | 06° 38'07,0" | 111° 28' 46,0"
F 06° 38' 03,6" 111° 28' 43,5"
G 06¢ 38' 00,2" 111° 28' 43,0"
H_| 06 38' 58,0" | 111° 28' 40,9"
B. Titik Koordinat Bak Pengumpul Lindi Pertama (BPL1)
No Titik Koordinat
Lintang Selatan I Bujur Timur
BPl-a 06° 38' 05,6" LS 111° 28' 37,2" BT
BP1-b 06° 38' 02,8" LS 111° 28' 34,9" BT
BPl-c 06° 38' 02,9" LS 11 1e 28' 43,
BPI-d 06° 38' 57,7" LS 111° 28' 41,2" BT
C. Titik Koordinat Bak Pengumpul Lindi Kedua (BPL2)
Nate Lolenall Titik : Koordinat a zs Kedalaman
Lintang Selatan Bujur Timur (m)
1 06° 38' 01,5" LS 111° 28' 34,3" BT
‘Ash Run Off Pond| 2 06° 38'02,4"LS_| 1119 28' 35,0" BT ens
(BP2) 3 06° 37' 57,8" LS 111° 28' 40,8" BT
4 06° 38' 56,7" LS 111°28' 39,9" BT.
Salinan sésuai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
7 KSPALASARO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SITI NURBAYALAMPIRAN III
KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : SK.922/Menlhk/Setjen/PSLB.3/ 12/2016
TENTANG
IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK
KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PADA
FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR KELAS III ATAS NAMA PT. PLN (PERSERO)
Lokasi, Tata Letak (layout), Desain Konstruksi Fasilitas
Penimbusan Akhir Kelas III dan Fasilitas Pendukung
A. Lokasi Penimbunan Limbah B3eq Yequiry ueunquitug Gnofin7) e191 BL “aetl
fe yequiry weunquiuag Jsex{07 UeBUO}Og BuBduEUAY TIEGD. Desain Bak Pengumpul Lindi Penimbunan Limbah B3
E. Desain Tata Letak (Layout) Pemipaan Bak Pengumpul Lindi Penimbunan
Limbah B3F. Desain Konstruksi Sumur Pantau Penimbunan
soem
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
SITI NURBAYALAMPIRAN IV
KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : SK.922/Menlhk/Setjen/PSLB.3/12/2016
TENTANG
IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK
KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PADA
FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR KELAS III ATAS NAMA PT. PLN (PERSERO)
‘Tata Cara Penempatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
pada Fasilitas Penimbusan Akhir Kelas III
[ont pein i ot
fruen etiam dipmaee
fers
favtngy dtm rmsd
Jorermasmaratennentna smite
frenteosintenonen
laren enone stne ae ern
faoronatee?
Jeepontineatr ratte 2picamsn
fen/seas sons saincoonse
fenterswvenr ernie)
pram naarnnennnan oie
Lena tendedTahapan Kegiatan:
1.
7.
Sebelum dibawa ke area landifill, fly ash dan bottom ash ditambahkan dan
dicampurkan air dengan komposisi yang sesuai dengan jumlahnya dan
dipadatkan. Setelah tercampur merata dilakukan pemadatan pada fly ash
dan bottom ash agar tidak berdebu. Setelah dipadatkan fly ash dan bottom
ash yang masih basah dibiarkan agar kandungan air berkurang dan menjadi
lebih padat.
Sebelum proses pengangkutan pastikan bak penutup tertutup dengan bail
untuk menghindari tumpahan dijalan.
Fly ash dan bottom ash ditimbun di landfill dengan penataan tempat yang
berbeda atau terpisah (fly ash disisi barat dan bottom ash disisi timur).
Di area landfill fly ash dan bottom ash dipadatkan dan diratakan dengan
menggunakan alat berat untuk memadatkan volumenya dan menjaga
housekeeping di area landfill.
Secara berkala dilakukan penyiraman terhadap fly ash dan bottom ash yang
ditimbun di landfill untuk mengurangi panas dan debu yang timbul pada
saat musim kering.
Ketika hujan air limpasan dari landfill akan tertampung dan overflow masuk
ke run off pond. Dengan menggunakan pompa air dari run off pond di alirkan
ke WWTP untuk diolah.
Setelah land{fill penuh maka akan dilakukan penutupan akhir landfill
Kegiatan lengkap tata cara penimbunan dilakukan sesuai dengan Instruksi Kerja
Penimbunan Fly Ash dan Bottom Ash di Area Landfill Nomor Dokumen: IKE-
8.2.2.30.
‘Salinan sésuai dengan aslinya, MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEPALA BLO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
SITI NURBAYALAMPIRAN V
KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : SK.922/Menlhk/Setjen/PSLB.3/12/2016
TENTANG
IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK
KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PADA
FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR KELAS III ATAS NAMA PT. PLN (PERSERO)
Baku Mutu Kualitas Air Lindi
a pean Konsentrasi Parameter Maksimum,
Nilai I Satuan,
rise
1 Bahu 38 «%
2 [eat padat terlarut (TDS) 2000 mg/L.
3 [at padat tersuspensi (SS) 200 ‘mg/L
IKimia
1H 69
2 [Besi, terlarut (Fe) 5 ‘mg/L
'3_ Mangan terlarut (Map 2 mg/L
4 [Barium (Ba) 2 ‘mg/L
5_|Tembaga (Cu) 2 ‘mg/L
6 Seng (Zn) 5 mg/L
7_|kromvalensi enam (C™) Ot ‘mg/L
8 [Krom total (Cr) 05 ‘mg/L ]
‘9 |kadmium (Cd) 0,05 mg/L
10_[Merkuri (Hg) 0,002 mg/L.
11_[fimbal (Pb) OL gf
12__{Stanum (Sn) 2 mg/L
13 [Arsen (As) 0,1 mg/L
14 Selenium (Se) 0.05 mg/L
15 [Nikel (Ni) 0,2 mg/L.
16 [Kobal 0.4 mg/L
17 Sianida (CN) 0.05 mg/L.
18 Sulfida (H:S) 20 mg/L.
19 lourida (F) 2 mg/L |
20_[Klorin Bebas (C12) [ 1 mg/L
21 (Amoniak Bebas (NH-N) 8 is mg/L.
22 Nitrat (NOs-N) 20 mg/L
23 INitrit (NO:-N) 5 mg/L
24 Senyawa aktif biru metilen (MBAS) 5 mg/L
25._[Renol 05 mg/L
26 |Minyak dan lemak 10 ‘mg/L.
27_|NOx 05 mg/L
28 [PCBs 0,005 mg/L
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
SITI NURBAYA,LAMPIRAN VI
KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA.
NOMOR : SK.922/Menlhk/Setjen/PSLB.3/ 12/2016
TENTANG
IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK
KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PADA
FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR KELAS III ATAS NAMA PT. PLN (PERSERO)
Koordinat Sumur Pantau Penimbunan Limbah B3
A. Sumur Pantau Di Hulu (Up Stream)
No Koordinat Kedalarnenita)
Titik Lintang Selatan Bujur Timur
SP 1 06°38" 07,74" LS 1110 28' 46,91" BT a
sp4 06° 38° 09,1" LS 111° 28" 44,6" BT
B. Sumur Pantau Di Hilir (Down Stream)
No Koordinat Kedalaman (m)
Titik Lintang Selatan Bujur Timur
sP2 062 38' 55,43" LS 111¢ 28' 40,11" BT. 8
sP3 06° 37' 58,3" LS 111 28' 36,5" BT ai
“ Salinan sesuai dengan aslinya, MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
-KEPALA BIRO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
td.
SITI NURBAYALAMPIRAN VII
KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : SK.922/Menlhk/Setjen/PSLB.3/12/2016
‘TENTANG
IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK
KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PADA
FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR KELAS III ATAS NAMA PT. PLN (PERSERO)
Baku Mutu Kualitas Air Tanah Pada Sumur Pantau.
No. _ | Parameter Satuan Hasil
1. | pH 7 65-9
2. _| Nilai Permanganat (KMnOs) mg/L 23,
3.__ | Zat Padat Tersuspensi (TSS) mg/L 860
4. _ | Zat Padat Terlarut (TDS) mg/L _3720
5. _ | Fluorida (F) mg/L | 14
6. _| Klorida (Cl) mg/L 867
7.__| Nitrat (NO3-N) mg/L 83
8._| Sulfat mg/L 389
9. _ | Kesadahan Total (CaCOs) mg/L 705
10._ | Nitrit (NO2-N) mg/L 0,6
11. | Sulfida mg/L 0,104
12, [Deterjen (MBAS) mg/L 0,04
13._| Sianida (CN) mg/L 0,005
14. | Minyak dan Lemak mg/L igs
15._| Arsen (As) mg/L 0,005
16. | Kadmium (Cd) mg/L 0,063
17._ | Tembaga (Cu) mg/L 0,049
18._ | Krom Total (Cr) mg/L 0,0204
19, | Besi (Fe) mg/L 3,207
20. | Raksa (Hg) mg/L 0,005
21. | Mangan (Mn) mg/L | 4,463
22, | Timbal (Pb) mg/L 0,044
23._ | Selenium (Se) 2 mg/L 0,002
24, | Seng (Zn) mg/L 0,269
25._| Krom heksavalen (Cr) mg/L 0,01
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
td.
SITI NURBAYALAMPIRAN VII
KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : SK.922/Menlhk/Setjen/PSLB.3/12/2016
TENTANG
IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK
KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PADA
FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR KELAS III ATAS NAMA PT. PLN (PERSERO)
A. Format Neraca Pengelolaan Limbah B3
‘Nama Perusahaan PT. PLN (PERSERO) - UNIT PLTU REMBANG
Bidang usaha
Periode waktu
Umur penimbunan (pada kondisi normal operasi)
Kapasitas penimbunan
jENIS AWAL LIMBAH jUMLAH (TON) dan [CATATAN
TOTAL TH
i PERLAKUAN: jUMLAH (TON) dan [ENIS LIMBAH YANG [PERIZINAN LIMBAH BS
fas IDIKELOLA IDARI KLHK
ADA [TIDAK KADALUARSA
Ir. DIOLAH DI STABILISAST
DAN/ATAU SOLIDIFIKASI
‘DIMANFAATKAN
‘DINMBUN,
| BERLAKUAN LAINNYA,
ta.ccepyay* 100% =
SETERANGAN:
RESIDU adalah jumlah limbah tersisa dari proses perlalcuan
‘**_JUMLAH LIMBAH YANG BELUM TERKELOLA adalah limbah yang disimpan melebihi skala waktu penaatan.
Data-data tersebut di atas diisi dengan sebenar benarnya sesuai dengan kondisi yang ada.
B. Format Lembar Penimbunan Limbah B3
PT. PLN (PERSERO}
1. Umurpenimbunan = (pada kondisi normal operasi)
2. Kapasitas penimbunan
No, flanggal Masuk Sumber terangan
jLimbah ke Lokasi |Limbah B3 [dalam satuan ton dar
[Penimbunant kn3)
ton =
T
2
Keterangan:
1, Dokumen dapat berupa: a. Manifest; b.Dokumen internal perusahaan jika limbah B3 diserahkan ke
bagian lain (untuk dimanfaatkan /diolah dalam lingkungan perusahaan sendiri)
2. Setiap lembar harap di paraf oleh petugas yang bertanggung jawab.C. Format Lembar Pengelolaan Air/Lindi di Bak Pengumpul Lindi
PT, PLN (PERSERO} - UNIT PLTU REMBANG
Periode waktu
Nama dan titik koordinat kolam pengumpul air/lindi
Kapasitas kolam pengumpul air/lindi
Titik Pemantauan/Penaatan
TOLUME AIR/LINDI YANG MASUK PADA [JUMLAH m? [CATATAN
ww
ROTAL a
IT [PERLAKUAN: jUMLAH m® [PERIZINAN BERDASARKAI
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAI
/ANG BERLAKU,
DA _ [TIDAK ADA |KADALUARSA
I DI ALIRKAN KE BAK PENGUMPUL
AIR/LINDI
DIMANFAATKAN
iS, DIALIRKAN KE IPAL
JF DIBUANG/DIALIRKAN KE MEDIA
LINGKUNGAN,
TAL BO
RESIDU* low. _m)
/OLUME ATR/LINDI YANG BELUM
(TERKELOLA D(H. m2,
TOTAL VOLUME AIR/LINDI YANG TERSISA [C-D) m)
KETERANGAN:
RESIDU adalah jumlah volume air/lindi tersisa dari proses perlakuan.
Keterangan:
(1) Setiap lembar harap di paraf oleh petugas yang bertanggung jawab.
(Q) Pengiriman laporan dapat melalui:
Direktur Verifikasi Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Jl DI, Panjaitan Kav. 24, Jakarta Timur No. Telp/Fax. (021}85911114/(021) 8514763
Salinan sesdai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEPALA payne. KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
y ve
td.
SITI NURBAYALAMPIRAN IX
KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : SK.922/Menlhk/Setjen/PSLB.3/ 12/2016
TENTANG
IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK
KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PADA
FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR KELAS III ATAS NAMA PT. PLN (PERSERO)
Baku Mutu Total Kadar Zat Pencemar
("ie Zat Pencemar ‘Total Konsentrasi (mg/kg)
1. _[Arsen, As 30
2. |Kadmium, Cd a Sones
3.__|kromium, Cr 250
4. Pembaga, Cu 1 100
5. [Kobalt, Co EEE eal 50 |
6.__{Timbal, Pb I 300 |
7._|Merkuri, Hg 2
8._[Molibdenum, Mo 40
9. INikel, Ni 100
10. [Timah, Sn 50
1. Selenium, Se 10
12. Seng, Zn 500
13, Sianida, CN: 50
14. |Plorida, 450
15. jFenol: 1
Pentakdorofenol
b,4,5-triklorofenol
(2,4,6-triklorofenol
16. |Hidrokarbon Aromatik Monosiklik 7
IBenzena
INitrobenzena
17. |Hidrokarbon Aromatik Monosiklik 20
lo-kresol
Im-kresol
ip-kresol
{otal kresol |
2,4 dinitrotiuena |
'metil etil keton
jridina
18. [Total Petroleum Hidrokarbon (TPH), Ce— C. 100
19. {Total Petroleum Hidrokarbon (TPH), >Co 1000
20. Senyawa organoklorin. 1
arbon tetraklorida
Ikiorobenzena
Ikioroform
letrakloroetilena
Irikloroetilena
1,4-dikdlorobenzena
1,2-dikloroetana
1)1-dikloroetilena
Ineksaklorobenzena
Ineksaklorobutadiena
+ Ineksakloroetena
nilklorida
Suai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
TRO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Salinan.se:
ay KEPALAB
a ta
SITI NURBAYALAMPIRAN X
KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA.
NOMOR : SK.922/Menthk/Setjen/PSLB.3/12/2016
TENTANG
IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK
KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PADA
FASILITAS PENIMBUSAN KELAS III ATAS NAMA PT. PLN (PERSERO)
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) KEADAAN DARURAT
A. Kebakaran
Kebakaran dan/atau ledakan yang mungkin tejadi di area landfill dapat
disebabkan oleh tumpahan bahan bakar, panas, pembakaran terbuka,
peralatan yang bergesekan, dil.
1.Padamkan dengan alat pemadam kebakaran yang tersedia di dekat
kawasan/area landfill.
2. Jika api tidak dapat ditangani dengan alat pemadam yang ada, hubungi tim
tanggap darurat PLTU Rembang.
B. Tanggul atau struktur landfill runtuh dan Geomembrane bocor atau rusak berat
Struktur landfill dan Ash Yard Run Off Pond serta Geomembrane harus
diperiksa secara berkala, jika menemukan kerusakan apapun pada landfill
maka harus segera dilakukan perbaikan.
1.Jika tanggul atau struktur landfill runtuh dan Geomembrane bocor atau
rusak berat sehingga mempengaruhi area di sekitarnya, maka hal pertama
yang harus dilakukan adalah membersihkan area yang tercemar .
2. Air dan/atau tanah yang tercemar dikumpulkan dan akan dikembalikan ke
area landfill. Setiap prosedur penanganan harus dilakukan untuk
memastikan daerah sekitarnya bersih dan tidak ada kontaminasi limbah B3.
3.Tanggul atau struktur landfill runtuh dan Geomembrane yang rusak harus
diperiksa, diperbaiki, dan memastikan tidak ada kebocoran atau kerusakan
lagi.
C. Pengendalian Penyebaran Debu
1.Meningkatkan penyiraman selama musim kemarau dan mengurangi
kecepatan kendaraan agar meminimalkan debu berterbangan. Meminta
tambahan truk air menggunakan truk pemadam kebakaran jika diperlukan.
2, Melakukan pemerataan agar fly ash dan bottom ash tidak berterbangan jika
tertiup angin.
3.Mengurangi/stop pembuangan ash saat angin kencang, _serta
mengoptimalkan pemanfaatan limbah fly ash dan bottom ash oleh pihak
pemanfaat.
4.Penanaman pohon yang dapat menghalangi penyebaran debu saat tertiup
angin kencang.
D. Bencana Alam: Gempa, Longsor, Angin Topan
l.Jika bencana alam terjadi, upaya pertama yang harus dilakukan yaitu
membersihkan area landfill dan sekitamya dari kontaminasi limbah B3.
2.Melakukan pemeriksaan oleh pihak independen untuk memastikan tidak
adanya kebocoran atau kerusakan pada struktur dan geomembran dari
landfill yang menyebabkan pencernaran lingkungan.
3.Limbah kontaminasi Limbah B3 harus dikembalikan ke area landfill dan
memastikan tidak adanya kontaminasi di daerah sekitar landfill.
4. Jika landfill mengalami kerusakan, perbaiki degan segera dan memastikan
tidak ada kerusakan atau kebocoran yang mungkin terjadi.E. Tumpah/Lubernya Air Pada Ash Run Off Pond (Bak Pengumpul Lindi)
Pada saat musim hujan dan diperkirakan curah hujan tinggi, maka akan
dilakukan pemantauan level air lindi di ash run off pond / bak penampung air
lindi setiap hari agar air tidak meluber. Tinggi air yang dijaga adalah kurang
dari 80%. Apabila dilihat air lindi sudah melebihi 80% maka dilakukan
pengecekan kualitas air lindi. Selain itu tetap harus menjaga agar air lindi tidak
sampai melebihi 100%.
SOP Keadaan Darurat secara lengkap tertera pada Instruksi Kerja Tanggap Darurat
Area Landfill dengan Nomor Dokumen: IKE-08.2.4.04.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
SITI NURBAYA