Merger, Akuisisi Dan Konsolidasi Compile 14.00 Nisa
Merger, Akuisisi Dan Konsolidasi Compile 14.00 Nisa
ABSTRACT
Incorporated Company is one of the most preferred forms of the Company by Entrepreneur
and holds an important role in mobilizing the National Economic Development. To develop
incorporated company to become a healthy business, can be reach by the expansion that can
be done through Merger, Consolidation and Acquisition. Mergers, acquisitions and
consolidation is a business strategy that is commonly used in the business world in order to
be able to build the company's competitive advantage, which in time will be able to increase
the value of the company at the same time maximizing the prosperity of the company owners
or shareholders. The process of mergers, acquisitions and consolidation within a company
requires several supporting professionals in the capital market activities, which one of them
is a notary. Notary as one of the executors of the legal profession is a public official who is
authorized to make an authentic evidence as provided by law, and therefore able to meet the
needs of society, especially in the field of private law. The presence of a notary public in the
stock market in relation to the deed of Merger, acquisition and consolidation is as supporting
capital market, where the main responsibility of capital market supporting professionals in
General is to assist issuers in the process of going public and meet the requirements about
openness (disclosure). As notary public authorized to make authentic deeds and other
authority as referred to in Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 jo Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris as public officials who run some public
function of the state, particularly in the areas of private law.
PENDAHULUAN
Dunia bisnis telah memasuki masa kebebasan dan keterbukaan di akhir abad ke-20.
Tidak ada lagi jarak atau halangan yang selama ini membatasi semua aktivitas bisnis,
khususnya aktivitas antar-daerah dan antar-negara. Perubahan signifikan dalam lingkungan
bisnis seperti globalisasi, deregulasi, kemajuan teknologi serta fragmentasi pasar telah
menciptakan persaingan yang sangat ketat (fierce competition).Respon perusahaan-
perusahaan terhadap meningkatnya persaingan sangat beragam. Sebagian perusahaan
memilih untuk memfokuskan sumber daya ekonomi yang dimiliki pada segmen tertentu yang
lebih kecil, sebagian tetap bertahan dengan strategi usaha yang dilakukan sebelumnya dan
sebagian menggabungkan diri dengan perusahaan lainnya menjadi satu perusahaan yang lebih
besar di dalam pasar.Strategi yang dipilih terakhir ini merupakan bagian upaya restrukturisasi
untuk menciptakan sinergi.
Restrukturisasi usaha seperti penggabungan/merger1, akuisisi dan konsolidasi
merupakan pilihan-pilihan strategi restrukturisasi kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh
suatu Perseroan Terbatas. Berdasarkan asal-usulnya, kata merger berasal dari kata “merger”,
1
Kata ‘merger’ dan ‘penggabungan’ mengacu pada pengertian yang sama, dan akan digunakan secara
bergantian dalam penulisan. Namun, dalam berbagai literatur hukum persaingan usaha yang membahas tentang
pengendalian kegiatan usaha, kata ‘merger’ juga digunakan sebagai kata generik yang mengacu kepada ketiga
bentuk restrukturisasi kegiatan usaha. Dalam tulisan ini, kata merger juga digunakan untuk mengacu pada
kegiatan restrukturisasi perusahaan yang mencakup ketiga merger, konsolidasi dan akuisisi sekaligus
“fusion”, atau “absorbtion”, yang berarti “menggabungkan”.2 Merger yang berasal dari akar
kata kerja ‘to merge’, secara luas dipahami sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh
satu Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada,
yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri tersebut
beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status
badan hukum Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.3 Akuisisi saham
atau “shares acquisition” yang berarti “mengambilalih” adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham
Perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Perseroan tersebut. 4 Sedangkan
konsolidasi yang berasal dari kata ”consolidation”, yang berarti ”melebur” adalah perbuatan
hukum yang dilakukan oleh dua Perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara
mendirikan satu Perseroan baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari
Perseroan yang meleburkan diri dan status badan hukum Perseroan yang meleburkan diri
berakhir karena hukum.5
Meskipun berbeda dari segi prosesnya, namun tindakan merger, akuisisi, dan
konsolidasi Perseroan Terbatas pada intinya tidak berbeda yaitu tindakan dua atau lebih
perusahaan untuk merestrukturisasi perusahaan. Oleh karena itu dipakai istilah merger dan
akusisi untuk mengacu pada semua pengertian tersebut. Di Amerika Serikat istilah Merger
dan Acquisition (M&A) dimaksudkan untuk mencakup semua bentuk transaksi atau
konsolidasi hak kepemilikan dan kontrol perusahaan baik dalam bentuk merger, akusisi atau
lainnya.6
Merger diharapkan dapat memberikan kontribusi positif berupa efisiensi dan
peningkatan produktifitas bagi perusahaan yang melaksanakannya, bahkan dapat menjadi
jalan keluar dari berbagai permasalahan yang dihadapi perusahaan, seperti untuk mengatasi
kesulitan keuangan atau bahkan sudah terancam bangkrut (failing firm reasoning).
Perusahaan dapat lebih efisien dengan merger karena merger dapat lebih meningkatkan
utilisasi kapasitas berlebih (idle capacity), menekan biaya transportasi, mengganti manajer
yang berkinerja buruk dengan manager yang lebih baik dan tidak tersedia secara internal. 7
Selain itu merger akan membuka akses modal secara internal, dan juga bermanfaat dalam
pengembangan dan riset (Riset & Development) karena dapat melayani jumlah unit yang
lebih besar. Perusahaan dapat mengembangkan inovasi dan teknologi. Dari tindakan merger
tersebut diatas diharapkan akan menghasilkan biaya produksi yang lebih rendah, penurunan
harga dan peningkatan kualitas barang yang dijual sehingga menguntungkan konsumen.8
2
Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Banjarmasin: Gramedia Pustaka, 2004),
hal. 88.
3
Indonesia (1), Undang-Undang Perseroan Terbatas, UU No. 40 Tahun 2007, LN No. 106 Tahun 2007,
TLN No. 4756, Pasal. 1, angka. 9.
4
Ibid., Pasal.1, angka. 11.
5
Ibid., Pasal. 1 angka 10.
6
Bentuk restrukturisasi lainnya mencakup tindakan restrukturisasi usaha yang bersifat pengendalian
usaha
7
Jones, A., and Sufrin, B., EC Competition Law, Text, Cases, and Materials, (London: Oxford Univ,
2004) hal. 848.
8
Alasan-alasan lain merger telah dibahas oleh banyak ahli ekonomi, periksa a.l. Carlton, D.W dan
Perloff, J.M., Modern Industrial Organization (3rd Edit., 2000) hal.19+. Celnicker, A.C., Role of Merger
Regulation on Market Efficiency and a Fair Business Environment, makalah (unpublished) disampaikan pada
OECD Workshop on Merger, Jakarta, 30 November 2007 dalam
http://www.kppu.go.id/docs/Buku_Komisi_Sewindu_KPPU_ok.pdf, Syamsul Maarif, Untaian Pemikiran
Sewindu Hukum Persaingan Usaha, Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan Pemisahan Perseroan
Terbatas Berdasarkan UU No. 40/2007 dalam Hubungannya dengan Hukum Persaingan Usaha, hal. 30.
Merger, akuisisi dan konsolidasi bukan hanya mencakup aspek ekonomi saja.
Ketiganya juga akan bersinggungan dengan aspek hukum. Hal ini terbukti dengan adanya
regulasi-regulasi yang mengaturnya. Merger, akuisisi dan konsolidasi baru berlaku efektif
jika telah dibuatkan aktanya dan didaftarkan kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI. Akta yang dimaksud haruslah berupa akta notaril yang dibuat dalam Bahasa
Indonesia oleh notaris. Di sinilah peran notaris dalam proses merger, akuisisi dan konsolidasi.
Jenis-Jenis Merger
Dari sudut jenis kegiatan perusahaan yang terkait dalam penggabungan perusahaan,
terdapat beberapa tipe penggabungan perusahaan atau yakni:12
1. Merger Horizontal
9
Jeffrey A. Fillmant, “Cash and Property as Consideration In a Merger or Consolidation”, dalam
Northwestern University Law Review, Vol. 62, No. 6, (U.S.A: Northwestern University School of Law, 1968),
hal. 837.
10
Indonesia (1), op.cit., Pasal.1, angka. 9.
11
Khairandy Ridwan,Perseroan Terbatas Doktrin,Peraturan Perundang-undangan,dan Yurisprudensi,
(Yogyakarta: Kreasi Total Media,2009), hal.283.
12
Muchyar Yara, Merger(Penggabungan Perusahaan),Menurut UU Perseroan Terbatas Nomor 1 Tahun
1995, (Jakarta: Nadhilah Ceria Indonesia, 1995), hal.12.
Tipe Merger Horizontal merupakan kombinasi satu perusahaan dengan perusahaan
lainnya yang kegiatan operasinya masih dalam lini bisnis yang sama. Di dalam Merger
Horizontal itu menghasilkan produk yang sejenis.
Adakalanya dua atau lebih perseroan ini semula bersaing dalam memproduksi barang
atau jasa yang sama atau menjual barang atau jasa yang sama dalam suatu wilayah
pemasaran tertentu. Contoh dari Merger Horizontal ini adalah merger Bank Abadi ke
dalam Panin Bank atau Bank Duta yang menggabungkan diri kedalam PT.Bank
Danamon,atau juga American Motor yang bergabung ke dalam Chrysler pada 1987.
2. Merger Vertikal
Merger Vertikal merupakan merger yang dilakukan oleh perusahaan yang bergerak di
dalam bidang atau jenis usaha yang sejenis, tetapi berbeda tingkat operasinya.
Tipe Merger Vertikal merupakan kombinasi antara satu perusahaan dan perusahaan
lainnya yang kegiatan operasinya menunjukkan adanya hubungan sebagai produsen-
pemasok. Di sini perusahaan yang menggabungkan diri menghasilkan produk-produk
yang bertali-temali atau berada dalam rangkaian proses produksi. Misalnya, merger
antara perusahaan assembling (perakitan) mobil dengan perusahaan suku cadang mobil,
atau merger antara perusahaan distributor mobil dengan agen penjualan mobil. Contoh
lain merger vertikal ini adalah merger antara Du Pond dengan perusahaan minyak bumi
Conoco, karena Du Pond memerlukan minyak bumi untuk proses kimianya.
3. Merger Konglomerat
Merger Konglomerat adalah Merger yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang
saling tidak mempunyai hubungan baik secara vertikal maupun horizontal. Contoh dari
praktik semacam ini antara lain penggabungan perusahaan Vicks Richardson, sebuah
perusahaan di bidang produksi obat-obatan, yang kemudian menggabungkan diri ke
dalam Procter & Gamble, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang produksi barang-
barang kebutuhan rumah tangga.
4. Congenitive Merger13
Adalah penggabungan 2 (dua) atau lebih Perseroan yang kegiatan usahanya sejenis atau
dalam industri yang sama, namun tidak memproduksi barang produk yang sama dan
juga tidak ada keterkaitan supplier.
13
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Ed.1, cet.3,(Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal. 484.
14
Patrick A. Gaughan, Megers, Acquisitions, and Corporate Restructurings, Fifth edition, (Canada: John
Wiley & Sons, Inc, 2011), hal. 13.
15
Indonesia (1), op.cit., Pasal.1, angka.10.
“Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan atau lebih
untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan baru dan masing-
masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar”.16
Peleburan menurut Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-52/PM/1997
Tentang Penggabungan Usaha Atau Peleburan Usaha Perusahaan Publik Atau Emiten, No.
IX.G.1, menyebutkan:
“Peleburan Usaha adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh 2 (dua) Perseroan
atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk 1 (satu) Perseroan baru dan
masing- masing Perseroan menjadi bubar.”17
Merger dan konsolidasi memiliki kesamaan dimana terdapat dua atau lebih perseroan
yang melakukan penggabungan maupun peleburan dan menyebabkan perseroan yang
menggabungkan atau meleburkan diri berakhir secara hukum. Namun, antara keduanya
sebenarnya terdapat perbedaan yang signifikan. Pada merger, perseroan yang menerima
penggabungan masih eksis dan menerima segala aktiva-pasiva perseroan yang
menggabungkan diri. Misalnya, A+B=A dimana B telah bergabung dengan A sehingga yang
ada tinggal A. Sedangkan dalam konsolidasi, semua perseroan yang meleburkan diri berakhir
secara hukum dan yang ada adalah perseroan yang baru yang dibentuk oleh perseroan-
perseroan yang meleburkan diri tadi. Misalnya A+B=C, artinya yang eksis secara hukum
adalah C karena A dan B telah meleburkan dirinya dan membentuk perseroan baru.
16
Pemerintah, Peratran Pemerintah Penggabungan, Peleburan, Dan Pengambilalihan Perseroan
Terbatas, PP No. 27 Tahun 1998, LN No. 40 Tahun 1998, TLN No. 3741, Pasal 1 angka 2.
17
Badan Pengawas Pasar Modal (1), “Penggabungan Usaha Atau Peleburan Usaha Perusahaan Publik
Atau Emiten” , Peraturan Nomor IX.G.1, Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor
Kep-52/Pm/1997, tanggal 26 Desember 1997, angka 1b.
18
Dalam hal pengambilan keputusan RUPS mengenai merger dan konsolidasi, kuorum yang
dipersyaratkan adalah sebesar paling sedikit ¾ bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau
diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jka disetujui paling sedikit ¾ bagian dari jumlah suara yang
dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan mengenai persyaratan
pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar.
Penggabungan/Peleburan di kantor Perseroan terhitung sejak tanggal pengumuman
sampai tanggal RUPS diselenggarakan, Pasal 127 ayat (3);
6. Kreditor dapat mengajukan keberatan kepada Perseroan dalam jangka waktu paling
lambat 14 (empat belas) hari setelah pengumuman mengenai Penggabungan/Peleburan
sesuai dengan rancangan tersebut, Pasal 127 ayat (4). Apabila dalam jangka waktu
tersebut kreditor tidak mengajukan keberatan, kreditor dianggap menyetujui
Penggabungan/Peleburan, Pasal 127 ayat (5);
7. Dalam hal keberatan kreditor sampai dengan tanggal diselenggarakan RUPS tidak
dapat diselesaikan oleh Direksi, keberatan tersebut harus disampaikan dalam RUPS
guna mendapat penyelesaian, Pasal 127 ayat (6);
8. Selama penyelesaian belum tercapai, Penggabungan/Peleburan tidak dapat
dilaksanakan, Pasal 127 ayat (7);
9. Rancangan Penggabungan/Peleburan yang telah disetujui RUPS dituangkan ke dalam
akta Penggabungan/Peleburan yang dibuat di hadapan notaris dalam bahasa Indonesia,
Pasal 128 ayat (1). Khusus untuk peleburan, akta peleburan tersebut menjadi dasar
pembuatan akta pendirian Perseroan hasil Peleburan, Pasal 128 ayat (3);
10. Salinan akta penggabungan dilampirkan pada pengajuan permohonan atau
pemberitahuan kepada Menteri Hukum dan HAM, Pasal 129;
11. Untuk peleburan, berdasarkan Pasal 130, salinan akta Peleburan dilampirkan pada
pengajuan permohonan untuk mendapatkan Keputusan Menteri mengenai pengesahan
badan hukum Perseroan hasil Peleburan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4).
12. Berdasarkan Pasal 132, Ketentuan Pasal 29 (mengenai daftar perseroan,) dan Pasal 30
(mengenai Pengumuman di Tambahan Berita Negara, 14 hari setelah diterimanya Akta
Pendirian Perseroan) berlaku juga bagi Penggabungan/Peleburan Perseroan.
13. Direksi Perseroan hasil Peleburan wajib mengumumkan hasil Peleburan dalam 1 (satu)
Surat Kabar atau lebih dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejaktanggal berlakunya Peleburan, Pasal 133 ayat (1).
Adapun proses merger atau konsolidasi berdasarkan Peraturan Bapepam No. IX.G.1
sebagai berikut :
1. Direksi masing-masing Perseroan, setelah memperoleh persetujuan komisaris, wajib
menjajaki kelayakan Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha, yang antara lain
meliputi kegiatan penelaahan atas :
a. keadaan usaha Perseroan serta perkembangan hasil usaha Perseroan, dengan
memperhatikan pula laporan keuangan Perseroan yang telah diaudit oleh Akuntan
yang terdaftar di Bapepam selama 3 (tiga) tahun terakhir;
b. hasil analisis pihak independen mengenai kewajaran nilai saham dan aktiva tetap
Perseroan serta aspek hukum Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha;
c. metode dan tata cara konversi saham yang akan digunakan, yang didukung oleh
keterangan dari pihak independen mengenai hal tersebut;
d. cara penyelesaian kewajiban Perseroan terhadap pihak ketiga;
e. cara penyelesaian hak-hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap
Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha;
f. struktur organisasi dan sumber daya manusia setelah Penggabungan Usaha atau
Peleburan Usaha;
g. analisis manajemen terhadap kondisi Perseroan setelah Penggabungan Usaha atau
Peleburan Usaha.
2. Direksi masing-masing Perseroan secara bersama-sama wajib menyusun Rancangan
Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha yang telah disetujui komisaris;
3. Dalam hal Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha sebagaimana tersebut di atas
akan mengakibatkan perubahan yang material terhadap sifat perseroan, kondisi
keuangan atau hal-hal lain yang mempengaruhi perseroan, maka keseluruhan dampak
dari perubahan tersebut harus dicakup dalam dokumen sebagaimana dimaksud dalam
angka 4 huruf b peraturan ini;
4. Pernyataan Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha yang berisi Rancangan
Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha beserta dokumen pendukung secara
lengkap wajib disampaikan kepada Bapepam/OJK paling lambat akhir hari kerja ke-2
(kedua) setelah diperolehnya persetujuan komisaris;
5. Rancangan Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha wajib diumumkan
ringkasannya kepada masyarakat dalam 2 (dua) surat kabar harian berbahasa Indonesia
satu di antaranya berperedaran nasional paling lambat akhir hari kerja ke-2 (kedua)
setelah diperolehnya persetujuan komisaris. Pengumuman dimaksud memuat informasi
bahwa Rancangan Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha tersebut belum
mendapatkan efektif dari Bapepam dan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham;
6. Dalam hal Bapepam/OJK tidak meminta Perusahaan Publik atau Emiten untuk
mengajukan perubahan dan tambahan informasi dalam jangka waktu 20 (dua puluh)hari
setelah pengajuan pernyataan Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha, maka
pernyataan Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha dianggap telah diajukan secara
lengkap dan memenuhi persyaratan serta tata cara yang ditetapkan pada tanggal
pengajuan.
7. Dalam hal informasi mengenai rencana Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha
telah diketahui pihak luar, maka Perseroan yang akan melakukan Penggabungan Usaha
atau Peleburan Usaha harus memberikan tanggapan kepada Bapepam dan
mengumumkan hal tersebut kepada masyarakat paling lambat akhir hari kerja
berikutnya setelah rencana tersebut diketahui pihak luar. Dalam hal perseroan yang
melakukan Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha merupakan perseroan yang
sahamnya tercatat di Bursa Efek, maka perseroan tersebut wajib mengikuti peraturan
Bursa Efek dimana saham perseroan tersebut dicatatkan.
8. Penyelenggaraan RUPS mengenai penggabungan atau peleburan usaha.
AKUISISI
Definisi dan Ruang Lingkup Akuisisi
Berdasarkan Pasal 1 ayat 11 Undang-undang no. 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas jo. Pasal 1 ayat 3 Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1998 tentang
Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan, Definisi Akuisisi adalah :
“Perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk
mengambil alih (baik seluruh ataupun sebagian besar) saham perseroan yang
mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Perseroan tersebut”
Secara umum akuisisi dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu friendly acquisition
dan hostile acquisition. Dalam friendly acquisition manajemen dari perusahaan target akuisisi
menyambut baik adanya tawaran akuisisi dari pihak pengakuisisi dan dalam beberapa kasus
sering terjadi bahwa manajemen yang mengajukan untuk diakuisisi oleh pihak lain demi
tercapainya target-target perusahaan. Sedangkan dalam hostile acquisition biasanya
manajemen perusahaan target bersikap menolak atau resisten terhadap penawaran akuisisi
dari pihak pengakuisisi.
Dalam perspektif Hukum, secara umum ada tiga cara pelaksanaan akuisisi, yaitu :23Akuisisi
Saham (share acquisition); Akuisisi Aset (asset acquisition); Penggabungan sebagai akuisisi
( merger approach).
Secara garis besar, peraturan mengenai Akuisisi dapat dilihat didalam UU PT, Undang-
Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, dan Peraturan Bapepam yakni: Peraturan
Bapepam No. IX.E.1 tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu; Peraturan Bapepam
No.IX.E.2 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama; Peraturan
Bapepam No.IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka Peraturan Bapepam
No.X.K.1 tentang Informasi yang harus segera diumumkan kepada Publik.
TATACARA AKUISISI
Tatacara Akuisisi Berdasarkan UUPT
Dalam hal Pengambilalihan yang dilakukan oleh badan hukum berbentuk Perseroan,
Direksi sebelum melakukan perbuatan hukum pengambilalihan harus berdasarkan keputusan
RUPS yang memenuhi kuorum kehadiran dan ketentuan tentang persyaratan pengambilan
keputusan RUPS sebagaimana dimaksud dalam UUPT Pasal 89 . Dalam hal Pengambilalihan
dilakukan melalui Direksi, pihak yang akan mengambil alih menyampaikan maksudnya
untuk melakukan Pengambilalihan kepada Direksi Perseroan yang akan diambil alih.
23
Hukumonline, “undang-undang Perseroan Terbatas 2007 masih kurang jelas Mengatur Akuisisi
Dengan cara Pengambilalihan Aset Perusahaan”, http://hukumonline.com/berita/baca/hot20496/Akuisisi-
perusahaan-tidak-bisa-dilakukan-dengan-cara-penggabungan, diakses pada 19 Februari 2016.
Direksi Perseroan yang akan diambil alih dan Perseroan yang akan mengambil alih
dengan persetujuan Dewan Komisaris masing-masing menyusun rancangan Pengambilalihan
yang memuat sekurang-kurangnya24:
1. nama dan tempat kedudukan dari Perseroan yang akan mengambil alih dan Perseroan
yang akan diambil alih;
2. alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan mengambil alih dan Direksi
Perseroan yang akan diambil alih;
3. laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf a untuk tahun
buku terakhir dari Perseroan yang akan mengambil alih dan Perseroan yang akan
diambil alih;
4. tata cara penilaian dan konversi saham dari Perseroan yang akan diambil alih terhadap
saham penukarnya apabila pembayaran pengambilalihan dilakukan dengan saham;
5. jumlah saham yang akan diambil alih;
6. kesiapan pendanaan;
7. neraca konsolidasi proforma Perseroan yang akan mengambil alih setelah
Pengambilalihan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia;
8. cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap Pengambilalihan;
9. cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota Direksi, Dewan Komisaris, dan
karyawan dari Perseroan yang akan diambil alih;
10. perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengambilalihan, termasuk jangka waktu
pemberian kuasa pengalihan saham dari pemegang saham kepada Direksi Perseroan;
11. rancangan perubahan anggaran dasar Perseroan hasil Pengambilalihan apabila ada.
Akta terdiri dari Akta Autentik, dan Akta Dibawah Tangan, yang menjadi perbedaan
diantara kedua akta tersebut ialah berkaitan dengan kekuatannya sebagai alat bukti. Akta
autentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, sedangkan akta dibawah tangan
hanya mempunyai kekuatan pembuktian sempurna apabila tanda tangan dalam akta tersebut
diakui oleh para pihak yang bersangkutan. Akta autentik adalah suatu akta yang didalam
bentuk yang ditentukan oleh undag-undang dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai
umum yang berkuasa untuk itu ditempat akta dibuatnya.29
Akta Notaris sebagai Akta Autentik ada 2 golongan yang terdiri dari:
1. Akta Partij atau Akta Pihak (Partij akten) yaitu akta yang dibuat “dihadapan”
(tenoverstaan) Notaris;
Menurut G.H.S. Lumban Tobing, akta Notaris dapat juga berisi “cerita” dari apa yang
terjadi karena perbuatan yang dilakukan oleh pihak lain dihadapan Notaris, artinya
yang diterangkan atau diceritakan oleh pihak lain kepada Notaris dalam menjalankan
jabatannya dan untuk keperluan mana pihak lain itu sengaja dapat dihadapan Notaris
dan memberikan keterangan itu atau melakukan perbuatan itu dihadapan Notaris, agar
keterangan atau perbuatan itu dikonstatir oleh Notaris didalam suatu Akta Autentik.30
2. Akta Relaas atau Akta Pejabat (ambitelijke akten) yaitu akta yang dibuat “oleh”
Notaris;
Menurut G.H.S Lumban Tobing, akta yang dibuat oleh Notaris dapat merupakan suatu
akta yang memuat “relaas” atau menguraikan secara autentik sesuatu tindakan yang
dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh pembuat akta itu, yakni
Notaris sendiri, didalam menjalankan jabatan sebagai Notaris.31
27
Iswi Haryani & R. Serfianto,Buku pintar hukum bisnis pasar modal : strategi tepat investasi, obligasi,
waran, right, opsi, reksadana &produk pasar modal syariah, (Jakarta: visimedia, 2010), hal. 129.
28
Suharjono, “Varia Peradilan Tahun XI Nomor 123”, Sekilas Tinjauan Akta Menurut Hukum
(Desember 1995) : 128.
29
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Burgelijk Wetboek, diterjemahkan oleh R. Subekti, SH dan R.
Tjitrosudibio, cet 38, (Jakarta: Pradnya Paramita,2007), Pasal 1868.
30
G.H.S Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, cet. 2, (Jakarta: Erlangga,1982), hal. 51.
31
Ibid.,hal.51.
Mengenai bentuk dan sifat akta Notaris, sebagaimana yang diatur Pasal 38 Undang-
Undang No. 30 Tahun 2004 jo Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris,
sebagai berikut:
Setiap akta Notaris terdiri atas:
1. Awal akta atau kepala akta;
Terdiri dari judul akta; nomor akta; jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun; dan nama
lengkap dan tempat kedudukan Notaris.
2. Badan akta;
a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan,
kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan/atau orang yang mereka wakili;
b. Keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap;
c. Isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang
berkepentingan;
d. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan
tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.
3. Akhir atau penutup akta
a. Uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1)
huruf m UUJN32 atau Pasal 16 ayat (7) UUJN33;
b. Uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau penerjemahan
akta jika ada;
c. Nama lengkap, tempat tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat
tinggal dari tiap-tiap saksi akta; dan
d. Uraian tentang adanya perubahan yang terjadi dalam pembuatan akta atau uraian
tentang adanya perubahan yang dapat berupa penambahan, pencoretan, atau
penggantian serta jumlah perubahannya.
32
Notaris wajib membacakan akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 orang
saksi.
Akta tidak wajib dibacakan oleh Notaris jika penghadap menghendaki agar akta tidak dibacakan karena
33
KESIMPULAN
Merger, akuisisi dan konsolidasi adalah salah satu cara yang dipergunakan untuk
ekspansi atau restrukturisasi bisnis. Dalam prosesnya, ketiga kegiatan tersebut tidak hanya
meliputi aspek bisnis atau ekonomi saja tapi juga meliputi aspek-aspek lainnya. Salah satu
aspek lain tersebut ialah aspek hukum. Aspek hukum merger, akuisisi, dan konsolidasi
perseroan di Indonesia dapat dilihat dari peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.
Peraturan perundang-undangan tersebut ialah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang
Penggabungan, Peleburan, Dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas, serta beberapa
peraturan Bapepam/OJK (khususnya) Nomor IX. G.1 tentang Penggabungan Usaha Atau
Peleburan Usaha Perusahaan Publik Atau Emiten dan Nomor IX.H.1 tentang
Pengambilalihan Perusahaan Terbuka.
Proses merger, akuisisi dan konsolidasi perusahaan terbuka harus mendapatkan
persetujuan dari RUPS serta Bapepam/OJK. Dalam rangkaian prosesnya, baik merger,
akusisi maupun konsolidasi, memerlukan peranan profesi penunjang seperti notaris. Notaris
dalam hal ini berperan dalam hal pembuatan akta merger, akuisisi dan konsolidasi. Akta
tersebut dibuat berdasarkan hasil rancangan merger, akuisisi, atau konsolidasi yang telah
disetujui dalam RUPS dan kemudian dituangkan ke dalam format akta sebagaimana diatur
dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2014.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
A, Jones and Sufrin B. EC Competition Law, Text, Cases, and Materials. London: Oxford
Univ, 2004.
Harahap, M. Yahya. Hukum Perseroan Terbatas, ed.1, cet.3. Jakarta: Sinar Grafika, 2011.
Haryani, Iswi & R. Serfianto. Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal : Strategi Tepat
Investasi, Obligasi, Waran, Right, Opsi, Reksadana & Produk Pasar Modal Syariah.
Jakarta: Visimedia, 2010.
Suharjono. “Varia Peradilan Tahun XI Nomor 123”, Sekilas Tinjauan Akta Menurut Hukum
Desember, 1995.
Tobing, G.H.S Lumban. Peraturan Jabatan Notaris, cet.2. Jakarta: Erlangga, 1982.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgelijk Wetboek]. Diterjemahkan oleh R. Subekti,
SH dan R. Tjitrosudibio. Jakarta: Pradnya Paramita,2007.
Indonesia. Undang-Undang Perseroan Terbatas, UU No. 40 Tahun 2007, LN No. 106 Tahun
2007, TLN No. 4756 .
________,Undang-Undang Pasar Modal, UU No. 8 Tahun 1995, LN No. 64 Tahun 1995,
TLN No. 3608.
Badan Pengawas Pasar Modal. Penggabungan Usaha Atau Peleburan Usaha Perusahaan
Publik Atau Emiten, Peraturan Nomor IX.G.1, Lampiran Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-52/PM/1997, tanggal 26 Desember 1997.
________, Penawaran Tender, Peraturan Nomor IX.F.1., Lampiran Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor KEP-04/PM/2002, tanggal 3
April 2002.
________, Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Tertentu, Peraturan Nomor IX.E.1.,
Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
Nomor KEP-521/BL/2008, tanggal 12 Desember 2008.
________, Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama, Peraturan Nomor
IX.E.2., Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Nomor KEP-413/BL/2009, tanggal 25 November 2009.
JURNAL/MAKALAH
Jeffrey A. Fillmant. “Cash and Property as Consideration In a Merger or Consolidation”
Dalam Northwestern University Law Review, Vol. 62, No. 6. U.S.A: Northwestern
University School of Law, 1968.
Celnicker, A.C. “Role of Merger Regulation on Market Efficiency and a Fair Business
Environment,” Makalah disampaikan pada OECD Workshop on Merger, Jakarta, 30
November 2007.
ARTIKEL/PUBLIKASI ELEKTRONIK
Hukumonline, “undang-undang Perseroan Terbatas 2007 masih kurang jelas Mengatur
Akuisisi Dengan cara Pengambilalihan Aset Perusahaan”,
http://hukumonline.com/berita/baca/hot20496/Akuisisi-perusahaan-tidak-bisa-
dilakukan-dengan-cara-penggabungan, diunduh pada 19 Februari 2016.