Pengukuran Dan Analisis Pemimpin Berbasis Nilai-Nilai Budaya Organisasi Lokal
Pengukuran Dan Analisis Pemimpin Berbasis Nilai-Nilai Budaya Organisasi Lokal
Abstract
The diversity of local culture in Indonesia is priceless wealth. One culture that
is owned by Indonesia has become the basis for most of the behavior that exists in an
organization. Individual, group, and organizational behavior can’t resist the influence of
local culture. At present there are many theories and sciences especially in the field of
organizational behavior based on the results of studies from abroad which adopt values
originating from the region. One of the individual behaviors that has developed a lot now
is about the theory of leadership. Seeing these developments, it is necessary to develop a
new model that explains how and what kind of leadership is around us.
This research is expected to develop a model of leader behavior based on the
surrounding culture. Many theories of organizational behavior that discuss the behavior
of leaders who develop strongly today are a reflection of foreign culture that is actually
also contained in our cultural values. Therefore this study will answer and explain these
problems. The hope in the future is an organization theory will be realized, especially
regarding leadership theory that is stronger because it complements the existing
theories, and theories that can be applied by local communities because they are a
reflection of their own culture. Explore the values, concepts and constructs that develop
around to then be harmonized with the theory that originally existed. The method that
can be used is through an in-depth exploration process to then be confirmed by a theory
that previously existed. The first step of course can be achieved by conducting a group
discussion group to explore the values, concepts and constructs of organizational
behavior, then analyzing the factors to confirm, then harmonizing with the existing
theories first.
Abstraksi
Keberagaman budaya lokal di Indonesia merupakan kekayaan yang tak ternilai
harganya. Salah satu budaya yang dimiliki Indonesia telah menjadi dasar bagi
sebagian besar perilaku yang ada pada suatu organisasi. Perilaku individu, kelompok,
dan perilaku organisasi tidak luput dari pengaruh budaya lokal. Saat ini banyak teori dan
ilmu pengetahuan khususnya dibidang perilaku organisasi yang berbasis pada hasil studi
dari luar negeri yang tentu saja mengadopsi nilai-nilai yang berasal dari daerahnya. Salah
satu perilaku individu yang banyak berkembang saat ini adalah mengenai teori
kepemimpinan yang banyak berkembang. Melihat perkembangan tersebut maka, perlu
dilakukan suatu pengembangan model-model baru yang menjelaskan bagaimana dan
seperti apakah model kepemimpinan yang ada disekeliling kita.
PENDAHULUAN
Perkembangan penelitian dalam wilayah manajemen sumberdaya manusia
dan perilaku keorganisasian saat ini sedang bertumbuh pesat. Minat terhadap studi
mengenai kepemimpinan dalam rangka pengembangan karyawan agar mampu
memiliki sikap yang mampu mengambil prakarsa, mengambil risiko, merangsang
inovasi dan mengatasi ketidak-pastian semakin tinggi (Spreitzer,1995). Pekerjaan
saat ini membutuhkan kemampuan para pemimpin yang mampu mendelegasikan
wewenangnya sehingga bawahan diberdayakan secara maksimal yang pada akhirnya
akan berdampak pada kinerja (Gronn, 2000). Studi tentang perilaku organisasi
sejatinya telah dilakukan sejak dahulu. Mulai dari kinerja, lingkungan, motivasi,
pemimpin, manajer, telah diteliti dan di uji mengenai hubungannya dengan antar
variabel tersebut. Namun demikian penelitian tentang perilaku keorganisasian dari
waktu ke waktu terus mengalami peningkatan intensitas sebagai obyek penelitian.
Ada banyak definisi dan teori-teori kepemimpinan, namun ada banyak
kesamaan dalam definisi untuk menyimpulkan bahwa kepemimpinan adalah upaya
mempengaruhi dan kekuatan untuk mendorong kepatuhan (Wren, 1995). Awal
organisasidenganpemimpin otoriteryang percaya karyawanyang secara intrinsik
malas beralih ke cara untuk membuat lingkungan kerja yang lebih kondusif
untuk meningkatkan tingkat produktivitas. Hari ini, organisasi berubah menjadi
tempat dimana orang diberdayakan, didorong, dan didukung dalam pribadi mereka
dan pertumbuhan profesional sepanjang karir mereka. Sebagai focus para pemimpin
telah berubah dari waktu ke waktu, itu telah mempengaruhi dan membentuk
pengembangan dan perkembangan teori kepemimpinan.
Penelitian bidang kepemimpinan sudah banyak dilakukan oleh para peneliti
terdahulu, sebagian besar penelitian tentang kepemimpinan yang dilakukan saat ini
merupakan pengembangan dari teori kepemimpinan yang berasal dari luar negeri.
Berdasarkan hasil meta analisis yang dilakukan oleh Lowe, Kroeck, dan
Sivasubramaniam (1996).
Berdasarkan uraian diatas dapat terjelaskan bahwa kebutuhan untuk mengembangkan
perilaku organisasional, terutama dalam topic kepemimpinan adalah hal yang sangat
dibutuhkan. Terlebih lagi dalam perkembangan dunia ilmiah dan dunia perguruan
tinggi, tema adopsi muatan lokal dalam pengembangan ilmu pengetahuan adalah hal
yang perlu mendapatkan perhatian yang cukup besar. Keberagaman budaya local di
Indonesia merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya. Salah satu budaya yang
dimiliki Indonesia telah menjadi dasar bagi sebagian besar perilaku yang ada pada suatu
organisasi. Perilaku individu, kelompok, dan perilaku organisasi tidak luput dari
pengaruh budaya lokal. Saat ini banyak teori dan ilmu pengetahuan khususnya dibidang
perilaku organisasi yang berbasis pada hasil studi dari luar negeri yang tentu saja
mengadopsi nilai- nilai yang berasal dari daerahnya. Salah satu perilaku individu yang
banyak berkembang saat ini adalah mengenai teori kepemimpinan yang banyak
berkembang.
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan suatu model tentang
perilaku pemimpin dengan berdasar budaya sekitar. Banyak teori perilaku
organisasional yang membahas tentang perilaku pemimpin yang berkembang kuat
saat ini adalah merupakan cerminan budaya bangsa luar yang sejatinya juga
terkandung dalam nilai-nilai budaya kita. Oleh karena itu penelitian ini akan menjawab
dan menjelaskan permasalahan tersebut. Harapannya di masa yang akan datang,
terwujud suatu teori organisasi terutama mengenai teori kepemimpinan yang lebih
kuat karena melengkapi teori yang semula sudah ada, serta teori yang dapat
diaplikasikan oleh masyarakat lokal karena merupakan cerminan budayanya sendiri.
Secara umum penelitian memiliki tujuan umum untuk mengembangkan
teori tentang perilaku organisasional terutama dibidang perilaku pemimpin. Adapun,
tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut,
TINJAUAN PUSTAKA
Budaya Organisasi
Menurut Schein dalam Munir (2007:23) menyatakan bahwa : “budaya organisasi
adalah pola dari suatu asumsi-asumsi dasar yang dipelajari oleh kelompok atau
organisasi selama proses pemecahan persoalan dan pengambilan keputusan dalam
rangka melakukan adaptasi dengan lingkungan eksternal dan melakukan integrasi
internal, yang selama ini telah terbukti efektif sehingga dirasa perlu untuk diajarkan
kepada anggota baru sebagai cara pandang, berpikir, merasa, dan bertindak yang
benar.” Robbins (2002:63) menyatakan bahwa : “budaya organisasi (organization
culture) sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang
membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lain”. Lebih lanjut, Robbins
Manajemen
Puncak
Filosofi Pendiri Kriteria Budaya
Organisasi Seleksi Organisasi
Sosialisasi
mereka mempersepsi, berpikir, dan bereaksi terhadap berbagai lingkungan. Dari definisi
tersebut, terdapat 3 (tiga) karakteristik penting budaya organisasi:
1. Budaya organisasi diperkenalkan kepada karyawan baru melalui proses
sosialisasi
2. Budaya organisasi mempengaruhi perilaku pada saat bekerja
3. Budaya organisasi beroperasi dalam berbagai level
Budaya organisasi dibentuk dari 4 (empat) komponen, yaitu: nilai-nilai pendiri,
lingkungan bisnis dan industri, budaya di negara tersebut, dan visi serta perilaku
pemimpin. Budaya organisasi mempengaruhi tipe struktur organisasi yang diadopsi oleh
perusahaan dan praktek, kebijakan, sertaprosedur yang diimplementasikan untuk
mencapai tujuan organisasi. Karakteristik organisasi ini kemudian mempengaruhi
berbagai kelompok dan proses sosial. Hal ini selanjutnya akan mempengaruhi sikap dan
perilaku karyawan dan berbagai hasil yang dicapai oleh organisasi.
(Kreitner&Kenicki,2010,p.64-65).Untuk memahami budaya organisasi secara lebih
komprehensif, dapat dijelaskan melalui gambar berikut:
struktur hierarki, dan sistem kontrol (finansial, sistem penghargaan). Soft elements
relatif lebih abstrak, seperti norma-norma, nilai-nilai, asumsi dasar di dalam organisasi.
Budaya organisasi dapat digambarkan memilikitiga lapisan (layers), yaitu:
1. Observable artifacts, yaitu manifestasi fisik dari budaya organisasi termasuk etika
berpakaian, penghargaan, mitosdan cerita, ritual dan upacara yang dilakukan oleh
organisasi.
2. Values, adalah keyakinan yang menetap dalam perilaku atau pikiran. Values memiliki
5 (lima) komponen, yaitu :
a) Values adalah konsep atau keyakinan.
b) Berhubungan dengan pikiran atau perilaku yang diinginkan.
c) Trancend situation.
Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna
mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan
atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi.
Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi
secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenarnya
tentang bagaimana kinerja pegawai. Pengukuran kinerja sangat penting untuk mengukur
atau menilai dalam menetapkan seorang pegawai/karyawan sukses atau gagal dalam
melaksanakan pekerjaannya dengan mempergunakan standar pekerjaan sebagai tolok
ukurnya (Nawawi, 2003).
Pengukuran kinerja tersebut apabila dilakukan dengan baik, tertib dan benar
dapat membantu meningkatkan motivasi kerja. Dengan adanya pengukuran kinerja
maka seseorang akan tahu bahwa dirinya akan dinilai dan diperhatikan oleh orang lain
sehingga pegawai akan berperilaku untuk memberikan kinerja terbaiknya (Handoko,
2001).Sistem pengukuran kinerja yang baik sangat bermanfaat untuk berbagai
kepentingan yaitu: mendorong peningkatan kinerja, bahan pengambilan keputusan
dalam imbalan, kepentingan mutasi, penyusunan program diklat dan membantu
pegawai menentukan rencana kariernya.
Secara umum pengukuran kinerja mempunyai dua tujuan yaitu: meningkatkan
kinerja karyawan dengan memberikan dorongan dan menggunakan kemampuan mereka
untuk mencapai misi organisasi dan memberi informasi kinerja pada karyawan dan
atasan sebagai dasar pengambilan keputusan yang terkait dengan sumber daya manusia
masukan, keluaran, dan hasil, dilakukan secara terencana dan sistematis setiap tahun
untuk mengukur kehematan, efektivitas, efisiensi, dan kualitas pencapaian sasaran.
Sedangkan pengumpulan data kinerja untuk indikator manfaat dan dampak dapat diukur
pada akhir periode selesainya suatu program atau dalam rangka mengukur pencapaian
tujuan-tujuan instansi pemerintah (Mardiasmo, 2002).
Pengukuran kinerja mencakup kinerja kegiatan yang merupakan tingkat
pencapaian target (rencana tingkat capaian) dari masing-masing kelompok indikator
kinerja kegiatan dan tingkat pencapaian sasaran instansi pemerintah yang merupakan
tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dan masing-masing indikator
sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen rencana kerja. Pengukuran tingkat
pencapaian sasaran didasarkan pada data hasil pengukuran kinerja kegiatan
(Mardiasmo, 2002).
Sedangkan tujuan pengukuran kinerja menurut Alwi (2001: 187) secara teoritis
dikategorikan sebagai suatu yang bersifat sebagai berikut:
a. Evaluation
1) Hasil pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi
2) Hasil pengukuran kinerja digunakan sebagai staffing decision
3) Hasil pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar mengevaluasi sistem seleksi.
b. Development Pengukuran kinerja harus menyelesaikan:
1) Prestasi riil yang dicapai individu
2) Kelemahan-kelemahan individu yang menghambat kinerja.
3) Prestasi- pestasi yang dikembangkan.
Pengukuran kinerja merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik dan
didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan yang berupa indikator-indikator
masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak. Penilaian tersebut tidak lepas dari
proses yang merupakan kegiatan mengolah masukan menjadi keluaran atau penilaian
dalam proses penyusunan kebijakan/program yang dianggap penting berpengaruh
terhadap pencapaian sasaran dan tujuan. Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar
untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran
dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi (Bastian,
2006).
Road Map
Untuk memberikan ilustrasi mengenai studi pendahuluan yang telah
dilaksanakan serta hasil yang sudah dicapai oleh peneliti maka akan disajikan dalam
bentuk peta jalan penelitian. Pada tahun 2005 ketua tim melakukan penelitian
mengenai kinerja, pengalaman ini menjadi pintu masuk dalam penilaian efektivitas
seorang pemimpin. Anggota peneliti memiliki pengalaman pada tahun 2010 tentang
manajemen kinerja sebagai wujud dari efektivitas organisasi. Untuk dapat
menyelesaikan masalah pengelolaan sumber daya manusia yang muncul pada
pendahuluan, maka adanya pengalaman ketua tim dalam melakukan penelitian di
bidang perilaku keorganisasian terutama kepemimpinan (2011) (2012) dapat menjadi
referensi salah satu solusi bagi masalah pengelolaan sumber daya manusia. Hal ini
ditunjang dari pengalaman anggota peneliti dalam melakukan riset mengenai
penguatan kelembagaan (2010) dan performance appraisal (2012). Agar tujuan
penelitian ketiga dapat terwujud maka dibutuhkan pengetahuan mengenai cara
pengembangan suatu model, ketua tim memiliki pengalaman pengembangan model
keperilakuan (2011) yang ditunjang pengalaman pengembangan model dan mapping
anggota (2012). Berikut adalah peta jalan (roadmap)peneliti yang dapat menunjang
penelitian ini.
METODE PENELITIAN
Populasi
Populasi pada penelitian ini meliputi pegawai atau anggota pada organisasi privat,
publik, dan mahasiswa yang ada di Universitas Jenderal Soedirman.
dilakukan analisis Confirmatory factor analysis (CFA) (Hair et al., 2006), sedangkan untuk
mencapai tujuan penelitian ketiga dilakukan tahapan pengujian model dengan
pengembangan model dengan menggunakan analisis Structural equation modeling (SEM)
(Hairetal.,2006) yang dilengkapi dengan data kualitatif hasil wawancara.
Hasil nilai angket OCAI diatas, kemudian diskoring dikelompokkan sesuai tipe
budayanya
1 2 3 4 5 6 TOTAL
N P N P N P N P N P N P N /6 P
TIPE BUDAYA
A.CLAN 30 0 35 70 43 70 35 30 31 70 40 60 37 50
B.ADHOCRAC 60 21 20 16 0 19 15
YC.MARKET 25 0 17 0 14 10 20
0 17 10 16 10 18 3
D.HIERARCY 22 0 21 0 16 0 18
10 25 0 28 30 26 15
23 0 27 30 27 20 27
Keterangan:N =Now;P=Prefer
Hasil tersebut kemudian diolah dalam software Ms Excel 2007 yang telah dimodifikasi
formulanya,menghasilkan grafik, sebagai berikut:
Keterangan:
Warna merah :
“prefer”(topleader) Warna
hitam : “now”(leader)
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui grafik “prefer” dengan nilai clan=50,
adhocracy=15, Market=3, hierarcy=15. Sedangkan untuk grafik “now” diperoleh nilai
clan=37,adhocracy =19, Market=18, hierarcy=26. Disimpulkan bahwa “prefer” dan
“now” mengarah pada budaya clan. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan di
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto menginginkan sebuah tempat kerja yang
bersahabat dimana orang –orang saling berbagi diantara mereka, seperti sebuah
keluarga besar. Pimpinan bertindak sebagai mentor, dan memiliki figure sebagai orang
tua.Organisasi ini terikat oleh kesetiaan dan tradisi, serta komitmen yang tinggi.
Organisasi menitikberatkan pada manfaat jangka panjang dari pengembangan
sumberdaya manusia dan mengutamakan pentingnya keutuhan dan moral.
Keberhasilan/sukses didefinisikan dengan sensitivi-tas /kepekaan terhadap konsumen
dan penghargaan terhadap manusia. Organisasi sangat mementingkan team work,
peran serta, dan konsensus.
Pembahasan
Budaya organisasi memiliki peran yang sangat penting terhadap kesuksesan
suatu organisasi. Dalam jangka panjang, budaya organisasi sebagai sarana bagi
anggota organisasi untuk memenuhi kebutuhan serta mencapai tujuannya.
Robbins (Nur’Aini, 2012) memberikan pengertian tentang budaya organisasi sebagai
nilai-nilai dominan yang disebarluaskan dalam organisasi yang dijadikan filosofi kerja
karyawan yang menjadi panduan bagi kebijakan organisasi dalam mengelola karyawan
dan konsumen. Budaya Organisasi terbentuk berawal dari visi misi yang dibuat oleh
sebuah organisasi. Visi misi yang dimiliki organisasi mengandung sebuah nilai yang
dapat diartikan sebagai sesuatu yang menjadi acuan ideal bagi individu dalam
berperilaku dan bertindak. Nilai Budaya Organisasi terkait dengan masalah pencapaian
suatu organisasi termasuk didalamnya nilai adalah ideologi, cita-cita dan keyakinan
Dari analisis data yang diperoleh, baik dari pihak leader (now) dan pihak top
leader (prefer) budaya organisasi di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
mengarah pada budaya clan. Hal ini berarti telah ada kesesuaian antara keinginan
pimpinan dengan karyawan karena berada dalam orientasi budaya organisasi yang
sama yaitu tempat kerja yang bersahabat dimana orang-orang saling berbagi seperti
sebuah keluarga besar. Rektor bertindak sebagai mentor, dan memiliki figur sebagai
orang tua. Anggotanya terikat oleh kesetiaan, tradisi, dan komitmen yang tinggi,
serta menitikberatkan pada manfaat jangka panjang dari pengembangan
sumberdaya manusia dan mengutamakan pentingnya keutuhan dan moral.
Seperti yang dikatakan oleh Robbins (Nur’Aini,2012) Budaya Organisasi dapat
memiliki pengaruh yang bermakna pada sikap dan kinerja karyawannya, ketika
budaya organisasi yang dimiliki sebuah perusahaan tersebut kuat. Budaya organisasi
yang kuat akan mendorong munculnya sense of belonging karyawan pada organisasi,
sehingga berdampak pada kinerja karyawan. Budaya organisasi perlu disosialisasikan,
dipertahankan, diperkuat serta diperkenalkan kepada karyawan agar persepsi
karyawan seiring dengan nilai-nilai organisasi. Dimana jika karyawan dapat beradaptasi
dan menerima budaya organisasi maka karyawan tersebut dapat merasa lebih
nyaman berada di dalam organisasi dan menunjukkan loyalitasnya serta berupaya
memberikan kontribusi yangbaik untuk organisasi dan pada akhirnya memudahkan
organisasi untuk mempertahankan karyawan yang qualified atau kualita sbaik
(Joulanda,2011)
Menurut Greenberg (Yuwono,dkk,2005) ada beberapa cara yang dapat
dilakukan agar budaya organisasi dapat disosialisasikan dan diperkuat yaitu (1)
Simbol:suatuobjek yang dapat mengatakan lebih banyak daripada apa yang terlihat
oleh mata (2) Cerita, disampaikan secara formal maupun informal dan
menggambarkan aspek kunci budaya organisasi dengan memberitahu mereka secara
efektif tentang nilai-nilai kepada pekerja(3) Jargon, yaitu bahasa khusus yang
digunakan sehari-hari dan membantu melanjutkan budaya yang ada(4)Seremoni,
kejadian khusus yang digunakan untuk memperingati nilai-nilai organisasi
(6)Pernyataan tertulis yaitu berupa prinsip-prinsip yang secara eksplisit untuk
menyatakan nilai-nilai yang dianut oleh organisasi.
Oleh karenanya diharapkan dapat memperkuat budaya organisasi yang telah
terbentuk di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto karena akan menjadi sarana
yang kuat untuk mengontrol dan meningkatkan perilaku yang konsisten dari anggota
organisasi, serta dapat mempermudah pelaksanaan program-program kerja yang telah
disepakati bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Avolio,B. J., Walderman, D. A., &Yanimarina,F.J. 1991. Leading in the1990s:The four Is
of transformational leadership. Journal of European Industrial Training,
Vol.15, pp. 9-16.
Hair, J.F. Jr., Black, W. C.,Babin, B. J., Anderson, R. O., Tatham, R.L. 2006.Multivariat
data Analysis. Pearson Prentice Hall.
Jung,D.I. and Avolio, B.J. 2000. Opening the blackbox: an experimental investigation of
mediating effects of trust and value congruence on transformational and
transactional leadership .Journal of Organizational Behavior,Vol.21.pp.467–
480.
Stone, A. G., Patterson,K. 2005. The history ofleader focus. Confrence proceeding.
http://www.regent.edu/acad/sls/publications/conference_proceedings/serv
ant_lead ership_roundtable/2005/pdf/stone_history.pdf
Zeinabadia, H.,and Rastegarpour, H., 2010, Factors affecting teacher trust in principal:
testing the effect of transformational leader ship and procedural justice,
Procedia- Socialand BehavioralSciences, Vol5, pp.1004-1008