0% found this document useful (0 votes)
83 views8 pages

Fraktur Angulus Mandibula Sebagai Komplikasi Tindakan Pencabutan Molar Ketiga Rahang Bawah

This document discusses a case of mandibular angle fracture that occurred as a complication of surgical removal of a mandibular third molar. A 34-year-old female presented with difficulty opening her mouth after her mandibular third molar was removed under local anesthesia by a dentist who was not an oral and maxillofacial surgeon. Radiographs showed a fracture line in the left mandibular angle region. The patient underwent open reduction and plate fixation, and was able to use her jaw properly after recovery. The document also discusses factors involved in surgical removal of impacted third molars and risks of complications.

Uploaded by

Hafidzah Faizah
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
83 views8 pages

Fraktur Angulus Mandibula Sebagai Komplikasi Tindakan Pencabutan Molar Ketiga Rahang Bawah

This document discusses a case of mandibular angle fracture that occurred as a complication of surgical removal of a mandibular third molar. A 34-year-old female presented with difficulty opening her mouth after her mandibular third molar was removed under local anesthesia by a dentist who was not an oral and maxillofacial surgeon. Radiographs showed a fracture line in the left mandibular angle region. The patient underwent open reduction and plate fixation, and was able to use her jaw properly after recovery. The document also discusses factors involved in surgical removal of impacted third molars and risks of complications.

Uploaded by

Hafidzah Faizah
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 8

Fraktur angulus mandibula sebagai komplikasi tindakan pencabutan molar

ketiga rahang bawah


1
Lolita Dian Evayani, 1Wenny Yulvie T, 2Corputty Johan
1
Resident of Oral and Maxillofacial Departement
2
Oral and Maxillofacial Departement
Faculty of Dentistry, University of Indonesia
Jakarta, Indonesia

ABSTRACT
Complications occurred simultaneously with the management of the third molar impaction increases with the
frequency of occurrence of impacted third molars. Mandibular angle fracture, displacement of tooth or tooth
fragments into the surrounding anatomic structures are some examples of complications that may occur during
surgical extraction of the tooth impaction. The position of impacted teeth, anatomical structure, the ability and
authority of the operator, play an important role in the success of the third molar management. A 34-years old
female, consulted to our clinic with the diagnosis of mandible bone shifted. She complaints of difficulty to open
her mouth after the removal of mandible third molar impaction with local anesthesia by a dentist who is not
Specialist of Oral and Maxillofacial Surgeon one day earlier. From the clinical examination we obtained a
tenderness and paresthesia in the left mandible region. OPG showed a fracture line in the region of the left
mandibular angle. After an open reduction and fixation using plate reconstruction, postoperative patients are able to
use the jaws properly.
Key word: mandibular third molar impacted, surgical removal technique, complication of surgical removal

ABSTRAK
Komplikasi yang terjadi bersamaan dengan tindakan pencabutan gigi molar ketiga impaksi meningkat seiring
meningkatnya frekuensi terjadinya gigi molar tiga impaksi. Fraktur angulus mandibula, bergesernya gigi yang
bersebelahan, atau terdorongnya fragmen gigi masuk ke dalam struktur anatomi di sekitarnya merupakan beberapa
contoh komplikasi yang dapat terjadi selama pencabutan gigi impaksi. Posisi gigi impaksi, struktur anatomi,
kemampuan dan kewenangan operator, memegang peranan penting dalam keberhasilan tindakan pencabutan molar
ketiga impaksi. Seorang wanita, berusia 34 tahun, dikonsulkan ke klinik kami dengan diagnosis tulang mandibula
yang bergeser. Pasien mengeluh kesulitan untuk membuka mulut, setelah dilakukan pencabutan molar ketiga
rahang bawah impaksi dengan lokal anestesi oleh seorang dokter Spesialis yang bukan Spesialis Bedah Mulut dan
Maksilofasial satu hari sebelumnya. Dari pemeriksaan klinis, didapatkan adanya rasa nyeri dan parastesia pada sisi
mandibula kiri. Gambaran panoramik menunjukkan adanya garis fraktur pada regio angulus mandibula kiri.
Setelah dilakukan reposisi terbuka dan fiksasi menggunakan plat rekonstruksi, pasca operasi pasien sudah dapat
menggunakan rahang dengan baik.
Kata kunci: impaksi molar ketiga rahang bawah, teknik pengeluaran secara bedah, komplikasi pengeluaran secara
bedah

PENDAHULUAN
Pencabutan gigi molar ketiga bawah impaksi merupakan suatu prosedur kedokteran gigi yang
umum dilakukan. Komplikasi yang terjadi akibat tindakan pencabutan merupakan suatu hal yang perlu
mendapat perhatian khusus, karena komplikasi dapat dihindarkan bila dilakukan persiapan lebih teliti
sebelum dilakukan tindakan pencabutan molar ketiga bawah, serta dilakukan oleh dokter gigi sesuai
dengan kemampuan dan kewenangannya, seperti diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia no.512/MENKES/PER/IV/2007 pasal 19 mengenai Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik
Kedokteran. Komplikasi yang terjadi dapat berupa infeksi, sisa akar gigi yang tertinggal, parastesia
ataupun fraktur dari tulang mandibula. Meskipun komplikasi ini merupakan suatu hal yang telah
diketahui dengan baik, tetapi laporan kasus mengenai hal ini jarang dipublikasikan.1-4
Pada kesempatan ini akan dilaporkan suatu kasus fraktur mandibula akibat tindakan operasi
pencabutan gigi molar ketiga rahang bawah yang dilakukan oleh seorang dokter gigi spesialis yang
bukan spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial.

KASUS
Seorang pasien wanita berusia 34 tahun dirujuk ke klinik dan didiagnosis dengan pergeseran
mandibula. Pasien mengeluh kesulitan membuka mulut, setelah dilakukan tindakan pembedahan untuk
mengangkat molar ketiga rahang bawah satu hari sebelumnya oleh seorang dokter gigi spesialis yang
bukan Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial dengan anestesi lokal. Pada pemeriksaan klinis pasien
mengeluh adanya nyeri tekan dan parastesia pada regio angulus kiri. Pada pemeriksaan intra oral
ditemukan adanya maloklusi, prematur kontak dan trismus dengan maksimal pembukaan mulut 1,5 cm.
Gambaran radiografi panoramik menunjukkan garis fraktur di daerah sudut mandibula kiri. Pada
pasien ini dilakukan reposisi terbuka dan fiksasi segmen fraktur menggunakan plat rekonstruksi dan
IMF selama enam minggu. Pasca operasi dan kontrol setelah 3 bulan, dilaporkan pasien dalam dapat
menggunakan mandibula dengan baik.

Gambar 1 (kiri) sebelum dilakukan odontektomi, (kanan) setelah dilakukan odontektomi

Gambar 2 (kiri) segmen fraktur direposisi, (kanan) difiksasi menggunakan reconstruction plate 2.0, 6 hole

PEMBAHASAN
Gigi impaksi adalah gigi yang tertanam di dalam tulang rahang dan terhalang untuk mencapai
posisi fungsional yang normal. Keadaan ini disebabkan karena kurangnya tempat untuk erupsi, adanya
obstruksi dari gigi lain atau jalur erupsi normal. Gigi impaksi dapat juga terhalang oleh jaringan lunak
atau jaringan keras, gigi tersebut dapat erupsi sebagian atau tidak erupsi sama sekali.1,5
Meskipun gigi impaksi tidak selamanya menimbulkan keluhan, gigi impaksi dapat juga
menyebabkan sejumlah proses patologis, seperti karies gigi (baik gigi impaksi ataupun gigi yang
bersebelahan), maloklusi, perikoronitis, resorpsi akar gigi tetangga, pembentukan folikuler kista dan
lain-lain.6
Tindakan pencabutan gigi molar ketiga bawah impaksi secara bedah merupakan tindakan yang
paling sering dilakukan oleh seorang bedah mulut. Seorang dokter gigi dapat melakukan tindakan
pencabutan gigi molar ketiga impaksi pada kasus yang sederhana secara pembedahan.
Meskipun tindakan ini merupakan hal rutin dilakukan, komplikasi yang terjadi bersamaan dengan
tindakan pencabutan gigi molar ketiga impaksi meningkat seiring meningkatnya frekuensi terjadinya
gigi molar tiga impaksi. Komplikasi yang kemungkinan terjadi selama dan sesudah tindakan,
merupakan suatu hal yang harus diberitahukan oleh operator kepada pasien sebelum pasien
menandatangani surat persetujuan tindakan atau inform consent.6,7

Indikasi dan kontra indikasi


Berdasarkan hasil konsensus yang diselenggarakan di National Institute of Health tahun 1979,
pencabutan gigi molar impaksi dapat merupakan suatu tindakan profilaksis atau suatu terapi. Indikasi
pencabutan molar ketiga impaksi untuk alasan profilaksis adalah apabila ditemukan adanya gejala
patologis, seperti infeksi, karies gigi yang tidak dapat direstorasi lagi, kista, kerusakan tulang di sekitar
gigi impaksi. Selain kriteria yang telah disepakati di atas, pengangkatan molar ketiga impaksi dengan
alasan malposisi dibenarkan, tetapi bukan suatu tindakan profilaksis.6
Gambar 3 Perikoronitis dan karies gigi, salah satu indikasi pencabutan gigi impaksi

Kesepakatan lain adalah enukleasi benih gigi molar ketiga tidak diizinkan, dengan alasan
menghindari terjadinya maloklusi gigi anterior, tindakan enukleasi benih gigi molar impaksi ketiga
ditunda hingga usia dewasa.6
Pada beberapa keadaan medis atau keadaan patologis di mana tindakan pencabutan gigi molar
ketiga impaksi menjadi suatu tindakan terapi yang tepat. Meskipun jarang dan diperlukan suatu
kesepakatan sebelum melakukan tindakan pembedahan. Molar ketiga impaksi yang terletak pada garis
fraktur, molar ketiga impaksi yang akan digunakan untuk tindakan transplantasi autogenous, molar tiga
impaksi yang terlibat di dalam kista atau tumor, sebelum terapi radiasi pada kasus-kasus keganasan
kepala dan leher.6
Kontra indikasi tindakan pencabutan molar ketiga impaksi adalah benih gigi molar ketiga pada
pasien usia muda, molar ketiga impaksi yang tidak ditemukan adanya keluhan dan kerusakan tulang di
sekitarnya.5,6

Pemeriksaan klinis
Sebelum dilakukan tindakan pencabutan molar ketiga impaksi secara pembedahan, hal pertama
yang harus dilakukan adalah pemeriksaan (assessment). Pemeriksaan klinis harus dilakukan dengan
tujuan menilai status pasien, keadaan geraham ketiga impaksi (posisi, angulasi dan tingkat kesulitan)
dan termasuk penyebab lain dari gejala yang dikeluhkan oleh pasien.1
Pemeriksaan awal antara lain keluhan dan usia pasien, riwayat keluhan mengenai gigi molar ketiga
impaksi, riwayat penyakit sistemik pasien, pemeriksaan ekstra oral dan intra oral.1
Tujuan dari pemeriksaan radiografi adalah untuk melengkapi pemeriksaan klinis dengan
memberikan informasi tambahan mengenai molar ketiga, keadaan gigi di sekitar molar ketiga, struktur
anatomi, dan keadaan tulang sekitarnya. Hal ini diperlukan untuk menentukan tindakan prosedur
pembedahan yang dilakukan, komplikasi yang kemungkinan terjadi selama atau sesudah tindakan
pembedahan, hal ini akan dibahas secara khusus dengan pasien sebelum dilakukan tindakan
pembedahan. Tingkat ketebalan tulang alveolar dan posisi gigi akan menentukan jumlah pengangkatan
tulang yang diperlukan untuk mendapatkan akses ke titik aplikasi yang optimal. Faktor ini adalah hal
yang paling prediktif untuk menentukan tingkat kesulitan operasi.1,5

Gambar 4 Karies pada permukaan distal molar ketiga


akibat food impaksi dan oral hygiene yang buruk
Berikut ini adalah faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebelum melakukan tindakan
pencabutan gigi molar ketiga impaksi secara bedah. Kedalaman posisi gigi impaksi, angulasi, ukuran
besar mahkota dan keadaan (besar dan kedalaman karies, besarnya tumpatan), ukuran dan besar akar
gigi molar tiga impaksi, ada atau tidaknya kista di sekitar gigi molar tiga impaksi, keadaan periodontal
gigi molar kedua dan ketiga dan posisi molar ketiga terhadap kanalis mandibularis.1
Pemeriksaan radiografi untuk menilai keadaan molar ketiga impaksi cukup menggunakan
gambaran panoramik. Pemeriksaan radiografi menggunakan cone-beam CT (CBCT) dilakukan apabila
pada gambaran panoramik menunjukkan adanya hubungan antara akar molar ketiga impaksi dengan
kanalis mandibularis.1,2
CBCT dapat digunakan untuk menjelaskan kepada pasien alasan seorang ahli bedah untuk
menunda tindakan pencabutan molar ketiga bawah impaksi secara bedah.1,2

Penilaian risiko
Mengevaluasi kesulitan molar ketiga telah menjadi aspirasi banyak penulis. Faktor utama yang
mempengaruhi kesulitan operasi molar ketiga (lamanya prosedur dan komplikasi yang terkait) akan
tergantung pada faktor-faktor pasien, kedalaman aplikasi dan letak struktur vital di sekitar molar ketiga
impaksi.1
Untuk menentukan tingkat kesulitan tindakan pencabutan gigi molar ketiga bawah impaksi,
menggunakan beberapa klasifikasi, antara lain klasifikasi Pell dan Gregory (Gambar 3 dan tabel 1),
Winter’s line (gambar 4), dan klasifikasi Pederson (tabel2).1,3,5,8

Gambar 5

Klasifikasi molar ketiga bawah impaksi menurut Archer (1975) and


Kruger (1984). (1Mesioangular, 2 distoangular, 3 vertical, 4 horizontal,
5 buccoangular, 6 linguoangular, 7 inverted))

Gambar 6 Klasifikasi M3 bawah impaksi menurut Pell dan Gregory


(1933) a.kedalaman gigi impaksi dibandingkan dengan titik tertinggi
molar kedua, b.jarak mesio-distal gigi impaksi dibandingkan jarak distal
molar kedua dengan anterior ramus mandibula

Tabel 1 Klasifikasi Pell dan Gregory


Posisi A Titik tertinggi molar ketiga impaksi terletak setinggi atau lebih tinggi dari dataran oklusal (occlusal
plane)
Posisi B Titik tertinggi molar ketiga impaksi terletak di bawah permukaan oklusal tetapi masih di atas garis
servikal molar kedua
Posisi C Titik tertinggi molar ketiga impaksi terletak di bawah garis servikal molar kedua
Posisi I Mahkota molar ketiga impaksi tidak tertanam di dalam ramus mandibula
Posisi II Kurang dari setengah mahkota molar ketiga impaksi tertanam di dalam ramus mandibula
Posisi III Lebih dari setengah mahkota terletak di dalam ramus mandibula
Gambar 7 Winter’s line. Faktor yang paling penting dapat diingat
dengan menggunakan mnemonic WHARFE; W, angulasi
menggunakan Winter’s line, H (Height) ketebalan mandibula, A
angulasi molar kedua, R (R)bentuk dan perkembangan akar gigi
molar kedua, F ukuran folikel gigi, E (Exit) pola jalan keluarnya gigi
impaksi dari soket

Renton dan kawan-kawan mengatakan bahwa, faktor utama yang menyebabkan perpanjangan
waktu operasi adalah kedalaman gigi impaksi, densitas tulang, usia maupun ras/suku pasien, jarak gigi
impaksi dengan kanalis mandibularis dan kemampuan operator.1

Prosedur pembedahan
Prosedur ini bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor pasien, termasuk posisi gigi impaksi dan
anatomi struktur di sekitarnya, contohnya letak gigi impaksi terhadap kanalis mandibularis.1,5 Langkah-
langkah tindakan pembedahan untuk gigi molar ketiga bawah impaksi pada prinsipnya adalah 1) insisi
dan pembukaan mukoperiosteal flap, 2) pembuangan tulang yang menutupi gigi impaksi, 3) luksasi, 4)
perawatan soket pasca pembedahan dan penjahitan.9
Pada prinsipnya, tindakan pembedahan juga bertujuan untuk melindungi flap jaringan lunak dan
pembuangan tulang dengan baik pahat atau bur harus selalu disertai dengan irigasi air pendingin.
Sementara itu, cedera nervus alveolaris inferior dapat dihindari dengan menghindari akses ke arah
lingual.1 Seluruh bagian gigi harus diangkat dan dilakukan pembersihan soket (wound toilet). Setiap
bahan patologis yang dicurigai harus dikirim ke bagian histopatologi.1 Pengangkatan molar ketiga
impaksi tanpa pembuatan flap dapat dilakukan apabila gigi tersebut telah erupsi dan dalam keadaan
vertikal.1

Gambar 8 Jalur yang ideal untuk mengelevasi gigi


molar ketiga impaksi dengan akar tunggal; (ii) ketika
menempatkan elevator pada sisi mesial, hindari tekanan
pada aspek distal gigi molar dua yang berdekatan.

Disain flap yang biasa digunakan pada prosedur pengangkatan molar ketiga bawah impaksi ada 2
macam, flap envelope mandibula (gambar 6). Kerugiannya adalah bahwa insisi distal panjang untuk
memungkinkan refleksi dari flap lebih mungkin untuk mengekspos tulang distal dari 8 dan dengan
demikian menyebabkan operator membuang tulang distal secara berlebihan dan memungkinkan
terjadinya cedera nervus alveolaris inferior.1,5
Gambar 9 Mandibular envelope flap

Flap triangular bukal mandibula, keuntungan flap ini adalah bentuk flap yang cukup luas untuk
dilakukannya pembuangan tulang bukal tanpa banyaknya jaringan periosteal yang terambil sehingga
pembengkakan dan rasa nyeri pasca operasi dapat berkurang secara signifikan. Retraktor Minnesota
baik digunakan untuk menarik flap segitiga ini.1,5
Pembuangan tulang dapat menggunakan bur bulat ataupun bur fissur. Pada gigi molar ketiga bawah
impaksi, pembuangan tulang dilakukan pada bagian bukal dan oklusal tidak dianjurkan untuk
membuang tulang pada sisi distal. Untuk menghindari cedera nervus alveolaris inferior, tidak dianjurkan
untuk membuang tulang pada bagian lingual.1,5
Pembelahan gigi merupakan rencana yang penting dengan tujuan menghemat waktu operasi.
Prinsip pembelahan gigi impaksi tergantung pada kedalaman titik aplikasi dan angulasi, mahkota atau
akar akan perlu dipotong.1,8

Teknik Pembelahan Gigi Akar Tunggal Teknik Pembelahan Gigi Akar Ganda

F. D. Fragiskos

Gambar 10 Teknik pembelahan akar gigi tunggal dan akar ganda

Pell dan Gregory menyatakan keuntungan sebagai berikut dari teknik pembelahan gigi memiliki
beberapa keuntungan, antara lain; mengurangi pembuangan tulang mandibula, mempersingkat waktu
operasi, mengurangi resiko terjadinya fraktur mandibula, mengurangi kemungkinan cederanya nervus
alveolaris inferior.5

Komplikasi yang terjadi akibat tindakan pembedahan


Seperti disebutkan sebelumnya, pengangkatan gigi molar ketiga adalah prosedur pembedahan
umum dan - seperti semua prosedur bedah - ada risiko komplikasi operasi dan pasca operasi. Tingkat
komplikasi dan keparahan pada setiap kasus bervariasi, pada kesempatan kali ini. Pasien harus
diberitahukan kemungkinan komplikasi yang akan terjadi, dan penjelasan ini dimasukkan dalam catatan
pasien.1,4,7
Fraktur mandibula dapat terjadi setelah dilakukan tindakan pembedahan pada molar ketiga rahang
bawah impaksi. Risiko terjadinya fraktur mandibula intraoperatif atau pasca pencabutan gigi molar
ketiga dipengaruhi oleh usia pasien, kedalaman gigi impaksi, angulasi, keadaan akar, kurangnya
kepatuhan pasien (mengunyah makanan keras pasca operasi) dan pengalaman dari ahli bedah.1,2,10
Fraktur mandibula yang terjadi selama operasi karena penggunaan instrumen yang tidak tepat dan
penggunaan kekuatan yang berlebihan selama pengangkatan gigi, namun fraktur pasca operasi tidak
dapat dijelaskan apakah disebabkan kekuatan yang berlebihan dan tidak tepat intra operatif.
Pengambilan tulang yang terlalu banyak selama tindakan pembedahan dapat menyebabkan tulang
mandibula kehilangan dukungan, khususnya pada regio ridge oblique eksterna.2,9
Gambar 11 Fotoelastik menunjukkan tekanan yang berlebihan saat pengungkitan gigi molar 3 impaksi
(kiri), Fraktur angulus mandibula, akibat tekanan berlebihan pada saat dilakukan luksasi

Permukaan tulang mandibula pada sisi medial lebih tipis dibandingkan sisi lateral, tetapi pada
dasarnya kedua sisi tulang mandibula ini memiliki kortikal tulang yang cukup tebal.10

Penatalaksanaan fraktur mandibula


Tujuan penatalaksanaan pada kasus fraktur mandibula adalah untuk mengembalikan dan
mempertahankan segmen fraktur pada posisi yang tepat, sehingga didapatkan oklusi yang baik.
Standarisasi penanganan fraktur mandibula saat ini adalah dengan menggunakan fiksasi yang rigid atau
MMF (maxillomandibular fixation). MMF menghasilkan suatu stabilisasi absolut seluruh segmen
fraktur dan mengakibatkan terbatasnya fungsi fisiologis pasca operasi.
Ellis mempresentasikan perbandingan penanganan kasus fraktur angulus mandibula yang telah
dilakukan selama 10 tahun; dibandingkan beberapa teknik tatalaksana fraktur angulus mandibula, yaitu
1) reduksi tertutup atau reduksi terbuka intra dengan fiksasi internal non-rigid, 2) reduksi terbuka ekstra
oral dengan fiksasi menggunakan plat rekonstruksi AO, 3) lag screw, 4) reduksi terbuka intra oral dan
fiksasi internal menggunakan 2 buah 2,0-mm minidynamic compression plate, 5) reduksi terbuka intra
oral dan fiksasi internal menggunakan 2,4-mm mandibular dynamic compression, 6) reduksi terbuka
intra oral dan fiksasi menggunakan 2 buah non-compression mini plate, 7) reduksi terbuka intra oral dan
fiksasi internal menggunakan 1 buah non-compression mini plate, dan 8) reduksi terbuka intra oral dan
fiksasi menggunakan malleable non-compression plate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik
reduksi terbuka ekstra oral dan fiksasi internal menggunakan plat rekonstruksi AO dan teknik reduksi
terbuka intra oral dan fiksasi internal menggunakan mini plate (teknik Champy) dilaporkan memiliki
komplikasi paling sedikit.10,11

SIMPULAN
Komplikasi yang terjadi bersamaan dengan tindakan pencabutan gigi molar ketiga impaksi
meningkat seiring meningkatnya frekuensi terjadinya gigi molar tiga impaksi. Konplikasi ini dapat
berupa perdarahan, infeksi, terdorongnya gigi impaksi ke dalam struktur anatomi di sekitarnya maupun
patahnya tulang mandibula. Posisi gigi impaksi, struktur anatomi, kemampuan dan kewenangan
operator, memegang peranan penting dalam keberhasilan tindakan pencabutan molar ketiga impaksi.
Komplikasi dapat dihindari dengan cara melakukan pemeriksaan dengan teliti dan memperkirakan
kemungkinan yang akan timbul sebelum dilakukan tindakan pembedahan. Adalah hak seorang pasien
untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan komplikasi yang akan terjadi selama atau pun setelah
pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Renton T. Surgical management of third molars. In: Andersson L, Kahnberg K-E, Pogrel MA, editors. Oral and
maxillofacial surgery. Philadelphia: Blackwell Publishing Ltd; 2010. p. 219 - 58.
2. Boffano P, Ferretti F, Giunta G, Gallesio C. Surgical removal of a third molar at risk for mandibular pathologic
fracture : case report and clinical consideration. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol 2012;114:e1-e4.
3. Blondeau F, Daniel NG. Extraction of impacted mandibular third molars : postoperative complications and
their risk factors. Jcda 2007;73(4):325-25e.
4. Indonesia MKR. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia No 512/MENKES/PER/IV/2007 Tentang
izin praktik dan pelaksanaan praktik kedokteran. In: Indonesia DKR, editor; 2007. p. 1-22.
5. Balaji S. Textbook oral and maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier; 2007.
6. Lysell L. Current concepts and strategies for third molar removal. In: Andersson L, Kahnberg K-E, Pogrel
MA, editors. Oral and maxillofacial surgery. Philadelphia: Blackwell Publishing Ltd; 2010. p. 195 - 218.
7. Indonesia KK. Salinan peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No.4 Tahun 2011 Tentang disiplin profesional
dokter dan dokter gigi; 2011. p. 1-16.
8. Naaj IA-E, Braun R, Leiser Y, Peled M. Surgical approach to impacted mandibular third molar-operative
classification. J Oral Maxillofac Surg 2010;68:628-33.
9. Fragiskos FD. Oral surgery. New York: Springer Berlin Heidelberg; 2007.
10. Cankaya AB, Erdem MA, Cakarer S, Cifter M, Oral CK. Iatrogenic mandibular fracture associated with third
molar removal. Int J Med Sci 2011;8:547-53.
11. Perez R, Oeltjen CJ, Thaller RS. A review of mandibular angle fractures. craniomaxillofac Trauma Reconstr
2011;4:69-72.

You might also like