0% found this document useful (0 votes)
51 views

Efektivitas Metode Kancing Gemerincing Berbasis Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Materi Program Linier

This document discusses a study on the effectiveness of the Problem Based Learning Gemerincing Talking Chips learning model on problem solving ability in the Linear Program material for 11th grade students. The study used an experimental research design with samples from three 11th grade classes, with one as the experimental class taught using the Gemerincing Talking Chips PBL model, one as the control class taught using conventional methods, and one as the try-out class. Data collection methods included tests, questionnaires, observations and documentation. The results showed that the experimental class achieved better average scores and classical completeness compared to the control class, and influence tests showed the PBL Gemerincing Talking Chips model improved student curiosity and independence.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
51 views

Efektivitas Metode Kancing Gemerincing Berbasis Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Materi Program Linier

This document discusses a study on the effectiveness of the Problem Based Learning Gemerincing Talking Chips learning model on problem solving ability in the Linear Program material for 11th grade students. The study used an experimental research design with samples from three 11th grade classes, with one as the experimental class taught using the Gemerincing Talking Chips PBL model, one as the control class taught using conventional methods, and one as the try-out class. Data collection methods included tests, questionnaires, observations and documentation. The results showed that the experimental class achieved better average scores and classical completeness compared to the control class, and influence tests showed the PBL Gemerincing Talking Chips model improved student curiosity and independence.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 13

EFEKTIVITAS METODE KANCING GEMERINCING

BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP


KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI
PROGRAM LINIER

ARTIKEL
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Jao Harotun Nisak
B2B014005

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
EFEKTIVITAS METODE KANCING GEMERINCING
BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI
PROGRAM LINIER

The Effectiveness of Problem Based Learning Gemerincing Talking Chips on


Problem Solving Ability In Linear Program Material

Jao Harotun Nisak¹, Martyana Prihaswati², Iswahyudi Joko Suprayitno³


1,2,3
FMIPA, Universitas Muhammadiyah Semarang
Email1): [email protected]
Email2): [email protected]
Email3): [email protected]

ABSTRACT

The 2013 curriculum implemented at the Semarang High School Institute of


Indonesia demands that students be able to be active in learning, but in reality
students were previously guided by the teacher while studying, so that the activity of
students is weak. Curiosity is also still weak, thus encouraging the low learning
achievement of class X students. The purpose of this study was to determine whether
the jingle based learning model based on problem based learning was effective. This
research is experimental research, with a population of all classes XI. The variables in
this study consisted of problem solving abilities, curiosity and activity. Methods of
data collection in the form of interviews, documentation, tests, questionnaires, and
observations. The results showed that students achieved mastery with an average
value of 73.77 and classical completeness of 68.79%. In addition, the influence test
shows the influence of curiosity and independence 61.3%. The results of the average
difference test showed that the experimental class was 73.77, and the control class
was 68.79. The conclusion of this study is problem based learning jingling studs
learning model to influence curiosity and activity in the effective class XI Linear
Program material.

Keywords: Talking Chips, Problem Based Learning, Problem Solving Ability


1. PENDAHULUAN
Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Zaman akan terus berkembang, begitu juga tidak ada kehidupan manusia
yang tidak berkembang. Semuanya itu bermuara pada pendidikan, karena pendidikan
adalah pencetak peradaban manusia (Hamid, 2011). Konsep yang diberikan dalam
proses pembelajaran juga harus seirama dengan kemajuan sains dan teknologi, salah
satunya melalui perkembangan kurikulum pendidikan di Indonesia. Pengembangan
kurikulum dari tahun ke tahun merupakan kebijakan yang diambil pemerintah. 
Alasan pemerintah melakukan pengembangan kurikulum pendidikan yang baru
adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Namun demikian,
penyesuaian terhadap perubahan tersebut juga tidak terjadi secara instan, begitu pula
yang terjadi di SMA Institut Indonesia.
Kurikulum 2013 yang diterapkan sekarang menuntut guru untuk menerapkan
model pembelajaran berorientasi pada peserta didik yang bertujuan meningkatkan
kualitas pembelajaran peserta didik agar lebih bermakna. Pada kenyataannya justru
masih banyak peserta didik yang kebingungan pada saat guru menerapkan model
pembelajaran tersebut. Guru akhirnya menggunakan metode ekspositori pada saat
pembelajaran agar peserta didik dapat memahami materi. Peserta didik juga terbiasa
dengan dorongan dan tuntunan guru selama proses pembelajaran. Hal tersebut
mengakibatkan keaktifan peserta didik terhadap pembelajaran matematika cenderung
kurang.
Berdasarkan hasil wawancara juga didapatkan bahwa rasa ingin tahu peserta
didik masih kurang dalam pembelajaran matematika. Peserta didik kurang semangat
dalam mengikuti pembelajaran di kelas, sehingga sulit bagi mereka untuk menerima
pembelajaran. Rasa ingin tahu memegang peranan penting dalam proses belajar
mengajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan rasa ingin
tahu peserta didik, peserta didik tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. Sejalan
dengan ini Tafsir (2012) menyatakan bahwa rasa ingin tahu adalah kunci dalam
pengajaran. Kurangnya keaktifan dan rasa ingin tahu peserta didik kelas XI di SMA
Institut Indonesia menjadi salah satu faktor pendorong rendahnya kemampuan
pemecahan masalah peserta didik. Terbukti dari data nilai ulangan program linier
tahun 2018, peserta didik dengan KKM 71 tingkat ketuntasannya hanya mencapai
66%.
Permasalahan tersebut menuntut guru untuk menggunakan model pembelajaran
yang dapat mempengaruhi rasa ingin tahu dan keaktifan peserta didik, oleh karena itu
diperlukan model pembelajaran kancing gemerincing. Menurut Widyarti (2017),
kancing gemerincing adalah jenis model pembelajaran kooperatif dengan cara peserta
didik diberikan chips yang berfungsi sebagai tiket memberikan izin pemegangnya
untuk berbagi informasi, berkontribusi pada diskusi, atau membuat titik debat.
Berbagai pendapat ahli maka kancing gemerincing adalah jenis metode pembelajaran
yang menggunakan kancing sebagai alat bantu dalam pembelajaran, dimana kancing
ini berfungsi sebagai poin atau tiket untuk berbagi informasi hasil diskusi terhadap
kelompok lain. Hal tersebut selaras dengan penelitian Pratiwi (2013), bahwa rata-rata
kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik pada kelas yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing lebih tinggi dari
pada kemampuan pemecahan masalah pada kelas kontrol.
Selain itu, pendekatan problem based learning juga dapat diterapkan dalam
pembelajaran untuk problem based learning merupakan salah satu model
pembelajaran yang dapat mendorong untuk meningkatkan keterampilan yang
dibutuhkan pada era globalisasi saat ini. Menurut Trianto (2011), problem based
learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana peserta didik dihadapkan
pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun
pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan tingkat tinggi dan
inkuiri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan kepercayaan dirinya dengan
model problem based learning diharapkan peserta didik mendapatkan lebih banyak
kecakapan dari pada pengetahuan yang dihafal. Mulai dari kecakapan memecahkan
masalah, kecakapan berfikir kritis, kecakapan bekerja dalam kelompok, kecakapan
interpersonal dan komunikasi, serta kecakapan pencarian dan penegolahan informasi.
Maka dari itu penggunaan problem based learning sangat mendukung penerapan
model pembelajaran kancing gemerincing. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
keefektifan model pembelajaran kancing gemerincing berbasis problem based
learning, serta mengetahui terdapat pengaruh rasa ingin tahu dan keaktifan peserta
didik setelah menggunakan model pembelajaran kemampuan pemecahan masalah
berbasis problem based learning.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dengan pendekatan
kuantitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling.
Penelitian akan dilakukan di SMA Institut Indonesia Semarang pada bulan Februari
2019 tahun ajaran 2018/2019 dengan materi program linier. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua peserta didik kelas XI SMA Institut Indonesia Semarang semester
genap tahun ajaran 2018/2019. Sampel dalam penelitian ini yaitu XI IPA1
(eksperimen), XI IPA2 (uji coba), dan X IPA3 (kontrol).
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari kemampuan pemecahan masalah
sebagai variabel terikat, serta rasa ingin tahu dan keaktifan sebagai variabel bebas.
Metode pengumpulan data berupa wawancara, dokumentasi, tes, angket, dan
observasi. Hasil dari pengambilan data diperoleh permasalahan pada keaktifan, rasa
ingin tahu, dan kemampuan pemecahan masalah. Data yang diperoleh adalah nilai
ulangan harian program linier tahun 2018, angket rasa ingin tahu peserta didik, data
observasi keaktifan peserta didik, dan nilai evaluasi kemampuan pemecahan masalah
peserta didik.
Tes evaluasi dan angket rasa ingin tahu sebelum digunakan diujicobakan
terlebih dahulu pada kelas uji coba. Butir soal evaluasi kemampuan pemecahan
masalah diuji dengan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan corelation product moment
(Arikunto, 2011). Pengujian reliabilitas (Widyoko, 2010). Uji taraf kesukaran
digunakan sebagai tolak ukur kesukaran soal dengan indeks 0,00-1,00 (Arifin, 2013).
Daya pembeda digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan materi oleh peserta
didik dengan kriteria daya pembeda soal 0,00-1,00 (Arifin, 2013). Angket rasa ingin
tahu diujicobakan kemudian dianalisis menggunakan uji validitas dan reliabilitas.
Teknik analisis data menggunakan analisis data awal dan analisis data akhir.
Data awal berupa nilai ulangan harian program linier tahun 2018, yang diuji
normalitas dan uji homogenitas. Normalitas data ini dapat dilihat pada nilai
signifikan dengan uji parametris One Sample Kolmogrov-Smirnov dalam program
SPSS (Yamin dalam Kurniawan, 2011). Uji homogenitas dengan menggunakan uji
One Way Anova dalam program SPSS (Tanujaya, 2009). Data akhir berupa nilai
evaluasi kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Data tersebut kemudian diuji normalitas untuk melihat apakah data tersebut
normal. Selain itu dilakukan uji normalitas pula untuk data angket rasa ingin tahu dan
data observasi keaktifan peserta didik dengan langkah yang sama.
Uji hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari 4 (empat) pengujian, yaitu uji
ketuntasan, uji pengaruh, uji beda rata-rata. Uji ketuntasan berfungsi untuk
menghitung ketuntasan kemampuan masalah peserta didik. Uji ketuntasan ini terdiri
dari uji ketuntasan individual dengan KKM 71 dan uji ketuntasan klasikal minimal
sebesar 75%. Perhitungan dalam uji ketuntasan ini yaitu dengan cara membandingkan
nilai t hitung dan t tabel, serta z hitung dan z tabel. Uji pengaruh dilakukan untuk
menghitung pengaruh rasa ingin tahu terhadap kemampuan pemecahan masalah
peserta didik, pengaruh keaktifan terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta
didik, dan pengaruh rasa ingin tahu dan keaktifan terhadap kemampuan pemecahan
masalah peserta didik. Perhitungan untuk uji pengaruh ini menggunakan SPSS regresi
linier. Uji hipotesis selanjutnya yaitu uji beda rata-rata kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Uji analisis yang digunakan adalah uji Independent Sample T Test (Yamin
dalam Kurniawan, 2011).
3. HASIL PENELITIAN
Data yang diambil dari penelitian adalah data kemampuan pemecahan masalah,
rasa ingin tahu dan keaktifan peserta didik pada materi program linier kelas XI. Data
kemampuan pemecahan masalah peserta didik diambil dari nilai evaluasi yang
diberikan setelah penerapan model pembelajaran kancing gemerincing berbasis
problem based learning. Analisis data awal dilakukan uji normalitas dan uji
homogenitas. Pada uji normalitas didapatkan nilai signifikan kelas kelas XI IPA 1
adalah 0,200 > 0,05, kelas XI IPA 2 adalah 0,166 > 0,05, dan kelas XI IIPA 3 adalah
0,191 > 0,05. Nilai tersebut telah memenuhi kriteria nilai signifikan α > 0,05, maka
kesimpulannya adalah data ketiga kelas tersebut berdistribusi normal. Pada uji
homogenitas didapatkan nilai signifikan 0,062 dimana telah memenuhi kriteria
signifikan α > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa data homogen. Analisis data akhir
hanya dilakukan uji normalitas yang menunjukkan nilai signifikan kelas eksperimen
(XI IPA 2) adalah 0,200 > 0,05 dan kelas kontrol (X MIPA 3) adalah 0,166 > 0,05.
Kesimpulannya adalah kedua data tersebut berdistribusi normal.
Uji normalitas juga dilakukan pada data angket rasa ingin tahu dan data
observasi keaktifan peserta didik. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan nilai
signifikan rasa ingin tahu penerapan model pembelajaran kancing gemerincing
berbasis problem based learning adalah 0,200> 0,05. Kesimpulannya adalah data
tersebut berdistribusi normal. Pada data keaktifan menunjukkan nilai signifikan
keaktifan penerapan model pembelajaran kancing gemerincing berbasis problem
based learning adalah 0,196 > 0,05, dan nilai signifikan keaktifan pada pertemuan 4
adalah 0,129 > 0,05. Kesimpulannya adalah kedua data tersebut berdistribusi normal.
Analisis uji hipotesis yang pertama yaitu uji ketuntasan. Pada uji ketuntasan
individual kriteria ketuntasannya adalah jika t hitung > t tabel maka tolak H 1 terima H 0.
Sesuai dengan perhitungan yang menunjukan bahwa t hitung = 1,823 dan t tabel= 1,717
maka 1,823 > 1,717. Kesimpulannya adalah terima H 0 yaitu rata-rata kemampuan
pemecahan masalah mencapai KKM dengan rata-rata 73,77. Uji ketuntasan klasikal
menggunakan kriteria terima H 0 jika Z hitung > −Z 0,5−a. Berdasarkan perhitungan
diperoleh nilai Z hitung = 0,7391 dengan tingkat kesalahan 5% didapat Z 0,5−0,05= Z 0,45,
maka Z 0,45 = 0,6736. Berdasarkan perhitungan uji ketuntasan klasikal Z hitung= 0,7391
> −Z 0,5−a= -0,6736. Kesimpulannya adalah terima H 0 yaitu proporsi peserta didik
yang mencapai KKM lebih dari atau sama dengan 75%. Total presentase ketuntasan
siswa adalah 81,82%.
Ketuntasan belajar dalam penelitian ini dipengaruhi oleh aspek Intelektual
(pengetahuan) dan Kontekstual (penerapan dalam kehidupan sehari-hari) yang
terdapat pada langkah penerapan model pembelajaran kancing gemerincing berbasis
problem based learning. Saat pembelajaran peserta didik dilatih diajak belajar dan
bermain, sehingga lebih mudah bagi peserta didik untuk memahami materi program
linier yang rumit. Sejalan dengan hasil penelitian oleh Dermawan (2014) yang
menyatakan bahwa setelah menggunakan model pembelajaran kancing gemerincing
rata-rata ketuntasan belajar siswa mencapai 93,55 dari KKM 75. Sesuai juga dengan
hasil penelitian oleh Yunitasari (2014) yang menyatakan bahwa rata-rata ketuntasan
belajar peserta didik mencapai 80,31 dari KKM 72 setelah diterapkannya model
pembelajaran kancing gemerincing.
Uji hipotesis selanjutnya yaitu uji pengaruh. Uji pengaruh yang pertama untuk
menghitung pengaruh rasa ingin tahu terhadap kemampuan pemecahan masalah
peserta didik, dengan hasil yang menunjukkan persamaan regresinya adalah Y =
4,151 + 1,270 X 1 . Nilai r square menunjukkan 0,346, yang berarti besar pengaruh
rasa ingin tahu terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik adalah 34,6%
dan 65,4% dipengaruhi oleh faktor lain. Besar pengaruh ini termasuk ke dalam
kategori rendah (Mardapi, 2012). Selanjutnya menghitung pengaruh keaktifan
terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik, dengan hasil yang
menunjukkan persamaan regresinya adalah Y= -20,244 + 1,278 X 2 . Nilai r square
menunjukkan 0,613, yang berarti besar pengaruh rasa ingin tahu terhadap
kemampuan pemecahan masalah adalah 61,3% dan 38,7% dipengaruhi oleh faktor
lain. Besar pengaruh ini termasuk ke dalam kategori tinggi (Mardapi, 2008).
Kemudian pengaruh rasa ingin tahu dan keaktifan terhadap kemampuan pemecahan
masalah tersebut dibagi menjadi 4 uji prasyarat regresi ganda yaitu uji normalitas rasa
ingin tahu dan keaktifan, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji
autokolerasi. Uji multikolenieritas terdapat nilai tolerance 0,654 > 0,10 sedangkan
nilai VIF adalah 1,530 < 10,00, maka tidak terjadi gejala multikolenieritas dalam
model regresi. Uji heteroskedastisitas memilki nilai signifikan 0,007< 0,05, maka Ha
diterima dan Ho ditolak maka terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model regresi.
Uji autokorelasi dengan nilai d sebesar 1,941 lebih besar batas atas (dU) yakni 1,541,
maka penelitian dapat dilakukan atau dilanjutkan.
Analisis uji beda rata-rata ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan rata-rata kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Pengujian ini melewati beberapa tahapan, yang pertama yaitu uji
kesamaan varians yang menunjukan bahwa signifikan adalah 0,136. Nilai 0,136 >
0,05 itu berarti terima H 0 maka data memiliki varian yang sama. Kemudian uji
perbedaan rata-rata yang menunjukkan hasil pada baris Equal variance assumed
kolom sig.(2-tailed) hasil yang diperoleh dari tabel diatas dapat diambil data bahwa
signifikan sebesar 0,005 Dengan taraf signifikan sebesar 0,05 untuk uji dua pihak
dapat disimpulkan bahwa signifikan analisis 0,005 < 0,05 yang artinya terima H 1.
Jadi ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Selanjutnya dilakukan perbandingan antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol, dari proses pengujian didapatkan hasil bahwa kelas eksperimen memiliki
rata-rata 73,77 dan kelas kontrol memiliki rata-rata 68,79.
4. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peserta didik mencapai
ketuntasan dengan nilai rata-rata 73,77 dan ketuntasan klasikal sebesar 82,82%.
Selain itu uji pengaruh menunjukkan adanya pengaruh rasa ingin tahu dan keaktifan
sebesar 65,4%. Hasil uji beda rata-rata menunjukan adanya perbedaan rata-rata
prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu kelas eksperimen
sebesar 73,77 dan kelas kontrol rata-ratanya sebesar 68,79.
Saran yang dapat diajukan peneliti yaitu guru diharapkan terlebih dahulu
mengetahui cara belajar seperti apa yang dapat memudahkan peserta didik memahami
materi, guru dapat menerapkan model pembelajaran kancing gemerincing berbasis
problem based learning agar lebih dapat mempengaruhi rasa ingin tahu dan kekatifan
peserta didik dalam proses pembelajaran, guru dapat menerapkan model
pembelajaran kancing gemerincing berbasis problem based learning dalam
pembelajaran agar pembelajaran efektif, guru harus tetap memberikan bimbingan dan
pengawasan kepada peserta didik dalam pembelajaran kancing gemerincing. Guru
hendaknya lebih bervariasi lagi dalam menerapkan model pembelajaran di kelas yang
dapat mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah peserta didik.

5. REFERENSI

Arifin, Z. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Matematika 17(1): 45-47.


Arikunto, S. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Ketiga.
Rineka Cipta. Jakarta.
Dermawan, A. 2014. Keefektifan Model Kancing Gemerincing terhadap Ketuntasan
Belajar. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Hamid, M. 2011. Metode Problem Based Learning. Jurnal Pendidikan 11(2): 91-92.
Kurniawan, D. 2011. Pembelajaran Terpadu Teori, Praktik dan Penilaian. Edisi
Pertama. Pustaka Cendekia Utama. Bandung.
Mardapi, D. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Edisi Pertama.
Mitra Cendekia Offset. Yogyakarta.
Pratiwi, C. 2013. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing
Gemerincing Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
SMP N 2 Tambang Kabupaten Kampar. Skripsi. UIN Suska. Pekanbaru.
Tafsir, A. 2012. Rasa Ingin tahu dan Keaktifan. Jurnal Pendidikan Matematika. 2(2):
76-79.
Tanujaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jurnal Pendidikan. 1(3): 27-28.
Trianto. 2011. Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruvisik. Prestasi
Pustaka. Jakarta.

Widyarty, N. 2013. Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika


Siswa Melalui Model Pembelajaran Kancing Gemerincing pada siswa kelas
VIIF SMP N 2 Srandakan. Skripsi. Universitas PGRI Yogyakarta. Yogyakarta.
Widyoko, E. 2010. Evaluasi Program Pembelajaran. Edisi Kedua. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Yunitasari, H. 2014. Upaya Meningkatkan rasa ingin tahu dan Hasil Belajar
Matematika Siswa melalui Model Pembelajaran Kancing Gemerincing pada
siswa kelas VIIF SMP N 2 Srandakan. Skripsi. Universitas PGRI Yogyakarta.
Yogyakarta.

You might also like