Hubungan Jenis Persalinan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di Ruang Perinatologi Dan Neonatal Denpasar
Hubungan Jenis Persalinan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di Ruang Perinatologi Dan Neonatal Denpasar
ABSTRACT
Background: Newborn deaths are still a major health problem and at Wangaya Hospital June 2018-December 2018 in the NICU and
several health efforts have been made to improve children’s health. Perinatology room until the number of research samples fullfilled
Based on the results of the Indonesian Demographic and Health Survey the inclusion and exclusion criteria consisting of 45 cases and
(IDHS) in 2017, the Neonatal Mortality Rate (NMR) is 15 per 1000 live 45 samples. The samples was obtained by consecutive sampling
births, which 36% of the death causal is asphyxia or respiratory problems. method. The case in this research is neonates who has neonatal
Neonatal asphyxia is a condition of a newborn who fails to breath asphyxia, whereas the controls were neonates who did not have
spontaneously and regular immediately after birth. Based on the annual neonatal asphyxia. Data obtained were analyzed analytically,
report of the Sanglah Central General Hospital (RSUP) in Denpasar, the using SPSS 23.0 software using the Mc Nemar test with p value of
percentage of asphyxia events has increased 11.31% in 2014. Factors <0.05 considered significant.
that cause neonatal asphyxia including maternal factor, infant factor, Results: There was no relationship between types of labor with
placental factor and labor factor. The purpose of this study is to determine neonatal asphyxia (p = 0.481, OR = 1.429, 95%CI 0.368-5,548).
the relationship between types of labor with asphyxia neonatorum. Conclusion: There is no significant relationship between the type of
Method: The study was conducted by observational analytic labor and asphyxia neonatorum.
design with case-control. In this study, sampling was perfomed
ABSTRAK
Latar Belakang: Kematian bayi baru lahir masih merupakan masalah ini, pengambilan sampel dilakukan di RSUD Wangaya periode Juni
kesehatan yang utama dan beberapa upaya kesehatan telah dilakukan 2018-Desember 2018 di ruang NICU dan dan Perinatologi sampai
untuk meningkatkan kesehatan anak. Berdasarkan hasil Survei jumlah sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, Angka Kematian ekslusi dengan jumlah 45 kasus dan 45 sampel. Sampel diperoleh
Neonatal (AKN) sebesar 15 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab utama melalui metode consecutive sampling. Kasus pada penelitian ini
kematian salah satunya adalah asfiksia atau gangguan pernapasan adalah neonatus yang mengalami asfiksia neonatorum, sedangkan
sebesar 36%. Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru kontrol pada penelitian ini adalah neonatus yang tidak mengalami
lahir yang ditandai dengan gagal bernafas secara spontan dan teratur asfiksia neonatorum. Data yang diperoleh dianalisis secara analitik,
segera setelah lahir. Berdasarkan laporan tahunan Rumah Sakit Umum menggunakan perangkat lunak komputer SPSS 23.0 dengan
Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar, persentase kejadian asfiksia meningkat menggunakan tes Mc Nemar dengan nilai p<0,05 dianggap
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan
1,2
kembali 11,31% pada tahun 2014. Faktor yang menyebabkan asfiksia signifikan.
Anak RSUD Wangaya, Bali,
Indonesia neonatorum antara lain faktor ibu, faktor bayi, faktor plasenta dan Hasil: Tidak terdapat hubungan antara jenis persalinan dengan
faktor persalinan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui asfiksia neonatorum (p =0,481,OR=1,429, IK95% = 0,368-5,548).
*
Korespondensi: Cynthia Jodjana; hubungan jenis persalinan dengan asfiksia neonatorum. Simpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah studi persalinan dengan kejadian asfiksia neonatorum.
RSUD Wangaya, Bali, Indonesia; observasional analitik dengan metode case-control. Pada penelitian
[email protected]
Diterima: 19-06-2019 Kata kunci: jenis persalinan, sectio caesarea, asfiksia neonatorum
Disetujui: 10-02-2020 Cite Pasal Ini: Jodjana, C., Suryawan, I.W.B. 2020. Hubungan jenis persalinan dengan kejadian asfiksia neonatorum di ruang perinatologi dan
Diterbitkan: 01-04-2020 Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Wangaya Kota Denpasar. Intisari Sains Medis 11(1): 393-397. DOI: 10.15562/ism.v11i1.537
394 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(1): 393-397 | doi: 10.15562/ism.v11i1.537
ORIGINAL ARTICLE
secara univariat dan bivariat. Analisis univariat jenis kelamin keseluruhan pada penelitian ini
digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik memiliki proporsi sebesar 34 (75,6%) untuk laki-
responden dan dilanjutkan dengan analisis bivar- laki dan 11 (24,4%) untuk perempuan. Rerata
iat untuk menghubungkan antara variabel bebas umur kelompok kasus 0,27± 0,62 hari dan pada
dengan variabel terikat dengan menggunakan uji kelompok kontrol 0,07 ± 0,25 hari. Rerata berat
Mc Nemar dan diolah dengan Statistical Product pada kelompok kasus 3185,56 ± 471,65 gram dan
and Service Solution (SPSS) 23 for Windows. pada kelompok 3211,11 ± 459,36 gram. Klasifikasi
terbanyak asfiksia baik pada kelompol kasus adalah
asfiksia sedang dengan presentasi 60 %. Jenis persa-
HASIL
linan terbanyak baik kelompok kasus maupun
Dari hasil penelitian ini, didapatkan jumlah bayi kelompok kontrol adalah dengan sectio caesarea
yang mengalami asfiksia neonatorum sebanyak sebanyak 64,4%. Hasil uji hipotess analisis bivariat
45 bayi sebagai kasus dan tidak mengalami asfik- dengan menggunakan uji Mcnemar, didapatkan
sia neonatorum sebanyak 45 bayi sebagai kontrol. nilai p sebesar 0,481. Karena nilai p > 0,05, menun-
Hasil analisis akan disajikan dalam tabel meli- jukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis
puti karakteristik sampel berdasarkan usia, jenis persalinan kejadian asfiksia neonatorum. Odd Ratio
kelamin, berat badan lahir, jenis persalinan, dan (OR) dihitung untuk mengetahui besarnya hubun-
alasan persalinan (Tabel 1). Tabel 1 menujukkan gan tersebut. Nilai OR = 1, 429 (OR>1) berarti jenis
persalinan memiliki risiko 1,429 kali terjadinya
asfiksia neonatorum dengan Interval Kepercayaan
Tabel 1 Karakteristik studi stampel (IK) 95% (0,368- 5,548). Analisis hubungan antar
Kasus Kontrol variabel secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.
Karakteristik sampel N (%) N (%)
Umur
DISKUSI
(rerata ± SD), hari 0,27 ± 0,62 0,07 ± 0,25
Riwayat asfiksia neonatorum terbanyak pada pene-
Berat badan lahir
litian ini dijumpai pada kelompok kasus adalah
(rerata ± SD), gram 3185,56 ± 471,65 3211,11 ± 459,36 asfiksia sedang sebanyak 27 (70%). Hasil penelitian
Jenis kelamin lain yang dilaporkan oleh Nila Marwiyah tahun
Laki-laki 34 (75,6) 34 (75,6) 2016 di RSUD dr Dradjat Prawinegara Serang
Perempuan 11 (24,4) 11 (24,4) tahun 2016 juga menyatakan bahwa sebagian
besar bayi dengan asfiksia dilahirkan mayoritas
Riwayat asfiksia neonatorum
mengalami asfiksia sedang sebanyak 168 (82,8%).8
Ya 45 (100) - Bayi baru lahir mempunyai karakteristik yang
Tidak - 45 (100) unik. Transisi dari kehidupan janin intrauterin ke
Klasifikasi asfiksia kehidupan ekstrauterin menunjukkan perubahan.
Sedang 27 (60) -
Alveoli paru janin dalam uterus berisi cairan paru.
Pada saat bayi baru lahir dan bayi mengambil
Berat 18 (40) -
napas pertama, udara memasuki alveoli paru dan
Jenis persalinan cairan paru diabsropsi oleh jaringan paru. Pada
SC 29 (64,4) 33 (73,3) napas kedua dan berikutnya, udara yang masuk
Spontan 16 (35,6) 12 (26,7) alveoli berisi udara yang mengandung oksigen.
Aliran darah paru meningkat secara dramatis. Hal
Alasan persalinan
ini disebabkan ekspansi paru yang membutuh-
Ketuban pecah dini (KPD) 16 (35,6) 13 (28,9) kan tekanan puncak inspirasi dan tekanan akhir
Hipertensi dalam kehamilan 7 (15,6) 1 (2,2) ekspirasi yang lebih tinggi. Ekspansi paru dan
Riwayat SC 7 (15,6) 11 (24,4) peningkatan tekanan oksigen alveoli, keduanya
Kelainan letak 5 (11,1) 4 (8,9) menyebabkan penurunan resistensi vaskular paru
dan peningkatan aliran darah paru setelah lahir.
Kelainan plasenta 7 (15,6) 2 (4,4)
Kegagalan penurunan resistensi vaskular paru
Gagal induksi 1 (2,2) 0 (0) dapat menyebabkan hipertensi pulmonal persisten
Keputihan 1 (2,2) 0 (0) pada bayi baru lahir, dengan aliran darah paru yang
Suspek Cephalo-Pelvic Disproportion 1 (2,2) 1 (2,2) inadekuat dan hipksemia relatif. Ekspansi paru
(CPD) yang inadekuat menyebabkan gagal napas atau
Penyakit immunocompromise 0 (0) 1 (2,2) yang dikenal sebagai asfiksia.5,12-13 Jadi, dapat disi-
mpulkan bahwa asfiksia adalah kegagalan bayi baru
Tidak ada faktor risiko 0 (0) 12 (26,7)
lahir untuk bernapas secara spontan dan teratur
Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(1): 393-397 | doi: 10.15562/ism.v11i1.537 395
ORIGINAL ARTICLE
sehingga menimbulkan gangguan lebih lanjut, yang yang timbul pada kehamilan, atau segera setelah bayi
mempengaruhi seluruh metabolisme tubuhnya.17 lahir. Dengan pecahnya ketuban dapat terjadi oligo-
Perubahan yang terjadi pada saat asfiksia adalah hidramion yang dapat menekan tali pusat sehingga
pernapasan yang merupakan tanda vital pertama terjadi asfiksia.14 Hal ini didukung oleh penelitian
yang berhenti ketika bayi baru lahir kekurangan yang dilakukan oleh Wiradharma (2013) di RSUP
oksigen. Pada periode awal bayi akan mengalami Sanglah menunjukkan bahwa ketuban pecah dini
napas cepat (rapid breathing) yang disebut dengan merupakan salah satu faktor yang meningkatkan
gasping primer. Setelah periode awal ini akan diikuti risiko asfiksia neonatorum dengan OR=9,7 (IK 95%
dengan keadaan bayi tidak bernapas yang dise- 1,83-20,94).18 Penelitian oleh Rahmah Tahir pada
but apnu primer. Pada saat ini, frekuensi jantung tahun 2012 di RSUD Sawerigading Kota Palopo juga
mulai menurun, namun tekanan darah masih tetap menyatakan bahwa ketuban pecah dini mening-
bertahan. Bila keadaan ini berlangsung lama dan katkan risiko kejadian asfiksia neonatorum dengan
tidak dilakukan pertolongan segera, maka bayi OR=2,47 (IK 95% 1,33-4,58).19
akan melakukan usaha napas megap-megap yang Hubungan jenis persalinan dengan kejadian
disebut gasping sekunder dan kemudian masuk asfiksia neonatorum pada penelitian ini didapa-
ke dalam apnu sekunder. Pada saat ini, frekuensi tkan nilai p sebesar 0,481. Karena nilai p > 0,05
jantung semakin menurun dan tekanan darah maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapatnya
semakin menurun dan bisa menyebabkan kema- hubungan yang signifikan antara jenis persalinan
tian bila bayi tidak segera ditolong.9 dengan kejadian asfiksia neonatorum. Nilai Odds
Jenis persalinan terbanyak di adalah jenis Ratio (OR) pada penelitian ini yaitu 1,429. Hal ini
persalinan dengan cara sectio caesarea seban- membuktikan jenis persalinan memiliki pengaruh
yak 29 (64,4%) dan kelompok kontrol sebanyak terhadap terjadinya asfiksia neonatorum sebesar
33 (73%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang 1,429 kali. Namun, nilai Interval Kepercayaan 95%
dilakukan oleh Widiana N, dkk tahun 2016 di RSUP sebesar 0,368- 5,548 dimana mencakup angka 1,
Sanglah yang menunjukkan jenis persalinan terban- yang berarti dalam populasi hal tersebut di atas
yak pada kelompok kasus maupun kontrol adala tidak benar terjadi. Hal ini sejalan dengan pene-
sectio caesarea sebanyak 62,8% dan 59,3%.7 Hal ini litian yang dilakukan oleh Widiana N tahun 2016
juga sesuai konsisten dengan penelitian Widnyana, yang menunjukkan nilai p sebesar 0,905 sebesar
dkk (2018) di RSUD Wangaya dengan proses persa- 0,627 dengan OR 1,15, dimana tidak terdapatnya
linan terbanyak adalah sectio caesarea sebanyak hubungan jenis persalinan dengan kejadian asfik-
45,1% dibandingkan persalian normal 45,9%.6 Hal sia.7 Penelitian yang dilakukan oleh Nila Marwiyah
ini disebakan oleh sectio caesarea yang diputuskan tahun 2016 juga mendapatkan nilai p sebesar 0,905.8
mendadak (cito), memiliki riwayat sectio caesar Hal ini dapat disebabkan oleh karena faktor-faktor
sebelumnya dan tanpa direncanakan sebelumnya. lainnya yang dapat menyebabkan asfiksia seperti
Hal ini berarti sectio caesar dilakukan bila ibu ketuban pecah dini (KPD), persalinan bayi kembar,
maupun janin dalam keadaaan darurat misalnya partus lama, dan lain-lain.14-15 Melahirkan dengan
gawat janin, kelainan letak janin, kelainan plasenta, alat, mekonium pada cairan amnion, dan pecah
hipertensi dalam kehamilan seperti eklampsia dan ketuban yang berkepanjangan adalah faktor risiko
preeklampsia, partus lama, panggul sempit, makro- asfiksia perinatal pada bayi baru lahir.16
somia dan ketuban pecah dini (KPD).7,14 Meskipun secara statistik tidak ada korelasi yang
Alasan persalinan yang paling banyak ditemukan bermakna, namun penelitian menunjukan jenis
baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol persalinan dapat menyebabkan asfiksia neonato-
adalah KPD sebanyak 16 (35,6%) dan 13 (28,9%). rum. Menurut Departemen Kesehatan RI pada
Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus tahun 2008 menyatakan persalinan dengan tinda-
dan berhubungan dengan faktor–faktor persalinan kan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, seksio
396 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(1): 393-397 | doi: 10.15562/ism.v11i1.537
ORIGINAL ARTICLE
KONTRIBUSI PENULIS
Penulis bertanggung jawab dalam pembuatan dan
penulisan laporan penelitian ini.
Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(1): 393-397 | doi: 10.15562/ism.v11i1.537 397