0% found this document useful (0 votes)
78 views6 pages

ARTIKEL EKSTRAKSI KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT-BARLIAN HASAN Rev

This document discusses optimizing the extraction of carrageenan from Eucheuma cottonii seaweed using microwave-assisted extraction. The study aimed to determine optimum extraction conditions and analyze the quality of extracted carrageenan. Carrageenan was extracted from seaweed using microwave-assisted extraction at varying power levels, seaweed to solvent ratios, times, and temperatures. The optimum extraction conditions were a seaweed to solvent ratio of 1:40, high power, 40 minutes extraction time, and 70°C temperature, yielding 27.72% carrageenan. The extracted carrageenan met various quality standards for water content, viscosity, and gel strength.

Uploaded by

barlian
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
78 views6 pages

ARTIKEL EKSTRAKSI KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT-BARLIAN HASAN Rev

This document discusses optimizing the extraction of carrageenan from Eucheuma cottonii seaweed using microwave-assisted extraction. The study aimed to determine optimum extraction conditions and analyze the quality of extracted carrageenan. Carrageenan was extracted from seaweed using microwave-assisted extraction at varying power levels, seaweed to solvent ratios, times, and temperatures. The optimum extraction conditions were a seaweed to solvent ratio of 1:40, high power, 40 minutes extraction time, and 70°C temperature, yielding 27.72% carrageenan. The extracted carrageenan met various quality standards for water content, viscosity, and gel strength.

Uploaded by

barlian
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 6

EKSTRAKSI KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii

DENGAN BANTUAN GELOMBANG MIKRO


Barlian Hasan 1) , Hastami Murdiningsih 1), Ummi Kalsum.2), Tri Harianto 2)
1)
Staf dosen Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang
2)
Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang

ABSTRACT
Carrageenan is a type of hydrocolloid extracted from red algae (Rhodophyceae) seaweed. This research will examine the
use of microwaves to accelerate the process of dissolving carrageenan in solvents. This research aims 1). Determine the
optimum extraction conditions, 2) analyze the quality of carrageenan with the quality parameters tested including water
content, viscosity and gel strength. Carrageenan extraction from Eucheuma cottonii was carried out in a microwave
assisted extraction device with variations in low, medium and heigh power and weight ratio of seaweed with solvents
(1:20; 1:25; 1: 30; 1:35 and 1:40) at a constant temperature 50 oC to determine the optimum power and optimum ratio.
Furthermore time and temperature are varied to determine the optimum time and temperature. . The extract was filtered
with a 150 mesh filter cloth and the filtrate was mixed with iso propanol with a volume ratio of 1: 2 to precipitate
carrageenan. Furthermore, it is dried for 10 hours at 60 oC and weighed to determine yield. The quality of carrageenan
extracted was tested including water content, viscosity, and gel strength.
The optimum extraction conditions were obtained at the weight ratio of seaweed with solvent (b / v) 1:40 high power,
extraction time of 40 minutes and temperature of 70 oC with a yield of 27.72%. The quality of carrageenan extracted in
part has met the quality standards of carrageenan that have been set. In the test the water content meets the commercial
quality standards (14.34 ± 0.25%), for the viscosity test it meets the FCC (Food Chemical Codex), FAO (Food
Agriculture Organization) and commercial standards (min. 5 cP) and the gel strength test that produced exceed
commercial standards, namely 685 ± 13.43 dyne / cm2
Keywords: Euchema cotonii, extraction, carrageenan, microwaves, yield

Pendahuluan
Rumput laut merupakan salah satu sumber daya perairan yang sejak lama telah dimanfaatkan sebagai
komoditi ekspor. Sebagai salah satu negara maritim terbesar didunia, sudah sewajarnya faktor alam tersebut
menjadi pendorong bagi Indonesia untuk mengembangkan rumput laut baik dari segi pembudidayaan,
pengolahan hingga pemasarannya.
Rhodophyceae (alga merah) merupakan satu diantara jenis rumput laut di Indonesia yang memiliki nilai
ekonomis penting. Kappaphycus alvarezii adalah salah satu jenis Rhodophycea di Indonesia yang memiliki
peluang pasar yang cukup potensial. Salah satu produk hasil ekstrak rumput laut Kappaphycus alvarezii
adalah karagenan (Siregar et al., 2016). Karagenan merupakan salah satu hidrokoloid yang diekstrak dari
rumput laut golongan ganggang merah (Rhodophyceae). Spesies dari Rhodophyceae yang menjadi sumber
karagenan adalah Eucheuma cottonii penghasil kappa karagenan (Istina & Zatnika dalam Pratiwi, 2011).
Kappa karagenan dalam dunia pangan banyak dimanfaatkan sebagai pengental, pembentuk gel, bahan
penstabil, pengemulsi, perekat, pensuspensi, pembentukan tekstur, menjaga bentuk kristal es, dan lain-lain
terutama pada produk susu, jeli, jamu, permen, sirup, dan pudding. Kappa karagenan juga dapat diaplikasikan
pada produk non pangan sebagai pembentuk gel, pengental, yang diaplikasikan pada industri-industri
kosmetik, tekstil, cat, obat-obatan, pakan ternak, dan lain-lain (Anggadireja et al., 2006).
Microwave Assisted Process (MAP) merupakan metode ekstraksi menggunakan gelombang mikro untuk
mengekstraksi komponen tertentu termasuk karagenan. Ekstraksi menggunakan microwave lebih
menguntungkan bila dibandingkan ekstraksi dengan metode konvensional.
Pratiwi (2011) mengekstraksi karagenan dari rumput laut Eucheuma cottonii melalui proses ekstraksi
menggunakan gelombang mikro menghasilkan rendemen yang tinggi mencapai 26,30% dengan waktu
ekstraksi yang cepat dibandingkan dengan metode konvensional yang hanya mencapai 21,48%. Namun,
dalam penelitian tersebut belum nampak jelas berapa suhu dan waktu optimum ekstraksi karagenan dengan
gelombang mikro. Hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa ekstraksi menggunakan gelombang mikro
memiliki kelebihan dibandingkan ekstraksi dengan metode konvensional. Kelebihan tersebut diantaranya,
waktu ekstraksi yang lebih cepat, konsumsi energi rendah dan yield yang lebih tinggi. Selain itu ekstraksi
dengan gelombang mikro memiliki kelebihan yaitu pemanasan lebih merata karena proses panas bukan
berasal dari luar tetapi membangkitkan panas dari dalam bahan itu sendiri (Zhang X., Hayward DO. 2006) .
Perbandingan metode ekstraksi dengan microwave dan ekstraksi konvensional dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Perbandingan Ekstraksi Microwave dengan Metode Ekstraksi yang lain
Supercritical
Parameter Soxhlet Sonication Microwave
Fluid
Berat sampel * (g) 05-10 5-30 0,5-1 1-10
Pelarut ** ** Heksan-Etanol CO2
Volume pelarut (ml) >300 300 10-20 5-25
Volume bejana (ml) 500-1000 500 <100 5-25
Temperatur
Temperatur (℃ ) Titik didih 40, 70, 100 50 ,200
ruang
Waktu 16 jam 30 menit 30-45 detik 30-60 menit
Ambient Ambient
Tekanan (atm) 1-5 150-650
Atm Atm
Konsumsi energi 1 0,05 0,05 0,25
* Tergantung pada jenis dan konsentrasi sampel
**Diklorometana, aseton, heksan, toluena dan sikloheksan (Belanger
dalam Puryani, 2007).
Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai optimasi metode
ekstraksi kappa karagenan dari rumput laut Eucheuma cotonii melalui proses ekstraksi menggunakan bantuan
mikro untuk menghasilkan rendemen yang tinggi dengan waktu ekstraksi yang cepat serta kualitas yang
baik dengan melihat pengaruh daya, pelarut, suhu serta waktu ekstraksi pada alat microwave.
Metode Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini


adalah: microwave assisted extraction,
viscometer Brookfield, kain saring 150
mesh, kertas pH ,texture analyzer,
thermometer, gelas ukur dan
blender.Sedangkan bahan-bahan
yang digunakan rumput laut jenis
eucheuma cottonii, kalium
hidroksida (KOH), isoprofil alkohol
(C3H8O), kaporit ( Ca(ClO)2
) ,kalium khlorida (KCl), dan
aquadest (H2O)

Gambar 1 Microwave assisted ectraction


Rumput laut eucheumma cottonii diperoleh di Dusun Puntondo, Desa Laikang, Kecamatan Mangngara’
Bombang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Setelah disortir dari kotoran-kotoran dan dibersihkan dengan
menggunakan air tawar, rumput laut direndam dalam larutan kaporit 1 % sampai berwarna putih dan dibilas
dengan air bersih. Rumput laut dikeringkan dengan sinar matahari selama 5 hari. Selanjutnya rumput laut
direndam selama 12 jam dengan larutan alkali pH 8,5-9 , dihaluskan dengan blender, dan di ekstraksi dengan
microwave assisted extraction. Selanjutnya ekstrak disaring dengan kain saring ukuran 150 mesh dan filtrat
dicampur dengan iso propanol dengan rasio volume 1:2 untuk mengendapkan karagenan. Selanjutnya
dikeringkan selama 10 jam pada suhu 60 oC dan dan ditimbang beratnya untuk menentukan yield. Karagenan
hasil ekstraksi diuji mutunya meliputi kadar air, kadar abu,viskositas, dan kekuatan gel (AOAC, 1995, dan
FMC, 1977).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh rasio berat rumput laut dengan pelarut dan daya gelombang mikro terhadap yield
Pada penelitian ini dilakukan penentuan perbandingan rumput laut kering dengan pelarut (1:20, 1:25,
1:30, 1:35 dan 1:40) dan penentuan daya optimum ekstraksi (low, medium dan high ) pada suhu 50℃ selama
30 menit. Optimasi ini dilakukan untuk mengetahui nilai perbandingan rumput laut dan pelarut serta daya
yang paling efektif dalam ekstraksi rumput laut yang nantinya hasil tersebut akan menjadi dasar pada
penentuan variasi selanjutnya.
25
23
21
% Yield

19 Low
medium
17
High
15
20 25 30 35 40 45
Rasio berat rumput laut dengan pelarut (1:X)

Gambar 2 Hubungan rasio berat rumput laut dengan pelarut dan daya terhadap yield karagenan

Gambar 2 menunjukkan pengaruh rasio rumput laut dengan pelarut dan daya terhadap yield karagenan.
Yield semakin bertambah seiring dengan meningkatnya rasio rumput laut kering dengan pelarut.
Hasil yield tertinggi diperoleh pada rasio rumput laut kering dan pelarut 1:40 dengan daya high yakni 24,57%.
Sementara hasil terendah diperoleh pada perbandingan rumput laut kering dan pelarut 1:20 dengan daya low
yakni 14,35%. Semakin banyak pelarut maka yield semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena dengan
volume pelarut yang semakin besar maka karagenan yang terlarut juga naik sehingga yield bertambah.
Daya berpengaruh terhadap banyaknya energi yang dipancarkan dan diserap sampel. Energi yang
dipancarkan mengakibatkan terjadinya proses agitasi molekul-molekul polar atau ion-ion yang bergerak
karena adanya gerakan medan magnetik atau elektrik. Semakin tinggi daya maka semakin tinggi pula energi
yang dipancarkan hal ini mengakibatkan pergerakan partikel-partikel dalam sampel mejadi lebih cepat
sehingga panas lebih mudah dihasilkan atau dengan kata lain semakin tinggi energi yang dipancarkan
microwave terhadap sampel maka semakin cepat proses ekstraksi karagenan.

Pengaruh waktu dan suhu terhadap yield karagenan


Pada kegiatan ini dilakukan optimasi suhu (50, 60 dan 70 ℃ ) dan waktu (20, 25, 30, 35 dan 40 menit)
terhadap yield keragenan yang dihasilkan melalui ekstraksi menggunakan gelombang mikro daya high dan
rasio rumput laut kering dengan pelarut 1:40. Optimasi ini dilakukan untuk mengetahui nilai minimum atau
maksimum yield karagenan terhadap waktu dan suhu ekstraksi. Hasil ekstraksi dapat dilihat pada gambar
berikut :
30

25 Gambar 3. Hubungan
antara waktu dan
yield (%)

20
50℃ suhu ekstraksi
60℃ terhadap yield
15 karagenan
70℃
10 Gambar 3 menunjukkan terdapat
10 15 20 25 30 35 40 45 50
hubungan yang jelas mengenai waktu
Waktu (menit) ekstraksi dengan yield yang
dihasilkan. Nilai yield semakin
bertambah seiring dengan peningkatan suhu dan waktu ekstraksi, namun pada waktu tertentu perolehan yield
akan mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan rumput laut telah mengalami degradasi akibat proses
pemanasan yang lama. Pemanasan yang lama mengakibatkan rantai polimer karagenan yang sudah terbentuk
akan terdepolimerisasi menjadi lebih pendek dan sebagian akan terdegradasi. Sehingga titik optimum
ekstraksi dapat disimpulkan berdasarkan titik puncak . Waktu berpengaruh terhadap ekstraksi dimana semakin
lama proses ekstraksi maka waktu kontak antara senyawa karagenan dengan larutan alkali semakin lama
mengakibatkan ekstrak karagenan akan larut dalam pelarut alkali sehingga dapat menghasilkan karagenan
yang lebih banyak. Yield karagenan tertinggi dicapai pada suhu 70℃ dengan waktu ekstraksi 40 menit yaitu
27,72% dan kondisi ini dikatakan kondisi optimum dengan yield masih memenuhi persyaratan Departemen
Perdagangan Republik Indonesia (1989) yaitu minimal 25%. Yield karagenan terendah dicapai pada suhu 50
℃ dengan waktu ekstraksi 20 menit yaitu 19,86%.
Kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya kenaikan yield, semakin tinggi suhu ekstraksi, maka
pemutusan ikatan rantai polisakarida menjadi karagenan semakin cepat dan menghasilkan lebih banyak yield.
Semakin lama kontak antara rumput laut dengan pelarut maka semakin lama pula rumput laut kontak dengan
panas. Kondisi tersebut membantu pembukaan dinding sel rumput laut sehingga secara otomatis kelarutan
karagenan menjadi meningkat, sehingga yield yang dihasilkan menjadi lebih banyak.
Beberapa hal yang menyebabkan ketidakstabilan %yield yang diperoleh terhadap variasi waktu dan suhu
ekstraksi dapat disebabkan oleh sampel rumput laut yang tidak seragam waktu panen maupun lokasi tempat
tumbuh rumput laut tersebut.
Mutu Karagenan
Parameter mutu karagenan yang diuji adalah kadar air dengan AOAC 1995, viscositas dengan AOAC 1995
dan FMC Corp. 1977, dan kekuatan gel AOAC 1995 dan FMC Corp. 1977. Standar Nasional Indonesia (SNI)
untuk mutu karagenan belum tersedia sehingga mutunya akan dibandingkan mutu karagenan standar FCC ,
FAO dan komersil.
Kadar air
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen.
Penentuan kadar air yang terkandung dalam produk bubuk karagenan dari rumput laut Eucheuma cottonii
yang dihasilkan pada kegiatan ini dilakukan secara gravimetri sesuai prosedur yang dikeluarkan oleh AOAC,
(1995).
16
14
12
Kadar Air (%)

10
8
50℃
6
60℃
4
2 70℃
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Waktu (Menit)

Gambar 4. Hubungan antara suhu dan waktu terhadap kadar air

Nilai kadar air karagenan rumput laut Eucheuma cottonii pada kegiatan ini cenderung meningkat dengan
bertambahnya suhu ekstraksi, kadar air tertinggi terdapat pada suhu dan waktu ekstraksi 70 ℃ selama 45
menit yaitu 14,58% dan yang terendah terdapat pada suhu dan waktu ekstraksi 50 ℃ selama 30 menit yaitu
4,50%. Nilai kadar air yang diperoleh memenuhi standar mutu karagenan untuk komersial akan tetapi
berdasarkan FCC, EEC dan FAO belum memenuhi standar yaitu kadar air maksimal yakni 12% (A/S
Kobenhvas Pektufabrik dalam Wenno, 2009).
Ekstraksi pada suhu yang tinggi mengakibatkan dinding rumput laut menjadi lebih lunak sehingga
memudahkan karagenan untuk larut dalam pelarut alkali. Proses tersebut menghasilkan filtrat yang lebih
kental dan serat karagenan yang menggumpal. Ukuran serat karagenan tentulah akan berpengaruh terhadap
kadar air dimana proses pengeringan sampel karagenan dalam oven akan berbeda antar sampel, terdapat
kemungkinan masih terdapat air yang terperangkap didalam sampel.
Viskositas
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya gesekan didalam fluida.
Pengujian viskositas dilakukan untuk mengetahui tingkat kekentalan karagenan terhadap waktu dan suhu
ekstraksi. Penentuan viskositas yang terkandung dalam bubuk karagenan dari rumput laut eucheuma cottonii
yang dihasilkan pada kegiatan ini dilakukan sesuai prosedur yang dikeluarkan oleh AOAC, 1995, FMC Corp.,
1977 menggunakan alat viscometer Brookfield.
700
600
Viskositas (Cp) 500
400
300 50℃
60℃
200
70℃
100
0
15 20 25 30 35 40 45 50
Waktu (menit)

Gambar 5. Hubungan antara suhu dan waktu ekstrasi terhadap viskositas

Nilai viskositas karagenan rumput laut Eucheuma cottonii pada kegiatan ini cenderung meningkat dengan
bertambahnya waktu dan suhu ekstraksi, viskositas tertinggi terdapat pada suhu dan waktu ekstraksi 70 ℃
selama 45 menit yaitu 622,9 cP dan yang terendah terdapat pada suhu dan waktu ekstraksi 60 ℃ selama 25
menit yaitu 221 cP. Nilai viskositas yang diperoleh memenuhi standar mutu karagenan menurut FCC, FAO
dan nilai komersil yaitu minimal 5 cP. (A/S Kobenhvas Pektufabrik dalam Wenno, 2009). Bertambahnya
waktu dan suhu ekstraksi berpengaruh terhadap nilai viskositas karagenan. Ekstraksi yang dilakukan pada
suhu yang tinggi serta waktu yang lama memungkinkan kandungan sulfat dalam karagenan menurun akibat
bereaksi dengan alkali sehingga viskositasnya menjadi lebih tinggi.
Kekuatan gel
Kekuatan gel merupakan sifat fisik utama karagenan, karena kekuatan gel menunjukkan kemamuan
karagenan dalam membentuk gel (Niken, 2011). Pengujian kekuatan gel dilakukan untuk mengetahui
kemampuan karagenan dalam pembentukan gel. Penentuan kekuatan gel yang terkandung dalam bubuk
karagenan dari rumput laut Eucheuma cottonii yang dihasilkan pada kegiatan ini dilakukan sesuai prosedur
yang dikeluarkan oleh AOAC, 1995 dan FMC Corp., 1977.
14000
12000
10000
Kekuatan Gel
(dyne/cm2)

8000
6000 50℃
60℃
4000
70℃
2000
0
15 20 25 30 35 40 45 50
Waktu (menit)

Gambar 6 Hubungan antara suhu dan waktu ekstraksi terhadap kekuatan gel

Gambar 6.menunjukkan kekuatan gel pada beberapa variasi waktu ekstraksi kecenderungannya tidak
menentu. Hal ini disebabkan karena rumput laut (Eucheuma cottonii) yang digunakan sebagai sampel tidak
berasal dari rumput laut yang sama baik tempat maupun umur panen. Nilai kekuatan gel tertinggi terdapat
pada suhu dan waktu ekstraksi 70℃ selama 20 menit yaitu 13051,33 dyne/cm2 dan yang terendah terdapat
pada suhu dan waktu ekstraksi 50 ℃ selama 25 menit yaitu 2450,369 dyne/cm2. Nilai kekuatan gel yang
diperoleh melebihi standar mutu karagenan nilai komersial yaitu 685±13,43 (A/S Kobenhvas Pektufabrik
dalam Wenno, 2009).
Kesimpulan dan saran
Kondisi ektraksi optimum diperoleh pada rasio berat rumput laut dengan pelarut (b/v) 1:40 daya high, waktu
ekstraksi 40 menit dan suhu 70 oC dengan yield 27,72%. Mutu karagenan hasil ekstraksi sebagian telah
memenuhi standar mutu karagenan yang telah dtetapkan . Pada uji kadar air memenuhi standar mutu komersil
(14,34±0,25%), untuk uji viskositas memenuhi standar FCC (Food Chemical Codex), FAO (Food Agriculture
Organization) dan komersil (min. 5 cP) dan uji kekuatan gel yang dihasilkan melebihi standar komersil yaitu
685±13,43 dyne/cm2
.
SARAN
Rumput laut Eucheuma cottonii yang digunakan sebagai sampel dipanen pada umur yang sama dan lokasi
yang sama karena hal ini mempengaruhi yield dan mutu karagenan
DAFTAR PUSTAKA

Anggadiredja, J.T., 2006. Rumput Laut. Jakarta:Penebar Swadaya.


AOAC.1995. Official Methode of Analysis of the association of Official Analytical Chemist.
Inc.Washington DC.
Blanger, J. M. R. 1995. MAPTM Microwave Assistd Process dalam Puryani.
Depatemen Perdagangan,. 1989. Ekspor Rumpu laut Indonesia. Jakarta
FMC Corp. 1977. Carrageenan.New Jersey, USA:Marine Colloid Monograph Number One.
Pratiwi, N. (2011). Optimisasi Ekstraksi Karagenan Kappa Dari Rumput Laut Eucheuma cotonii.
Skripsi. Bogor: Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor.
Siregar, dkk. 2016. Karakteristik Fisiko Kimia Kappa Karagenan Hasil Degradasi Menggunakan
Hidrogen Peroksida. JPHPI: Vol 19 No 3.
Wenno, M.R.,2009. Karakteristik Fisiko Kimia Karagenan dari Eucheuma Cottonii pada Berbagai Bagian
Thallus, Berat Bibit dan Umur Panen. Tesis. Institut Pertanian Bogor
Zhang X., Hayward DO. 2006. Applications of Microwave Dielectric Heating in Enviromental Related
Heterogeneous Gas-Phase Catalytic Systems

You might also like