JURNAL ARSITEKTUR HIJAU
“KAJIAN PENERAPAN ARSITEKTUR HIJAU PADA KANTOR
PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI”
DISUSUN OLEH:
NAMA: ADRIYAWAN JARSUL H.
NIM : E1B118036
FAKULTAS TEKNIK
S1 TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/331550546
KAJIAN PENERAPAN ARSITEKTUR HIJAU PADA KANTOR PEMERINTAH
KABUPATEN BOYOLALI; Fokus pada Nilai Embodied Energy Bangunan
Article in Jurnal Arsitektur KOMPOSISI · November 2017
DOI: 10.24002/jars.v11i6.1357
CITATION READS
1 240
1 author:
Alifiano Rezka Adi
Walisongo State Islamic University
2 PUBLICATIONS 1 CITATION
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Alifiano Rezka Adi on 04 March 2020.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
Alifiano Rezka Adi, Kajian Penerapan Arsitektur Hijau pada Kantor Pemerintah Kabupaten Boyolali;
Fokus Pada Nilai Embodied Energy Bangunan
KAJIAN PENERAPAN ARSITEKTUR HIJAU
PADA KANTOR PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI
Fokus pada Nilai Embodied Energy Bangunan
Alifiano Rezka Adi
Prodi Arsitektur, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Teknologi Yogyakarta
Email:
[email protected] Abstract: Green architecture approach comes as a solution of solving the energy and environmental
crises. Boyolali regency office became the research object by focusing on the value of embodied
energy to determine and evaluate the energy consumed from the manufacturing of the material
until the construction phase. This study uses a simulation method with modeling strategy at the
masterplan area and the existing area to measure the embodied energy of the buildings. The results
showed that the larger of the ground floor area, the greater of the embodied energy value of the
building. In addition, a building which has more floors will save the value of the embodied energy
compared to a one floor building with the same floor area. The existing condition showed the
saving of the embodied energy value by 22.64% towards the masterplan because of its smaller
total ground floor area. The impact of the floor area and floor number is used in determining the
design recommendations by combining several buildings into one building to reduce the total floor
area as well as to convert most buildings into two-story buildings. The simulation results from the
proposed recommendation showed the efficiency of the embodied energy value, which is more
optimal, by 21,76% towards the existing condition.
Keywords: green architecture, embodied energy, office area, energy efficiency
Abstrak: Pendekatan arsitektur hijau hadir sebagai solusi dalam mengatasi permasalahan energi
dan lingkungan. Kantor pemerintahan Boyolali dijadikan sebagai objek penelitian dengan berfokus
pada nilai embodied energy untuk menentukan dan mengevaluasi energi yang digunakan dari
proses pengolahan material bangunan hingga fase konstruksi bangunan. Penelitian menggunakan
metode simulasi dengan strategi pemodelan pada masterplan kawasan serta kondisi eksisting
kawasan untuk mengukur nilai embodied energy bangunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
semakin besar luas permukaan lantai bangunan, semakin besar nilai embodied energy pada
bangunan tersebut. Selain itu, jumlah lantai yang lebih banyak akan menghemat nilai embodied
energy jika dibandingkan dengan bangunan satu lantai dengan luas lantai dasar yang sama.
Kondisi eksisting menunjukkan penghematan nilai embodied energy sebesar 22,64% terhadap
masterplan karena memiliki luas total lantai dasar lebih kecil. Dampak dari luas lantai dasar dan
jumlah lantai digunakan dalam menentukan rekomendasi desain dengan menggabungkan beberapa
bangunan menjadi satu untuk mengurangi luasan total lantai dasar sekaligus menjadikan
bangunan-bangunan yang ada menjadi gedung berlantai dua. Hasil simulasi dari rekomendasi
yang diusulkan menunjukkan efisiensi nilai embodied energy yang lebih optimal sebesar 21,76%
terhadap kondisi eksisting.
Kata kunci: arsitektur hijau, embodied energy, kawasan perkantoran, efisiensi energi
PENDAHULUAN perumahan dan area komersial di atas lahan
persawahan. Fenomena tersebut sering dijumpai di
Di Indonesia, pertumbuhan penduduk tinggi dan lingkungan sekitar dan dapat menjadi salah satu
menyebabkan peningkatan kebutuhan untuk penyebab pemanasan global.
beraktivitas menjadi sangat tinggi. Tempat untuk Maraknya isu perubahan iklim yang dialami
mewadahi kebutuhan dan aktivitas manusia seluruh wilayah di dunia memberikan tantangan
seringkali mengorbankan lingkungan yang sudah kepada setiap penduduk di muka bumi untuk selalu
terbangun secara alami, misalnya pembangunan memiliki perilaku serta pemikiran yang dapat
243
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 11, Nomor 6, Oktober 2017
meminimalisir dampak buruk terhadap lingkungan. mengetahui dan mengevaluasi energi yang
Perilaku yang ramah lingkungan sudah dan harus dikonsumsi mulai tahap pembuatan material hingga
merupakan kewajiban semua orang saat ini, bukan tahap konstruksi.
lagi sebatas minat ataupun penekanan dalam dunia Embodied energy adalah jumlah energi yang
pendidikan ataupun pekerjaan. Arsitektur hijau dikonsumsi dalam seluruh proses produksi material
dalam perkembangannya tidak dapat lagi hadir atau sistem (Wuryanti, 2012). Nilai dari embodied
hanya sebatas konsep atau teori saja, namun perlu energy menjadi salah satu parameter disamping
di terapkan secara nyata dengan desain dan embodied carbon dalam melakukan penilaian Life
rancangan yang ramah lingkungan (Kusumawanto Cycle Assessment (LCA). Embodied energy
dan Astuti, 2014). merupakan nilai komulatif energi untuk ekstraksi
Dalam beberapa tahun terakhir, ada upaya-upaya sumber daya, energi transportasi bahan mentah,
besar untuk mereduksi emisi greenhouse gas (GHG) energi dalam proses dan fabrikasi, energi transportasi
dengan tujuan untuk memitigasi dampak buruk bagi bahan jadi, energi perakitan, energi untuk perawatan,
kesehatan umat manusia serta memperlambat laju dan energi untuk demolisasi atau daur ulang
perubahan iklim global. Salah satu pendekatan kunci (Haynes, 2010).
untuk menahan laju emisi GHG adalah dengan
meminimalisir penggunaan energi (Chan dan Chow,
2014). Dijelaskan lebih lanjut bahwa bangunan,
sebagai konsumen listrik terbesar di kota-kota mod-
ern saat ini, dapat memberikan kontribusi yang
cukup besar untuk konservasi energi serta
penghapusan GHG melalui kontrol pihak legislatif
dan desain bangunan yang hemat energi dan ramah
lingkungan. Secara global, bangunan mengkonsumsi
sekitar 40% dari total konsumsi energi tahunan dunia
(Omer, 2008; Radhi, 2009). Kondisi tersebut
menjadi alasan diperlukannya suatu metoda untuk Gambar 2. Penjabaran perhitungan embodied energy
menganalisis suatu rancangan baik perancangan (Sumber: Haynes, 2010)
mikro ataupun makro sehingga dapat menjustifikasi
performa suatu rancangan terkait dengan isu sus-
tainable ataupun green design (Kusumawanto dan
Studi Eksperimental
Astuti, 2014).
Dalam beberapa tahun terakhir, bidang
perekayasaan arsitektur telah mengalami progress
yang signifikan dalam mengukur, memodelkan, dan
memanipulasi performa kenyamanan dan energi
suatu bangunan, yang juga masih menjadi state-of-
the-art terkait alat simulasi yang mampu
memprediksikan tingkat konsumsi energi bahkan
pada masa yang akan datang. Oleh karena itu
dibutuhkan alat simulasi yang dapat mengukur
beberapa bangunan dalam suatu kawasan dengan
mempertimbangkan aspek-aspek dalam kawasan,
antara misalnya: efek iklim mikro, urban heat island
Gambar 1. Konsumsi energi tiap sektor dan kondisi aliran angin lokal (Reinhart dkk, 2013).
(Sumber: Radhi, 2009)
Dalam analisis suatu bangunan, metode
eksperimental berupa simulasi energi diperlukan
Kawasan kantor Pemkab Boyolali dipilih untuk mengetahui efek beberapa unsur yang
menjadi objek penelitian karena merupakan salah menguras energi dalam bangunan seperti instalasi
satu kompleks yang dikembangkan menuju kawasan pengkondisian udara (Rattanongphisat dan
hijau. Nilai dari embodied energy bangunan dalam Wathanyoo, 2014). Untuk skala yang lebih luas,
masterplan ini menjadi fokus yang dianalisis untuk informasi yang didapat dari model dapat mendukung
244
Alifiano Rezka Adi, Kajian Penerapan Arsitektur Hijau pada Kantor Pemerintah Kabupaten Boyolali;
Fokus Pada Nilai Embodied Energy Bangunan
keputusan terkait penyediaan energi dan jaringan front Management Case di kota Solo oleh
antar kota (Sehrawat dan Kensek, 2014). Kusumawanto dan Astuti tahun 2014. Penelitian ini
mengaplikasikan meta-analisis Lourenco pada area
pertumbuhan kota di kawasan waterfront. Output
dari penelitian ini dapat diaplikasikan dalam model
life cycle analysis (LCA) dan berkontribusi dalam
kerangka kerja untuk manajemen yang
berkelanjutan.
Terkait dengan performance dan tingkat
konsumsi energi lingkungan, terdapat metode
analisis yang relatif baru yaitu urban modeling in-
terface atau disingkat UMI. Dalam website resmi
(urbanmodellinginterface.ning.com) dijelaskan
bahwa UMI merupakan software simulasi berbasis
Rhino untuk arsitek dan perencana yang tertarik pada
pemodelan kinerja lingkungan dan kota terkait
dengan energi operasional, walkability, dan potensi
pencahayaan alami.
Reinhart dkk (2013) mencoba meneliti tentang
modul pola pergerakan berkelanjutan untuk model
Gambar 3. Model eksisting dan visualisasi hasil simulasi perancangan kota menggunakan metode simulasi
termal dalam metode simulasi UMI. Dalam penelitiannya disebutkan bahwa
(Sumber: Reinhart dan Dogan, 2013) penggunaan UMI-mobility dapat mengukur dampak
lingkungan dan aspek ekonomi dari tata guna lahan
Perkembangan terakhir bidang simulasi bangunan yang digunakan dalam suatu kawasan. Mobilitas
telah menghadirkan berbagai macam toolset atau alat manusia dari rumah ke fasilitas di sekitarnya dapat
simulasi untuk keperluan rekayasa lingkungan. disimulasikan, sehingga memberikan gambaran
Metode ini memungkinkan para perencana dan bagaimana fasilitas tersebut berdaya guna.
perancang dalam memprediksi dan merekayasa
kualitas arsitektur dan perhitungan economic perfor-
mance yang tergambarkan melalui kenyamanan
termal dan intensitas penggunaan energi (Reinhart
dan Dogan, 2013).
Studi Eksperimental Skala Kawasan
Gambar 4. Visualisasi hasil simulasi UMI untuk energi
Dalam konteks yang luas seperti kawasan atau operasional dan pencahayaan alami
perkotaan, analisis menggunakan metode monitor- (Sumber: urbanmodellinginterface.ning.com)
ing akan memudahkan peneliti dalam mengolah data Reinhart dkk (2013) juga menjelaskan lebih rinci
secara menyeluruh dalam beberapa langkah yang tentang fitur-fitur simulasi yang disediakan dalam
ringkas, namun menghasilkan data yang valid atau UMI melalui modeling menggunakan software
akurat. Contoh penelitian makro dengan metode Rhino. Analisis yang dapat dilakukan pada hasil
monitoring telah dilakukan oleh Kusumawanto, simulasi dengan UMI pada kawasan tertentu antara
Astuti, dan Wilopo tahun 2013 dalam menganalisis lain adalah tingkat konsumsi energi, pencahayaan
life cycle dalam sistem manajemen berkelanjutan alami (daylight), kenyamanan termal, dan mobilitas.
kawasan urban waterfront di beberapa kota di Eropa
Selatan. Sistem LCA model digunakan untuk METODE PENELITIAN
memonitor proses revitalisasi kawasan waterfront
melalui analisis kebiasaan (behaviour) di area ur-
Penelitian ini menggunakan metode simulasi
ban waterfront. Penelitian dalam skala urban dengan
dengan strategi pemodelan pada masterplan kawasan
metode sejenis adalah tentang Green Urban Water-
245
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 11, Nomor 6, Oktober 2017
serta kondisi eksisting kawasan untuk mengukur dalam UMI sebagai ruang kotak dengan ketinggian
nilai embodied energy bangunan. Penelitian ini total 8 meter dan untuk bangunan 2 lantai memiliki
bertujuan untuk mengkaji efisiensi embodied energy ketinggian total 12,5 meter. Sedangkan shading dari
bangunan di kompleks perkantoran Pemkab Boyolali tritisan atap dibuat bidang planar dengan ketinggian
mulai pada tahap masterplan hingga kondisi 4,5 meter untuk bangunan 1 lantai dan 9 meter untuk
eksisting. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bangunan 2 lantai.
bahan evaluasi pembangunan kantor ini serta
memberikan rekomendasi untuk mencapai efisiensi
embodied energy bangunan yang lebih optimal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Simulasi Masterplan (Tahap 1) Gambar 6. Asumsi pemodelan dengan UMI
(Sumber: analisis penulis, 2015)
Di dalam masterplan, kompleks perkantoran Asumsi berikutnya adalah terkait dengan weather
Pemkab Boyolali ini terletak di kawasan seluas 12 file yang digunakan untuk simulasi UMI. Weather
hektar yang merupakan area penghijauan sejuk file ini menjadi salah satu input data UMI dalam
dengan kondisi alam yang mendukung konsep bentuk file (.epw) yang harus ditentukan untuk
arsitektur hijau untuk kawasan sehingga mengetahui data iklim yang akan berdampak pada
memungkinkan direalisasikannya konsep kawasan energi bangunan yang akan disimulasikan. Dalam
yang bebas kendaraan bermotor. Jalan lingkar simulasi kawasan ini, weather file yang digunakan
kawasan dibangun mengelilingi kompleks sebagai adalah weather file kota Mojosongo (Gambar 7).
tepi batas luar kawasan sekaligus sebagai
penghubung kompleks dengan jalan utama.
Gambar 5. Masterplan kawasan kantor pemkab
Boyolali. (Sumber: dokumentasi penulis, 2015)
Gambar 7. Data iklim kota Mojosongo sebagai asumsi
Asumsi dalam pemodelan simulasi UMI di kota Boyolali
(Sumber: climate consultant, 2015)
Sebelum melakukan modeling bangunan pada
kawasan, terlebih dahulu dilakukan asumsi model- Data iklim diatas menunjukkan beberapa
ing karena keterbatasan data awal yang diperoleh informasi penting yang dapat menggambarkan
peneliti (Gambar 6). Asumsi awal adalah terkait kondisi iklim kota Boyolali secara umum.
dengan dimensi ketinggian bangunan dan atap Temperatur suhu rata-rata berkisar 26,50C,
bangunan. Ketinggian floor to floor tiap bangunan kelembaban rata-rata berkisar 75,5%, dan kecepatan
adalah 4,5 meter, sedangkan ketinggian atap adalah angin berkisar 1,5 m/s. Secara umum iklim di kota
7 meter. Ukuran ini merujuk pada gambar tampak Mojosongo memiliki kesamaan dengan iklim kota-
dan potongan bangunan tipikal. Atap limasan kota di pulau Jawa karena terletak pada garis lintang
diasumsikan sebagai ruang kotak dengan ketinggian yang relatif sama. Secara tidak langsung, proses
3,5 meter (setengah dari ketinggian atap 7 meter). pemodelan ataupun hasil simulasi dapat dipelajari
Dengan begitu, bangunan satu lantai dimodelkan pada kasus yang sama dikota-kota lain di pulau Jawa
246
Alifiano Rezka Adi, Kajian Penerapan Arsitektur Hijau pada Kantor Pemerintah Kabupaten Boyolali;
Fokus Pada Nilai Embodied Energy Bangunan
karena memiliki karakter iklim yang relatif sama. pembayangan terhadap bangunan yang
bersangkutan.
Pemodelan Masterplan
Modeling kawasan masterplan Pemkab Boyolali
dilakukan menggunakan software Rhinoceros dan
simulasi menggunakan Urban Modeling Interface
(UMI) yang telah terintegrasi dengan Rhinoceros.
Modeling dilakukan pada 38 bangunan yang terdapat
pada kawasan tersebut. Dari 38 bangunan yang
dimodelkan, mayoritas sebanyak 33 bangunan
merupakan bangunan 1 lantai, sedangkan 5 bangunan Gambar 9. Visualisasi hasil running simulasi embodied
sisanya berupa bangunan rapat dan gedung DPRD energy pada masterplan
merupakan bangunan 2 lantai. (Sumber: analisis penulis, 2015)
Data output simulasi dari embodied energy UMI
terbagi kedalam tiga jenis embodied energy yaitu
embodied energy total bangunan, embodied energy
façade bangunan, dan embodied energy kaca yang
digunakan pada bangunan tertentu. Data hasil
simulasi dari ketiga jenis embodied energy tersebut
dikalkulasi selama periode 60 tahun setelah tahap
konstruksi. Dari data ini diketahui bahwa seluruh
bangunan dalam kawasan yang disimulasikan
Gambar 8. Modeling Masterplan Kawasan memiliki kecenderungan yang sama bahwa semakin
menggunakan software Rhinoceros lama umur bangunan tersebut maka semakin besar
(Sumber: analisis penulis, 2015)
nilai embodied energy nya (Gambar 10). Hal tersebut
Asumsi berikutnya adalah material dan luasan dapat dipahami bahwa energi yang terkandung
bukaan pada tiap bangunan yang disimulasikan. dalam bangunan dan materialnya semakin lama akan
Bangunan diasumsikan dibangun menggunakan jenis semakin menimbulkan dampak negatif ke
konstruksi beton bertulang yang dalam building tem- lingkungan sekitar baik dalam bentuk limbah, emisi
plate di dalam software UMI dideskripsikan sebagai gas, ataupun beban lingkungan yang lainnya.
“CZ3_Office_ConcFrame”. Sedangkan luasan
bukaan di dalam UMI tergambarkan dalam bentuk
WWR atau window to wall ratio. Seluruh bangunan
dalam model masterplan ini diasumsikan memiliki
WWR sebesar 40% di tiap sisi masing-masing
bangunan. Artinya adalah luas bukaan atau jendela
adalah sebesar 40% dari total luas permukaan dinding
dalam satu bangunan.
Analisis Embodied Energy Masterplan
Hasil simulasi UMI menunjukkan nilai embod-
ied energy yang bervariasi. Variasi ini didapatkan dari
beberapa bangunan yang memiliki luasan lantai
ataupun ketinggian bangunan yang berbeda-beda.
Untuk bangunan dengan luas lantai dan ketinggian
yang sama memiliki nilai embodied energy yang
sama. Hal ini menunjukkan bahwa nilai embodied Gambar 10. Grafik nilai embodied energy masterplan
energy tidak terpengaruh keberadaan bangunan seluruh bangunan selama 60 tahun
sekitar ataupun shading yang memberikan (Sumber: analisis penulis, 2015)
247
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 11, Nomor 6, Oktober 2017
Dari grafik diatas, terlihat bahwa kantor Grafik diatas menunjukkan bahwa dengan luas
sekertariat daerah (sekda) memiliki nilai embodied lantai dasar yang sama, “bangunan rapat 1” memiliki
energy terbesar dibandingkan bangunan-bangunan nilai embodied energy jauh lebih kecil sekitar 45%
lainnya. Hal ini dapat dipahami karena kantor sekda dibandingkan bangunan Dinas Pendidikan. Data
memiliki luas lantai yang besar dibandingkan tersebut juga menunjukkan bahwa bangunan
bangunan di sekelilingnya. Sedangkan ruang “kantor bertingkat memiliki nilai embodied energy yang lebih
bupati (b)” memiliki nilai embodied energy terkecil kecil dibandingkan bangunan 1 lantai meskipun
diantara bangunan lainnya. Kondisi tersebut memiliki luas lantai dasar yang sama. Dari kondisi
menggambarkan bahwa semakin luas lantai suatu tersebut, dapat dipahami bahwa bangunan bertingkat
bangunan, semakin besar embodied energy memiliki efisiensi proses konstruksi yang lebih baik
bangunan tersebut. dibandingkan bangunan 1 lantai dengan luas lantai
Apabila dilakukan perbandingan pada beberapa dasar yang sama. Efisiensi dalam proses konstruksi
sampel bangunan yang mewakili kelompok akan berpengaruh pada nilai embodied energy
bangunan dengan luasan yang sama, setidaknya bangunan yang lebih kecil.
terdapat 8 kelompok bangunan dengan luas lantai
yang sama. Dari perbandingan nilai embodied en- Simulasi Kondisi Eksisting (Tahap 2)
ergy 8 kelompok bangunan tersebut, kantor Sekda
mengalami kenaikan nilai embodied energy lebih Kondisi eksisting Pemkab Boyolali
banyak dibandingkan bangunan kantor bupati yang Dalam pembangunannya di lapangan, terdapat
hampir tidak terlihat kenaikan nilai embodied en- perbedaan pada beberapa bangunan yang terbangun
ergy nya selama periode 60 tahun. Hal tersebut dengan rencana pembangunan di masterplan.
menunjukkan bahwa bangunan dengan luas lantai Perbedaan terutama pada lahan yang digunakan
yang kecil akan memiliki nilai embodied energy yang untuk pembangunan. Pembangunan di lapangan saat
kecil dan relatif tidak menimbulkan dampak negatif ini menggunakan separuh luasan lahan pada
ke lingkungan dalam jangka waktu yang lama. masterplan, yaitu pada sisi barat dengan ditambah
Selain terkait dengan luas lantai bangunan, nilai lahan di luar site yaitu di area sebelah Barat Daya
embodied energy juga dapat dianalisis berdasarkan kompleks perkantoran yang ada di dalam masterplan
perbedaan ketinggian bangunan. Ketinggian (Gambar 12). Selain alokasi site dan luasan site yang
bangunan yang dibandingkan adalah bangunan 2 dibangun, perbedaan lain terlihat pada perletakan
lantai dan bangunan 1 lantai yang memiliki luas unit-unit perkantoran dan akses jalan yang
lantai dasar yang sama (Gambar 11). Bangunan 2 melingkupinya.
lantai menggunakan sampel bangunan rapat dengan
luas total lantai 1296 m2, sedangkan bangunan 1
lantai menggunakan sampel bangunan Dinas
Pendidikan yang memiliki luas lantai dasar 1296 m2.
Gambar 12. Perbandingan masterplan dengan kawasan
terbangun Pemkab Boyolali
(Sumber: analisis penulis, 2015)
Meskipun terdapat perbedaan layout ruang dan
alokasi site yang digunakan, program ruang yang
dibangun tidak terdapat perbedaan dengan
Gambar 11. Grafik perbandingan bangunan 2 dan 1 masterplan. Mayoritas kantor yang dibangun
lantai dengan luas lantai dasar yang sama
merupakan bangunan satu lantai dimana ruang
(Sumber: analisis penulis, 2015)
berbentuk persegi/persegi panjang dengan ruang
248
Alifiano Rezka Adi, Kajian Penerapan Arsitektur Hijau pada Kantor Pemerintah Kabupaten Boyolali;
Fokus Pada Nilai Embodied Energy Bangunan
innercourt dibagian tengahnya. Beberapa bangunan Grafik diatas menunjukkan bahwa kantor
yang memiliki ketinggian dua lantai antara lain sekertariat daerah (sekda) memiliki nilai embodied
adalah gedung DPRD, gedung Sekretariat Daerah, energy terbesar dibandingkan bangunan-bangunan
gedung Disbudpar, serta gereja Katolik. Hal ini lainnya. Kondisi ini sama dengan kondisi masterplan
berbeda dengan rancangan masterplan dimana karena kantor sekda memiliki luas lantai dasar
gedung berlantai dua hanya terdapat pada empat buah terbesar dibandingkan bangunan lainnya. Sedangkan
gedung rapat. bangunan Gereja memiliki nilai embodied energy
terkecil karena memiliki luas lantai dasar terkecil.
Sebagaimana hasil simulasi pada tahap sebelumnya,
semakin besar luas lantai dasar bangunan, semakin
besar pula nilai embodied energy bangunan tersebut.
Gambar 15. Visualisasi hasil running simulasi embod-
ied energy pada kondisi eksisting kantor Pemkab
Gambar 13. Beberapa bangunan di kompleks kawasan
Boyolali. (Sumber: analisis penulis, 2015)
Pemkab Boyolali saat ini (Sumber: dok. penulis, 2015)
Analisis berikutnya adalah dengan melakukan
Analisis embodied energy kondisi eksisting.
perbandingan total embodied energy antara kondisi
eksisting dengan masterplan. Dari hasil simulasi
Unit bangunan yang dimodelkan pada kondisi selama periode 60 tahun, nilai total embodied en-
eksisting berjumlah 31 unit bangunan. Mayoritas ergy kondisi eksisting lebih kecil sekitar 22,64%
sebanyak 27 bangunan merupakan bangunan 1 lantai, dibandingkan total embodied energy masterplan
sedangkan 4 bangunan sisanya merupakan bangunan (Tabel 1).
2 lantai. Data output simulasi dari embodied energy
UMI pada kondisi eksisting menunjukkan
kecenderungan yang sama dengan data output Tabel 1. Perbandingan nilai total embodied energy
simulasi pada saat pemodelan masterplan, yaitu tahap 1 dan tahap 2
semakin lama umur bangunan maka semakin besar
nilai embodied energy bangunan (Gambar 14).
(Sumber: Analisis penulis, 2015)
Data dalam tabel menunjukkan bahwa total luas
lantai bangunan pada kondisi eksisting lebih kecil
dibandingkan total luas lantai bangunan pada kondisi
masterplan. Kondisi ini dibarengi dengan nilai em-
bodied energy kondisi eksisting yang lebih kecil
dibandingkan kondisi masterplan. Hal ini
Gambar 14. Grafik nilai embodied energy kondisi menunjukkan bahwa semakin kecil total luas lantai
eksisting seluruh bangunan selama periode 60 tahun bangunan, semakin kecil pula nilai embodied en-
(Sumber: analisis penulis, 2015) ergy total bangunan dikawasan tersebut.
249
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 11, Nomor 6, Oktober 2017
Rekomendasi Rancangan (Tahap 3) ujung utara site, dalam rekomendasi dipindahkan ke
sisi Timur dekat dengan bangunan gedung DPRD,
Evaluasi kondisi eksisting namun tidak digabungkan dengan fungsi kedinasan
Upaya penghematan pada kondisi eksisting dapat yang lainnya.
lebih optimal dengan melakukan beberapa rekayasa.
Berdasarkan hasil simulasi pada tahap sebelumnya, Tabel 2. Daftar bangunan yang disimulasikan dalam
luas lantai dasar dan jumlah lantai bangunan menjadi rekomendasi desain beserta gedung dengan gabungan
faktor penentu tingginya nilai embodied energy to- dua fungsi (warna kuning)
tal dalam kompleks perkantoran ini. Berdasarkan
kondisi tersebut, maka rekomendasi yang diusulkan
adalah dengan mengurangi luasan lantai dasar yang
ada dengan menggabungkan beberapa bangunan
menjadi satu unit bangunan.
Modeling Rekomendasi Desain
Pengurangan luas total lantai dasar dilakukan
dengan mengurangi jumlah bangunan pada kondisi
eksisting. Bangunan-bangunan satu lantai pada
bagian Selatan digabungkan dengan bangunan satu
lantai di area Utara. Dengan demikian, bangunan-
bangunan yang direncanakan dalam tahap
rekomendasi desain adalah gedung-gedung berlantai
dua dengan site terbangun yang lebih kompak dan
tidak seluas pada kondisi eksisting (Gambar 16). (Sumber: Analisis penulis, 2015)
Hasil simulasi pada tahap rekomendasi desain
ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan total em-
bodied energy yang ada dalam satu kawasan tersebut.
Penurunan nilai embodied energy juga menunjukkan
selisih yang cukup besar yaitu mencapai 21,76%
lebih kecil dibandingkan simulasi kondisi eksisting
(Tabel 3).
Gambar 16. Visualisasi hasil running simulasi embod- Tabel 3. Perbandingan nilai total embodied energy
ied energy pada tahap rekomendasi desain tahap 2 dan tahap 3
(Sumber: analisis penulis, 2015)
Dasar penentuan bangunan yang dipilih untuk
digabungkan dalam tahap ini adalah bangunan yang
hanya berlantai satu serta memiliki luasan yang sama
atau hampir sama sehingga tidak terlalu merubah
program ruang dan luasan ruang yang (Sumber: Analisis penulis, 2015)
direkomendasikan untuk fungsi dinas tertentu.
Bangunan-bangunan yang dipindah dan digabung Tabel di atas menunjukkan bahwa penggabungan
dengan yang lain antara lain gedung Dinas beberapa fungsi kedinasan menjadi satu gedung
Perikanan, Dinsosnaker Trans, Dinkop dan UKM, berlantai dua tidak terlalu merubah total luas lantai
Disperindag, Badan Lingkungan Hidup, bangunan. Dengan jumlah lantai yang meningkat
Bapermasdes, Distanbunhud, Disnakan, BP3AKB, pada tahap rekomendasi, maka didapatkan nilai
BKP3, dan ULP. Khusus untuk bangunan gedung embodied energy yang lebih kecil dibandingkan
Disbudpar yang pada kondisi eksisting berada di sisi tahap eksisting.
250
View publication stats
Alifiano Rezka Adi, Kajian Penerapan Arsitektur Hijau pada Kantor Pemerintah Kabupaten Boyolali;
Fokus Pada Nilai Embodied Energy Bangunan
Tabel 4. Perbandingan hasil simulasi embodied energy Astuti, Z B; Kusumawanto, A. 2014. Green Urban
seluruh tahap Waterfront Management Case of Solo, Indone-
sia. Journal Of Architecture & Environment 13.2:
pp. 175-194.
Astuti, Z B; Kusumawanto, A; Wilopo, W. 2013.
Urban Waterfront Sustainable Management
Within Life Cycle Analysis Case: South Euro-
(Sumber: Analisis penulis, 2015) pean Cities. ASEAN Journal of Systems Engi-
neering 1.2
Jika dilihat secara keseluruhan, ketiga kondisi Chan, A.L.S.; Chow, T.T. 2014. Calculation of Over-
kawasan perkantoran mulai dari kondisi masterplan, all Thermal Transfer Value (OTTV) for Commer-
eksisting, hingga rekomendasi memiliki perbedaan cial Buildings Constructed with Naturally Ven-
nilai total embodied energy yang cukup besar (Tabel tilated Double Skin Facade in Subtropical Hong
4). Perubahan embodied energy pada kondisi Kong. ELSEVIER Energy and Buildings 69: pp.
eksisting terutama dipengaruhi oleh luas lantai dasar 14–21
bangunan. Pada sisi lain, perubahan embodied en- Haynes, R. 2010. Embodied Energy Calculations
ergy pada rekomendasi desain dipengaruhi oleh within Life Cycle Analysis of Residential Build-
jumlah lantai bangunan. ings
Omer, A M. 2008. Energy, Environment and Sus-
KESIMPULAN tainable Development. ELSEVIER Renewable
and Sustainable Energy Reviews 12: pp. 2265–
Perhitungan nilai embodied energy dilakukan 2300
untuk mengukur seberapa efisien energi yang Radhi, H. 2009. Evaluating The Potential Impact of
digunakan dalam siklus suatu bangunan atau Global Warming on The UAE Residential Build-
beberapa bangunan. Kompleks perkantoran Boyolali ings – A Contribution to Reduce The CO2 Emis-
memiliki nilai total embodied energy yang cukup sions. ELSEVIER Building and Environment 44:
besar karena terdiri dari beberapa unit bangunan. pp. 2451–2462
Pengurangan jumlah unit bangunan yang terjadi pada Rattanongphisat, W; Rordprapat, W. 2014. Strategy
kondisi eksisting dapat meminimalisir nilai embod- for Energy Efficient Buildings in Tropical Cli-
ied energy bangunan dibandingkan kondisi mate. ELSEVIER Energy Procedia 52: pp 10 –
masterplan. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa 17
luas lantai bangunan yang semakin kecil akan Reinhart, C F; Dogan, T. 2013. Automated Conver-
mengurangi total embodied energy bangunan pada sion Of Architectural Massing Models Into Ther-
suatu kawasan tertentu. mal ‘Shoebox’ Models. PROCEEDINGS of
Upaya efisiensi energi dapat lebih dioptimalkan BS2013: 13th Conference of International Build-
pada tahap rekomendasi desain dengan ing Performance Simulation Association
menggabungkan beberapa bangunan satu lantai Reinhart, C F; Dogan, T; Jakubiec, J A; Rakha, T;
menjadi satu unit bangunan dua lantai. Meskipun Sang, A. 2013. UMI - An Urban Simulation En-
memiliki luas total lantai yang relatif sama, nilai vironment for Building Energy Use, Daylighting
embodied energy pada rekomendasi desain lebih And Walkability. PROCEEDINGS of BS2013:
kecil dibandingkan kondisi eksisting. Rekomendasi 13th Conference of International Building Per-
desain tersebut diharapkan dapat menuntun formance Simulation Association
pembangunan kedepan untuk lebih berorientasi pada Sehrawat, P; Kensek, K. 2014. Urban Energy Mod-
bangunan 2 lantai atau lebih, dibandingkan bangunan eling: GIS As An Alternative to BIM. ASHRAE
1 lantai. Building Simulation Conference
Wuryanti, W. 2012. Keputusan Multikriteria Dalam
Daftar Pustaka Menilai Konstruksi Rumah Tinggal Terhadap
Lingkungan. Jurnal Permukiman Vol. 7 No. 2:
Astuti, Z B; Kusumawanto, A. 2014. Arsitektur Hijau pp 66-75
dalam Inovasi Kota. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta
251
KEUNTUNGAN JURNAL
Jurnal ini dibuat untuk memberikan solusi terhadap masalah besarnya nilai total
embodied energy pada Kompleks bangunan perkantoran Boyolali. Embodied
energy merupakan jumlah energi yang dikonsumsi dalam seluruh proses produksi
material atau system. Solusi yang di berikan jurnal ini yaitu Pengurangan luas total
lantai dasar dilakukan dengan mengurangi jumlah bangunan pada kondisi
eksisting. Bangunan-bangunan satu lantai pada bagian Selatan digabungkan
dengan bangunan satu lantai di area Utara.