0% found this document useful (0 votes)
68 views7 pages

Immunohistochemical Uterus Rats

Uploaded by

Tika Indra
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
68 views7 pages

Immunohistochemical Uterus Rats

Uploaded by

Tika Indra
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 7

Jurnal Medika Veterinaria Februari 2019, 13 (1):15-21

P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600 doi:https://doi.org/10.21157/j.med.vet.v1 1i1.4100

An Immunohistochemical Study of Alpha Estrogen Receptor (ERα)


Development in Ovary and Uterus of Rat (Rattus norvegicus)

Sri Wahyuni1, Chintya Desfariza2, Hamny2, Muslim Akmal3, Gholib4, T. Armansyah5


1
Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
2
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
3
Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
4
Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
5
Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Penulis korespondensi: Sri Wahyuni, E-mail: [email protected]

ABSTRACT

This research aimed to observe and identify the development of estrogen receptor alpha (ERα) in the ovary
and uterus of rats (Rattus norvegicus) at various age levels using immunohistochemistry (IHC). The ovary and
uterus were collected from eight female rats aged 2, 4, 6, and > 12 months and processed histologically and stained
with IHC staining. This research showed, the intensity of ERα expression was found in high abundance (+++) in
stroma and the corpus luteum and was weakly found (+) in the theca cells, blood vessels, oocytes and germinal
epithelium of rats aged 2 months. Additionally, ERα expression in rats aged 4 months had similarities with rats aged
2 months, but the intensity of ERα had increased (++) in ovarian theca cells, blood vessels, and oocytes. In ovaries
of rats aged 6 and > 12 months, ERα expression had decreased (++) in the stroma and the corpus luteum and had a
low expression (+) in the blood vessel and oocytes. The uterus of rats aged 2 months had low expression of ERα (+)
in the stroma and luminal epithelium, moderate (++) in the myometrium, but was not found in the uterine glands.
Furthermore, the expression in the uterus of rats at the age of 4 months had increased in the stroma and luminal
epithelium (++) and uterine glands (+). At the age of 6 months, it found excessively (+++) in the stroma,
myometrium, and luminal epithelium, moderate expression (++) in the uterine glands. The expression of ERα in
uterus aged > 12 months was almost equal to the uterus of rats aged 6 months, but the expression in the
myometrium and epithelial luminal had decreased (++). It can be concluded that the development and distribution
pattern of ERα in the ovaries and uterus of rats are different at each age levels, it may be related to the growth and
development of reproductive organs and also closely related to the estrus cycles of rats.

Key words: ERα, immunohistochemical, Rattus norvegicus, ovary, uterus

PENDAHULUAN berhentinya masa reproduksi yang terjadi


sekitar umur 2,5 tahun (Hafez dkk., 2000).
Hormon estrogen merupakan hormon Efek biologis suatu hormon muncul
reproduksi utama pada hewan betina bila terjadi ikatan antara hormon dan
(Brown, 1994). Hormon tersebut dihasilkan reseptornya (Murray dkk., 2009). Fungsi
oleh sel-sel teka dan sel granulosa folikel utama dari reseptor tersebut adalah sebagai
ovarium dan dalam jumlah sedikit faktor DNA-binding transcription yang
dihasilkan oleh korpus luteum, plasenta, mengatur ekspresi gen (Pratoko, 2012).
korteks adrenal, dan testis (Gadjahnata, Sebagai contoh, hormon estrogen akan aktif
1989). Hormon estrogen berperan dalam bekerja apabila pada organ target terdapat
berbagai proses fisiologis seperti diferensiasi reseptor estrogen (ER).
organ kelamin betina, siklus reproduksi dan Reseptor estrogen terdiri dari dua
kebuntingan (Guyton dan Hall, 2007). Pada jenis, yaitu reseptor estrogen alpha (ERα)
tikus, estrogen mulai dihasilkan pada masa dan reseptor estrogen betha (ERβ) (Ibanez
pubertas yaitu pada umur 8 minggu sampai dan Baulieu, 2005). Reseptor estrogen alpha

15
Jurnal Medika Veterinaria Sri Wahyuni, dkk

ditemukan pada ovarium, kelenjar mamae, MATERI DAN METODE


uterus, testis, kelenjar hipofise, hipokampus,
ginjal, epidermis, dan kelenjar adrenal, Tempat dan Waktu Penelitian
sedangkan ERβ terdapat pada ovarium dan
uterus (Hiroi dkk., 1999; Wang dkk., 2000; Penelitian ini dilaksanakan di
Rai dan Jeswar, 2010). Laboratorium Anatomi, Laboratorium
Hiroi dkk. (1999) menyatakan bahwa Histologi, dan Laboratorium Riset Terpadu
distribusi ERα pada ovarium tikus Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas
ditemukan pada sel-sel granulosa dan sel-sel Syiah Kuala, Banda Aceh. Penelitian ini
teka folikel ovarium, sedangkan pada uterus dimulai pada bulan Oktober 2015 sampai
ERα terdeteksi pada inti sel epitel kelenjar Januari 2016.
dan lapisan endometrium tikus. Menurut
Wang dkk. (2000), ERα juga terdeteksi pada Hewan Percobaan
stroma, epitel germinal, dan oosit sedangkan
pada uterus ditemukan pada bagian stroma Pada penelitian ini digunakan tikus
dan miometrium. putih (Rattus norvegicus) strain Wistar
Namun demikian beberapa studi betina, umur 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, dan
tentang distribusi ERα pada ovarium dan >12 bulan yang diperoleh dari Fasilitas
uterus tikus tersebut belum mengkaji Hewan Coba Laboratorium Farmakologi
perkembangan dan distribusi ERα pada FKH Unsyiah. Setiap tingkatan umur terdiri
berbagai tingkatan umur tikus. Oleh karena dari dua ekor tikus.
itu, penelitian ini mengkaji perkembangan
dan distribusi ERα pada organ ovarium dan Alat dan Bahan
uterus tikus pada berbagai tingkatan umur
menggunakan teknik immunohistokimia Alat-alat yang digunakan adalah
(IHK). Teknik imunohistokimia (IHK) wadah untuk pewarnaan, kertas tissue,
merupakan salah satu teknik yang dapat kertas label, mikrotom (Leica RM2235),
diaplikasikan untuk mendeteksi keberadaan pisau mikrotom, gelas objek, gelas penutup,
ERα dan bahan aktif lainnya dalam sel atau inkubator 37oC (Sanyo MIR554), hot plate,
jaringan berdasarkan adanya ikatan antara penggaris, kamera digital, mikroskop foto
antigen dan antibodi pada jaringan yang (Olympus CX31)), dan mikroskop cahaya
diperiksa (Taylor, 2006). (Olympus BX41) yang dilengkapi dengan
Penelitian ini bertujuan untuk alat mikrofotografi (DP12).
mengamati dan mengidentifikasi Bahan-bahan yang digunakan dalam
perkembangan ERα pada ovarium dan penelitian ini ialah ovarium kanan dan
uterus tikus putih (Rattus norvegicus) pada uterus dari tikus putih, aquadest, kloroform,
tingkatan umur yang berbeda secara paraformaldehid 4%, alkohol absolut,
imunohistokimia. Hasil penelitian ini alkohol 70%, 80%, 90%, dan 95%, bahan
diharapkan dapat memberikan informasi perekat poly-L-Lysine (Biogear), Phosphate
tentang perkembangan ERα pada ovarium Buffer saline (PBS), normal horse serum
dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) 2,5% (Vector, USA), antibodi anti reseptor α
serta memberikan pemahaman tentang peran estrogen (Dako, USA) sebagai antibodi
ERα pada sistem reproduksi betina dan primer, antibodi sekunder yang telah dilabel
memberikan informasi pendukung bagi dengan peroxydase (anti-goat
penelitian berikutnya. immunoglubulin ImmPRESSTM Reagen

16
Jurnal Medika Veterinaria Sri Wahyuni, dkk

Peroxydase, Vector, USA), antibodi tiga kali ulangan. Selanjutnya dilakukan


sekunder yang telah dilabel dengan biotin proses infiltrasi dalam parafin cair. Tahapan
(monoclonal anti-rabbit immunoglobulin- selanjutnya adalah proses embedding dalam
biotin, Sigma, Israel), avidin peroksidase parafin. Blok jaringan ovarium dan uterus
(ExtrAvidin® peroxidase, Sigma-Aldrich, yang telah menjadi blok disayat dengan
Israel), kromogen diaminobenzidine (Dako, menggunakan mikrotom dengan ketebalan
USA), Mayer’s hematoksilin, dan bahan sayatan 5µm dan diletakkan pada gelas
perekat Entellan®. objek yang telah dilapisi bahan perekat poly-
L-lysine.
Metode Penelitian
Prosedur pewarnaan IHK
Penelitian ini merupakan penelitian Pewarnaan preparat ovarium dan uterus
eksploratif untuk mendeteksi perkembangan tikus.
reseptor α estrogen (ERα) pada jaringan
ovarium dan uterus tikus. Tikus putih Metode IHK yang digunakan adalah
dibedah untuk memperoleh organ ovarium metode tidak langsung dua tahap
dan uterus yang selanjutnya diproses (immunoperoxidase bridge methode) (Key,
menjadi preparat histologi. 2009) untuk pewarnaan ovarium, prosedur
pewarnaan yang dilakukan mengacu pada
Prosedur Penelitian manual kit Vector Lab (2014) yang telah
Pengambilan sampel ovarium tikus dimodifikasi. Untuk pewarnaan organ
uterus adalah metode avidin biotin complex
Pengambilan organ ovarium dan peroxidase (ABC) (Hsu dkk., 1981). Tahap
uterus dilakukan dengan pembedahan di awal dimulai dengan proses deparafinisasi
bagian abdomen tikus yang sebelumnya slide jaringan dengan silol sebanyak tiga kali
telah dianestesi dengan kloroform secara ulangan. Selanjutnya dilakukan proses
inhalasi. Organ ovarium dan uterus yang rehidrasi dalam larutan alkohol bertingkat
telah diperoleh serta dicuci dengan larutan (alkohol absolut, 95%, 90%, 80%, dan
NaCl fisiologis 0,9% dan dimasukkan ke 70%), lalu dicuci dengan air mengalir dan
dalam larutan fiksasi paraformaldehid 4% akuades. Tahap awal pewarnaan IHK adalah
selama 24 jam. Selanjutnya kedua organ proses perendaman slide dalam larutan
tersebut dipindahakan kedalam larutan hidrogen peroksida (H2O2) 3% yang
alkohol 70% sebagai stopping poin. dicampur dengan metanol dalam ruangan
gelap pada suhu ruangan selama 15 menit,
Prosedur pembuatan preparat histologi kemudian slide dibilas kembali dengan
akuades dan dilanjutkan pembilasan dengan
Prosedur pembuatan preparat histologi PBS. Tahap berikutnya, slide diinkubasi
mengacu pada metode Kiernan (1990) yang denga normal horse serum 2,5% sebanyak
telah dimodifikasi. Organ ovarium dan 50-60µl selama 30 menit pada suhu 37oC.
uterus yang berada dilarutan alkohol 70% Setelah proses inkubasi, slide dibilas
dimasukkan ke dalam tissue basket dan kembali dengan PBS. Selanjutnya dilakukan
diberi label. Kemudian jaringan didehidrasi inkubasi slide dengan antibodi primer (anti
dengan larutan alkohol bertingkat masing- reseptor α estrogen) selama satu malam pada
masing selama 2 jam. Setelah proses suhu 4oC, untuk organ uterus antobodi
dehidrasi, dilakukan proses penjernihan primer ditambah dengan 1% BSA 1:40.
dengan menggunakan larutan silol sebanyak Slide untuk kontrol negatif diinkubasi

17
Jurnal Medika Veterinaria Sri Wahyuni, dkk

dengan normal horse serum. Keesokan HASIL DAN PEMBAHASAN


harinya slide dibilas dengan PBS lalu
diinkubasi dengan antibodi sekunder yang Perkembangan Ekspresi Reseptor
telah dilabel dengan peroxydase untuk organ Estrogen Alpha (ERα) pada Ovarium
ovarium dan antibodi sekunder yang telah Tikus.
dilabel biotin untuk organ uterus pada suhu
37oC selama 30 menit. Setelah proses Ekspresi ERα pada bagian-bagian
inkubasi selesai, slide dicuci kembali dengan spesifik dari jaringan pada penelitian ini
PBS. Organ uterus ditambahkan avidin ditemukan pada inti sel. Intensitas warna
peroksidase sedangkan organ ovarium ERα yang terekspresi pada setiap struktur
langsung dicuci dengan PBS. Untuk ovarium disajikan pada Tabel 1. Bagian
mendeteksi adanya ikatan antigen dan stroma dan korpus luteum merupakan
antibodi yang terbentuk selama proses bagian yang paling banyak ditemukan ERα,
pewarnaan, slide jaringan diteteskan dengan sedangkan pada sel teka, buluh darah, oosit,
larutan kromogen diaminobenzidine (DAB) dan epitel germinativum relatif sedikit
selama 3-4 menit sambil diamati perubahan (Gambar 1).
warna dibawah mikroskop. Reaksi positif Intensitas warna ERα dengan kategori
ditandai dengan terbentuknya warna coklat kuat (+++) diamati pada ovarium tikus umur
yang muncul pada jaringan. Setelah reaksi 2 bulan yang tersebar di bagian stroma dan
positif terjadi, slide dicuci dengan akuades korpus luteum. Intensitas warna ERα lemah
dan dilakukan proses counterstain dengan (+) diamati pada sel teka, buluh darah, oosit,
Mayer’s hematoksilin. Selanjutnya dan epitel germinativum, namun ERα
dilakukan proses dehidrasi, clearing, dan negatif (-) pada sel-sel granulosa. Pada
mounting. Hasil pewarnaan diamati ovarium tikus umur 4 bulan, pola distribusi
menggunakan mikroskop cahaya dan difoto dan intensitas warna ERα hampir sama
dengan mikroskop cahaya yang dilengkapi dengan ovarium tikus umur 2 bulan, namun
dengan alat mikrofotografi. pada tikus umur 4 bulan terjadi peningkatan
intensitas warna ERα yang terekspresi pada
Pengamatan hasil pewarnaan sel-sel teka, buluh darah, dan oosit dengan
kategori sedang (++).
Pengamatan sebaran ERα pada
ovarium dan uterus dilakukan berdasarkan Tabel 1. Perkembangan dan pola sebaran
adanya reaksi positif antara antigen dengan ERα pada ovarium tikus putih.
antibodi. Pengamatan dilakukan terhadap Struktur Ovarium
pola sebaran ERα yang bereaksi positif dan Umur
intensitas warna ERα dengan kriteria Tikus
(bulan) Korpus Sel Buluh Epitel Sel
Stroma Oosit
skoring: negatif (-), lemah (+), sedang (++), luteum Teka darah germinativum Granulosa
dan kuat (+++). Setelah diamati, selanjutnya
slide jaringan difoto dengan menggunakan 2 +++ +++ + + + + -
mikroskop cahaya yang dilengkapi dengan 4 +++ +++ ++ ++ ++ + -
alat foto digital.
6 ++ ++ ++ + + + -
Analisis Data
>12 ++ ++ + + + + -

Data ekspresi dan intensitas warna Kriteria intensitas warna ERα pada ovarium
ERα pada ovarium dan uterus tikus tikus putih: negatif (-); lemah (+); sedang
dianalisis secara deskriptif. (++); kuat(+++).

18
Jurnal Medika Veterinaria Sri Wahyuni, dkk

Perubahan ekspresi intensitas warna perkembangan organ reproduksi betina (6


ERα yang mengalami penurunan (++) pada bulan). Namun ekspresi ERα mulai
ovarium tikus umur 6 bulan dan >12 bulan berkurang pada tikus umur >12 bulan yang
ditemukan khususnya di bagian stroma, dan diduga berhubungan dengan penurunan
korpus luteum. Pada oosit, epitel fungsi organ-organ reproduksi tikus
germinativum, dan sel-sel endotel buluh tersebut. Prayogha (2012) menyatakan
darah terdistribusi dengan kategori lemah bahwa aktivitas reproduksi pada tikus mulai
(+/1-60 ERα), dan tidak terekspresi (-) pada menurun setelah tikus berumur 1 tahun.
sel granulosa. Pola sebaran ERα pada ovarium tikus
Ekspresi ERα yang diamati pada pada penelitian ini sesuai seperti yang
ovarium tikus umur 2, 4, 6, dan >12 bulan dilaporkan Hiroi dkk. (1999) dan Wang dkk.
menunjukan adanya perbedaan (2000), bahwa sebaran ERα terdeteksi
intensitaswarna. Perbedaan tersebut diduga positif pada stroma, sel teka, sel granulosa,
berkaitan dengan kondisi fisiologis tikus epitel germinativum, dan oosit. Pada
yang telah memasuki masa pubertas dan penelitian ini, ERα tidak ditemukan pada
puncak perkembangan organ reproduksi. sel-sel granulosa, sama seperti yang
Hafez dkk. (2000) menyatakan bahwa tikus dilaporkan oleh Saunders dkk. (1997).
telah memasuki masa pubertas pada umur Namun demikian, beberapa peneliti berhasil
50-72 hari. Hormon estrogen akan bekerja mendeteksi ERα pada sel granulosa dan sel
bila berikatan dengan reseptornya (ERα dan teka mencit (Orimo dkk., 1995) dan tikus
ERβ). Oleh karena itu, pada masa pubertas (Bayers dkk., 1997).
hingga puncak perkembangan organ Pada fase estrus, ERα mengalami
reproduksi kuat ditemukan ekspresi ERα. peningkatan (Wang dkk., 2000). Menurut
Priedkalns dan Leiser (2006), pada fase ini
berlangsung proses ovulasi yang didahului
dengan stimulasi LH yang mengakibatkan
peningkatan sintesis hormon estrogen dan
sedikit androgen oleh sel-sel teka folikel
ovarium, namun konsentrasi hormon
estrogen tersebut menurun di akhir fase
estrus.

Perkembangan Ekspresi Reseptor


Gambar 1. Perkembangan dan pola sebaran Estrogen Alpha ir-ERα pada Uterus
ERα pada ovarium tikus putih. Jaringan Tikus
ovarium yang digunakan sebagai kontrol
negatif (K). Ekspresi ERα (warna coklat) Ekspresi ERα pada uterus tikus
pada ovarium tikus umur 2 bulan (A) dan 4 diamati pada endometrium, kelenjar uterus,
bulan (B). S= stroma, cl= korpus luteum, miometrium, dan epitel luminal (Gambar 2).
gc= sel granulosa, tc= sel teka, ec= sel Walaupun ERα terekspresi pada struktur
endotel, o= oosit. Pewarnaan IHK skala yang sama pada seluruh uterus tetapi
garis 30 μm (K, A, dan B). intensitas warna ERα tersebut berbeda pada
Pada penelitian ini terbukti bahwa setiap umur tikus (Tabel 2).
intensitas warna ERα kuat ditemukan pada Pada uterus tikus putih umur 2 bulan,
jaringan ovarium tikus yang telah memasuki ekspresi ERα di bagian stroma dan epitel
usia pubertas (2 bulan) hingga puncak luminal ditemukan dengan intensitas warna

19
Jurnal Medika Veterinaria Sri Wahyuni, dkk

lemah (+), dan sedang (++) pada negatif (K), sel-sel ir-ERα (warna coklat)
miometrium sedangkan pada kelenjar uterus pada uterus tikus umur 6 bulan (A) dan >12
tidak ditemukan reseptor tersebut. Ekspresi bulan (B). s= stroma, ge= kelenjar uterin,
ERα terdeteksi dengan intensitas warna m= miometrium, le= epitel. Pewarnaan IHK
sedang (++) pada bagian stroma, skala garis 30 μm (K, A,dan B).
miometrium, dan epitel uterus tikus umur 4
bulan sedangkan pada kelenjar uterus Tikus umur 4 dan 6 bulan menunjukan
intensitas warnanya lemah (+). perbedaan perkembangan dan pola sebaran,
hal ini diduga berkaitan dengan fase estrus
Tabel 3. Perkembangan dan pola sebaran yang dialami oleh kedua kelompok umur
ERα pada uterus tikus. tikus tersebut. Penelitian sebelumnya
Umur Uterus menunjukkan bahwa ERα pada uterus saat
Tikus fase proestrus intensitasnya lebih kuat
(bulan) Kelenjar Epitel
Stroma
uterus
Miometrium
luminal dibandingkan pada fase estrus, sedangkan
pada masa metestrus intensitasnya menurun
2 + - ++ +
(Wang dkk., 2000), dan uterus monyet
4 ++ + ++ ++
selama siklus menstruasi (Koji dan Brenner,
1993). Beberapa hasil penelitian telah
6 +++ ++ +++ +++ membuktikan bahwa banyak terekspresi
ERα pada uterus tikus (Saunders dkk., 1997;
>12 +++ ++ ++ ++ Wang dkk., 2000), dan lapisan endometrium
Kriteria intensitas warna ERα pada uterus monyet (Kuiper dkk., 1997).
tikus putih: negatif (-); lemah (+); sedang Peningkatan hormon estrogen yang
(++); kuat(+++). terjadi dari fase proestrus sampai estrus
menstimulasi sekresi hormon progesteron,
Pada bagian stroma, miometrium dan sehingga menyebabkan pertumbuhan serta
epitel uterus tikus umur 6 bulan, ERα percabangan kelenjar, sedangkan kenaikan
terekspresi dengan intensitas warna kuat progesteron setelah fase estrus menyebabkan
(+++) dan sedang (++) pada kelenjar uterus. peningkatan aktivitas sekresi kelenjar
Selanjutnya pada tikus umur >12 bulan, endometrium, perkembangan struktur
intensitas warna ERα kategori kuat (+++) kelenjar sepanjang siklus estrus berjalan
pada bagian stroma dan sedang (++) pada seiring dengan pertambahan tebal
epitel, kelenjer uterus, dan miometrium. endometrium uterus (Burkitt dkk., 1999).
Perubahan struktur histologis uterus
disebabkan karena pada lapisan penyusun
dinding uterus memiliki reseptor estrogen,
sehingga perubahan struktur lapisan tersebut
berjalan seiring dengan perubahan
kandungan hormon tersebut sepanjang siklus
estrus (Hillisch dkk., 2004).

KESIMPULAN

Gambar 2. Perkembangan dan pola sebaran Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
sel-sel ir-ERα uterus tikus putih. Jaringan disimpulkan bahwa perkembangan dan pola
uterus yang digunakan sebagai kontrol distribusi ERα pada ovarium dan uterus

20
Jurnal Medika Veterinaria Sri Wahyuni, dkk

berbeda pada setiap tingkatan umur, hal ini Di dalam Education Guide:
Immunohistochemical Staining Methode. 5th ed.
dipengaruhi oleh tahapan pertumbuhan dan George L Kumar dan Lars Rudbeck. Dako,
perkembangan organ reproduksi betina serta California.
siklus reproduksi. Kiernan, J.A. 1990. Histological and Histochemical
Method: Theory and Practice. 2nd ed. Pergamon
Press, New York.
DAFTAR PUSTAKA Koji, T., and R.M. Brenner. 1993. Localization of estrogen
receptor messenger ribonucleic acid in rhesus
Bayers, M., C.G. Kuiper, J.A. Gustafsson, and O.K. Park- monkey uterus by nonradioactive in situ
Sarge. 1997. Estrogen receptor-β mRNA hybridization with digoxigenin-labeled
expression in rat ovary: down regulation by oligodeoxynucleotides. Endocrinol. 132: 382-392.
gonadotropin. Mol. Endocrinol. 11: 172-182. Kuiper, G.G.J.M., B. Carlsson, K. Grandien, E. Enmark, J.
Brown, R.E. 1994. An Introduction To Haggbland, S. Nilsson, and J.A. Gustafsson. 1997.
Neuroendocrinology. Cambridge University Press, Comparison of the ligand binding specificity and
United Kingdom. transcript distribution of estrogen receptors α and β.
Burkitt, H.G., B. Young and J.W. Heath. 1999. Endocrinol. 138: 863-870.
Wheaters Functional Histology. A Text Murray, R.K., D.K. Granner, dan V.W. Rodwel. 2009.
and Colour Atlas. 3rd ed. Churchill Livingstone, Biokimia Harper. Edisi ke-27. (Diterjemahkan
Edinburg. oleh: Brahman U). EGC, Jakarta.
Gadjahnata, K.H.O. 1989. Biologi Kedokteran I. Orimo, S. Inoue, K. Ikeda, S. Noji, dan M. Muramatsu.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen 1995. Molecular cloning, structure, and expression
Pendidikan tinggi, Pusat antar Universitas Ilmu of mouse estrogen-responsive finger protein Efp. J.
Hayat Institut Pertanian Bogor, IPB Press, Bogor. Biol. Chemistry. 270: 24406-24413.
Guyton, A.C. dan J.E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Pratoko, D.K. 2012. Molecular docking turunan kalkon
Kedokteran. 11th ed. Irawati dkk, penerjemah. terhadap reseptor estrogen β (er-β sebagai
EGC, Jakarta. antikanker payudara. J. Kim. 1(1): 1-10.
Hafez, E.S.E., M.R Jainudeen, dan Y. Rosnina. 2000. Prayogha, P.K.G. 2012. Profil Hormon Ovari Sepanjang
Hormones, Growth Factors And Reproductions. Di Siklus Estrus Tikus (Rattus norvegicus) Betina
dalam: Reproduction in Farm Animals. 3th ed. Menggunakan Fourrier Transform Infrared
Lea & Febiger, Philadelpia. (FTIR). Skripsi. Program Studi Biologi, UI,
Hillisch, A. O. Peter, D. Kosemund, G. Muller, A. Waller, Jakarta.
B. Schneider, G. Reddersen, W. Eiger and K.H. Priedkalns, J. dan R. Leiser. 2006. Female Reproductive
Fritzemeier. 2004. Dissecting Physiological Roles System. Dellmann, H.D. In Textbook of
on Estrogen and Potent Selective Ligands from Veterinary Histology. 5th Ed. Blackwell
Structure Based Design. Publishing, USA.
http://www.ehpoline.org/realfies/2004/6848/6848 Rai, L.R. and U. Jeswar. 2010. Immunolocalization of
.html. 15 Mei 2016. estrogen receptor alpha in adult female rat
Hiroi, H., S. Inoue, T. Watanabe, W. Goto, A. Orimo, M. hippocampus. Int. J. Morphol. 28(2): 483-487.
Momoeda, O. Tsutsumi, Y. Taketani, and M. Saunders, P.T.K., S.M. Maguire, J. Gaughan, and M.R
Muramatsu. 1999. Differential immunolocalization Millar. 1997. Ekspression of oestrogen receptor β
of estrogen receptor α and β in rat ovary and uterus. (ERβ) in multiple rat tissues visualized by
J. Mol. endocrinol. 22: 37-44. immunohistochemistry. J. Endocrinol. 154: 13-16.
Hsu, S., L. Raine, and F. H. 1981. Use of avidin-biotin- Taylor, C.R. 2006. Techniques Of Immunohistochemistry:
peroxidase complex (ABC) in immunoperoxidase Principles, Pitfalls and Standardization. In Dabbs D
techniques: a comparison between ABC and (Ed). Diagnostic Immunohistochemistry. 2nd ed.
unlabelled antibody (PAP) procedures. J. Elsevier Churchill Livingstone, Philadelphia.
Histochem Cytochem. 92:577-580. Vector Lab. 2014. Instruction For Immunohistochemical
Ibanez, C., and E.E Baulieu. 2005. Mechanisms of Action Staining Using Goat Primary
of Sex Steroid Hormones and Their Analog. Antibodies. http://www.vectorlabs.com. 27
Lauritzen C dan Studd. Di dalam: Current November 2015.
Management of The Monopause. Taylor & Wang, H., H. Eriksson, L. Sahlin. 2000. Estrogen receptors
Francis, London α dan β in the female reproductive tract of the rat
Key, M. 2009. Immunohistochemistry Staining Methode. during the estrous cycle. Biol. Reprod. 63: 1331-
1340.

21

You might also like