0% found this document useful (0 votes)
58 views

Teori Dan Implementasinya Dalam Dunia Bisnis Dan Pemasaran

This document discusses cloud computing, including its definition, advantages, services provided, and companies offering cloud computing services. Cloud computing utilizes internet services through centralized servers to maintain virtual data and applications. It can reduce IT costs, simplify management of IT services, and accelerate service delivery. Common cloud computing services include Infrastructure as a Service (IaaS), Platform as a Service (PaaS), and Software as a Service (SaaS). Major advantages include no upfront investment, converting capital to operational expenses, flexibility, and focus on business rather than IT. Large companies like IBM, Microsoft, Google, and Apple are involved in providing cloud computing services.

Uploaded by

Fariz Rizqullah
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
58 views

Teori Dan Implementasinya Dalam Dunia Bisnis Dan Pemasaran

This document discusses cloud computing, including its definition, advantages, services provided, and companies offering cloud computing services. Cloud computing utilizes internet services through centralized servers to maintain virtual data and applications. It can reduce IT costs, simplify management of IT services, and accelerate service delivery. Common cloud computing services include Infrastructure as a Service (IaaS), Platform as a Service (PaaS), and Software as a Service (SaaS). Major advantages include no upfront investment, converting capital to operational expenses, flexibility, and focus on business rather than IT. Large companies like IBM, Microsoft, Google, and Apple are involved in providing cloud computing services.

Uploaded by

Fariz Rizqullah
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 23

ISSN: 1978 - 8282

CLOUD COMPUTING:
TEORI DAN IMPLEMENTASINYA
DALAM DUNIA BISNIS DAN PEMASARAN

Sudaryono1
Diah Aryani2
Ira Tyas Ningrum3

e-mail : [email protected], [email protected], [email protected]

Diterima : 30 November 2011 / Disetujui : 7 Desember 2011

ABSTRACT

Cloud computing is a technology that utilizes the internet services using a central server
with the goal of maintaining a virtual nature of data and applications. The presence of
cloud computing will obviously lead to changes in the workings of information technology
systems within an organization. This is because the concepts of cloud computing through
virtualization, standardization and other fundamental features can reduce information
technology costs, simplify the management of information technology services, and
accelerating service delivery. In general, cloud computing architecture consists of: (1)
Infrastructure as a Service (IaaS), (2) Platform as a Service (PaaS), and (3) Software as a
Service (SaaS). Characteristics of cloud computing are: (1) self-service (on demand self
service), (2) broadband access (broadband access network), (3) clustered resource
(resource pooling), (4) elastic (rapid elasticity), and (5) measured service (measured
service). While the advantages of cloud computing is: (1) without any initial investment,
(2) convert CAPEX into OPEX, (3) flexible and easily developed, (4) focus on the business,
rather than information technology, and (5) of control and responsibility of service. With
cloud computing consumers free themselves from the responsibility for managing the stack
of computing resources. Levels ranging from SaaS when it is completely free, PaaS while
still must make an application, and IaaS are still busy with the operating system. This
contrasts with On-Premise to take care of all your own.

Keyword: Cloud computing, infrastructure, platform, software, information technology.

1. Dosen Jurusan Sistem Komputer, STMIK Raharja


Jl. jend Sudirman No. 40 Modern Cikokol-Tangerang Telp. 5529692
2. Dosen Jurusan Sistem Komputer, STMIK Raharja
Jl. Jend Sudirman No. 40 Modern Cikokol-Tangerang Telp. 5529692
3. Mahasiswa Jurusan Sistem Informasi, STMIK Raharja
Jl. Jend Sudirman No. 40 Modern Cikokol-Tangerang Telp. 5529692
Vol.5 No.2 - Januari 2012 145
ISSN: 1978 - 8282

ABSTRAKSI

Cloud computing atau komputasi awan ialah teknologi yang memanfaatkan layanan
internet menggunakan pusat server yang bersifat virtual dengan tujuan pemeliharaan
data dan aplikasi. Keberadaan komputasi awan jelas akan menimbulkan perubahan dalam
cara kerja sistem teknologi informasi dalam sebuah organisasi. Hal ini karena komputasi
awan melalui konsep virtualisasi, standarisasi dan fitur mendasar lainnya dapat
mengurangi biaya teknologi informasi, menyederhanakan pengelolaan layanan teknologi
informasi, dan mempercepat penghantaran layanan. Secara umum arsitektur komputasi
awan terdiri dari: (1) Infrastructure as a Service (IaaS); (2) Platform as a Service (PaaS);
dan (3) Software as a Service (SaaS). Karakteristik cloud computing adalah: (1) swalayan
(on demand self service); (2) akses pita lebar (broadband network access); (3) sumberdaya
terkelompok (resource pooling); (4) elastis (rapid elasticity); dan (5) layanan yang terukur
(measured service). Sedangkan yang menjadi kelebihan cloud computing adalah: (1)
tanpa investasi awal; (2) mengubah CAPEX menjadi OPEX; (3) lentur dan mudah
dikembangkan; (4) fokus pada bisnis, bukan teknologi informasi; dan (5) kendali dan
tanggungjawab pelayanan. Dengan cloud computing konsumen membebaskan diri dari
tanggung jawab untuk mengelola stack sumber daya komputasi. Levelnya mulai dari
SaaS ketika benar-benar bebas, PaaS ketika masih harus membuat aplikasi, dan IaaS
yang masih sibuk dengan operating system. Ini berbeda dengan On-Premise yang harus
mengurus semua sendiri.
Kata Kunci: Cloud computing, infrastructure, platform, software, teknologi informasi.

PENDAHULUAN
Penggunaan teknologi internet di dunia semakin meningkat. Setiap orang
pasti telah menikmati layanan internet. Dahulu internet hanya digunakan oleh para
pekerja di bidang teknologi komputasi berbasis internet dan yang mengerti teknologi
itu saja. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi ini juga mengalami
perkembangan kearah pencapaian kemudahan dan kenyamanan luar biasa dalam
melakukan kegiatan sehari-hari yang dianggap tidak mungkin dapat dikerjakan dalam
waktu singkat. Pengembangan teknologi komputasi berbasis internet sekarang ini
lebih diarahkan kepada proses pengaplikasian sistem yang mudah dan tidak
memerlukan banyak waktu atau tenaga (Turban, 2005). Permasalahan diperoleh
dalam pengolahan sistem jaringan. Apabila ada suatu perubahan pada program aplikasi
internet pada server dalam jaringan lokal, datanya harus diinstal ulang atau disesuaikan
kembali, termasuk pada pemakaian komputer biasa, yang biasanya diperlukan sistem
operasi dan program aplikasi.
Sistem operasi sangat menentukan program aplikasi. Kalau pemakai memilih
sistem operasi MS Windows misalnya, maka aplikasinya pun harus berbasis
Windows. Demikian juga kalau sistemnya berbasis DOS, Linux, Mac, dan

146 Vol.5 No.2 - Januari 2012


ISSN: 1978 - 8282

sebagainya. Padahal memilih sistem operasi sendiri sering membuat pengguna merasa
bingung. Sistem teknologi informasi yang ada sekarang ini sangat terbatasi oleh ruang.
Ruang untuk server yang dibutuhkan untuk penyimpanan data dan peningkatan
kemampuan perangkat keras dalam rangka peningkatan proses komputasi sangat
terbatas dan memerlukan biaya yang tidak murah untuk menambah perangkat yang
baru (Okuhara, 2010).
Sekarang konsep teknologi informasi cloud computing sedang hangat
dibicarakan. Disadari atau tidak komputasi awan akan secara dramatis mengubah
dunia bisnis dan industri teknologi informasi seperti yang dikenal sekarang.
Istilah cloud computing mulai banyak didengar dan perkembangannya sangat luar
biasa. Disebut-sebut teknologi cloud computing dapat menghilangkan permasalahan
yang dijelaskan diatas. Perusahaan-perusahaan besar di bidang IT pun sekarang
mencurahkan perhatiannya ke sana. Perusahaan-perusahaan akan dengan cepat
beralih ke server-server awan karena lebih cost-efficient, artinya tidak perlu membeli
server dan software yang mahal, implementasi yang kemungkinan gagalnya mencapai
55% sampai dengan 75%, mempekerjakan tenaga IT untuk maintenance, khawatir
terhadap pembajakan hak kekayaan intelektual, dan lain-lain.
Daripada repot, perusahaan tinggal mengalihkan semua operasi IT-nya ke
awan sehingga lebih fokus ke bisnis. Apa implikasinya? Sarjana-sarjana IT bisa
menambah deretan pengangguran intelektual jika mereka tidak cepat beradaptasi.
Teknologi baru selalu membawa perubahan, kesempatan, serta ancaman. Internet
merubah segalanya, menghasilkan banyak milyarder muda, tetapi juga meruntuhkan
banyak perusahaan raksasa (Lim, 2011). Era cloud computing telah hadir dan
lulusan sarjana IT terancam tidak mendapat pekerjaan jika tidak dibenahi sistem
pendidikan IT yang ada sekarang ini.
Apa sebenarnya cloud computing itu? Komputasi awan merupakan istilah
bagi dunia teknologi informasi yang sistemnya hanya disewa. Maksudnya, dalam
menerapkan teknologi ini, pelanggan diharuskan untuk menyewa beberapa komponen
kerja di teknologi informasi, seperti server penyimpanan data hingga data center.
Melihat perkembangan ini, maka dapat diprediksi standard teknologi di masa
mendatang akan menjadi lebih sederhana karena ketersediaan dari banyak cloud
service. Seluruh nama besar seperti IBM, Microsoft, Google, dan Apple, saat ini
sedang terlibat dalam peperangan untuk menjadi penguasa terbesar terhadap teknologi
awan ini. Oleh karena itu yang menjadi rumusan masalah dalam artikel ini adalah: (1)
apa itu cloud computing?; (2) apa kelebihan dari teknologi cloud computing?; (3)
layanan (service) apa saja yang ditawarkan oleh cloud computing?; dan (4)
perusahaan mana saja yang sudah menyediakan jasa cloud computing dan bagaimana
pelayanan yang diberikan terhadap client? Sedangkan yang menjadi tujuan penulisan
Vol.5 No.2 - Januari 2012 147
ISSN: 1978 - 8282

artikel ini adalah: (1) mampu menjelaskan definisi dari cloud computing; (2) mampu
memaparkan kelebihan yang ada pada teknologi cloud computing; (3) memberikan
penjelasan mengenai layanan-layanan yang disediakan oleh cloud computing; dan
(4) memberikan informasi mengenai perusahaan penyedia jasa cloud computing
dan cara kerja pelayanannya terhadap client atau konsumen.

PEMBAHASAN

1. Definisi Cloud Computing


Cloud computing pada dasarnya adalah menggunakan internet-based
service untuk men-support business process. Kata-kata “Cloud” sendiri merujuk
kepada simbol awan yang di dunia teknologi informasi digunakan untuk
menggambarkan jaringan internet (internet cloud). Cloud computing adalah
gabungan pemanfaatan teknologi komputer (‘komputasi’) dan pengembangan
berbasis internet (‘awan’). Cloud/awan merupakan metafora dari internet,
sebagaimana awan yang sering digambarkan pada diagram jaringan komputer, awan
(cloud) dalam cloud computing juga merupakan abstraksi dari infrastruktur
kompleks yang disembunyikan adalah suatu moda komputasi dimana kapabilitas
terkait teknologi informasi disajikan sebagai suatu layanan (as a service), sehingga
pengguna dapat mengaksesnya melalui internet (“di dalam awan”) tanpa pengetahuan
tentangnya, ahli dengannya, atau memiliki kendali terhadap infrastruktur teknologi
yang membantunya.
Menurut jurnal yang dipublikasikan IEEE, Internet computing / cloud
computing adalah suatu paradigma dimana informasi secara permanen tersimpan
di server internet dan tersimpan secara sementara di komputer pengguna (client)
termasuk di dalamnya adalah desktop, komputer tablet, notebook, sensor-sensor,
monitor dan lain-lain. Cloud computing secara sederhana adalah “layanan teknologi
informasi yang bisa dimanfaatkan atau diakses oleh pelanggannya melalui jaringan
internet”. Komputasi awan adalah suatu konsep umum yang mencakup SaaS, Web
2.0, dan tren teknologi terbaru lain yang dikenal luas, dengan tema umum berupa
ketergantungan terhadap internet untuk memberikan kebutuhan komputasi pengguna.
Sebagai contoh, Google Apps menyediakan aplikasi bisnis umum secara sharing
yang diakses melalui suatu penjelajah web dengan perangkat lunak dan data yang
tersimpan di server. Agar lebih mudah membayangkannya, dapat diilustrasikan pada
gambar 1 berikut (Ercana, 2010).

148 Vol.5 No.2 - Januari 2012


ISSN: 1978 - 8282

Gambar.1. Ilustrasi Could Computing

Sebagai ilustrasi, cloud computing dapat dibayangkan seperti sebuah jaringan


listrik. Apabila membutuhkan listrik, apakah harus mempunyai pembangkit listrik
sendiri? Tentu tidak. Tinggal menghubungi penyedia layanan (dalam hal ini, PLN),
menyambungkan rumah dengan jaringan listrik, dan menikmati layanan tersebut.
Pembayaran dilakukan bulanan sesuai pemakaian. Kalau listrik bisa seperti itu,
mengapa layanan komputasi tidak bisa? Misalnya, apabila sebuah perusahaan
membutuhkan aplikasi CRM (Customer Relationship Management). Kenapa
perusahaan tersebut harus membeli aplikasi CRM, membeli hardware server, dan
kemudian harus memiliki tim teknologi informasi khusus untuk menjaga server dan
aplikasi tersebut? Struktur cloud computing dapat dilihat pada gambar 2 berikut.

Gambar.2. Bagan Could computing didalam perusahaan

Vol.5 No.2 - Januari 2012 149


ISSN: 1978 - 8282

Di sinilah cloud computing berperan. Penyedia jasa cloud computing seperti


Microsoft, telah menyediakan aplikasi CRM yang dapat digunakan langsung oleh
perusahaan tadi. Mereka tinggal menghubungi penyedia layanan (dalam hal ini,
Microsoft), “menyambungkan” perusahaannya dengan layanan tersebut (dalam hal
ini, melalui Internet), dan tinggal menggunakannya. Pembayaran? Cukup dibayar
per bulan (atau per tahun, tergantung kontrak) sesuai pemakaian. Tidak ada lagi
investasi di awal yang harus dilakukan.
Apakah contoh dari cloud computing? Jika Anda memiliki email dengan layanan
web based email service seperti yang dimiliki Gmail, Yahoo, atau Hotmail, artinya
Anda sudah masuk ke layanan cloud computing karena software dan media
penyimpanannya tidaklah berada di komputer Anda, melainkan pada server mereka.
Sebenarnya layanan cloud computing ini sudah ada cukup lama. Contohnya adalah
Google Doc yang disediakan oleh Google. Disana Google menyediakan aplikasi
sejenis ‘microsoft office’ dengan pengolah kata, pengolah presentasi, dan lainnya
yang dapat digunakan saat Anda masuk ke situsnya. Dokumen yang dibuat tersebut
dapat langsung disimpan di Google dan dapat dibuka kapanpun dan dimanapun.
Dikatakan sebagai ‘cloud’ (= awan) karena aplikasi dan datanya berada pada cloud
web server (Knorr, 2010). Sistem dari cloud computing dibagi menjadi 2 yaitu
front end dan back end. Antara front end dan back end terkait satu sama lain
melalui jaringan yang disebut Internet. Front end adalah bagian dimana pengguna
komputer (user) atau client berada. Sedangkan back end adalah bagian dimana
cloud dari sistem itu berada. Front end juga meliputi komputer client atau komputer
jaringan dan aplikasi yang dibutuhkan untuk dapat mengakses sistem cloud
computing. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada gambar 3 berikut:

Gambar.3. Model ASP


150 Vol.5 No.2 - Januari 2012
ISSN: 1978 - 8282

Tidak semua cloud computing memiliki user interface yang sama. Contohnya
layanan seperti web browser dan layanan email antara satu dengan yang lain memiliki
perbedaan akses yang dimiliki atau perbedaan interface. Pada sistem back end
terdapat bermacam jenis komputer, server, dan sistem penyimpanan. Secara teori,
sistem cloud computing bisa termasuk didalamnya bermacam program komputer
mulai dari pemrosesan data hingga video game, dan biasanya setiap aplikasi memiliki
server yang berbeda. Server pusat dari cloud computing akan mengatur sistem
mulai dari memonitoring lalu lintas client dan permintaannya, dan menjamin semuanya
berjalan dengan baik dan benar (Elsenpeter, 2010). Semuanya itu berjalan dengan
sejumlah protokol dan menggunakan software khusus yang disebut middleware.
Middleware inilah yang memungkinkan komputer pada jaringan dapat
berkomunikasi satu dengan lainnya. Aplikasi yang terdapat pada cloud computing
pada dasarnya tanpa batas. Dengan middleware yang tepat, sistem cloud computing
dapat mengeksekusi semua program layaknya komputer biasa. Jadi, apapun yang
biasa dilakukan pada sebuah PC atau laptop pasti dapat dikerjakan pada cloud
computing.
Cloud computing tidak lama lagi akan menjadi realita, dan ini akan memaksa
para IT professional untuk cepat mengadaptasi yang dimaksud dengan teknologi
ini. Akibat dari keadaan sosial ekonomi yang terus mengalami revolusi yang sangat
cepat sehingga melahirkan cloud computing, dimana teknologi ini dibutuhkan untuk
kecepatan dan realibilitas yang lebih dari teknologi yang sebelumnya sehingga
teknologi ini nantinya akan mencapai pada tingkat investasi dalam term cloud service
yang cepat dan mudah.

2. Tantangan Bisnis Era Teknologi Informasi

E-Commerce
Internet saat ini sudah umum digunakan oleh dunia usaha dalam rangka mencari
informasi dagang, promosi dagang, hubungan/kontrak dagang secara internasional
ke seluruh Negara/dunia. Usaha yang menggunakan e-commerce yang dapat diakses
menggunakan internet merupakan suatu usaha yang sangat unik, karena hanya dengan
menggunakan satu media, peruahaan dapat melakukan usaha/bisnis, baik dengan
sesama perusahaan (Business to Business - B2B) atau dapat proses bisnis langsung
antara pebisnis dengan konsumen atau penjual dengan pembeli (Business to
Consumer B2B). Mereka dapat melakukan proses bisnis, mulai dari promosi produk,
penawaran, dan permintaan produk, tanya jawab antara konsumen dan produsen
atau antara pembeli dengan penjual dapat dilakukan secara efektif dengan e-
commerce (Assaraf, 2008).
Vol.5 No.2 - Januari 2012 151
ISSN: 1978 - 8282

Model e-commerce seperti: Customer to Business (C2B), Business to


Business (B2B), Customer to Customer (C2C) secara visual dapat dilihat pada
gambar 4 berikut:

Gambar.4. Model e-commerce

Berdasarkan pada gambar tersebut, maka dapat dijelaskan sebagai berikut (Rhenald,
2007):
Business to Business (B2B)
B2B artinya proses bisnis antara penjual dengan penjual atau produsen dengan
produsen atau produsen dengan grosir, pedagang, agen, dan sejenisnya dilakukan
secara online. Mereka dapat melakukan proses bisnis, mulai dari promosi,
penawaran dan permintaan produk, tanya jawab antara mereka dapat dilakukan
dengan cara online melalui internet atau mobile phone yang memiliki fitur untuk itu.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kekuatan teknologi internet dan mobile semakin hebat.
Teknologi pencarian informasi bisnis maupun informasi lainnya misal melalui situs
Google.com. Google, yang notabenenya perusahaan pemasang iklan merupakan
fenomena internet yang telah menjadi bagian dari kehidupan marketer dalam mencari
informasi mulai dari produk atau jasa yang terbesar sampai yang terkecil, melihat
dunia luar (contohnya Google Earth), mendengar (Google Alert), dan
berkolaborasi dengan rekan sekantor (Google Docs, Gmail, Google Talk).
Tidak hanya merevolusi industri teknologi informasi, Google juga mengubah
banyak tatanan industri mulai dari media (Google news, YouTube atau Google
Video) sampai perpustakaan (Google Books, Google Schoolar). Google adalah
internet, dan internet adalah Google. Dengan misinya yang sangat horizontal, yaitu
“Mengelola Informasi Dunia dan Membuatnya Mudah diakses dan Berguna” Google
152 Vol.5 No.2 - Januari 2012
ISSN: 1978 - 8282

telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat tulen dunia, New Wave yang ingin
mencari, melacak, dan menggunakan sebuah informasi. Teknologi Web 1.0 adalah
sudah mulai ditinggalkan, karena hanya dapat mencari, browsing, dan read-only.
Kini dunia internet telah berubah. Teknologi internet masuk pada Web 2.0 telah
membuat internet bersifat lebih interaktif dan dinamis. Interaksi dengan komunitas
menjadi lebih memungkinkan karena pada dasarnya kekuatan sesungguhnya dari
aplikasi internet yang bersifat Web. 2.0 adalah read and write. Internet dengan
Web 2.0 membuat proses horizontal semakin cepat (Zimmerer, 1996).
Di dunia yang serba horizontal ini, berkat perkembangan teknologi internet,
semua orang sekarang mempunyai kesempatan yang sama untuk terhubung,
dihubungi, dan menghubungi. Kini eranya dimana kita dapat melihat sekaligus
menyentuh, dan berinteraksi. Tidak hanya itu, dunia yang serba horizontal bukan
hanya disebabkan oleh perkembangan teknologi semata. Pendorong nomor satu
adalah perubahan teknologi dari yang bersifat one-to-many ke many-to-many.
Perubahan teknologi ini mengundang datangnya berbagai tren lainnya. Berbagai tren
yang ada, antara lain (Hukude, 2006):
1. From one-to-many broadcasting to many-to-many networking. Didorong
oleh teknologi Web 2.0 menyebabkan membanjirnya aplikasi berbasis jejaring
dari banyak ke banyak ini yang menyebabkan internet telah berubah. Trennya
adalah read and write, mendorong orang lebih mengekspresikan dirinya,
berpartisipasi, melakukan networking, membentuk komunitas lewat situs
jejaring, dan banyak hal lainnya.
2. Form Ideology to Persona. Berkembangnya teknologi juga telah membuka
dunia politik dan birokrasi lebih transparan. Sejak adanya internet, kita lebih
dapat melihat gambaran politik secara nyata, sudah semakin susah untuk
merahasiakan sesuatu. Sebagai contoh saat ini semakin banyak politis yang
masuk di Facebook. Ketika profil Perdana Menteri China Wen Jiabao muncul
di Facebook pada 14 Mei 2008, ia mendapat kawan sekitar 14.000 orang
dalam waktu Cuma dua minggu, sedangkan profil Presiden Hu Jiantao waktu
itu Cuma punya 1.000 pengikut. Ini bukti bahwa Wen lebih horizontal, meskipun
keduanya adalah orang nomor satu dan dua China.
3. From G7 to G20. Kelompok G (AS, Inggris Raya, Kanada, Prancis, Jerman,
Italia, dan Jepang). Dalam sejarah perekonomian dunia era sebelum krisis,
G7 tersebut secara rutin memakai peran konstruktif dalam mengoordinasikan
kebijakan global mengenai perekonomian dunia. Artinya, secara vertikal
mendikte Negara-negara lain, termasuk Negara-negara berkembang. Saat
ini telah berubah, Kelompok G7 telah secara perlahan memudar. Mereka
tidak lagi merepresentasikan wajah perekonomian dunia sebagaimana yang
Vol.5 No.2 - Januari 2012 153
ISSN: 1978 - 8282

diperlihatkan oleh G20, yaitu kelompok 20 negara perekonomian besar dunia


yang menghimpun hampir 90% GNP dunia, 80% total perdagangan dunia
dan dua per tiga penduduk dunia. Dalam kondisi perekonomian global seperti
sekarang, kelompok G7 tampil lebih horizontal, menunjukkan sikap kompromi,
dan kolaboratif dengan negara-negara berkembang. Semakin kompetitifnya
Negara-negara berkembang terutama China dan India, permasalahan dunia
global harus diselesaikan bersama-sama secara horizontal melalui G20.
4. From Belief to Humanity. Dalam era teknologi informasi dan komunikasi,
kita semua saling terjaring dalam dunia sosial dan budaya yang baru yang
lebih humanis. Contoh di dunia maya, membuktikan bahwa agama yang bersifat
vertikal dapat hidup berdampingan dengan aspek kemanusiaan dan sosial-
budaya yang bersifat horizontal. Teknologi yang kita gunakan saat ini dapat
menjelajah dunia dan membuka cakrawala baru di mana tiap-tiap manusia
semakin dan tidak berarti.
5. From Close to Open Market. Keempat tren baru tersebut di atas, menurut
Hermawan Kertajaya membawa angin baru ke market yang berubah dari
relatif tertutup ke relatif lebih terbuka. Pasar global telah menjadi daftar dan
semua marketer memiliki kesempatan yang sama. Dengan adanya kemajuan
platform teknologi online dan mobile, pengusaha/penjual dapat menjangkau
pembeli tanpa batas, di sisi lain, pembeli dapat keleluasaan untuk memilih
berbagai penawaran dari manapun untuk mendapatkan barang dan atau jasa
dengan value yang baik. Platform yang memfasilitasi transaksi antara
pengusaha atau penjual dan pembeli yang sifatnya Customer-to-Customer
(C2C), seperti eBay, Alibaba, dan Kasus di dunia online merupakan contoh
konkret bahwa era New Wave, pasar semakin horizontal.
6. From Competition to Co-operative. Perkembangan teknologi terkini tengah
mengubah semua yang ada di lingkungan bisnis, mulai dari lingkungan mikro
hingga makro. Di tengah pasar yang semakin terbuka, persaingan yang semakin
menyimpan segudang peluang juga tantangan sendiri bagi pemasar. Untungnya
di era sekarang, dunia semakin transparan, dan akses informasi semakin
mudah dan cepat. Kita dapat mengetahui kelemahan dan kekuatan para
kompetitor kita dan dapat mengakses ke konsumen mereka, celakanya,
kompetitor juga memiliki akses yang sama terhadap kekuatan dan kelemahan
kita, dan konsumen kita. Di era New Wave ini, persaingan yang sehat terjadi
ketika bidang permainannya sama besar. Semua pemain berada pada posisi
yang sejajar, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kita dapat menang
bila kita lebih unggul, sebaliknya dapat kalah bila kita tidak memiliki keunggulan,
bukan karena menjelek-jelekkan kompetitor atau bermain licik dan kasar.
154 Vol.5 No.2 - Januari 2012
ISSN: 1978 - 8282

Kunci untuk meredam munculnya permainan kasar dari kompetitor, pada


akhirnya ditentukan oleh siapa yang mau berkolaborasi secara adil (fair) dengan
para kompetitor. Tren yang disebut co-operation ini menjadi contoh di era
New Wave, bagaimanapun pemasar harus semakin mengorizontalkan diri
dengan para kompetitor potensialnya.
7. The Rise of New Customer: Digital Native. Salah satu dari tiga konsumen
baru yang terus berkembang adalah masyarakat tulen New Wave yang
dinamakan Digital Native alias konsumen yang asli digital. Konsumen yang
well-connected dengan dunia digital. Konsumen seperti ini sifatnya
transendental (di luar pengertian dan pengalaman manusia biasa) tidak terkotak-
kotakkan secara umur, demografis, geografis, strata sosial dan status lainnya.
Benang merah dari konsumen baru ini adalah merasa “hidup” 24 jam secara
horizontal di planet New Wave. Sudah saatnya tiap pemasar untuk mengenali
mereka, mengetahui perilaku mereka, dan mengenali kegelisahan zaman ini
atau keinginan (anxiety and desire) yang mereka miliki.
8. The Rise or New Customer: New Emergig Youth. Konsumen baru kedua
adalah “New Emerging Youth atau konsumen baru berumur delapan hingga
dua puluh empat tahun yang merupakan generasi muda atau baru di era
millenium. Merekalah yang memegang peranan berikutnya di sektor ekonomi,
setelah punahnya generasi baby-boomer dan semakin menuanya generasi X.
Beranjak dewasa dengan berbagai alat teknologi informasi dan komunikasi,
secara otomatis paradigma mereka menjadi sangat New Wave dan serba
horizontal. Sudah menjadi keharusan tersendiri bagi para New Wave Marketer
untuk mengenali, memahami, dan menghampiri mereka secara horizontal.
9. The Rise of New Customer: “New Urban Woman”. Konsumen ketiga
pada era New Wave kaum wanita urban yang secara metafora atau kiasan
datang dari planet venus, tetapi kini telah migrasi ke planet New Wave. Kaum
wanita secara alami dipandang sebagai pembawa gerakan horizontal, terutama
karena isu-isu seputar perbedaan gender yang dicatat dalam sejarah. Dengan
kecanggihan alat teknologi informasi dan komunikasi saat ini, kekuatan wanita
dalam melakukan word of mouth (dari mulut ke mulut) dan word of mouse
menjadi lebih besar. Mereka yang dapat mengajari para New Wave Marketer
bagaimana menjadi pemasar yang lebih menunjukkan sisi emosional dan
humanism.
10. The Connector. Menghubungkan para pemasar dengan lingkunan bisnisnya,
competitor, konsumen, dan para change agents (agen pembaruan) yang aktif
membentuk perubahan tatanan makro mulai dari perubahan teknologi, politik
dan legal, ekonomi, sosial budaya, dan pasar. Konektor terdiri atas tiga jenis,
Vol.5 No.2 - Januari 2012 155
ISSN: 1978 - 8282

yaitu mobile interaction, experiental events, dan social media ada di


belahan dunia online dan offline. Dengan adanya konektor, pemasar di era
New Wave dapat menerapkan apa yang dinamakan Always-on-Connection.
Setiap waktu (detik) telah terjadi koneksi yang menghubungkan perusahaan
(company) dengan 3C lainnya, yaitu Change Agents, Competitor, dan
Customer. Tanpa konektor, pemasaran harus bersiap-siap menanti ajal.

Dari berbagai tren tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan teknologi
internet dan mobile communication yang mengalami perubahan begitu cepat, setiap
pengusaha dituntut untuk mampu memanfaatkan berbagai peluang bisnis yang begitu
terbuka, transparan, cepat, sehingga pengusaha dituntut jangan sampai ketinggalan
zaman atau gagap teknologi. Dalam artikel ini, B2B tidak dibahas secara detail,
tetapi yang akan dibahas agak relatif lebih luas adalah B2C berikut (Masasya, 2009).

Business to Customer (B2C)


Business to customer (B2C) merupakan bagian dari e-commerce yang
biasanya merupakan sarana yang digunakan untuk bertransaksi atau proses bisnis
atau melakukan aktivitas jual beli secara online, misalnya untuk mengetahui jumlah
produk yang ada di pasar, atau melakukan proses jual beli barang secara langsung.
B2C merupakan salah satu model e-commerce yang muncul untuk membantu suatu
perusahaan dan konsumen dapat melakukan transaksi secara elektronik atau online
di mana dan kapan saja. B2C mengubah cara atau proses berbelanja dan lebih
berfokus pada ajakan penjual kepada pembeli untuk melakukan tawar-menawar
dalam proses online atau proses jual beli secara tidak langsung.
Berbagai layanan yang dapat diberikan oleh B2C, antara lain: (1) memuat
sampel produk yang akan dijual beserta informasi penting lainnya di internet atau
dunia maya; (2) transaksi pemesanan barang secara online; (3) transaksi pembayaran
barang; (4) transaksi pengiriman barang; (5) memuat berbagai informasi mutakhir
berbagai produk dan atau jasa; dan (6) memberikan layanan servis lengkap secara
online. Secara garis besar tipe-tipe pelayanan B2C terbagi menjadi 3 bentuk, yaitu
(Hisrich, 1998):
a. Auction stores. Toko lelang internet sebagai tempat untuk memberikan
pelayanan dalam bidang perdagangan, misalnya untuk menghasilkan produk
perusahaan, cara pembayaran dan sebagainya, sehingga dapat diketahui juga
jika menggunakan pelayanan Anda dapat memaksimalkan keuntungan yang
ingin dicapai karena penawaran yang sangat banyak dari berbagai Negara.
Keuntungan dari auction store:

156 Vol.5 No.2 - Januari 2012


ISSN: 1978 - 8282

1. Convenience. Seseorang dapat tetap tinggal di rumah atau kantor, tetap


dapat berpartisipasi dalam perdagangan atau melakukan tawar-menawar.
2. Flexibility. Dengan layanan ini dapat menyinkronisasi tawar-menawar
antara penawar dan pelanggan bukan hanya untuk waktu saat itu saja,
tetapi dapat mengetahui proses beberapa waktu lampau.
3. Increased reach. Layanan internat auction ini dapat memperluas daerah
jangkauan, sehingga tentunya mampu meningkatkan keuntungan, karena
penawaran dapat menjangkau ke pelosok dunia manapun.
4. Economical to operate. Dengan menggunakan layanan ini makin
memperkecil biaya untuk pengembangan yang dibutuhkan.
5. Inspection of goods. Tidak dapat memungkinkan seseorang untuk
melakukan pemeriksaan barang secara fisik yang akan dibelinya.
6. Potential for fraud. Dapat memungkinkan terjadinya penipuan karena
proses pembayaran dan pengiriman barang yang cenderung tidak dilakukan
secara bersama, sehingga memungkinkan penjual telah mengirim barang,
namun pembayaran masih belum dapat diselesaikan bersama pengiriman
barang.
b. Online Stores. Layanan ini merupakan tempat untuk menjual atau membeli
barang secara digital dengan memilih dan memesan barang dengan
menggunakan internet tanpa harus bertatap muka secara langsung dengan
penjual maupun yang ingin dibeli, contoh situs www.amazon.com.
Keuntungan online stores bagi perusahaan dan industri: (1) increased demand,
bertambah banyaknya permintaan; (2) low cost route to globe reach lini
biaya yang rendah menuju pencapaian dunia atau pencapaian global; (3) cost
reduction of promotion and sales, penurunan biaya promosi dan biaya
penjualan; dan (4) reduced cost, pengurangan biaya. Keuntungan online stores
bagi konsumen: (1) lower price, harga relatif lebih murah; (2) wider choice,
pilihan yang lebih luas; (3) better information, informasi yang lebih baik; dan
(4) convenience, praktis atau menyenangkan.
c. Online Services. Layanan ini merupakan tempat untuk meminta informasi
atau servis lain dari perusahaan dengan cepat dan mudah atau dapat melakukan
proses jual beli jasa misalnya tiket perjalanan, jasa servis, dan lain-lain, contoh,
situs www.travelcity.com. Berbagai kemampuan yang dimiliki dengan
menggunakan layanan internet dengan model online service antara lain: (1)
instantaneous communications, komunikasi yang segera atau seketika; (2)
global access, akses global atau seluruh dunia; (3) customization,
pembiasaan; (4) increased availability, tersedianya peningkatan; (5) de-
intermediation-de-intermediasi atau perantara-penengah; (6) consolidation
Vol.5 No.2 - Januari 2012 157
ISSN: 1978 - 8282

and convergence, konsolidasi dan bersatu di suatu tempat; dan (7)


colaboration, kolaborasi atau kerja sama.

3. Karakteristik Cloud Computing dalam Pemasaran

Bahwa tidak semua aplikasi berbasis web dapat dimasukkan ke dalam kategori
cloud computing. Ada lima kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah sistem untuk
bisa dimasukkan dalam keluarga Cloud Computing, yaitu (Raffaell, 2010):

a. Swalayan (On Demand Self Service). Seorang pelanggan dimungkinkan


untuk secara langsung “memesan” sumber daya yang dibutuhkan, seperti
processor time dan kapasitas penyimpanan melalui control panel elektronis
yang disediakan. Jadi tidak perlu berinteraksi dengan personil customer service
jika perlu menambah atau mengurangi sumberdaya komputasi yang diperlukan.

b. Akses Pita Lebar (Broadband Network Access). Layanan yang tersedia


terhubung melalui jaringan pita lebar, terutama untuk dapat diakses secara
memadai melalui jaringan internet, baik menggunakan thin client, thick client
ataupun media lain seperti smartphone.

c. Sumberdaya Terkelompok (Resource Pooling). Penyedia layanan cloud,


memberikan layanan melalui sumberdaya yang dikelompokkan pada satu atau
berbagai lokasi data center yang terdiri dari sejumlah server dengan
mekanisme multi-tenant. Mekanisme multi-tenant ini memungkinkan
sejumlah sumberdaya komputasi tersebut digunakan secara bersama-sama
oleh sejumlah user, di mana sumberdaya tersebut baik yang berbentuk fisik
maupun virtual, dapat dialokasikan secara dinamis untuk kebutuhan pengguna/
pelanggan sesuai permintaan. Dengan demikian, pelanggan tidak perlu tahu
bagaimana dan darimana permintaan akan sumberdaya komputasinya dipenuhi
oleh penyedia layanan. Yang penting, setiap permintaan dapat dipenuhi.
Sumberdaya komputasi ini meliputi media penyimpanan, memory, processor,
dan pita jaringan.

d. Elastis (Rapid Elasticity). Kapasitas komputasi yang disediakan dapat


secara elastis dan cepat disediakan, baik itu dalam bentuk penambahan ataupun
pengurangan kapasitas yang diperlukan. Untuk pelanggan sendiri, dengan
kemampuan ini seolah-olah kapasitas yang tersedia tak terbatas besarnya,
dan dapat “dibeli” kapan saja dengan jumlah berapa saja.

158 Vol.5 No.2 - Januari 2012


ISSN: 1978 - 8282

e. Layanan Yang Terukur (Measured Service). Sumber daya cloud yang


tersedia harus dapat diatur dan dioptimasi penggunaannya, dengan suatu sistem
pengukuran yang dapat mengukur penggunaan dari setiap sumberdaya
komputasi yang digunakan (penyimpanan, memory, processor, lebar pita,
aktivitas user, dan lainnya). Dengan demikian, jumlah sumberdaya yang
digunakan dapat secara transparan diukur yang akan menjadi dasar bagi user
untuk membayar biaya penggunaan layanan.

Kelebihan Cloud Computing dalam Bisnis


Keuntungan dari penggunaan cloud computing ini sangat banyak. Mulai dari
kemudahan akses dimana aplikasi dan data dapat diakses kapanpun dan dimanapun.
Demikian juga untuk urusan penghematan. Pengguna tidak perlu memikirkan untuk
membeli sebuah komputer terbaru dengan memori yang besar beserta berbagai
software pendukung. Di masa yang akan datang semua disediakan pada cloud
computing. Bila cloud computing ini dikerjakan atau diakses pada sebuah perangkat
portabel seperti smartphone atau tablet yang dapat mengakses Internet via WiFi,
bayangkan kemudahan yang dapat diperoleh.
Salah satu kelebihan cloud computing adalah sangat cepat di deploy, sehingga
cepat berarti instant untuk implementasi. Menurut Furht, Borko dan Escalante (2010)
kelebihan cloud computing adalah: (1) nantinya biaya start-up teknologi ini akan
sangat murah atau tidak ada dan juga tidak ada investasi kapital; (2) biaya dari
service dan pemakaian akan berdasarkan komitmen yang tidak fix; (3) service ini
dapat dengan mudah di upgrade atau downgrade dengan cepat tanpa adanya
penalty; (4) service ini akan menggunakan metode multi-tenant (banyak customer
dalam 1 platform); dan (5) kemampuan untuk meng customize service akan menjadi
terbatas.
Tetapi, cloud computing juga memiliki resiko, diantaranya (Mell and Grance,
2009): (1) Service level–Cloud provider mungkin tidak akan konsisten dengan
performance dari application atau transaksi. Hal ini mengharuskan pebisnis untuk
memahami service level yang didapatkan mengenai transaction response time,
data protection dan kecepatan data recovery. (2) Privacy–karena orang lain/
perusahaan lain juga melakukan hosting kemungkinan data perusahaan akan keluar
atau di baca oleh orang lain dapat terjadi tanpa sepengetahuan pemilik atau approve
dari perusahaan bersangkutan. (3) Data ownership – kepemilikan data yang diberikan
akan menjadi dapat menjadi milik bersama di dunia maya.
Mungkin yang masih menjadi persoalan terbesar cloud computing adalah
tentang keamanan dan privasi. Pencurian data (hack/crack) oleh pihak lain membuat
khawatir sebagian orang. Apalagi bila sebuah perusahaan besar yang memiliki data
Vol.5 No.2 - Januari 2012 159
ISSN: 1978 - 8282

atau rahasia penting kemungkinan masih berfikir panjang sebelum mau memanfaatkan
cloud computing ini. Secara lengkap kelebihan cloud computing adalah sebagai
berikut (Hartig, 2008):
1. Tanpa Investasi Awal. Dengan cloud computing, pebisnis dapat
menggunakan sebuah layanan tanpa investasi yang signifikan di awal. Ini sangat
penting bagi bisnis, terutama bisnis pemula (startup). Mungkin di awal bisnis,
pebisnis hanya perlu layanan CRM untuk 2 pengguna. Kemudian meningkat
menjadi 10 pengguna. Tanpa model cloud computing, maka sejak awal
pebisnis sudah harus membeli hardware yang cukup untuk sekian tahun ke
depan. Dengan cloud computing, pebisnis cukup membayar sesuai yang
dibutuhkan.
2. Mengubah CAPEX menjadi OPEX. Tanpa cloud computing,
investasi hardware dan software harus dilakukan di awal, sehingga pebisnis
harus melakukan pengeluaran modal (Capital Expenditure, atau CAPEX).
Sedangkan dengan cloud computing, pebisnis dapat melakukan pengeluaran
operasional (Operational Expenditure, atau OPEX). Jadi, sama persis
dengan biaya utilitas lainnya seperti listrik atau telepon ketika membayar
bulanan sesuai pemakaian. Hal ini akan sangat membantu perusahaan secara
keuangan.

3. Lentur dan Mudah Dikembangkan. Dengan memanfaatkan cloud


computing, pebisnis dapat memanfaatkan teknologi informasi sesuai
kebutuhan. Gambar di bawah adalah contoh beberapa skenario kebutuhan
bisnis. Penggunaan teknologi informasi secara bisnis biasanya tidak datar-
datar saja. Dalam skenario predictable bursting, ada periode di mana
penggunaan TI meningkat tajam. Contoh mudah adalah aplikasi Human
Resource (HR) yang pada akhir bulan selalu meningkat penggunaannya karena
mengelola gaji karyawan. Untuk skenario growing fast, bisnis meningkat
dengan pesat sehingga kapasitas teknologi informasi juga harus mengikuti.
Contoh scenario Unpredictable Bursting adalah ketika sebuah website berita
mendapat pengunjung yang melonjak karena ada berita menarik. Skenario
On and Off adalah penggunaan teknologi informasi yang tidak berkelanjutan.
Misalnya, sebuah layanan pelaporan pajak, yang hanya digunakan di waktu-
waktu tertentu setiap tahun sebagaimana pada gambar 5 berikut (Hayes, 2008):

160 Vol.5 No.2 - Januari 2012


ISSN: 1978 - 8282

Gambar.5. Contoh scenario Unpredictable Bursting

Tanpa layanan cloud computing, ke empat skenario ini akan membutuhkan


perencanaan teknologi informasi yang sangat tidak efisien, karena investasi
teknologi informasi harus dilakukan sesuai kapasitas tertinggi, walaupun
mungkin hanya terjadi di saat-saat tertentu. Hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya kegagalan layanan pada saat peak time tersebut. Dengan cloud
computing, karena sifatnya yang lentur dan mudah dikembangkan (elastic
and scalable), maka kapasitasnya dapat ditingkatkan pada saat dibutuhkan,
dengan biaya penggunaan sesuai pemakaian.
4. Fokus pada Bisnis, bukan teknologi informasi. Dengan menggunakan
cloud computing, pebisnis dapat fokus pada bisnis utama perusahaan, dan
bukan berkecimpung di dalam pengelolaan teknologi informasi. Hal ini dapat
dilakukan karena pengelolaan teknologi informasi dilakukan oleh penyedia
layanan, dan bukan oleh diri sendiri. Misalnya, melakukan patching, security
update, upgrade hardware, upgrade software, maintenance, dan lain-
lain.

Layanan Cloud Computing dalam Bisnis

Implikasi dari komputasi awan ini boleh dikatakan sudah sangat luas dan
besar. Dengan konsep independensi dan skala horisontal yang bisa dicapai maka
lahirlah istilah-istilah baru layanan seperti Sofware as a Service (SaaS) dan Platform
as a Service. Para vendor ternama dan yang baru bermunculan di bidang solusi
teknologi informasi sudah mulai berlomba-lomba menyediakan hosting layanan
Vol.5 No.2 - Januari 2012 161
ISSN: 1978 - 8282

seperti ini. Produk yang disediakan juga sangat beragam baik dari sisi fungsionalitas
maupun skema layanan apakah gratis atau berbayar. Ada tipe layanan yang sangat
sederhana, bahkan bisa langsung disisipkan ke situs kita dengan kode XML tanpa
coding sama sekali seperti layanan Google Friend Connect. Ada juga yang
mengharuskan kita ke situs vendor terkait untuk menggunakan layanan mereka
(ISACA, 2009).
Berikut beberapa produk layanan yang berhubungan dengan bisnis dan
produktivitas, disediakan oleh vendor-vendor ternama maupun yang baru
bermunculan: (1) microsoft office live (http://smallbusiness.officelive.com); (2)
google docs (http://docs.google.com); dan (3) Vertica Analytical Database. Dan
berikut beberapa produk platform pengembangan aplikasi yang khusus ditujukan
kepada para programmer/developer, antara lain adalah: (1) Google App Engine;
(2) GData API for Google Product Platform; (3) Amazon Elastic Compute Cloud
(EC2); (2) Microsof Live Mesh; dan (3) Snaplogic untuk integrasi data. Sebagai
gambaran dapat dilihat pada gambar 6 berikut (Mark-Shane, 2009):

Gambar.6. layanan cloud computing

Berdasarkan gambar di atas, berikut dibahas tiga layanan cloud computing dalam
bisnis dan pemasaran.
a. Software as a Service (SaaS)
Sebagai konsumen individual, pebisnis sebenarnya sudah akrab dengan layanan
cloud computing melalui Yahoo Mail, Hotmail, Google Search, Bing, atau
MSN Messenger. Contoh lain yang cukup populer adalah Google Docs ataupun
Microsoft Office Web Applications yang merupakan aplikasi pengolah dokumen
berbasis internet. Di dunia bisnis, pebisnis mungkin familiar dengan SalesForce.com
atau Microsoft CRM yang merupakan layanan aplikasi CRM. Di sini, perusahaan
162 Vol.5 No.2 - Januari 2012
ISSN: 1978 - 8282

tidak perlu setup hardware dan software CRM di server sendiri. Cukup berlangganan
SalesForce.com maupun Microsoft CRM, pebisnis bisa menggunakan aplikasi CRM
kapan dan dari mana saja melalui internet. Pebisnis tidak perlu melakukan investasi
server maupun aplikasi. Pebisnis juga akan selalu mendapat aplikasi terbaru jika
terjadi upgrade (Robert Elsenpeter, 2010).
Intinya, pebisnis benar-benar hanya tinggal menggunakan aplikasi tersebut.
Pembayaran biasanya dilakukan bulanan, dan sesuai jumlah pemakai aplikasi tersebut.
Dengan kata lain, pay as you go, pay per use, per seat. Semua layanan ini, dimana
suatu aplikasi software tersedia dan bisa langsung dipakai oleh seorang pengguna,
termasuk ke dalam kategori Software as a Service (SaaS). Secara sederhana,
pebisnis langsung mengkonsumsi layanan aplikasi yang ditawarkan.

b. Platform as a Service (PaaS)


Sering terjadi, suatu aplikasi software yang sifatnya package tidak dapat
memenuhi kebutuhan proses bisnis. Demikian pula dengan SaaS, di mana aplikasi
yang ditawarkan sebagai layanan tidak sesuai dengan proses bisnis yang diinginkan.
Pada skenario ini, pebisnis dapat menggunakan jenis layanan yang disebut Platform
as a Service (PaaS). Pada PaaS, pebisnis membuat sendiri aplikasi software yang
diinginkan, termasuk skema database yang diperlukan. Skema itu kemudian dipasang
(deploy) di server-erver milik penyedia jasa PaaS. Penyedia jasa PaaS sendiri
menyediakan layanan berupa platform, mulai dari mengatur server-server mereka
secara virtualisasi sehingga sudah menjadi cluster sampai menyediakan sistem operasi
di atasnya. Hasilnya, pebisnis sebagai pengguna hanya perlu memasang aplikasi
yang dibuat di atasnya. Hal ini dapat diskemakan pada gambar 7 berikut (Mark-
Shane dan E. Scale, 2009).

Gambar.7. Skema database


Vol.5 No.2 - Januari 2012 163
ISSN: 1978 - 8282

Pada perusahaan pembuat software, PaaS juga memberi alternatif lain. Alih-
alih memasang software di server konsumen, pebisnis bisa memasang software
tersebut di server milik penyedia layanan PaaS, kemudian menjualnya ke konsumen
dalam bentuk langganan. Dengan kata lain, perusahaan membuat sebuah SaaS.
Singkatnya, dengan PaaS, perusahaan membangun aplikasi sendiri di atas layanan
PaaS tersebut. Adapun contoh vendor penyedia layanan Paas adalah Microsoft
Azure dan Amazon Web Services.

c. Infrastructure as a Service (IaaS)


Ada kasus ketika konfigurasi yang disediakan oleh penyedia PaaS tidak sesuai
dengan keinginan perusahaan. Pebisnis berniat menggunakan aplikasi yang
memerlukan konfigurasi server yang unik dan tidak dapat dipenuhi oleh penyedia
PaaS. Untuk keperluan seperti ini, pebisnis dapat menggunakan layanan cloud
computing tipe Infrastructure as a Service (IaaS). Pada IaaS, penyedia layanan
hanya menyediakan sumber daya komputasi seperti prosesor, memori, dan storage
yang sudah tervirtualisasi. Akan tetapi, penyedia layanan tidak memasang sistem
operasi maupun aplikasi di atasnya. Pemilihan operating sistem, aplikasi, maupun
konfigurasi lainnya sepenuhnya berada pada kendali perusahaan. Jadi, layanan IaaS
dapat dilihat sebagai proses migrasi server-server pemasar dari on-premise ke data
center millik penyedia IaaS ini. Para vendor cloud computing lokal rata-rata
menyediakan layanan model IaaS ini, dalam bentuk Virtual Private Server.
Perbedaan SaaS, PaaS dan IaaS dapat dilihat dari sisi kendali atau tanggung
jawab yang dilakukan oleh vendor penyedia jasa layanan cloud maupun customer.
Pada gambar di bawah, dijelaskan stack (jenjang) teknologi komputasi dari
Networking naik hingga ke Application. Di situ juga dijelaskan sampai di stack
mana suatu vendor layanan cloud memberikan layanannya, dan mulai dari jenjang
mana konsumen mulai memegang kendali dan bertanggung jawab penuh pada stack
di atasnya. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada gambar 8 berikut.

Gambar.8. Skema kendali dan tanggung jawab layanan


164 Vol.5 No.2 - Januari 2012
ISSN: 1978 - 8282

Mulai dari kanan, pada SaaS, seluruh stack merupakan tanggung jawab
penyedia layanan cloud. Konsumen benar-benar hanya mengkonsumsi aplikasi yang
disediakan. Pada PaaS, penyedia layanan cloud bertanggung jawab mengelola
Networking hingga Runtime. Konsumen memiliki kendali dan bertanggung jawab
membuat aplikasi dan juga skema database-nya. Pada IaaS, penyedia layanan cloud
bertanggung jawab untuk Networking hingga Virtualization. Konsumen sudah mulai
bertanggung jawab untuk operating system ke atas. Sebagai perbandingan, di
gambar juga ditunjukkan arsitektur tradisional on-premise (bukan cloud), alias semua
ada di data center perusahaan. Di sini pebisnis bertanggung jawab untuk seluruh
stack, dari Networking hingga Application.

KESIMPULAN

Cloud computing sudah hadir saat ini, termasuk di Indonesia. Jadi, cloud
computing bukanlah sebuah hype, melainkan sudah menjadi kenyataan dalam dunia
teknologi informasi.
Bukan berarti pebisnis dan pemasar langsung harus berpindah saat ini juga:
pada kenyataannya cloud computing bukanlah untuk semua orang. Masih tetap
terdapat jenis-jenis layanan yang harus dilakukan secara on-premise, walaupun
terdapat juga layanan yang menjadi sangat efisien bila dilakukan dengan cloud
computing. Beberapa jenis layanan bahkan dapat dilakukan secara bersamaan
(hybrid) dengan menggabungkan kedua jenis implementasi tersebut.

Secara umum arsitektur komputasi awan terdiri dari: (1) Infrastructure as a


Service (IaaS); (2) Platform as a Service (PaaS); dan (3) Software as a Service
(SaaS). Karakteristik cloud computing adalah: (1) swalayan (on demand self
service); (2) akses pita lebar (broadband network access); (3) sumberdaya
terkelompok (resource pooling); (4) elastis (rapid elasticity); dan (5) layanan
yang terukur (measured service). Sedangkan yang menjadi kelebihan cloud
computing adalah: (1) tanpa investasi awal; (2) mengubah CAPEX menjadi OPEX;
(3) lentur dan mudah dikembangkan; (4) fokus pada bisnis, bukan teknologi informasi;
dan (5) kendali dan tanggungjawab pelayanan. Dengan cloud computing konsumen
membebaskan diri dari tanggung jawab untuk mengelola stack sumber daya
komputasi. Levelnya mulai dari SaaS ketika benar-benar bebas, PaaS ketika masih
harus membuat aplikasi, dan IaaS yang masih sibuk dengan operating system. Ini
berbeda dengan On-Premise yang harus mengurus semua sendiri.

Vol.5 No.2 - Januari 2012 165


ISSN: 1978 - 8282

DAFTAR PUSTAKA

1. Assaraf, J, Smith, M, 2008, The Answer: Mencapai Sukses Bisnis, Meraih


Kebebasan Finansial dan Memiliki Hidup Berkelimpahan, Terjemahan
Susi Purwoko, Gramedia: Jakarta.
2. Ercana, Tuncay, 2010. Effective Use of Cloud Computing in Educational
Institutions. Procedia Social and Behavioral Sciences 2 (2010): p. 938–
942.
3. Elsenpeter, Robert, 2010. Cloud Computing: A Practical Approach. New
York: McGraw-Hill International.
4. Furht, Borko dan Armando Escalante, 2010. Handbook of Cloud
Computing. Springer: New York.
5. Hartig, K. 2008. What is Cloud Computing? Cloud Computing Journal
available at: http://cloudcomputing. sys-con.com/node/579826, diakses 4
Desember 2011.
6. Hayes, B. 2008. Cloud Computing. Communications of the ACM, 51 (7),
p. 9-11.
7. Hisrich, Robert D dan Michael P. Peter, 1998, Entrepreneurship, Boston,
MA : Irwin International, Inc.
8. Hukude Gail P, 2006, Small Business on Entrepreneurs Business Plan,
Internasional Edition, Thomson Higher Education: Ohio.
9. ISACA. 2009. Cloud Computing: Business Benefits With Security,
Governance and Assurance Perspectives. :http://www.isaca.org /
Knowledge Center /Research /Documents/Cloud-Computing-28Oct09-
Research.pdf, diakses 2 Desember 2011.
10. Knorr, Eric dan Galen Gruman, 2010. What cloud computing really means,
InfoWorld, www.infoworld.com/d/cloud-computing/what-cloud-computing-
really-means-031, diakses 6 Desember 2011.
11. Mark-Shane E. Scale, 2009. Cloud Computing and Collaboration. Library
Hi Tech News, Vol. 26: 9, pp. 10-13.
12. Mell, P and Grance T, 2009. Presentation on Effectively and Securely
Using the Cloud Computing Paradigm. :http://csrc.nist.gov/groups/SNS/
cloud computing/cloud- computing, diakses 2 Desember 2011.
13. Masasya, Elvyn G Irianto, 2007, 25 Rahasia: Mengelola Usaha Di Era
Turbulensi, Rinto Hendro: Jakarta.
14. Okuhara, Shiozaki, 2010. Security Architecture for Cloud Computing.
FUJITSU Sci. Tech. J. v.46(4) : p. 397-402 :http://www.fujitsu. com/
downloads/MAG/vol46-4/, diakses 1 Desember 2011.
166 Vol.5 No.2 - Januari 2012
ISSN: 1978 - 8282

15. Raffaell, 2010. Teknologi Cloud Computing (Sebuah Pendekatan),


Teknoinfo, teknoinfo.web.id/teknologi-cloud-computing/, diakses 5 Desember
2011.
16. Rhenald Kasali, 2007, Re-Code Your Change DNA, Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.
17. Turban, E. Aronson J.E, Peng Liang, 2005, Decision Support Systems and
Intelligent Systems: Sistem Pendukung Keputusan dan Sistem Cerdas,
Terjemahan Dwi Prabontini, Andi: Jogyakarta.
18. Velte, Anthony T., Toby J. Velte & Robert Elsenpeter, 2010. Cloud
Computing: A Practical Approach. New York: McGraw-Hill International.
19. Zimmerer, W, Thomas, Norman, M. Scarborough, 1996, Entrepreneurship
and the New Venture Formation, Prentice Hall Inc: New Jersey.

Vol.5 No.2 - Januari 2012 167

You might also like