0% found this document useful (0 votes)
71 views13 pages

Nizhamiyah: Paradigma Thomas Kuhn: Revolusi Ilmu Pengetahuan Dan Pendidikan

1. The document discusses Thomas Kuhn's paradigm theory and its relevance to scientific and educational revolutions. 2. Thomas Kuhn argued that science progresses through paradigm shifts, where an existing paradigm is replaced by a new one. 3. For Kuhn, the history of science is marked by the strength of paradigms and scientific revolutions that occur after paradigms break down. 4. The paper aims to use Kuhn's theory as a lens to analyze revolutions in science and education in general.

Uploaded by

Andika Isma
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
71 views13 pages

Nizhamiyah: Paradigma Thomas Kuhn: Revolusi Ilmu Pengetahuan Dan Pendidikan

1. The document discusses Thomas Kuhn's paradigm theory and its relevance to scientific and educational revolutions. 2. Thomas Kuhn argued that science progresses through paradigm shifts, where an existing paradigm is replaced by a new one. 3. For Kuhn, the history of science is marked by the strength of paradigms and scientific revolutions that occur after paradigms break down. 4. The paper aims to use Kuhn's theory as a lens to analyze revolutions in science and education in general.

Uploaded by

Andika Isma
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 13

NIZHAMIYAH

Vol. X No. 2, Juli – Desember 2020 ISSN: 2086-4205

PARADIGMA THOMAS KUHN:


REVOLUSI ILMU PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN

Fia Alifah Putri


Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Jl. Marsada Adi Sucipto
Yogyakarta, 55281
e-mail: [email protected]
Wahyu Iskandar
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Jl. Marsada Adi Sucipto
Yogyakarta, 55281
e-mail: [email protected]

Abstract: Authority will be implied by scientific progress marked by the victory of each new
paradigm, which is "right" because it is the result of the professional authority of the scientific
community. Thomas Kuhn tried to spread fresh thoughts about the revolution in science and
education. This paper tries to discuss an important and interesting issue, namely reviewing
Thomas Kuhn's thoughts on the scientific and educational revolution. Thomas Kuhn's thought in
this regard is used as an analytical knife to see the revolution in science and education in
general. This paper relies on bibliographic sources in the form of books and articles that have
relevance to the subject matter. The results of this research show that the paradigm is placed by
Kuhn as a point of view, basic principles, methods, and values in solving a problem which is
firmly held by a certain scientific community. Scientific activities are guided by paradigms in
the age of normal science, where scientists have the opportunity to develop them in detail and
depth. For Thomas Kuhn, the history of science is a starting point in studying fundamental
problems in scientific epistemology because science is basically always marked by the strength
of the paradigm and the scientific revolution after it. Thomas Kuhn presents various approaches
in Islamic studies and education that can be used such as normative, historical, sociological,
anthropological and other approaches in order to ground Islam into a religion that is rahmatan lil
alamin.

Keywords: Thomas Kuhn, Revolution of knowledge, Education

Abstrak: Kekuasaan (authority) akan tersirat dengan kemajuan ilmiah yang ditandai dengan
kemenangan setiap paradigma baru tersebut adalah “benar” (right) karena merupakan hasil
kewenangan profesional komunitas ilmiah. Thomas Kuhn mencoba membentangkan pikiran
segar mengenai revolusi ilmu pengetahuan dan pendidikan. Tulisan ini mencoba mendiskusikan
permasalahan penting dan menarik, yaitu meninjau Pemikiran Thomas Kuhn tentang revolusi
ilmu pengetahuan dan pendidikan. Pemikiran Thomas Kuhn dalam hal ini dijadikan sebagai
pisau analisis untuk melihat revolusi ilmu pengetahuan dan pendidikan secara general. Tulisan
ini mengandalkan sumber bibliografis berupa buku dan artikel yang mempunyai relevansi
dengan pokok permasalahan. Adapun hasil penelitian ini bahwa paradigma ditempatkan oleh
Kuhn sebagai suatu cara pandang, prinsip dasar, metode-metode, dan nilai-nilai dalam
memecahkan sesuatu masalah yang dipegang teguh oleh suatu komunitas ilmiah tertentu.
Kegiatan ilmiah dibimbing oleh paradigma dalam masa sains normal, dimana para ilmuan
berkesempatan mengembangkannya secara terperinci dan mendalam. Bagi Thomas Kuhn
sejarah ilmu pengetahuan merupakan starting point dalam mengkaji permasalahan fundamental
dalam epistemologi keilmuan karena sains pada dasarnya selalu ditandai dengan kuatnya
paradigma serta revolusi ilmiah setelahnya. Thomas Kuhn mempersembahkan berbagai
pendekatan dalam studi Islam dan pendidikan dapat digunakan seperti pendekatan normatif,

94
NIZHAMIYAH
Vol. X No. 2, Juli – Desember 2020 ISSN: 2086-4205

historis, sosiologis, antropologis dan pendekatan lainnya dalam rangka membumikan Islam
menjadi agama yang rahmatan lil alamin.

Kata Kunci.Thomas Kuhn, Revolusi pengetahuan, Pendidikan


Pendahuluan
Filsafat merupakan sebuah ilmu yang dinamis 1 dan selalu bergerak mencari dan
merambah ranah baru untuk kemudian dijadikan sebagai basis pengembangan keilmuan
selanjutnya, yang dijadikan sebagai infanteri yang selalu menjadi pasukan terdepan
dalam membuka ranah pemikiran baru. Sehingga tidak heran jika filsafat kemudian
menjadi induk dari segala sains, hingga saat ini2. Wilayah pembahasan filsafat itu
sendiri meliputi tiga bagian utama, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi 3. Dan
salah satu cabang ilmu yang dibahas dalam filsafat ilmu adalah epistemologi karena
epistemologi digunakan untuk mengkonstruks teori-teori dalam suatu disiplin ilmu
pengetahuan untuk bisa dipertanggungjawabkan secara empiris dan rasional 4.
Secara historis perkembangan ilmu pengetahuan epistemologi, paradigma
epistemologi positivistik telah merajai bidang ini, dan telah bercokol selama berpuluh-
puluh tahun. Tetapi, sekitar dua atau tiga dasarwarsa terakhir ini, terlihat pekembangan
ini sebenarnya merupakan upaya pendobrakan atas filsafat ilmu pengetahuan
positivistik yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Thomas Kuhn, Paul Feyerabend,
N.R. Hanson, Robert Palter Stephen Toulmin, dan Imre Lakatos5. Mereka juga
mengkritik doktrin-doktrin filsafat tertentu seperti Baconian, pandangan tentang
verifikasi, falsifikasi Popper, Probabilistik, serta penerimaan dan penolakan teori-teori
ilmiah. Idealnya sebuah penelitian, kajian pustaka merupakan hal asasi yang harus
dilakukan oleh peneliti untuk menentukan posisinya pun originalitas dari penelitian
yang hendak dilakukan. Pada konteks ini, peneliti mendapati beberapa penelitian yang
mempunyai relevansi dengan penelitian yang hendak peneliti lakukan, yaitu: Inayatul
Ulya dan Nuskhan Abid dengan penelitian yang berjudul “Pemikiran Thomas Kuhn dan
Relevansinya terhadap Keilmuan Islam”dalam temuannyabahwapemikiran Thomas
Kuhn tersebut dapat dikontekstualisasikan dengan pengembangan keilmuan Islam
dengan tujuan membangun keterbukaan pemikiran keislaman terhadap anomali dan
crisis serta munculnya revolusi dalam ilmu keislaman sehingga memotivasi munculnya
paradigma baru di ranah keilmuan Islam. Berbagai pendekatan dalam studi Islam dapat
digunakan seperti pendekatan normatif, historis, sosiologis, antropologis dan

1
Ach. Maimun, “Filsafat Dinamis-Integralistik; Epistemologi Dalam Pemikiran Muhammad
Iqbal”, Kabilah: Journal Of Social Community 3 (2) (2018):142-156. Link.
http://ejournal.kopertais4.or.id/madura/index.php/kabilah/article/view/3402
2
Zubaedi, Filsafat Barat (Dari Logika Baru Rene Descartes Hingga Revolusi Sains ala Thomas
Kuhn, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2007), hlm.7
3
Rodliyah Khuza’i, Dialog Epistemologi: Mohammad Iqbal dan Charles S.Pierce, (Bandung:
PT Refika Medika, 2007), hlm.1
4
Mukhammad Ilyasin, “Epistemologi Pendidikan Islam Monokotomik: Menakar Manajemen
Pendidikan Paripurna Berbasis Rasionalistik Wahyuistik,” At-Turas 3, (1) (2016): 71–87. Link.
https://www.ejournal.unuja.ac.id/index.php/at-turas/article/view/183
5
Ibid, hlm.198

95
NIZHAMIYAH
Vol. X No. 2, Juli – Desember 2020 ISSN: 2086-4205

pendekatan lainnya dalam rangka membumikan Islam menjadi agama yang rahmatan lil
alamin. 6
Nurkhalis dengan penelitian yang berjudul “Konstruksi Teori Paradigma
Thomas S. Kuhn” dalam temuannyabahwa Konsep paradigm shifts membuka kesadaran
bersama bahwa para pengkaji sains tidak akan mungkin bekerja dalam suatu suasana
objektivitas yang mapan. Paradigma mendesain kerangka pandangan dunia (world view)
atau perspective (cara pandang) untuk lebih important, legitimate, and reasonable. Hal
ini membuat sebuah detection (target teleologis) tidak akan terevolusi atau tereleminir
karena kemampuan eksperimentalnya mengakomodir counterinstances (ketahanan
berkompetisi teori). Paradigma yang bertahan merupakan winnowing (keunggulan) baru
dari sebuah discovery, supertitian (temuan besar) atau novelty (terbaharukan).
Paradigma bertahan akan tumbuh menguasai normal science selama belum eksisnya
anomaly (ketimpangan). Paradigma baru memiliki kriteria neater (rapi), more suitable
(lebih cocok), simpler (sederhana), or more elegant (lebih elegan). Paradigma akan
terus bertransformatif dengan paradigma baru karena sistem bekerja paradigma
mengalihkan padigma menuju revolusi ilmiah di mana revolusi ilmiah dengan
perubahan fundamental akan meresap dalam metode dan pemahaman. 7
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dibentangkan di atas, maka
penelitian yang penulis lakukan ialah melengkapi dari penelitian-penelitian sebelumnya.
akan tetapi, penelitian ini memiliki fokus pembahasan yang berbeda, yakni sebuah
penelitian yang mengkaji tentang “Pemikiran Thomas tentang revolusi ilmu
pengetahuan dan pendidikan”.

Metodologi Penelitian
Tulisan ini mencoba mendiskusikan permasalahan penting dan menarik, yaitu
meninjau Pemikiran Thomas Kuhn tentang revolusi ilmu pengetahuan dan
pendidikan.Pemikiran Thomas Kuhn dalam hal ini dijadikan sebagai pisau analisis
untuk melihat revolusi ilmu pengetahuan dan pendidikan secara general. Kajian ini
diharapkan mampu merespon secara responsif pendapat sebagian kalangan yang
berpotensi merusak iklim bernegara. Tulisan ini mengandalkan sumber bibliografis
berupa buku dan artikel yang mempunyai relevansi dengan pokok permasalahan.
Pembacaan pemikiran para ahli dengan menggunakan pendekatan integratif dan
pemaknaan substansinya dengan menggunakan content analysis.8.

6
Inayatul Ulya dan Nuskhan Abid, “Pemikiran Thomas Kuhn dan Relevansinya terhadap
Keilmuan Islam”, FIKRAH: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan 3 (2) (2015): 249-276 Link.
https://www.neliti.com/publications/177906/pemikiran-thomas-kuhn-dan-relevansinya-terhadap-
keilmuan-islam
7
Nurkhalis, “Konstruksi Teori Paradigma Thomas S. Kuhn”, Jurnal Ilmiah Islam Futura (JIIF)
11 (2) (2012): 80-99 Link.https://www.jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/islamfutura/article/view/55/50
8
Content analysis adalah telaah sistematik untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atas
catatan-catatan atau dokumen sebagai sumber data, sehingga diperoleh suatu hasil atau pemahaman
terhadap berbagai isi pesan komunikasi yang disampaikan secara terbuka, obyektif dan sistematik. Lihat
Dalam Sanapiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hal. 133.

96
NIZHAMIYAH
Vol. X No. 2, Juli – Desember 2020 ISSN: 2086-4205

Hasil dan Pembahasan


Biografi Thomas Kuhn
Thomas Samuel Kuhn atau Thomas Kuhn selanjutnya akan disebutkan sebagai
Thomas Kuhn merupakan seorang filsuf, fisikiawan, sejarawan Amerika serikat pada
era abad ke-20. Lahir pada tanggal 18 Juli tahun 1922 di Cincinnati, Ohio Amerika dan
meninggal pada tanggal 17 Juni tahun 1996 di Cambridge, Massachusetts Amerika pada
umur 74 tahun. Thomas Kuhn lahir dari pasangan Samuel L. Kuhn seorang insinyur
industri dengan Minette Stroock Kuhn. Thomas Kuhn menyelesaikan studi doktornya
dalam ilmu Pasti-alam di Harvard pada tahun 1949 setelah mendapatkan gelar Ph.D.
Thomas kemudian diterima di Harvard sebagai asisten profesor pada pengajaran umum
dan sejarah ilmu atas usulan presiden Universitas James Conant. Setelah meninggalkan
Harvard dia belajardi University of California di Berkeley dan menjadi profesor sejarah
ilmu tahun 19619.

Gambar 1. Thomas Kuhn


Pemikiran Thomas Kuhn dilatarbelakangi oleh sejarahnya sendiri, dengan
demikian sejarah adalah kunci atau pondasi untuk menyusun gagasan paradigmanya.
Sejarah telah membantunya untuk menemukan konstelasi fakta, teori, dan metode-
metode. Dengan proses itu, Kuhn menemukan suatu proses perkembangan teori yang
kemudian disebutnya sebagai proses perkembangan paradigma yang bersifat
revoluioner. Kuhn mencoba meumuskan kembali filsafat ilmu dengan revolusi
paradigmanya yang dituliskan dalam salah satu karyanya yaitu The Structure of
Scientific Revolution.10
Karya Thomas Kuhn yang fenomenal sekaligus yang pertama adalah The
Structure of Scientific Revolution (1962) yang dituliskan dan diterbitkan ketika Thomas
Kuhn menjadi profesor di University of California,Barkeley dan karya Thomas Kuhn
yang kedua adalah The Essential Tension: Selected Studies in Scientific Tradition and
Change (1977). Dan salah satu dari karya Thomas Kuhn yang paling fenomenal adalah
The Structure of Scientific Revolution(1962) tentang sejarah dan filsafat ilmu

9
Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu: Klasik Hingga Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2015), hlm. 161.
10
Robith Abdillah Al Hadi, “Ilmu Komunikasi Dalam Paradigma Revolusi Sains Thomas Kuhn,
Indonesian”, Journal Of Islamic Communication, 1 (2): (2018):76-86 Link. http://jurnalpasca.iain-
jember.ac.id/ejournal/index.php/IJIC/article/view/147

97
NIZHAMIYAH
Vol. X No. 2, Juli – Desember 2020 ISSN: 2086-4205

pengetahuan dengan konsep dan teori besarnya tentang paradigma dan revolusi ilmu
pengetahuan. Buku ini terjual lebih dari satu juta salinan dalam 16 bahasa11. Menurut
pendapat Thomas Kuhn revolusi dalam ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah
penggantian paradigma lama oleh suatu paradigma baru yang dipandang dapat
menjelaskan lebih banyak gejala atau dapat memberikan jawaban yang lebih tepat atas
pertanyaan- pertanyaan baru yang dikemukakan.12
Kuhn meniti kariernya mula-mula sebagai seorang ahli fisika. Baru dalam
perkembangan selanjutnya, ia mendalami sejarah, kemudian sejarah ilmu, baru
kemudian filsafat ilmu 13. Di awal kaier akademisnya, Kuhn masih berada dalam zaman
dimana positivisme cukup dominan. Kuhn tidak sepakat dengan klaim positivis,
terutama dalam konsep kesatuan ilmu. Bagi Kuhn ilmu bukan satu namun plural. Bagi
Kuhn, paradigma, termasuk yang digunakan kalangan positivisme, adalah kerangka
konseptual yang mengakibatkan pengamatan menjadi tidak netral. Teori Kuhn tentang
paadigma disebut-sebut sebagai kontribusi terbesar Kuhn dalam filsafat ilmu. Tepatnya
sebagai alternatif teori untuk mengkarakterisasi sejaran dan praktik sains 14.

Paradigma dan Revolusi Ilmu Pengetahuan Thomas Kuhn


Paradigma berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu Para dan
Dekyani. Para yang berarti disamping atau disebelah, Dekyani yang berartiyang berarti
model atau contoh15. Sedangkan menurut KBBI paradigma merupakan model dalam
teori ilmu pengetahuan atau sering disebut juga kerangka berpikir 16. Sedangkan menurut
Zubaedi paradigma menurut Kuhn mempunyai beberapa definisi. Kuhn menjadikan
paradigma sebagai konsep sentral. Dari banyaknya definisi yang diutarakan oleh Kuhn,
ada dua definisi paradigma yang dianggap paling lengkap, yaitu sebagai berikut:
1) Paradigma merupakan contoh paktik ilmiah nyata yang diterima yang
mencakup dalil, teori, penerapan
2) dan instrumentasi yang dari padanya lahir tradisi-tradisi tertentu dan riset
ilmiah
3) Paradigma adalah kerangka referensi yang mendasari sejumlah teori maupun
praktek ilmiah dalam periode tertentu17
Revolusi lebih mudahnya dapat diartikan sebagai pengganti tatanan yang lama
dengan sesuatu yang baru. Jadi paradigma revolusi ilmu pengetahuan Thomas Kuhn
adalah perubahan mendasar yang merupakan episode perkembangan non-kumulatif,
dimana paradigma lama diganti sebagian atau seluruhnya oleh paradigma baru yang

11
Ibid, hlm.162
12
Yuni Masrifatin and Muh Barid Nizarudin Wajdi, “Islamic Studies Di Indonesia (Pendekatan
Fenomenologi),” in 2nd Proceedings Annual Conference For Muslim Scholars (Surabaya, 2018), 531–38.
13
Zubaedi, Filsafat Barat (Dari Logika Baru Rene Descartes Hingga Revolusi Sains ala Thomas
Kuhn), (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm. 200
14
Waston, Strategi Menang Dalam Revolusi Industri 4.0 (Perspektif Filsafat Thomas Kuhn), The
th
10 University Research Colloqium, 2019, hlm. 348
15
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Yogyakarta: Rakaserasin, 2001, h.779
16
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima V.0.2.1 Beta (21)
17
Ibid, hlm. 78

98
NIZHAMIYAH
Vol. X No. 2, Juli – Desember 2020 ISSN: 2086-4205

bertentangan, karena adanya fakta-fakta ilmiah yang tidak sesuai dengan kenyataan18.
Dengan konsep yang ditawarkan Kuhn ini, tidak sejalan dengann konsep yang
ditawarkan oleh Popper. Maka dari itu disini akan dipapakan secara mendalam
mengenai konsep paradigma dan revolusi ilmu pengetahuan oleh Kuhn dan kritikan
tajam Thomas Kuhn terhadap Popper.

Kritikan Tajam Thomas Kuhn


Buku karya Thomas Kuhn yang berrjudul The Structure of Scientific Revolution,
banyak mengkritik tajam tentang pandangan falsifikasi Popper. Giddens mengatakan
bahwa perdebatan Kuhn dan Popper terkait dengan persoalan “normal science” yang
dinyatakan Kuhn sebagai periode keberhasilan paradigma-paradigma ilmiah. 19 Dengan
asumsi dasar bahwa paradigma bersifat plural, Thomas Kuhn berpendapat bahwa
pengetahuan tidak mungkin bersifat kumulatif seperti yang dikemukakakn oleh Popper
karena menurut Kuhn masing-masing tahapan evolusi memiliki paradigmanya sendiri-
sendiri. 20Perdebatan tersebut merupakan salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah
filsafat ilmu.
Menurut Popper ilmu pengetahuan bersifat kumulatif atau segala sesuatu yang
dapat dibuktikan salahnya suatu teori, proposisi atau hipotesis 21 (falsifikasi). Karl
Raimond Popper atau yang dikenal dengan sebutan Popper megemukakan dalam
teorinya bahwa pengajuan hipotesis harus disusul oleh upaya untuk membuktikan
kesalahan hipotesis itu dalam perkembangan ilmiah. Hipotesis telah berubah menjadi
tesis (teori) jika sudah tidak ditemukan kesalahan hipotesis lagi, dengan kata lain jika
belum sampai ditemukan kesalahan teori oleh ilmuwan lain maka kebenaran teori itu
dapat diterima22.Kesimpulan garis besarnya Popper mengatakan suatu teori itu tidak
bisa dikatakan teori jika ditemukan kesalahan. Jadi yang diktakan teori harus benar-
benar tanpa kesalahan.
Menurut Kuhn, Popper menjungkir balikan kenyataan dengan terlebih dahulu
menguraikan terjadinya ilmu empiris melalui jalan hipotesis yang disusul dengan upaya
falsifikasi. Namun justru Popper menempatkan sejarah ilmu pengetahuan sebagai
contoh untuk menjustifikasi teorinya. Yang hal ini sangat bertolak belakang dengan
pola pikir Kuhn yang lebih mengutamakan sejarah ilmu sebagai titik awal segala
penyelidikan. Dengan demikian, filsafat ilmu diharapkan bisa semakin mendekati
kenyataan ilmu dan aktivitas ilmiah sesungguhnya. Maka dari itu Kuhn beranggapan

18
Ibid, hlm. 79
19
Fuad, Wibisono Koento S, and Hardono P Hadi, “Kebenaran Ilmiah Dalam Pemikiran Thomas
S. Kuhn Dan Karl R. Popper: Suatu Kajian Hermeneutika Dan Kontribusinya,” Jurnal Filsafat 25, no. 2
(2015): 253–76.
20
Ibid, hlm. 348
21
Inayatul Ulya and Nushan Abid, “Pemikiran Thomas Kuhn Dan Relevansinya Terhadap
Keilmuan Islam,” Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah Dan Studi Keagamaan3 (2) (2015): 249–76. Link.
https://www.neliti.com/publications/177906/pemikiran-thomas-kuhn-dan-relevansinya-terhadap-
keilmuan-islam
22
Afiq Fikri Almas, “Sumbangan Paradigma Thomas S . Kuhn Dalam Ilmu Dan Pendidikan
(Penerapan Metode Problem Based Learning Dan Discovery Learning),” At-Tarbawi 1 (1) (2018): 89–
106. Link. http://ejournal.iainsurakarta.ac.id/index.php/at-tarbawi/article/view/1147

99
NIZHAMIYAH
Vol. X No. 2, Juli – Desember 2020 ISSN: 2086-4205

bahwa kemajuan ilmiah itu pertama-tama bersifat revolusioner, bukan maju secara
kumulatif23.
Kuhn juga menambahkan bahwa ilmu bukan maju melalui akumulasi linier dari
pengetahuan baru, tetapi belangusng periodic revolutions, disebut pula
”paradigmshifts” dimana hakikat penyelidikan ilmiah dalam satu bidang tertentu dalam
abruptly transformed. Kuhn memperkenalkan konsep paradigm shift untuk menandai
situasi dalam sejarah ilmu dimana satu teori ditinggalkan untuk mendukung teori lain,
sebagai hasil dari krisis yang di dorong oleh kemunculan sejumlah teka-teki (puzzles)
yang tidak dapat dipecahkan dalam konteks kerangka teori lama (old framework).24

Normal Science Oleh Thomas Kuhn


Pada umumnya, ilmu terbelah kedalam tiga tahapan yang berbeda. Tahap
pertama ialah prailmiah (prescience), ditandai dengan kurangnya central paradigm.
Selanjutnya diikuti dengan “normal science” tahap ketika para ilmuan berusaha untuk
memperluas central paradigm dengan “memecahkan teka-teki” (puzzle solving).
Dipandu oleh paradigma, nomal science ini sangat produktif: “ketika paradigma
berhasil, ilmuwan akan mampu memcahkan bebagai masalah, dan ini tidak akan
dilakukan tanpa komitmen pada paradigma”. 25
Kritikan tajam terhadap Popper yang diajukan oleh Kuhn dibantah Khun dengan
pemberian penjelasan bagaimana revolusi keilmuan terjadi. Kuhnmengalami konsep ini
dengan memunculkan istilah normal science26. Nomal science atau sains yang normal
merupakan suatu riset yang dengan pasti dan teguh berdasarkan atas satu atau lebih
pencapaian yang ilmiah pada masa lampau, pencapaian yang ilmiah itu sendiri pada
suatu ketika akan dinyatakan sebagai fondasi bagi praktek selanjutnya27. Terbentuknya
sebuah normal science mengacu pada besarnya penerimaan komunitas ilmiah itu
sendiri. Kuhn kemudian menamai normal science yang dominan ditopang oleh sebuah
paradigma. Thomas Kuhn yang dikenal sebagai prototip pemikir yang mendobak
keyakinan para ilmuwan yang bersifat positivistik, lebih menggarisbawahi validitas
hukum-hukum alam dan hukum-hukum sosial yang bersivat universal, yang dapat
dibangun oleh rasio. Kelompok positivis kurang berminat untuk melihat faktor historis
yang menurut Kuhn ikut berperan dalam mengaplikasikan hukum-hukum yang
dianggap universal tersebut 28.

23
Zubaedi, Filsafat Barat (Dari Logika Baru Rene Descartes Hingga Revolusi Sains ala Thomas
Kuhn), (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm.200
24
Slamet Subekti, Filsafat Ilmu Karl Popper dan Thomas Kuhn Serta Implikasinya Dalam
Pengajaran Ilmu, HUMANIKA 2 (2), ISSN 1412-9418, hlm. 42
25
Ibid, hlm.42
26
Budi Winarno, “Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori, Dan Metodologi”,
Jurnal.Upnyk17 (2013): 1–20. Link.
http://www.jurnal.upnyk.ac.id/index.php/paradigma/article/download/2466/2102
27
Thomas S. Kuhn, The Structure of Scientific Revolution, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012, hlm. 10
28
Khuza’i, Rodliyah, Dialog Epistemologi: Mohammad Iqbal dan Charles S.Pierce, (Bandung:
PT Refika Medika, 2007), hlm.1

100
NIZHAMIYAH
Vol. X No. 2, Juli – Desember 2020 ISSN: 2086-4205

Paradigma itu sendiri merupakan konsep sentral Kuhn, yang memiliki maksud
sebagai kerangka referensi atau sumber acuan yang mendasari sejumlah teori maupun
praktik ilmiah dalam peiode tertentu29. Paradigma juga dapat disebut sebagai apa yang
akan kita dapatkan dari pengujian perilaku anggota-anggota masyarakat ilmiah yang
telah ditentukan sebelumnya dan dipakai sebagai keseluruhan kumpulan yang memiliki
keyakinan, nilai, teknik, dan lain-lain yang telah dilakukan oleh anggota-anggota
masyarakat yang telah diakui30. Kuhn mendefenisikan bahwa paradigma merupakan
istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan sekumpulan ide, asumsi, dan metode
yang dibagikan oleh sekelompok ilmuwan; ketika itu rusak, akan mengarah ke
pergeseran paradigma ke model teoritis baru 31.
Revolusi Ilmiah terjadi karena adanya persepsi ilmuwan terhadap kekurangan
paradignia yang dianutnya dalam memecahkan masalah realitas alam. Semula ilmu
menggunakan paradigma tertentu yang diyakini dapat membantu memecahkan masalah
alamiah. Pada saat ini ilmuwan menjadikan paradigma tersebut sebagai pedoman dalam
melakukan aktivitas ilmiahnya.

Anomali Sebuah Kesenjangan


Pada pembahasan sebelumnya para ilmuawan sepakat menjadikan paradigma
sebagai pedoman dalam melakukan aktivitas ilmiah. Namun demikian dalam
perkembangannya, mereka menemukan anomali-anomali sehingga timbul krisis
kepercayaan ilmuwan terhadap validitas paradigma yang dipercaya. Karena itu, para
ilmuwan mencari paradigma baru yang dapat membantu aktivitas yang lebih memadai
dari paradigma sebelumnya32.
Data anomali berperan besar dalam memunculkan sebuah penemuan baru yang
diawali dengan kegiatan ilmiah. Dalam keterkaitan ini, Kuhn menguraikan dua macam
kegiatan ilmiah, puzzle solving dan penemuan paradigma baru. Dalam puzzle solving,
para ilmuwan membuat percobaan dan mengadakan observasi yang tujuannya untuk
memcahkan masalah teka teki, bukan mencari kebenaran. Bila paradigmanya tidak
dapat digunakan untuk memecahkan persoalan penting atau malah mengakibatkan
konflik, suatu paradigma baru harus diciptakan. Dengan demikian, kegiatan ilmiah
selanjutnya diaahkan kepada penemuan paadigma baru, dan jika penemuan barru ini
dinyatakan behasil, akan terjadi perubahan besar dalam ilmu pengetahuan. 33

29
Asrudin, 2014, hlm.149
30
Almas, “Sumbangan Paradigma Thomas S . Kuhn Dalam Ilmu Dan Pendidikan (Penerapan
Metode Problem Based Learning Dan Discovery Learning).”
31
Oka Saputra, “Revolusi Dalam Perkembangan Astronomi : Hilangnya Pluto Dalam
Keanggotaan Planet Pada Sistem Tata Surya,” Jurnal Filsafat Indonesia1 (1) (2018): 71–74. Link.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JFI/article/view/13992
32
Yulia Tri Samiha, “Standar Menilai Teori Dalam Metode Ilmiah Pada Kajian Filsafat Ilmu,”
Medina-Te, Jurnal Studi Islam14 ( 2) (2016): 133–42. Link.
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate/article/view/1177
33
Zubaedi, Filsafat Barat (Dari Logika Baru Rene Descartes Hingga Revolusi Sains ala Thomas
Kuhn), (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm. 203

101
NIZHAMIYAH
Vol. X No. 2, Juli – Desember 2020 ISSN: 2086-4205

Penemuan baru bukanlah peristiwa-peristiwa terasing, melainkan episode-


episode yang diperluas dengan struktur yang berulang secara teratur. Penemuan diawali
dengan kesadaran akan anomali, yakni dengan pengakuan, dan ia hanya beakhir jika
teori atau paradigma itu telah disesuaikan sehingga yang menyimpang itu menjadi yang
diharapkan. Jadi yang jelas dalam penemuan baru harus ada penyesuaian antara fakta
dengan teori yang baru.34 Setelah melalui kompetisi berbagai paradigma, kemudian
diperoleh satu paradigma sebagai kesepakatan ilmuwan untuk dipakai dalarn kerja
ilmialinya. Proses revolusi intelektual dan hubungannya diantara unsur/tahap
perkembangan ilmu digambarkan seabagai berikut :

Paradigma Normal
Anomali Crisis
I Science

New
Paradigma
Normal Revolution
II
Science

Gambar 2. Siklus Struktur Paradigma dan Revolusi Keilmuan Menurut Thomas Kuhn

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa (1) perkembangan sains


menurut Kuhn bersifat revolusioner, (2) revolusi ilmiah merupakan proses peralihan
dari paradigma lama keparadigma baru dalam diri para ilmuwan, dan (3) proses
terjadinya revolusi ilmiah bermula dari digunakannya suatu paradigma dalam masa
sains normal. Kemudian dalarn kenyataan terdapat anomali yang merupakan
kesenjangan antara paradigma yang berlaku dengan fenomena. Dengan menumpuknya
anomali kemudian timbul krisis yang mengakibatkan para ilmuwan meninggalkan
paradigma lama dan menggunakan paradigma baru yang disepakati para ilmuwan.
Penelitian Almas mengenai Thomas Kuhn mengatakan bahwa:

“A paradigm is a fundamental image of the subject matter within a science. It serves to


difeny what should be studied, what qeustion should be asked, how they should be asked
and what rules should be followed in interpretating the answer obtained. The
paradigms is the broadest unit of consensus within a science and serves to defferenciate
on scientific community (or subcommunity) from another. It subsumes, defines, and
Volumeinterrelates the exemplars, theories, methods and instrument, that exist within
it”.

Maknanya paradigma merupakan pandangan dasar tentang pokok bahasan ilmu.


Mendefinisikan apa yang harus diteliti dan dibahas, pertanyaan apa yang harus
34
Ibid, hlm.204

102
NIZHAMIYAH
Vol. X No. 2, Juli – Desember 2020 ISSN: 2086-4205

dimunculkan, bagaimana merumuskan pertanyaan, dan aturan-aturan apa yang harus


diikuti dalam mengintepretasikan jawaban. Paradigma adalah konsensus terluas dalam
dunia ilmiah yang berfungsi membedakan satu komunitas ilmiah dengan komunitas
lainnya. Paradigma berkaitan dengan pendefinisian, eksemplar ilmiah, teori, metode,
serta instrumen yang tercakup di dalamnya 35.

Paradigma dan Revolusi Ilmu Pengetahuan Thomas Kuhn dalam Pemikiran


Pendidikan
Thomas Kuhn dengan konsep revolusi ilmiahnya memiliki karakteristik
pemikiran dan model filsafat baru dalam hal sejarah lahirnya ilmu pengetahuan dan
filsafat sains serta peranan sejarah ilmu pengetahuan dalam mengkonstruksi munculnya
ilmu pengetahuan baru. Bagi Thomas Kuhn sejarah ilmu pengetahuan merupakan
starting point dalam mengkaji permasalahan fundamental dalam epistemologi keilmuan
karena sains pada dasarnya selalu ditandai dengan kuatnya paradigma serta revolusi
ilmiah setelahnya. Fase inilah yang diistilahkan Thomas Kuhn sebagai fase sejarah
lahirnya ilmu pengetahuan baru, dimulai dengan normal science, kemudian terjadi
anomaly dan crisis, setelah itu barulah muncul revolusi ilmiah sebagai bentuk lahirnya
ilmu pengetahuan baru. Pemikiran Thomas Kuhn tersebut dapat dikontekstualisasikan
dengan pengembangan keilmuan Islam dengan tujuan membangun keterbukaan
pemikiran keislaman terhadap anomali dan crisis serta munculnya revolusi dalam ilmu
keislaman sehingga memotivasi munculnya paradigma baru di ranah keilmuan Islam.
Berbagai pendekatan dalam studi Islam dapat digunakan seperti pendekatan normatif,
historis, sosiologis, antropologis dan pendekatan lainnya dalam rangka membumikan
Islam menjadi agama yang rahmatan lil alamin 36.
Sedangkan istilah paradigma atau identik dengan “skema” dalam teori belajar
yang merupakan struktur mental yang dengannya seseorang secara intelektual
beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Skema ini akan beradaptasi atau
berubah sesuai dengan perkembangan mental peserta didik dalam hal belajar.37
Menghadapi rangsangan atau pengalaman baru yang tidak sesuai dengan skema yang
ada, ada kalanya seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru itu
dengan skema yang ia miliki. Pengalaman baru ini bisa jadi sama sekali tidak cocok
dengan paradigma yang ada. Dalam keadaan sepeti ini, orang tersebut akan mengadakan
akomodasi, yaitu membentuk skema baru yang dapat sesuai dengan rangsangan yang
baru, atau modifikasi skema yang ada sehingga sesuai dengan data anomali itu. Inilah
yang disebut revolusi skema.38 Contoh dari revolusi ilmu pengetahuan ala Thomas

35
Afiq Fikri Almas, “Sumbangan Paradigma Thomas S . Kuhn Dalam Ilmu Dan Pendidikan
(Penerapan Metode Problem Based Learning Dan Discovery Learning).”Attarbawi Jurnal 3 (1)
(2018):89-105 Link. http://ejournal.iainsurakarta.ac.id/index.php/at-tarbawi/article/view/1147#fulltext
36
Ulya and Abid, “Pemikiran Thomas Kuhn Dan Relevansinya Terhadap Keilmuan Islam.”
Neliti.com Link. https://www.neliti.com/publications/177906/pemikiran-thomas-kuhn-dan-relevansinya-
terhadap-keilmuan-islam
37
Zubaedi, Filsafat Barat (Dari Logika Baru Rene Descartes Hingga Revolusi Sains ala Thomas
Kuhn), Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm.208-209.
38
Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, hlm.32

103
NIZHAMIYAH
Vol. X No. 2, Juli – Desember 2020 ISSN: 2086-4205

Kuhn bisa kita telaah dalam Jurnal Filsafat Indonesia yang membahas tentang Revolusi
dalam Perkembangan Astronomi: Hilangnya Pluto dalam Keanggotaan Planet Pada
Sistem Tata Surya. Oka Saputra yang meupakan peneliti dari jurnal tersebut
menjelaskan Astronomi merupakan ilmu yang mempelajari tentang benda langit, seiring
denganberkembangnya teknologi maka terjadi pergeseran paradigma.Pergeseran
paradigma (paradigm shift) adalah istilah yang cocok untuk menggambarkan terjadinya
dimensi kreatif pikiran manusia dalam bingkai pengetahuan.Salah satu perubahan
paradigma adalah keanggotaan Pluto dalam planet pada tata surya.Tahun 2006 hal yang
sangat mengejutkan dimana IAU (International Astronomical Union) mengatakan
bahwa Pluto yang kita kenal sebagai planet terjauh yang mengeliligi alam semesta
bukanlah sebuah planet dan di hilangkan dalam keanggotaan planet dan Pluto di
golongkan kedalam planet kerdil. 39
Para astronom pada saat itu, sangat yakin bahwa Pluto memang planet ke
sembilan di tata surya kita.Kemudian seiring berjalannya waktu mulailah muncul
permasalahan disini Thomas Kuhn menyebutnya sebagai anomali. Permasalahan itu
mucul ketika teleskop yang lebih canggih berhasil dikembangkan. Dari hasil
pengamatan, kita mengetahui bahwa Pluto, hanyalah salah satu dari banyak sekali objek
langit yang berada di area yang bernama. Banyaknya objek langit seperti Pluto di luar
sana, membuat para astronom akhirnya membuat syarat untuk sebuah objek langit, bisa
disebut sebagai planet dan pluto tidak memenuhi salah satu kriteria untuk dikatakan
planet. Tetapi kemudian, untuk mengelompokkan planet-planet seperti Pluto ini, para
astronom menciptakan sebutan khusus yang bernama “dwarf planet” atau planet kerdil.

Anomali
Paradigma I Normal Science
(kesenjangan
(Pluto termasuk (teori yang sudah
terhadap
Planet) jelas)
fenomena)

Crisis
New Normal Revolution
Science (para astronom
(kiteria sebuah
meninggalkan
(teori baru) planet)
paradigma lama)

Paradigma II
(Pluto tdk termasuk
planet

39
Saputra, “Revolusi Dalam Perkembangan Astronomi : Hilangnya Pluto Dalam Keanggotaan
Planet Pada Sistem Tata Surya.”, Jurnal Filsafat Indonesia 1 (2) (2018): 71-74 Link.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JFI/article/view/13992/8693

104
NIZHAMIYAH
Vol. X No. 2, Juli – Desember 2020 ISSN: 2086-4205

Gambar 3.Contoh siklus Struktur Paadigma dan Revolusi Keilmuan Menurut Thomas
Kuhn

Simpulan
Paradigma ditempatkan oleh Kuhn sebagai suatu cara pandang, prinsip dasar,
metode-metode, dan nilai-nilai dalam memecahkan sesuatu masalah yang dipegang
teguh oleh suatu komunitas ilmiah tertentu. Kegiatan ilmiah dibimbing oleh paradigma
dalam masa sains normal, dimana para ilmuan berkesempatan mengembangkannya
secara terperinci dan mendalam. Ilmuan pun tidak bersikap kritis pada paradigma yang
membimbing aktivitas ilmiahnya. Hingga sampai pada fase anomaly ketika ilmuwan
menjumpai berbagai fenomena yang tidak bisa diterangkan dengan teorinya dan
kemudian terjadilah krisis ilmu pengetahuan. Revolusi ilmiah inilah yang diperlukan
dalam upaya memecahkan permasalahan manusia dan menghasilkan paradigma baru
setelah terjadinya krisis. Thomas Kuhn dengan konsep revolusi ilmiahnya memiliki
karakteristik pemikiran dan model filsafat baru dalam hal sejarah lahirnya ilmu
pengetahuan dan filsafat sains serta peranan sejarah ilmu pengetahuan dalam
mengkonstruksi munculnya ilmu pengetahuan baru. Bagi Thomas Kuhn sejarah ilmu
pengetahuan merupakan starting point dalam mengkaji permasalahan fundamental
dalam epistemologi keilmuan karena sains pada dasarnya selalu ditandai dengan
kuatnya paradigma serta revolusi ilmiah setelahnya. Thomas Kuhn mempersembahkan
berbagai pendekatan dalam studi Islam dan pendidikan dapat digunakan seperti
pendekatan normatif, historis, sosiologis, antropologis dan pendekatan lainnya dalam
rangka membumikan Islam menjadi agama yang rahmatan lil alamin.

Bibliografi
Al Hadi, Robith Abdillah, Ilmu Komunikasi Dalam Paradigma Revolusi Sains Thomas
Kuhn, Indonesian Journal Of Islamic Communication, Vol.1 (2), 2018, 76-86
Almas, Afiq Fikri. “Sumbangan Paradigma Thomas S . Kuhn Dalam Ilmu Dan
Pendidikan (Penerapan Metode Problem Based Learning Dan Discovery
Learning).” At-Tarbawi 1, no. 1 (2018): 89–106.
Bagus, 2001, Lorens,Kamus Filsafat, Yogyakarta: Rakaserasin
Fuad, Wibisono Koento S, and Hardono P Hadi. “Kebenaran Ilmiah Dalam Pemikiran
Thomas S. Kuhn Dan Karl R. Popper: Suatu Kajian Hermeneutika Dan
Kontribusinya.” Jurnal Filsafat 25, no. 2 (2015): 253–76.
Ilyasin, Mukhammad. “Epistemologi Pendidikan Islam Monokotomik: Menakar
Manajemen Pendidikan Paripurna Berbasis Rasionalistik Wahyuistik.” At-Turas 3,
no. 1 (2016): 71–87.
Inayatul Ulya dan Nuskhan Abid, “Pemikiran Thomas Kuhn dan Relevansinya terhadap
Keilmuan Islam”, FIKRAH: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan 3 (2)
(2015): 249-276
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima V.0.2.1 Beta (21)
Khuza’i, Rodliyah, (2007), Dialog Epistemologi: Mohammad Iqbal dan Charles
S.Pierce, Bandung: PT Refika Medika, hlm.1

105
NIZHAMIYAH
Vol. X No. 2, Juli – Desember 2020 ISSN: 2086-4205

Kuhn, Thomas S,2012, The Structure of Scientific Revolution, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.
Lubis, Akhyar Yusuf, 2015, Filsafat Ilmu: Klasik Hingga Kontemporer, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Masrifatin, Yuni, and Muh Barid Nizarudin Wajdi. “Islamic Studies Di Indonesia
(Pendekatan Fenomenologi).” In 2nd Proceedings Annual Conference For Muslim
Scholars, 531–38. Surabaya, 2018.
Maimun Ach, “Filsafat Dinamis-Integralistik; Epistemologi Dalam Pemikiran
Muhammad Iqbal”, Kabilah: Journal Of Social Community 3 (2) (2018):142-156.
Nurkhalis, “Konstruksi Teori Paradigma Thomas S. Kuhn”, Jurnal Ilmiah Islam Futura
(JIIF) 11 (2) (2012): 80-99
Samiha, Yulia Tri. “Standar Menilai Teori Dalam Metode Ilmiah Pada Kajian Filsafat
Ilmu.” Medina-Te, Jurnal Studi Islam 14, no. 2 (2016): 133–42.
Saputra, Oka. “Revolusi Dalam Perkembangan Astronomi : Hilangnya Pluto Dalam
Keanggotaan Planet Pada Sistem Tata Surya.” Jurnal Filsafat Indonesia 1, no. 1
(2018): 71–74.
Subekti, Slamet, Filsafat Ilmu Karl Popper dan Thomas Kuhn Serta Implikasinya Dalam
Pengajaran Ilmu, HUMANIKA, Vol.2 (2), ISSN 1412-9418, h.42
Ulya, Inayatul, and Nushan Abid. “Pemikiran Thomas Kuhn Dan Relevansinya
Terhadap Keilmuan Islam.” Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah Dan Studi Keagamaan 3,
no. 2 (2015): 249–76.
Waston, Strategi Menang Dalam Revolusi Industri 4.0 (Perspektif Filsafat Thomas
Kuhn), The 10th University Research Colloqium, 2019, h.348
Winarno, Budi. “Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori, Dan Metodologi” 17
(2013): 1–20.
Zubaedi, 2007, Filsafat Barat (Dari Logika Baru Rene Descartes Hingga Revolusi
Sains ala Thomas Kpoouhn, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group.

106

You might also like