ANALISIS PERILAKU TERHADAP SIKAP PENCEGAHAN INFEKSI MENULAR
SEKSUAL PADA REMAJA DI DESA NEGERI BARU KETAPANG
Sri Rahayu1, Dewi Elliana2, Widia Anggreani3
1,2,3
Prodi Kebidanan UniSTEKOM
ABSTRACT
Adolescents are the age group with the highest number of STIs compared to other age
groups. The high number of people with STIs in adolescents and the younger generation
really needs our attention because of the dangers and broad impacts. The highest number of
STIs cases among adolescents in June 2019 was 29 cases of HIV-AIDS. The purpose of the
study was to determine the effect of behavior on attitudes regarding the prevention of
sexually transmitted infections (STIs) in adolescents.
This research study is descriptive with a questionnaire interview survey of 25 respondents
with simple regression analysis. Results: the behavioral variable has the lowest score of 9
and the highest score of 15. With an average value of the behavioral variable of 13.08 with a
standard deviation of 1.352 and the value of the STIs prevention attitude variable in
adolescents is 46.16 with a standard deviation of 3.923. And STIs prevention attitude
variable in adolescents has the lowest score of 37 and the highest score of 54. The average
value of the STIs prevention attitude variable in adolescents is 46.16 with a standard
deviation of 3.923. Based on the results of the t test, the t-count value is 2.181 with a sig
value of 0.040. In this study, the results of the t test are significant. Conclusion: there is an
influence of behavior on adolescent attitudes in preventing STIs. Suggestions increase
knowledge about STIs in all adolescents.
Keywords: Behavior; Attitude; Sexually Transmitted Infection
Midwifery Care Journal, Vol. 2 No.3, July 2021, e-ISSN 2715-5978 (online) I 88
PENDAHULUAN yang sebenarnya belum diketahui oleh
mereka karena sikap dan pengetahuan
Masa remaja adalah suatu
remaja secara tidak langsung akan bisa
tahapan antara masa kanak-kanak
terserang infeksi menular seksual
dengan masa dewasa. Istilah ini
(Soetjiningsih,2004).
menunjukkan masa dari awal pubertas
Infeksi menular seksual (IMS) adalah
sampai tercapainya kematangan,
penyakit-penyakit yang timbul atau
biasanya mulai dari usia 14 tahun pada
ditularkan melalui hubungan seksual
pria dan wanita. Memasuki usia remaja,
melalui hubungan seksual dengan
beberapa jenis hormon, terutama hormon
manifestasi klinis berupa berupa timbulnya
estrogen dan progesteron, mulai berperan
kelainan-kelainan terutama pada alat
aktif sehingga pada diri anak perempuan
kelamin menurut Wijoyono, 2008 dalam
mulai tumbuh payudara, pinggul melebar
karya tulis ilmiah Yunitahentik Safitri,
dan membesar sehingga tidak terlihat
2011.
seperti anak- anak kecil lagi. Pada remaja
Kenyataan menunjukkan bahwa
laki-laki hormon testoteron akan
diseluruh dunia remaja merupakan
mengakibatkan tumbuhnya rambut-rambut
kelompok umur yang jumlahnya terbanyak
halus di sekitar ketiak, kemaluan, tumbuh
menderita IMS dibandingkan kelompok
janggut dan kumis (Proverawati,dkk,2009)
umur lain. Tingginya angka pengidap IMS
Remaja yang mengalami pubertas
ini pada remaja dan generasi muda
mempunyai dorongan atau keinginan yang
sungguh memerlukan perhatian kita
kuat tentang perubahan yang akan terjadi
semua karena bahaya dan dampaknya
pada tubuhnya yang mulai timbul
luas (Soetjiningsih, 2010).
ketertarikan dengan lawan jenis. Akibat
Penyakit Menular Seksual (PMS)
remaja sering melakukan coba-coba
disebut juga veneral (dari kata venus yang
dalam hal seksualitas. Sebagian kelompok
berarti Dewi cinta dari Romawi kuno) yang
remaja mengalami kebingungan untuk
didefinisikan sebagai salah satu akibat
memahami tentang apa yang boleh
yang ditimbulkan karena aktifitas seksual
dilakukan olehnya antara lain boleh atau
yang tidak sehat sehingga menyebabkan
tidaknya pacaram, melakukan onani,
munculnya penyakit menular, bahkan
nonton bersama atau berciuman. Remaja
pada beberapa kasus PMS yang
juga mulai bersosialisasi dengan
membahayakan, misalnya HIV (Human
sesamanya, berkelompok dan mengetahui
Immunodeficiency Virus), AIDS, sifilis,
bahkan mencoba-coba melakukan
gonore, dan lain-lain (Faiza,2008).
perilaku beresiko seperti merokok,
HIV atau Human Immunodeficiency
menggunakan obat-obatan terlarang,
Virus secara fisiologis adalah virus yang
minum-minuman keras dan seks pra-nikah
menyerang sistem kekebalan tubuh
Midwifery Care Journal, Vol. 2 No.3, July 2021, e-ISSN 2715-5978 (online) I 89
penderitanya. Dalam buku “Pers Meliput sesuai dengan informasi dari Ditjen PPM
AIDS”, virus HIV adalah retrovirus yang dan PLP (2002), bahwa salah satu cara
termasuk dalam family lentivirus,yaitu agar terindar dari PMS yaitu selalu
virus yang dapat berkembang biak dalam menjaga kebersihan alat kelamin.
darah manusia. Pasien yang sudah Penyakit Menular Seksual (PMS)
terinfeksi HIV dan mengalami stress yang disebut juga Infeksi Menular Seksual
berkepanjangan, akan mempercepat (IMS) salah satu jenis penyakit ims yaitu
menyebarnya AIDS. HIV menyerang salah HIV dan AIDS. HIV (human
satu jenis sel darah putih (limfosit / sel-sel immunodeficiency virus) adalah virus yang
T4) yang bertugas menangkal merusak sistem kekebalan tubuh, dengan
infeksi.Replikasi virus yang terus menerus menginfeksi dan menghancurkan sel CD4.
mengakibatkan semakin berat kerusakan Semakin banyak sel CD4 yang
sistem kekebalan tubuh dan semakin dihancurkan, kekebalan tubuh akan
rentan terhadap infeksi oportunistik (IO) semakin lemah, sehingga rentan diserang
sehingga akan berakhir dengan kematian berbagai penyakit. Permasalahan HIV dan
(Bruner & Suddarth, 2002). AIDS menjadi tantangan kesehatan
Menurut Hawari (1999), salah satu hampir di seluruh dunia, termasuk di
perilaku sehat yang dapat dilakukan untuk Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan
mencegah PMS-HIV/AIDS yaitu dengan sampai dengan Juni 2018, HIV/ AIDS
memakai kondom. Namun, ketika telah dilaporkan keberadaannya oleh 433
berhubungan dengan pacar atau teman (84,2%) dari 514 kabupaten/kota di 34
dekatnya, kondom tidak digunakan karena provinsi di Indonesia.
adanya rasa percaya bahwa pasangannya Provinsi Kalimantan Barat menduduki
dalam berhubungan seksual bebas dari urutan 11 dari 34 provinsi se Indonesia
penyakit. Oleh karena itu, sebagian untuk jumlah kasus Human
responden berusaha untuk hanya Immunodeficiency Virus (HIV/AIDS) per
berhubungan dengan pasangan tetapnya. September 2018. Per Juni 2018, ada
Sementara itu penelitian dari Hudi 6.874 pengidap HIV dan 3.642 untuk AIDS
Winarso, dalam Sholahuddin (2002), di Kalbar. Sementara dari sisi usia,
menunjukkan bahwa kelompok yang setia didominasi mereka yang berumur 25
pada pasangan maupun yang berganti- sampai 49 tahun dengan rincian HIV
ganti pasangan mempunyai risiko yang 3.527 orang, dan AIDS sebanyak 2095
sama untuk tertular PMS. Tindakan orang. Kemudian, di usia 20 sampai 24
pencegahan yang dilakukan oleh tahun, HIV sebanyak 1.996 orang dan
beberapa responden yaitu dengan selalu AIDS 1.008 orang. Mereka yang berada di
menjaga kebersihan badan termasuk usia belia turut terpapar. Di kalangan
didalamnya alat kelamin. Tindakan ini remaja berusia 15 sampai 19 tahun,
Midwifery Care Journal, Vol. 2 No.3, July 2021, e-ISSN 2715-5978 (online) I 90
pengidap HIV sebanyak 705 orang, dan Dari 5 respon yaitu 3 responden
AIDS 168 orang. Sementara di usia 5 perempuan dan 2 responden laki-laki di
sampai 14 tahun, 270 orang mengidap Desa Baru Kabupaten Ketapang, yang
HIV dan 141 AIDS. Mirisnya, ada 77 anak pengetahuan kurang tentang infeksi
usia di bawah 4 tahun mengidap HIV, dan menular seksual ada 4 responden yaitu 2
49 AIDS. (Sekretaris Komisi responden laki-laki dan 2 responden
Penanggulangan AIDS (KPA) perempuan, sedangkan 1 responden
Kalbar,2019). pengetahuan nya sudah baik mengenai
Jumlah kumulatif infeksi HIV yang infeksi menular seksual.
dilaporkan sampai dengan bulan Juni Ketidakpekaan orang tua dan
tahun 2019 lalu telah tercatat sebanyak 29 mendidik terhadap kondisi remaja
kasus HIV-AIDS (Human menyebabkan remaja sering jauh dalam
Immunodeficiency Virus-Acquired Immune kegiatan tuna sosial. Ditambah lagi
Deficiency Syndrome) yang terdata oleh keengganan dan kecangguhan remaja
Dinas Kesehatan Ketapang terhitung untuk bertanya pada orang yang tepat
sejak Januari 2019. Kasus HIV- AIDS di semakin menguatkan alasan remaja
Ketapang sendiri tercatat ditemukan sering bersikap tidak tepat terhadap organ
terpapar di delapan kecamatan. Yakni di reproduksi data menunjukkan dari remaja
Kecamatan Delta Pawan, Kendawangan, usia 12-18 tahun, 16% mendapat
Manis Mata, Sungai Melayu, Simpang informasi seputar seks dari teman, 35%
Hulu, Sandai, Nanga Tayap dan dari film porno, dan hanya 5% dari orang
Kecamatan Air Upas. ( Dinas Kesehatan tua (Muzayyanah, 2011).
Kabupaten Ketapang, 2019). Banyak faktor yang mempengarui
Dinas Kesehatan Kabupaten peningkatan kasus remaja dengan
Ketapang mencatat sebanyak 54 kasus penyakit menular seksual. Diantara faktor
HIV/AIDS ditemukan oleh pihaknya itu meliputi: usia, jenis kelamin,
selama tahun 2019. Data tersebut relatif pendidikan, tayangan media massa dan
turun dari tahun sebelumnya yang serta faktor pengetahun remaja tentang
mencapai 71 kasus positif HIV/AIDS. penyakit menular seksual (BKKBN, 2013).
Tahun 2018 itu ditemukan 71 kasus, tahun Nari (2015), dengan judul penelitian
2017 ada 54 kasus. Dari 54 kasus Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan
HIV/AIDS yang ditemukan Dinkes, daerah dengan Kejadian IMS pada Remaja di
terbanyak berada di Kecamatan Delta Klinik IMS Puskesmas Rijali dan Passo
Pawan atau Kota Ketapang. Selain itu Kota Ambon. Hasil penelitian
daerah kedua berada di Kecamatan menunjukkan bahwa bivariat umur dan
Kendawangan. ( Dinas Kesehatan religiusitas berhubungan dengan perilaku
Kabupaten Ketapang, 2019). seks berisiko sedangkan perilaku seks
Midwifery Care Journal, Vol. 2 No.3, July 2021, e-ISSN 2715-5978 (online) I 91
berisoko dan riwayat IMS berhubungan Didapatkan hasil pada tabel berikut ini:
dengan kejadian IMS. Berdasarkan data
Tabel 1. Analisis Statistik Deskriptif
diatas, maka penulis berkeinginan untuk
Variabel n Skor Skor Rata- Standar
melakukan suatu penelitian dengan judul Minimum Maksimum rata Deviasi
“Analisis Perilaku terhadap Sikap
Perilaku 25 9 15 13,08 1,352
Pencegahan Infeksi menular seksual
(X)
(IMS) pada remaja di RT 06 RW 02 Desa Sikap 25 37 54 46,16 3,923
Negeri Baru Benua Kayong Kabupaten (Y)
Ketapang”
Variabel sikap pencegahan IMS pada
METODOLOGI PENELITIAN remaja memiliki skor terendah sebesar 37
dan skor tertinggi sebesar 54. Sedangkan
Jenis penelitian yang digunakan
rata-rata nilai variabel sikap pencegahan
adalah penelitian diskriptif dengan survey
IMS pada remaja sebesar 46,16 dengan
wawancara responden. Penelitian telah
standar deviasi sebesar 3,923.
dilaksanakan pada bulan Februari.
Hasil perhitungan terkait dengan
Populasi dalam penelitian ini adalah
analisis regresi linier sederhana dapat
semua remaja di desa Baru Benua
dilihat pada tabel 2 berikut ini:
Kayong RT 6 RW 2 Kabupaten Ketapang
Kalimantan Barat dengan jumlah 25 Tabel 2. Analisis Regresi Linier
Sederhana
remaja, perempuan 19 remaja dan laki-
Variabel Koefisien Nilai t sig
laki 6 remaja. Dengan teknik total hitung
sampling sehingga sampel diambil dari Konstanta 30,443 4,203 0,000
total populasi. Dalam penelitian ini
Sikap (X) 1,202 2,181 0,040
menggunakan analisis regresi sederhana
R2 = 0,171
menggunakan uji T dan koefisien
determinasi menggunakan bantuan
Dari hasil perhitungan pada tabel 2 di
software SPSS versi 23.
atas, maka diperoleh persamaan regresi
linier sederhana sebagai berikut :
HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN
Y = 30,443 + 1,202 X + e
Dalam analisi regresi sederhana dari
pengaruh perilaku terhadap sikap
Berdasarkan tabel. 1 di atas dapat
pencegahan IMS pada remaja
diketahui bahwa banyaknya remaja
menggunakan analisi regresi sederhana
yang diteliti adalah sebanyak 25 orang.
dengan model :
Variabel perilaku memiliki skor terendah
Y = β0 + β1X1 + ε
sebesar 9 dan skor tertinggi sebesar 15.
Midwifery Care Journal, Vol. 2 No.3, July 2021, e-ISSN 2715-5978 (online) I 92
Sedangkan rata-rata nilai variabel perilaku pencegahan IMS pada remaja adalah
sebesar 13,08 dengan standar deviasi sebesar 82,9%.
sebesar 1,352. Berdasarkan hasil penelitian di RT
Pada tabel 2 nampak bahwa koefisien 006 RW 002 Desa Negeri Baru Benua
regresi untuk variabel sikap sebesar Kayong Kabupaten Ketapang mengenai
1,202. Hal ini menunjukkan bahwa apabila perilaku infeksi menular seksual dari 25
semakin bagus perilakunya, maka sikap remaja menunjukkan bahwa variabel
pencegahan IMS pada remaja semakin perilaku memiliki skor yang terendah
meningkat. Dengan kata lain, jika terjadi sebesar 9 dan skor tertinggi sebesar 15.
peningkatan perilaku sebesar 1 satuan, Sedangkan rata-rata nilai variabel perilaku
maka akan meningkatkan sikap sebesar 13,08 dengan standar deviasi
pencegahan IMS pada remaja sebesar sebesar 1,352.
1,202 satuan. Besarnya koefsien regresi Perilaku merupakan hasil daripada
variabel perilaku digunakan untuk menguji segala macam pengalaman serta interaksi
hipotesis, dalam hal ini uji statistik yang manusia dengan lingkunganya yang
digunakan adalah uji t. terwujud dalam bentuk pengetahuan,
Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai sikap dan tindakan.Perilaku merupakan
t-hitung sebesar 2,181 dengan nilai sig respon/reaksi seorang individu terhadap
sebesar 0,040. Dalam penelitian ini, taraf stimulus yang berasal dari luar maupun
signifikansi yang digunakan adalah dari dalam dirinya (Notoatmojo, 2010).
sebesar 0,05. Ternyata nilai sig sebesar Perilaku pencegahan IMS adalah
0,040 lebih kecil dari 0,05, maka hasil uji t respons untuk melakukan pencegahan
adalah signifikan. Hal ini menunjukkan infeksi menular seksual, misalnya
bahwa perilaku mempunyai pengaruh Pencegahan yang bisa dilakukan antara
positif yang signifikan terhadap sikap lain hindari seks pranikah, jaga kesehatan
pencegahan IMS pada remaja. Oleh genetal (Notoatmodjo, 2003). Seperti
karena itu, hipotesis yang menyatakan dikatakan dalam penelitian WP.
bahwa diduga perilaku berpengaruh Purnamasari,(2016) dikatakan ada
signifikan terhadap sikap pencegahan IMS hubungan factor-faktor yaitu pengetahuan,
pada remaja diterima. persepsi keseriusan, persepsi manfaat,
Besarnya kontribusi pengaruhnya persepsi hambatan dan tindakan
perilaku terhadap sikap pencegahan IMS pencetus tetapi hanya factor persepsi
pada remaja adalah sebesar 17,1%. Hal kerentanan yang tidak berhubungan
ini didasarkan pada nilai koefisien dengan pencegahan IMS, berbeda lagi
determinasi (R2). Sedangkan kontribusi dengan penelitian NW.Saptrini, 2020
variabel selain perilaku terhadap sikap dikatakan bahwa adanya kebutuhan untuk
mengaktifkan program pendidik sebaya
Midwifery Care Journal, Vol. 2 No.3, July 2021, e-ISSN 2715-5978 (online) I 93
karena pengaruh teman sebaya lawan jenisnya. Sikap remaja yang masih
merupakan variabel yang signifikan ingin mendapatkan perhatian dan
mempengaruhi perilaku pencegahan IMS perasaan ingin tahu tentang seksual
pada remaja di Bali. mengakibatkan mereka mencoba
Maka di katakan bahwa perilaku melakukan hubungan seksual sehingga
pencegahan IMS pada remaja banyak dapat mengarah ke dampak infeksi
pengaruhnya yang salah satu menular seksual. Pengetahuan remaja
pengetahuan dari remaja, mengerti yang kurang mengerti mengenai infeksi
tentang pencegahan IMS dan melakukan menular seksual menyebabkan sikap
pencegahan terhadap penyakit yang di mereka yang ingin mencoba dan rasa
tmbulkan dari IMS tersebut. Dalam sikap ingin tahu tanpa mengerti dampak dari
pada remaja di Desa Baru Benua Kayong infeksi menular seksual.
Rt 006 Rw 002 Kabupaten Ketapang Pemecahan masalah itersebut
mengenai sikap remaja tentang infeksi sebaiknya peran orangtua dalam
menular seksual dari 25 remaja memiliki memperhatikan anaknya antara lain
skor terendah sebesar 37 dan skor dengan memberikan pengetahuan dan
tertinggi sebesar 54. Sedangkan rata-rata bimbingan agar anakya tidak mencoba hal
nilai variabel sikap pencegahan IMS pada yang bisa megarah ke hubungan seksual.
remaja sebesar 46,16 dengan standar Para tenaga kesehatan juga harus aktif
deviasi sebesar 3,923. untuk memberikan penyuluhan ke remaja
Sikap merupakan reaksi atau respons agar remaja mengerti tetang infeksi
yang masih tertutup dari seseorang menular seksual dan bahaya infeksi
terhadap suatu stimulus atau obyek. tersebut. Seperti dalam penelitian EB
Beberapa batasan lain tentang sikap, Santoso, 2017 dikatakan pengendalian
manifestasi sikap itu tidak dapat langsung perilaku berisiko akan dilakukan melalui
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan kegiatan positif dan meningkatkan
terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup pengetahuan tentang HIV/AIDS dan IMS,
(Notoatmodjo, 2007) dan secara teratur melakukan pendidikan
Infeksi menular seksual disebabkan kesehatan dan mengikuti acara-acara
oleh perilaku seks bebas dan seks terkait kesehatan yaitu menjadi duta HIV
pranikah dikalangan remaja, pada saat ini AIDS. Sehingga sikap remaja dalam
sudah menjadi hal yang wajar. Hal ini pencegahan IMS dapat terpantau dengan
disebabkan antara kurangnya perhatian baik dengan berperan aktif dalam
dari orangtua. Orangtua yang terlalu sibuk konseling di sekolah.
bekerja menyebabkan perhatian ke anak
kurang baik, sehingga remaja mencari
perhatian dengan oranglain terutama
Midwifery Care Journal, Vol. 2 No.3, July 2021, e-ISSN 2715-5978 (online) I 94
KESIMPULAN kesehatan sekolah dengan berkerjasam
dengan dinas kesehatan setempat
Dari penelitian yang dilakukan di Rt 006
Rw 002 Desa Negeri Baru Kecamatan UCAPAN TERIMAKASIH
Benua Kayong Kabupaten Ketapang
Terimakasih kepada Kepala Desa Negeri
didapatkan hasil :
Baru Kecamatan Benua Kayong
1. Perilaku remaja tentang infeksi
Kabupaten Ketapang Kalimantan beserta
menular seksual sebagian besar
masyarakat khususnya remaja RT 06 RW
termasuk baik dengan skor maksimal
02 yang telah membantu penelitian
15 rata-rata nilai variabel perilaku
sehingga berjalan dengan lancar
sebesar 13,08 dengan standar
deviasi sebesar 1,352.
DAFTAR PUSTAKA
2. Sikap remaja tentang infeksi menular
seksual sebagian besar baik dengan 1. R. Hardianti, F. F. Dieny, and H. S.
skor tertinggi 54 dengan rata-rata Wijayanti, “Picky Eating dan Status
nilai variabel sikap pencegahan IMS Gizi Pada Anak Prasekolah,” J. Gizi
pada remaja sebesar 46,16 dengan Indones. (The Indones. J. Nutr., vol.
standar deviasi sebesar 3,923. 6, no. 2, pp. 123–130, 2018.
3. Jadi perilaku mempunyai pengaruh 2. Kementerian Kesehatan RI Badan
positif yang signifikan terhadap sikap Penelitian dan Pengembangan, Hasil
pencegahan IMS pada remaja. Utama Riset Kesehatan Dasar. 2018.
3. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan
SARAN : Menteri Kesehatan Republik
1. Pada masyarakat mengetahui Indonesia Nomor 14 Tahun 2019
pentingnya pendidikan kesehatan Tentang Pelaksanaan Teknis
reproduksi dan lingkungan Surveilans Gizi, Jakarta. .
terhadap perkembangan diri 4. A. Mustikasari, “Hubungan Pola Asuh
remaja disekitarnya baik dirumah, Orangtua dengan Kebiasaan memilih-
sekolah ataupun lingkungan milih makanan (Picky Eater) pada
sekitarnya. Anak Prasekolah di TK Aisyiyah 1
2. Pada remaja lebih menambah Gombong Kabupaten Kebumen,”
wawasan remaja tentang STIKES Muhammadiyah Gombong,
pengetahuan sikap dan perilaku 2019.
mengenai IMS. 5. Z. Rufaida and S. Wardini Puji Lestari,
Peran aktif dari pihak sekolah dalam “Pola Asuh Dengan Terjadinya Picky
konseling dan pengembangan usaha Eater (Pilih- Pilih Makanan) Pada
Anak Usia 3-6 Tahun Di Dusun
Midwifery Care Journal, Vol. 2 No.3, July 2021, e-ISSN 2715-5978 (online) I 95
Sumberaji Desa Karangjeruk 2, pp. 163–170, 2013, [Online].
Kecamatan Jatirejo Kabupaten Available:
Mojokerto.,” J. Issues Midwifery, vol. https://123dok.com/document/qm016
Vol 2, No, pp. 56–54, 2018. 15y-perbedaan-menarche-pegulon-
6. A. Nadya, “Hubungan Kebiasaan remaja-puteri-grahita-swadaya-
Makan Orangtua, Kejadian Picky kabupaten.html#fulltext-content.
Eating Terhadap Status Gizi Anak 10. B. Astyandini, Khobibah, and M.
Prasekolah di TK Islam Al-Azhar Ruspita, “Peran Gender dalam
Padang 2019,” STIKES Perintis Hubungan Seks pada Wanita Hamil,”
Padang, 2019. J. Kebidanan dan Kesehat. Tradis.,
7. N. Kusumawardhani, W. Purnomo, R. vol. 5, no. 2, pp. 67–149, 2020,
Hargono, S. N. Hidayati, M. T. Utomo, [Online]. Available:
and S. Andari, “Determinan ‘Picky https://jurnalbidankestrad.com/index.p
Eater’ (Pilih-Pilih Makanan) Pada hp/jkk/article/view/158/120.
Anak Usia 1-3 Tahun (Studi Di 11. I. Rohmah, “Hubungan Partisipasi
Wilayah Kerja Puskesmas Jabon Ayah dengan Praktik Ibu Dalam
Sidoarjo),” J. Ilm. Kesehat. Politek. Pemberian Makan Balita
Kesehat. Majapahit Mojokerto, vol. 5, (Jenis,Jumlah,Jadwal),” Universitas
no. 2, pp. 91–119, 2013, [Online]. Airlangga, 2018.
Available: 12. F. D. Astuti and T. F. Sulistyowati,
http://ejournal.stikesmajapahit.ac.id/in “Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu
dex.php/HM/article/view/83. dan Tingkat pendapatan Keluarga
8. N. I. Astuti, L. E. Martanti, and I. dengan Status Gizi Anak Prasekolah
Ariyanti, “The Maternal Nutrition and dan Sekolah Dasar di Kecamatan
Knowledge Level in Stunting Godean,” J. Kesehat. Masy., vol. 7,
Children,” J. Midwifery Sci. Basic no. 1, pp. 15–20, 2013, doi:
Appl. Res., vol. 2, no. 2, pp. 33–37, http://dx.doi.org/10.12928/kesmas.v7i
2020, [Online]. Available: 1.1048.
http://ejournal.poltekkes- 13. N. L. Pangestika, “Pengaruh
smg.ac.id/ojs/index.php/JOMISBAR/a pemanfaatan media sosial whatsapp
rticle/viewFile/6467/1875. terhadap penyebaran informasi
9. B. Astyandini, “Perbedaan Usia pembelajaran di SMA negeri 5
Menarche dan Pengetahuan tentang depok,” UIN Syarif Hidayatullah,
Menstruasi antara Remaja Putri di 2018.
SDN 2 Pegulon dan di SLB Swadaya
Kabupaten Kendal,” Bul. Penelit.
bappeda kabupaten kendal, vol. 3, no.
Midwifery Care Journal, Vol. 2 No.3, July 2021, e-ISSN 2715-5978 (online) I 96