Tanggapan Peserta Didik Terhadap Pembelajaran Pendidikan Agama Di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Tanggapan Peserta Didik Terhadap Pembelajaran Pendidikan Agama Di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Abstract
Religious education in school holds a great deal of importance, as seen by its basis in judgments and its
important role in society. Yet critics of religious education implementation and practices still appear in society.
Therefore, efforts in searching for weaknesses in religious education in schools are needed, including gathering
information on advantages and disadvantages. The Center of Religious Education Research and Development and
Religious Life has executed a research survey of the variety of senior high school participants’ behavior in the
year 2011. The results of the research indicate that, in general, the participants endorse the religious education
major. Based on the data, the Indonesian language major was the favorite, while the religious education major
was 15th out of 22 major studies. Most of the participants who chose religious education as their favorite cited
the importance of religion in real life and the importance of gaining knowledge of one’s own religion. Religious
education is not among the favorites of participants because of difficulties in the material, the inconvenient way
of in which teachers convey the material, and the lessons which require an abundance of memorization, making
religious education outside school more interesting to study. Outside of school, religious teachers are considered
more convenient, fun, and attractive when conveying knowledge. Religious education, of course, gives positive
effects by building character and encouraging good behavior among the participants. Most of the participants
agree that religious education should become one of the tests in the national final examinations.
Keyword: Participants, Religious Education, Learning.
Abstrak
Pendidikan Agama di sekolah memiliki posisi yang penting, baik dilihat dari landasan yuridis maupun dari
peran strategisnya di masyarakat. Namun demikian, sampai saat ini, masih terdapat sejumlah kritik terhadap
implementasi pendidikan agama di sekolah dan implikasinya bagi kehidupan sosial di sekitarnya. Oleh karena
itu diperlukan upaya terus menerus untuk menemukan berbagai kelemahan Pembelajaran Pendidikan Agama
di Sekolah antara lain melalui penelitian-penelitian untuk memperoleh informasi kelebihan dan kekurangan-
nya. Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat pada tahun 2011 telah melaku-
kan penelitian survei tentang Perilaku Keberagamaan Peserta Didik Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Penelitian
ini menghasilkan kesimpulan bahwa umumnya peserta didik menyukai mata pelajaran pendidikan agama.
Berdasarkan urutan mata pelajaran yang disukai ternyata Bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran terfavorit
yang dipilih oleh peserta didik, sedangkan mata pelajaran Pendidikan Agama berada di urutan pilihan ke 15
dari 22 mata pelajaran. Sebagian besar peserta didik yang menyukai pelajaran agama beralasan agama san-
gat penting bagi kehidupan dan agama yang dianut wajib hukumnya dipelajari. Alasan tidak suka terhadap
pendidikan agama karena pada pelajaran pendidikan agama terdapat materi yang sulit dipahami, disusul oleh
Naskah diterima 15 Januari 2013. Revisi pertama, 21 Februari 2013. Revisi kedua, 7 Maret 2013 dan revisi
terahir 02 April 2013.
faktor cara mengajar guru agama yang tidak menyenangkan, kemudian peserta didik beranggapan bahwa pe-
lajaran agama terlalu banyak hafalan dan pelajaran agama di luar sekolah jauh lebih menarik dibandingkan
di sekolah. Materi pelajaran dan metode mengajarnya memadai, menyenangkan, guru agama dianggap cukup
menguasai pelajaran. Pendidikan Agama berpengaruh positif bagi pembentukan perilaku dan akhlak yang baik
di kalangan peserta didik. Sebagian besar peserta didik setuju jika mata pelajaran Pendidikan Agama diujikan
secara nasional.
Kata Kunci: Peserta Didik, Pendidikan Agama, Pembelajaran
Mahfudz4, menilai bahwa pendidikan agama dan, alokasi jumlah jam peserta didikan pada
di sekolah selama ini ternyata belum bisa mata pelajaran pendidikan agama dan akhlak
mempengaruhi sistem etika dan moral peserta mulia kurang memadai.6
didik. Kegagalan pendidikan agama di sekolah
Berbagai persoalan seputar pendidikan
terjadi karena yang berlaku selama ini bukan
agama tersebut bukan tidak disadari oleh pe-
pendidikan agama melainkan pengajaran
merintah. Di dalam rumusan kebijakan, yang
agama. Prinsip pendidikan agama seharusnya
saat itu bernama Direktorat Jenderal Kelem-
merupakan upaya menginternalisasikan nilai
bagaan Agama Islam, (sekarang bernama: Di-
agama pada peserta didik sehingga mereka
rektorat Jenderal Pendidikan Islam) di bidang
dapat memahami dan menerapkan nilai agama
Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam di-
dalam kehidupan sehari-hari.
sebutkan bahwa kesenjangan antara kesema-
Haidar Bagir5—cendekiawan muslim, pen- rakan kehidupan beragama di satu pihak dan
diri sekolah Lazuardi—menyatakan bahwa perilaku sosial yang betentangan dengan nor-
pendidikan agama kita telah gagal. Agama ma agama di lain pihak, kerapuhan etika dan
diperlakukan sebagai kumpulan simbol-sim- nilai-nilai agama serta kelemahan sendi-sendi
bol yang harus diajarkan kepada anak didik moralitas agama telah sampai pada taraf yang
dan diulang-ulang, tanpa memikirkan korelasi memprihatinkan. Perilaku korupsi, krimina-
antara simbol-simbol ini dengan kenyataan litas, perjudian, perilaku asusila, peredaran
dan aktivitas kehidupan di sekeliling mereka. dan pemakaian narkoba dan perilaku permisif
Dalam hal pemikiran, para peserta didik kerap yang tidak lagi mengindahkan adab kesopanan
dibombardir dengan serangkaian norma le- merupakan bukti rendahnya kualitas penge-
galistik berdasarkan aturan-aturan fikih yang tahuan, pemahaman, dan pengamalan ajaran
telah kehilangan ruh moralnya. Proses pen- agama oleh masyarakat pemeluknya.
didikan yang baik harus menggarap sekaligus
Rendahnya kualitas keberagamaan terse
ketiga ranah tersebut. Haidar mengemukakan
but berkait erat dengan pendidikan agama di
dua aspek yang menjadi sebab utama gagalnya
semua jenjang yang dinilai belum optimal bagi
pendidikan agama Indonesia. Pertama, karena
pengembangan pribadi, watak, dan akhlak mu-
pendidikan agama selama ini masih berpusat
lia peserta didik. Belum optimalnya pendidik-
pada hal-hal yang bersifat simbolik, ritualis-
an agama di sekolah tersebut disebabkan an-
tik dan legal-formalistik. Kedua, pendidikan
tara lain oleh muatan kurikulum yang kurang
agama di Indonesia dinilai gagal karena meng-
komprehensif (lebih menitikberatkan pada
abaikan syarat-syarat dasar pendidikan yang
masalah-masalah keakhiratan), keterbatasan
mencakup tiga ranah kognitif, afektif dan psi-
dana, sarana dan prasarana, lemahnya pengua-
komotorik.
saan materi dan metodologi pengajaran, belum
Puslitbang Pendidikan Agama dan Ke- optimalnya kegiatan belajar mengajar, serta
agamaan Badan Litbang dan Diklat telah belum memadainya jumlah dan mutu tenaga
melakukan kajian Peraturan dan Perundang- kependidikan.7
undangan Pendidikan Agama pada Sekolah.
Direktorat PAIS sendiri telah menginven-
Telaah isi terhadap peraturan perundangan
tarissasi sejumlah kekurangan dan telah, se-
menyimpulkan beberapa persoalan antara lain
bahwa kurikulum Pendidikan Agama terlalu 6
Qowaid bersama Ahmad Habibullah dkk. 2008.
menitikberatkan pada penguatan domain pe- Kajian Peraturan Dan Perundang-Undangan Pendidikan
ngetahuan (kognitif), dan kurang pada ranah Agama Pada Sekolah.Jakarta: PT Pena Citasatria, h.
sikap (afektif) dan ketrampilan (psikomotor); 159.
7
Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 2002.
4
Harian Kompas. 2003. “Pendidikan Agama di Sekolah Buku KebijakanDirektur Jenderal Kelembagaan Agama
Dinilai Gagal”. 31 Mei 2003. Islam di Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan
5
Haidar Bagir. 2003.“Gagalnya Pendidikan Agama”, Islam. Jakarta:Direktur Jenderal Kelembagaan Agama
Harian Kompas, Jum’at 28 Februari 2003. Islam, h.11.
Dalam proses pembelajaran, posisi peser- sebagaimana dikutip oleh Djumiko,12 lingkung-
ta didik sangat penting, di samping posisi dan an dapat menjadi stimulus atau rangsangan
peranan guru, kurikulum, sarana dan prasara- terhadap proses kejiwaan yang menghasilkan
na, serta berbagai aspek pendidikan lainnya. pola perilaku tertentu. Perilaku adalah ungka-
Sentral layanan pendidikan di sekolah ada pan kebutuhan internal di dalam diri manusia
pada peserta didik. Semua kegiatan yang ada di yang berada di lingkungan ssosial fisik terten-
sekolah, baik yang berkenaan dengan manaje- tu yang merupakan unsur internal. Perilaku di
men pengajaran, tenaga kependidikan, sarana balik sikap, tanggapan dan tindakan manusia
dan prasarana, keuangan hubungan sekolah sangat ditentukan oleh persepsi dan kepriba-
dengan masyarakat maupun layanan kusus diannya.
pendidikan, diarahkan agar peserta didik men-
dapatkan pelayanan yang baik.
METODE
Oleh karena itu, mengetahui tanggapan
peserta didik dalam proses pembelajaran juga Puslitbang Pendidikan Agama dan Keaga-
penting. Dengan adanya informasi tentang maan Badan Litbang dan Diklat pada tahun
tanggapan peserta didik maka akan lebih je- 2011 telah melakukan survei tentang Perilaku
las kondisi Pendidikan Agama di sekolah. Bila Keberagamaan Peserta didik SLTA (SMA, SMK,
tanggapan peserta didik cenderung negatif MA) di Pulau Jawa dan Sulawesi.13 Penelitian
maka informasi tersebut dapat dijadikan ba- ini dilakukan dengan menggunakan pendekat-
han sebagai upaya perbaikan pembelajaran an kuantitatif. Target populasi yang menjadi
Pendidikan Agama di sekolah. sasaran penelitian adalah seluruh peserta didik
sekolah SLTA (SMA, SMK dan MA) di seluruh
Tanggapan adalah mengingat kembali propinsi di Pulau Jawa dan Sulawesi.
sesuatu yang pernah diamati, merupakan
gambaran ingatan dari sesuatu pengamatan. Pemilihan responden dilakukan secara
Tanggapan merupakan pengalaman kembali acak bertingkat (stratified random sampling)
atau pengahajatan kembali bekas-bekas yang dengan sasaran 12 propinsi seluruh pulau Jawa
diterima dahulu dari pengamatan, yang seka- dan Sulawesi, yaitu dengan rincian sejumlah
rang digambarkan kembali dalam kesadaran. 133 kabupaten/kota terpilih (terdiri dari 103
Jadi tanggapan ialah bekas atau gambaran dari Kabupaten dan 30 Kota), sejumlah 201 sekolah
sesuatu pengamatan, yang tinggal dalam diri terpilih (SMA, SMK dan MA), dan terdiri dari
seseorang sehingga menjadi gambaran ingat- sejumlah 804 peserta didik terpilih secara acak
an.11 proporsional. Besaran toleransi kesalahan
margin of error (MoE) sebesar 3,45% pada ting-
Tanggapan peserta didik bisa saja dipe- kat kepercayaan 95% dengan proporsi gender
ngaruhi oleh kondisi internal, juga bisa dipe- sebesar 50:50.
ngaruhi oleh faktor eksternal, lingkungannya.
Hubungan manusia dengan lingkungan seki- Selanjutnya untuk dapat memperoleh
tarnya merupakan suatu jalinan transactional data penelitian yang terpercaya, dilakukan
interdependency atau terjadi saling ketergan- pengacakan secara bertingkat dimulai dari
tungan satu sama lain. Manusia mempengaruhi tingkat kabupaten/kota, sekolah/madrasah,
lingkungannya, untuk selanjutnya lingkungan hingga peserta didik secara proporsional.
akan mempengaruhi manusia, demikian pula
terjadi sebaliknya. Menurut John Nimpuno, 12
Djumiko. “Hubungan Timbal Balik antara Peng-
huni dengan Lingkungannya”. Jurnal Teknik Sipil Dan
Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Pembangunan
ayat 4. Surakarta. Vol 8. Desember 2010. (12 A), 3-4.
Putra. Kaharuddin Eka, dkk. Definisi tanggapan http:
11 13
Tim Peneliti. 2011. Studi Perilaku Keberagamaan
//kumpulanmakalahdanartikelpendidikan. blogspot. Peserta didik SMA, SMK dan Madrasah Aliyah (MA) di Pulau
com/2011/02/tanggapan-menurut-psikologi-umum. Jawa dan Sulawesi. Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama
html, diakes 26 maret 2013, h. 1. dan Keagamaan, h. 22.
Dari segi pekerjaan, diperoleh latar bela dan perhatian peserta didik dalam mengikuti
k ang orang tua peserta didik umumnya ada- dan menyikapi pendidikan agama. Artinya
lah masih dominan bekerja sebagai petani/ seberapa serius tanggapan peserta didik SLTA
peternak/nelayan sejumlah 32%. Selanjutnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama,
bekerja di sektor perdagangan 22,7%, bidang apa tanggapan mereka terhadap para pengajar
industri 20,7% dan Jasa sebanyak 17%, serta se- pendidikan agama, dan pandangan peserta
lebihnya lainnya 7,6%. Bidang pekerjaan orang didik terhadap kemungkinan diberlakukannya
tua yang terungkap dalam survei ini secara ujian nasional untuk mata pelajaran pendidik-
umum telah memiliki kesesusaian dengan data an agama.14
yang dirilis BPS (Badan Pusat Statistik) untuk
Pertama, responden dimintakan penda-
pulau Jawa dan Sulawesi.
pat tingkat ke-suka-an atau tingkat keterta-
Latar belakang lainnya yang penting juga rikan mereka terhadap mata pelajaran pen-
untuk diungkap dari responden adalah pen- didikan agama. Dari data yang ada terungkap
didikan orang tua peserta didik. Pernyataan bahwasanya sejumlah 61,9% menyatakan suka
yang disampaikan kepada responden adalah dengan mata pelajaran pendidikan agama, dan
“apa tingkat pendidikan terakhir orang tua/wali sebanyak 30,9% menyatakan sangat suka de-
yang membesarkan Anda?” Data yang terung- ngan mata pelajaran pendidikan agama. Selan-
kap dari survei ini menyebutkan bahwasanya jutnya terdapat 5,9% responden menyatakan
orang tua peserta didik yang berpendidikan kurang suka dengan mata pelajaran pendidik-
sekolah dasar (SD)/sederajat sejumlah 33,3%, an agama, dan 1,1% menyatakan tidak suka
berpendidikan SLTA/sederajat sejumlah 28%, dengan mata pelajaran pendidikan agama,
bependidikan SLTP/Sederajat sejumlah 15,1%, dan 0,2% menyatakan tidak jawab. Ini berarti
bependidikan perguruan tinggi/tamat S1 umumnya peserta didik SLTA menyukai mata
sejumlah 9,6%, bahkan ada juga yang tidak pelajaran pendidikan agama.
sekolah sejumlah 2,4%. Dari data tersebut me
nunjukkan bahwa selain atensi orang tua pe- Grafik 1. Seberapa Suka Anda terhadap Mata Pelajaran
serta didik SLTA terhadap pendidikan sangat Pendidikan Agama (PA) di sekolah? (%)
tinggi, barangkali adalah dampak dari program 70 61.9
wajar dikdas 9 tahun, yaitu wajib belajar hing- 60
ga SLTA. 50
40
Berdasarkan data di atas terungkap bah- 30.9
wa latar belakang pendidikan orang tua pe 60
(14,7%), kemudian Matematika (11,2%), Bahasa Grafik 2. jika Anda suka/sangat suka terhadap pelajaran
Inggris (9%), Penjaskes/Olahraga (6,2%), Bio- Pendidikan Agama di sekolah, sebutkan alasan paling
logi (4,6%), Fiqh (4,5%), Kimia (4,1%), Bahasa utama! (%) N=745
Arab (3,9%), Ekonomi (3,7%), Geografi (3,6%), 70 62.7
Sejarah (3,5%), Kesenian (2,9%), Sosiologi 60
(2,7%), Fisika (2,7%), Pendidikan Agama Islam/ 50
PAI (2,5%), Komputer (2,4%), Al Qur’an Hadist 40
(1,9%), Akutansi (1,7%), Agama (1,6%). 28.1
60
Berdasarkan urutan di atas, dapat dike- 20
t ahui bahwasanya Bahasa Indonesia menjadi 10 1.3 1.1
mata pelajaran terfavorit yang dipilih oleh
0
peserta didik SLTA. Diantara sepuluh mata Agama sangat penting
bagi kehidupan
Agama wajib
dipelajari
Cara mengajar guru
menyenagkan
Lainnya
alasannya adalah karena senang berhitung Jadi, menurut peserta didik materi pendidikan
misalnya, bersifat minat dan bakat, atau alasan agama di sekolah dalam kategori cukup dan
untuk menguatkan keahlian bidang tertentu memadai sehingga tidak perlu untuk ditambah
yang dipandang sesuai dengan cita-citanya atau dikurangi lagi.
kelak. Pendidikan agama menjadi sesuatu yang
Sebagai bentuk evaluasi untuk guru mata
tak terpisahkan dalam diri peserta didik, dan
pelajaran pendidikan agama ditanyakan juga
karenanya menjadi suka untuk diajarkan.
dalam survei ini terkait penilaian peserta didik
Data di muka juga menunjukkan bahwa terhadap kemampuan guru agama dalam me-
terdapat 5,9% peserta didik yang menyatakan nerangkan atau menjelaskan pendidikan aga-
kurang suka, dan sebanyak 1,1 % menytakan ma di sekolahnya. Diungkap oleh responden,
tidak suka terhadap pendidikan agama di bahwasanya sebanyak 65.2% peserta didik me-
sekolah. Ini berarti terdapat 7 % peserta di- ngatakan bahwa guru agama dipandang sudah
dik yang menyatakan tidak suka dan kurang cukup jelas dalam menerangkan pelajaran pen-
suka terhadap pendidikan agama di sekolah. didikan agama di sekolahnya. Bahkan, 28.8%
Meski prosentasenya hanya 7% peserta didik peserta didik mengatakan guru agama mereka
SLTA, namun alasan ketidaksukaan dan keku- sudah sangat jelas dalam mengajar pendidikan
rangsukaan mereka terhadap pelajaran pen- agama. Hanya sedikit saja peserta didik yang
didikan agama penting untuk diketahui dan mengatakan bahwa guru agama mereka tidak
dijelaskan. Kebanyakan peserta didik (32.7%) atau kurang memiliki kemampuan dalam me-
menjelaskan bahwa pada pelajaran agama nerangkan pelajaran agama (6%). Dengan kata
terdapat materi yang sulit dipahami, disusul lain, secara umum tidak ada persoalan yang se-
oleh faktor cara mengajar guru agama yang rius terkait persoalan kompetensi guru agama
tidak menyenangkan (21.8%). Jumlah yang ti- di sekolah.
dak jauh berbeda ada pada alasan peserta didik
Hal yang sama disampaikan peserta didik
bahwa pelajaran agama terlalu banyak hafalan
dalam metode guru agama ketika menerangkan
(18.2%) dan alasan bahwa pelajaran agama di
pelajaran pendidikan agama. Pengakuan res-
luar sekolah jauh lebih menarik dibandingkan
ponden menyebutkan ketika ditanya, seberapa
di sekolah (16.4%). Hanya 1.8% peserta didik
menyenangkan cara guru dalam menerangkan
yang beralasan bahwa pelajaran agama tidak
pelajaran agama, sebagian besar peserta didik
wajib diajarkan.
(59.5%) mengaku cara guru agama mereka
Alasan ketidaksukaan peserta didik terha- cukup menyenangkan dalam menerangkan
ap pelajaran agama tersebut di atas dapat
d pelajaran agama. Bahkan, 32.4% peserta didik
menjadi bahan evaluasi yang sangat penting mengaku sangat menyenangkan guru mereka
bagi para pemangku kepentingan pelajaran dalam menerangkan pelajaran pendidikan aga-
pendidikan agama untuk dapat memperbaiki ma di sekolahnya. Hanya sedikit peserta didik
materi dan metode pengajaran pendidikan (8%) yang mengatakan kurang menyenangkan
agama sehingga dapat lebih maksimal lagi pe- atau tidak menyenangkan dalam menerangkan
nyerapan dan penerimaan pelajaran agama di pelajaran pendidikan agama di sekolahnya.
sekolah.
Untuk penguasaan mata pelajaran pendi-
Dari aspek jumlah materi misalnya, ikan agama di sekolah menurut pengakuan
d
tanggapan peserta didik umumnya sudah peserta didik, sebagian besar guru agama
menganggap cukup dan memadai, sebagian mereka sudah cukup menguasai dan bahkan
besar peserta didik menjawab bahwa jumlah sangat menguasai dalam mengajar. Sebanyak
materi pelajaran agama di sekolah sudah cu- 53.1% peserta didik mengatakan guru agama
kup (77.8%). Hanya sedikit peserta didik yang sangat menguasai materi pelajaran pendidikan
menjawab jumlah materi pelajaran agama ter- agama, dan sebanyak 44.1% yang mengatakan
lalu banyak (8.3%) atau terlalu sedikit (13.6%). cukup menguasai. Jadi, dalam penilaian peser-
ta didik, guru sudah cukup menguasai materi survei ini juga menjaring jawaban dalam kutub
pelajaran pendidikan agama. Sebagaimana da- ekstrim yang menyatakan bahwa pelajaran
ta-data tentang kompetensi guru sebelumnya agama tidak berpengaruh terhadap pemben-
bahwa tidak ada persoalan pada kemampuan tukan akhlak sosial peserta didik diungkap
guru agama mereka dalam hal penguasaan ma- oleh sejumlah 2.7% dan yang berpendapat ku-
teri pelajaran pendidikan agama. Hanya sedikit rang berpengaruh sebanyak 4%.
peserta didik (2.4%) yang mengatakan bahwa
guru agama mereka kurang menguasai materi Grafik 4. Menurut Anda, seberapa berpengaruh PA di
pelajaran pendidikan agama. sekolah pada pembentukan akhlak/perilaku Anda dan
teman-teman? (%)
Hal yang cukup menarik dari penelitian 70
ini terkait dengan gagasan untuk meng-UN kan 58.2
60
mata pelajaran Pendidikan Agama (PA) yang
sempat menimbulkan kontroversi cukup hangat 50
di kalangan praktisi dan pengamat pendidikan. 40 35.1
Survei ini menemukan bahwa dalam perspek- 60
tif peserta didik SLTA, sebagian besar, yakni 20
76,3% ternyata setuju jika mata pelajaran PA
10 4
diujikan secara nasional. Data ini sekaligus me- 2.7
0
nepis pandangan dari sebagian kalangan yang Tidak Berpe- Kurang Cukup Sangat
berkeberatan terhadap peng-UN-an PA dengan ngaruh Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh
alasan peserta didik akan merasa keberatan dan Aspek penting-tidaknya pendidikan juga
bahkan cenderung menolak. dapat dilihat dari perbandingan antara kesan
pendidikan agama di dalam sekolah dan di luar
Grafik 3. Seberapa Setuju Anda dengan Rencana sekolah. Berdasarkan data yang didapatkan da-
Kebijakan Pemerintah untuk Melaksanakan Ujian
Nasional untuk PA? (%) lam survei ini, umumnya yang mengaku pendi-
dikan agama di sekolah lebih berkesan diban-
70 dingkan pendidikan di luar sekolah sebanyak
57.7
60 37.1%. Sebaliknya, 21.2% peserta didik meng-
50 aku pendidikan agama di luar sekolah jauh le-
40 bih berkesan dibanding di sekolah. Di sisi lain,
terdapat 38.5% peserta didik yang mengaku
60
18.5
sama pengaruhnya pendidikan agama baik di
20 16.8
sekolah maupun di luar sekolah.
10 7
Membaca hasil data di atas tampaknya
0
Tidak Stuju Kurang Setuju Cukup Setuju Sangat Setuju perlu hati-hati, meski terlihat secara umum
bahwa pendidikan agama di dalam sekolah
Dari aspek penting-tidaknya pendidikan lebih berkesan dibanding pendidikan agama
agama bagi peserta didik SLTA, pengakuan di luar sekolah. Hal tersebut karena kita tidak
responden terlihat positif. Artinya, secara bisa memberlakukan data mereka yang me-
umum pendidikan agama berpengaruh positif nyatakan “pendidikan agama di luar sekolah
bagi pembentukan perilaku dan akhlak yang dan di dalam sekolah sama berkesannya” seba-
baik di kalangan peserta didik SLTA. Pengaruh gai bagian dari “pendidikan di dalam sekolah
pelajaran pendidikan agama di sekolah terha- lebih berkesan” atau menjadi bagian dari “pen-
dap pembentukan akhlak sosial peserta didik didikan agama di luar sekolah lebih berkesan”.
diakui oleh peserta didik sangat besar (58.2%). Sebab penyataan “pendidikan agama di dalam
Sebagian lainnya berpendapat bahwa pendi- sekolah lebih berkesan dibanding di luar seko-
dikan Agama dirasakan cukup berpengaruh lah” hanya 37,1%, selebihnya tidak. Ini berarti
terhadap akhlak/perilaku (35.1%). Namun, pendidikan agama luar sekolah masih dipan-
dang sangat penting. Konsekuensi lainnya ada- bahkan taktik yang sesuai dengan kondisi saat
lah bahwa persetujuan responden bahwa pen- ini, agar tercapai tujuan pendidikan agama di
didikan agama di sekolah dipandang sangat sekolah sebagaimana termaktub dalam bebe-
penting ditinjau dari aspek kuantitas masih rapa landasan yang ada, mulai dari UUD 1945,
kurang signfikan. Undang-undang, Peraturan Pemerintah, dan
sejumlah Peraturan lainnya.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pene-
lusuran terhadap unsur lain dari Pendidikan Model pembelajaran tersebut mengako-
Agama itu sendiri. Dalam hal ini adalah Guru odasi sejumlah permasalahan yang dihadapi
m
Pendidikan Agama pada sekolah, khususnya Pendidikan Agama Islam di sekolah, antara
kompetensi guru dan sarana pembelajaran lain dengan mengintegrasikan berbagai kegi-
untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan atan seperti kegiatan belajar mengajar (KBM),
yang ada. Puslitbang Penda dan Keagamaan kegiatan mentoring yang melibatkan secara
juga telah melakukan penelitian tentang kom- aktif GPA dan peserta didik sekolah yang ber-
petensi Guru Pendidikan Agama Islam pada sangkutan, serta kegiatan mandiri, dalam satu
SMA. Penelitian tentang profil kompetensi sistem penilaian yang komprehensif. Dengan
guru pendidikan agama Islam pada SMA meng- demikian, pembelajaran di kelas, di sekolah,
ambil sampel GPAI SMAN pada enam kota di rumah, dan di masyarakat terpantau seca-
besar Bandung, DKI Jakarta, Makassar, Medan, ra lebih terukur oleh Guru Pendidkan Agama
Semarang, Surabaya. Hasilnya adalah nilai sesuai dengan tujuan pembelajaran. Strategi
kompetensi Proses Belajar Mengajar 52,23, pembelajarannya lebih banyak berorientasi
kompetensi Pengukuran dan Evaluasi 43,15, pada peserta didik.
kompetensi penguasaan materi 81,21, dan
Untuk dapat melaksanakannya, diper-
kompetensi individual dan sosial 83,92. Hal
l ukan Guru Pendidkan Agama yang profesional
demikian menunjukkan bahwa nilai rata-ra-
dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
ta pengetahuan pengelolaan proses belajar
tugasnya. Oleh karena itu, peningkatan kom-
mengajar (PBM) dan pengetahuan pengukuran
petensi Guru Pendidkan Agama hendaknya
dan evaluasi (PE) dalam kategori kurang. Ada-
selalu terus diupayakan yang dimulai dengan
pun penguasaan materi peserta didikan PAI,
menelusuri aspek yang paling rendah atau
kompetensi individual dan sosial GPAI SMA
kecil tingkat kompetensinya. Dalam hal ini,
dalam kategori baik.15
telah dilakukan beberapa penelitian tentang
Artinya, kelemahan atau kekurangan uta- kompetensi Guru Pendidkan Agama, baik seca-
ma GPAI adalah dalam aspek pengelolaan pro- ra khusus maupun bagian dari penelitian yang
ses belajar mengajar dan evaluasinya, terma- lebih luas.
suk di dalam metodenya. Hal demikian tidak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
jauh berbeda dengan hasil penelitian tentang
kelemahan guru terutama pada aspek metode
kompetensi guru pendidikan agama Islam di
pembelajaran dan evaluasinya. Hal itu dapat
berbagai daerah yang dilakukan beberapa ta-
berimplikasi pada kurang maksimalnya pem-
hun sebelumnya.
belajaran. Selanjutnya akan berpengaruh ter-
Oleh karena itu diperlukan sejumlah ino- hadap tingkat keberhasilan Guru Pendidkan
vasi agar kualitas pembelajaran pendidikan Agama dalam membentuk anak didik sesuai
agama semakin meningkat, sebagai bagian prinsip dan tujuan pembelajaran Agama pada
dari revitalisasi dan peningkatan kualitas sekolah. Bahkan tidak menutup kemungkinan
pendidikan agama di sekolah. Diperlukan mo- para peserta didik lebih tertarik menerima
del, pendekatan, strategi, metode, teknik, dan pendidikan agama di lingkungan sekolah bu-
kan dari GPA mereka, tetapi berasal dari orang
15
Qowaid, dkk. 2003. Profil Guru Pendidikan Agama di lain yang isinya berupa nilai-nilai yang tidak
Sekolah Umum.Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama dan
Keagamaan, h. 81 – 82.
sejalan dengan tujuan Pendidikan Agama pada dengan pembelajaran agama di sebuah ruang-
Sekolah. an atau tempat tertentu.
Selanjutnya diperlukan sejumlah inovasi Dengan demikian, prinsip pendidikan
agar tercapai maksud tersebut. Puslitbang Pen- agama di sekolah yang dilaksanakan secara
didikan Agama dan Keagamaan telah beberapa interaktif, inspiratif, menyenangkan, menan-
kali melaksanakan lomba inovasi pembelajar- tang, mendorong kreativitas dan kemandirian,
an Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Ha- serta menumbuhkan motivasi untuk sukses
silnya antara lain diperoleh sejumlah metode hidup semakin terpenuhi.19
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang
inovatif yang salah satu hasilnya adalah dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik.16 PENUTUP
Salah satu variabel yang banyak ber- Kesimpulan
engaruh terhadap keinovatifan tersebut
p
1. Umumnya pelajar SLTA menyukai mata
adalah sikap kemandirian. Hasil penelitian
pelajaran pendidikan agama. Namun,
terhadap tenaga fungsional Penyuluh Agama
mata pelajaran PA (Pendidikan Agama)
Islam memperlihatkan bahwa kemandirian
berada di urutan pilihan ke 15 dari 22
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
mata pelajaran di SLTA. Sebagian besar
inovasi tenaga fungsional Penyuluh Agama
peserta didik yang menyukai pelajaran
Islam.17 Temuan tersebut kemungkinan dapat
agama beralasan karena agama sangat
diterapkan untuk meningkatkan kualitas pem-
penting bagi kehidupan. Sebagian lainnya
belajaran Pendidikan Agama di sekolah.
beralasan karena agama yang dianut wa-
Disamping meningkatkan kualitas metode jib hukumnya dipelajari. Sebagian peserta
pembelajaran juga perlu ditingkatkan keleng- didik yang mengatakan alasan suka kare-
kapan sarana prasarana media pembelajaran na faktor cara guru mengajar yang diang-
agar sesuai dengan Standar Nasional Pendidik- gapnya menyenangkan.
an (SNP).18Dalam hal ini, pembelajaran berba-
2. Alasan tidak suka terhadap pendidikan
sis ICT (Information Communication Technology)
agama karena pada pelajaran pendidikan
sangat diperlukan.
agama terdapat materi yang sulit dipa-
Untuk itu, sarana prasarana seperti La- hami, disusul oleh faktor cara mengajar
boratorium Pendidikan Agama yang baik perlu guru agama yang tidak menyenangkan,
dipertimbangkan keberadaanya. Laboratorium kemudian peserta didik beranggapan
merupakan wahana yang dibuat untuk mem- bahwa pelajaran agama terlalu banyak
permudah menyampaian materi yang terkait hafalan dan alasan bahwa pelajaran aga-
ma di luar sekolah jauh lebih menarik
dibandingkan di sekolah, serta sebagian
kecil peserta didik beralasan bahwa pela-
Qowaid dkk. 2007. Inovasi Pembelajaran
16
Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Pena Citasatria, h. jaran agama tidak wajib dipelajari.
8 – 25. 3. Peserta didik umumnya menganggap bah-
17
Qowaid. 2010. Keinovatifan Dalam Penyuluhan wa materi pelajaran Pendidikan Agama
Agama Islam Di Provinsi DKI Jakarta. Dialog, Jurnal
Penelitian dan Kajian Keagamaan . Tahun XXXIII No 70. cukup memadai. Sebagian besar peserta
(119-138). didik berpendapat bahwa cara mengajar
18
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun guru agama dan penggunaan metodenya
2005 disebutkan bahwa lingkup Standar Nasional cukup menyenangkan. Guru dianggap
Pendidikan meliputi: standar isi; standar proses; standar
kompetensi lulusan; standar pendidik dan tenaga
kependidikan; standar sarana dan prasarana; standar
19
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
pengelolaan; standar pembiayaan;dan standar penilaian Nomor 55 Tahun 2007. Pasal 5 ayat (7).
pendidikan
Tholkhah. Imam (2010): Rencana Strategis Wina, Sanjaya. (2012): Strategi Pembelajaran
Direktorat Pendidikan Agama Islam Pada Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Ja-
Sekolah Tahun 2010 – 2014. Jakarta, Direk- karta, Kencana.
torat Jenderal Pendidikan Islam Kemen-
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
terian Agama RI.
20 Tahun 2003 tntang Sistem Pendidik-
Tim Peneliti. (2011):Studi Perilaku Keberagama- an Nasional, Pasal 1 ayat 4.
an Peserta didik SMA, SMK dan Madrasah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor
Aliyah (MA) di Pulau Jawa dan Sulawesi.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidik-
Jakarta, Puslitbang Pendidikan Agama
an Nasional.
dan Keagamaan.