0% found this document useful (0 votes)
177 views8 pages

Anomali Gigi Sebagai Sarana Identifikasi Forensik: Icha Artyas Annariswati, Shintya Rizki Ayu Agitha

Anomali gigi tugas

Uploaded by

Rafika janan
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
177 views8 pages

Anomali Gigi Sebagai Sarana Identifikasi Forensik: Icha Artyas Annariswati, Shintya Rizki Ayu Agitha

Anomali gigi tugas

Uploaded by

Rafika janan
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 8

REVIEW ARTICLE

Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia April 2021, Volume 5, Nomor 1: 31-8


P-ISSN.2685-0249 | E-ISSN.2686-1321

http://jurnal.pdgi.or.id/index.php/jrdi/index

Anomali gigi sebagai sarana identifikasi forensik

Icha Artyas Annariswati1*, Shintya Rizki Ayu Agitha1

ABSTRACT

Objectives: The identification process is very at the stage of growth and development of teeth.
important to determine the identity of the corpse. Dental anomalies are also inherited disorders that
Identification through teeth is a primary can occur as part of a syndrome. The wide variety of
identification method that is often used because dental abnormalities in the form of size, number,
teeth have a high degree of individuality. morphology, structure or position of teeth in the
Identification through teeth can be analyzed oral cavity that can be possessed by each individual
through dental anomalies. Dental anomalies can can be a characteristic of that individual.
assist in the identification process because of their
uniqueness, stability, and high incidence in different Conclusion: The use of dental anomalies in
populations. This paper aims to provide information identification has been scientifically recognized with
on the importance of dental anomalies as a relevant proper diagnosis and writing of dental anomalies in
This work is licensed under a
Creative Commons Attribution 4.0 and scientific means for identification purposes. the medical record can be used for identification
which permits use, distribution and reproduction,
provided that the original work is properly cited,
purposes in the forensic field.
the use is non-commercial and no modifications or
adaptations are made. Review: Dental anomalies can be defined as
morphological abnormalities of the teeth that occur

Keywords: Dental anomaly, teeth, identification, forensic


Cite this article: Annariswati IA, Agitha SRA. Anomali gigi sebagai sarana identifikasi forensik. Jurnal Radiologi Den-
tomaksilofasial Indonesia 2021;5(1)31-8. https://doi.org/10.32793/jrdi.v5i1.680

INTRODUCTION

Indonesia menjadi salah satu negara dengan sipil atau tindakan kriminal dan juga keperluan
wilayah paling rentan terhadap berbagai bencana asuransi juga menjadi tujuan proses identifikasi
alam, hal tersebut dikarenakan letak geografis harus dilakukan. Dalam proses identifikasi, metode
Indonesia yang berada di pertemuan antara tiga identifikasi melalui gigi merupakan metode
lempeng tektonik utama dunia yaitu Eurasia, identifikasi primer yang sering digunakan, selain
IndoAustralia dan Mediterania sehingga apabila sidik jari dan DNA.3
terjadi pergerakan lempeng – lempeng tersebut Gigi memenuhi syarat untuk dapat digunakan
dapat memicu terjadinya gempa bumi dan tsunami. sebagai sarana identifikasi karena derajat
Indonesia juga memiliki banyak gunung api yang individualitas yang tinggi.4 Dawidson (2013)
aktif serta iklim tropis di Indonesia juga dapat menerangkan bahwa kemungkinan terdapatnya
menyebabkan kondisi tanah tidak stabil dan mudah dua orang dengan data gigi dan mulut yang identik
longsor.1 Berbagai kejadian bencana alam tersebut, adalah satu berbanding dua miliar penduduk hal
1
Department of Dentomaxillofacial membuat prosedur identifikasi jenazah bencana tersebut terjadi oleh karena pola erupsi 20 gigi
Radiology and Odontology Forensic, massal atau Disaster victim identification menjadi sulung dan 32 gigi permanen tentu berbeda - beda
Faculty of Dentistry, Universitas Hang
Tuah, Surabaya, Indonesia, 60111 kegiatan yang penting dan dilaksanakan hampir di setiap individu. Gigi juga memiliki derajat
pada setiap kejadian yang menimbulkan korban kekuatan dan ketahanan terhadap berbagai
*
jiwa dalam jumlah besar. pengaruh kerusakan yang tinggi, hal ini terjadi
Correspondence to: Identifikasi korban tidak dikenal merupakan karena struktur gigi mengandung bahan anorganik,
Icha Artyas Annariswati
[email protected] upaya yang dilakukan dengan tujuan untuk misalnya kalsium fosfat dan ion bikarbonat yang
menentukan identitas secara tepat dan ilmiah nantinya membentuk senyawa hidroaksiapatit yang
sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara berfungsi sebagai bahan pengeras, pembuat kaku,
Received on: February 2021 hukum. Identifikasi jenazah dilakukan untuk dan penguat tulang serta gigi terdapat di bagian
Revised on: March 2021 kepentingan kemanusiaan, yaitu memenuhi hak - mulut yang cukup memberikan perlindungan
Accepted on: April 2021
hak jenazah yaitu dapat dikembalikan kepada terhadap berbagai pengaruh kerusakan, seperti
keluarganya dan dimakamkan sesuai dengan trauma mekanis, termis, kimiawi, dan dekomposisi.5
agamanya.2 Adanya kepentingan hukum, investigasi Metode identifikasi jenazah melalui gigi dapat

31 © 2021 JRDI | Published by Ikatan Radiologi Kedokteran Gigi Indonesia


REVIEW ARTICLE

dianalisa melalui adanya kelainan gigi atau yang epitel dari lamina gigi selama proses perkembangan
biasa disebut dengan anomali gigi. Oleh karena gigi. Adanya mutasi kromosom, anomali
keunikan, stabilitas, dan angka kejadian yang cukup maksilofasial seperti cleft palate, displasia
tinggi pada populasi yang berbeda, perkembangan cleidocranial dan sindrom Gardner’s dapat juga
anomali gigi dapat menjadi hal yang penting bagi menyebabkan supernumerary teeth.
tim forensik karena membantu dalam proses Supernumerary teeth terdiri dari mesiodens,
identifikasi.6 Tulisan ini bertujuan untuk peridens dan distodens. Mesiodens merupakan
memberikan informasi pentingnya anomali gigi keadaan dimana terdapat gigi insisif yang berlebih.
sebagai sarana yang relevan dan ilmiah untuk Gigi mesiodens dapat erupsi sempurna, namun bisa
keperluan identifikasi. juga impaksi, baik itu berbentuk normal, peg
shaped maupun konus seperti yang dapat dilihat
pada gambar 1 merupakan contoh kasus mesiodens
REVIEW pada gigi 21 yang impaksi dan berbentuk peg
shaped. Peridens adalah gigi premolar berlebih
ANOMALI GIGI yang dapat dilihat pada gambar 2 dimana terdapat
Dalam dunia kedokteran gigi sering ditemukan peridens pada gigi 14 dan distodens adalah suatu
kelainan pada gigi dalam rongga mulut yang kondisi dimana terdapat gigi molar yang berlebih.
biasanya disebut dengan anomali gigi. Gigi memiliki Kekurangan jumlah gigi adalah suatu kondisi
keunikan, meskipun bagi orang awam gigi tersebut dimana tidak terjadi proses kalsifikasi mahkota di
mungkin terlihat sama. Variasi bentuk, warna, foto radiografi dan tidak ada tanda kehilangan gigi
posisi, pola keausan, karies, periodontitis, restorasi akibat karies, penyakit periodontal ataupun
gigi, prostesa gigi bahkan anomali gigi mempunyai trauma.11 Kekurangan gigi meliputi hipodontia
tingkat individualistik seperti sidik jari.7 Anomali gigi apabila kekurangan 1 - 6 gigi, oligodontia apabila
dapat didefinisikan sebagai suatu abnormalitas kekurangan lebih dari 6 gigi dan anodontia apabila
morfologi gigi yang terjadi pada tahap tidak ada benih gigi sama sekali pada rahang atas
pertumbuhan dan perkembangan gigi.8 Menurut dan rahang bawah yang dapat dilighat pada gambar
Tinoco, et al (2012) anomali gigi merupakan suatu 3. Hipodontia merupakan salah satu kelainan yang
kelainan perkembangan yang merupakan paling sering terjadi dan tidak adanya satu atau
perbedaan dari apa yang dianggap sebagai keadaan beberapa gigi dapat menyebabkan resorbsi tulang
normal dari proses perkembangan dan alveolar, menurunnya fungsi pengunyahan, dan
differensiasi.9 Anomali gigi juga merupakan kelainan juga menganggu estetika wajah.12 Etiologi anomali
kongenital yang dapat terjadi sebagai bagian dari gigi ini kemungkinan disebabkan karena faktor
suatu sindrom. Faktor genetik adalah faktor yang herediter. Hipodontia dapat terjadi juga pada
paling mempengaruhi terjadinya anomali gigi selain seseorangan dengan kondisi gangguan sistemik
faktor lingkungan dan adanya gangguan seperti ectodermal dysplasia, celah bibir dan
metabolisme. anomali gigi meliputi adanya kelainan palatum, vander wounde syndrome, down
atau perubahan pada jumlah, ukuran, morfologi, syndrome, incontinentia pigmenti, hyalinosis cutis
struktur gigi, dan posisi.10 et mucosae, dan mandibulo-oculo-facial
Anomali gigi pada jumlah meliputi kelebihan gigi dyscephaly.11
(supernumerary teeth) dan kekurangan gigi. Makrodontia dan mikrodontia merupakan
Kelebihan gigi terjadi pada 0,3% - 3,8% penduduk anomali gigi yang terjadi pada ukuran gigi.
dan dapat erupsi sempurna, namun bisa juga Makrodontia adalah suatu kondisi dimana terdapat
impaksi, baik itu berbentuk normal, peg shaped dua atau lebih gigi yang berukuran lebih besar
maupun konus.11 Etiologi kelebihan gigi berasal dari daripada normal. Makrodontia dikalsifikasikan
lamina gigi yang terjadi karena penyimpangan menjadi true generalized macrodontia yang
embriogenik dan proliferasi berlebihan sisa - sisa merupakan suatu kondisi seluruh gigi yang erupsi

Gambar 1. Radiograf panoramik mesiodens pada gigi 21

Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia 2021; 5(1); 31-8 | DOI: 10.32793/jrdi.v5i1.680 32


REVIEW ARTICLE

Gambar 2. Radiograf panoramik peridens pada gigi 14

Gambar 3. Radiograf panoramik anodontia

Gambar 4. Radiograf oklusal fusi gigi 81 dan 82 serta benih gigi 41 dan 42 17

ukurannya lebih besar dari normal yang biasanya pituatary dwarfism dan relative generalized
dihubungkan dengan kondisi pituatary gigantism microdontia yang merupakan suatu kondisi dimana
dan relative generalized macrodontia yaitu kondisi gigi nampak lebih kecil karena ukuran rahang yang
dimana gigi tampak lebih besar dari normalnya oleh lebih besar dari normal.14
karena ukurang rahang yang kecil.13 Mikrodontia Anomali gigi yang berhubungan dengan
dapat dideskripsikan suatu kondisi dimana ukuran morfologi gigi lebih banyak jenisnya seperti fusi,
gigi lebih kecil dari normal. Mikrodontia dapat geminasi, taurodontia, hipersementosis,
diklasifikasikan menjadi true generalized concresence, dilaseraesi, dens evaginatus, dens
microdontia dimana ukuran gigi tampak lebih kecil invaginatus, enamel pearl dan carabelli’s trait. Fusi
pada semua gigi yang ditemukan pada pasien adalah suatu anomali gigi dimana dua gigi

33 Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia 2021; 5(1); 31-8 | DOI: 10.32793/jrdi.v5i1.680


REVIEW ARTICLE

bergabung menjadi satu.15 Pilo (2015) berpendapat periodontal yang berkesinambungan dan tidak
bahwa fusi terjadi ketika dua gigi yang berdekatan terputus serta lamina dura yang normal, namun hal
terjadi tekanan fisik selama proses perkembangan ini tidak terjadi pada hipersementosis yang terdapat
menyebabkan kontak dari dua benih gigi tersebut.16 pada kasus gigi yang terkena nerkrosis pulpa akibar
Gambaran radiografi fusi yang dapat dilihat pada inflamasi dan hipersementosis yang terdapat pada
gambar 4 ditandai dengan adanya bentuk gigi yang penyakit paget’s.16
tidak normal dan ukuran gigi yang menyatu disertai Dens evaginatus merupakan anomali
gambaran ruang pulpa dan saluran akar yang tidak perkembangan gigi dimana terdapat struktur
pada umumnya.17 Geminasi adalah anomali tuberkel tambahan pada permukaan oklusal atau
perkembangan bentuk gigi yang timbul dari pada ridge bukal yang umumnya terjadi di gigi
kegagalan usaha satu benih gigi tunggal untuk premolar. Dens evaginatus disebut juga Leong’s
memisah, sehingga menghasilkan dua mahkota. premolar, evaginated odontome dan occlusal
Concresence merupakan dua gigi yang menyatu di tuberculated premolar. Etiologi dens evaginatus
bagian sementum. Apabila kelainan ini terjadi pada karena adanya abnormalitas pada proses proliferasi
proses perkembangan maka disebut “true epitelium enamel kedalam retikulum inti enamel
concrescence” dan apabila terjadi setelahnya dan faktor genetik juga memepengaruhi terjadinya
disebut “acquired concrescence”.15 Etiologi dens evaginatus.19 Enamel pearl merupakan deposit
conceresence belum diketahui secara pasti, namun enamel berlebih berukuran 0,3 - 0,4 mm yang
diperkirakan oleh karena akibat dari trauma atau umumnya berada di daerah furkasi atau cemento
kondisi gigi yang berdekatan saling mendesak enamel - junction.20 Carabelli’s trait adalah suatu
sehingga memmungkinkan terjadi pengendapan di kelainan morfologi yang terletak pada mesiopalatal
sementum kedua gigi tersebut.14 cusp gigi molar pertama rahang atas.21
Taurodonsia merupakan suatu anomali gigi Amelogenesis imperfekta adalah salah satu
pada suatu kondisi melebarnya kamar pulpa, anomali gigi pada struktur gigi berupa suatu
mahkota terlihat memanjang dan saluran akar lebih penyakit herediter dengan gangguan pembentukan
pendek. Secara radiografis taurodontia mempunyai enamel gigi tanpa adanya manifestasi sistemik.22
gambaran yang khas dimana terdapat gambaran Amelogenesis imperfekta dapat terjadi pada gigi
ruang pulpa yang lebih besar dan memanjang, sulung maupun gigi permanen. Etiologi
saluran akar pendek dan furkasi yang lebih amelogenesis imperfekta oleh karena adanya
mengarah ke apikal. Gambaran tersebut seperti mutasi gen AMELX, ENAM dan MMP-20 yang
tanduk banteng atau disebut dengan “bull-like teeth merupakan gen yang menghasilkan protein penting
appearance”. Taurodontia juga dapat dihubungkan untuk perkembangan gigi.23 Amelogenis imperfekta
dengan amelogenesis imperfecta.18 dibagi berdasarkan adanya gangguan diakibatkan
Dilaserasi adalah gangguan pada akar gigi yang oleh berkurangnya jumlah email (hipoplasia),
menghasilkan pembentukan lengkungan tajam atau gangguan proses mineralisasi email (hipomaturasi),
pembengkokan yang ekstrem. Dilaserasi pada gangguan proses kalsifikasi (hipokalsifikasi), serta
umumnya tidak menimbulkan keluhan dan baru juga gabungan hipomaturasi-hipokalsifikasi disertai
diketahui setelah melakukan foto radiografi.19 Dens taurodontism. Pada gambaran radiografis
invaginatus adalah salah satu anomali gigi yang didapatkan adanya densitas enamel yang rendah
ditandai dengan adanya invaginasi mahkota gigi dan pada gigi amelogenesis imperfekta dibandingkan
akar pada saat sebelum kalsifikasi terjadi. Dikenal dengan gigi normal.24
ada dua bentuk dens invaginatus, yaitu dens Ada pula dentinogenesis imperfekta yang
invaginatus koronal dan dens invaginatus radikuler. merupakan salah satu bentuk gangguan
Pada gambaran radiografi dens invaginatus terlihat pertumbuhan dentin selama tahapan
seperti gigi di dalam gigi, oleh karena itu kelainan histodiferensiasi perkembangan gigi yang
ini dikenal juga sebagai dens in dente.18 Etiologi dari diturunkan secara herediter. Dentinogenesis
dens invaginatus adalah adanya kegagalan imperfecta merupakan suatu kondisi kelainan yang
pertumbuhan internal enamel yang menyebabkan diturunkan oleh gen autosomal dominan
terjadi proliferasi di sekitar epitel normal15. menyerang pada gigi sulung maupun gigi
Hipersementosis merupakan keadaan dimana permanen. Dentinogenesis imperfekta termasuk
deposisi sementum sekunder yang berlebihan dan kedalam localized mesodermal dysplasia dengan
dapat ditemukan pada bagian lateral, apikal atau penampakan gigi yang transparan berwarna abu-
pada seluruh permukaan akar dari satu atau abu hingga kuning kecoklatan hingga disertai
beberapa gigi. Hipersementosis disebut juga dengan pembentukan dentin yang ireguler atau
hyperplasia sementum yang mempunyai arti undermineralized juga disertai menghilangnya
perkembangan berlebihan dari jaringan yang kamar pulpa atau saluran akar.25
disebabkan oleh peningkatan produksi sel - Transposisi merupakan anomali gigi pada posisi
selnya.16 Hipersementosis dapat terjadi karena dua gigi dengan kondisi dimana dua gigi saling bertukar
faktor yaitu faktor lokal dan faktor umum yang posisi. Transposisi gigi yang sering terjadi adalah
termasuk faktor lokal seperti radang, trauma, dan bertukarnya kaninus permanen dengan premolar
gigi yang tidak berfungsi sedangkan yang termasuk pertama.26 Impaksi merupakan gigi erupsi yang
faktor umum seperti Penyakit Paget’s, akromegali bentuknya normal tapi tidak dapat erupsi sempurna
dan penyakit sistemik lainnya.15 Hipersementosis karena terhalang oleh gigi lain, tulang atau jaringan
terlihat pada radiografi berupa pembesaran lunak. Gigi yang paling sering mengalami impaksi
radiopak bulat yang dikelilingi oleh membran adalah gigi molar ketiga, terutama molar ketiga

Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia 2021; 5(1); 31-8 | DOI: 10.32793/jrdi.v5i1.680 34


REVIEW ARTICLE

mandibula. Etiologi impaksi salah satunya oleh DISCUSSION


karena adanya gigi berdekatan atau jaringan
patologis yang menghalangi gigi tersebut tidak Kondisi alam memegang peranan penting akan
erupsi sempurna.27 Faktor nutrisi juga penyebab timbulnya suatu bencana, termasuk di negara
impaksi terutama berhubungan dengan bentuk Indonesia. Negara Indonesia secara geografis dan
makana dimana saat ini makanan yang dikonsumsi geologis terletak di daerah yang rawan terhadap
manusia modern cenderung lebih lunak sehingga bencana. Bencana menurut Undang-undang Nomor
kurang merangsang pertumbuhan dan 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
perkembangan lengkung rahang. Impaksi juga dapat dideskripsikan sebagai peristiwa atau
dapat terjadi karena benih gigi malposisi atau benih rangkaian peristiwa yang mengancam dan
terbentuk dalam berbagai angulasi yaitu mesial, mengganggu kehidupan dan penghidupan
distal, vertikal, dan horisontal yang mengakibatkan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
jalur erupsi yang salah arah.28 dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga menimbulkan korban jiwa manusia,
IDENTIFIKASI FORENSIK kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
Perkembangan ilmu forensik saat ini sudah dampak psikologis. Setiap bencana masal yang
sangat pesat dengan tingkat akurasi, validasi dan terjadi akan menimbulkan banyak korban yang
teknik yang digunakan sangat tinggi. Proses mungkin dapat utuh, separuh utuh, membusuk,
identifikasi merupakan bagian dari ilmu forensik terbakar menjadi abu, atau terkubur. Jenazah -
sebagai upaya yang dilakukan dengan tujuan jenazah dalam suatu bencana massal harus
membantu penyidik untuk menentukan identitas diidentifikasi sesuai dengan aturan pemerintah
seseorang. Proses penentuan identitas seseorang Pasal 118 ayat (1) Undang - undang No. 36 tahun
ini sangat penting dan harus tepat karena apabila 2009 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa
ada kekeliruan akan berakibat fatal dalam proses mayat yang tidak dikenal harus dilakukan upaya
peradilan.29 Metode identifikasi dibagi menjadi dua identifikasi yang diserahkan kepada Tim DVI.32
yaitu identifikasi primer dan sekunder seperti yang Identifikasi adalah penentuan dan pemastian
dapat dilihat pada tabel 1.30 identitas orang yang hidup maupun orang mati
Kedokteran gigi forensik merupakan bagian dari berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang
ilmu kedokteran forensik. kedokteran gigi forensik tersebut. Tujuan utama dari pemeriksaan ini adalah
atau odontologi forensik adalah suatu aplikasi untuk mengenali identitas jenazah yang selanjutnya
semua ilmu pengantar tentang gigi yang digunakan dapat dilakukan upaya untuk merawat, mendoakan,
dalam memecahkan masalah hukum perdata dan dan menyerahkan kepada keluarga jenazah untuk
pidana. Dokter gigi berkualifikasi dalam ilmu dikebumikan sesuai dengan kepercayaan masing-
forensik kedokteran gigi memberikan pendapat masing. Pengenalan identitas jenazah juga
dalam kasus yang berkaitan dengan identifikasi bertujuan untuk memberikan ketenangan psikologis
manusia, estimasi usia melalui gigi, analisis kepada keluarga jenazah dengan adanya kepastian
bitemark, trauma kraniofasial, dan malpraktik. identitas. Proses identifikasi merupakan hal yang
Odontologi forensik merupakan salah satu metode kompleks, untuk mendapatkan identitas dari
penentuan identitas individu. Keunggulan teknik jenazah jenazah yang harus didukung oleh sejumlah
identifikasi ini adalah tingkat akurasi yang tinggi, data - data yang akurat.33
low cost dan cepat.31 Data yang diperlukan antara lain data ante
mortem dan data post mortem. Data antemortem

Tabel 1. Macam metode identifikasi

METODE MACAM
Primer 1. Sidik jari
2. Gigi geligi
3. DNA
Sekunder 1. Informasi personal atau data kesehatan yang dapat berupa informasi
umum seperti tinggi bdan, berat badan, usia, warna rambut, warna
mata, ada atau tidaknya rambut, karakteristik muka dan dapat pula
berupa informasi spesifik berupa bekas luka, tato, implan payudara,
bekas kecelakaan, dan juga tindik di badan, serta dapat berupa infor-
masi radiografis seperti abnormalitas anatomi atau adanya protesa.
2. Pakaian meliputi informasi pakaian terakhir yang digunakan, warna,
bahan, dan merek.
3. Dokumentasi properti yang digunakan. Misalnya tas, cincin atau
arlogi yang digunakan.
4. Pemeriksaan serologi
5. Identifikasi kerangka

35 Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia 2021; 5(1); 31-8 | DOI: 10.32793/jrdi.v5i1.680


REVIEW ARTICLE

merupakan data yang dicatat semasa hidup. Di yang mempunyai foto radiograf ante mortem.
bidang Odontologi Forensik, data ante mortem Dokter gigi spesialis radiologi kedokteran gigi juga
berisikan data rekam medis kedokteran gigi yang mempunyai peranan penting dalam pemeriksaan
berisi identitas pasien, keadaan umum pasien, radiogaf untuk menyimpulkan ada atau tidak
odontogram (dental charting), data perawatan kelalaian medis dan cedera yang tidak disengaja
kedokteran gigi, dan nama dokter gigi yang apabila terjadi kasus pelecehan seksual ataupun
merawat, serta lampiran pelengkap baik berupa perawatan medis yang tidak tepat, rekonstruksi
informed consent, hasil laboratorium, foto craniofacial, kasus medikolegal dan estimasi usia.40
radiografi intra oral maupun ekstra oral.34 Data Hasil data antem mortem dan post mortem gigi
rekam medik kedokteran gigi merupakan data yang telah didapat akan dicocokan oleh Tim
minimal dari pasien yang harus dicatat oleh dokter Rekonsiliasi DVI. Pada tahap ini akan lebih banyak
gigi. Setiap dokter gigi wajib membuat dan mengisi waktu yang dihemat apabila menggunakan program
rekam medis kedokteran gigi dengan lengkap dan aplikasi pengolahan dan pencocokan data,
benar. Standar pencatatan rekam medis kedokteran terutama apabila banyak data yang harus diproses.
gigi diatur dalam Panduan Pelaksanaan Rekam Program aplikasi komputer ini tetap hanya sebagai
Medik Kedokteran Gigi tahun 2014 yang di pembanding analisa dan keputusan akhir
dalamnya juga terdapat panduan pengisian identifikasi tetap diputuskan setelah pencocokan
odontogram yang benar. Data ante mortem data secara manual41. Tim Rekonsiliasi dipimpin
didapatkan dari klinik kesehatan, rumah sakit, oleh dokter spesialis forensik senior yang telah
praktek dokter gigi mandiri, ataupun dari memiliki banyak pengalaman dan mempunyai
keterangan keluarga dan teman dekat dari pemahaman tentang semua aspek proses
jenazah35. Selain rekam medis kedokteran gigi, data identifikasi jenazah. Dalam Tim Rekonsiliasi juga
ante mortem juga dapat berupa foto sewaktu harus ada dokter gigi spesialis odontologi forensik
masih hidup yang memperlihatkan gigi- geliginya.36 yang bertanggung jawab atas kualitas data ante
Data post mortem mengacu pada data yang mortem dan post mortem gigi.38
berhubungan dengan proses autopsi dan Penentuan identitas jenazah melalui
pemeriksaan pada jenazah. Tujuan autopsi adalah pemeriksaan gigi telah sejak lama dilakukan.
untuk mengetahui penyebab kematian, waktu Metode identifikasi ini merupakan metode
kematian, cara kematian dan identitas jenazah.37 identifikasi yang paling sering digunakan dalam
Data post mortem gigi jenazah dicatat oleh dokter proses investigasi kriminal, bencana massal, jenazah
gigi tau dokter gigi spesialis odontologi forensik dengan kondisi tubuh yang mengalami pembusukan
pada form post mortem. Pemeriksaan gigi jenazah parah, trauma, hangus terbakar, dan dalam situasi
yang perlu dicatat pada data post mortem antara dimana identifikasi lain tidak dapat dilakukan.
lain gigi yang masih ada dan sehat, gigi yang sudah Tingkat akurasi yang tinggi, hemat biaya dan cepat
pernah dicabut, gigi karies, sisa akar gigi, gigi tiruan, juga merupakan alasan identifikasi melalui gigi
restorasi gigi beserta bahan yang digunakan, kondisi sering digunakan oleh para ahli.34 Hal tersebut
jaringan di rongga mulut, status kondisi gigi molar sejalan dengan penelitian Singh (2015) yang
ketiga, dan terdapat anomali gigi atau tidak.38 mengemukakan bahwa pada kecelakaan pesawat
Dokter gigi spesialis odontologi forensik harus Air Asia QZ 8501 tahun 2014 dari 162 korban yang
mencatat hasil pemeriksaan gigi beserta jaringan ditemukan, sekitar 106 jenazah (66%) teridentfikasi
sekitar rongga mulut secara detail dan akurat agar melalui gigi dan kecelakaan pesawat Garuda GA 200
hasilnya dapat dibandingkan dengan data ante PK-GZC Boeing 737-400 yang menewaskan 21
mortem. Satu jenazah harus diperiksa oleh dua penumpang dengan kondisi terbakar sebanyak 14
orang dokter gigi spesialis odontologi forensik, jenazah (66,7%) teridentifikasi melalui data gigi.33
dimana satu orang yang memeriksa dan satu orang Adanya ciri pola pertumbuhan tertentu dari gigi
yang lain mencatat, hal tersebut akan menjadi menunjukan terdapat variasi populasi yang dapat
kontrol kualitas dari hasil pemeriksaan oleh karena digunakan untuk menentukan asal keturunan.
dua dokter gigi tersebut dapat saling bertukar Banyak kelainan gigi atau mulut secara genetik
pendapat, berdiskusi dan memeriksa ulang temuan menunjukkan kelainan yang lebih kompleks dan
masing - masing.39 terkait dengan sifat dan cacat yang diturunkan, atau
Dokter gigi spesialis radiologi kedokteran gigi akibat mutasi genetik spontan. Insiden anomali gigi
juga merupakan bagian penting dalam Tim Forensik dan tingkat ekspresi pada kelompok populasi yang
dan peranannya terus meningkat di setiap tahun. berbeda dapat memberikan informasi yang berguna
Radiologi forensik kedokteran gigi merupakan ilmu untuk studi filogenik dan genetik, yang
yang meliputi penilaian, modulasi dan interpretasi memungkinkan kita untuk memahami variasi intra
hasil radiograf dimana semua prosedur tersebut dan antar-populasi.9
digunakan untuk kepentingan pengadilan. Analisa Salah satu kasus yang terjadi di Brazil, pada
radiografi adalah hal yang penting dalam jenazah wanita tidak dikenal yang teridentifikasi
identifikasi dan investigasi tempat kejadian perkara. karena adanya anomali gigi. Jenasah tersebut
Foto radiograf biasanya diambil selama diperkirakan berusia sekitar 18 - 30 tahun dengan
pemeriksaan post mortem dan digunakan untuk kondisi pembusukan yang cukup parah. Dokter gigi
membantu dalam analisa adanya benda asing, spesialis odontologi forensik melakukan
fraktur atau luka lain yang nampak pada radiograf, pemeriksaan gigi geligi pada jenasah tersebut dan
dimana hal tersebut tentunya sangat membantu menemukan terdapat lima gigi yang hilang serta
untuk proses identifikasi, terutama pada korban terdapat anomali gigi berupa perubahan posisi dari

Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia 2021; 5(1); 31-8 | DOI: 10.32793/jrdi.v5i1.680 36


REVIEW ARTICLE

gigi caninus kiri bawah. Dokter gigi spesialis pencabutan gigi molar pertama rahang bawah pada
odontologi forensik mencocokan dengan data ante populasi Tionghoa- Hongkok.49 Makrodontia
mortem dan memang terdapat perubahan posisi dengan panjang mesiodistal pada gigi molar 10%
pada gigi caninus kiri bawah yang didukung pula lebih besar sering ditemukan pada ras Aborogin
oleh informasi dari pihak keluarga korban.42 australia, Melanesia dan Indian Amerika. Frekuensi
Pada kasus lain, seorang anak laki - laki di New carabelli’s trait di gigi molar permanen rahang atas
Zealand, yang tewas akibat kebakaran, jauh lebih tinggi pada ras caucasoid dibandingkan
teridentifikasi melalu anomali gigi. Jenazah tersebut ras lainnya.50 Mikrodontia disertai multiple
berhasil diidentifikasi dengan cara mencocokan diastema memiliki keterkaitan dengan ras negroid
data post mortem dengan rekam medis gigi yang dengan prevalensi sekitar 4%-8%.51
didapat dari pusat pelayanan keshatan gigi di
sekolah korban. Hal yang menonjol dari kasus
tersebut adanya fusi pada gigi 82 dengan 83, CONCLUSION
dimana kasus tersebut jarang sekali ditemukan.8
Anomali gigi seperti mesiodens, makrodontia, Variasi dari anomali gigi yang cukup banyak baik
mikrodontia, impaksi dan dilaserasi merupakan itu berupa kelainan ukuran, jumlah, morfologi,
anomali gigi yang sering terjadi dan dapat struktur ataupun posisi gigi di dalam rongga mulut
membantu dalam proses identifikasi seseorang. yang bisa dimilki setiap individuli dapat menjadi ciri
Tingginya prevalensi kasus anomali gigi di berbagai khas dari individu tersebut. anomali gigi dapat
populasi dan etnis menjadi kelebihan penggunaan terdeteksi dan dianalisa baik secara klinis maupun
anomali gigi untuk identifikasi.42 radiografis. Penggunaan anomali gigi pada
Pengetahuan dokter gigi tentang anomali gigi identifikasi post mortem telah diakui secara ilmiah
juga berperan penting terutama saat korban adalah dengan diagnosa yang tepat dan penulisan anomali
anak - anak. Menurut penelitian Herrera, et al gigi pada rekam medis dapat digunakan untuk
(2014) dengan menggunakan radiografi panoramik keperluan identifikasi.
dari 4105 pasien terdapat 1519 pasien (37,7%) yang
memiliki setidaknya satu anomali gigi pada populasi
orang Meksiko.43 Penelitian Bilge (2017) yang ACKNOWLEDGEMENTS
dilakukan pada 1100 orang pada tahun 2011 yang
dilakukan di ditemukan bahwa dari total 34.169 gigi None.
yang diteliti, 500 subjek memiliki paling tidak satu
anomali gigi, 118 memiliki lebih dari satu anomali
gigi. Impaksi merupakan anomali gigi dengan FOOTNOTES
prevalensi tertinggi yaitu 26,2%.44 Goswami (2019)
melaporkan ada sekitar 337 orang (21%) All authors have no potential conflict of interest
mempunyai anomali gigi dari 1607 anak - anak dan to declare for this article.
remaja yang berusia sekitar 10 - 15 tahun di India.45
Anomali gigi pada anak bekebutuhan khusus
seperti anak dengan Down’s syndrome REFERENCES
menunjukkan prevalensi lebih tinggi dibandingkan
dengan anak normal. Hal tersebut sesuai dengan 1. Prawestiningtyas E. Identifikasi forensik berdasarkan
penelitian Anggraini (2019) yang dilakukan pada pemeriksaan primer dan sekunder sebagai penentu identitas
korban pada dua kasus bencana massal. Jurnal Kedokteran
174 anak Down’s syndrome di Jakarta menunjukkan
Brawijaya 2019;25(2):87-94.
bahwa 138 anak (79%) mengalami anomali gigi. 2. Henky H, Oktavinda S. Identifikasi Korban Bencana Massal:
anomali gigi yang paling banyak adalah hypodontia Praktik DVI Antara Teori dan Kenyataan. Indonesian Journal of
dan microdontia.46 Penelitian Desingu (2019) juga Legal and Forensic Sciences (IJLFS) 2012;2(1):5-7.
3. Putri AS. Perkiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi
menyatakan bahwa prevalensi anomali gigi pada untuk kepentingan forensik kedokteran gigi. Jurnal Persatuan
anak Down’s syndrome lebih tinggi sekitar 50.47 - Dokter Gigi Indonesia 2013;62(3):55-63.
95.52% dengan kasus paling banyak adalah 4. Gadro SA. Peran odontologi forensik sebagai salah satu sarana
pemeriksaan identifikasi jenasah tak dikenal. Jurnal Berkala
taurodontia dan anodontia, hal tersebut diduga
Ilmu Kedokteran 2019;31(3):195-9.
berhubungan dengan mutasi kromosom dan juga 5. Dawidson I. The technological advances in forensic
tinkga keberisihan rongga mulut yang lebih rendah odontology, J. Forensic Odontostomatol. 2013;31(1):99–100.
pada anak Down’s syndrome.47 6. Puri P, Shukla SK, Haque I. Developmental dental anomalies
and their potential role in establishing identity in post-
Beberapa variasi anomali gigi juga dikaitkan mortem cases: a review. Medico Leg J. 2019;87(1):13-8.
dengan determinasi ras, misalnya dens evaginatus 7. Budi AT. Peran restorasi gigi dalam proses identifikasi korban.
sering ditemukan pada ras Mongoloid dan Neo asia Jurnal Persatuan Dokter Gigi Indonesia. 2014;63(2):41-5.
8. Jayapriya J, Scheila MK, Divakar P. The role of charting dental
dengan prevalensi 3% - 4,8% etnis Tionghoa dan
anomalies in human identification Forensic odontology: the
populasi Eskimo, tetapi jarang terjadi pada populasi new dimension in dental analysis. Int. J. Biomed. Sci.
kulit putih. Enamel pearl pada area bifurkasi gigi 2017;13:1–5.
molar rahang bawah juga mempunya prevalensi 9. Tinoco RLR, Martins EC, Daruge Jr E, Prado FB, Caria PHF.
Dental Anomalies and Their Value in Human Identification: A
tinggi sekitar 1,8% - 4% pada ras Mongoloid.48 Case Report. Sci Justice Journal. 2010;28(1):39-43.
Prevalensi enamel pearl juga cukup tinggi pada ras 10. Brkic H, Keros J, Kaic Z, Cadez J. Hereditary and environmental
mongoloid, berdasarkan penelitian Loh H. (2015) dental findings in identification of human remains. Coll
Atropol. 2012;24:79-83.
melaporkan terdapat enamel pearl pada 79% kasus
11. Daou MH, Bteiche PH, Fakhouri J, Osta NE. Prevalence of

37 Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia 2021; 5(1); 31-8 | DOI: 10.32793/jrdi.v5i1.680


REVIEW ARTICLE

hypodontia and supernumerary teeth in patients attending mati pada bencana massal. Departemen Kesehatan Republik
private pediatric dental clinic in Lebanon. Journal of Clinical Indonesia; 2011. p.26-28.
Pediatric Dentistry 2019;43(5):345-9. 33. Singh S. Penatalaksanaan Identifikasi Korban. Majalah
12. Marra P, Iorio B, Itro A, Santoro R, Itro A. Association of tooth Kedokteran Nusantara. 2011;41:255-6.
agenesis with dental anomalies in young subjects. Oral and 34. Khoo L, Aziz S, Mahmood MS. Beyond DVI: Future
Maxillofacial Surgery 2021;25(1):35–39. identification, research and archiving. Forens Sci Crimino.
13. Bunyarit SS, Asma AAA, Rahman NAA, Adri SS, Rahman MM. 2016;1(1):1-5.
Dental anomalies and gender dimorphism in tooth size of 35. Novita M, Noegroho W. Pembuatan Dental Record Yang Baik:
Malay patients. Bangladesh Journal of Medical Science Identifikasi Imigran Korban Kapal Tenggelam di Trenggalek
2017;16(1):115-21. 2011. STOMATOGNATIC - Jurnal Kedokteran Gigi 2015;10
14. Pallikaraki G, Sifakakis I, Gizani S, Makou M, Mitsea A. (2):51-3.
Developmental dental anomalies assessed by panoramic 36. Wadhwani S, Shetty P, Sreelatha SV, Maintenance of
radiographs in a Greek orthodontic population sample. antemortem dental records in private dental clinics:
European Archives of Paediatric Dentistry 2020;21(2):223–8. knowledge, attitude, and practice among the practitioners of
15. Rohilla M. Etiology of Various Dental Developmental Mangalore and surrounding areas, J. Forensic Dent. Science
Anomalies -Review of Literature. J Dent Probl Solut. 2017;4 2017;1(1):78–82.
(2): 241-5. 37. Hinchliffe J. Forensic odontology, part 1. Dental identification.
16. Pilo, R, Kaffe I, Amir E, Sarnat, H. Diagnosis of developmental Br Dental Journal. 2011; 21(1): 219–24.
dental anomalies using panoramic radiographs. ASDC Journal 38. Pittayapat P, Jacobs R, De Valck E, Vandermeulen D, Willems
of Dentistry for Children. 1987;54(4):267–72. G. Forensic odontology in the disaster victim identification
17. White SC, Pharoah M, eds. Oral radiology principles and process. J Forensic Odontostomatol 2012;30(1):1-12.
interpretation. 7th ed. 2014; p 588-9. 39. Riaud X. The first identification of forensic odontology
18. Nayak P, Nayak S. Prevalence and distribution of dental endorsed by the American justice system. Dent Hist 2013;58:
anomalies in 500 Indian School Children. Bangladesh Journal 32-6.
of Medical Science 2011;10(1):41-4. 40. Tarani S, Kamakshi S, Naik V, Sodhi A. Forensic radiology: An
19. Levitan M, Himel V. Dens evaginatus: literature review, emerging science. J Adv Clin Res. 2017;4:59-63.
pathophysiology, and comprehensive treatment regimen. 41. Kumar S, Dagli N. Forensic odontology: An area unexplored
Journal of Endodontics. 2016;32(1):1–9. Editorial. J Int Oral Health. 2014; 6(1):231-5.
20. Shivani S, Sumit M, Vidya B. Enamel pearl on an unusual 42. Jagmahender S, Deeksha S, Monika S. Role of Dental
location associated with localized periodontal disease: A Pathologies and other Anomalies in Forensic Identification of
clinical report. J Indian Soc Periodontol. 2013; 17(6): 796–800. Unknown Human Skeletal Remains: a Review Brazilian Journal
21. Mavrodisz K, Rozsa N, Budai M. Prevalence of accessory tooth of Forensic Sciences, Medical Law and Bioethics 2019;9(1):40-
cusps in a contemporary and ancestral Hungarian population. 52.
Eur J Orthodont. 2017; 29(3):166–9. 43. Herrera A, Diaz-Morales J, Colome R, et al. Prevalence of
22. Gadhia K, McDonald S, Arkutu N, Malik K. Amelogenesis dental anomalies in a Mexican population. Dentistry 3000.
imperfect: an introduction. BD Journal. 2012;212: 377-9. 2014;2(1):132-5.
23. Gasse B, Karayigit E, Mathieu E, Jung S, et al. Homozygous and 44. Bilge NH, Yesiltepe S, Agirman KT, Caglayan F, Bilge OM.
compound heterozygous MMP20 mutations in amelogenesis Invesigation of prevalence of dental anomalies by using
imperfecta. J Dent Res. 2013;92(7):598-603. digital panoramic radiographs. J Folia Morphologica. 2018;77
24. Elin H. Penatalaksanaan Amelogenesis Imperfekta: Laporan (2):323-8.
K5asus. Cakradonya Dent J. 2015; 10(1): 38-43. 45. Goswami M, Bhardwaj S, Grewal N. Prevalence of shape-
25. Ashar F, Abdurokhman, Evellyn I. Laporan Kasus: related developmental dental anomalies in India: A
Dentinogenesis Imperfekta. STOMATOGNATIC - Jurnal retrospective study. International Journal of Clinical Pediatric
Kedokteran Gigi. 2019;12-15. Dentistry 2020;13(4):407-11.
26. Shapira Y, Kuftinec M. Tooth transpositions – a review of the 46. Anggraini L, Rizal MF, Indiarti IS. Prevalence of dental
literature and treatment considerations. Angle anomalies in Indonesian individuals with down
Orthod Journal. 2019; 59: 271–6. syndrome. Pesquisa Brasileira Em Odontopediatria e Clinica
27. Thomas E, Sethusa M, Singh R. The use of cone beam Integrada. 2019;19(1):34-7.
computed tomography in establishing the etiology of an 47. Desingu V, Adapa A, Devi, S. Dental Anomalies in Down
impacted tooth. South African Dental Journal 2020;75(1):135- Syndrome Individuals: A Review. Journal of Scientific
140. Dentistry. 2019;9(1):6–8.
28. Rahayu S. Odontektomi, Tatalaksana Gigi Bungsu Impaksi. E- 48. Edgar HJ. Estimation of ancestry using dental morphological
Journal Widya Kesehatan dan Lingkungan 2014; 1(1):13-6. characteristics. J. Forensic Sci. 2013;58(Suppl. 1):S3–S8.
29. Hinchliffe J. Forensic odontology part 1 : Dental identification. 49. Loh H. A local study on enamel pearls. Singapore Dent J.
British Dental Journal 2011;210:219–24. 2015;5:55-8.
30. Diac MM, Iov T, Knieling A, Damian SI, Tabian D, Iliescu DB. 50. Rawlani SM, Rawlani SS, Bhowate RR, Chandak RM,
Dental Identification in Forensic Anthropology: A Literature Khubchandani M. Racial characteristics of human teeth. Int J
Review. International Journal of Medical Dentistry. 2017;24 Forensic Odontol. 2017;2(1):38-42.
(3):464–70. 51. Kalistu S, Doggalli N, Patil K, Rudraswamy S. Race
31. Pretty IA, Sweet D. A look at forensic dentistry - Part 1: The determination based on nonmetric teeth morphological traits.
role of teeth in the determination of human identity. British SRM Journal of Research in Dental Sciences 2019;10(4):233-
Dental Journal. 2011;190:359–66. 38.
32. Mulyono A. Pedoman penatalaksanaan identifikasi korban

Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia 2021; 5(1); 31-8 | DOI: 10.32793/jrdi.v5i1.680 38

You might also like