Strategi Pemasaran Apel Malang: Rahayu Relawati, Masyhuri, Lestari R. Waluyati, Jangkung H. Mulyo
Strategi Pemasaran Apel Malang: Rahayu Relawati, Masyhuri, Lestari R. Waluyati, Jangkung H. Mulyo
JOURNAL AGRIECOBIS
ABSTRACT
This study aims to formulate the marketing strategy of Malang apple. The research subjects are traders
and farmers of Malang apple in Malang Raya. Meanwhile the primary data was analyzed by the SWOT
analysis. The result showed that the strengths of the Malang apple compared to the imported one are
fresher, healthier and relatively cheaper, but the weaknesses are the less interesting of the apple’s
appearance and purchasing place, and also the less promotion. The opportunities are the better
consumer’s purchasing power and their health motivation, and the increasing demand of Malang apple.
However, the threats from the imported apple are the more interesting, the consumers’ prestige
motivation, and the increasing number. The marketing strategy of Strength-Opportunity was
recommended. The recommendation included: 1) the implementation of Good Agricultural Practices to
increase the total production, higher grade and organic apple; 2)the marketing of organic apple with
premium price; 3)keeping the freshness and appearance of Malang apple along the marketing channel;
4)the better display and on-line delivery order of Malang apple to increase its prestige and market
segment of young generation; 5)the promotion through internet about the health benefit of Malang apples;
6)a limitation of imported apple number with a quality selection.
Keywords: Malang apple, marketing strategy, SWOT analysis.
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pemasaran apel Malang. Subyek penelitian adalah
pedagang dan petani apel Malang di Malang Raya. Data primer dianalisis dengan analisis SWOT. Hasil
analisis menunjukkan bahwa kekuatan apel Malang adalah produk lebih segar, lebih sehat dan harga
relatif lebih murah, namun kelemahannya adalah tampilan dan tempat penjualan kurang menarik, serta
kurang promosi. Peluang yang dihadapi agribisnis apel Malang adalah daya beli konsumen makin baik,
motivasi kesehatan konsumen makin baik, dan permintaan apel Malang makin bertambah. Namun
ancaman yang dihadapi dari apel impor adalah tampilannya yang lebih menarik, motivasi prestige
konsumen, dan peningkatan jumlah impor. Strategi pemasaran yang direkomendasikan adalah Strength-
Opportunity. Rekomendasi penelitian meliputi: 1)penerapan Good Agricultural Practices untuk
mendorong peningkatan produksi apel total, produksi grade super dan grade A, serta apel organik;
2)pemasaran apel organik dengan harga premium; 3)menjaga kesegaran dan tampilan apel Malang di
sepanjang saluran pemasaran; 4)display yang menarik dan teknik penjualan pesan antar on-line untuk
meningkatkan prestige apel Malang dan meraih segmen generasi muda; 5)promosi manfaat apel Malang
bagi kesehatan melalui internet; 6)pembatasan jumlah apel impor dengan seleksi kualitas.
Kata kunci: Analisis SWOT, apel Malang, strategi pemasaran.
PENDAHULUAN
JOURNAL AGRIECOBIS
JOURNAL AGRIECOBIS
METODE PENELITIAN
Subyek utama penelitian adalah pedagang apel Malang, terdiri dari pedagang
pengepak apel Malang, grosir dan pedagang pengecer di Malang Raya, grosir dan
pengecer di luar kota yakni Surabaya, Yogyakarta, dan Bandung. Penilaian SWOT juga
34
Journal of Agricultural Socioeconomics and Business
JOURNAL AGRIECOBIS
Deskripsi Responden
Pelaku agribisnis apel Malang meliputi petani, pedagang pengepak, grosir, dan
pengecer. Deskripsi responden memberi gambaran tentang usia, pendidikan, dan
pengalaman berdagang atau berusahatani.
Jumlah terbanyak responden petani apel yang bersedia mengisi kuesioner SWOT
berada pada kisaran 41-55 tahun. Pada usia tersebut, secara fisik tenaga dan kemampuan
mereka bekerja pada usahatani apel sangat baik, sehingga ada totalitas curahan kerja dan
perhatian pada usahatani apel. Secara ekonomi, mereka adalah rumah tangga petani
yang sudah mapan, sehingga kemampuan membiayai usahatani apel cukup baik.
Responden pedagang pengepak apel yang bersedia diwawancara untuk mengisi
kuesioner SWOT sebanyak 18 orang. Jumlah pedagang terbanyak juga pada kisaran usia
35
Journal of Agricultural Socioeconomics and Business
JOURNAL AGRIECOBIS
36
Journal of Agricultural Socioeconomics and Business
JOURNAL AGRIECOBIS
Lingkungan internal
Bagian ini menampilkan hasil rata-rata penilaian responden terhadap indikator
kekuatan dan kelemahan (Tabel 2). Penentuan indikator kekuatan dan kelemahan
didasarkan pada hasil penilaian konsumen, selanjutnya penilaian kondisi saat ini
(rating) dan urgensi penanganan didasarkan pada jawaban repponden pelaku agribisnis
apel (pedagang dan petani).
Kekuatan yang mempunyai rating paling tinggi adalah apel Malang lebih segar
(Tabel 2), Namun dari segi urgensi penanganan, responden pelaku agribisnis
memberikan rating rata-rata 3,06, lebih rendah dari urgensi penanganan pada apel
Malang yang harus lebih sehat. Urgensi penanganan paling tinggi diberikan konsumen
pada kesehatan apel Malang, dengan rating rata-rata 3,5.
Kesegaran apel Malang sebagai indikator kekuatan terkait dengan hasil penilaian
konsumen pada atribut kesegaran apel yang mempunyai skor lebih tinggi dari skor
kesegaran apel impor, dan kesegaran apel merupakan atribut penting yang menjadi
bagian dari faktor kualitas apel (Relawati et al, 2017). Hasil ini juga mendukung
penelitian terdahulu bahwa kesegaran apel sangat penting dalam persepsi konsumen
(Péneau et al, 2006).
Keunggulan ketiga adalah harga apel Malang lebih murah dibandingkan dengan
apel impor, namun rating pada aspek harga lebih rendah, baik pada penilaian kondisi
saat ini maupun pada urgensi penanganan. Artinya, keunggulan pada indikator harga
sangat relatif karena kadang harga apel Malang juga mahal, dan beberapa kultivar apel
impor dengan ukuran kecil juga kadang lebih murah dari apel Malang. Urgensi
penanganan mempunyai bobot rata-rata hanya 2,89.
37
Journal of Agricultural Socioeconomics and Business
JOURNAL AGRIECOBIS
Keunggulan harga apel Malang lebih murah dibandingkan apel impor ini berbeda
dengan penelitian terdahulu bahwa preferensi konsumen pada harga apel impor yang
termurah (Rahayu et al, 2012). Perbedaan ini disebabkan penelitian terdahulu tersebut
hanya dilakukan pada satu toko buah di Surabaya sehingga kisaran harga apel impor
(tahun 2012) berkisar dari Rp13.000 hingga Rp32.000 per Kg. Pada penelitian ini
kisaran harga per Kg apel Malang Rp15.000 hingga Rp41.500, sedangkan kisaran harga
per Kg apel impor Rp22.000 hingga Rp68.800. Penelitian terdahulu yang sejalan dengan
penelitian ini adalah bahwa harga merupakan atribut yang terpenting pada konsumen
kelas dua, dari empat kelas yang diteliti (Skreli & Imami, 2012).
Kelemahan yang mempunyai rating paling rendah adalah tampilan apel Malang
kurang menarik (Tabel 2). Hal ini terkait dengan penilaian konsumen pada atribut
tampilan apel (appearance). Urgensi penanganan mempunyai bobot tertinggi yakni rata-
rata 2,89. Pada penilaian kelemahan, rating terendah diberikan pada pada indikator yang
paling lemah, jadi penilaiannya terbalik dengan penilaian terhadap aspek kekuatan
(Rangkuti, 2006). Kelemahan berikutnya adalah kurangnya promosi apel Malang dan
tempat penjualan kurang menarik. Bobot rata-rata pada masing-masing indikator
kelemahan tersebut tidak selisih jauh, semuanya berada pada skor di bawah tiga.
Artinya, urgensi penanganannya menurut pelaku agribisnis adalah hampir penting.
Kelemahan pada tampilan apel Malang dibandingkan apel impor ini mendukung
penelitian terdahulu tentang persepsi konsumen terhadap kualitas apel Malang dan apel
impor. Pada penelitian di Surabaya persepsi terhadap tampilan apel Malang mempunyai
rata-rata ranking rata-rata sebesar 96,77 sedangkan pada apel impor sebesar 118,10
(Widyadana et al, 2013). Penelitian terdahulu yang sejalan juga menemukan bahwa
tampilan apel merupakan faktor penting dalam preferensi konsumen apel (Moor et al,
2014).
Lingkungan eksternal
Bagian ini menampilkan hasil rata-rata skor penilaian responden terhadap
indikator peluang dan ancaman (Tabel 2). Deskripsi lingkungan eksternal difokuskan
pada persaingan dengan apel impor. Indikator peluang dan ancaman ditentukan
berdasarkan penilaian konsumen terhadap apel impor dan pengalaman pelaku agribisnis
apel Malang (pedagang dan petani).
38
Journal of Agricultural Socioeconomics and Business
JOURNAL AGRIECOBIS
39
Journal of Agricultural Socioeconomics and Business
JOURNAL AGRIECOBIS
JOURNAL AGRIECOBIS
Peluang
II I
0,33
III IV
Ancaman
Gambar 2. Diagram SWOT
Posisi apel Malang segar pada diagram SWOT kuadran I ini sama dengan posisi
olahan apel yakni keripik apel dan jenang apel, namun berbeda dengan posisi sari apel
yang terletak pada kuadran IV (Relawati et al, 2015). Jika dibandingkan dengan
penelitian terdahulu sesama produk buah segar, jeruk Keprok Soe mempunyai posisi
diagram SWOT yang berbeda yakni pada kuadran IV (Namah & Sinlae, 2012).
Kuadran 1 diperuntukkan bagi bisnis dengan kekuatan dan kesempatan pasar.
Bisnis pada kuadran ini dapat menggunakan kekuatan untuk mengadopsi strategi,
seperti penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk menjadi bentuk
yang lebih kompetitif (Chang & Huang, 2006). Jika bisnis pada kuadran 1 mempunyai
sumberdaya ekstra, integrasi ke depan, belakang dan horizontal merupakan strategi yang
efisien.
Berdasarkan selisih positif antara nilai kekuatan dikurangi kelemahan dan
peluang dikurangi ancaman, maka direkomendasikan strategi SO. Rincian ringkas
strategi pemasaran apel Malang disajikan dalam bentuk matriks SWOT pada Tabel 5.
Pembahasan difokuskan pada rumusan implementasi strategi pemasaran apel Malang
sesuai dengan hasil analisis SWOT.
41
Journal of Agricultural Socioeconomics and Business
JOURNAL AGRIECOBIS
Di lapang sudah mulai ada petani yang melakukan budidaya apel secara organik.
Produk apel organik tersebut harus dipasarkan secara khusus dengan harga premium,
tentu harus disertai label dengan sertifikasi organik. Secara bertahap budidaya apel
dengan penerapan good agricultural pranctices (GAP) perlu diarahkan untuk
memperbanyak proporsi apel dengan grade super dan grade A, serta apel organik.
Strategi ini diharapkan secara bertahap dapat mengangkat nilai prestige apel Malang.
Pelaksanaan pemasaran apel Malang sudah sangat terintegrasi, karena rantai
pemasaran yang cukup pendek. Antara petani dan konsumen hanya dijembatani oleh
tiga pelaku pemasaran, yakni pedagang pengepak, grosir, dan pengecer. Bahkan tidak
ada peran grosir dalam menentukan harga, karena dalam sistem konsinyasi harga jual ke
pengecer sudah ditentukan oleh pedagang pengepak dari Malang Raya. Jadi dalam hal
ini peran pedagang pengepak cukup dominan, namun pasar sudah terintegrasi.
Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi yang dipilih adalah strategi SO
(Strengths-Opportunity). Strategi SO dilakukan dengan penggunaan kekuatan yang
dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada. Rumusan strategi ini secara detil
42
Journal of Agricultural Socioeconomics and Business
JOURNAL AGRIECOBIS
JOURNAL AGRIECOBIS
3) Segmentasi pasar
Strategi ini menggunakan kekuatan produk apel Malang lebih murah untuk
memanfaatkan peluang daya beli konsumen yang cukup kuat. Secara rata-rata harga
apel Malang relatif lebih murah dibandingkan dengan apel impor. Namun pada grade
super dan grade A, apel Malang juga dijual cukup mahal, terutama di supermarket
harga/Kg mencapai Rp40.000. Sebagai pembanding harga/Kg apel grade kecil di pasar
tradisional hanya Rp 13.000.
Motivasi kesehatan konsumen yang semakin baik, tentu menjadi peluang
pemasaran apel organik di waktu mendatang. Apel organik yang selama ini sudah
mulai dirintis sebagian petani belum dipasarkan secara khusus, sehingga harganya
masih sama dengan apel non organik. Untuk itu apel organik yang ada harus
ditingkatkan upaya sertifikasi sehingga memungkinkan untuk pemasaran dengan
segmen khusus dan harga premium. Teknik pemasaran dan promosi dapat dilakukan
dengan penggunaan media internet, termasuk dengan teknik pesan antar secara on-line.
Berbagai strategi yang dirumuskan pada prinsipnya mengembangkan strategi
bauran pemasaran dengan lebih detil memperbaiki aspek produk, harga, tempat, dan
promosi. Penerapan strategi melalui rencana pemasaran 4P ini telah diterapkan juga
pada benih jagung hibrida di Uganda (Larson & Mbowa, 2004). Meski dengan detil
rumusan strategi yang berbeda, namun prinsip strategi 4P ini juga diterapkan oleh
Moghaddam & Foroughi (2012).
KESIMPULAN
Kekuatan apel Malang dibandingkan apel impor adalah produk lebih segar, lebih
sehat dan harga relatif lebih murah, namun kelemahannya adalah tampilan kurang
menarik, tempat penjualan kurang menarik, dan kurangnya promosi. Peluang yang
dihadapi agribisnis apel Malang adalah daya beli konsumen makin baik, motivasi
kesehatan konsumen makin baik, dan permintaan apel Malang makin bertambah, namun
ancaman yang dihadapi adalah tampilan apel impor lebih menarik, motivasi prestige
konsumen apel impor, dan peningkatan jumlah impor apel. Strategi pemasaran yang
harus dilakukan agribisnis apel Malang dalam menghadapi apel impor adalah strategi
pertumbuhan agresif, dengan penerapan penetrasi pasar dan integrasi vertikal.
Implementasinya pada strategi SO.
Rekomendasi yang diberikan meliputi: 1) penerapan Good Agricultural
Practices (GAP) untuk meningkatkan produksi total, produksi grade besar dan apel
44
Journal of Agricultural Socioeconomics and Business
JOURNAL AGRIECOBIS
DAFTAR PUSTAKA
JOURNAL AGRIECOBIS
46